Anda di halaman 1dari 4

PRAKTIK STRATEGI GURU DALAM MEMFASILITASI ANAK BERKEBUTUHAN

KHUSUS

Dalam mengelola kelas, Strategi Guru dalam Memfasilitasi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
dapat dibagi menjadi 3 strategi peranan yaitu consultant model, teaming model, co-teaching
model (Hermanto, 2010). sedangkan dalam pengkategorian oleh M. Friend & W. D. Bursuck
(2009) dalam jurnal Friend, dkk (2010, hlm. 12) strategi teaming dikategorikan ke dalam bentuk
co-teaching. Berikut diuraikan masing masing definisi tersebut.
a) Consultant Model, yaitu guru sebagai konsultan lepas, turut merancang dalam hal asesmen,
pengembangan materi dan modifikasi kurikulum.
b) Co-Teaching Model, yaitu guru khusus (yang memahami anak berkebutuhan khusus) dan
guru umum bekerja sama berbagi peran di dalam kelas.
Dalam kelas inklusif, idealnya perlu sekali diadakan pengajaran kooperatif antara guru
pendidikan reguler dan khusus. Area kolaborasi tersebut mencakup kurikulum dan pengajaran,
penilaian dan evaluasi, dan manajemen kelas dan perilaku.

Berikut Praktik Strategi Co-Teaching Model, yaitu guru khusus (yang memahami anak
berkebutuhan khusus) dan guru umum bekerja sama berbagi peran di dalam kelas.
dalam Memfasilitasi Anak Berkebutuhan Khusus

a) Satu pengajar, satu pengamat (One Teacher-One Support). Ada satu guru yang
memimpin pelajaran sementara guru lainnya mengumpulkan data perkembangan siswa
terutama siswa yang didiagnosa memiliki kesulitan belajar.
b) Pos pengajaran (Station teaching), Pengajaran dibuat dalam 3 bentuk pos/kelompok,
siswa akan secara bergilir dari pos ke pos, diajar oleh guru di dua pos pertama dan
bekerja mandiri di pos ketiga contohnya pos pertama ini diisi oleh guru kelas dengan
kegiatan penyampaian materi materi pokok, kemudian di pos kedua adalah pos untuk
pemberian strategi alternatif. Lalu, di pos ketiga anak diberikan kesempatan untuk latihan
kerja mandiri atau peer tutoring belajar dengan teman sebaya.
c) Pengajaran Paralel (Parallel teaching). Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru membagi
peran atau membagi menjadi dua kelompok. Guru kesatu mengajarkan dengan
pendekatan visual sedangkan Guru kedua mengajarkan dengan pendekatan verbal. Lalu,
siswa boleh memilih berdasarkan minatnya. meskipun seperti itu, dalam pelaksanaan
pembelajaran ini tetap mempelajari materi yang sama hanya pendekatan yang berbeda. di
akhir siswa akan saling dapat berbagi atau mengevaluasi hasil belajar berdasarkan
pendekatan yang mereka ikuti.
d) Pengajaran Alternatif (Alternative teaching). di mana satu guru bekerja dengan sebagian
besar siswa sementara yang lain bekerja dengan kelompok kecil untuk remediasi,
pengayaan, penilaian, pra-pengajaran, atau tujuan lain.
e) Pengajaran dalam tim (Teaming), Guru saling bekerja sama memimpin kelas.
f) Satu pengajar, satu pendamping (One teach, one assist) satu guru memimpin kelas,
sementara yang lain mengelilingi kelas untuk menawarkan bantuan individual.
NEXT METODE
Menurut Rosenshine dan Stevens ada beberapa metode pembelajaran bagi Anak Berkebutuhan
Khusus yang dapat digunakan dalam Pendidikan inklusi, yaitu antara lain:
a) Metode pengajaran langsung
Metode pengajaran langsung adalah suatu pengajaran yang bersifat teacher center. Model
ini merupakan model dengan pusatnya guru guru paling tinggi. Biasanya menggunakan
metode ceramah, demonstrasi, dan latihan.
b) Metode pengajaran tidak langsung
Metode ini berbanding terbalik dengan metode pengajaran langsung. Pada metode
pengajaran langsung guru sebagai pusat, dalam pengajaran tidak langsung guru hanya
sebagai fasilitator. Guru menganggap bahwa siswa dapat mengembangkan
pengetahuannya sendiri sedangkan guru hanya memberikan umpan balik dari inkuiri
yang dilakukan oleh siswa. Bisa menggunakan model inkuiri learning ataupun discovery
learning
c) Scaffolding
Scaffolding merupakan bentuk bantuan yang diberikan oleh guru maupun siswa lain
dengan tujuan menjembatani jarak antara kemampuan mereka dengan tujuan yang akan
dicapai. Hal ini bisa dilakukan dengan guru memberikan strategi ataupun contoh konkrit
dalam menangani sebuah masalah, mengatur tingkat kesulitan terhadap materi yang akan
dipelajari siswa, menyediakan variasi latihan yang lebih beragam bagi siswa,
menyediakan umpan balik, mengingatkan tanggung jawab siswa, dan menyediakan
latihan mandiri untuk menerapkan hal-hal yang telah mereka ketahui dalam
pembelajaran.
d) Latihan siswa mandiri
Dalam metode ini memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar mandiri dengan
memberikan tugas-tugas individu dengan tujuan membangun inisiatif dari masing-masing
siswa secara kemandirian. Tugas yang diberikan berwujud tugas rumah karena dapat
memberikan efek positif bagi prestasi siswa.
e) Pusat Belajar.
Selain itu, dalam latihan siswa mandiri ini juga dapat berbentuk pusat belajar yaitu
sebuah ruang sumber yang digunakan bagi anak yang ingin melakukan remedial,
pengayaan, atau anak yang terlambat dalam belajar.

Baik sekian presentasi dari kelompok kami mohon maaf apabila banyak kekurangan, saya
kembalikan ke moderator

Jawaban pertanyaan Elsya

Izin menambahkan jawaban

Bisa dengan kegiatan Berdoa bersama sebelum dan sesudah belajar. Guru memberikan
kesempatan kepada siswa ABK untuk memimpin doa bergantian dengan siswa reguler, hal ini
akan semakin menumbuhkan dan meningkatkan keberanian dan kepercayaan dirinya.

Dan juga tata tertib harus Saling menghormati dan menghargai sesama teman. Misalnya : saat
berdiskusi, anak-anak harus dibiasakan tertib, tidak boleh saling memaksakan pendapat, jika ada
perbedaan pendapat hendaknya diselesaikan dan disampaikan dengan cara yang baik.
Nah untuk melancarkan keberlangsungan dari tata tertib itu juga ada hal yang harus guru
terapkan seperti siswa reguler yang duduknya berdekatan/bersebelahan dengan siswa ABK
hendaknya adalah anak yang secara emosional memiliki rasa empati tinggi dan kedekatan hati
dengan ABK. Guru kelas juga harus menyediakan media belajar yang sesuai dengan kebutuhan
siswa, yaitu media yang dapat menstimulasi kerjasama antar siswa dan bukan yang bersifat
kompetitif. Atau juga guru menyiapkan media belajar yang lengkap dan menarik bagi semua
siswa. Misalnya : foto, gambar, patung, torso manusia, replika binatang dan tumbuhan. Juga
globe, peta, alat permainan kreatif, buku-buku bergambar menarik, film-film multi media dan
animasi, video pembelajaran.

Izin menjawab apabila bullying itu terjadi misal dari sudut pelaku bullyingnya ya menurut saya
guru bisa mendengarkan terlebih dulu cerita versi merka alasan dibalik perilaku itu seperti
apakah mereka punya masalah dirumah, kurangnya perhatian orang tua, ataupun bisa
pengalaman bullying anak itu sebelumnya. Terapkan konsekuensi tertentu untuk membantu
mereka belajar dari situasi ini. Konsekuensi yang diberikan harus secara tegas berhubungan
dengan kesalahan mereka, tetap menghormati anak sebagai pelaku, masuk akal dan logis, serta
dapat diterima untuk mengajarkan anak agar berperilaku lebih baik.Anak harus memperbaiki
kesalahannya. Misalnya, dengan meminta maaf kepada anak yang di-bully, melakukan sesuatu
yang baik padanya agar dia merasa lebih baik, membantunya menyelesaikan sesuatu yang
sedang dia kerjakan, memperbaiki atau mengganti sesuatu yang mereka hancurkan atau curi, dll.

Anda mungkin juga menyukai