Anda di halaman 1dari 11

PEMANFAATAN NILAI BUDAYA CANDI BOROBUDUR DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH

Oleh: Dedi Riyanto*


*Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas PGRI Palembang

ABSTRAK

Candi Borobudur adalah salah satu monumen Budha yang terbesar di Indonesia adapun rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pemanfaatan nilai budaya candi Borobudur dalam
pembelajaran sejarah dan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pemanfaatan nilai budaya candi
Borobudur dalam pembelajaran sejarah. Metode dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif.
Teknik pengumpulan data melalui dokumentasi, observasi, dan wawancara. Teknik analisis data yaitu
reduksi data, penyajian data dan penerikan kesimpulan. Berdasarkan hasil pembahasan dapat
disampaikan bahwa candi Borobudur merupakan suatu banguan yang termegah di Indonesia dan di
temukan sekitar abad ke VIII Masehi, sekaligus peninggalan agama Budha terbesar yang terdapat di
pulau jawa maka dari itulah banyak sekali pemanfaatan nilai budaya yang terdapat di candi Borobudur
dan sekaligus tempat mata pencaharian masyarakat Candi Borobudur.

Kata Kunci: Pemanfaatan Nilai Budaya, Candi Borobudur, Pembelajaran Sejarah.

A. PENDAHULUAN melalui sejumlah aneka ragam karya artistik,


Dalam agama Budha ada ada kurang dari 1.460 relif naratif 1,300
kepercayaan bahwa dunia ini tidak kekal, diantaranya terpanjang daai lorong-lorong
suatu ketika akan musnah dan akan muncul dan 160 sisanya terdapat di hidden foot
zaman baru. Setiap zaman mempunyai (dasar/kaki candi yang tertutup tanah).
rangkaian Dhyani Budha-Dhyani Keseluruhan reliftersebut mengambil tempat
Bodhisattna-Manusi Budha sendiri. Untuk sepanjang 2.300 meter dan menutup bidang
zaman sekarang Dhyani Budhanya seluas 1.900 meter persegi, di samping ini
Avolkistesvara dan manusia Budhanya Cak ada pula relief dekoratif, lalu masih ada lagi
Yamuni. Dalam rangkaian dunia yang tidak 324 ratna, 1.740 ornamen segi tiga, 100
terbatas jumlahnya, lima dunia dan lima tiga gargotles (patung pancuran) dan 32 patung
serangkai ini masing-masing dianggap singa (Joesoef, 2015:48-49).
menepati mata angin sendiri-sendiri Dari uraian di atas bahwa Borobudur
(Rahardjo, 2005:37). adalah salah satu warisan dunia yang tak
Candi Borobudur adalah satu-satunya ternilai hargannya yang mana Borobudur
tempat pemujaan Budha yang terbesar di salah satu keajaiban dunia yang terdapat di
dunia, keberadaanya bagaikan suatu indonesia, maka dengan alasan inilah
pernyataan dari batu yang serba kompleks penulis bermaksud untuk mengadakan
indah dan arsitektur, mengenai banyak hal penelitian dengan judul “Pemanfaatan Nilai
yang telah dikenal di Indonesia dan Asia Budaya Candi Borobudur Sebagai Sumber
Tenggara. Piramida bertingkat (step Pembelajaran Sejarah”.
pyramid) susunan candi seperti limas telah
dipakai sejak prasejarah di Asia dan B. METODE PENELITIAN
Polynesia. Borobudur sebagai suatu Berdasarkan rumusan masalah,
kesaksian yang terus-menerus terhadap dan penelitian ini menggunakan metode
sebuah manifestasi besar-besaran tentang deskriptif kualitatif. Sumber Data. Informan,
doktrin Budhis dapat dilihat dan di rasakan Dokumen. Tempat penelitian di candi

83
Borobudur dan SMA PGRI 1 Palembang. alam yang berlainan karena sifat
Teknik Pengumpulan Data: Wawancara hakekatnya suatu teori kosmologi hanya
Mendalam, Kajian Dokumen, Observasi dapat di aplikasikan untuk suatu sistem
Langsung. Teknik Cuplikan. penelitian ini alam semesta saja (Hariyono, 2001:14-15).
menggunakan teknik cuplikan purposive Kosmologi Budha adalah dunia
sampling. Validitas Data. Validitas data bawah merupakan tempat manusia yang
sangat penting dalam proses pemaparan masih di penuhi oleh keinginan dan hawa
hasil penelitian, pembahasan dan penarikan nasfu (Sulistyanto, 2014:1). Dapat
simpulan. Dengan adanya validitas data disimpulkan bahwa kosmologi ialah salah
triangulasi yang digunakan: triangulasi data, satu kandungan alam semesta yanga
triangulasi metode. sangat indah dan mempesona bagi semua
masyarakat indonesia yang dapat melihat
C. HASIL DAN PEMBAHASAN keindahannya.
Hasil Penelitian
1. Nilai Budaya Candi Borobudur Bangunan Candi Borobudur
Konsep Kosmologi Candi Borobudur disusun
Kosmologi merupakan cabang filsafat menggunakan batu andesit yang berbentuk
yang membicarakan asal mula dan struktur persegi, bentuk struktur seperti pundan
alam semesta, adapun masalah-masalah berundak yang semakin keatas semakin
atau persoalan-persoalan kosmologi mengecil dengan empat buah tangga yang
menurut F. Tailor adalah sebagai hubungan terdapat di setiap sisi mata angin (Timur,
antara ruang dan waktu langsung menuju Selatan, Barat, dan Utara). Strukturnya
pada persoalan apakah ruang dan waktu terdiri atas sembilan teras berundak yang
sungguh-sungguh merupakan suatu hal terdiri dari enam teras berdenah persegi dan
yang terdapat diluar benda-benda dan tiga teras berdenah lingkaran, di antara
peristiwa-peristiwa di dalamnya ruang dapat bentuk teras tersebut terdapat lantai yang
disamakan bagai sebuah jambangan yang disebut plateua, candi Borobudur
di bagian lambungnya memuat seluruh merupakan tiruan alam semesta yang terdiri
dunia fisik. dari tiga tingkatan secara vertikal, yaitu
Demikian pula halnya dengan waktu Kamadhatu, Rupadhatu, dan Arupadhatu
hanya saja waktu selalu bergerak cepat (Depdikbud, 2014:4-5).
menghilang. Hal inilah yang di namakan Kamadhatu adalah tingkat terendah
teori absolut tentang ruang dan waktu, pada dari tingkatan kosmologi Budha (simbol
prinsipnya dapat dinyatakan bahwa kita dunia hasrat). Kamadhatu pada candi
tidak dapat membicarakan benda-benda Borobudur adalah bagian kakinya. Pada
hanya dalam arti spatial tetapi harus di tahun 1885, J.W. Ijzerman secara kebetulan
dalam ruang, juga tidak di benarkan hanya menemukan kembali relief Karmawibhangga
sebagai temporal tetapi harus di dalam pada bagian kaki candi Borobudur. Profil
waktu Kosmologi tidak hanya mencakup candi Borobudur secara umum terdiri dari
kosmogoni tetapi juga kandungan dan lapik, pelipit, ojief (sisi setengah genta), dan
organisasi alam semesta untuk aspek studi half round. Bagian kaki yang berbatasan
kkosmologi berbeda dengan studi tentang langsung dengan tanah adalah lapik,
ilmu alam (fisiksa) kerena problem yang sedangkan diatasnya adalah pelipit. Pelipit
dihadapi kosmologi bersifat unigue, kita adalah tonjolan tersusun pada profil tubuh
dapat mengadakan check terhadap candi. Half round adalah bentuk setengah
generalisasi teori gravitasi misalnya dengan lingkaran. Ojief adalah bangunan kaki candi
pengetahuan bahwa teori ini adalah yang kontur penampangnya seperti sisi
mungkin untuk di terapkan pada fenomena

84
genta atau bentuk lonceng terbelah dua pada candi Borobudur berisikan ajaran-
(Balai Konservasi Borobudur, 2016:21-22). ajaran keagamaan, ajaran kebajikan yang
Rupadhatu yaitu tingkatan kedua dari selayaknya dapat ditiru dan dilaksanakan
tingkatan kosmologi Budhis yang mewakili oleh manusia di dunia. Terdapat tidak
dunia antara. Tingkatan ini adalah simbol kurang dari 1460 adegan relief candi
unsur tak terwujud yang menggambarkan Borobudur. Pokok-pokok moral yang
perilaku manusia yang sudah mulai tertuang dalam relief candi Borobudur pada
meniggalkan keinginan duniawi, akan tetapi dasarnya adalah ajaran Budha. Relief
masih terikat oleh dunia nyata. Tubuh candi dipahatkan pada dinding candi (Rupadhatu)
Borobudur terdiri dari susunan pagar dan pagar langkan seluas 2500 m2.
langkan sebanyak lima buah yang Ada dua kategori relief, yaitu relief
membentuk empat buah lorong. Di atas cerita dan relief lepas. Relief cerita yaitu
pagar langkan I terdapat deretan relung- relief yang mengambarkan unsur cerita
relung dengan kemuncak berbentuk buah tertentu, sedangkan relief lepas yaitu relief
keben, dan pagar langkan II, III, dan IV yang tidak mengandung cerita atau hanya
terdapat deretan relung-relung dengan merupakan hiasan dekoratif saja (terdapat
puncak stupa-stupa kecil sebagai pada pagar langkan bagian luar pada pagar
ornamennya. Di tengah-tengah dari tiap langkan lorong I).
lorong pada keempat sisi bangunan candi Relief-relief pada Candi Borobudur
Borobudur terdapat tangga yang yaitu:
menghubungkan masing-masing lorong a. Karmawibhangga. Relief
pada tingkat-tingkat berikutnya. Pada pagar Karmawibhangga terdapat pada kaki
langkan pertama, susunan menyatu dengan (Kamadhatu). Mengungkapkan
kaki candi yang asli (Balai Konservasi tentang perbuatan manusia yang
Borobudur, 2016:28). mengandung kebajikan maupun
Arupadhatu merupakan bagian paling kejahatan, serta segala akibat dari
atas pada candi Budha/tiga teras teratas perbuatan tersebut.
berundak berbentuk lingkaran. Arupadhatu b. Lalitavistara. Relief Lalitavistara
adalah simbol dari unsur tak terwujud dan dipahatkan pada dinding utama
sebagai tanda dari tingkatan yang telah tingkat I, menceritakan tentang
meniggalkan nafsu duniawi. Merupakan kehidupan Sang Budha di Surga
gambaran dunia tanpa rupa dan bentuk, Tushita hingga menyampaikan
lambang kesempurnaan abadi. Pada tingkat khotbahnya yang pertama di Taman
Arupadhatu, terdapat 3 baris stupa yang Rusa.
melingkari sebuah candi induk di pusatnya. c. Jataka dan Avanada. Relief cerita
Tiga teras teratas candi Borobudur ini telah Jataka dan Avadana dipahatkan pada
dibongkar dan dipugar oleh Th. Van Erp dinding utama lorong tingkat I, dan
pada pemugaran pertama. Sedangkan pada pagar langkan tingkat I dan II. Jataka
pemugaran kedua oleh pemerintah adalah kisah tentang sang
Indonesia yang bekerjasama dengan Boddhisattva yang mengalami
UNESCO, tingkat Arupadhatu tidak dipugar kelahiran berulang kali dalam
karena dianggap masih cukup baik dan berbagai wujudnya untuk membantu
stabil (Balai Konservasi Borobudur, manusia mencapai jalan kebudhaan.
2016:35). Dalam kisah-kisah itu Sang
Boddhisattva baik sebagai manusia
Relief Candi Borobudur maupun hewan selalu mencontohkan
Relief biasanya dipahatkan pada kepada kebenaran dan ajaran tentang
sebagian besar bangunan candi. Relief dharma. Avadana adalah cerita yang

85
sama dengan Jataka. Hanya saja yaitu mengelilingi candi searah jarum jam.
pelaku utamanya bukan Sang Relif yang dibaca pertama kali dimulali dari
Boddhisattva melainkan tokoh lain sisi sebelah Timur, relif cerita di candi
atau hewan biasa yang bukan Borobudur (Balai konservasi Borobudur,
jelmaan Boodhisattva. 2014:6).
d. Gandavyuha. Relief Gandavyuha Relif yang dipahatkan di dinding candi
dipahatkan pada dinding utama sebenarnya mempunyai beberapa fungsi
lorong tingkat II. Melukiskan selain memperindah bangunan, fungsi lain
pengembaraan Sudhana dari satu itu adalah menyebarkan ajaran keagamaan
guru ke guru lain dalam upaya melalui penggambaran visual, sehingga
mencapai kebudhaan. diharapkan dapat dengan mudah dimengerti
e. Bhadracari. Relief Bhadracari oleh para pengamatnya, lalu penggambaran
dipahatkan pada dinding utama pada relif tersebut juga berfungsi untuk
bagian dalam setiap pagar langkan mengabadikan cerita keagamaan karena
berisi relief cerita. Pada bagian atas dalam bentuk media batu, adegan yang
pagar langkan berisi relung arca yang mengandung cerita dapat lebih lama
berisi arca Dhyani Budha. Sedangkan bertahan daripada hanya diuraikan dalam
pada kemuncak pagar langkan I bentuk media lontar karya sastra (Balai
berbentuk keben dan kemuncak Konservasi Borobudur, 2016:96).
berbentuk stupa pada pagar langkan
II V. Pada kemuncak pagar langkan Arca Candi Borobudur
juga dijumpai hiasan antefik, yaitu Arca yang menghiasi Borobudur
berupa pola dasar segitiga dan dihiasi mudah dikenal, karena selalu digambarkan
dengan ukiran tumbuhan yang distilir berwujud manusia dan tidak pernah
(disamarkan), mempunyai fungsi beranggota badan banyak. Pakaiannya
untuk mengurangi kesan kaku yang selalu jubah seorang rahib, yang kelihatan
diakibatkan oleh garis-garis mendatar hanya dua. a). Pakaian luar pada sikap
pada candi (Balai Konservasi duduk, bahu kanannya terbuka. b). Pakaian
Borobudur, 2016:29-31). Relif yang dalam tampak pada kakinya. di atas kepala
dipahatkan pada candi Borobudur ada semacam gelungan rambut (ushisha)
yang sekarang tertutup dikenai sebagi dan rambut yang keriting melingkar ke arah
pelukisan atas naskah berbahasa kanan. Di antara kedua kening (alis mata)
Sansekerta yang ditemukan kembali ada tonjolan kecil (urba), juga pada
oleh S. Levi, yaitu naskah Bodhisatwa. Arca Budha yang berdiri sendiri
mahakarmavibhanga naskah ini juga tidak pernah memegang sesuatu di
dihubungkannya dengan relif di candi tangannya (kecuali dalam cerita pada relief,
ini (Balai Konservasi Borobudur, seperti Cakhyamuni memegang mangkuk
2016:34). minta-minta), tetapi tangannya bersikap
Candi Borobudur mengandung pesan tertentu (mudra) dan setiap mudra
mulia yang digambarkan melalui relif-relif mempunyai arti tertentu pula. Mudra-mudra
cerita yang di pahat di dinding candi dan itulah yang dapat membedakan masing-
dinding pagar langkan, candi Borobudur masing Budha, sebab hal-hal yang lain
mempunyai 1.460 panil relif cerita yang semuanya sama, baik Dhyani maupun
tersusun dalam sebelas deretan mengitari manushi Budha (terutama Cakhyamuni
bangunan candi, selain itu candi Borobudur bermudara seperti Dhyani Budha. Di dalam
memiliki relif dekoratif berupa relif hias relung-relung di atas pagar langkan tingkat
sejumlah 1.212 panil, untuk membaca pertama yang menghadap ke luar, terdapat
rangkaian relif dilakukan secara pradiksina arca-arca manusia Budha yang

86
menjelmakan dirinya di dunia fana. Pada dari atas. Tiap ujung pancuran dihias indah
tiap-tiap arah, ditempati oleh masing-masing sekali dengan pahatan-pahatan yang
manusia Budha tertentu: Kanakamuni melukiskan kepala raksasa pada tingkat
(Timur), Kacyapa (Selatan), Cakhyamuni atas, dan makara pada tingkat paling bawah
(Barat), dan Maitreya (Utara). Jumlah ini ada (Prasetyo, 1993:36).
92 buah. Di dalam relung-relung yang Dalam bahasa Sanskerta arca, yang
mengelilingi tiga lorong terdapat Dhiyani- berarti gambaran arca dewa. Bera yang
Budha, masing-masing dapat dibedakan artinya perwujudan atau arca (dewa), dan
karena tempat dan sikap tangannya. Pada vigraha yang berarti perpaduan, perwujudan
tiap tingkat sekeliling lorong terdapat 92 (dewa) serta pratima yang berarti
arca. Jadi keseluruhan arca di dalam relung- perwujudan jasmani seorang dewa yang
relung ini berjumlah berjumlah 3x92=276 dipuja oleh para bhakta. Bahkta adalah
buah Pada tingkat lima keliling lorong, orang-orang yang berbakti atau memuja.
terdapat arca Budha yang menghadap ke Untuk lebih mendekati rasa ketuhanan, para
semua arah (keseluruhannya berjumlah 64 bhakta kemudian menggunakan istilah tanu,
buah), ialah Dhyani Budha Wairocana yang, yang berarti tubuh (dewa) dan rupa, yang
yang menguasai zenit dengan witarkamudra berarti bentuk (dewa) yang menggunakan
(sedang mengajar atau berbicara). Di atas istilah tanu dan rupa mereka merasa puas,
telah dikemukakan, bahwa sistem atau karena merasa lebih dekat dengan tuhan
susunan enam Dhiyani Budha. Jadi di atas atau dewa yang dipujanya. Selain istilah
lima Dhiyani-Budha yang telah diutarakan tanu dan rupa dikenal pula kata vimba yang
(yang menempati relung-relung pada tingkat berarti pencerminan yang sama. Artinya
II-V) ada Dhyani Budha yang keenam, yaitu kata vimba ini tercermin dalam suatu
Wajrasatwa dengan dharmacakramudra upacara yang dikenal sebagai upacara
memutar roda darma-hukum atau ajaran Durgapuja, yaitu suatu upacara untuk
kebenaran (Soetarno, 1987:94). meminta keselamatan atau hal-hal yang
Arcar Budha pada tingkat rupadhatu berkaitan dengan keduniawian. Dalam
terletak dalam relung terbuka bagian upacara ini dilakukan upacara memandikan
depannya. Arca tersebut digambarkan arca atau dewi yang terbuat dari batu atau
dalam posisi duduk bersila di atas dari tanah liat (Maulana, 1997:2).
padmasana dalam keadaan samadhi penuh.
Relung-relung pada tingkat ini susun 2. Nilai Budaya Pada Produk Budaya
berjajar pada sisi luar pagar langkan. Sesuai Pariwisata sebagia suatu kegiatan
dengan tingkat bangunan yang semakin melibatkan orang banyak di dalam
tinggi letaknya dan semakin kecil ukuran. masyarakat yang masing-masing melakukan
Maka pada langkan tingkat pertama perkerjaan-pekerjaan tertentu, wisatawan
terdapat 104 relung, pada tingkat ke 2 sendiri yang melakukan perjalanan wisata
terdapat 104 relung, pada tingkat ke 3 perlu mengadakan persiapan-persiapan, ia
terdapat 88 relung, pada tingkat ke 4 harus memilih kedatangan wisatawan
terdapat 72 buah, dan pada tingkat ke 5 dengan megadakan kegiatan-kegitan yang
terdapat 64 relung dengan demikian jumlah sekiranya sesuai dengan motifsi wisatawan
relung ada 432, dan sebanyak itu pula ada yang menyediakan angkutanorang lain
jumlah arca di dalamnya. Sistem mengadakan persiapan-persiapan agar
pembuangan air hujan pada candi ini sangat kebututhan wisatawan akan makan, minum
diperhatikan. Tidak kurang dari 100 dan penginapan dapat dipenuhi ada yang,
pancuran, yang disebut jaladwara, menjadi petunjuk jalan damn sebaginya
ditempatkan pada masing-masing sudut, (Prasetyo, 1993:21-22).
mulai dari tingkat dari bawah sampai tingkat

87
3. Nilai Budaya Candi Borobudur yang dikelola secara komersial (Muljadi,
Berupa Pemakaian Nama 2014:192-193).
Tokoh/Hotel/ Bangunan Pariwisata budaya merupakan fokus
kajian berbagai disiplin ilmu, mulai dari
Nilai Budaya candi Borobudur: Berupa antropologi, ekonomi, sosiologi, geografi.
Tempat perkantoran candi Borobudur Oleh sebab itu, pendekatan multidisiplin
akan memudahkan kita untuk memahami
perkembangannya diberbagai tempat. Ada
dua pertanyaan penting yang perlu dijawab
dalam pembangunan pariwisata budaya.
Pertama, bagaimana kebijakan yang diambil
mampu mendorong pengembangan dan
konservasi budaya sehingga dapat dijadikan
atraksi pariwisata? Kedua, bagaimana
kebijakan pemerintah mampu mencegah
degradasi budaya dan meningkatkan nilai
ekonomi unit-unit kebudayaan melalui
Tempat perkantoran yang ada di pembangunan pariwisata. Dua tema besar
candi Borobudur ini adalah tempat para yang menjadi fokus perdebatan didalam
pegawai atau pengurus candi Borobudur kebijakan pengembangan pariwisata budaya
yang bekerja selama candi Borobudur tersebut masih sangat relevan dengan
dibuka baik itu dari pagi hingga sampai situasi pembangunan pariwisata Indonesia.
malam hari. Pemanfaatan kebudayaan Pariwisata budaya memiliki nilai
sebaga objek wisata memang sangat keuntungan ekonomi dan budaya yang
menjanjikan dalam visi tahun 2020 saling melengkapi. Jika dikelola dengan
memprediksi bahwa wisata budaya akan cermat, ia ibarat dua sisi mata uang. Aset
merupakan salah satu diantara segmen budaya dalam bentuk peninggalan sejarah,
pasar pariwisata di masa akan datang. situs-situs sejarah dan beragam jenis
Kiranya patut diingat bahwa ada semacam kesenian sangat potensial untuk dijadikan
kekhawatiran antara manajemen sebagai komoditas ekonomi.
kebudayaan termasuk juga alam dan
kepariwisataan, dalam hal ini pariwisata, Nilai Budaya candi Borobudur: Berupa
nilai budaya dan kelestariannya benda tempat rumah makan candi Borobudur
cagar budaya (BCB) (Balai Konservasi
Borobudur, 2016:23).
Hotel merupakan bagian yang integral
dari usaha pariwisata dan dapat dikatakan
sebagai usaha akomodasi yang
dikomersialkan untuk umum, fasilitas-
fasilitas hotel secara umum yang
menghasilkan produk pelayanan jasa antara
lain a. Kamar tidur tamu; b. Makan dan
minum; c. Fasilitas pelayanan lain seperti,
rekreasi,olahraga, loundry, penyewaan Rumah makan yang terdapat di
ruangan business centre. hotel adalah suatu Borobudur adalah rumah makan yang
jenis akomodasi yang mempergunakan sangat strategis tempatnya karena rumah
sebagian atau seluruh bangunan untuk makan ini adalah salah satu budaya yang
menyediakan jasa penginapan, makanan terdapat di candi Borobudur karena bisa
dan minuman serta jasa lainnya bagi umum, meningkatkan pendapatan yang sangat

88
banyak keuntungan dari candi Borobudur Nilai Budaya candi Borobudur: Berupa
tersendiri, bukan hanya nilai Borobudur nya Stupa
tetapi nilai dai rumah makanpun menjadi
nilai budaya yang sangat bagus untuk
perekonomian masyarakat candi Borobudur.

Nilai Budaya candi Borobudur: Berupa


Toko mebel.

Toko mebel adalah toko yang mencakup


perlengkapan rumah tangga seperti Kursi,
Meja, dan Lemari yang mana dapat kita cari
di toko mebel .
Stupa merupakan gambaran
makrokosmos yang berkaitan dengan sang
Budha adalah penguasa dunia sebagai
cakrawatrin, ditandai dengan stupa ratna-
Tujuh manikam yaitu hastiratna (gajah)
aswaratna (kuda) cinta mani (permata
,magic) striratna (istri atau permaisuri),
grhpati (perdana mentri), dan parinayaka
(panglima besar).
Kata Stupa berasal dari akar kata
Nilai Budaya candi Borobudur: Berupa “stup” yang artinya mengakumulasi,
topi berkumpul menjadi satu dalam istilah
Topi merupakan salah satu nilai arsitektur stupa berarti monumen berbentuk
budaya candi Borobudur yang mana pada piramida di atas relikui sang Budha. Jadi
nilai setiap budaya itu mempunyai nilainya pada hakekatnya stupa adalah bangunan
masing-masing bagi masyarakat Borobudur makam, kadang-kadang stupa dibuat dalam
yang mana hasil budaya tersebut dapat bentuk mini yang digunakan sebagai
meningkatkan nilai perekonomian mereka. persembahan. stupa merupakan lambang
Dharma, namun demikian tidak berarti
setiap stupa berisi relikui (Haryono, 2011:9).

Nilai Budaya candi Borobudur: Berupa


mainan Kunci

89
Mainan kuci adalah salah satu nilai Pulpen merupakan hasil dari
budaya yang dibudayakan oleh warga candi kebudayaan yang di hasilkan orang-orang
Borobudur yang mana dapat meningkatkan magelang yang membuat kerajinan yang
nilai perekonomian warga Borobudur dan berupa pulpen, dengan demikian hasil
nilai budaya ini juga sebagai nilai budaya budaya yang dihasilkan oleh warganya
yang sangat banyak di beli oleh para tersebut dapat meningkatkan mutu
wisatawan yang datang ke candi Borobudur pembuatan kerajinan tersebut dapat
dan membeli gantungan kunci tersebut meningkatkan wisatawan yang ingin datang
sebagai oleh-oleh dari candi Borobudur. ke magelang untuk melihat keindahan
alamnya sekaligus memiliki hasil budaya
Nilai Budaya candi Borobudur : Berupa yang di hasilkan.
Gelang
Nilai Budaya candi Borobudur: Berupa
kipas

Gelang merupakan nilai budaya yang


dibuat oleh warga candi Borobudur yang Kipas merupakan hasil budaya yang
mana nilai budaya ini dibudayakan oleh di asilkan warga Magelang cara membuat
warga Borobudur yang mana kerajinan ini kipas ini relatif mudah karena bahan yang
dibuat oelh warga setempat guna untuk digunakan dalam pembuatan kipas tersebut
meningkatkan nilai perekonomian mereka tidaklah sulit bahan yang digunakan antara
serta memperkenalkan nilai budaya yang lailn : bambu, kain, benang, dan lem dengan
mereka buat dari hasil tangan mereka bahan tesebut dapatlah membuat kipas
sendiri baik itu dari luar candi Borobudur, tersebut, maka dari itulah masyarakat
gelang juga dijual di daerah istimewa Borobudur sangat melestarikan hasil budaya
Yogyakarta. tesebut.

Nilai Budaya candi Borobudur: Berupa Nilai Budaya candi Borobudur: Berupa
pulpen centong

90
Centong merupakan alat yang belajar-mengajar disekolah. Otonomi
digunakan untuk penyendok nasi yang diberikan agar setiap satuan pendidikan dan
terbuat dari kayu dan maka dari itu centong sekolah memiliki keleluasaan dalam
yang dihasilkan dari Magelang ini adalah mengelola sumber daya, sumber daya,
centong yang dari kayu, ada juga yang sumber dana, sumber belajar dan
terbuat dari plastik dengan demikian menglokasinnya sesuai dengan prioritas
centong merupakan salah satu hasil karya kebutuhan, serta lebih tanggap terhadap
dari Borobudur yang sangat banyak diminati kebutuhan setempat.
oleh masyarakat Magelang dan sekitarnya, Candi Borobudur sangat efektif dan
dengan adanya hasil budaya yang sangat representative jika dimanfaatkan sebagai
menarik. sumber pembelajaran karena di dalam
komplek candi Borobudur selain pengajaran
Nilai Budaya candi Borobudur: Berupa materi sejarah yang disampaikan dengan
Homestay cara ceramah, diskusi, tanya jawab, dan
tugas mandiri siswa juga menyaksikan
gambar-gambar foto, benda-benda
peninggalan yang digunakan pada peristiwa
zaman dahulu. Siswa diberi kesempatan
untuk melihat, mengamati, dan
menanyakan langsung terhadap materi
yang belum jelas. Hal itu memungkinan
siswa untuk berpikir kreatif, menemukan
konsep-konsep baru tentang materi,
sehingga memudahkan siswa untuk
Homestay adalah salah satu tempat mengerti dan memahami materi yang
penginapan yang dibuat oleh masyarakat disampaikan dan tidak mudah begitu saja
Borobudur dengan tujuan untuk menerima (hasil catatan wawancara Bapak Amiril
masyarakat asing yang ingn berkunjung di Mukminin, S.Pd pada tanggal 8 Mei jam
Borobudur dengan tujuan ingin menambah 09.30 WIB). Keberadaan pemanfaatan nilai
pendapatan mereka maka dari itulah budaya candi Borobudur sangat relevan
masyarakat Magelang banyak sekali yang dengan materi yang tercantum dalam
membuat rumah untuk para pengunjung kurikulum SMA. Hal ini dapat dilihat dari
yamg datang ke candi Borobudur ini, agar latar belakang peristiwa bersejarah.
nilai budaya yang di miliki oleh masyarakat Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan
tersebut dapat dilestarikan. Pendidikan (K13) sejarah SMA, Relevansi
antara arca Budha di candi Borobudur
Pembahasan dengan Kurikulum sejarah SMA adalah
1. Pemanfaatan Nilai Budaya Candi sebagai berikut;
Borobudur Sebagai Sumber
Pembelajaran Sejarah Dalam K13 2. Pemanfaatan nilai budaya candi
K13 merupakan strategi Borobudur Sebagai Sumber
pengembangan kurikulum untuk Pembelajaran Sejarah di SMA
mewujudkan sekolah yang efektif, produktif, PGRI 1 Palembang
dan berprentasi K13 merupakan paradigma Menurut tradisional dan klasik, dalam
baru pengembangan kurikulum, yang segala keadaan tradisional, dan khususnya
memberikan otonomi luas setiap satuan keadaan-keadaan pada asal mula
pendidikan, dan perlibatan masyarakat arsitektur, bagan-bagan penataan sering
dalam rangka mengefektifkan proses didasarkan atas hal yang suci, karena religi

91
dan ritual menjadi pusat (walaupun bagan- berdasarkan rasa ingin tahunya tentang
bagan lain juga memainkan peranan). ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya,
Pandangan dunia masyarakat tradisional dan humaniora dengan wawasan
adalah yang memainkan peranan) kemanusiaan, kebangsaan, ketenagraan,
pandangan dunia masyarakat tradisional dan peradaban terkait fenomena dari
adalah religius, maka lingkungan buatan kejadian serta menerapkan pengetahuan
yang mengkiaskan cita-cita harus procedural pada bidang kajian yang spesifik
mengkiaskan yang suci, karena hal itulah sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
menunjukan cita-cita harus paling berarti. memecahkan masalah.
Kebanyakan bangunan tradisional, misalnya Kompentensi Dasar: 1.1. Menganalisis
permukiman adalah gambaran duniawi dan pengaruh perkembangan agama dan
citra surgawi yang mencakup poros bumi, kebudayaan Hindu-Budha terhadap
pusar-pusar dunia, arah-arah pokok sifat masyarakat di berbagai daerah Indonesia
bulat, sifat segi empat panjang, dan Materi: Agama dan kebudayaan Hindu-
semuanya merupakan upaya untuk Budha di Indonesia lahir dan
membedakan daerah yang suci, dan berkembangnya agama dan agama Hindu-
demikian juga manusiawi, serta dapat Budha, Proses masuk dan berkembangnya
diami, dari kekacauan duniawi disekitarnya agama dan kebudayaan Hindu-Budha di
umpamanya. Pemukiman itu dianggap Indonesia
sebagai sebuah rumah raksasa dan denah Maka materi yang berkenaan dengan
rumah itu sebenarnya dapat pemanfaatan nilai budaya candi Borobudur
disuperhiposekan pada suatu kerangka sebagai sumber pembelajaran sejarah
manusia dalam suatu posisi tertentu yang dapat dijadikan sumber pembelajaran
digunakan dalam penguburan. Dalam sejarah SMA kelas X dan juga dapat
arsitektur tradisonal Hindu, ruang, waktu, dikembangkan dalam proses pembelajaran
dan zat adalah manifestasi dari pencipta, sejarah karena materi ragam seni hias pintu
ruang kebendaan dan zat kebendaan Borobudur (hasil catatan wawancara Bapak
menjadikan ruang ideasional terlihat: model Amiril Mukminin, S.Pd pada tanggal 08 Mei
kosmologisnya menekankan pada: (1) jam 08.30 WIB).
Kemurnian ritual di dalam rona; (2) Pusat
dan keterpusatan hal terpenting secara D. SIMPULAN
sosial dan secara arsitektur; dan (3) Ruang Candi Borobudur adalah candi yang
ideasional yang diejawantahkan melalui terbesar di Indonesia salah satu candi
lambang-lambang. Ruang diubah oleh Agama Budha yang mana di setiap candi ini
lambang-lambang dan ritual-ritual sehingga terdapat banyak arca Budha yang didalam
sifat kedewaan jadi terlihat dan arsitektur Stupa tersebut dengan banyaknya stupa
disebut ‘Wastu Vidya’ ilmu persemayaman tersebut maka candi Borobudur sangat
para dewa selain itu ragam seni hias bisa banyak sekali nilai budaya yang di hasilkan
dijadikan sumber pembelajaran sejarah. oleh candi Borobudur, dengan banyaknya
Sedangkan keberadaan candi nilai budaya yang dapat di manfaatkan oleh
Borobudur sangat relevan dengan materi masyarakat candi tersebut adalah
yang tercantum dalam kurikulum terbaru perkantoran, mebel, hotel, stupa, topi,
yaitu K13 di mata pelajaran sejarah kelas XI gantungan kunci, centong, pulpen, yang
semester genap adapun untuk lebih dihasilkan oleh masyarakat candi
jelasnya sebagai berikut: Borobudur. Selain sebagai tempat nilai
Kompentensi Inti: 1. Memahami, budaya candi Borobudur juga sebagai
menerapkan dan menganalisis tempat Pariwisata yang mana pada setiap
pengetahuan faktual, konseptual prosedural harinya candi Borobudur tidaklah sepi tetapi

92
sangantlah banyak pengunjung yang datang
ke candi Borobudur.
Nilai budaya yang terdapat di candi
Borobudur sangatlah banyak nilai
budayanya dikarenakan candi yang di
temukan sekitar abad ke VII Masehi ini
sangat banyak nilai budya oleh karena itulah
pelestarian yang dihadapi sebagai warisan
budaya menarik perhatian masyarakat dunia
dan menggugah kepedulian serta upaya
bersama dalam pelestariannya,
selanjutnnya timbul kesadaran bahwa
pelestarian warisan budaya tidak bisa hanya
di bebankan kepada masyarakat lokal perlu
usaha bersama agar dapat lebih menjamin
kelestarian warisan budaya tersebut,
warisan budaya yang ada di suatu tempat
tidak hanya menjadi milik dari masyarakat
setempat tetapi merupakan milik seluruh
umat manusia termasuk tanggung jawab
pelestariannya.

DAFTAR PUSTAKA

Balai Konservasi Borobudur. 2016.


Kearsitekturan Candi Borobudur.
Magelang: Balai Konservasi
Borobudur.
Hariyono, Rudi. 2001. Tabir Misteri Jagad
Raya. Surabaya. Putra Pelajar.
Joesoef, Daoed. 2015. Borobudur. Jakarta:
Kompas.
Maulana, Ratnaesih. 1997. Ikonografi Hindu.
Jakarta: Fakultas Sastra UI 1997.
Muljadi, Dkk. 2014. Kepariwisataan dan
Perjalanan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Rahardjo Supratino. 2005. Religi Dalam
Dinamika Masyarakat. Banten.
Soetarno, 1987. Aneka Candi Kuno di
Indonesia. Semarang: Dahara Prize
Semarang.
Sulistyanto Bambang. 2015. Ragam Hias
Candi-candi di Jawa. Yogyakarta:
Kepelpres.

93

Anda mungkin juga menyukai