Anda di halaman 1dari 17

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

Arsitektur Candi Prambanan dalam Kajian Fungsionalisme Struktural dan


Strukturalisme

BIDANG KEGIATAN

PKM-ARTIKEL ILMIAH

Nama

1. Dita Eka Sari (160731614953)


2. Ilham Rahmad Dila (160731614950)
3. Khalfin Deby (160731614828)
4. Nevi Afriyanti (160731614951)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

MALANG

2016

Arsitektur Candi Prambanan dalam Kajian Fungsionalisme Struktural dan


Strukturalisme
Abstrak

Perkembangan Hindu-Budha di Indonesia sangat berkembang pesat


sehingga berpengaruh besar dengan kemajuan masyarakatnya. Pengaruh Hindu-
Budha pada kebudayaan sangat beragam meliputi kepercayaan sampai banyak
peninggalan-peninggalannya berupa candi. Candi merupakan salah satu
peninggalan masa Hindu-Budha. Pentingnya dalam mengetahui sejarah di masa
lampau tercermin dari banyaknya candi yang dibuat, yang terpenting asset nilai-
nilai dan fungsi dari adanya candi di suatu wilayah. Dalam hal pembangunan atau
arsitekturnya berperan sebagai penjelas dari zaman ke zaman suatu peradaban
salah satunya kemegahan Candi Prambanan. Oleh karena itu, makalah ini akan
membahas tentang Arsitektur Candi Prambanan dalam Kajian Fungsionalisme
Struktural dan Strukturalisme.

Kata Kunci: Arsitektur, Candi Prambanan, Fungsionalisme, Strukturalisme

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Teori fungsionalisme adalah teori yang beranggapan bahwa semua unsur


kebudayaan mempunyai manfaat bagi masyarakat dimana unsur itu terdapat.
Begitu pula jika arsitektur dari sebuah candi ditinjau dengan teori fungsionalisme
maka, semua bagian dari candi itu memiliki fungsi masing-masing.

Candi Prambanan pun jika dikaji dengan teori fungsionalisme juga


disetiap bagian dari candi prambanan mempunyai fungsi tersendiri. Secara garis
besar candi prambanan adalah sebagai tempat pemujaan bagi agama hindu untuk
memuja para dewa, khususnya untuk dewa trimurti yaitu tiga dewa tertinggi bagi
pemeluk agama hindu. Candi prambanan masih digunakan sebagai tempat agama
hindu sampai sekarang setiap ada acara keagamaan besar.

Banyak dari masyarakat kurang mengetahui tentang candi prambanan


terlebih dari fungsi sebenarnya dari candi prambanan ini. Masyarakat pada
umumnya hanya mengetahui candi prambanan sebagai tempat pariwisata saja,
digunakan sebagai sarana rekreasi untuk menghilangkan rasa penat. Selain
sebagai tempat rekreasi yang pada umumnya masyarakat ketahui sebenarnya
candi prambanan juga masih digunakan sebagai tempat ibadah bagi pemeluk
agama hindu.

Untuk mengatasi ketidaktahuan dari masyarakat tersebut, perlu diadakan


sosialisasi untuk memberikan informasi yang belum diketahui oleh banyak
masyarakat tersebut. Sosialisasi tersebut sudah seharusnya diadakan secara merata
agar cakupan dari sosialisasi itu dapat mencakup semua aspek masyarakat. Selain
merata, sosialisasi juga harus bermanfaat dan menarik supaya masyarakat tertarik
untuk mengikuti sosialisasi tersebut.

Dengan diadakannya sosialisasi tersebut, diharapkan memberikan manfaat


bagi masyarakat luas. seperti, masyarakat dapat mengetahui candi prambanan jika
dihubungkan dengan teori fungsionalisme, pengetahuan masyarakat akan candi
prambanan bertambah.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Kajian Arsitektur Candi Prambanan Ditinjau dari Teori Fungsionalisme

Teori fungsionalisme merupakan teori yang beranggapan atau berasumsi


bahwa semua unsur kebudayaan bermanfaat bagi masyarakat dimana unsur itu
terdapat (Ihromi, 2016:76). Demikian pula jika arsitektur candi prambanan
ditinjau dengan teori fungsionalisme maka, semua aspek arsitektur dalam candi
prambanan memiliki fungsinya masing-masing.

Berdasarkan kajian arsitektur Candi Prambanan terdapat beberapa aspek


yang dapat ditinjau melalui teori Fungsionalisme tedapat beberapa arca dan relief
yang menjadi bukti bahwa adanya peninjauan melalui Teori Fungsionalisme yang
antara lain :

1 Arca Dewi Durga

Arca Dewi Durga ini merupakan Arca yang disebut juga sebagai Arca
Loro Jonggrang. Arca ini berfungsi sebagai tempat pemujaan kepada dewa Siwa,
terdapat bukti yang mendasari Arca Dewi Durga dikatakan sebagai tempat
pemujaan antara lain adanya perhatian yang memikat dari masyarakat terhadap
arca Dewi Durga dari masyarakat setempat, sebagaimana tersajikan dari rupa-rupa
sesajen yang ada di sekitaran arca berupa dupa, beras, bunga tujuh rupa dan uang
dan juga tidak jarang ditemukan pula kambing-kambing yang masih hidup didekat
situ yang diduga sebagai hewan persembahan kepada Dewa Siwa oleh karena itu
arca ini dijuluki sebagai Notre Dame de Bon Secourse. Selain itu arca ini juga
memiliki daya pikat yang sangat kuat daya pikatnya dapat dibuktikan dari dada
dan pinggul arca yang berkilau yang disebabkan oleh elusan-elusan kasih para
pemujanya yang tak terhitung jumlahnya (Jordaan, 2009: 33).

2 Relief Ramayana

Relief Ramayana ini terletak pada candi siwa yang terpahat mengelilingi
candi tersebut. Ditinjau dari namanya sendiri sudah dapat disimpulkan bahwa
relief ini berisi tentang adegan dari kisah Ramayana. Fungsi dari relief itu sendiri
pun juga dapat ditebak, yaitu menceritakan dan menjelaskan tentang kisah
Ramayana itu sendiri, dimana kisah Ramayana ini dianggap kisah yang sakral
bagi penganut agama hindu sehingga relief ini sangat dihormati oleh penganut
agama hindu dari dahulu sampai sekarang (Jordaan, 2009: 21).

Secara garis besar jika Candi Prambanan ditinjau dari Teori


Fungsionalisme maka, candi ini memiliki hubungan dengan agama Hindu sebagai
tempat pemujaan dan sampai saat ini masih digunakan sebagai tempat pemujaan
terhadap trimurti. Trimurti disini adalah 3 dewa besar agama Hindu yaitu Dewa
Siwa, Dewa Brahma, dan Dewa Wisnu.

Pengaruh Teori Fungsionalisme Struktual dan Struktualisme dalam kajian


candi prambanan
Fungsionalisme dan Struktualisme merupakan faham yang yang
menekankan pada sebuah keteraturan. Durkheim menyatakan bahwa dalam teori
Fungsionalisme lebih menekankan pada suatu analisis yang menyeluruh serta
memandang suatu bagian memiliki konsekuensi yang berperan untuk mencapai
suatu keadaan yang normal dengan tetap memenuhi persyaratan dari sistem (Pelly
& Menanti, 1994 :66) Menurut Redcliffe-Brown tidak mungkin menghilangkan
struktur sosial dan kondisi kondisi yang digunakan untuk bertahan. maka suatu
unsur unsur dari kebudayaan adalah struktur sosial yang diperlukan untuk
integritas. Fungsionalisme Struktual yang telah diperkenalkan Talcott Persons
yaitu terdapat unsur unsur yang menekankan Fundsionalisme Struktual yakni
Stabilitas, Integritas, Fungsi Koordinasi dan Konsensus (Pelly & Menanti, 1994 :
60)dengan demikian pengaruh teori Fungsionalisme dan Struktualisme dalam
arkeologi berangkat dari adanya semua struktur yang memiliki fungsional. Fungsi
memiliki peran yang digunakan untuk membentuk keseluruhan itu. Fungsi religi
dapat dapat meningkatkan kesatuan dalam masyarakat.

Candi merupakan salah satu peninggalan arkeologis dari masa Hindu Budha di
Indonesia. Candi merupakan bangunan arkeologi peninggalan masa Hindu Budha
yang dapat dikaji menggunakan teori Fungsionalisme dan Struktualisme. seperti
yang telah dibahas sebelumnya Candi merupakan tempat suci yang diibarat kan
sebagai tempat tinggal para dewa dewa maka masyarakat menggunakan candi
sebagai tempat untuk beribadah dan upacara keagamaan. Candi berfungsi sebagai
tempat untuk menyimpan abu dari raja raja yang telah mati. Kebudayaan
menyembah dewa dewa merupakan kebudayaan dari masa kerajaan Hindu.

Pada kajian Candi Prambanan telah diketahui bahwa, Candi Prambanan


menggunakan arsitektur klasik yang berasal dari kebudayaan Hindu. Candi
Prambanan merupakan bentuk kebudayaan indonesia karena dapat diketahui candi
candi yang ada di Indonesia, Misalnya Candi Prambanan berbentuk punden
berundak yang berarti merupakan hasil dari kebudayaan zaman Megalitik.
Namun candi tidak hanya berbentuk punden berundak yang sederhana. tetapi
telah mendapatkan pengaruh dari kebudayaan Hindu yang menyebabkan bentuk
candi di Indonesia hampir mirip kuil kuil di India. Candi Prambanan merupakan
salah satu candi terbesar yang masih digunakan sebagi tempat untuk melakukan
upacara keagamaan khususnya agama Hindu.Candi Prambanan memiliki bentuk
atap yang bertingkat, yang terdiri dari sejumlah lantai yang bertingkat
tingkat.Candi Prambanan terdiri dari 240 bangunan yang telah terbagi menjadi 6
bagian. Terdapat beberapa kompleks candi pada Candi Prambananyaitu: 1. Candi
Trimurti yang terdiri dari Candi Siwa, Wisnu, dan Brahma,
2. Candi wahana yang terdiri dari Candi Nandi, Candi Garuda, dan Candi Angsa
3. Candi Apit yang terdapat di antara barisan candi Trimurti dan Candi Wahana.
Pada candi Prambanan patung dewa Siwa menghadap ke arah timur dan terletak
diantara dewa Wisnudan dewa Brahma. Candi Siwa atau Lara Jonggrang sebagai
pusat dari candi Prambanan, Masyarakat jawa tepatnya masyararakat di candi
Prambanan menganggap dewa Siwa lebih dihormati dari pada dewa Wisnu dan
Brahmana. Dan hal itu menjadi tradisi masyarakat Jawa yang telah ada sejak
jaman dahulu. Sedangkan dalam ajaran agama Hindu tidak meninggikan dewa
Siwa, karena yang menjadi dewa tertinggi merupakan dewa Brahma sebagai
dewa pencipta alam, kemudian dewa Wisnu sebagai pemelihara alam dan yang
terakhir adalah dewa Siwa sebagai dewa perusak (Wendoris, 2008 : 27).

Pengaruh teori Fungsionalisme dan Struktualisme pada Candi Prambanan dapat di


buktikan dari adanya tradisi yang masih dipertahan kan dan tidak menghilangkan
unsur unsur budaya oleh karena itu pada candi Prambanan masih terdapat
keteraturan. Sebab unsur unsur kebudayaan diperlukandan dan harus
dipertahankan untuk mencapai kedamaian dan juga integritas. Candi Prambanan
merupakan peninggalan dari kerajaan Hindu di Indonesia, namun setelah kerajaan
Hindu di Indonesia mengalami keruntuhan. Bentuk dari Candi Prambanan masih
dipertahankan, dan tetap sama dengan bentuk aslinya. Selain itu Candi Prambanan
masih menjaga dan mempertahankantradisi dari masyarakat kebudayaan pada
masaHindu, Salah satu tradisi kebudayaan nya adalah menyembah patung dewa
dewa yang ada di Candi Prambanan.

Hal ini membuktikan bahwa masyarakat masih menerapkan kebudayaan Hindu


dan masih mengunakan Candi Prambanan sebagai tempat suci untuk beribadah
bagi pemeluk agama Hindu. Masyarakat masih berkumpul dan melakukan
upacara upacara keagamaan di Candi Prambanan. Oleh karena itu dengan adanya
peran masyarakat keberadaan Candi Prambanan masih terjaga hingga saat ini.
Pada candi Prambanan terdapat arca dewadewa yang masih disembah, karena arca
arca dewa yang terdapat pada candi Prambanan melambangkan dewa dewa orang
Hindu.Fungsionalisme Candi Prambanan masih digunakan sesuai fungsinya yaitu
sebagai tempat pemujaan dan menjadi tempat beribadah pemeluk agama
Hindu.Unsur budaya merupakan salah satu faktor integritas makasangat penting
untuk tidak menghilangkan struktur unsur budaya pada Candi Prambanan.

Arsitektur pada Kajian Candi Prambanan

Proses perkembangan kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia sangat


berkembang pesat sehingga menimbulkan pengaruh kemajuan bagi masyarakat
Indonesia. Akulturasi kebudayaan merupakan suatu proses pencampuran di antara
unsur-unsur kebudayaan satu dengan kebudayaan lainnya dengan
mempertahankan kebudayaan aslinya. Keseimbangan antara kebudayaan yang
baru masuk dengan kebudayaan asli Indonesia merupakan hal yang perlu
diperhatikan dalam menciptakan kebudayaan baru. Pada awalnya bangunan-
bangunan candi ditegakkan berdasarkan semangat kreativitas keagamaan dan
nama-nama yang digunakan menggunakan tempat yang merupakan tanda dari
masyarakat yang mementingkan kebersamaan, yang lazim ditemukan dalam
masyarakat agraris (Kartiwan, Soenardji, & Katuuk, 2010:22. )Nilai suatu
bangunan dapat menjadi bukti bagi generasi berikutnya dan dapat dijadikan alat
pengukur berapa tinggi tingkat kebudayaan yang ada pada waktu itu (Haryono,
2004:39).

Arsitektur merupakan bagian dari kebudayaan dan arkeologi masa depan


(Haryono, 2004:39). Kesinambungan masa lampau masa kini masa sekarang
dalam nilai-nilai arsitektur merupakan faktor kunci dalam penciptaan rasa harga
diri, percaya diri, dan jati diri atau identintas diri. Keberadaan arsitektur kuno
bersejarah dapat mencerminkan kisah sejarah, tata cara hidup, budaya dan
peradaban masyarakatnya.

Candi Prambanan mempunyai corak dan hiasan dengan gaya megah serta
mewujudkan bangunan yang agung (Dumadi, 1989:301). Candi Prambanan
terletak di Desa Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Provinsi
Daerah Istimewa Jogyakarta. Candi Prambanan dibangun pada abad XI, masa
kerajaan Mataram Hindu sesuai dengan prasasti siwaghra pada tahun 856 M
(Anom & Kusman, 1991:60). Candi ini dibangun oleh Raja Pikatan sebagai
ungkapan rasa syukur terhadap Dewa Siwa. Arsitektur candi ini mengikuti
arsitektur Hindu berdasarkan tradisi Vastu Shastra dan dirancang untuk meniru
Meru, gunung suci tempat tinggal para dewa Hindu dan rumah Siwa. Candi
Prambanan terdiri atas tiga halaman, yaitu candi induk pada halaman pertama
adalah candi Siwayang menghadap ke arah timur dikelilingi pagar batu dan
merupakan bangunan yang paling suci, candi pada halaman kedua terdapat candi
Perwara adalah 224 candi kecil yang tersusun menjadi 4 deret dan pada halaman
luar belum ditemukan peninggalan-peninggalan candi yang saat ini digunakan
sebagai panggung terbuka Ramayana Candi Prambanan memiliki pola tapak
persegi dengan bentuk semakin ke atas semakin meruncing dan berakhir pada
puncaknya yang berbentuk ratna (Haryono, 2004:40).

Candi Prambanan juga mengenal hierarki zona candi, membentang dari


tempat kurang suci ke alam yang suci yaitu:

a Bhurloka, adalah alam terendah dari seluruh makhluk hidup juga setan
diikatkan oleh nafsu dan keinginan serta cara hidup yang tidak suci.
Tergambar dari halaman luar dan kaki (dasar) masing-masing bagian
candi.
b Bhuvarloka, adalah alam tengah suci seperti Pertapa dan dewa-dewa yang
lebih rendah dengan memperlihatkan orang-orang yang mulai melihatkan
cahaya kebenaran. Tergambar pada halaman tengah dan tubuh setiap candi.
c Svarloka, adalah alam suci tertinggi dewa. Tergambar pada bagian dalam
dan atap candi. Candi Prambanan dihiasi dan dimahkotai dengan Ratna
atau permata.

Motif ragam hias Prambanan pada relief terdiri dari dua relief kalpataru
mengapit relung yang berisi arca singa. Relief ini dipahat pada kaki candi
Prambanan. Relief kalpataru (kiri) terdiri dari sebatang pohon hayat dengan daun-
daun, untaian bunga, dan kuncup. Batangnya tumbuh dari sebuah jambangan.
Pada puncak pohon terdapat sebuah payung dan di kanan kirinya terdapat dua
ekor burung kakak tua. Kanan kiri jambangan ada dua kinara kinari atau makhluk
kahyangan. Pada relief kanan lukisannya hampir sama dengan di sebelah kirinya.
Relung ditengah merupakan semacam jendela berisi sebuah arca singa yang
bingkainya dihias oleh lukisan kala makara, sulur-suluran dan pilar (Anom &
Kusman, 1991:62). Candi Prambanan merupakan Candi Siwa karena selain bilik
utama dari candi induk ditempati Dewa Siwa sebagai Maha Dewa.

Candi Siwa ini memiliki empat pintu masuk sesuai dengan keempat arah
mata angin. Pintu utama menghadap ke timur dengan tangga masuknya yang
terbesar. Di kanan-kirinya berdiri dua buah arca raksasa penjaga dengan
membawa ganda yang merupakan manifestasi dari Siwa itu sendiri. Di dalam
candi terdapat empat ruangan yang menghadap keempat arah mata angin dan
mengelilingi ruangan terbesar yang ada ditengah-tengah. Dasar kaki candi
dikelilingi selasar yang dibatasi oleh pagar langkan. Pada dinding langkan sebelah
dalam terdapat relief cerita Ramayana yang dapat diikuti dengan
cara Pradaksina (berjalan searah jarum jam) mulai dari pintu utama. Hiasan-
hiasan pada dinding sebelah luar berupa Kinari-kinari (makhluk bertubuh burung
berkepala manusia),Kalamakara (kepala raksasa yang lidahnya berwujud
sepasang mitologi) dan makhluk surgawi lainnya. Atap candi bertingkat-tingkat
dengan susunan yang amat komplek masing-masing dihiasi sejumlah Ratna (batu
mulia) dan puncaknya terdapat ratna terbesar.
Relung (berbentuk seperti kubah) sisi selatan terdapat arca Bhatara Guru
yaitu Agastya, yang dilukiskan berdiri di atas padmasana atau singgasana. Bhatara
Guru ini digambarkan sebagai pendeta yang mempunyai janggut tebal serta
berperut gendut. Tangan kanannya dilipat ke depan dada dan tangan kiri
memegang kendi Kamandalu. Di samping tangan kanannya terdapat tombak yang
ujungnya berbentuk trisula. Tombak trisula tersebut dilukiskan dalam posisi
berdiri, terlihat seperti ditancapkan pada sebuah tempat tombak. Dipundak kirinya
terdapat camara. Bagian belakang arca terdapat prabhamandala yang berbentuk
oval tanpa hiasan.
Relung di sisi barat terdapat arca Ganeca, dewa yang berkepala gajah ini
adalah anak dewa Siwa. Arca ini dilukiskan mempunyai empat buah tangan.
Tangan bagian belakang sebelah kanan membawa tasbih (aksamala) dan sebelah
kiri memegang kapak kecil. Cawan berbentuk tengkorak dipegang tangan kiri
depan dan patahan gading dipegang di tangan kanan depan. Ujung belalainya
dimasukkan kedalam cawan itu yang menggambarkan bahwa ia tak pernah puas
meneguk ilmu pengetahuan. Pada mahkotannya terdapat tengkorak dan bulan
sabit sebagai tanda bahwa ia anak Siwa Kepalanya memakai hiasan jata makuta
yang tersusun. Telinganya dilukiskan cukup lebar, memakai upawita yang
berbentuk ukar, serta ikat dada seperti untaian mutiara. Perutnya buncit. Ganeca
ini tampak duduk bersila dengan kedua telapak kakinya berhadapan.
Di relung sisi utara terdapat arca Durga Mahisasuramardini. Dalam cerita
rakyat setempat arca ini dikenal sebagai arca Lara Jonggrang. Arca tersebut
dilukiskan berdiri di atas punggung kerbau dengan ekornya ditarik oleh salah satu
tangannya. Arca Durga ini mempunyai delapan tangan. Tangan sebelah kanan
memegang cakra berapi, kadga (pedang pendek), anak panah (sara) dan terdepan
menarik ekor kerbau yang diinjak. Tangan kirinya memegang Sangkha bersayap,
perisai (khetaka), busur serta menarik rambut asura yang berdiri di samping
kirinya. Lembu yang diinjak dewi Durga ini dalam posisi mendekam ke arah kiri
dan kepala kerbau diinjak oleh asura yang memegang gada. Asura ini dilukiskan
berambut keriting, mata melotot dan mulut setengah terbuka. Durga tampak
memakai pakaian mewah kepalanya memakai hiasan Jatamakuta dengan hiasan
bunga, pada jamangnya mempunyai bentuk dasar yang melebar dan tebal.
Simbarnya memakai hiasan roset
Selain itu, di sisi bagian dalam terdapat relief-relief yang menceritakan
tentang kisah Ramayana. Dari semua relief itu, diceritakan Rama merupakan
reinkarnasi dari Dewa Wisnu. Shinta adalah istri Rama dan Laksmana adalah adik
Rama, mereka berdua pergi ke hutan. Banyak peristiwa yang terjadi selama
mereka dalam perjalanan ke hutan. Shinta diculik oleh Rahwana, seorang raksasa
yang jahat dan dilarikan ke Kerajaan Rahwana di Alengka. Rama mendapat
bantuan dari Hanoman, raja dari Kerajaan Kera. Prajurit dari Kerajaan Kera
dipimpin oleh Rama bergerak ke Alengka. Bagian cerita ini sampai pada saat
prajurit kera membuat jembatan yang menghubungkan ke Kerajaan Alengka.
Sedangkan Candi Brahma terletak di sebelah candi Siwa, bentuk dan
ukurannya lebih kecil. Luas dasarnya 20 meter persegi dan tingginya 37 meter.
Ditinjau dari segi arsitektur seperti halnya candi Siwa candi ini juga terdiri dari
tiga bagian yaitu kaki, badan dan atap candi. Kaki candi yang tingginya 3,30 m
mempunyai hiasan yaitu sebuah relung yang berisi motif prambanan, berupa singa
diapit oleh dua pohon kalpataru penuh dengan bunga-bunga teratai biru, putih dan
merah yang di bawahnya adakinara dan kinari (makhluk setengah manusia
setengah dewa). Badancandi Brahma berdiri di atas sebuah lapik yang sangat
tinggi berukuran 2,80 m yang memiliki bagian-bagian perbingkaian bawah,
dinding dan perbingkaian atas. Atap candi Brahma terdiri atas tiga tingkatan yang
makin lama makin kecil ukurannya, dan diakhiri oleh suatu kemuncak dengan
puncaknya sebuah amalaka tinggi dan besar.
Pada badan candi terdapat bilik candi yang di dalamnya terdapat arca
Brahma. Arca dilukiskan berkepala empat yang masing-masing mukanya
menghadap ke empat arah mata angin. Keempat kepala masing-masing
memakai jatamakuta bersusun tiga. Bagian atasnya terdapat ikatan rambut yang
berupa untaian mutiara. Demikian juga jamangnya pada setiap dahi arca terdapat
hiasan roset yang amat indah. Hiasan telinganya dipahat dengan sangat indah
berupa untaian yang menjulur sampai ke bahu kiri dan kanan. Tangannya
berjumlah empat, kiri depan dalam posisi lurus kebawah sambil memegang kendi,
tangan kiri belakang sebatas siku dilipat keatas sambil membawa camara.
Demikian juga tangan kanan depan dilukiskan dalam posisi ke bawah dengan
memegang suatu benda yang tidak begitu jelas, sedangkan tangan kanan belakang
sebatas siku dilipat dan dilukiskan sedang memegang tasbih. Keempat tangan ini
dilukiskan mengenakan gelang rangkap tiga yang berbentuk untaian mutiara.
Kedua tangan depannya baik yang sebelah kiri maupun kanan memakai kelat
bahu.
Dan relief yang terdapat pada candi Brahma merupakan lanjutan dari cerita
Ramayana, tetapi ada beberapa bagian yang tidak cocok karena perbaikan
candi yang rusak disebabkan gempa.
Candi Wisnu sendiri merupakan salah satu candi utama yang terletak di
halaman pertama di samping candi Siwa dan candi Brahma, apabila candi Brahma
terletak di sebelah kanan atau selatan candi Siwa,maka candi Wisnu terletak di
sebelah kiri atau sebelah utara candi Siwa. Wisnu termasuk tokoh kedua sesudah
Brahma, sedang Siwa merupakan tokoh ketiga. Di dalam mitologi India, Brahma
adalah dewa perusak (prajapati). Wisnu adalah dewa pemelihara (shiti) dan Siwa
adalah dewa perusak (praline). Dengan demikian, jelas bahwa candi Wisnu
merupakan salah satu candi yang mempunyai arti penting disamping candi Siwa
dan Brahma.
Secara vertikal bangunan candi Wisnu terdiri dari tiga bagian yaitu kaki
candi, badan candi dan atap candi. Kaki candi Wisnu berdenah bujur sangkar
terdiri dari dua tingkat, penampil depan di sebelah timur berfungsi sebagai pintu
masuk ke bilik candi. Kaki candi tingkat I mempunyai ukuran lebih luas dari pada
bagian dasar kaki candi tingkat II sehingga di bagian dasar kaki candi tingkat I
berbentuk selasar yang berfungsi sebagai lorong atau jalan untuk mengelilingi
badan candi. Badan candi terletak di atas kaki candi. Pada badan candi terdapat
bilik candi dengan ukuran ruangan panjang 5,36 m, lebar 5,35 m dan tinggi 11,5
m. di dalam bilik candi terdapat arca Wisnu. Bagian paling atas candi yaitu atap
candi. Atap candi Wisnu terdiri dari lima tingkat disusun makin ke atas makin
kecil dan bagian atas setiap tingkat dihiasi dengan bentuk-bentuk amalaka kecil,
sedang puncak atap berupa amalaka besar.
Arca utama pada candi Wishnu dalam posisi berdiri diatas umpak
berbentuk yoni, yang dipahatkan menjadi satu dengan stela berbentuk lengkung.
Jumlah tangannya ada empat, kedua tangan belakang ditekuk ke atas, kedua
tangan depan terletak di kanan kiri pinggul dalam posisi sedikit ditekuk ke depan.
Atribut pada tangan kanan belakang adalah cakra berbentuk lidah api, pada tangan
kiri belakang adalah sangka bersayap. Pada tangan depan terdapat gada, pegangan
gada terletak di sebelah atas. Pada telapak tangan kiri depan terdapat tanda khas
yaitu Sriwatsa (segitiga).
Dewa ini digambarkan berkepala satu dalam posisi tegak. Perhiasan pada
kepala berupa jatamakuta dengan jamang simbar lima serta sumping dan anting-
anting menjulur ke bahu. Kalung terdiri dari dua untaian. Pada dada terdapat ikat
dada dan upawia berupa untaian berpilin. Kainnya berupa kain panjang hingga
pergelangan kaki, sampurnya dua, uncal terletak di bawah sampur. Pada kaki
terdapat gelang kaki. Dan relief yang terdapat dalam candi Wisnu
menggambarkan reinkarnasi Dewa Wisnu dalam bentuk lain. Cerita ini sangat
populer di India tetapi kurang diketahui di Indonesia .
Candi Wahana merupakan kelompok candi yang terletak pada halaman
pertama merupakan bagian terpenting setelah kelompok utama. Nama wahana
mengandung pengertian kendaraan, yaitu nama binatang yang digunakan untuk
kendaraan para dewa. Pemberian nama untuk kelompok candi didasarkan oleh
adanya arca Nandini pada salah satu candinya yang dianggap sebagai kendaraan
dewa Siwa yang terletak di depan candi Siwa. Selain candi Nandini yang terletak
di depan candi Siwa, terdapat pula dua buah candi yang terletak di depan candi
Brahma yaitu candi Angsa dan di depan candi Wisnu adalah candi Garuda.
Candi pendamping yang cukup memikat adalah Candi Garuda yang
terletak di dekat Candi Wisnu. Candi ini menyimpan kisah tentang sosok manusia
setengah burung yang bernama Garuda. Garuda merupakan burung mistik dalam
mitologi Hindu yang bertubuh emas, berwajah putih, bersayap merah, berparuh
dan bersayap mirip elang. Diperkirakan, sosok itu adalah adaptasi Hindu atas
sosok Bennu (berarti 'terbit' atau 'bersinar', biasa diasosiasikan dengan Dewa Re)
dalam mitologi Mesir Kuno atau Phoenix dalam mitologi Yunani Kuno. Garuda
bisa menyelamatkan ibunya dari kutukan Aruna (kakak Garuda yang terlahir
cacat) dengan mencuri Tirta Amerta (air suci para dewa).
Pada candi Prambanan persebaran bangunannya dan pemilahannya ke
dalam sejumlah besar candi Perwara dan delapan candi yang besar yang di
mahkotai oleh candi Siwa serta jaga hubungannya yang selaras di antara berbagai
bagiannya. Metafisika Saiva Puranik yang terungkap dalam pengebawahan rupa-
rupa penjelmaan Dewa Agung terhadap wujudnya yang tertinggi serta dikiblatkan
pada rasa dan makna dilandaskan atas dasar yang serupa dengan Borobudur,
filsafat ini merupakan sebuah ungkapan subjektif dari reflektif tentang
pengalaman duniawi dan fenomenal yang dipikirkan tidak nyata namun dialami
sebagai kenyataan itulah Prambanan (Joordan, 1996:34-36).

Kesimpulan
Berdasarkan Teori fungsionalisme semua unsur kebudayaan bermanfaat
bagi masyarakat dimana unsur itu terdapat. Arca Dewi Durga dan Relief
Ramayana merupakan arsitektur pada Candi Prambanan dari hasil kebudayaan
Hindu yang memiliki fungsionalisme untuk masyarakat.

Candi merupakan salah satu peninggalan arkeologis dari masa Hindu Budha
di Indonesia. Candi merupakan bangunan arkeologi peninggalan masa Hindu
Budha yang dapat dikaji menggunakan teori Fungsionalisme dan Struktualisme.
Pengaruh teori Fungsionalisme dan Struktualisme pada Candi Prambanan dapat di
buktikan dari adanya tradisi yang masih dipertahan kan dan tidak menghilangkan
unsur unsur budaya oleh karena itu pada candi Prambanan masih terdapat
keteraturan.

Arsitektur merupakan bagian dari kebudayaan dan arkeologi masa depan


(Haryono, 2004:39). Kesinambungan masa lampau masa kini masa sekarang
dalam nilai-nilai arsitektur merupakan faktor kunci dalam penciptaan rasa harga
diri, percaya diri, dan jati diri atau identintas diri. Arsitektur candi ini mengikuti
arsitektur Hindu berdasarkan tradisi Vastu Shastra dan dirancang untuk meniru
Meru, gunung suci tempat tinggal para dewa Hindu dan rumah Siwa.

Saran

Setelah mengetahui Arsitektur Candi Prambanan dalam Kajian


Fungsionalisme Struktural dan Strukturalisme, dapat diketahui bahwa
arsitektur pada Candi Prambanan mengandung makna religi dan
kebudayaan. Candi Prambanan merupakan bangunan suci warisan
leluhur sebagai tempat ibadah dan tempat upacara ritual yang masih
digunakan sampai sekarang. Oleh karena itu kelestarian Candi
Prambanan harus dijaga oleh pemerintah dan seluruh masyarakat
Indonesia.

Ucapan Terimakasih
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada bapak Drs. Slamet Sujud Purnawan
Jati M.hum selaku dosen pembimbing dasar-dasar arkeologi yang telah
membimbing kami belajar dalam pembuatan PKM.

Daftar Pustaka
Ihromi, T. O. (2016). Pokok-Pokok Antropologi Budaya. Jakarta: Yayasan Pustaka
Obor Indonesia.

Pelly, U., & Menanti, A. (1994). Teori Teori Sosial Budaya. Jakarta: Ikip Malang.

Sudjana, W. D. (2013). Candi Indonesia Seri Jawa. Yogyakarta: Direktorat


Pelestarian Cagar Budaya dan Permusiuman, Direktorat Jenderal
Kebudayaan, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Wendoris, T. (2008). Mengenal Candi-Candi Nusantara. Yogyakarta: Pustaka


Widyatama.

Anda mungkin juga menyukai