SPESIFIKASI TEKNIS
PEKERJAAN KONSTRUKSI
1. LATAR BELAKANG Drainase merupakan salah satu infrastruktur yang sama pentingnya dengan
keberadaan infrastruktur jalan untuk menangani air limbah dan air kotor.
Drainase memegang peranan penting dalam pengaturan air limpasan hujan
yang berpotensi menjadi genangan air dan banjir. Keberadaan sarana drainase
yang terdiri dari sistem drainase merupakan sarana yang fungsi dan
keberadaannya haruslah selalu dijaga dan dipelihara untuk menjamin
keselamatan dan keamanan manusia dari bahaya banjir sebagai akibat tidak
difungsikannya saluran dengan benar. Seiring dengan pertumbuhan
penduduk, perluasan dan pertambahan penggunaan lahan, seyogyanya
koreksi atas fungsi dan keberlakuan saluran drainase harus dilakukan
melalui upaya pembangunan infrastruktur drainase yang optimal.
b. Tujuan
No. Pekerjaan
1 Pekerjaan Persiapan
2 Pekerjaan Tanah
3 Pekerjaan Saluran
PENGENDALIAN PELAKSANAAN
B. Dokumen Pelaksanaan
f. Segera setelah dikeluarkan SPK (Surat Perintah Kerja) Pihak Pelaksana / Ketua
Tim Pembangunan harus sudah memiliki 3 (tiga) set “Dokumen Pelaksanaan”.
E. Kepala Proyek
G. Pengendalian Karyawan
H. Kesejahteraan Karyawan
b. Bila dari hasil test pengujian ternyata bahan dan peralatan tersebut
tidak memenuhi syarat, maka Pihak Pelaksana/Ketua Tim Pembangunan
harus membatalkan pesanan atas bahan/peralatan tersebut dan segera
menggantinya dengan merek/jenis yang lain.
L. Laporan Harian
❖ Pekerjaan tambah/kurang
M. Rapat Berkala
b. Hasil rapat dituangkan dalam risalah rapat yang disahkan oleh semua pihak
yang hadir. Hasilnya akan menjadi bagian dari Dokumen Pelaksanaan.
N. Photo Dokumentasi
• Pihak Pelaksana harus menjaga agar seluruh galian tanah tidak digenangi air yang
timbul dari hujan, parit serta mata air lain.
• Pihak Pelaksana harus segera membuang tanah bekas galian yang tidak
diperlukan keluar bangunan.
• Pihak Pelaksana harus mengganti bila terdapat bahan urungan yang tidak baik.
• Kepadatan timbunan pada lapisan terbawah akan mencapai 95% dari standar
proctor laboratorium pads kadar air optimum dengan pemeriksaan
kepadatan standar.
• Pasir Urug hanya dipergunakan untuk urugan dan timbunan serta alas
pekerjaan- Lantai kerja Beton ( Line Concrete ).
• Pasir Urug tidak untuk digunakan pada pekerjaan beton struktural dan beton
non struktural
• Pasir Urug terdiri dari butiran-butiran yang keras dan bersifat kekal.
3.1 Bahan.
• Batu Gunung.
1. Batu gunung yang dipergunakan adalah dari kualitas baik dari jenis yang
keras (batu granit), tidak berlubang dan forius.
2. Batu gunung tidak boleh mengandung atau menempel tanah dan ukuran
minimal 25 cm sedangkan ukuran maksimal 30 cm.
Batu gunung yang dipakai harus bermutu tinggi, kuat, bersih, bersudut (tidak
bulat), tanpa retak – retak, dan tidak ada cacat mempengaruhi mutunya. Kwalitas
yang diperlukan adalah agar merata dengan kerapatan penuh (padat), dan harus
begitu kuatnya serta ketahanan sehingga bisa dipakai untuk setiap
maksud yang ditentukan, batu itu hendaknya mempunyai berat jenis tidak
kurang dari 2,6%. Batu kali yang dipakai adalah batu sungai yang dibelah atau
batu gunung yang keras. Sama sekali tidak di izinkan memakai batu sungai
dalam bentuk bulat atau batu endapan dan batu yang digunakan harus disetujui
mengajukan contoh batu kepada Direksi Pengawas.
Rencana Kerja Dan Syarat (RKS)
• Pasir pasangan.
Pasir pasangan yang dipakai harus berupa pasir keras, bersih dan sebelum
diaduk dengan semen harus dalam keadaan kering. Pasir yang digunakan
harus disetujui Direksi Pengawas.
• Semen.
Semen yang dipakai adalah porland cement type I dan II (sesuai kebutuhan mutu
beton yang dihasilkan), dan mendapat persetujuan direksi pengawas.
Rekanan hanya diperbolehkan memakai dari satu jenis PC untuk seluruh
pekerjaan.
• Air.
Air yang dipakai untuk mengaduk spesie harus tawar yang bebas dari larutan
– larutan lain yang membahayakan konstruksi. Air yang dipergunakan
harus mendapat persetujuan Direksi Pengawas.
• Campuran Adukan.
Campuran adukan spesie batu gunung atau kali adalah 1 pc : 4 pasir.
• Syarat Pengadukan.
a. Kalau pengadukan mempergunakan mixer (mesin pencampur)
pencampurannya harus mendapat persetujuan Direksi Pengawas dan
waktu pencampuran setelah semua bahan – bahan masuk kedalam mixer,
minimum 1,5 menit.
c. Pada lapisan paling dasar diberi lapisan pasir urug setebal minimal 5 cm
atau sesuai dengan Gambar Bestek. Lapisan pasir urug akan dipadatkan
dengan kepadatan yang cukup.
LINGKUP PEKERJAAN
1. Penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat bantu lainnya untuk
melaksanakan pekerjaan plesteran dinding saluran serta bagian-bagian lain yang
dianggap perlu dengan hasil yang baik dan sempurna.
2. Pekerjaan plesteran lainnya seperti terurai dalam gambar kerja
PERSYARATAN BAHAN
1. Semen portland harus memenuhi SNI 2049-201
2. Pasir harus memenuhi SNI 8323 – 2016 (ASTM C778-13, IDT).
3. Air harus memenuhi SNI 03-6817-2002
3. Pelaksanaan.
a. Adukan semua jenis plesteran tersebut di atas harus disiapkan sedemikian rupa
sehingga selalu dalam keadaan masih segar dan belum mengering pada waktu
pelaksanaan pemasangan.
b. Kontraktor harus mengusahakan agar tenggang waktu antara waktu
pencampuran aduk plesteran dengan waktu pemasangan tidak melebihi 30
menit, terutama untuk plesteran kedap air.
c. Kontraktor harus menyediakan Pekerja / Tukang yang ahli untuk
pelaksanaan pekerjaan plesteran ini, khususnya untuk plesteran aci halus.
d. Terkecuali untuk plesteran kasar, permukaan semua aduk plesteran harus
diratakan. Permukaan plesteran tersebut khususnya plesteran halus / aci harus
rata, tidak bergelombang, penuh dan padat, tidak berongga dan berlubang, tidak
mengandung kerikil ataupun benda-benda lain yang membuat cacat.
e. Untuk permukaan dinding pasangan, sebelum diplester harus dibasahi terlebih
dahulu dan siar-siarnya dikerok sedalam kurang lebih 1 cm.
f. Sedang untuk permukaan beton yang akan diplester, permukaannya harus
dibersihkan dari sisa-sisa bekisting, kemudian dikasarkan (“scratched”). Semua
lubang - lubang bekas pengikat bekisting atau form tie harus tertutup aduk
plesteran.
g. Untuk semua bidang dinding yang akan dilapis dengan cat / wallpaper dipakai
plesteran aci halus di atas permukaan plesterannya.
h. Untuk bidang dinding pasangan yang menggunakan bahan / material akhir
lain, permukaan plesterannya harus diberi alur-alur garis horizontal untuk
memberikan ikatan yang lebih baik terhadap bahan / material yang akan
digunakan tersebut.
Rencana Kerja Dan Syarat (RKS)
i. Untuk setiap pertemuan bahan / material yang berbeda jenisnya pada satu bidang
datar, harus diberi naat / celah dengan ukuran lebar 7 mm. dan dalam 5 mm.
j. Untuk permukaan yang datar, batas toleransi pelengkungan atau
pencembungan bidang tidak boleh melebihi 5 mm untuk setiap jarak 2 m.
k. Ketebalan plesteran harus mencapai ketebalan permukaan dinding / kolom
seperti yang dinyatakan dan dicantumkan dalam Gambar Kerja. Tebal plesteran
adalah maksimal 1 cm. Jika ketebalan melebihi 1 cm, maka diharuskan
menggunakan kawat ayam yang diikatkan / dipakukan ke permukaan dinding
pasangan yang bersangkutan, untuk memperkuat daya lekat plesteran.
l. Adukan Material plesteran dilakukan Menggunakan Concrete Mixer.
4. Pemeliharaan.
a. Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung dengan
wajar. Hal ini dilakukan dengan membasahi permukaan plesteran setiap kali
terlihat kering dan melindunginya dari sinar matahari langsung dengan bahan
penutup yang dapat mencegah penguapan secara cepat. Pembasahan tersebut
adalah selama 7 (tujuh) hari setelah pengacian selesai, Kontraktor harus
selalu menyiram dengan air sekurang- kurangnya 2 (dua) kali sehari sampai
jenuh.
b. Selama permukaan plesteran belum dilapis dengan bahan / material akhir,
Kontraktor wajib memelihara dan menjaganya terhadap kerusakan- kerusakan
dan pengotoran dengan biaya ditanggung oleh Kontraktor, dan tidak dapat di-
klaim sebagai pekerjaan tambah.
c. Tidak dibenarkan pekerjaan penyelesaian dengan bahan / material akhir di atas
permukaan plesteran dilakukan sebelum plesteran berumur lebih dari 2 (dua)
minggu, cukup kering, bersih dari retak, noda dan cacat lain seperti yang
disyaratkan tersebut di atas.
d. Apabila hasil pekerjaan tidak memenuhi semua yang disyaratkan oleh Konsultan
Pengawas, maka Kontraktor harus membongkar dan memperbaiki sampai
disetujui oleh Konsultan Pengawas.
Biaya untuk perbaikan tersebut ditanggung oleh Kontraktor dan tidak dapat
dijadikan sebagai pekerjaan tambah.
Dalam lingkup pekerjaan ini mutu beton yang digunakan dengan mutu beton
K175 (14.5 MPA) untuk pekerjaan beton dengan tulangan. Khusus untuk pekerjaan
beton structural dengan tulangan pada konstruksi jembatan menggunakan mutu
beton K225 (19.3 MPA)
• Semen.
Digunakan Portland Cement jenis I menurut NI-8 tahun 1972 dan memenuhi S-
400 menurut standard Cement Portland yang digariskan oleh Asosiasi Semen
Indonesia (NI-8 tahun 1972). Semen yang telah mengeras sebagian maupun
seluruhnya dalam satu zak semen, tidak diperkenankan memakaianya sebagai
bahan campuran. Penyimpanan harus sedemikian rupa sehingga terhindar dari
• Kerikil.
Kerikil yang digunakan harus bersih, baik, serta mempunyai gradasi yang
baik sesuai dengan syarat yang tercantum dalam PBI 1971.
• Pasir.
Pasir beton harus berupa butir – butiran tajam dan keras, bebas dari bahan –
bahan organik, lumpur dan sejenisnya serta memenuhi komposisi butir serta
kekerasan sesuai dengan syarat – syarat yang tercantum dalam PBI 1971.
• Air.
Air yang digunakan harus air tawar, tidak mengandung minyak, asam alkalin,
garam, bahan – bahan organik lain yang dapat merusak beton atau baja tulangan.
Dalam hal ini sebaiknya diambil air bersih yang dapat diminum. Air tawar
yang jernih tidak berbau dan berlumpur.
• Semen
2. Semen yang telah mengeras sebagian tidak diperkenankan
pengunaannya untuk dipakai.
• Besi Beton.
1. Besi dari baja untuk <10 mengunakan U = 24 2400 kg/cm2.
2. Harus bersih dari minyak dan bahan lainnya yang dapat mengurangi
daya lekat antara besi dengan beton.
a. Cetakan (bekesting).
Bekesting harus dibuat kuat dan kokoh, tahan terhadap getaran
vibrator dari luar manapun dari dalam, bekesting tidak mengalami
perubahan bentuk, baik sebelum maupun sesudah diadakan
pengecoran, harus kedap air dan menutup semua celah – celah
bekesting.
• Pembersihan cetakan.
Permukaan cetakan dan pemasangan dinding yang akan berhubungan
dengan beton harus dibersihkan dari kotoran dan dibasahi dengan air bersih
sebelum dicor.
• Pengecoran.
Sebelum melaksanakan pengecoran beton pada bagian utama dari
kontruksi, Pihak Pelaksana harus memberitahukan pemberi tugas untuk
mendapat persetujuan. Jika tidak ada pemberitahuan atau persiapan
pengecoran tidak diketahui pemberi tugas maka Pihak Pelaksana dapat
diperintahkan untuk membongkar dan menyingkirkan beton yang atas biaya
Pihak Pelaksana.
Lingkup pekerjaan pada bagian ini adalah meliputi pengadaan bahan dan
tenaga kerja untuk pelaksanaan pekerjaan perlindungan terhadap kebocoran,
peningkatan arsitektur, estetika, finishing, beton expose dan pekerjaan pelengkap
lainnya :
1. Syarat–syarat.
Seluruh pekerjaan harus dikerjakan dengan kualitas baik, rapi dan memenuhi
persyaratan.
2. Bahan–bahan.
Bahan yang diperlukan harus berkualitas baik dan memenuhi ketentuan–ketentuan
dalam peraturan umum bahan bangunan.
3. Tata Cara Kerja.
Seluruh pekerjaan harus dierjakan dengan baik memenuhi persyaratan yang
telah ditentukan sesuai dengan pasal demi pasal pada RKS ini.
6.2 Pekerjaan Finishing.
2 Dump Truck 4 M3 1
4 Concrete Vibrator 2 Hp 1
5 Genset 10 Kva 1
1. Concrete Mixer
2. Dump Truck
Dump Truck biasa digunakan untuk mengangkut material alam atau hasil galian dari
lokasi quary ke lokasi proyek seperti tanah, pasir, batu split, dan juga material olahan
seperti beton kering pada proyek konstruksi serta digunakan juga untuk menggangkut
material bekas galian dan sisa – sisa material dari lokasi pekerjaan.
3. Pompa Air
Pompa Air Merupakan sebuah alat untuk Pengalihan air guna memudahkan melaksanakan
pekerjaan saluran.
4. Concrete Vibrator
Concrete Vibrator Merupakan sebuah alat untuk Pemadatan beton dengan system
pengetaran sehingga adukan beton yang dituangkan pada cetakan merata untuk mencapai
mutu beton yang maksiumal.
5. Genset
Genset Merupakan sebuah alat untuk menghasilkan daya listrik yang digunakan untuk
menghidupkan mesin pompaair.
Personel Manajerial adalah tenaga ahli atau tenaga teknis yang ditempatkan sesuai
penugasan pada organisasi pelaksanaan pekerjaan. Personel manajerial merupakan
salah satu persyaratan teknis pada tender pekerjaan konstruksi yang harus dipenuhi.
Sertifikat Keterampilan Kerja (SKT) TS 031 Pelaksana Saluran Irigasi adalah salah
satu bidang dari Sertifikat Keterampilan (SKT). Sertifikat Keterampilan (SKT) itu
sendiri adalah sertifikat yang diterbitkan LPJK dan diberikan kepada tenaga
terampil konstruksi yang telah memenuhi persyaratan kompetensi berdasarkan
disiplin keilmuan, kefungsian dan/atau keterampilan tertentu.
irigasi.
Petugas Keselamatan Konstruksi di tempat kerja adalah Personil yang ditunjuk oleh
perusahaan dan diserahi tugas tambahan untuk melaksanakan Keselamatan
Konstruksi di tempat kerja. Fasilitas K3 di tempat kerja adalah semua peralatan,
perlengkapan, dan bahan yang digunakan dalam pelaksanaan K3 di tempat kerja.
Ditetapkan oleh :
Kuasa Pengguna Anggaran
Program Peningkatan Prasarana, Sarana dan
Utilitas Umum (PSU) Dinas Perumahan Rakyat
Dan Kawasan Permukiman Aceh
NO. KETERANGAN
IDENTIFIKASI BAHAYA NILAI RESIKO TINGKAT RESIKO
URAIAN PEKERJAAN KEMUNGKINAN (F) KEPARAHAN (A)
(Skenario Bahaya) (F X A) (TR)
1 2 3 4 5 6 7 8
Berdasarkan uraian diatas, Kuasa Pengguna Anggaran menetapkan Tingkat Resiko untuk pekerjaan ini dalam Tingkat Resiko Kecil dan untuk pekerjaan
pasangan batu sebagai tingkat risiko pekerjaan terbesar