Asisten:
Meily J.A. Sembiring 15015110
Disusun Oleh:
M. Faruq Amir 15017111
Aggie Farkhantiansyah 15017112
Hafidz Rizky F 15017113
Mutiara Hayudina 15017114
Fidel Jesse Jordan Manurung 15017115
LEMBAR PENGESAHAN
I
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH I
SEMESTER II TAHUN 2018/2019
Diajukan untuk memenuhi syarat kelulusan
Modul 1 Pemeriksaan Kadar Air Tanah
Modul 2 Pemeriksaan Berat Volume Tanah
Modul 3 Pemeriksaan Berat Jenis Tanah
Modul 4 Pemeriksaan Ukuran Butiran Tanah
Modul 5 Pemeriksaan Atterberg Limit
Modul 6 Pemeriksaan Konsolidasi
Modul 7 Pemeriksaan Permeabilitas Tanah
Modul 8 Pemeriksaan Kepadatan Tanah
Modul 9 Pemeriksaan Nilai CBR
Modul 10 Uji Geser Langsung
Modul 11 Uji Tekan Triaksial
Modul 12 Uji Tekan Bebas
Disusun oleh
Kelompok 23
M. Faruq Amir 15017111
Aggie Farkhantiansyah 15017112
Hafidz Rizky F 15017113
Mutiara Hayudina 15017114
Fidel Jesse Jordan Manurung 15017115
II KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat serta hidayah-Nya
sehingga laporan praktikum Mekanika Tanah I ini dapat diselesaikan tepat waktu guna
memenuhi standar kelulusan kuliah Teknik Sipil semester empat Mekanika Tanah I. Dalam
menyusun laporan praktikum ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi diantaranya waktu
pengerjaan yang dilakukan hampir setiap hari dan banyaknya modul praktikum yang dikerjakan.
Namun, kami telah mengusahakan yang terbaik dan dengan bantuan dari berbagai pihak khususnya
dosen pembimbing dan asisten praktikum, sehingga dapat memperlancar berjalannya praktikum
kami.
Didalam penyusunan laporan praktikum ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu kami, terutama dosen pembimbing, Meily Sembiring selaku Asisten
Praktikum kami yang telah membimbing kami selama asistensi, praktikum dan sidang. Tak lupa
kami berterima kasih kepada rekan – rekan yang telah membantu membuat laporan ini hingga selesai
dan teknisi yang membantu kami saat mengalami kendala ketika praktikum. Namun, penulis
menyadari bahwa terdapat ketidaksempurnaan dalam penyusunan laporan praktikum ini. Oleh
karena itu, kami membutuhkan kritik dan saran, khususnya dari dosen pembimbing untuk menjadi
bekal bagi kami untuk menjadi lebih baik dimasa yang akan datang.
Tim Penulis
IV DAFTAR GAMBAR
Gambar 11. 1 Contoh Lingkaran Mohr untuk tes Unconsolidated UndrainedI............................ XI-2
Gambar 11. 2 Prosedur Percobaan Tekanan Triaksial UU .......................................................... XI-3
Gambar 11. 3 Tegangan Vs Regangan ........................................................................................ XI-6
V DAFTAR TABEL
Tabel 4. 1 Data yang Akan Diambil Selama Praktikum Ini ......................................................... IV-5
Tabel 4. 2 Data Saringan ............................................................................................................. IV-5
Tabel 4. 3 Hasil Analisis Saringan .............................................................................................. IV-6
Tabel 4. 4 Data Pengamatan Uji Hidrometer ............................................................................. IV-12
Tabel 4. 5 Kedalaman Efektif Hidrometer................................................................................. IV-13
Tabel 4. 6 Nilai K untuk Menghitung Diameter Partikel ........................................................... IV-14
Tabel 4. 7 Rekapitulasi Hasil Analisis Saringan dan Hidrometer .............................................. IV-15
Tabel 4. 8 Kategori Tanah Sampel berdasarkan USCS ............................................................. IV-16
Tabel 12. 1 Perhitungan Load dan Deviator Stress Tanah Undisturbed .....................................XII-3
Tabel 12. 2 Perhitungan Load dan Deviator Stress Tanah Remolded .........................................XII-3
Tabel 12. 3 Hasil Perhitungan Uji Geser Langsung....................................................................XII-4
I BAB I
KADAR AIR TANAH
𝑊𝑎𝑖𝑟 𝑊𝑏 − 𝑊𝑘
𝑊= × 100% = × 100%
𝑊𝑏𝑢𝑡𝑖𝑟 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑊𝑘
Dimana,
𝑊 = kadar air (%)
𝑊𝑏 = berat tanah basah (gr)
𝑊𝑘 = berat tanah kering (gr)
Namun, dalam praktikum dalam menghitung berat tanah menggunakan wadah. Dengan sedikit
modifikasi pada persamaan di atas persamaan matematisnya menjadi
𝑊1 − 𝑊2
𝑊= × 100%
𝑊2 − 𝑊3
Dimana,
𝑊1 = berat cawan + tanah basah (gr)
𝑊2 = berat cawan + tanah kering (gr)
𝑊3 = berat cawan kosong (gr)
Dengan persamaan yang telah dijelaskan pada teori dasar maka didapatkanlah
𝑊1 − 𝑊2
𝑊 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 1 = × 100%
𝑊2 − 𝑊3
27.68 − 23.69
𝑊 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 1 = × 100%
23.69 − 5.21
3.99
𝑊 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 1 = × 100%
18.48
𝑊 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 1 = 21.591%
Dari kadar sampel maka dapat dihitung persentase air yang dapat ditolerir yaitu
% 𝑡𝑜𝑙𝑒𝑟𝑖𝑟 = 𝑊𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 − 𝑊𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙
% 𝑡𝑜𝑙𝑒𝑟𝑖𝑟 = 21.591% − 20.914% = 0.667%
Dari ketiga sampel tersebut dapat dihitung rata-rata kadar air tanah tersebut yaitu
𝑊𝑆1 + 𝑊𝑆2 + 𝑊𝑆3
𝑊𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 =
3
21.591% + 20.914% + 20.942%
𝑊𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 =
3
𝑊𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = 21.129%
1.7 Simpulan
Adapun besar kadar air tanah masing-masing sampel pada percobaan ini adalah 21.591%,
20,914%, dan 20,942%. Sedangkan rata-rata kadar air yang didapat adalah 21.129%.
1.8 Referensi
Das, Braja M. & Sobhan, Khaled (2014). “Principles of Geotechnical Engineering, 8th
edition”. Weight Volume Relationships. USA: Cengage Learning. Hal 67-70.
Modul Praktikum SI-2221 Mekanika Tanah I 2019. Laboratorium Mekanika Tanah: Modul 1
Pemeriksaan Kadar Air Tanah. Bandung: Program Studi Teknik Sipil, ITB. Hal. 1-6.
II BAB II
BERAT JENIS TANAH
𝑀𝑝𝑤, 𝑐 − 𝑀𝑝
𝑉𝑝 =
𝜌𝑤, 𝑐
Dimana,
Vp = Volume piknometer
Mpw,c = Berat rata-rata piknometer dan air saat suhu kalibrasi
Mp = Berat piknometer kosong
𝜌w,c = Berat jenis air pada suhu kalibrasi
𝜌𝑠 𝑀𝑠
𝐺𝑠 = =
𝜌𝑤, 𝑡 (𝑀𝑝𝑤, 𝑡 − (𝑀𝑝𝑤𝑠, 𝑡 − 𝑀𝑠))
Dengan,
𝑀𝑝𝑤, 𝑡 = 𝑀′ 𝑝 + (𝑉 ′ 𝑝 𝑥 𝑝𝑤, 𝑡)
𝑀𝑠 = 𝑀𝑝𝑠, 𝑡 − 𝑀𝑝
Dimana,
Mps,t = Berat piknometer dan tanah kering oven pada saat pengujian
Ms = Berta tanah kering oven
2.7 Simpulan
Dari sampel didapatkan Gs = 2,55. Hal ini berarti perbandingan kerapatan antara air dan
kerapatan sampel tanah tersebut adalah 2.55.
2.8 Referensi
American Society for Testing and Materials (1991). Annual Book of ASTM Standards,
Vol.04.08. D 854 Standard Test Method for Specific Gravity of Soil Solids by Water.
Pycnometer. Philadelphia. Pa. Das, Braja M., (2002). “Principles of Geotechnical
Engineering, 5nd edition”. Origin ofSoil and Grain Size. USA: PWS-KENT Publishing
Company. Hal 29; 30-36.
Weasley, Laurence. D., (2012) “Mekanika Tanah untuk Tanah Endapan dan Residu”. Jakarta:
Penerbit Andi. Hal 33.
𝑉 = 𝑉𝑠 + 𝑉𝑣 = 𝑉𝑠 + 𝑉𝑤 + 𝑉𝑎
Dimana,
Vs = volume dari tanah solid
Vv = volume dari voids
Vw = volume dari air
Va = Volume dari udara
Dengan mengasumsikan berat udara yang sangat ringan maka, kita dapat menyatakan berat
total dengan persamaan
𝑊 = 𝑊𝑠 + 𝑊𝑤
Dengan,
W = berat total
Ws = berat tanah
Ww = berat air
Satuan berat (𝛾) adalah berat tanah per satuan volume. Sehingga,
𝑊
𝛾=
𝑉
Dengan,
𝛾 = berat voume
W = berat total
V = volume total
b. Cawan
c. Oven yang dilengakapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110 + 5) oC .
d. Neraca dengan ketelitian 0,01 gram
Gambar 3. 3 Neraca
Untuk menghitung kadar air pada tanah menggunakan rumus sebagai berikut
𝑊1 − 𝑊2
𝜔= × 100%
𝑊2 − 𝑊3
83,27 − 80,24
𝜔𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛 1 = × 100% = 5,82%
80,24 − 17,88
dengan perhitungan yang sama, tanah pada cawan dua memiliki kadar air sebesar 11,58 %.
Pada cawan 2 dengan cara yang sama, nilai berat volume basahnya adalah 2,161956 gram/cm3.
Untuk menghitung nilai berat volume kering menggunakan rumus sebagai berikut
𝛾𝑚 𝑔𝑟
𝛾𝑚 = ⁄𝑐𝑚3
1+𝑊
1,831293 𝑔𝑟
𝛾𝑚 = = 1,730557 ⁄ 3
1 + 0,0582 𝑐𝑚
Pada cawan 2 dengan cara yang sama, nilai berat volume keringnya adalah 1,93766 gram/cm3.
3.7 Simpulan
Berat volume tanah kering pada cawan 1 adalah 1,730557 gr/cm 3 dan cawan 2 adalah
1,93766gr/cm3.
3.8 Referensi
Das, Braja M., (2002). “Principles of Geotechnical Engineering, 8th edition”. Weight-Volume
Relationship. USA. PWS-KENT Publishing Company. Page 67-69.
Modul Praktikum SI-2221 Mekanika Tanah I 2019. Laboratorium Mekanika Tanah: Modul 3
Pemeriksaan Berat Volume Tanah. Bandung: Program Studi Teknik Sipil, ITB. Hal.
14-18.
IV BAB IV
UKURAN BUTIRAN TANAH
1. Menentukan massa sampel tanah yang tertahan di setiap saringan (M1, M2, ...Mn) dan di pan
(Mp)
2. Menentukan massa total dari sampel tanah (M1 + M2 + M3 + ... Mn + Mp = ∑ M)
3. Menentukan massa kumulatif yang tertahan diatas setiap saringan. Untuk saringan ke-i,
massa kumulatif dapat dihitung dengan M1 + M2 + M3 + ... Mi
4. Menentukan massa tanah yang melewati saringan ke-i, yaitu ∑ M – (M1 + M2 + M3 + ... +
Mi )
5. Persentase tanah yang melewati saringan ke-i (percent finer) dapat dihitung dengan:
∑ 𝑀 − (𝑀1 + 𝑀2 + ⋯ + 𝑀𝑖 )
𝐹= ∗ 100
∑𝑀
Dari data percent finer dan ukuran diameter setiap saringan, dapat dibuat gambar
distribusi partikel sampel tanah. Gambar ini dapat digunakan untuk menentukan 4 parameter
yang menentukan tingkat gradasi tanah, yaitu:
1. Ukuran efektif (D10), yaitu diameter dimana tepat 10% sampel tanah melewatinya. Ukuran
efektif dari tanah adalah ukuran untuk menentukan konduktivitas hidraulik dan drainase
tanah, serta digunakan untuk menentukan coefficient of curvature (Cc)
2. Koefisien keseragaman (Cu), parameter ini didefinisikan sebagai:
𝐷60
𝐶𝑢 =
𝐷10
Dari rumus di atas, apabila nilai Cu mendekati 1, maka dapat dikatakan bahwa tanah
memiliki ukuran yang seragam, karena diameter saat jumlah tanah yang melewatinya
sebesar 10% dan 60% dari sampel relatif sama. Sebaliknya, apabila nilai Cu semakin besar,
maka dapat dikatakan bahwa tanah memiliki ukuran yang lebih bervariasi. Dari sistem
USCS, salah satu syarat tanah yang berkategori well-graded adalah memiliki nilai Cu >= 6.
4. Sorting Coefficient (S0), parameter ini juga bertujuan untuk mengukur keseragaman tanah,
dan umumnya diperlukan pada bidang geologi, dan jarang digunakan dalam analisis
geoteknikal.
𝐷75
𝑆0 = √
𝐷25
US STANDAR Sample %
Cumulative Retained %Passing
Diameter No. Retained Retained
4.76 4 0.29 0.04% 0.04% 99.96%
2 10 106.5 13.20% 13.24% 86.76%
1 18 104.65 12.97% 26.21% 73.79%
0.5 35 171 21.20% 47.41% 52.59%
0.25 60 203.74 25.26% 72.66% 27.34%
0.15 100 129.47 16.05% 88.71% 11.29%
0.075 200 56.92 7.06% 95.77% 4.23%
Pan Pan 34.12 4.22% 100% 0%
Nilai D30 dan D60 juga dapat ditentukan menggunakan interpolasi, yaitu:
(30 − 27.34)
𝐷30 = × (0.5 − 0.25) + 0.25 = 0.2763 𝑚𝑚
(52.59 − 27.34)
(60 − 52.59)
𝐷60 = × (1 − 0.5) + 0.5 = 0.6747 𝑚𝑚
(73.79 − 52.59)
100.00%
Analisis Saringan
90.00%
80.00%
70.00%
Percent Passing (%)
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
10 1 0.1 0.01
Diameter Partikel(mm)
Gambar 4. 3 Distribusi Partikel Tanah Hasil Saringan
Tujuan pembuatan gambar ini adalah untuk mengetahui distribusi ukuran partikel tanah.
Dapat dilihat dari gambar diatas, perhitungan nilai Cu, yaitu koefisien keseragaman
menghasilkan nilai 4.95, padahal untuk mendapatkan kategori well-graded, koefisien
keseragaman nilainya minimal 6. Sedangkan untuk nilai Cc, yaitu koefisien gradasi,
dihasilkan nilai 0.8302, padahal untuk mendapatkan kategori tanah well-graded, nilai Cc harus
berkisar antara 1 dan 3. Distribusi partikel yang kurang ideal ini disebabkan karena terlalu
banyak tanah yang tertahan di saringan no.60, yaitu sebesar 203.74gram dari total sampel
sebesar 806.59 gram. Proses penumbukan sampel yang berlebihan ketika dikeluarkan dari
oven, sehingga mengurangi tingkat gradasi natural dari sampel tanah menjadi alasan mengapa
tidak tercapainya sampel tanah yang well-graded, Jenis kurva yang didapatkan dari analisis
saringan ini adalah uniform.
4.1.7 Simpulan
Dari hasil pengamatan sampel tanah diatas, disimpulkan sampel bersifat uniform.
4.1.8 Referensi
Braja M. Das, Khaled Sobhan, “Principles of Geotechnical Engineering, 8 th Edition”
(2012), Cengage Learning, Chapter 2: Origin of Soil and Grain Size, Mechanical
Analysis of Soil.
𝐿(𝑐𝑚)
𝐷(𝑚𝑚) = 𝐾√
𝑡(min)
Dimana:
30𝜂
𝐾= √
(𝐺𝑠 − 1)
Gambar 4. 4 Hidrometer
Saat hidrometer diletakkan didalam larutan tanah saat waktu t, yang diukur sejak awal
terjadinya sedimentasi, hidrometer mengukur nilai specific gravity yang ada di sekitar titik
pada kedalaman L. Nilai specific gravity bergantung pada jumlah partikel tanah yang ada
dalam unit volume larutan pada kedalaman L. Saat waktu t, partikel tanah dalam larutan di
kedalaman L akan memiliki diameter yang lebih kecil daripada D di persamaan sebelumnya.
Partikel dengan diameter yang lebih besar akan tenggelam jauh dibawah kedalaman L.
Hidrometer didesain untuk memberikan jumlah tanah dalam gram yang masih berada dalam
larutan. Hidrometer dikalibrasi untuk tanah yang memiliki specific gravity sebesar 2.65. Untuk
tanah yang memiliki nilai specific gravity berbeda, perlu dilakukan koreksi terhadap nilai D
nya.
Dengan mengetahui jumlah tanah didalam larutan, L, dan t, maka dapat diketahui
persentase tanah yang lebih halus daripada diameter D. Nilai L adalah kedalaman yang diukur
dari permukaan air hingga pusat massa hidrometer dimana pengukuran specific gravity larutan
diukur. Nilai L akan berubah sesuai dengan nilai t. Analisis hidrometer termasuk efektif untuk
mengkategorikan diameter partikel tanah hingga ukuran 0.5 μm.
Waktu Ra 𝑳
R 1000 R-Ra P (%) L (cm) √ D (mm) P’ (%)
(menit) 1000 𝒕
𝐿
Selanjutnya, dilakukan perhitungan √ :
𝑡
𝐿 10.9
√ = √ = 4.66904
𝑡(𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡) 0.5
Kemudian, dapat dicari nilai Diameter partikel yang mengendap pada waktu tersebut, dengan
formula:
𝐿
𝐷=𝐾√
𝑡
Untuk mencari persentase partikel yang lolos pada diameter tersebut, digunakan formula:
𝑊𝑐
𝐷 = 𝑃′
𝑊𝑠
34.12 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝐷 = 98.56% × = 4.17%
806.69 𝑔𝑟𝑎𝑚
Nilai D10, D30, D60, Cu, dan Cc dapat dihitung menggunakan interpolasi dan formulanya:
1. Proses perhitungan D10
10 − 4.23 𝑋 − 0.075
=
11.29 − 4.23 0.15 − 0.075
𝑋 = 𝐷10 = 0.136296 𝑚𝑚
4. Proses perhitungan Cu
𝐷60 0.674764
𝐶𝑢 = = = 4.95072
𝐷10 0.136296
5. Proses perhitungan Cc
𝐷30 2 0.2763362
𝐶𝑐 = = = 0.830309
𝐷60 × 𝐷10 0.674764 × 0.136296
4.50%
Uji Hidrometer
4.00%
3.50%
3.00%
Percent Passing (%)
2.50%
2.00%
1.50%
1.00%
0.50%
0.00%
1 0.1 Diameter Partikel (mm) 0.01 0.001
Tujuan pembuatan gambar diatas adalah untuk mengetahui distribusi ukuran partikel
tanah dari analisis saringan dan analisis hidrometer. Proses penggabungan kurva ini bertujuan
untuk melihat distribusi partikel tanah secara keseluruhan. Dari pengamatan pada gambar
terlihat bahwa partikel tanah cenderung uniform dan terlihat gap-graded pada bagian analisis
hidrometernya. Hal ini dikarenakan dilakukannya pengulangan penyaringan dari sampel yang
memiliki partikel dengan ukuran lebih besar, karena untuk melakukan uji hidrometer,
diperlukan minimal 50gram sampel. Proses penggerusan dan penghalusan tanah menyebabkan
terjadinya perbedaan terhadap gradasi natural tanah, sehingga gambar yang dihasilkan tidak
ideal.
Gambar gabungan antara distribusi partikel tanah dengan analisis saringan, dengan
analisis hidrometer adalah menggabungkan kedua kurva tersebut pada diameter 0.075 mm,
karena pada batas 0.075 mm terjadi perbedaan klasifikasi partikel tanah dari pasir menuju
fines (lanau dan lempung) berdasarkan sistem USCS.
4.2.7 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan perhitungan, maka kesimpulan yang dapat diambil
adalah
1. Pembagian gradasi dari sampel tanah yang digunakan dapat dilihat pada gambar 4.3
2. Klasifikasi tanah dari sampel menurut sistem USCS (Unified Soil Classification System)
dari hasil pemeriksaan butir tanah adalah SP (Poorly Graded Sand)
4.2.8 Referensi
Das, Braja. M, Sobhan, Khaled (2012). “Principles of Geotechnical Engineering, 8 th
Edition”. Origin of Soil and Grain Size, Classification of Soil. USA: PWS-KENT
Publishing Company. Hal 15-60, 123-140.
V BAB V
ATTERBERG LIMIT
Dengan menggunakan alat Cassagrande, kadar air liquid limit didefinisikan sebagai
kadar air dimana sampel tanah yang telah dipisahkan oleh grooving tool mendekat kembali
sepanjang 12.5 mm setelah 25 ketukan. Dikarenakan sulitnya mencapai kondisi kadar air
dimana tepat 25 ketukan dibutuhkan untuk mencapai 12.5 mm pergeseran sampel, maka
dibutuhkan beberapa kali percobaan dengan kadar air berbeda untuk sampel tanah yang sama,
dan jumlah ketukan yang dihasilkan haruslah berada di rentang 15-35 ketukan. Kadar air
tanah, dan jumlah ketukan dapat diplot ke kertas semi-logaritmik, dengan aproksimasi bahwa
kadar air tanah dan log (jumlah ketukan) adalah garis lurus. Garis ini disebut dengan flow
curve. Kadar air hasil interpolasi saat jumlah ketukan = 25 memberikan hasil liquid limit yang
dicari.
Untuk mengetahui nilai dari liquid limit dapat diperoleh dengan cara membuat grafik
dan melakukan cuvefitting. Berikut perhitungan nilai liquid limit
𝑦 = −6 × 10−5 𝑥 2 + 0.0006𝑥 + 0.3099
Liquid limit umumnya dinyatakan kadar air yang diperlukan pada 25 ketukan.
Maka:
𝑦 = 28.74
Liquid Limit
31.00%
30.50%
30.00%
29.50%
29.00%
Dari garfik tersbut dapat diketahui besarnya liquid limit 28.74% yang diperoleh dengan
metode curve fitting.
5.1.7 Simpulan
Dari perhitungan, diperoleh Liquid Limit sebesar 28,74 %
5.1.8 Referensi
American Society for Testing of Materials (1991). Annual Book of ASTM Standards,
Vol. 04.08. D2216 Laboratory Determination of Water (Moisture) Content of
Soil and Rock Mass. Philadelphia. Pa.
Das, Braja M., (2010). Principles of Geotechnical Engineering, 7 th edition. Weight
Volume Relationships, Plasticity and Structure of Soil. USA: PWS-KENT
Publishing Company. Hal 51 -72.
Nilai plasticity index sangat penting untuk pengklasifikasian jenis sampel tanah. Nilai
ini merupakan dasar dari tabel plastisitas Cassagrande yang menjadi dasar klasifikasi USCS
(Unified Soil Classification System).
Langkah perhitungan:
• Perhitungan kadar air
Rumus untuk menghitung kadar air
𝑊2 − 𝑊3
𝑊= × 100%
𝑊3 − 𝑊1
Keterangan:
W1 = Berat Cawan
W2 = Berat Cawan+ Tanah Basah
W3 = Berat Cawan + Tanah Kering
Dengan cara yang sama maka diperoleh kadar air cawan kedua sebesar 17,82 %. Dengan
merata-ratakan kedua kadar air maka diperoleh plastis limit sebesar 17,39 %
5.2.7 Simpulan
Berdasarkan metode yang praktikan lakukan di laboratorium untuk pemeriksaan liquid
limit dan plastic limit sesuai dengan standard ASTM, diperoleh kadar air saat tanah tersebut
terakhir kali berada di kondisi cairnya (liquid limit) adalah 28,76 % dan kadar air saat tanah
tersebut terakhir kali berada pada kondisi plastisnya (plastic limit) 17,39% Dari nilai tersebut
didapatkan nilai plasticity index (PI) sebesar 11,37 %.
Menurut tabel klasfikasi tanah USCS, jenis tanah yang digunakan adalah CL.
Klasifikasi tanah ini tidak menyertakan analisis saringan karena sampel tanah yang digunakan
berbeda antara percobaan analisis saringan dan atterberg limit.
5.2.8 Referensi
American Society for Testing of Materials (1991). Annual Book of ASTM Standards,
Vol. 04.08. D2216 Laboratory Determination of Water (Moisture) Content of
Soil and Rock Mass. Philadelphia. Pa.
Das, Braja M., (2010). Principles of Geotechnical Engineering, 7th edition. Weight
Volume Relationships, Plasticity and Structure of Soil. USA: PWS-KENT
Publishing Company. Hal 51 -72.
VI BAB VI
KONSOLIDASI
Dalam kasus tanah berbutir kasar seperti pasir dan kerikil, pembuangan air pori ini mudah
karena air bebas bergerak dari satu daerah ke daerah lain dalam jenis-jenis tanah ini. Namun, dalam
kasus tanah berbutir halus seperti tanah berlumpur atau liat, konsolidasi adalah proses yang memakan
waktu karena penurunannya terjadi secara bertahap. Oleh karena itu, kita harus memastikan bahwa
proses konsolidasi dipercepat dan sebagian besar konsolidasi berlangsung selama berbagai tahap
konstruksi. Tanah yang tidak pernah mengalami tekanan sebesar saat ia diberi tekanan baru dalam
sejarahnya maka tanah itu disebut normally consolidated.
Selain itu, tanah bisa disebut overconsolidated jika sewaktu-waktu dalam sejarahnya, tanah
itu telah mengalami tekanan yang sama dengan atau lebih besar dari tekanan saat ini yang diterapkan
padanya. Pada saat normally consolidated akan memiliki konsolidasi lebih besar daripada tanah pra-
konsolidasi. Itu karena tanah pra-konsolidasi sebelumnya telah mengalami tekanan lebih besar atau
sama dan telah mengalami setidaknya beberapa konsolidasi di bawah tekanan itu. Jadi tanah pra
konsolidasi lebih disukai daripada tanah konsolidasi normal. Jenis-jenis konsolidasi:
1. Konsolidasi Primer
Konsolidasi primer adalah pengurangan volume akibat pengurangan air dari rongga/void.
Pengurangan air dari void tergantung pada permeabilitas tanah.
2. Konsolidasi Sekunder
Ketika semua air diperas keluar dari rongga dan konsolidasi primer selesai, pengurangan lebih
lanjut dalam volume tanah disebut konsolidasi sekunder. Konsolidasi sekunder menitikberatkan
pada pentaan ulang partikel pada tegangan efektif yang konstan. Tingkat konsolidasi sekunder
sangat lambat jika dibandingkan dengan konsolidasi primer.
Gambar 6. 1 Konsolidometer
c. Batu pori
d. Pengukur deformasi (ketelitian 0,005 mm)
e. Alat pengeluar contoh dari dalam tabung (extruder)
f. Pemotong yang terdiri dari pisau tipis dan tajam serta pisau kawat
g. Cincin sampel
h. Neraca dengan ketelitian 0,1 gram
i. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110 ± 5)⁰C
j. Kertas saring
k. Stopwatch
l. Sampel Undisturbed
Kadar Air
Parameter Value satuan
Berikut disajikan tabulasi data antara void ratio dengan pressure yang diberikan saat konsolidasi.
Untuk hari pertama, dari grafik didapat t90 = 72.25 detik, dan H dr = 9.671/2 = 4.8355 mm, sehingga:
0.848 × 4.83552
𝐶𝑣 (𝑑𝑎𝑦 1) = = 0.274435 𝑚𝑚2 /𝑠
72.25
Berikut disajikan tabulasi perhitungan nilai Cv dari setiap grafik Dial Reading vs Square root time.
2
1.9
1.8
1.7
1.6
1.5
0.1 1 10
Pressure (kg)
Gambar 6. 3 e vs log P
Grafik ini menunjukkan perilaku tanah yang diberikan pembebanan secara bertahap
mulai dari 0.1 kg, 0.2 kg, 0.4 kg, 1 kg, 2.5 kg, serta 5 kg. Lalu dilanjutkan dengan unloading
menjadi 2.5 kg dan 0.1 kg kembali, dan diakhiri dengan melakukan reloading sebesar 5 kg.
Interval antar penambahan/pengurangan beban adalah 1 hari, dimana tinggi dial reading
dibaca secara berkala. Dapat diamati bahwa nilai void ratio terus mengecil seiring
meningkatnya beban. Hal ini menandakan bahwa ruang void pada sampel terus mengecil
seiring meningkatnya beban, namun tinggi solid nya tetap konstan. Ketika dilakukan
unloading atau pengangkatan beban secara bertahap, nilai void ratio kembali membesar,
karena dengan terangkatnya beban, tanah dapat kembali mengembang. Setelah itu, ketika
dilakukan reloading, tanah kembali tertekan sehingga void ratio nya mengecil kembali,
dengan gradien yang lebih kecil dibanding pada saat pembebanan pada fase pertama. Hal ini
disebabkan karena pada saat pembebanan awal, banyak air yang keluar karena proses
konsolidasi ini, sehingga pengembangan tanah (yang umumnya disebabkan oleh air--pore
water pressure--) pada kondisi reloading akan lebih kecil. Pada akhir konsolidasi, saat t
menuju takhingga, nilai excess pore water pressure akan menjadi 0, dan beban akan
sepenuhnya ditanggung oleh struktur tanah, menghasilkan pengembangan tanah yang
minimum.
Grafik diatas menyajikan cara grafis Cassagrande untuk menentukan nilai tekanan
prakonsolidasi, yaitu tekanan yang sudah ada pada tanah sebelum dilaksanakannya uji
konsolidasi. Cara untuk mendapatkan nilai prakonsolidasi ini adalah:
1. Dengan pengamatan visual, tentukan titik a dimana grafik void ratio vs log P memiliki
kurvatur paling kecil
2. Gambar garis datar a-b.
3. Gambar garis singgung a-c pada titik a
4. Gambar garis a-d yang merupakan garis yang membagi ∠𝐵𝐴𝐷 dan ∠𝐶𝐴𝐷 sama besar
5. Perpanjang bagian grafik void ratio vs log P yang merupakan garis lurus hingga
memotong garis ad di titik f
6. Absis di titik f adalah nilai prakonsolidasi dari sampel tanah tersebut.
Dari grafik diatas, didapat nilai tekanan prakonsolidasi dari sampel tanah adalah 1.9 kg/cm 2.
Pada sampel ini, grafik hampir linear antara pembebanan 2.5 kg dan 5 kg, sehingga
didapat:
𝑒1 (2.5 𝑘𝑔) − 𝑒2 (5 𝑘𝑔) 2.0031408 − 1.85739629
𝐶𝑐 = = = 0.484152
5 log 2
log( )
2.5
Untuk mencari nilai Cs, dapat dicari dengan menentukan gradien kurva e vs log P saat
kondisi reloading. Karena kondisi reloading adalah pada 2 data terakhir, didapat:
𝑒1 − 𝑒2 1.925 − 1.833
𝐶𝑠 = = = 0.054
𝑃2 5
log log
𝑃1 0.1
Sehingga didapat, nilai Cs sampel konsolidasi adalah 0,054309. Hal ini telah memenuhi syarat
dimana nilai Cs berkisar antara 1/10 hingga 1/5 dari Cc, dimana nilai Cc adalah 0,484.
Nilai Cs untuk hampir semua kasus, selalu lebih kecil daripada Cc, hal ini dikarenakan
Cs adalah gradien kurva konsolidasi pada saat pembebanan ulang, dimana tanah telah banyak
kehilangan air dari proses konsolidasi, sehingga pengembangan tanah (yang umumnya terjadi
karena tekanan air pori) sudah tidak sebesar penurunannya akibat beban. Sehingga
kecenderungan void ratio tanah lebih besar untuk menurun, bukan naik.
Cv vs log P
0.3
0.25
0.2
Cv
0.15
0.1
0.05
0
0.1 1 10
P (kg) (logaritmik)
Gambar 6. 11 Cv Vs Log P
Dari grafik diatas, terlihat bahwa semakin tinggi beban yang diberikan, maka nilai Cv
akan turun secara berkala. Secara general, nilai Cv akan menurun seiring meningkatnya Liquid
Limit pada tanah, variasi nilai Cv terhadap nilai Liquid Limit tanah sangat besar. Nilai Cv ini
dapat digunakan untuk menghitung laju penurunan tanah akibat adanya pembebanan.
6.7 Simpulan
Dari hasil di atas, maka kesimpulan yang dapat ditarik adalah
• Compressibility Index (Cc) sampel tanah adalah 0.484
• Swell Index (Cs) sampel tanah adalah 0.054
• Nilai tekanan prakonsolidasi sampel tanah adalah 1.9 kg/cm 2
• Nilai koefisien konsolidasi (Cv) bervariasi setiap pembebanan, dan cenderung menurun
apabila beban meningkat.
6.8 Referensi
Das, Braja M., (2002). “Principles of Geotechnical Engineering, 8th edition”. Compressibility
of Soils. USA: PWS-KENT Publishing Company. Page 364-374.
Air dari pipa masuk ke dalam sampel tanah. Perbedaan head awal saat t = 0 adalah h1, dan air
dibiarkan mengalir melalui sampel tanah hingga perbedaan head akhir sebesar h2 saat t = t2. Nilai
koefisien permeabilitas dapat dicari dengan formula:
𝑎𝐿 ℎ1
𝑘 = 2.303 log10
𝐴𝑡 ℎ2
Berdasarkan perhitungan nilai k di atas, maka tanah tersebut dapat digolongkan seperti pada
tabel berikut ini
Perhitungan:
𝑎𝐿 ℎ1
𝑘 = 2.303 log10
𝐴𝑡 ℎ2
𝜂 𝑇⁰𝐶
𝑘20⁰𝐶 = 𝑘 𝑇 = 7,79 × 10−7 × 0,889 = 6,93 × 10−7 𝑐𝑚/𝑠
𝜂20⁰𝐶
7.7 Simpulan
Permeabilitas tanah yang didapatkan sebesar 5,8 × 10 -7 cm/s dengan kategori jenis yang yang
diuji adalah tanah lempung.
7.8 Referensi
Das, Braja M., (2018). “Principles of Geotechnical Engineering, 9th edition”.
Permeability.USA: Cengange Learning.
Perhatikan pada gambar 8.1 bahwa ketika kadar air (ω) sama dengan nol maka berat volume
(γ) sama dengan berat isi tanah kering (γd) atau
γ = γd(ω=0) = γ1
Ketika kadar air meningkat secara bertahap dan upaya pemadatan yang digunakan tetap atau sama,
berat padatan tanah dalam satuan volume juga akan meningkat.Misalnya, ω = ω1,
γ = γ2
Namun, satuan berat isi kering pada kadar air ini didefinisikan sebagai berikut.
γd(ω=ω1) = γd(ω=0) + Δγd
Di luar kadar air tertentu ω = ω2 , setiap kenaikan kadar air cenderung mengurangi berat unit
kering. Fenomena ini terjadi karena air mengambil ruang yang seharusnya ditempati oleh partikel
padat. Kadar air di mana berat unit kering berada pada kondisi maksimum disebut sebagai kadar air
optimal. Untuk mendapatkan berat kompaksi unit kering maksimum dan kadar air optimal
dibutuhkan uji laboratorium atau biasa disebut uji pemadatan Proctor.
Dalam uji Proctor, tanah dipadatkan dalam cetakan yang memiliki volume 944 cm3. Diameter
cetakan adalah 101,6 mm. Selama uji laboratorium, cetakan melekat pada pelat dasar di bagian
bawah dan mengalami ekstensi di bagian atas. Tanah tercampur dengan jumlah air yang bervariasi
dan kemudian dipadatkan dalam tiga lapisan yang sama oleh penumbuk yang menghasilkan 25
pukulan untuk setiap lapisan. Palu memiliki massa 2,5 kg dan mampu memadatkan tanah sedalam
30,5 mm.
Untuk setiap pengujian, berat isi tanah lembab yang padat, γ, dapat dihitung sebagai
W
γ=
Vm
dimana,
W = berat benda uji dalam cetakan
Vm = volume cetakan (944 mm3)
Untuk setiap pengujian, kadar air tanah yang dipadatkan ditentukan di laboratorium. Dengan
kadar air yang diketahui, berat isi kering dapat dihitung sebagai
γ gr
γ= ( )
ω(100%) cm3
1+
100
Dimana,
ω(100%) = persentase kadar air
Nilai-nilai γd yang ditentukan dari persamaan di atas dapat diplot terhadap kadar air untuk
mendapatkan berat unit kering maksimum dan kadar air optimal untuk tanah. Untuk kadar air dan
derajat saturasi (S) tertentu, berat isi kering yang padat dapat dihitung dengan persamaan sebagai
berikut.
G s γw G s γw gr
γ= = ( 3)
1+e G ω cm
1+ s
S
dimana,
Gs = berat jenis tanah
γw = berat isi air
e = void ratio
Untuk kadar air yang diketahui, berat kering maksimum teoritis yang diperoleh ketika tidak
ada udara di ruang kosong yaitu, ketika derajat saturasi sama dengan 100%. Oleh karena itu, berat
unit kering maksimum pada kadar air saat tidak ada void berupa udara atau (γZAV) menghasilkan nilai
S = 1 sehingga γZAV dapat dihitung dengan persamaan berikut.
G s γw γw
γZAV = =
1 + ωGs 1
+ω
Gs
dimana,
γZAV = berat isi tanah saat tidak ada rongga udara
b. Alat tumbuk tangan dari logam dengan berat 4,5 kg (10 lbs)
c. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110 5) 0C
d. Pisau
e. Talam, alat pengaduk, dan sendok
f. Sampel tanah 25 kg lolos saringan 9,5 mm
g. Ekstruder
Contoh perhitungan:
a. Kadar air
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑎𝑠𝑎ℎ − 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
𝑊= × 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 − 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐶𝑎𝑤𝑎𝑛
60,76 − 52,12
𝑊= × 100% = 18,41 %
52,12 − 5,19
Setelah, kadar air bagian atas, bawah dan tengah didapatkan lalu dicari kadar air rata-rata
setiap volumenya.
b. Spesific Grafiti
Menghitung volume piknometer (Vp).
(𝑀𝑝𝑤,𝑐 − 𝑀𝑝 ) (150,74 − 49,382)
𝑉𝑝 = = = 101,66 𝑐𝑚3
𝜌𝑤,𝑐 0.99705
Menghitung massa tanah saja (Ms). Penulis menghitung massa tanah saja dengan rumus:
𝑀𝑠 = 𝑀𝑝𝑠, 𝑡 − 𝑀𝑝 = 83,398 − 49,382 = 34,016 𝑔𝑟𝑎𝑚
Menghitung massa piknometer dengan air (Mpw,t). Penulis menghitung massa piknometer
beserta air dengan rumus:
𝑀𝑝𝑤, 𝑡 = 𝑀′ 𝑝 + (𝑉 ′ 𝑝 𝑥 𝑝𝑤, 𝑡) = 49,382 + (101,66 x 0.99705) = 150,74 𝑔𝑟𝑎𝑚
Menghitung berat jenis dari sampel. Penulis akan menghitung berat jenis sampel tanah dengan
rumus:
𝑀𝑠 34,016
𝐺𝑠 = =
(𝑀𝑝𝑤, 𝑡 − (𝑀𝑝𝑤𝑠, 𝑡 − 𝑀𝑠)) (150,74 − (171,23 − 34,016))
= 2.5137 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑐𝑚3
γ vs w
1.8000
1.7000
Dry Density (gr/cm3)
1.6000
1.5000
Dry
1.4000
Density
1.3000
1.2000 ZAV
1.1000
1.0000
0 10 20 30 40 50
Kadar Air (%)
Tujuan pembuatan grafik di atas untuk menunjukkan hubungan antara kadar air dengan nilai
berat volume tanah itu sendiri setelah mengalami proses pemadatan. Hubungan berat volume kering
dengan kadar air sangat diperlukan dalam proses pemadatan tanah. Puncak dari grafik dry density
dengan kadar air menunjukkan nilai dry density maximum. Pada saat nilai dry density mencapai
maksimum, nilai tersebut juga menunjukkan nilai maksimum pemadatan tanah. Kadar air pada saat
dry density maximum merupakan kadar air optimum. Nilai kadar air yang rendah akan menyebabkan
tanah menjadi keras sehingga susah untuk dipadatkan. Begitu juga dengan nilai kadar air yang tinggi
menyebabkan void dalam tanah dipenuhi dengan air sehingga saat dipadatkan akan menjadi lebih
susah karena rongga-rongga udara dalam tanah sudah dipenuhi air. Nilai kadar air ini harus
diperhitungkan dengan melihat spesifikasi tanah, yaitu dry density maximum.
Grafik kedua adalah grafik kadar air dengan berat volume kondisi zero air void. Grafik ini dibuat
dengan tujuan sebagai parameter apakah pemadatan yang dilakukan sudah mendekati kondisi zero
air void. Kondisi ini berartiJika pemadatan tanah dilakukan dengan baik maka nilai γd dengan γZAV
akan bernilai sama atau mendekati. Dalam kenyataannya di lapangan untuk mendapatkan γd sama
dengan γZAV sangatlah susah karena udara masih menempati ruang-ruang kecil di tanah.
8.7 Simpulan
Kadar air menentukan nilai dari γd. Kadar air yang optimum akan menghasilkan γd maksimum
sehingga pemadatan maksimum dapat diketahui. Nilai γd maksimum yang didapatkan pada
percobaan kali ini sebesar 1,4428 gr/ cm3 dengan nilai kadar air sebesar 26,9284 %.
8.8 Referensi
Das, Braja M., (2002). “Principles of Geotechnical Engineering, 8th edition”. Soil
Compaction. USA: PWS-KENT Publishing Company. Page 146 - 150
IX BAB IX
NILAI CALIFORNIA BEARING RATIO (CBR)
b. Cetakan terbuat dari logam berdiameter 152 mm (6”), tinggi 116.43 ± 0.1270 mm,
kapasitas 0.002124 ± 0.000021 m³, dan dilengkapi dengan leher sambung yang terbuat
dari bahan yang sama.
c. Piringan pemisah dari logam dengan diameter 150.8 mm dan tebal 61.4 mm.
d. Alat tumbuk (manual hammer) tangan dari logam dengan berat 4.5 kg (10 lbs), sesuai
dengan Pemeriksaan Kepadatan Modified.
e. Keping beban dengan berat 2.27 kg.
f. Torak penetrasi dari logam.
g. Satu buah arloji beban, satu buah arloji pengukur penetrasi, dan peralatan lain seperti
talam, alat perata, pisau, dan tempat untuk merendam.
h. Timbangan.
i. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110 ± 5) °C.
j. Sampel tanah sebanyak 3 @ 5 kg yang lolos saringan ukuran 9,5 mm. (ASTM
mensyaratkan bahwa tanah yang digunakan setidaknya lolos saringan berukuran 19 mm).
k. Extruder (menggunakan alat sondir)
• Load (lbs)
Beban didapatkan dengan cara perhitungan sebagai berikut.
𝐿𝑜𝑎𝑑 = 𝐷𝑖𝑎𝑙 𝑅𝑒𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 × 𝐾𝑎𝑙𝑖𝑏𝑟𝑎𝑠𝑖 𝐴𝑙𝑎𝑡
Sebagai contoh, pada pembacaan waktu 0,5 menit sampel tanah 10 tumbukan didapatkan
data sebagai berikut.
𝐿𝑜𝑎𝑑 = 0.23 × 5,7866 = 1.33 𝑙𝑏𝑠
Sebagai contoh, pada pembacaan waktu 0,5 menit sampel tanah 10 tumbukan didapatkan
data sebagai berikut.
133 𝑙𝑏𝑠
𝑃𝑟𝑒𝑠𝑠𝑢𝑟𝑒 = = 44.364 . 𝑖𝑛𝑐ℎ
3 𝑠𝑒𝑐
• Kadar Air
Sebagai contoh, pada sampel bagian bawah tanah 56 tumbukan didapatkan data sebagai
berikut.
123.12 − 99.01
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 (%) = × 100% = 28.99%
83.15
Sebagai contoh, pada sampel tanah 56 tumbukkan didapatkan kadar air rata-rata sebagai
berikut.
28.69 + 28.63 + 28.99
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑅𝑎𝑡𝑎 (%) = × 100% = 28.77%
3
• Berat Volume
Berat volume basah didapatkan dari perhitungan menggunakan rumus sebagai berikut.
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑇𝑎𝑛𝑎ℎ
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐵𝑎𝑠𝑎ℎ =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑀𝑜𝑙𝑑
Sebagai contoh, pada sampel tanah 56 tumbukkan didapatkan berat volume basah (moist)
sebagai berikut.
3570
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐵𝑎𝑠𝑎ℎ = = 1,722 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑐𝑚3
2073.165
Berat volume kering didapatkan dari perhitungan menggunakan rumus sebagai berikut.
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 =
1+𝑤
dengan w adalah kadar air rata-rata.
Sebagai contoh, pada sampel tanah 56 tumbukkan didapatkan berat volume kering (dry)
sebagai berikut.
1.722
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 = = 1.337 𝑔/𝑐𝑚3
1 + 0.2877
• CBR
𝑃𝑟𝑒𝑠𝑠𝑢𝑟𝑒 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 0,1"
CBR0,1 = × 100%
1000
Sebagai contoh, pada sampel tanah 10 tumbukkan didapatkan CBR0,1 sebagai berikut.
155.27
CBR0,1 = × 100% = 15.52%
1000
Sebagai contoh, pada sampel tanah 10 tumbukkan didapatkan CBR0,1 sebagai berikut.
221.82
CBR0,2 = × 100% = 22.182%
1500
Maka apabila melakukan substitusi 𝛾𝑑 kedalam persamaan tersebut maka akan didapatkan
CBR desain 0.1” sebesar 28.06%
Sedangkan untuk nilai CBR 0.2” didapatkan persamaan berikut.
CBR 0.2”= 110.05x -119.21
Kemudian dilakukan substitusi lagi nilai 𝛾𝑑 kedalam persamaan tersebutmaka akan didapat
nilai CBR desain 0.2” sebesar 20.55 %
Load vs Penetration
2500
10
2000 tumbukan
1500
Beban
25
1000 tumbukan
500 56
tumbukan
0
0 0.2 0.4 0.6
Penetrasi
Gambar 9. 4 Load Vs Penetration
Sampel dibedakan berdasarkan dengan kepadatan tanahnya. Tanah yang ditumbuk 56 kali
merupakan tanah yag paling padat dan sebaliknya tanah yang ditumbuk sebanyak 10 kali merupakan
tanah paling gembur. Data besarnya penetrasi dibaca dari alat dengan satuan inch dan besarnya beban
adalah hasil dari pembacaan alat yang telah dikalibrasi. Pressure pada saat penetrasi sebesar 0,1 dan
0,2inch digunakan sebagai penentu CBR0,1 dan CBR0,2.
Pada gambar diatas terlihat bahwa hubungan antara banyaknya tumbukan dengan kekuatan
tanah berbanding lurus. Semakin banyak tumbukan yang diberikan pada tanah maka semakin besar
pula kekuatan tanah yang dirasakan. Tanah akan semakin sulit mengalami keruntuhan jika diberikan
tumbukan semakin banyak. Hal ini dikarenakan setiap tumbukan menandakan energy yang dapat
dirasakan oleh tanahtersbut. Semakin banyak energi yang dimiliki oleh tanah maka semakin besar
juga kekuatan tanah tersebut untuk mengalami keruntuhan.
30
CBR (%)
25
y = 10.999x - 119.13
20 R² = 0.9951
15
12 13 14
CBR 0,1
Gamma Dry (kN/m^3)
CBR 0,2
Berdasarkan grafik diatas CBR 0,2 berada diatas CBR 0,1. Hal ini menandakan bahwa nilai
CBR 0,2 lebih besar dari CBR 0,1. Pada setiap pengujian CBR, nilai yang diambi adalah yang
menghasilkan nilai CBR terbesar. Oleh kaena itu, pada percobaan ini diambil nilai CBR 0,2. Pada
percobaan kali ini nilai CBR dari tanah mengikuti sifat batu pecah yang elastis dengan hubungan
yang linear pada kondisi CBR 0,1 dan CBR 0,2 sehingga mengakibatkan nilai CBR 0,2 lebih besar
dari CBR 0,1.
9.7 Simpulan
Dari data pengamatan yang didapat dan melalui proses perhitungan maka didapatkan nilai
CBR untuk sampel tanah pada penetrasi 0.1” adala 28.06 % dan pada penetrasi 0.2” adala 20.55 %
Nilai CBR desain untuk gamma dry sama dengan 95% adalah untuk CBR 0.1 sebesar 28.06
% dan untk CBR 0.2 sebesar 20.55%.
9.8 Referensi
Modul Praktikum SI-2221 Mekanika Tanah I 2018. Laboratorium Mekanika Tanah. Modul
10 Uji Geser Langsung. Bandung: Program Studi Teknik Sipil, ITB. Hal. 57-60.
Wesley, L. D. 2017. Mekanika Tanah: Edisi Baru. Kekuatan Geser Tanah. Yogyakarta:
Penerbit Andi. Hal. 135-141.
X BAB X
DIRECT SHEAR TEST
Dimana:
𝑐 = koefisien kohesi
∅ = sudut dari gesekan dalam
𝜎 = normal stress
𝜏𝑓 = kuat geser
Kita semua tahu kalau tengangan merupakan gaya per satuan luas sehingga diperoleh:
𝐺𝑎𝑦𝑎 𝑁𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙
𝜎 = normal stress =
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎
Sedangkan gaya geser dari pergeseran dapat dikalkulasikan sebagai berikut:
𝐺𝑎𝑦𝑎 𝑔𝑒𝑠𝑒𝑟
𝜏𝑓 = shear stress =
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎
Dengan cara yang sama, dapat dihitung tegangan normal saat berat total yang lain. Adapun hasil
perhitungannya yaitu sebagai berikut:
Tegangan geser dapat dihitung dengan persamaan yang sudah ada pada teori dasar. Untuk
menghitung gaya gesernya, didapatkan dari perhitungan berikut:
𝐺𝑎𝑦𝑎 𝐺𝑒𝑠𝑒𝑟 = 𝐷𝑖𝑎𝑙 𝑅𝑒𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 × 𝐾𝑎𝑙𝑖𝑏𝑟𝑎𝑠𝑖
Sebagai contoh pada waktu 0.5 menit, Dial Reading-nya adalah 11, maka
𝐺𝑎𝑦𝑎 𝐺𝑒𝑠𝑒𝑟 = 11 × 0.24
𝐺𝑎𝑦𝑎 𝐺𝑒𝑠𝑒𝑟 = 2.64 𝑘𝑔
Untuk menghitung tegangan geser saat beban dan waktu yang lain, dapat dilakukan dengan
cara yang sama. Sehingga untuk hasil perhitungan yang lain dapat dilihat pada tabel berikut ini
Dari tabel di atas, yang tampak bahwa tegangan geser maksimum setiap beban yaitu sebagai berikut:
Tabel 10. 4 Beban Total dan Tegangan Geser Maksimum yang Diakibatkannya
Dari Grafik 10.1 di bawah yang merupakan grafik antara tegangan normal dengan tegangan
geser, persamaan garis yang didapatkan yaitu Y = 0.98X +0.1255. Dimana Y menyatakan tegangan
geser dan X menyatakan tenganan normal. Persamaan tersebut sama dengan yang tercantum pada
teori dasar yaitu tegangan geser = sudut geser dalam*gaya geser + koefisien kohesi, sehinggan
didapatkanlah koefisien kohesinya (C) adalah 0.1225. Sedangkan sudut geser dalamnya (∅) yaitu
∅ = 𝑡𝑎𝑛−1 0.98
∅ = 44.420
0.4
0.35
0.3 y = 0.98x + 0.1255
0.25 R² = 0.9697
0.2
0.15
0.1
0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4
Tegangan Normal
Dari grafik di atastampak bahwa hubungan antara tegangan normal dengan tegangan geser
berbanding lurus, dimana jika tegangan normal makin besar yang diakubatkan semakin besarnya
beban maka tegangan gesernya juga semakin besar.
Dari persamaan trendline yang didapatkan yang berdasarkan teori Morh, didapatkan bahwa
koefisien kohesi (C) tanah tersebut adalah 0.1255 kg/cm 2. Hal ini menunjukkan tanah yang
digunakan merupakan tanah yang berkohesi rendah atau bisa disebut juga dengan pasir. Dari
persamaaan itu juga menyatakan besar sudut geser dalamnya (∅) yaitu 44.420 , yang menyatakan
jenis tanah yang digunakan adalah pasir padat (400 < ∅ < 450 ).
0.4
Beban 4.47 kg
0.3
Beban 7.47 kg
0.2
Beban 10.47 kg
0.1
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
Perpindahan Geser
Gambar 10. 4 Perpindahan Geser Vs Tegangan Geser
Pada grafik di atas, hal tersebut juga menyatakan bahwa jenis tanah yang digunakan dalam
percobaan adalah tanah padat. Dimana hal tersebut dinyatakan bahwa seiring waktu yang
dilakukannya tes, tegangan geser akan menurun setelah mencapai tegangan geser tertingginya.
10.7 Simpulan
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis didapatkanlah besarnya koefisien kohesi (C) tanah
tersebut adalah 0.1225 kg/cm2 dan sudut geser dalam (∅) tanah adalah 44.420.
10.8 Referensi
Das, Braja M. 2010. Principles of Geotechnical Engineering 8th edition. Stress in Soil Mass.
Stamford: Cengage Learning. Hal. 429-454.
Modul Praktikum SI-2221 Mekanika Tanah I 2019. Laboratorium Mekanika Tanah: Modul
10 Direct Shear Test. Bandung: Program Studi Teknik Sipil, ITB. Hal. 82-86.
XI BAB XI
TEKAN TRIAXIAL UNCONSOLIDATED UNDRAINED (UU)
τf = c + σtanФ
Dimana,
τf = shear strength
c = cohesion
σ = normal stress on the failure plane
Ф = angel of internal friction
Bidang dimana kuat geser maksimum dari tanah telah termobilisasi saat keruntuhan disebut
dengan bidang keruntuhan. Secara teoritis pada uji triaksial, bidang tersebut menyudut (45 0 + Ф/2)
terhadap bidang horizontal. Kriteria keruntuhan Mohr-Coulomb adalah kuat geser tanah yang
diperoleh dari uji triaxial, dinyatakan dalam persamaan sebelumnya.
i. Rubber membranes, yaitu membrane pembungkus spesimen dan menjaga kebocoran yang
memiliki tebal total kurang dari 1% dari spesimen
j. Sample extruder
k. Spesimen size measuring device, yaitu alat yang dapat menentukan ukuran spesimen
hingga ketelitian 0.1%
l. Timer
m. Moisture content containers
n. Remolding apparatus
o. Membrane expander
p. Specimen trimming
Kalibrasi 0.2021
tinggi (cm) 7.62
Diameter (cm) 3.81
Volume (cm^2) 86.875
Area (cm^3) 11.40092
Contoh Perhitungan
a. Menghitung tinggi spesimen dari spesimen yang didapat dari tinggi silinder (Ho) yaitu 7,62
cm
b. Menghitung luas penampang awal dari spesimen (Ao) dengan rumus lingkaran
𝑫 𝟐
𝑨𝒐 = 𝝅 ( )
𝟐
𝟑, 𝟖𝟏 𝟐
𝑨𝒐 = 𝝅 ( )
𝟐
𝑨𝒐 = 𝟏𝟏, 𝟒𝟎𝟓𝟏 𝒄𝒎𝟐
c. Hitung axial strain atau strain rate dari setiap perubahan beban axial
∆𝑯
𝜺=
𝑯𝒐
𝟎, 𝟎𝟕𝟓
𝜺=
𝟕, 𝟔𝟐
𝜺 = 𝟎, 𝟎𝟎𝟗𝟖𝟒
d. Hitung axial load (P) = dial reading × angka kalibrasi (Contoh pada Confinning Pressure
0.5 pada waktu 0.5 detik )
𝑷 = 𝟏𝟑 𝒙 𝟎. 𝟐𝟎𝟐𝟏
𝑷 = 𝟐. 𝟔𝟐 𝒌𝒈
1.5
Stress (kg/ccm2)
0.5
1
1
0.5
1.5
0 2
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14 0.16
-0.5
Strain (mm)
Gambar di atas merupakan grafik hubungan antara tegangan (stress) dan rengangan (strain).
Terlihat hubungan antara perbedaan confining stress yang sangat tidak berhubungan. Grafik ideal
untuk pengujian triaksial undrained, unconsolidated. Seharusnya memilki titik patah ditempat yang
hampir sama (berhimpit). Hal ini dapat terjadi dikarenakan ada ketidaktelitian praktikan saat
menmbaca dial yang mengakibatkan perbedaan yang signifikan. Selain itu dapat diakibatakan oleh
perbedaan karakteristik sampel yang diuji. Perbedaan ini terjadi dikarenakan di alam tanah bersifat
heterogen hal ini yang memungkinkan terjadinya perbedaan. Selain hal-hal yang disebutkan dari,
juga dimungkinkan terjadi slip antara beban dengan dial yang mengakibatkan ketidakakuratan data
pengamatan.
Lingkaran Mohr
1.50
1.00
Tegangan Geser
0.50 0.5
1
0.00
0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 1.5
-0.50
2
-1.00
Diagram diatas merupakan diagram mohr-coloumb yang didapatkan dari percobaan. Berikut
table karakteristik dari ke empat diagram tersebut.
Dari diagaram mohr dapat ditentukan factor kohesi, dan sudut runtuh tanah dengan persamaan;
τf = c + σtanФ
Nilai C dan Ф dapat diperoleh dengan melihat lingakaran mohr. Dari diagram mohr didapatkan garis
persaaman yang menyatakan hubungan antara tegangan normal dan tegangan geser yakni’
𝑦 = 0.0494𝑥 + 0.078473
Ф = tan−1 0.0494 °
Dari gambar tersebut diperoleh C sebesar 0,7907 dan Ф sebesar 2o. Kondisi ideal pada pengujian
traiksial undrained, unconsolidated seharusnya sudut gesernya bernilai 0o. Hal ini dikarenkan pada
percobaan ini specimen tidak mengalami kondisi drainage yang mengkibatkan tekanan air pori tanah
bertambah sesuai dengan penambahan beban yang pada akhirnya semua beban diberikan dalam
bentuk tegangan normal. Penyebab perobaan ini tidak sesuai dengan kondisi ideal antara lain,
ketidaktelitian pengamat dan terjadi slip pada dial.
11.7 Simpulan
Dari hasil perhitungan di atas, maka dapat ditarik kesimpulannya
• Diperoleh hubungan antara deviator stress dan strain pada gambar 11.3
• Didapatkan factor kohesi (failure rata-rata) tanah sebesar 0,7907 dan sudut geser sebesar
2o
11.8 Referensi
Das, Braja M.2010. Principles of Geotechnical Engineering 7th edition. Shear Stength of Soil.
USA: Cengage Learning. hal 320-329
Mulai
Selesai
Undisturbed
Time Deformation Strain Rate Corrected Area Deviator Stress
Dial Reading Load (kg)
(minute) Dial % (cm2) (kg/cm2)
0 0 0 11.401 0 0 0
0.5 0.009 0.3 11.435 2.25 0.322875 0.02823568
1 0.018 0.6 11.47 4.7 0.67445 0.058801221
1.5 0.027 0.9 11.505 8.2 1.1767 0.102277271
2 0.036 1.2 11.539 11.2 1.6072 0.139284167
2.5 0.045 1.5 11.575 14.6 2.0951 0.18100216
3 0.054 1.8 11.61 17.6 2.5256 0.217536606
3.5 0.063 2.1 11.646 20.4 2.9274 0.251365276
4 0.072 2.4 11.681 23.4 3.3579 0.287466826
4.5 0.081 2.7 11.717 25.9 3.71665 0.317201502
5 0.09 3 11.754 28.2 4.0467 0.344282797
6 0.108 3.6 11.827 32.9 4.72115 0.39918407
7 0.126 4.2 12.901 35.7 5.12295 0.397097124
8 0.144 4.8 12.976 37.4 5.3669 0.413602035
Kalibrasi 0.1435
qu undisturbed (kg/cm2) 0.4707394
su 0.2353697
qu remolded (kg/cm2) 0.2164898
su 0.1082449
Sentivity 2.1744186
Contoh Perhitungan
1. Menghitung P (Beban) Tanah Undisturbed
n = Dial Reading (inch)
k = Kalibrasi kg/10-4 inch
𝐏= 𝐧𝐱𝐤
𝐏 = 𝟐. 𝟐𝟓 × 𝟎. 𝟏𝟒𝟑𝟓
𝐏 = 𝟎. 𝟑𝟐𝟐 𝐤𝐠
𝐏
𝐪𝐮 =
𝐀
𝟓. 𝟑𝟕
𝐪𝐮 =
𝟏𝟏. 𝟒𝟎𝟏
𝐪𝐮 = 𝟎. 𝟒𝟕𝟎𝟕 𝐤𝐠/𝐜𝐦𝟐
𝐏= 𝐧𝐱𝐤
𝐏 = 𝟏. 𝟕𝟐 × 𝟎. 𝟏𝟒𝟑𝟓
𝐏 = 𝟎. 𝟎𝟒𝟑 𝐤𝐠
7. Menghitung Sensitivitas
𝑞𝑢 𝑢𝑛𝑑𝑖𝑠𝑡𝑢𝑟𝑏𝑒𝑑 (𝑚𝑎𝑥)
𝑆𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 =
𝑞𝑢 𝑟𝑒𝑚𝑜𝑙𝑑𝑒𝑑 (𝑚𝑎𝑥)
0.4707
𝑆𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 =
0.21
𝑆𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 = 2.174
0.3
0.25
0.2 Undisturbed
0.15 Remolded
0.1
0.05
0
0 1 2 3 4 5 6
-0.05
Axial Strain (%)
Hubungan Stress dan Strain dapat diketahui dengan cara mengamati grafik Deviator Stress vs
axial Strain. Dari grafik tersebut dapat diamati bahwa semakin besar tegangan yang diberikan, maka
regangannya juga akan bertambah besar. Selain itu, kita juga dapat mengamati bahwa maximum
Stress pada sampel tanah kondisi undisturbed lebih tinggi jika dibandingkan dengan maximum Stress
pada sampel tanah kondisi remolded. Selain itu, lingkaran Mohr untuk sampel tanah kondisi
Undisturbed lebih besar dibandingkan lingkaran Mohr untuk sampel tanah kondisi Remolded (bisa
diamati pada Gambar Diagram Mohr dibawah ini).
Lingkaran Mohr
0.25
0.2
Shear Stress (kg/cm2)
0.15
Series1
0.1
Series2
0.05
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5
Normal Stress (kg/cm2)
Gambar 12. 3 Lingkaran Mohr untuk Tanah Undisturbed (series 1) dan Tanah remolded (series 2)
Hal ini dikarenakan pada tanah kondisi remolded, tanah tersebut telah diberi beban
sebelumnya sehingga telah terjadi kehancuran pada struktur partikel tanah yang menyebabkan
hilangnya kekuatan tanah.
Nilai sensitivitas dapat dihitung dengan menggunakan data tegangan maksimum untuk tanah
Undisturbed dan tegangan maksimum untuk tanah Remolded. Setelah dihitung pada bagian
sebelumnya, didapatkan bahwa nilai sensitivitas sampel tanah pada percobaan ini adalah 2,1744.
12.7 Simpulan
Dari data praktikum yang didapatm maka dapat disimpulkan bahwa
1. Nilai Uncofined Stress (qu) tanah Undisturbed adalah 0.4707 kg/cm2
2. Nilai Uncofined Stess (qu) tanah Remolded adalah 0.216 kg/cm 2
3. Nilai Kekatan Geser Tanah (Cu) tanah Undisturbed adalah 0.235 kg/cm 2
4. Nilai Kekatan Geser Tanah (Cu) tanah Remolded adalah 0.108 kg/cm 2
5. Nilai Derajat Sensitivitas adalah 2,1744.
12.8 Referensi
Das, Braja M.2010. Principles of Geotechnical Engineering 7th edition. Permeability. USA:
Cengage Learning. hal 160-168.
XIII LAMPIRAN
TUGAS TAMBAHAN
1. Apa kegunaan jenis gradasi tanah poor graded, gap graded, dan well graded.
Jenis gradasi tanah yang berbeda- beda sering digunakan dalam pembangunan perkerasan jalan.
Perkerasaan jalan memiliki beberapa lapisan pembentuk, pada lapisan pondasi spesifikasi
gradasi tanah sangat dibutuhkan. Berikut ini kegunaan gradasi tanah pada lapisan pondasi
perkerasan jalan.
a. Poorly Graded (Uniform) biasanya dipakai untuk lapisan penetrasi macadam (Lapen) .
Lapisan penetrasi macadam adalah lapisan perkerasan yang terdiri dari agregat pokok dan
agregat pengunci bergradasi terbuka dan seragam yang diikat oleh aspal keras dengan cara
disemprotkan diatasnya dan dipadatkan lapis demi lapis dan jika akan digunakan sebagai
lapis permukaan perlu diberi laburan aspal dengan batu penutup.
b. Gap Graded ( Senjang) biasanya dipakai untuk lapisan tipis beton aspal yang disebut juga
HRS (Hot Rolled Sheet) yaitu lapisan beraspal dengan gradasi agregat senjang dengan
menggunakan bahan pengikat aspal keras
c. Well Graded ( Gradasi rapat) biasanya dipakai untuk lapisan beton beraspal yaitu lapisan
beraspal dengan gradasi agregat rapat yang menggunakan bahan pengikat aspal keras.
Indeks plastisitas adalah parameter yang penting sebagai tolak ukur dari kestabilan tanah sebagai
tanah dasar. Semakin tinggi nilai PI, semakin besar rentang kadar air daerah plastis, semakin besar
kembang- susut, dan semakin tidak kondusif. Sehingga sifat plastis tanah dikendalikan dengan
penambahan kapur, penambahan kapur dapat menurunkan nilai plastisitas tanah.
𝑃𝑐
𝑂𝐶𝑅 =
𝜎0
Tanah normally consolidated mempunyai OCR = 1 , dan tanah dengan OCR lebih
dari 1 adalah tanah overconsolidated. Dapat ditemui pula, tanah lempung yang mempunyai
OCR kurang dari 1. Dalam hal ini tanah sedang dalam keadaan undercosolidated. Kondisi
undercosolidated dapat terjadi pada tanah-tanah yang baru saha diendapkan baik secara
geologis maupun oleh manusia. Dalam kondisi ini, lapisan lempung belum mengalami
keseimbangan akibat beban di atasnya.
diaproksimasi, karena failure sampel terjadi antara 2 pembebanan, yang artinya stress
penyebab kegagalan sampel berada diantara 2 pembebanan tersebut. Namun, constant stress
test menggambarkan kondisi yang ada di lapangan dengan lebih baik dibandingkan constant
strain test.
Uji direct shear dilakukan secara konstan, untuk menjaga agar tekanan air pori ekses yang
terjadi pada sampel akibat pemberian gaya dapat keluar secara perlahan-lahan melalui
drainage.