Anda di halaman 1dari 89

LAPORAN TUGAS BESAR

SI-3131 IRIGASI DAN BANGUNAN AIR

PERENCANAAN DAERAH IRIGASI SUNGAI


BANTIMURUNG
Diajukan untuk memenuhi syarat kelulusan mata kuliah SI-3131 Irigasi
dan Bangunan Air
Dosen :
Ir. Muljana Wangsadipura, M.Eng

Asisten :
Teuku Radenal Amir

Disusun Oleh :
Sofia Fadillah

15010077

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2012

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

LEMBAR PENGESAHAN

Tugas Irigasi dan Bangunan Air ini telah diperiksa dan disetujui serta
memenuhi ketentuan layak untuk dikumpulkan guna kelulusan mata
kuliah SI-3131 Irigasi dan Bangunan Air semester V pada tahun ajaran
2012/2013.

Bandung, Desember 2012


Mengetahui dan menyetujui,
Asisten,

Teuku Radenal Amir

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan


Bangunan Air

Kata Pengantar

KATA PENGANTAR
Pertama tama penyusun mengucapkan segala puji syukur kepada Tuhan
Yang Maha Kuasa, karena berkat izin-Nya tugas besar SI 3131 Irigasi dan
Bangunan Air ini dapat disusun. Tugas ini dibuat dalam rangka memenuhi
tugas besar Irigasi dan Bangunan Air pada semester 5 tahun ajaran
2011/2012.
Adapun tujuan dari diberikannya tugas besar ini adalah untuk lebih
memahami dan mengetahui penerapan dari mata kuliah Irigasi dan
Bangunan Air. Tugas ini merupakan perencaanaan sistem jaringan Irigasi
dari merencanakan pola tanam sampai merencanakan dimensi saluran
serta tinggi muka air di saluran irigasi.
Tak lupa penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak
pihak yang telah banyak membantu terselesaikannya tugas besar ini,
yaitu :
1. Bapak Ir. Muljana Wangsadipura, M.Eng selaku dosen Irigasi dan
Bangunan air.
2. Teuku Radenal Amir, selaku asisten.
3. Teman

teman,

selaku

pihak

yang

telah

membantu

terselesaikannya tugas ini.


Tugas ini pun masih banyak memiliki banyak kekurangan dan kelemahan.
Oleh karena itu, penyusun mengharapkan saran dan kritik kepada semua
pihak agar tugas ini menjadi contoh yang lebih baik di masa yang akan
datang. Semoga tugas besar ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
penyusun pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Akhir kata saya ucapkan selamat membaca dan terima kasih telah
meluangkan waktunya untuk membaca laporan ini.

Sofia Fadillah - 15010077

Kata Pengantar

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan


Bangunan Air

Bandung,Desember
2012
Penyusun

Sofia Fadillah - 15010077

Daftar Isi

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan


Bangunan Air

DAFTAR I
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................ ii
KATA PENGANTAR....................................................................................... iii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL........................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1.1

Latar Belakang............................................................................... 1

1.2

Maksud dan Tujuan.........................................................................1

1.3

Ruang Lingkup................................................................................ 2

1.4

Metodologi Penyusunan Tugas.......................................................2

1.5

Sistematika Penyusunan................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................5


2.1

Sistem Irigasi.................................................................................. 5

2.2

Teori Perencanaan Petak, Saluran dan Bangunan Air.....................7

2.2.1

Teori perencanaan petak..........................................................7

2.2.2

Teori perencanaan saluran.......................................................8

2.2.3

Teori perencanaan bangunan air............................................12

2.3

Teori Perhitungan Ketersediaan Air...............................................13

2.4

Teori Perhitungan Kebutuhan Air..................................................14

2.5

Teori Keseimbangan Air................................................................21

2.6

Sistem Tata Nama (Nomenklatur).................................................22

BAB III KONDISI DAERAH ALIRAN SUNGAI..................................................24


3.1

Lokasi Daerah Aliran Sungai.........................................................24

Daftar Isi

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan


Bangunan Air

3.2

Luas Daerah Aliran Sungai...........................................................25

3.3

Stasiun Pengukuran Curah Hujan dan Klimatologi........................25

3.3.1 Stasiun pengukuran curah hujan..............................................25


3.3.2 Stasiun pengukuran klimatologi................................................26
3.4

Data Pengukuran Hidrometeorologi DAS......................................28

BAB IV SISTEM IRIGASI DAS......................................................................30


4.1

Perencanaan Petak, Saluran dan Bangunan Air............................30

4.1.1

Perencanaan Petak.................................................................30

4.1.2

Perencanaan Saluran.............................................................30

4.1.3

Perencanaan Bangunan Air....................................................31

4.1.4

Skema Petak, Saluran Irigasi, dan Bangunan Air....................32

4.2

Perhitungan Ketersediaan Air Daerah Irigasi Bantimurung...........33

4.3

Perhitungan Kebutuhan Air Daerah Irigasi Bantimurung..............33

4.4

Evaluasi Keseimbangan Air Daerah Irigasi Bantimurung..............38

BAB V PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN DIMENSI SALURAN.................39


5.1

Perencanaan Saluran....................................................................39

5.2

Pendimensian Saluran..................................................................40

5.3

Contoh Perhitungan......................................................................41

Daftar Isi

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan


Bangunan Air

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................48


7.1

Kesimpulan................................................................................... 48

7.2

Saran............................................................................................ 48

LAMPIRAN................................................................................................. 50

Daftar Tabel

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan


Bangunan Air

DAFTAR TABEL
YTabel 2.1 Klasifikasi Jaringan Irigasi..........................................................6
Tabel 2.2 Nilai n dan m dari Fungsi Q........................................................11
Tabel 2.3 Kekasaran Saluran.....................................................................11
Tabel 2.4 Nilai W....................................................................................... 11
Tabel 2.5 Urutan Pola Tanam.....................................................................16
Tabel 2.6 Koefisien Tanaman Padi dan Kedelai..........................................17
Tabel 2.7 Kebutuhan Air Untuk Penyiapan Lahan......................................20
Tabel 5.1 Kemiringan Talud.......................................................................42
Tabel 5.2 Koefisien Strickler......................................................................44
Tabel 5.3 Freeboard................................................................................... 45
Tabel 5.4 Pintu Romijn............................................................................... 46

Daftar Gambar

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan


Bangunan Air

DAFTAR GAMBAR
YGambar 3.1 Daerah Irigasi Bantimurung................................................24
Gambar 3.2 DAS dan Polygon Thiessen daerah irigasi Bantimurung........29

Bab I : Pendahuluan

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan


Bangunan Air

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Air adalah material yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang
diketahui sampai saat ini di bumi. Manusia, hewan, dan tumbuhan akan
mati bila kekurangan air. Di banyak tempat di dunia terjadi kekurangan
persediaan air akibat dari pengelolaan sumber daya air yang kurang baik.
Hal ini dapat menimbulkan konflik, mengingat bahwa kersediaan pangan
di suatu daerah memiliki kaitan erat dengan ketersediaan air di daerah
tersebut.
Jumlah penduduk dunia yang semakin meningkat dari hari ke hari
mengakibatkan kebutuhan akan bahan pangan juga terus menerus
bertambah. Untuk itu diperlukan suatu usaha untuk meningkatkan hasil
pertanian yang ada. Salah satu cara adalah dengan pemenuhan
kebutuhan pengairan yang merupakan hal terpenting dalam pertanian
sebab tidak semua daerah mendapatkan pengairan yang mencukupi.
Kebutuhan air untuk tanaman pada dasarnya dapat diperoleh secara
langsung dari air hujan. Air hujan yang jatuh ke permukaan bumi akan
mengalir dari hulu ke hilir, meresap kedalam tanah atau menjadi air
permukaan, dan dimanfaatkan oleh tanaman disekitarnya. Indonesia,
yang merupakan negara tropis, hanya mengenal dua musim, yaitu musim
hujan dan musim kemarau. Dapat dipastikan, curah hujan tiap musimnya
tidak akan sama. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu cara untuk mengelola
air dengan optimal, salah satunya ialah dengan penggunaan sistem
irigasi.

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan


Bangunan Air

Bab I : Pendahuluan

1.2

Maksud dan Tujuan

Tujuan dari tugas besar ini adalah :


1. Mengetahui

tentang

proses

penentuan

lahan

pertanian

dan

pengairannya hingga menghasilkan suatu area pertanian yang dapat


berfungsi;
2. Merencanakan

lokasi

lahan

pertanian

lengkap

dengan

system

pengairannya; dan
3. Menyelesaikan berbagai masalah yang biasa ditemukan di lokasi
daerah pertanian.

1.3

Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam penyusunan karya tulis ini adalah perencanaan


bendung dan sistem irigasi di suatu wilayah studi, yaitu Sungai
Bantimurung, Sulawesi Selatan. Teori-teori yang berkaitan dengan hal ini
adalah sebagai berikut.
1. Teori Hidrologi
Teori-teori hidrologi digunakan dalam melakukan analisis data hidrologi
dan klimatologi wilayah studi.
2. Teori Irigasi
Teori

irigasi

digunakan

dalam

penentuan

sistem

irigasi

secara

keseluruhan pada wilayah studi.


3. Teori Bangunan Air
Teori bangunan air digunakan dalam penentuan jaringan irigasi secara
keseluruhan pada wilayah studi.

1.4

Metodologi Penyusunan Tugas

Metodologi yang digunakan dalam laporan ini agar dapat mencapai tujuan
yang tertulis diatas adalah sebagai berikut :
1. Melakukan Studi Literatur
Studi yang dilakukan didasarkan pada konsep-konsep Pengembangan
Sumber Daya Air yang merupakan bagian dari Jurusan Teknis Sipil.

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan


Bangunan Air

Bab I : Pendahuluan

Konsep utama yang digunakan adalah Hidrologi, Irigasi, dan Bangunan


Air.
2. Mengumpulkan Data Wilayah, Hidrologi, dan Klimatologi
Data yang dikumpulkan merupakan data yang merepresentasikan
keadaan wilayah studi, yaitu Daerah Irigasi Bantimurung, Sulawesi
Selatan. Data-data yang digunakan untuk melakukan analisis antara
lain :
a. Data curah hujan untuk menghitung curah hujan efektif regional
yang didapat dari empat stasiun disekitar daerah irigasi, yaitu
Stasiun Hasanuddin, Stasiun Malino, dan Stasiun Camba.
b. Peta topografi daerah hilir Sungai Bantimurung
c. Data klimatologi yang mencakup kecepatan angin rata-rata,
penyinaran

matahari

dalam

%,

kelembapan

rata-rata,

dan

temperatur udara rata-rata


3. Analisis Hidrologi dan Klimatologi
Data yang sudah dikumpulkan kemudian dianalisis menggunakan
konsep hidrologi dan klimatologi untuk selanjutnya digunakan dalam
analisis irigasi dan bangunan air.
4. Analisis Irigasi dan Bangunan Air
Hasil analisis hidrologi dan klimatologi selanjutnya digunakan untuk
melakukan analisis irigasi dan bangunan air. Analisis ini merupakan
tahap pengolahan data terakhir dan digunakan untuk menentukan
seluruh bagian dari sistem irigasi pada daerah pertanian wilayah studi.
5. Kesimpulan dan Saran
Pada bagian ini kesuluruhan metode yang telah digunakan beserta
hasilnya akan dievaluasi. Evaluasi didasarkan pada tujuan laporan dan
hubungannya dengan hasil analisis.

1.5

Sistematika Penyusunan

Sistematika penyusunan laporan ini adalah sebagai berikut :


Bab I

Pendahuluan
1.1Latar Belakang
1.2Maksud dan Tujuan
1.3Ruang Lingkup

Bab I : Pendahuluan

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan


Bangunan Air

1.4Metodologi Penyusunan Tugas


1.5Sistematika Penyusunan
Bab II

Tinjauan Pustaka
2.1Sistem Irigasi
2.2Teori Perencanaan Petak, Saluran, dan Bangunan Air
2.2.1
Teori Perencanaan Petak
2.2.2
Teori Perencanaan Saluran
2.2.3
Teori Perencanaan Bangunan Air
2.3Teori Perhitungan Ketersediaan Air
2.4Teori Perhitungan Kebutuhan Air
2.5Teori Keseimbangan Air
2.6Sistem Tata Nama (Nomenklatur)

Bab III

Kondisi Daerah Aliran Sungai


3.1Lokasi Daerah Aliran Sungai
3.2Luas Daerah Aliran Sungai
3.3Stasiun Pengukuran Curah Hujan dan Klimatologi
3.4Data Pengukuran Hidrometeorologi DAS

Bab IV

Sistem Irigasi Daerah Aliran Sungai


4.1Perencanaan Petak, Saluran, dan Bangunan Air
4.1.1 Perencanaan Petak
4.1.2 Perencanaan Saluran
4.1.3 Perencanaan Bangunan Air
4.1.4 Skema Petak, Saluran Irigasi dan Bangunan Air
4.2Perhitungan Ketersediaan Air Daerah Irigasi Bantimurung
4.3Perhitungan Kebutuhan Air Daerah Irigasi Bantimurung
4.4Evaluasi Keseimbangan Air Daerah Irigasi Bantimurung

Bab V

Perencanaan dan Perhitungan Dimensi Saluran


5.1Perencanaan Saluran
5.2Pendimensian Saluran
5.3Contoh Perhitungan

Bab VI

Simpulan dan Saran


6.1Kesimpulan
6.2Saran

Daftar Pustaka
Lampiran

Bab II
Pustaka

Tinjauan

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan


Bangunan Air

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Sistem Irigasi

Irigasi merupakan suatu usaha teknis untuk mengontrol kandungan air


pada tanah di dalam zona akar dengan maksud agar tanaman dapat
tumbuh secara baik. Dimana usaha teknis yang dimaksud adalah
penyediaan sarana dan prasarana irigasi untuk membawa, membagi air
secara teratur dengan jumlah yang cukup, waktu yang tepat ke petak
irigasi untuk selanjutnya diberikan dan dipergunakan oleh tanaman.
Dalam perkembangannya sampai saat ini, ada 4 jenis sistem irigasi yang
biasa digunakan. Keempat sistem irigasi itu adalah sebagai berikut :
1. Irigasi Gravitasi
Sistem ini memanfaatkan efek dari gravitasi untuk mengalirkan air.
Bentuk rekayasa ini tidak memerlukan tambahan energi untuk
mengalirkan air sampah ke petak sawah.
2. Irigasi Bawah Tanah
Tanah akan dialiri dibawah permukaannya. Saluran yang ada disisi
petak sawah akan mengalirkan air melalui pori-pori tanah. Sehingga air
akan sampai ke akar tanaman.
3. Irigasi Siraman
Air akan disemprotkan ke petak sawah melalui jaringan pipa dengan
bantuan pompa air. Penggunaan air akan lebih efektif dan efisien
karena dapat dikontrol dengan sangat mudah.
4. Irigasi Tetesan
Sistem ini mirip dengan irigasi siraman. Hanya saja air akan langsung
diteteskan/ disemprotkan ke bagian akar. Pompa air dibutuhkan untuk
mengalirkan air.

Bab II
Pustaka

Tinjauan

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan


Bangunan Air

Selain itu jaringan irigasi mempunyai klasifikasi yang didasarkan pada halhal seperti dijelaskan dalam tabel berikut.
Tabel 2.1 Klasifikasi Jaringan Irigasi

a. Jaringan Irigasi Sederhana


Prasarana yang ada seperti bangunan pengatur debit atau pembagi
sama sekali tidak ada. Hal ini terjadi karena sumber air sangat
berlimpah sehingga hampir sama sekali tidak diperlukan rekayasa
irigasi. Jaringan utama air hanya perlu disadap sesuai keinginan
sehingga petak-petak sawah dapat tergenangi air. Selain itu tidak ada
pembagi antara saluran pembuang dan irigasi.
Kelemahan dari tipe jaringan ini adalah pemborosan air, karena
penyadapan yang sesuka hati. Selain itu biaya untuk penyadapan
sangat mahal karena saluran tersebut harus dapat mengairi seluruh

Bab II
Pustaka

Tinjauan

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan


Bangunan Air

petak sawah tanpa sebelum direkayasa sehingga efisiensinya sangat


rendah.
b. Jaringan Irigasi Semi Teknis
Tidak

banyak

perbedaan

dengan

jaringan

sederhana

kecuali

bangunan-bangunan irigasi mulai digunakan pada jaringan ini. Jaringan


pembuangan dan irigasi masih menyatu. Akan tetapi sudah dapat
mengairi petak sawah yang lebih besar daripada irigasi sederhana.
c. Jaringan Irigasi Teknis
Jaringan ini jauh lebih maju daripada 2 jaringan lainnya dalam hal
rekayasa irigasi. Bangunan air banyak digunakan pada jaringan ini.
Sepenuhnya saluran irigasi dan pembuang bekerja secara terpisah.
Sehingga pembagian air dan pembuangan air optimum. Selain itu ada
petak tersier yang menjadi ciri khas jaringan teknis. Petak tersier
kebutuhannya diserahkan petani dan hanya perlu disesuaikan dengan
saluran primer dan sekunder yang ada.
Keuntungan dari jaringan ini adalah pemakaian air yang efektif dan
efisien, menekan biaya perawatan, dan dibuat sesuai kondisi dan
kebutuhan. Kelemahannya adalah biaya pembuatan yang mahal dan
pegoperasian yang tidak mudah.

2.2

Teori Perencanaan Petak, Saluran dan Bangunan Air

2.2.1 Teori perencanaan petak


Petak irigasi adalah petak sawah atau daerah yang akan dialiri dari suatu
sumber air, baik waduk maupun langsung dari satu atau beberapa sungai
melalui bangunan pengambilan bebas. Petak irigasi dibagi 3 jenis, yaitu
sebagai berikut.
a. Petak Tersier

Bab II
Pustaka

Tinjauan

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan


Bangunan Air

Petak ini menerima air yang disadap dari saluran tersier. Karena
luasnya yang tergolong kecil maka petak ini menjadi tanggung jawab
individu untuk eksploitasinya. Idealnya daerah yang ditanami berkisar
50-100 Ha. Jika luas petak lebih dari itu dikhawatirkan pembagian air
menjadi tidak efisien.
Petak tersier dapat dibagi menjadi petak kuarter, masing-masing
seluas 8-15 Ha. Dimana bentuk dari tiap petak kuarter adalah bujur
sangkar atau segi empat.
Petak tersier haruslah juga berbatasan dengan petak sekunder. Yang
harus dihindari adalah petak tersier yang berbatasan langsung dengan
saluran irigasi primer. Selain itu disarankan panjang saluran tersier
tidak lebih dari 1500 m.
b. Petak Sekunder
Petak sekunder adalah petak yang terdiri dari beberapa petak tersier
yang berhubungan langsung dengan saluran sekunder. Petak sekunder
mendapatkan airnya dari saluran primer yang airnya dibagi oleh
bangunan bagi dan dilanjutkan oleh saluran sekunder. Batas sekunder
pada umumnya berupa saluran drainase. Luas petak sekunder
berbeda-beda tergantung dari kondisi topografi.
c. Petak Primer
Petak primer merupakan gabungan dari beberapa petak sekunder
yang dialiri oleh satu saluran primer. Dimana saluran primer menyadap
air dari sumber air utama. Apabila saluran primer melewati daerah
garis tinggi maka seluruh daerah yang berdekatan langsung dilayani
saluran primer.

Bab II
Pustaka

Tinjauan

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan


Bangunan Air

2.2.2 Teori perencanaan saluran


Dalam mengalirkan dan mengeluarkan air ke dan dari petak sawah
dibutuhkan suatu saluran irigasi. Saluran pembawa itu dibagi menjadi 2
jenis berdasarkan fungsinya, saluran pembawa yang membawa air masuk
ke petak sawah dan saluran pembuang yang akan mengalirkan kelebihan
air dari petak-petak sawah.

a. Saluran Pembawa
Berfungsi untuk mengairi sawah dengan mengalirkan air dari daerah
yang disadap. Berdasarkan hierarki saluran pembawa dibagi menjadi
3, yaitu :
1. Saluran Primer
Saluran ini merupakan saluran pertama yang menyadap air dari
sumbernya. Dan selanjutnya dibagikan kepada saluran sekunder
yang ada. Saluran ini dapat menyadap dari sungai, waduk, atau
waduk. Bangunan sadap terakhir yang terdapat di saluran ini
menunjukan batas akhir dari saluran ini
2. Saluran Sekunder
Air dari saluran primer akan disadap oleh saluran sekunder. Saluran
sekunder nantinya akan memberikan air kepada saluran tersier.
Akan sangat baik jika saluran sekunder dibuat memotong atau
melintang

terhadap

garis

tinggi

tanah.

Sehingga

air

dapat

dibagikan ke kedua sisi dari saluran.


3. Saluran Tersier
Merupakan hierarki terendah yang berfungsi mengalirkan air yang
disadap dari saluran sekunder ke petak-petak sawah. Saluran ini
dapat mengairi kurang lebih 75-125 Ha.

Bab II
Pustaka

Tinjauan

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan


Bangunan Air

b. Saluran Pembuang
Fungsinya membuang air yang telah terpakai ataupun kelebihan air
yang terjadi pada petak sawah. Umumnya saluran ini menggunakan
saluran lembah. Saluran lembah tersebut memotong garis tinggi
sampai ketitik terendah daerah sekitar.
Dimensi Saluran
Pada saluran terbuka dikenal berbagai macam bentuk saluran seperti
persegi, setengah lingkaran, elips , dan trapesium. Untuk pengaliran air
irigasi, penampang saluran yang digunakan adalah trapesium karena
umum dipakai dan ekonomis. Dalam mendesain saluran digunakan
rumus-rumus sebagai berikut.
a. Debit rencana (Q)
Q = A*a/(1000*eff.) m3/dt
b. Rumus Strickler
V = k.R2/3.S1/2
Keterangan :
V = Kecepatan aliran
R = Jari-jari hidraulik
S = Kemiringan saluran
K = Koefisien saluran
c. Nilai V diperoleh melalui persamaan
V = 0,42.Q0,182 m/dt
d. Luas penampang basah

Bab II
Pustaka

Tinjauan

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan


Bangunan Air

A = Q/V m2
e. Kemiringan talud (m) diperoleh dari tabel
f.

Nilai perbandingan b/h (n)


N = (0,96*Q0,25)+m

g. Ketinggian air (h)


h = 3*V1,56 m
h. Lebar dasar saluran
b = n*h m
i.

Lebar dasar saluran di lapangan (b) dengan pembulatan 5 cm dari b

j.

Luas basah rencana (A)


A = (b+t*h)h m2

k. Keliling basah
P = b+(2*h((1+m2)0,5) m
l.

Jari-jari hidraulis
R = A/P m

m. Koefisien Strickelr diperoleh melalui tabel


n. Kecepatan aliran rencana (V)
V = Q/A m/s
o. Kemiringan saluran pada arah memanjang (i)
I = V2/(k2*R4/3)

Bab II
Pustaka

Tinjauan

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan


Bangunan Air

p. Tinggi jagaan diperoleh melalui tabel


q. Tinggi saluran ditambah freeboard (H)
H=h+W
r.

Lebar saluran yang ditambah freeboard (B)


B = b+2*(h+W) m

Tabel 2.2 Nilai n dan m dari Fungsi Q

Tabel 2.3 Kekasaran Saluran

Tabel 2.4 Nilai W

Dalam merencanakan debit rencana efisiensi yang digunakan untuk


saluran tersier adalah 80%, sekunder 70%, dan primer 70%. Dalam
penggunaan a (kebutuhan air) dihitung berdasarkan pada perhitungan

Bab II
Pustaka

yang

Tinjauan

sudah

dibahas

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan


Bangunan Air

pada

pembahasan

sebelumnya.

Dalam

merencanakan lebar saluran yang dipergunakan di lapangan, dari b (b


perhitungan), dibulatkan 5 cm terdekat. Perhitungan dimensi saluran
dimaksudkan untuk memperoleh dimensi dari saluran yang dipergunakan
dalam jaringan irigasi serta untuk menentukan tinggi muka air yang harus
ada pada bendung agar kebutuhan air untuk seluruh wilayah irigasi dapat
terpenuhi.

Perhitungan dimensi saluran ini ada dua tahap yaitu tahap penentuan
dimensi untuk setiap ruas saluran dan tahan perhitungan ketinggian muka
air pada tiap-tiap ruas saluran. Hasil perhitungan tersebut lebih efisien
ditampilkan dalam bentuk tabel dimana urutan pengerjaan sudah
diurutkan perkolom.

2.2.3 Teori perencanaan bangunan air


a. Bangunan Utama

Bangunan bagi adalah bangunan yang terletak di saluran utama


yang membagi air ke saluran sekunder atau tersier. Dan juga dari
saluran

sekunder

ke

tersier.

Bangunan

ini

dengan

akurat

menghitung dan mengatur air yang akan dibagi ke saluran-saluran


lainnya

Bangunan sadap adalah bangunan yang terletak di saluran primer


ataupun sekunder yang member air ke saluran tersier

Bangunan bagi-sadap adalah bangunan bagi yang juga bangunan


sadap. Bangunan ini merupakan kombinasi keduanya.

b. Bangunan Pelengkap

Bangunan pengatur

Bab II
Pustaka

Tinjauan

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan


Bangunan Air

Bangunan/pintu pengatur akan berfungsi mengatur taraf muka air


yang melaluinya di tempat-tempat dimana terletak bangunan
sadap dan bangunan bagi. Khususnya di saluran-saluran yang
kehilangan tinggi energinya harus kecil, bangunan pengatur harus
direncanakan sedemikian rupa sehingga tidak banyak rintangan
tinggi energi dan sekaligus mencegah penggerusan, disarankan
membatasi kecepatan di bangunan pengatur sampai + 1,5 m/dt.
Bangunan pengatur tingggi muka air terdiri dari jenis bangunan
dengan sifat sebagai berikut :

Bangunan yang dapat mengontrol dan mengendalikan tinggi muka


air di saluran. Contoh : pintu schot balk, pintu sorong.

Bangunan yang hanya mempengaruhi tinggi muka air. Contoh :


merce tetap, kontrol celah trapesium.

Bangunan pembawa
Bangunan pembawa adalah bangunan yang digunakan untuk
membawa air melewati bawah saluran lain, jalan, sungai, ataupun
dari suatu ruas ke ruas lainnya. Bangunan ini dibagi menjadi 2
kelompok :

Bangunan aliran subkritis : gorong-gorong, flum, talang, dan


sipon.

Bangunan aliran superkritis : bangunan pengukur dan pengatur


debit, bangunan terjun, dan got miring

2.3

Teori Perhitungan Ketersediaan Air

Sumber air yang digunakan untuk pengairan atau untuk irigasi umumnya
berasal dari sungai. Sungai tersebut memperoleh tambahan air dari air
hujan yang jatuh ke sungai dan daerah di sekitar sungai tersebut. Daerah
di sekitar sungai yang mempengaruhi jumlah air yang ada di sungai dan

Bab II
Pustaka

Tinjauan

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan


Bangunan Air

bilamana curah hujan yang jatuh di daerah tersebut mengalir ke sungai,


maka daerah tersebut dinamakan daerah aliran sungai.
Untuk menganalisis ketersediaan air diperlukan data-data curah hujan
selama beberpa tahun minimal dari tiga stasiun pengamat hujan yang ada
di daerah aliran sungai. Dari data-data tersebut dapat diketahui debit air
yang dapat mengairi luas daerah aliran sungai. Debit tersebut merupakan
sejumlah air yang tersdia dan dapat dimanfaaatkan manusia sesuai
kebutuhan. Ada 3 metode yang biasa digunakan dalam menentukan hujan
regional, yaitu;

Metoda Thiessen

Metoda Arithmatik

Metoda Isohyet

Dalam studi ini, ketersediaan air dihitung menggunakan metoda poligon


thiessen untuk mencari curah hujan regional dan metoda FJ Mock untuk
menghitung debit air di daerah aliran sungai yang menjadi objek studi.
Metoda Poligon Thiessen :
n

H i x Li

R H = i =1 n

Li
i=1

Dimana :
Hi

= hujan pada masing-masing stasiun

Li

= luas poligon/wilayah pengaruh masing-masing stasiun

= jumlah stasiun yang ditinjau

RH

= Curah hujan rata-rata.

Bab II
Pustaka

2.4

Tinjauan

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan


Bangunan Air

Teori Perhitungan Kebutuhan Air

Penentuan kebutuhan air ditujukan untuk mengetahui berapa banyak air


yang diperlukan lahan agar dapat menghasilkan produksi optimum. Dalam
penentuan kebutuhan air diperhitungkan juga efisiensi saluran yang
dilalui. Kebutuhan air untuk setiap jenis tanaman adalah berbeda
tergantung koefisien tanaman.
Berikut adalah hal yang mempengaruhi kebutuhan air :
a. Evapotranspirasi potensial
Evapotranspirasi adalah banyaknya air yang dilepaskan ke udara
dalam bentuk uap air yang dihasilkan dari proses evaporasi dan
transpirasi. Dalam penentuan besar evapotranspirasi terdapat banyak
metoda yang dapat dilakukan. Pada laporan ini digunakan metoda
Penman Modifikasi. Metoda tersebut dipilih karena perhitungan yang
paling akurat. Akurasinya diindikasikan melalui parameter-parameter
penentuan

besarnya

evapotranspirasi

yang

menggunkan

data

temperatur, kelembapan udara, persentase penyinaran matahari, dan


kecepatan angin.
Rumus metoda Penman Modifikasi adalah sebagai berikut :
ET = c.(w.Rn + (1-w).f(u).(ea-ed))
Keterangan :
ET

= Evapotranspirasi (mm/hari)

= Faktor koreksi akibat keadaan iklim siang dan malam

= Faktor bobot tergantung dari temperature udara dan

ketinggian tempat
Rn

= Radiasi netto ekivalen dengan evapotranspirasi (mm/hari)

= Rns Rnl
Rns

= Gelombang pendek radiasi yang masuk = (1-).Rs =

(1-).(0,25+n/N).Ra

Bab II
Pustaka

Tinjauan

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan


Bangunan Air

Ra

= Radiasi ekstraterestrial matahari

Rnl

= Gelombang panjang radiasi netto = ft(t).f(e d).f(n/N)

= Lama maksimum penyinaran matahari

1-w

= Faktor bobot tergantung pada temperature udara

f(u)

= Fungsi kecepatan angin = 0,27.(1 + u/100)

f(ed)

= Efek tekanan uap pada radiasi gelombang panjang

f(n/N)

= Efek lama penyinaran matahari pada radiasi gelombang

panjang
f(t)

= Efek temperature pada radiasi gelombang panjang

ea

= Tekanan uap jenuh tergantung temperature

ed

= ea.Rh/100

Rh

= Curah hujan efektif

b. Curah hujan efektif


Untuk irigasi tanaman padi, curah hujan efektif tengah bulanan diambil
80% dari curah hujan rata-rata tengah bulanan dengan kemungkinan
tak terpenuhi 20%. Sedangkan untuk palawija nilai curah hujan efektif
tengah bulanan diambil P=50% Curah hujan dianalisis dengan analisis
curah hujan. Analisis curah hujan dilakukan dengan maksud untuk
menentukan :

Curah hujan efektif, yang digunakan untuk menentukan kebutuhan


air irigasi

Curah hujan lebih, yang digunakan untuk menentukan besar


kebutuhan pembuangan dan debit banjir

Cara mencari curah hujan efektif adalah sebagai berikut :

Menentukan stasiun hujan yang paling dekat dengan bending

Mengurutkan data curah hujan dari yang terkecil sampai terbesar

Menentukan tingkat probabilitas terlampaui tiap data

Bab II
Pustaka

Tinjauan

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan


Bangunan Air

Mencari nilai curah hujan dengan P=50% dan P=80%

Jika tidak adalah curah hujan dengan P=50% dan P=80% maka
digunakan interpolasi menggunakan nilai curah hujan dengan tingkat
probabilitas terdekat.

c. Pola tanam
Untuk memenuhi kebutuhan air bagin tanaman, penentuan pola tanam
merupakan

hal

yang

perlu

dipertimbangkan.

Tabel

di

bawah

merupakan contoh pola tanam yang biasa digunakan.


Tabel 2.5 Urutan Pola Tanam

Pola tanam yang digunakan pada laporan ini adalah padi-padi-palawija


karena ketersediaan air diasumsikan cukup banyak
d. Koefisien tanaman
Koefisien tanaman diberikan untuk menghubungkan evapotranspirasi
dengan evapotranspi tanaman dan dipakai dalam rumus Penman
Modifikasi. Koefisien yang dipakai harus didasarkan pada pengalaman
dalam tempo panjang dari proyek irigasi di daerah tersebut. Harga
koefisien tanaman padi diberikan pada tabel berikut :

Bab II
Pustaka

Tinjauan

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan


Bangunan Air

Tabel 2.6 Koefisien Tanaman Padi dan Kedelai

e. Perkolasi
Perkolasi adalah peristiwa meresapnya air ke dalam tanah dimana
tanah dalam keadaan jenuh. Laju perkolasi sangat tergantung pada
sifat-sifat tanah. Data-data mengenai perkolasi akan diperoleh dari
penelitiian kemampuan tanah. Tes kelulusan tanah akan merupakan
bagian dari penyelidikan ini. Apabila padi sudah ditanam di daerah
proyek maka pengukuran laju perkolasi dapat dilakukan langsung di
sawah. Laju perkolasi normal pada tanah lempung sesudah dilakukan
penggenangan berkisar antara 1 sampai 3 mm/hari. Didaerah-daerah
miring, perembesan dari sawah ke sawah dapat mengakibatkan
banyak kehilangan air. Di daerah-daerah dengan kemiringan diatas
5%, paling tidak akan terjadi kehilangan 5mm/hari akibat perkolasi dan
rembesan. Pada tanah-tanah yang lebih ringan, laju perkolasi bisa
lebih tinggi.
Dari hasil penyelidikan tanah pertanian dan penyelidikan kelulusan,
besarnya

laju

perkolaasi

serta

tingkat

kecocokan

tanah

untuk

pengolahan tanah dapat ditetapkan dan dianjurkan pemakaiannya.


Pada laporan ini digunakan nilai perkolasi rata-rata yaitu 2 mm/hari
f.

Penggantian Lapisan Air Tanah (WLR)

Bab II
Pustaka

Tinjauan

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan


Bangunan Air

Penggantian lapisan air tanah dilakukan setengah bulan sekali. Di


Indonesia besar penggantian air ini adalah 3,3 mm/hari.
g. Masa penyiapan lahan
Untuk petak tersier, jangka waktu yang dianjurkan untuk penyiapan
lahan adalah 1,5 bulan. Bila penyiapan lahan terutama dilakukan
dengan

peralatan

mesin,

jangka

waktu

bulan

dapat

dipertimbangkan.
Kebutuhan air untuk pengolahan lahan sawah (puddling) bisa diambil
200 mm. Ini meliputi penjenuhan (presaturation) dan penggenangan
sawah, pada awal transplantasi akan ditambahkan lapisan 50 mm lagi.
Angka 200 mm diatas mengandaikan bahwa tanah itu bertekstur
berat, cocok digenangi dan bahwa lahan itu belum ditanami selama
2,5 bulan. Jika tanah itu dibiarkan berair lebih lama lagi maka diambil
250 mm sebagai kebutuhan air untuk penyiapan lahan. Kebutuhan air
untuk penyiapan lahan termasuk kebutuhan air untuk persemaian.

Dalam penentuan kebutuhan air, dibedakan antara kebutuhan air pada


masa

penyiapan

lahan

dan

kebutuhan

air

pada

masa

tanam.

Penjelasannya sebagai berikut


1. Kebutuhan air pada masa penyiapan lahan
Kebutuhan

air

untuk

penyiapan

lahan

umumnya

menentukan

kebutuhan maksimum air irigasi pada suatu proyek irigasi. Faktorfaktor penting yang menentukan besarnya kebutuhan air untuk
penyiapan lahan adalah :
a. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan
penyiapan

lahan. Yang menentukan lamanya jangka waktu

penyiapan lahan adalah :

Bab II
Pustaka

Tinjauan

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan


Bangunan Air

Tersedianya tenaga kerja dan ternak penghela atau traktor


untuk menggarap tanah.

Perlunya memperpendek jangka waktu tersebut agar tersedia


cukup waktu menanam padi sawah atau padi ladang kedua.

Kondisi sosial budaya yang ada di daerah penanaman padi akan


mempengaruhi lamanya waktu yang diperlukan untuk penyiapan
lahan. Untuk daerah-daaerah proyek baru, jangka waktu penyiapan
lahan akan ditetapkan berdasarkan kebiasaan yang berlaku di
daeah-daerah sekitaarnya. Sebagai pedoman diambil jangka waktu
1.5 bulan untuk menyelesaikan penyiapan lahan di seluruh petak
tersier. Bilamana untuk penyiapan lahan diperkirakan akan dipakai
mesin secara luas maka jangka waktu penyiapan lahan akan
diambil 1 bulan.
b. Jumlah air yang diperlukan untuk penyiapan lahan.
Pada umumnya jumlah air yang dibutuhkan untuk penyiapan lahan
dapat ditentukan berdasarkan kedalaman serta porositas tanah di
sawah.
Untuk perhitungan kebutuhan air total selama penyiapan lahan
digunakan metode yang dikembangkan oleh Van de Goor dan
Zijlstra (1968). Metode tersebut didasarkan pada laju air yang
konstan l/dt selama periode penyiapan lahan dan menghasilkan
rumus sebagai berikut :
IR = M.ek / (ek - 1)
dimana :
IR

: Kebutuhan aiir total dalam mm/hari

Kebutuhan

air

untuk

mengganti/mengkompensari

kehilangan air akibat evaporasi dan perkolasi di sawah yang sudah


dijenuhkan .

Bab II
Pustaka

Tinjauan

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan


Bangunan Air

M = Eo + P
Eo = 1.1 * Eto
P = perkolasi
K = M.T/S
T = Jangka waktu penyiapan lahan, hari
S = kebutuhan air untuk penjenuhan ditambah dengan lapisan air
50 mm yakni 200 + 50 = 250 mm seperti yang sudah diterangkan
diatas.
Kebutuhan total tersebut bisa ditabelkan sebagai berikut :

Bab II
Pustaka

Tinjauan

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan


Bangunan Air

Tabel 2.7 Kebutuhan Air Untuk Penyiapan Lahan

Penggunaan tabel tersebut mempercepat perhitungan di lapangan.


Interpolasi selalu digunakan untuk perhitungan yang tidak ada di
tabel.

2. Kebutuhan air pada masa tanam untuk padi sawah


Secara umum unsur-unsur yang mempengaruhi kebutuhan air pada masa
tanam adalah sama dengan kebutuhan air pada masa penyiapan lahan.
Hanya ada tambahan yaitu :
Penggantian lapisan air
Setelah pemupukan, diusahakan untuk menjadwalkan dan mengganti
lapisan air meurut kebutuhan. Jika tidak ada penjadwalan semacam itu
maka dilakukan penggantian air sebanyak 2 kali masing-masing 50
mm ( atau 3.3 mm/hari selama 0.5 bulan ) selama sebulan dan 2 bulan
setelah transplantasi.

Bab II
Pustaka

Tinjauan

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan


Bangunan Air

Perhitungan kebutuhan pada masa tanam diuraikan secara mendetail


secara berikut sehingga dapat dilihat perbedaannya pada perhitungan
kebutuhan air pada masa penyiapan lahan, yaitu :
a. Menghitung curah hujan efektif (Re) dengan cara seperti yang
sudah diterangkan diatas.
b.Menghitung evapotranspirasi potensial dengan metoda penman
modifikasi yang sudah diterangkan diatas.
c. Mencari data perkolasi (P) dan Penggantian lapisan air (WLR)
d.Menghitung ETc = Eto * c
dimana c adalah koefisien tanaman
e. Menghitung kebutuhan air total (bersih) disawah untuk padi
NFR = Etc + P + WLR - Re
f. Menghitung kebutuhan air irigasi untuk padi(IR)
IR = NFR/0.64
g.Menghitung kebutuhan air untuk irigasi (DR=a)
DR(a) = IR/8.64
h.Untuk keperluan perencanaan jaringan irigasi maka harga a yang
diambil adalah harga a yang terbesar.
Penentuan Kebutuhan Air Untuk palawija
Kebutuhan air untuk palawija diperhitungkan dari harga Etc dan Re,
dimana langkah pengerjaannya sama seperti pada padi. Jadi yang
sangat mempengaruhi adalah evapotranspirasi dan curah hujan efektif
saja.

2.5

Teori Keseimbangan Air

Dalam perhitungan neraca air, kebutuhan pengambilan yang dihasilkan


untuk pola tanam yang dipakai akan dibandingkan dengan debit andalan
untuk tiap setengah bulan dan luas daerah yang bisa diairi.
Apabila debit sungai melimpah, maka luas daerah proyek irigasi adalah
tetap karena luas maksinum daerah layanan (command area) dan proyek

Bab II
Pustaka

Tinjauan

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan


Bangunan Air

akan direncanakan sesuai dengan pola tanam yang dipakai. Bila debit
sungai tidak berlimpah dan kadang-kadang terjadi kekurangan debit maka
ada 3 pilihan yang bisa dipertimbangkan, yaitu sebagai berikut.

Bab II
Pustaka

Tinjauan

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan


Bangunan Air

1. Luas daerah irigasi dikurangi


Bagian-bagian tertentu dari daerah yang bisa diairi (luas maksimum
daerah layanan) tidak akan diairi.
2. Melakukan modifikasi dalam pola tanam
Dapat diadakan perubahan dalam pemilihan tanaman atau tanggal
tanam untuk mengurangi kebutuhan air irigasi di sawah (l/dt/ha) agar
ada kemungkinan untuk mengairi areal yang lebih luas dengan debit
yang tersedia.
3. Rotasi teknis golongan
Untuk mengurangi kebutuhan puncak air irigasi. Rotasi teknis atau
golongan

mengakibatkan

eksploitasi

yang

lebih

kompleks

dan

dianjurkan hanya untuk proyek irigasi yang luasnya sekitar 10.000 ha


atau lebih.

2.6

Sistem Tata Nama (Nomenklatur)

Pemberian nama pada daerah, petak, bangunan dan saluran irigasi


haruslah

jelas,

pendek,

dan

tidak

multitafsir.

Nama-nama

dipilih

sedemekian sehingga jika ada penambahan bangunan baru tidak perlu


untuk mengganti nama yang telah diberikan.
a. Daerah Irigasi
Nama yang diberikan sebaiknya menggunakan nama daerah atau desa
terdekat dengan bangunan air atau dapat juga menggunakan nama
sungai yang airnya disadap. Akan tetapi ketika sumber air yang
disadap lebih dari satu maka sebaiknya menggunakan nama daerah.
b. Jaringan Irigasi Utama
Saluran primer sebaiknya dinamai dengan nama daerah irigasi yang
dilayani. Saluran sekunder menggunakan nama desa yang dialiri

Bab II
Pustaka

airnya.

Tinjauan

Petak

sekunder

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan


Bangunan Air

sebaiknya

menggunakan

nama

saluran

sekunder.
c. Jaringan Irigasi Tersier
Jaringan irigasi tersier sebaiknya dinamai sesuai dengan bangunan
bagi air tersier.
Syarat-syarat dalam menentukan indeks adalah sebagai berikut :

Sebaiknya terdiri dari satu huruf,

Huruf itu dapat menyatakan petak, saluran atau bangunan,

Letak objek dan saluran beserta arahnya,

Jenis saluran pembawa atau pembuang,

Jenis bangunan untuk membagi atau member air, sipon, talang dan
lain-lain,

Jenis petak, primer atau sekunder.

Cara pemberian nama :


a. Bangunan utama diberi nama sesuai dengan desa terdekat daerah
irigasi yang sungainya disadap.
b. Saluran induk diberi nama sungai atau desa terdekat dengan diberi
indeks 1,2,3 dan seterusnya yang menyatakan ruas saluran.
c. Saluran sekunder diberi nama sesuai kampong terdekat.
d. Bangunan bagi/sadap diberi nama sesuai dengan nama saluran di hulu
dengan diberi indeks 1,2,3 dan seterusnya.
e. Bangunan silang seperti sipon, talang jembatan, dan sebagainya diberi
indeks 1a, 1b, 2a, 2b, dan seterusnya

Bab II
Pustaka

Tinjauan

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan


Bangunan Air

Didalam petak tersier diberi kotak dengan ukuran 4cm x 1,25 cm. Dalam
kotak ini diberi kode dari saluran mana petak itu mendapat air. Arah
saluran tersier kanan/kiri dari bangunan sadap melihat aliran air. Kotak
dibagi 2, atas dan bawah. Bagian atas dibagi kanan dan kiri. Bagian kiri
menunjukan luas petak (Ha) dan bagian kanan menunjukan besar debit
(l/dtk) untuk menentukan dimensi saluran tersier.

Bab III : Kondisi Aliran


Sungai

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan


Bangunan Air

BAB III
KONDISI DAERAH ALIRAN SUNGAI
3.1

Lokasi Daerah Aliran Sungai

Bantimurung

merupakan

sebuah

kecamatan

di

Kabupaten

Maros,

Sulawesi Selatan. Daerah Aliran Sungai (DAS) dari laporan ini adalah
gabungan

dari

sungai-sungai

(salo)

termasuk

sungai

musiman,

diantaranya:

Salo
Salo
Salo
Salo
Salo
Salo

Kuraja
Bantimurung
Makkaroang
Pattunaungasue
Leangpautang
Baraneng

Gambar 3.1 Daerah Irigasi Bantimurung


Lokasi DAS Bantimurung terletak pada 119 o4000 BT - 119o4635 BT dan
4o5849 LS - 5o0642 LS. Ketinggian DAS Bantimurung, hingga tempat
penentuan bendung, berada diantara 102-106 meter diatas permukaan
laut.

3.2

Luas Daerah Aliran Sungai

Sesuai dengan namanya, Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan area


dimana seluruh

air akan

Sofia Fadillah - 15010077

mengalir ke

sungai

yang

dimaksudkan.
2
9

Bab III : Kondisi Aliran


Sungai

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan


Bangunan Air

Penentuan DAS dilakukan dengan memperhitungkan kontur tanah dimana


air mengalir dari kontur yang lebih tinggi ke kontur yang lebih rendah.
Luas DAS Bantimurung, yang dipengaruhi oleh tiga daerah stasiun hujan,
adalah 71.95 km2. Luas ini diukur dengan menggunakan bantuan software
Autocad 2010.

3.3

Stasiun Pengukuran Curah Hujan dan Klimatologi

3.3.1 Stasiun pengukuran curah hujan


Data curah hujan yang dipakai untuk menentukan curah hujan rata-rata
regional untuk DAS sungai Cimanuk diambil dari 3 stasiun hujan terdekat
yaitu,

Hasanuddin

(5o330.88

LS

dan

119o3246.58

BT),

Camba

(4o5359.4 LS dan 119o500.61 BT), dan Malino (5o180 LS dan 119o480


BT). Curah hujan yang diambil dari keempat stasiun tersebut adalah dari
rentang 1972-1981. Dengan data curah hujan dari ketiga stasiun tersebut,
dihitung curah hujan rata-rata dengan menggunakan metode rata-rata
aritmatik dan metode Thiessen.

Rata-rata curah hujan dengan metode aritmatik dihitung dengan rumus


sebagai berikut.

R=

RSt 1+ R St 2 + RSt 3
3

dimana :

R : Rata-rata curah hujan


RSt1
: Data curah hujan stasiun 1
RSt2
: Data curah hujan stasiun 2
RSt3
: Data curah hujan stasiun 3

Sedangkan, rata-rata curah hujan dengan metode Thiessen dihitung


dengan rumus sebagai berikut.

Sofia Fadillah - 15010077

3
0

Bab III : Kondisi Aliran


Sungai

R=

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan


Bangunan Air

RSt 1 L1 R St 2 L2 RSt 3 L3
+
+
L DAS
LDAS
L DAS

dimana :

R :
RSt1
RSt2
RSt3
L1 :
L2 :
L3 :
LDAS

Rata-rata curah hujan


: Data curah hujan stasiun 1
: Data curah hujan stasiun 2
: Data curah hujan stasiun 3
Luas daerah pengaruh stasiun 1
Luas daerah pengaruh stasiun 2
Luas daerah pengaruh stasiun 3
: Luas DAS

Kedua metode di atas kemudian dibandingkan nilai galatnya dan metode


dengan nilai galat paling kecil digunakan untuk perhitungan berikutnya.
Pada perencanaan irigasi ini, curah hujan rata-rata yang didapat dengan
metode Thiessen menghasilkan galat paling kecil secara keseluruhan.

3.3.2 Stasiun pengukuran klimatologi


Data

pengukuran

hidrometeorologi

digunakan

untuk

menganalisis

ketersediaan air di suatu daerah. Data pengukuran curah hujan dan


klimatologi, seperti temperatur, kelembaban udara, penyinaran matahari,
dan kecepatan angin digunakan untuk perhitungan evaporasi. Data
klimatologi

untuk

Bantimurung

menggunakan

data

dari

Stasiun

Meteorologi Klas I Hasanuddin Makassar yang terletak di Bandara


Hasanuddin, Makassar. Stasiun ini terletak pada 5 o330.88 LS dan
119o3246.58 BT.
a. Evapotranspirasi
Faktor penentu yang lain pada tersedianya air permukaan setelah
hujan

adalah

evapotranspirasi.

Evapotranspirasi

merupakan

banyaknya air yang dilepaskan ke udara dalam bentuk uap air yang
dihasilkan dari proses evaporasi dan transpirasi.
Sofia Fadillah - 15010077

3
1

Bab III : Kondisi Aliran


Sungai

1)

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan


Bangunan Air

Evaporasi/penguapan adalah suatu proses


perubahan dari molekul air dalam wujud cair kedalam wujud gas.
Evaporasi terjadi apabila terdapat perbedaan tekanan uap air
antara permukaan dan udara diatasnya. Evaporasi terjadi pada
permukaan

badan-badan

air,

misalnya

danau,

sungai,

dan

genangan air.
2)

Transpirasi adalah suatu proses ketika air di


dalam tumbuhan dilimpahkan ke atmosfir dalam wujud uap air.
Pada saat transpirasi berlangsung, tanah tempat berada tumbuhan
juga

mengalami

kehilangan

kelembaban

akibat

evaporasi.

Transpirasi dapat terjadi jika tekanan uap air didalam sel daun lebih
tinggi dari pada tekanan air di udara.
Dalam beberapa penerapan hidrologi, proses evaporasi dan transpirasi
dapat dianggap sebagai satu kesatuaan sebagi evapotranspirasi.
Besarnya limpasan atau run of dapat diperkirakan dari seleisih antara
hujan dan evapotranspirasi. Cara ini memberikan pendekatan yang
lebih baik dari pada pemakaian koefisien run off terutama untuk
daerah tropis seperti Indonesia, dimana daerah tersebut mempunyai
curah hujan dan kelembaban dalam tanah sehingga air tidak
membatasi evapotranspirasi sepanjang tahun kecuali untuk beberapa
wilayah di Indonesia.
Pada kondisi atmosfir tertentu evapotranspirasi tergantung pada
keberadaan

air.

Jika

kandungan

air dalam

tanah

selalu

dapat

memenuhi kelembaban yang dibutuhkan oleh tanaman, digunakan


istilah evapotranspirasi potensial. Evapotranpirasi yang sebenarnya
terjadi pada kondisi spesifik tertentu dan disebut evapotranspirasi
aktual. Faktor-faktor yang mempengaruhi evapotranspirasi antara lain
adalah

temperatur,

kecepatan

angin,

kelembaban

udara

dan

penyinaran matahari. Tabel perhitungan evapotranspirasi dapat dilihat


di lampiran.
b. Temperatur

Sofia Fadillah - 15010077

3
2

Bab III : Kondisi Aliran


Sungai

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan


Bangunan Air

Jika faktor lain dibiarkan konstan, tingkat evaporasi meningkat seiring


dengan peningkatan temperatur air. Walaupun secara umum terdapat
peningkatan evaporasi seiring dengan peningkatan temperatur udara,
ternyata tidak terdapat korelasi yang tinggi antara tingkat evaporasi
dan temperatur udara. Tabel temperatur dapat dilihat di lampiran.
c. Kelembaban udara
Jika kelembaban naik, kemampuannya untuk menyerap air akan
berkurang sehingga laju evaporasi akan menurun. Penggantian lapisan
udara pada batas tanah dan udara dengan udara yang sama
kelembaban relatifnya tidak akan menolong untuk memperbesar laju
evaporasi. Tabel kelembaban udara dapat dilihat di lampiran.
d. Penyinaran matahari
Evaporasi merupakan konversi air kedalam uap air. Proses ini terjadi
hampir tanpa berhenti di siang hari dan kadangkala di malam hari.
Perubahan dari keadaan cair menjadi gas ini memerlukan input energi
yaitu berupa panas untuk evaporasi. Proses tersebut akan sangat aktif
jika

ada penyinaran

langsung

dan

matahari.

Awan

merupakan

penghalang matahari dan akan mengurangi input energi. Tebal


penyinaran matahari dapat dilihat di lampiran.
e. Kecepatan angin
Angin berperan dalam proses pemindahan lapisan udara jenuh dan
menggantikannya dengan lapisan udara lain sehingga evaporasi dapat
berjalan

terus.

Jika

kecepatan

angin

cukup

tinggi

untuk

mememindahakan seluruh udara jenuh, peningkatan kecepatan angin


lebih lanjut tidak berpengaruh terhadap evaporasi. Maka tingkat
evaporasi meningkat seiring dengan kecepatan angin hingga suatu
kecepatan kritis, dimana kecepatan angin tidak lagi mempengaruhi
evaporasi. Tabel kecepatan angin dapat dilihat di lampiran.

3.4

Data Pengukuran Hidrometeorologi DAS

Dari data-data hujan yang didapatkan, ditemukan beberapa data hujan


yang hilang. Metode yang dipakai dalam perhitungan data hujan yang
hilang adalah metode kebalikan kuadrat jarak.
Sofia Fadillah - 15010077

3
3

Bab III : Kondisi Aliran


Sungai

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan


Bangunan Air

Keterangan
HD

: Hujan yang hilang pada stasiun D yang dihitung

HA, HB, HC,

: Hujan yang teramati pada masing-masing stasiun A, B dan

C
dAD, dBD, dCD, : Jarak dari masing-masing stasiun A, B dan C ke stasiun D
(yang hilang)

Gambar 3.2 DAS dan Polygon Thiessen daerah irigasi Bantimurung

Tabel data curah hujan yang telah dilengkapi dapat dilihat di lampiran.
Sofia Fadillah - 15010077

3
4

Bab III : Kondisi Aliran


Sungai

Sofia Fadillah - 15010077

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan


Bangunan Air

3
5

Bab IV : Sistem Irigasi


DAS

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan


Bangunan Air

BAB IV
SISTEM IRIGASI DAS

4.1

Perencanaan Petak, Saluran dan Bangunan Air

4.1.1 Perencanaan Petak


Petak irigasi merupakan daerah yang akan diairi oleh suatu sumber air.
Baik yang berasal dari waduk maupun satu atau beberapa sungai melalui
suatu bangunan pengambilan yang berupa bendungan, rumah pompa,
ataupun pengambilan bebas. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
perencanaan petak adalah sebagai berikut.
1. Petak mempunyai batas yang jelas sehingga terpisah dari petak tersier
yang lain. Dan batas petak adalah saluran drainase.
2. Bentuk petak diusahakan bujur sangkar, untuk meningkatkan efisiensi.
3. Tanah dalam suatu petak tersier diusahakan dimiliki oleh satu desa
atau paling banyak tiga desa.
4. Desa, jalan, sungai diusahakan menjadi batas petak.
5. Tiap petak harus dapat menerima atau membuang air, dan gerak
pembagi ditempatkan di tempat tertinggi.
6. Petak tersier harus diletakkan sedekat mungkin dengan saluran
pembawa ataupun bangunan pembawa.
Petak yang direncanakan berjumlah 3 petak. Pertimbangan ini dilakukan
masih berdasarkan pada ketersediaan lahan dan perancangan lahan
seluas-luasnya.

4.1.2 Perencanaan Saluran


Ada 2 jenis saluran, yaitu saluran pembawa dan saluran pembuang.
Saluran pembawa terdiri dari 3 macam, yaitu saluran primer, saluran
sekunder dan saluran tersier yang akan dijelaskan sebagai berikut.
1. Saluran Primer yang berfungsi membawa air dari sumber dan
mengalirkannya ke saluran sekunder. Saluran ini mengalirkan air

Bab IV : Sistem Irigasi


DAS

langsung

dari

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan


Bangunan Air

bendung

yang

telah

dibuat.

Saluran

ini

dibuat

memanjang mengikuti kontur yang ada.


2. Saluran Sekunder berfungsi untuk menyadap air dari saluran primer
untuk mengairi daerah di sekitarnya. Saluran sekunder dibuat tegak
lurus terhadap saluran primer dan mengikuti kontur yang ada.
3. Saluran Tersier berfungsi untuk membawa air dari saluran sekunder
dan membagikannya ke petak-petak sawah dengan luas maksimum
100 hektar.
Sedangkan saluran pembuang berfungsi untuk membuang air berlebihan
dari petak-petak sawah ke sungai. Air berlebihan tersebut bisa dibuang
kembali ke Sungai Bantimurung atau bisa juga ke sungai lain yang dekat
dari kawasan tersebut.
Setiap saluran memiliki efisiensi irigasi, yaitu

Jaringan tersier : 80%

Saluran sekunder : 90%

Saluran primer : 90%


Jumlah : 65%

4.1.3 Perencanaan Bangunan Air


Bangunan irigasi yang dipakai adalah bangunan utama, dalam hal ini
bendung (untuk meninggikan tinggi muka air di sungai sampai ketinggian
yang diperlukan sehingga air dapat dialirkan ke lahan di sekitarnya).
Selain itu, dalam sistem irigasi daerah Sungai Bantimurung ini juga
digunakan untuk hal-hal sebagai berikut.

Bangunan bagi yang terletak pada saluran primer yang membagi air
ke saluran-saluran sekunder atau pada saluran sekunder yang
membagi air ke saluran sekunder lainnya. Terdiri dari pintu-pintu yang

Bab IV : Sistem Irigasi


DAS

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan


Bangunan Air

dengan teliti mengukur dan mengatur air yang mengalir ke berbagai


saluran.

Bangunan sadap yang terletak di saluran primer ataupun sekunder


yang memberi air kepada saluran tersier.

Bangunan bagi sadap yang berupa bangunan bagi dan bersama itu
pula sebagai bangunan sadap. Bangunan bagi-sadap merupakan
kombinasi dari bangunan bagi dan bangunan sadap (bangunan yang
terletak di saluran primer atau sekunder yang memberi air ke saluran
tersier.

4.1.4 Skema Petak, Saluran Irigasi, dan Bangunan Air


Berikut ini adalah skema petak sawah untuk Daerah Aliran Sungai
Bantimurung.

Gambar 4.1 Skema Petak Sawah

Bab IV : Sistem Irigasi


DAS

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan


Bangunan Air

Bab IV : Sistem Irigasi


DAS

4.2

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan


Bangunan Air

Perhitungan Ketersediaan Air Daerah Irigasi Bantimurung

Untuk menghitung ketersediaan air, digunakan curah hujan 80%. Cara


mencari R80 adalah sebagai berikut.
1.
Mengumpulkan data curah hujan bulanan selama kurun
waktu n tahun dari beberapa stasiun curah hujan yang terdekat
dengan daerah rencana pengembangan irigasi. Pada perhitungan
ini, digunakan data curah hujan selama 10 tahun dan minimal
2.

diperlukan 3 stasiun curah hujan.


Merata-ratakan data curah hujan yang diperoleh dari stasiun-

3.

stasiun tersebut.
Mengurutkan (sorting) data curah hujan per bulan tersebut
dari yang terbesar hingga terkecil, dimana data pertama berarti
m=1.

4.

Mencari probabilitas dari data curah hujan yang telah


diurutkan dengan cara

P=
5.

m
100
n+1

Mencari R80 dengan menggunakan regresi linier.


Menghitung Re dimana Re = 0.7 * R80.

4.3

Perhitungan Kebutuhan Air Daerah Irigasi Bantimurung

Untuk menghitung kebutuhan air daerah irigasi Sungai Bantimurung


dilakukan langkah-langkah sebagai berikut .
1. Mencari data iklim selama 10 tahun (1972-1981) untuk daerah irigasi
yang ditinjau. Untuk daerah irigasi Sungai Bantimurung data iklim
diambil dari laboratorium mekanika fluida ITB. Adapun data-data yang
diperlukan adalah sebagai berikut.
a. Temperatur rata-rata (T) oC selama 10 tahun
b. Kelembaban rata-rata (Rh) % selama 10 tahun
c. Kelembaban maksimum (Rhmaks) % selama 10 tahun
d. Kecepatan angin rata-rata (U) km/hari selama 10 tahun
e. Penyinaran matahari rata-rata (n/N) %

Bab IV : Sistem Irigasi


DAS

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan


Bangunan Air

2. Dari data-data dicari nilai rata-rata setiap bulannya, maka dapat


dilakukan perhitungan evatransporasi potensial setiap bulannya. Untuk
menghitung nilai evapotranspirasi potensial (ETo) digunakan metode
Penman Modifikasi.
Contoh perhitungan untuk awal Bulan Januari
Perhitungan ETo dengan metode Penman adalah sebagai berikut.
Langkah 1

: Data iklim bulan Januari

Temperatur rata-rata (T)

25.60

Kelembaban rata-rata (Rh)

85.50

Penyinaran matahari rata-rata (n/N)

44.00

Kecepatan angin rata-rata (U)

knot

Kecepatan angin rata-rata (U)

182.73

km/hari
Langkah 2

: Mencari nilai tekanan uap jenuh (ea)

Temperatur rata-rata (T)

25.60

Tekanan uap jenuh (ea)

32.84

mmHg

Dengan menginterpolasi dari data yang sudah ada.


Langkah 3

: Mencari harga Rh/100

Rh

= 85.50

Rh/100
Langkah 4

= 0.8550

: Mencari tekanan uap nyata (ed)

ed = ea x Rh/100 = 32.84 x 0.8550 = 28.08 mmHg


Langkah 5

: Mencari harga (ea ed) perbedaan tekanan

uap air (mmHg)


eaed = 32.84 28.08 = 4.76
Langkah 6

: Mencari harga kecepatan angin rata-rata

Dari data didapatkan harga kecepatan angin rata-rata adalah


182.73 km/hari.
Langkah 7

: Mencari harga fungsi kecepatan angin

f(U) = 0.27(1 + U/100) = 0.27(1 + 182.73/100) = 0.76


Langkah 8

: Mencari faktor harga berat (W) dan (1-W)

Bab IV : Sistem Irigasi


DAS

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan


Bangunan Air

Nilai tersebut didapatkan dari interpolasi data yang sudah ada. Dari
perhitungan didapatkan:
W = 0.73 dan (1-W) = 0,27
Langkah 9

: Mencari harga (1-W) x f(U) x (ea-ed)

(1-W) x f(U) x (ea-ed)= 0.27 x 0.76 x 4.76 = 0.98


Langkah 10 : Mencari harga (Ra) penyinaran radiasi matahari
teoritis (mm/hari)
Hal ini sama dengan kasus kasus sebelumnya yaitu dengan
menggunakan interpolasi dari data yang sudah ada.
Ra = 15.66 mm/hari
Langkah 11 : Mencari harga n/N
n/N = 44/100 = 0.44
Langkah 12 : Mencari harga Rs
Rs = (0.25 + (0.5 x n/N)) x Ra = (0.25 + (0.5 x 0.44)) x 15.66
= 7.33 mm/hari
Langkah 13 : Mencari harga radiasi penyinaran matahari yang diserap
bumi (Rns)
Didapat dari tabel atau menggunakan rumus.
Rns = (1 - w) x Rs = 0.27 x 7.33 = 5.50 mm/hari
Langkah 14 : Mencari harga koreksi akibat temperatur f(T)
Dengan interpolasi data.
T = 25.60 oC, maka
f(T) = 15.80
Langkah 15

: Mencari harga koreksi akibat tekanan air f(ed)

f(ed) = (0.34 (0.044 x ed x 0.5) = (0.34 (0.044 x 28.08 x


0.5) = 0.11
Langkah 16

: Mencari harga f(n/N)

f(n/N) = 0.1 + 0.9(n/N) = 0.1 + 0.9(0.44) = 0.49


Langkah 17

Mencari

harga

radiasi

matahari

yang

dipancarkan bumi (Rnl)


Rnl = f(T) x f(ed) x f(n/N) = 15.80 x 0.11 x 0.49 = 0.83
mm/hari

Bab IV : Sistem Irigasi


DAS

Langkah 18

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan


Bangunan Air

Mencari

harga

radiasi

matahari

yang

dipancarkan bumi (Rn)


Rn = Rns Rnl = 5.50 0.83 = 4.67 mm/hari
Langkah 19 : Mencari faktor pengali pengganti kondisi cuaca
akibat siang dan malam (C)
C = 1.05
Langkah 20 : Perhitungan ETo (mm/hari)
ETo = C x (W x Rn + (1-W) x f(U) x (ea-ed))
ETo = 1.05 x (0.73 x 4.67 x 0.27 x 0.76 x 4.76)
ETo = 4.59
Maka ETo untuk bulan November adalah 4.59 mm/hari.
3. Menghitung curah hujan efektif
Untuk irigasi padi, curah hujan efektif bulanan diambil 70 % dari curah
hujan minimum tengah bulanan dengan periode ulang 5 tahun,
dihitung dengan rumus :
Re = 0.7 R80 (mm/hari)
Untuk bulan Januari:
Re = 358.30 mm/hari
4. Menghitung kebutuhan air di sawah untuk petak tersier
Perhitungan kebutuhan air di sawah dapat dilihat pada tabel. Langkahlangkah perhitungannya adalah sebagai berikut:
Baris 1

Periode tanaman, dimulai pada bulan November

tengah bulan pertama


Baris 2

Evapotranspirasi potensial (ETo) (mm/hari)

Untuk bulan November, ETo = 6.08 mm/hari


Baris 3

Nilai kehilangan air akibat perkolasi tanaman (P)

(mm/hari)
Diambil nilai P = 2 mm/hari
Baris 4

Curah hujan efektif (Re) (mm/hari)

Nilai Re diambil dari tabel, yaitu Re50 dan Re80


Untuk bulan November periode I, Re50 = 5.62 mm/hari
Baris 5

Penggantian lapisan air (WLR)

Bab IV : Sistem Irigasi


DAS

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan


Bangunan Air

Untuk penyiapan lahan 1,5 bulan dilakukan pemasukan nilai


1,1 sampai dengan 2,2 yang dilakukan pada bulan Desember
periode II untuk alternatif A, bulan Januari periode I untuk
alternatif B, dan bulan Januari periode II untuk alternatif C.
Baris 6 : Koefisien tanaman (C1) didasarkan pada ketentuan yang ada
pada KP penunjang
Baris 7 : Koefisien tanaman (C2) didasarkan pada ketentuan yang ada
pada KP penunjang
Baris 8 : Koefisien tanaman (C3) didasarkan pada ketentuan yang ada
pada KP penunjang
Baris 9 : Koefisien rata-rata tanaman (C)
C = (C1 + C2 + C3) / 3
Baris 10 :

Penggunaan

air

untuk

masa

penyiapan

lahan

(mm/hari), menggunakan rumus, LP = M.ek / (ek - 1)


dimana :
M

Kebutuhan

air

untuk

mengganti/mengkompensasi

kehilangan air akibat evaporasi dan perkolasi di sawah yang


sudah dijenuhkan
M = Eo + P
Eo = 1,1 x Eto
P = perkolasi
k=MxT/S
T = Jangka waktu penyiapan lahan, hari
S = Kebutuhan air untuk penjenuhan ditambah dengan
lapisan air 50 mm yakni 200 + 50 = 250 mm seperti yang
sudah diterangkan diatas
Untuk bulan November periode I, LP = 11.93 mm/hari
Baris 11 :

Penggunaan air konsumtif untuk tanaman (Etc)

ETc = C x Eto
Untuk November Periode I (masa penyiapan lahan)
Etc = LP = 11.93 mm/hari

Bab IV : Sistem Irigasi


DAS

Baris 12 :

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan


Bangunan Air

Kebutuhan air bersih di sawah untuk padi, NFR

(Netto Field Requirement)


Untuk masa penyiapan lahan,
NFR = LP Re
Untuk tanaman padi,
NFR = ETc + WLR + P Re
Untuk tanaman palawija,
NFR = Etc + P Re
Karena pada bulan November periode I, lahan sedang dalam
masa persiapan maka,
NFR = 11.93 + 2 4.55 = 9.38 mm/hari
Baris 13 :

Kebutuhan air netto sebelum dibagi dengan

efisiensi (DR x eff) (l/det/ha)


DR= NFR / 8.64
November Periode I,
DR = 9.38 / 8.64 = 1.67 l/det/ha
5. Menghitung kebutuhan air masing-masing golongan
Perhitungan ini ditujukan untuk mengetahui perubahan kebutuhan air
akibat rotasi teknis. Dalam perencanaan irigasi untuk daerah irigasi
Sungai Bantimurung digunakan rotasi teknis. Adapun alternatifalternatif tersebut adalah sebagai berikut.
Golongan I : Alternatif A, mulai tanggal 1 November
Golongan II : Alternatif B, mulai tanggal 15 November
Golongan III : Alternatif C, mulai tanggal 1 Desember
Golongan IV : Alternatif (A+B)/2
Golongan V : Alternatif (B+C)/2
Golongan VI : Alternatif (A+B+C)/3
Pada tabel dapat dilihat kebutuhan air untuk masing-masing golongan.
Golongan yang dipilih adalah golongan I (alternatif A), yang memiliki
DRmaks terbesar.
DRmaks = 1.98

Bab IV : Sistem Irigasi


DAS

4.4

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan


Bangunan Air

Evaluasi Keseimbangan Air Daerah Irigasi Bantimurung

Setelah mengetahui besarnya kebutuhan air di sawah (q), debit andalan


80% (Q80) tiap periode bulanan, maka dapat dihitung besarnya total
daerah yang dapat dialiri tiap periode. Dari hasil perhitungan yang penulis
lakukan, diketahui besarnya total daerah yang dapat dialiri oleh Sungai
Pagerwangi adalah sebesar 230 Ha dengan tabel perhitungan terlampir.
Dengan mengetahui besarnya total daerah maksimum yang dapat terairi,
maka perencanaan luas petak sawah tidak boleh melebihi luas daerah
yang dapat terairi, atau dengan kata lain luas total petak sawah tidak
boleh melebihi 230 Ha. Karena dalam perencanaan petak sawah yang
dilakukan penulis hanya memiliki luas total sawah sebesar 218.75 Ha,
maka dapat dikatakan daerah sawah yang penulis rencanakan dapat
terairi dengan baik.

Bab V : Perencanaan dan Perhitungan


Dimensi Saluran

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan


Bangunan Air

BAB V
PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN DIMENSI SALURAN

5.1

Perencanaan Saluran

Pada pelaksanaannya, perencanaan saluran perlu ditinjau terlebih dahulu


dari beberapa segi, yaitu:
1. Ditinjau

dari

segi

ekonomis,

untuk

saluran

irigasi

umumnya

dipergunakan saluran tanah meskipun demkian pada tempat-tempat


tertentu dimana tidak memungkinkan dipergunakan saluran tanah,
maka saluran tanah tersebut diproteksi dengan cara-cara perbaikan
tanah (pudel,blanket) diberi pasangan batu atau beton.
2. Penampang saluran biasanya berbentuk trapesium.
3. Kecepatan aliran yang dipergunakan adalah:

v = 0,25 -0,70 m/det. (untuk saluran tanah)

v = 0,25 -3,00 m/det. (untuk saluran pasangan)

4. Lebar dasar saluran minimum (b) = 0,3 meter.


5. Perbandingan antara lebar dasar saluran (b), dalamnya air (h),
kecepatan (v), minimum freeboard /waking (f), talud saluran serta
koefisien kekasaran saluran tergantung dari besarnya debit yang akan
dialirkan.
6. Lengkung saluran yang diperkenankan sebenarnya tergantung dari:

ukuran dan kapasitas saluran

jenis tanah

kecepatan aliran

Untuk saluran tanah, minimum radius kelengkungan pada as saluran


diambil tujuh kali lebar permukaan air rencana.
7. Freeboard/waking pada saluran harus diperhitungkan agar kapasitas
saluran cukup untuk menampung debit rencana maksimum.

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan


Bangunan Air

Bab V : Perencanaan dan Perhitungan


Dimensi Saluran

Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam perencanaan saluran adalah:


a. Dimensi saluran didasarkan pada kapasitas terbesar, yaitu kapasitas
pada musim kemarau.
b. Letak saluran pembuangan sedemikian rupa sehingga seluruh areal
dapat dialiri. Untuk itu sedapat mungkin saluran diletakkan di
punggung bukit.
c. Saluran pembawa sedapat mungkin dipisah dari saluran pembuang.
Kecepatan saluran pembawa kecil, sedangkan pada saluran pembuang
kecepatannya besar.
d. Saluran primer mempunyai syarat:

panjang maksimum 5 kilometer

kemiringannya kecil dan lurus.

5.2

Pendimensian Saluran

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pendimensian saluran :


a. Dalam penggunaanan (kebutuhan air) dihitung berdasarkan pada
perhitungan yang sudah dibahas pada bab sebelumnya.
b. Dalam

merencanakan

lebar

saluran

yang

dipergunakan

di

lapangan, dari b (b perhitungan), dibulatkan ke 5 centimeter


terdekat.
c. Perhitungan dimensi saluran dimaksudkan untuk memperoleh
dimensi dari saluran yang akan dipergunakan dalam jaringan irigasi
serta untuk menentukan tinggi muka air yang harus ada pada
bendung agar kebutuhan air untuk seluruh wilayah cakupan
pengairan dapat terpenuhi.
d. Perhitungan dimensi saluran ini ada dua tahap yaitu tahap
penentuan

dimensi

untuk

setiap

ruas

saluran

dan

tahap

perhitungan keetinggian muka air pada tiap-tiap ruas saluran. Hasil


perhitungan tersebut lebih efisien ditampilkan dalam bentuk tabel
dimana urutan pengerjaan sudah diurutkan per kolom.

Bab V : Perencanaan dan Perhitungan


Dimensi Saluran

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan


Bangunan Air

Tujuan perencanaan saluran adalah untuk mengetahui dimensi


saluran yang akan dibangun. Saluran yang direncanakan adalah
saluran

pasangan

dengan

jalan

inspeksi.

Hal

ini

akan

mempengaruhi lebar tanggul. Dari petak yang telah direncanakan


dan penentuan dimensi saluran rencana yang telah dilakukan di
atas, maka tinggi muka air yang akan melewati saluran bisa
dihitung.
5.3

Contoh Perhitungan

Perhitungan dimensi saluran dilakukan dengan langkah berikut.


1. Perhitungan luas kumulatif
Luas kumulatif untuk saluran primer merupakan penjumlahan dari
luas petak-petak tersier yang mendapat aliran air dari saluran primer
tersebut. Luas kumulatif dihitung dengan menjumlakan luas petak
untuk tiap saluran. Luas kumulatif untuk saluran A adalah 218.75 ha.
2. Perhitungan debit (Q)

Q=

DR A
1000

dimana : DR = kebutuhan pengambilan air


A = luas petak (ha)
= efisiensi irigasi
Debit Saluran A adalah sebagai berikut.

Q=

DR A 1.98 218.75
=
=0.48125
1000
1000 90

m3/detik

Perhitungan kecepatan (V)

V =0,42 Q0,182
dimana : Q = debit (m3/s)
Kecepatan saluran A adalah sebagai berikut.

V =0.42 Q

0,182

=0.42 0.48125

0,182

=0.368

m/detik

3. Perhitungan luas penampang basah (A)

A=

Q
V

dimana :
Q = debit (m3/s)
V =kecepatan (m/s)
Luas penampang basah untuk saluran A adalah sebagai berikut.

Bab V : Perencanaan dan Perhitungan


Dimensi Saluran

A=

Q 0.48125
=
=1.309
V
0.368

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan


Bangunan Air

m2

4. Perhitungan kemiringan talud (m)


Berdasarkan KP penunjang halaman 125, kemiringan talud ditentukan
sebagai berikut :

Bab V : Perencanaan dan Perhitungan


Dimensi Saluran

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan


Bangunan Air

Tabel 5.1 Kemiringan Talud

Kemiringan talud (m) untuk saluran A adalah 1.


5. Perhitungan nilai perbandingan (n)

n=( 0,96 Q0,25 ) +m


dimana : m = kemiringan talud
Nilai perbandingan (n) untuk saluran A adalah sebagai berikut.

n=( 0,96 Q0,25 ) +m=( 0,96 0.481250,25 ) +1=1.8


6. Perhitungan ketinggian air (h)

h=3 V

1,56

dimana : V = kecepatan aliran (m/s)


Ketinggian air pada saluran A adalah sebagai berikut.

h=3 V

1,56

=3 0.368

1,56

=0.63

7. Perhitungan lebar dasar saluran (b)

b=n h

dimana :h = ketinggian air


Lebar dasar saluran A adalah sebagai berikut.

b=n h=1.8 0.63=1.13

meter

8. Perhitungan lebar dasar saluran di lapangan (b)

Bab V : Perencanaan dan Perhitungan


Dimensi Saluran

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan


Bangunan Air

Nilai b dilakukan pembulatan. Untuk saluran A lebar dasar di


lapangan adalah 1.2 meter.
9. Perhitungan luas basah rencana (A)

A ' =b ' h+m h2


dimana : b = pembulatan lebar dasar saluran
m = kemiringan talud
h = ketinggian air
Luas basah rencana untuk saluran A adalah sebagai berikut.

A ' =b ' h+m h2=1.2 0.63+ 1 0.632=1.15

m2

10.Perhitungan keliling basah (P)


'
2
P=b + ( 2 h ( 1+m )

0,5

dimana : b = pembulatan lebar dasar saluran


m = kemiringan talud
h = ketinggian air
Keliling basah untuk saluran A adalah sebagai berikut.
'
2
P=b + ( 2 h ( 1+m )

0,5

)
0,5

2
P=1.2+ ( 2 0.63 ( 1+1 )

P=2.98

meter

11.Perhitungan jari-jari hidrolik (R)

R=

A'
P

dimana : A = luas basah rencana (m2)


P = keliling basah (m)
Jari-jari hidrolik untuk saluran A adalah sebagai berikut.

R=

A' 1.15
=
=0.39
P 2.98

meter

12.Perhitungan koefisien Strickler (k)


Berdasarkan KP penunjang halaman
ditentukan sebagai berikut.

125,

koefisien

Strickler

Bab V : Perencanaan dan Perhitungan


Dimensi Saluran

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan


Bangunan Air

Tabel 5.2 Koefisien Strickler

Koefisien Strickler (k) untuk saluran A adalah 35.


13.Perhitungan kecepatan aliran rencana (V*)

V =

Q
'
A

dimana : Q = debit rencana (m3/s)


A = luas basah rencana (m2)
Kecepatan aliran rencana untuk saluran A adalah sebagai berikut.

V =

Q 0.48
=
=0.42
A ' 1.15

m/s

14.Perhitungan kemiringan saluran pada arah memanjang (i)

i=

V2
4
3

(k R )
2

dimana : V* = kecepatan aliran rencana (m/s)


k =koefisien Strickler
R = jari-jari hidrolik (m)

Bab V : Perencanaan dan Perhitungan


Dimensi Saluran

i=

V2

0.422

4
3

4
3

( k R ) (35 0.39 )
2

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan


Bangunan Air

=0.0005

15.Perhitungan freeboard (W)


Berdasarkan tabel, freeboard ditentukan sebagai berikut :
Tabel 5.3 Freeboard

Freeboard (W) untuk saluran A adalah 0.4 m.


16.Perhitungan tinggi saluran ditambah freeboard (H)

H=h+W

dimana : h = ketinggian air (m)


W = freeboard (m)
Tinggi saluran ditambah freeboard saluran A adalah sebagai berikut.

H=h+ W =0.63+ 0.4=1.03

meter

17.Perhitungan lebar saluran yang ditambah freeboard (B)

B=b ' + 2

( h+W )
m

dimana : h = ketinggian air (m)


W = freeboard (m)
b = pembulatan lebar dasar saluran
m = kemiringan talud
Lebar saluran A yang ditambah freeboard adalah sebagai berikut.
'

B=b + 2

( h+W )
m

B=1.2+ 2
B=3.26

( 0.63+ 0.4 )
1

meter

Bab V : Perencanaan dan Perhitungan


Dimensi Saluran

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan


Bangunan Air

Bab V : Perencanaan dan Perhitungan


Dimensi Saluran

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan


Bangunan Air

Perhitungan tinggi muka air dilakukan dengan langkah berikut.


1. Penentuan elevasi sawah tertinggi
Penentuan elevasi ini berdasarkan kontur pada peta irigasi. Elevasi
sawah teringgi pada saluran A adalah 105 meter.
2. Penentuan jarak sawah tertinggi ke pintu air
Jarak sawah tertinggi ke pintu air diukur melalui peta irigasi yang
memiliki skala. Jarak sawah tertinggi ke pintu air pada saluran A yaitu
6825 meter.
3. Perhitungan TMA di sawah tertinggi

T MA sawa h=elevasi sawah+ genangan air (15 cm )


TMA sawah untuk saluran A adalah sebagai berikut.

T MA sawa h=105+ 0.15=105.15

4. Perhitungan kemiringan saluran (i)


Nilai i diambil dari perhitungan dimensi saluran. Pada saluran A, nilai
adalah 0.0005.
5. Perhitungan kemiringan saluran x jarak pintu
Pada saluran A, kemiringan saluran dikali jarak pintu adalah 3.45
meter.
6. Perhitungan debit (Q)
Nilai Q diambil dari perhitungan dimensi saluran. Nilai Q pada saluran
A adalah 0.48 m3/s.
7. Perhitungan lebar dasar saluran (b)
Nilai b diambil dari perhitungan dimensi saluran. Nilai b pada saluran
A adalah 1.13 m3/s.
8. Penentuan tipe pintu Romijn
Berdasarkan tabel, pintu Romijn ditentukan sebagai berikut :
Tabel 5.4 Pintu Romijn

Pintu Romijin pada saluran A adalah pintu tipe R IV.


9. Perhitungan harga z

z=

hmax
3

Harga z pada saluran A adalah sebagai berikut.

Bab V : Perencanaan dan Perhitungan


Dimensi Saluran

z=

hmax 0.5
=
=0.17
3
3

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan


Bangunan Air

meter

10.Perhitungan jumlah pintu


Jumlah pintu ditentukan berdasarkan perbandingan antara debit
rencana dengan debit max pada tabel pintu Romijn. Jumlah pintu pada
saluran A adalah 1.
11.Perhitungan TMA dekat pintu ukur hilir

Hilir=TMA dekat sawah+ ( i jarak dari pintu )


Tinggi muka air dekat pintu ukur hilir pada saluran A adalah sebagai
berikut.

Hilir= 105.15+3.45=108.60

meter

12.Perhitungan TMA dekat pintu ukur udik

Udik=TMA hilir+ z
Tinggi muka air dekat pintu ukur hilir pada saluran A adalah sebagai
berikut.

Udik=108.60+ 0.17=108.77

meter

13.Penentuan TMA max


TMA max ditentukan antara TMA dekat pintu ukur hilir dan udik yang
nilai TMAnya lebih besar. TMA max pada saluran A adalah 108.77
meter.
14.Perhitungan panjang saluran
Panjang saluran ini diukur melalui peta irigasi yang memiliki skala.
Panjang saluran A adalah 1375 meter.
15.Perhitungan panjang saluran x i
Nilai panjang saluran A x i adalah 0.695 meter.
16.Perhitungan TMA ujung saluran hilir

TMA ujung saluran hilir=TMA max+ ( panjang saluran i )


Tinggi muka air ujung saluran hilir pada saluran A adalah sebagai
berikut.

Bab V : Perencanaan dan Perhitungan


Dimensi Saluran

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan


Bangunan Air

TMA ujung saluran hilir=108.77 +0.695=109.46

meter.

17.Perhitungan TMA ujung saluran udik

TMA ujung saluran udik=TMA ujung saluranhilir + z

Tinggi muka air ujung saluran udik pada saluran A adalah sebagai
berikut.

TMA ujung saluran udik=109.46+ 0.17=109.63

meter.

Bab VI : Kesimpulan dan


Saran

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan Bangunan


Air

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1

Kesimpulan

Dari

pengumpulan

serta

pengolahan

data

yang

dilakukan

untuk

merencanakan daerah irigasi Pagerwangi, dapat diperoleh beberapa hal


sebagai berikut.
1. Sistem irigasi yang direncanakan untuk daerah irigasi Bantimurung
dan sekitarnya adalah sistem irigasi gravitasi.
2. Jaringan irigasi yang digunakan adalah jaringan irigasi teknis.
3. Luas daerah irigasi yang dialiri adalah 218.75 Ha.
4. Petak sawah yang direncanakan adalah sebanyak 3 petak dengan luas
masing-masing petak antara 68.75 ha hingga 75 Ha.
5. Perencanaan saluran meliputi 2 saluran primer, 3 saluran sekunder
dan

saluran

tersier.

Kebutuhan

air

setiap

hektar

sebelum

disesuaikan dengan efisiensi tiap saluran direncanakan sebesar 1.98


l/det/ha.
Dimensi saluran dan tinggi muka air untuk tiap saluran dan petak dapat
dilihat di lampiran.
7.2

Saran

Dari pengerjaan tugas ini penulis dapat menyarankan beberapa hal


sebagai berikut.
1. Untuk memperoleh perencanaan dan perhitungan yang lebih akurat,
maka perlu diperhitungkan kebutuhan air yang lebih teliti, mengingat
pada kenyataan di lapangan sulit sekali menemukan kondisi ideal, di
mana semua kebutuhan air untuk semua areal sawah bisa dipenuhi
secara bersamaan.
2. Data-data yang digunakan sebaiknya data-data yang aktual dan
lengkap, sehingga penyimpangan dapat diperkecil.

Bab VI : Kesimpulan dan


Saran

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan Bangunan


Air

3. Waktu pengerjaan

sebaiknya diperpanjang

asistensi rutin di setiap minggu.

dan perlu

diadakan

Daftar Pustaka

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan Bangunan


Air

DAFTAR PUSTAKA

Data Pengamatan Curah Hujan tahun 1972 1981. Laboratorium


Mekanika Fluida, Program Studi Teknik Sipil.
Data Klimatologi tahun 1972 1981. Laboratorium Mekanika Fluida,
Program Studi Teknik Sipil.
Bagian Penunjang untuk Standar Perencanaan Irigasi. 1986. Buku Petunjuk
Perencanaan Irigasi. Departemen Pekerjaan Umum.
http://geospasial.bnpb.go.id/

LAMPIRAN

Lampiran A : Data Hujan

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan Bangunan


Air

Lampiran A : Data Hujan


Lampiran A1 : Data Hujan Stasiun
Curah Hujan Stasiun Ujung Pandang/Hasanuddin

Curah Hujan Stasiun Camba

Curah Hujan Stasiun Malino

Sofia Fadillah - 15010077

6
3

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan Bangunan


Air

Lampiran A : Data Hujan

Lampiran A2: Perbaikan Data Hujan


Stasiun Ujung Pandang/Hasan

Stasiun Camba

Stasiun Malino

Sofia Fadillah - 15010077

6
4

Lampiran A : Data Hujan

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan Bangunan


Air

Lampiran A3 : Curah hujan rata-rata hujan dengan metode aritmatik serta


probabilitasnya

Lampiran A4 : Probabilitas curah hujan rata-rata pada stasiun terdekat


bendung

Sofia Fadillah - 15010077

6
5

Lampiran
B
Kebutuhan Air

Analisis

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan


Bangunan Air

Lampiran B : Analisis Kebutuhan Air


Lampiran B1 : Data Klimatologi

Lampiran
B
Kebutuhan Air

Analisis

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan


Bangunan Air

Lampiran B : Analisis Kebutuhan Air

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan Bangunan Air

Lampiran B2 : Analisis Evapotranspirasi Metoda Penman Modifikasi

Sofia Fadillah - 15010077

68

Lampiran C : Analisis Ketersediaan Air

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan Bangunan Air

Lampiran C : Analisis Ketersediaan Air


Lampiran C1 : Analisis Ketersediaan Air dengan Metode FJ Mock

Sofia Fadillah - 15010077

69

Lampiran C : Analisis Ketersediaan Air

Sofia Fadillah - 15010077

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan Bangunan Air

70

Lampiran C : Analisis Ketersediaan Air

Sofia Fadillah - 15010077

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan Bangunan Air

71

Lampiran C : Analisis Ketersediaan Air

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan Bangunan Air

Lampiran C2 : Pola Tanam


Golongan A

Golongan B

Golongan C

Sofia Fadillah - 15010077

72

Lampiran C : Analisis Ketersediaan Air

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan Bangunan Air

Lampiran C3: Kebutuhan Air Tanaman (Gol A, Gol B dan Gol C)


Kebutuhan Air Tanaman (Golongan A)

Sofia Fadillah - 15010077

73

Lampiran C : Analisis Ketersediaan Air

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan Bangunan Air

Kebutuhan Air Tanaman (Golongan B)

Sofia Fadillah - 15010077

74

Lampiran C : Analisis Ketersediaan Air

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan Bangunan Air

Kebutuhan Air Tanaman (Golongan C)

Sofia Fadillah - 15010077

75

Lampiran C : Analisis Ketersediaan Air

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan Bangunan Air

Lampiran C4 : Analisis Alternatif Pengairan dan Irrigateable Field Area

Terpilih:

Sofia Fadillah - 15010077

76

Lampiran D : Saluran Irigasi

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan


Bangunan Air

Lampiran D : Saluran Irigasi


Lampiran D1 : Skema Saluran Irigasi

Sofia Fadillah - 15010077

7
7

Lampiran D : Saluran Irigasi

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan


Bangunan Air

Lampiran D2 : Dimensi Saluran Irigasi

Sofia Fadillah - 15010077

7
8

Lampiran D : Saluran Irigasi

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan


Bangunan Air

Lampiran D3 : Potongan Melintang Saluran Irigasi

Sofia Fadillah - 15010077

7
9

Lampiran D : Saluran Irigasi

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan


Bangunan Air

Lampiran D4 : Perhitungan Tinggi Muka Air Rencana Jaringan Irigasi

Sofia Fadillah - 15010077

8
0

Anda mungkin juga menyukai