Asisten :
Teuku Radenal Amir
Disusun Oleh :
Sofia Fadillah
15010077
LEMBAR PENGESAHAN
Tugas Irigasi dan Bangunan Air ini telah diperiksa dan disetujui serta
memenuhi ketentuan layak untuk dikumpulkan guna kelulusan mata
kuliah SI-3131 Irigasi dan Bangunan Air semester V pada tahun ajaran
2012/2013.
Kata Pengantar
KATA PENGANTAR
Pertama tama penyusun mengucapkan segala puji syukur kepada Tuhan
Yang Maha Kuasa, karena berkat izin-Nya tugas besar SI 3131 Irigasi dan
Bangunan Air ini dapat disusun. Tugas ini dibuat dalam rangka memenuhi
tugas besar Irigasi dan Bangunan Air pada semester 5 tahun ajaran
2011/2012.
Adapun tujuan dari diberikannya tugas besar ini adalah untuk lebih
memahami dan mengetahui penerapan dari mata kuliah Irigasi dan
Bangunan Air. Tugas ini merupakan perencaanaan sistem jaringan Irigasi
dari merencanakan pola tanam sampai merencanakan dimensi saluran
serta tinggi muka air di saluran irigasi.
Tak lupa penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak
pihak yang telah banyak membantu terselesaikannya tugas besar ini,
yaitu :
1. Bapak Ir. Muljana Wangsadipura, M.Eng selaku dosen Irigasi dan
Bangunan air.
2. Teuku Radenal Amir, selaku asisten.
3. Teman
teman,
selaku
pihak
yang
telah
membantu
Kata Pengantar
Bandung,Desember
2012
Penyusun
Daftar Isi
DAFTAR I
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................ ii
KATA PENGANTAR....................................................................................... iii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL........................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1.1
Latar Belakang............................................................................... 1
1.2
1.3
Ruang Lingkup................................................................................ 2
1.4
1.5
Sistematika Penyusunan................................................................3
Sistem Irigasi.................................................................................. 5
2.2
2.2.1
2.2.2
2.2.3
2.3
2.4
2.5
2.6
Daftar Isi
3.2
3.3
4.1.1
Perencanaan Petak.................................................................30
4.1.2
Perencanaan Saluran.............................................................30
4.1.3
4.1.4
4.2
4.3
4.4
Perencanaan Saluran....................................................................39
5.2
Pendimensian Saluran..................................................................40
5.3
Contoh Perhitungan......................................................................41
Daftar Isi
Kesimpulan................................................................................... 48
7.2
Saran............................................................................................ 48
LAMPIRAN................................................................................................. 50
Daftar Tabel
DAFTAR TABEL
YTabel 2.1 Klasifikasi Jaringan Irigasi..........................................................6
Tabel 2.2 Nilai n dan m dari Fungsi Q........................................................11
Tabel 2.3 Kekasaran Saluran.....................................................................11
Tabel 2.4 Nilai W....................................................................................... 11
Tabel 2.5 Urutan Pola Tanam.....................................................................16
Tabel 2.6 Koefisien Tanaman Padi dan Kedelai..........................................17
Tabel 2.7 Kebutuhan Air Untuk Penyiapan Lahan......................................20
Tabel 5.1 Kemiringan Talud.......................................................................42
Tabel 5.2 Koefisien Strickler......................................................................44
Tabel 5.3 Freeboard................................................................................... 45
Tabel 5.4 Pintu Romijn............................................................................... 46
Daftar Gambar
DAFTAR GAMBAR
YGambar 3.1 Daerah Irigasi Bantimurung................................................24
Gambar 3.2 DAS dan Polygon Thiessen daerah irigasi Bantimurung........29
Bab I : Pendahuluan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Air adalah material yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang
diketahui sampai saat ini di bumi. Manusia, hewan, dan tumbuhan akan
mati bila kekurangan air. Di banyak tempat di dunia terjadi kekurangan
persediaan air akibat dari pengelolaan sumber daya air yang kurang baik.
Hal ini dapat menimbulkan konflik, mengingat bahwa kersediaan pangan
di suatu daerah memiliki kaitan erat dengan ketersediaan air di daerah
tersebut.
Jumlah penduduk dunia yang semakin meningkat dari hari ke hari
mengakibatkan kebutuhan akan bahan pangan juga terus menerus
bertambah. Untuk itu diperlukan suatu usaha untuk meningkatkan hasil
pertanian yang ada. Salah satu cara adalah dengan pemenuhan
kebutuhan pengairan yang merupakan hal terpenting dalam pertanian
sebab tidak semua daerah mendapatkan pengairan yang mencukupi.
Kebutuhan air untuk tanaman pada dasarnya dapat diperoleh secara
langsung dari air hujan. Air hujan yang jatuh ke permukaan bumi akan
mengalir dari hulu ke hilir, meresap kedalam tanah atau menjadi air
permukaan, dan dimanfaatkan oleh tanaman disekitarnya. Indonesia,
yang merupakan negara tropis, hanya mengenal dua musim, yaitu musim
hujan dan musim kemarau. Dapat dipastikan, curah hujan tiap musimnya
tidak akan sama. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu cara untuk mengelola
air dengan optimal, salah satunya ialah dengan penggunaan sistem
irigasi.
Bab I : Pendahuluan
1.2
tentang
proses
penentuan
lahan
pertanian
dan
lokasi
lahan
pertanian
lengkap
dengan
system
pengairannya; dan
3. Menyelesaikan berbagai masalah yang biasa ditemukan di lokasi
daerah pertanian.
1.3
Ruang Lingkup
irigasi
digunakan
dalam
penentuan
sistem
irigasi
secara
1.4
Metodologi yang digunakan dalam laporan ini agar dapat mencapai tujuan
yang tertulis diatas adalah sebagai berikut :
1. Melakukan Studi Literatur
Studi yang dilakukan didasarkan pada konsep-konsep Pengembangan
Sumber Daya Air yang merupakan bagian dari Jurusan Teknis Sipil.
Bab I : Pendahuluan
matahari
dalam
%,
kelembapan
rata-rata,
dan
1.5
Sistematika Penyusunan
Pendahuluan
1.1Latar Belakang
1.2Maksud dan Tujuan
1.3Ruang Lingkup
Bab I : Pendahuluan
Tinjauan Pustaka
2.1Sistem Irigasi
2.2Teori Perencanaan Petak, Saluran, dan Bangunan Air
2.2.1
Teori Perencanaan Petak
2.2.2
Teori Perencanaan Saluran
2.2.3
Teori Perencanaan Bangunan Air
2.3Teori Perhitungan Ketersediaan Air
2.4Teori Perhitungan Kebutuhan Air
2.5Teori Keseimbangan Air
2.6Sistem Tata Nama (Nomenklatur)
Bab III
Bab IV
Bab V
Bab VI
Daftar Pustaka
Lampiran
Bab II
Pustaka
Tinjauan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Sistem Irigasi
Bab II
Pustaka
Tinjauan
Selain itu jaringan irigasi mempunyai klasifikasi yang didasarkan pada halhal seperti dijelaskan dalam tabel berikut.
Tabel 2.1 Klasifikasi Jaringan Irigasi
Bab II
Pustaka
Tinjauan
banyak
perbedaan
dengan
jaringan
sederhana
kecuali
2.2
Bab II
Pustaka
Tinjauan
Petak ini menerima air yang disadap dari saluran tersier. Karena
luasnya yang tergolong kecil maka petak ini menjadi tanggung jawab
individu untuk eksploitasinya. Idealnya daerah yang ditanami berkisar
50-100 Ha. Jika luas petak lebih dari itu dikhawatirkan pembagian air
menjadi tidak efisien.
Petak tersier dapat dibagi menjadi petak kuarter, masing-masing
seluas 8-15 Ha. Dimana bentuk dari tiap petak kuarter adalah bujur
sangkar atau segi empat.
Petak tersier haruslah juga berbatasan dengan petak sekunder. Yang
harus dihindari adalah petak tersier yang berbatasan langsung dengan
saluran irigasi primer. Selain itu disarankan panjang saluran tersier
tidak lebih dari 1500 m.
b. Petak Sekunder
Petak sekunder adalah petak yang terdiri dari beberapa petak tersier
yang berhubungan langsung dengan saluran sekunder. Petak sekunder
mendapatkan airnya dari saluran primer yang airnya dibagi oleh
bangunan bagi dan dilanjutkan oleh saluran sekunder. Batas sekunder
pada umumnya berupa saluran drainase. Luas petak sekunder
berbeda-beda tergantung dari kondisi topografi.
c. Petak Primer
Petak primer merupakan gabungan dari beberapa petak sekunder
yang dialiri oleh satu saluran primer. Dimana saluran primer menyadap
air dari sumber air utama. Apabila saluran primer melewati daerah
garis tinggi maka seluruh daerah yang berdekatan langsung dilayani
saluran primer.
Bab II
Pustaka
Tinjauan
a. Saluran Pembawa
Berfungsi untuk mengairi sawah dengan mengalirkan air dari daerah
yang disadap. Berdasarkan hierarki saluran pembawa dibagi menjadi
3, yaitu :
1. Saluran Primer
Saluran ini merupakan saluran pertama yang menyadap air dari
sumbernya. Dan selanjutnya dibagikan kepada saluran sekunder
yang ada. Saluran ini dapat menyadap dari sungai, waduk, atau
waduk. Bangunan sadap terakhir yang terdapat di saluran ini
menunjukan batas akhir dari saluran ini
2. Saluran Sekunder
Air dari saluran primer akan disadap oleh saluran sekunder. Saluran
sekunder nantinya akan memberikan air kepada saluran tersier.
Akan sangat baik jika saluran sekunder dibuat memotong atau
melintang
terhadap
garis
tinggi
tanah.
Sehingga
air
dapat
Bab II
Pustaka
Tinjauan
b. Saluran Pembuang
Fungsinya membuang air yang telah terpakai ataupun kelebihan air
yang terjadi pada petak sawah. Umumnya saluran ini menggunakan
saluran lembah. Saluran lembah tersebut memotong garis tinggi
sampai ketitik terendah daerah sekitar.
Dimensi Saluran
Pada saluran terbuka dikenal berbagai macam bentuk saluran seperti
persegi, setengah lingkaran, elips , dan trapesium. Untuk pengaliran air
irigasi, penampang saluran yang digunakan adalah trapesium karena
umum dipakai dan ekonomis. Dalam mendesain saluran digunakan
rumus-rumus sebagai berikut.
a. Debit rencana (Q)
Q = A*a/(1000*eff.) m3/dt
b. Rumus Strickler
V = k.R2/3.S1/2
Keterangan :
V = Kecepatan aliran
R = Jari-jari hidraulik
S = Kemiringan saluran
K = Koefisien saluran
c. Nilai V diperoleh melalui persamaan
V = 0,42.Q0,182 m/dt
d. Luas penampang basah
Bab II
Pustaka
Tinjauan
A = Q/V m2
e. Kemiringan talud (m) diperoleh dari tabel
f.
j.
k. Keliling basah
P = b+(2*h((1+m2)0,5) m
l.
Jari-jari hidraulis
R = A/P m
Bab II
Pustaka
Tinjauan
Bab II
Pustaka
yang
Tinjauan
sudah
dibahas
pada
pembahasan
sebelumnya.
Dalam
Perhitungan dimensi saluran ini ada dua tahap yaitu tahap penentuan
dimensi untuk setiap ruas saluran dan tahan perhitungan ketinggian muka
air pada tiap-tiap ruas saluran. Hasil perhitungan tersebut lebih efisien
ditampilkan dalam bentuk tabel dimana urutan pengerjaan sudah
diurutkan perkolom.
sekunder
ke
tersier.
Bangunan
ini
dengan
akurat
b. Bangunan Pelengkap
Bangunan pengatur
Bab II
Pustaka
Tinjauan
Bangunan pembawa
Bangunan pembawa adalah bangunan yang digunakan untuk
membawa air melewati bawah saluran lain, jalan, sungai, ataupun
dari suatu ruas ke ruas lainnya. Bangunan ini dibagi menjadi 2
kelompok :
2.3
Sumber air yang digunakan untuk pengairan atau untuk irigasi umumnya
berasal dari sungai. Sungai tersebut memperoleh tambahan air dari air
hujan yang jatuh ke sungai dan daerah di sekitar sungai tersebut. Daerah
di sekitar sungai yang mempengaruhi jumlah air yang ada di sungai dan
Bab II
Pustaka
Tinjauan
Metoda Thiessen
Metoda Arithmatik
Metoda Isohyet
H i x Li
R H = i =1 n
Li
i=1
Dimana :
Hi
Li
RH
Bab II
Pustaka
2.4
Tinjauan
besarnya
evapotranspirasi
yang
menggunkan
data
= Evapotranspirasi (mm/hari)
ketinggian tempat
Rn
= Rns Rnl
Rns
(1-).(0,25+n/N).Ra
Bab II
Pustaka
Tinjauan
Ra
Rnl
1-w
f(u)
f(ed)
f(n/N)
panjang
f(t)
ea
ed
= ea.Rh/100
Rh
Bab II
Pustaka
Tinjauan
Jika tidak adalah curah hujan dengan P=50% dan P=80% maka
digunakan interpolasi menggunakan nilai curah hujan dengan tingkat
probabilitas terdekat.
c. Pola tanam
Untuk memenuhi kebutuhan air bagin tanaman, penentuan pola tanam
merupakan
hal
yang
perlu
dipertimbangkan.
Tabel
di
bawah
Bab II
Pustaka
Tinjauan
e. Perkolasi
Perkolasi adalah peristiwa meresapnya air ke dalam tanah dimana
tanah dalam keadaan jenuh. Laju perkolasi sangat tergantung pada
sifat-sifat tanah. Data-data mengenai perkolasi akan diperoleh dari
penelitiian kemampuan tanah. Tes kelulusan tanah akan merupakan
bagian dari penyelidikan ini. Apabila padi sudah ditanam di daerah
proyek maka pengukuran laju perkolasi dapat dilakukan langsung di
sawah. Laju perkolasi normal pada tanah lempung sesudah dilakukan
penggenangan berkisar antara 1 sampai 3 mm/hari. Didaerah-daerah
miring, perembesan dari sawah ke sawah dapat mengakibatkan
banyak kehilangan air. Di daerah-daerah dengan kemiringan diatas
5%, paling tidak akan terjadi kehilangan 5mm/hari akibat perkolasi dan
rembesan. Pada tanah-tanah yang lebih ringan, laju perkolasi bisa
lebih tinggi.
Dari hasil penyelidikan tanah pertanian dan penyelidikan kelulusan,
besarnya
laju
perkolaasi
serta
tingkat
kecocokan
tanah
untuk
Bab II
Pustaka
Tinjauan
peralatan
mesin,
jangka
waktu
bulan
dapat
dipertimbangkan.
Kebutuhan air untuk pengolahan lahan sawah (puddling) bisa diambil
200 mm. Ini meliputi penjenuhan (presaturation) dan penggenangan
sawah, pada awal transplantasi akan ditambahkan lapisan 50 mm lagi.
Angka 200 mm diatas mengandaikan bahwa tanah itu bertekstur
berat, cocok digenangi dan bahwa lahan itu belum ditanami selama
2,5 bulan. Jika tanah itu dibiarkan berair lebih lama lagi maka diambil
250 mm sebagai kebutuhan air untuk penyiapan lahan. Kebutuhan air
untuk penyiapan lahan termasuk kebutuhan air untuk persemaian.
penyiapan
lahan
dan
kebutuhan
air
pada
masa
tanam.
air
untuk
penyiapan
lahan
umumnya
menentukan
kebutuhan maksimum air irigasi pada suatu proyek irigasi. Faktorfaktor penting yang menentukan besarnya kebutuhan air untuk
penyiapan lahan adalah :
a. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan
penyiapan
Bab II
Pustaka
Tinjauan
Kebutuhan
air
untuk
mengganti/mengkompensari
Bab II
Pustaka
Tinjauan
M = Eo + P
Eo = 1.1 * Eto
P = perkolasi
K = M.T/S
T = Jangka waktu penyiapan lahan, hari
S = kebutuhan air untuk penjenuhan ditambah dengan lapisan air
50 mm yakni 200 + 50 = 250 mm seperti yang sudah diterangkan
diatas.
Kebutuhan total tersebut bisa ditabelkan sebagai berikut :
Bab II
Pustaka
Tinjauan
Bab II
Pustaka
Tinjauan
2.5
Bab II
Pustaka
Tinjauan
akan direncanakan sesuai dengan pola tanam yang dipakai. Bila debit
sungai tidak berlimpah dan kadang-kadang terjadi kekurangan debit maka
ada 3 pilihan yang bisa dipertimbangkan, yaitu sebagai berikut.
Bab II
Pustaka
Tinjauan
mengakibatkan
eksploitasi
yang
lebih
kompleks
dan
2.6
jelas,
pendek,
dan
tidak
multitafsir.
Nama-nama
dipilih
Bab II
Pustaka
airnya.
Tinjauan
Petak
sekunder
sebaiknya
menggunakan
nama
saluran
sekunder.
c. Jaringan Irigasi Tersier
Jaringan irigasi tersier sebaiknya dinamai sesuai dengan bangunan
bagi air tersier.
Syarat-syarat dalam menentukan indeks adalah sebagai berikut :
Jenis bangunan untuk membagi atau member air, sipon, talang dan
lain-lain,
Bab II
Pustaka
Tinjauan
Didalam petak tersier diberi kotak dengan ukuran 4cm x 1,25 cm. Dalam
kotak ini diberi kode dari saluran mana petak itu mendapat air. Arah
saluran tersier kanan/kiri dari bangunan sadap melihat aliran air. Kotak
dibagi 2, atas dan bawah. Bagian atas dibagi kanan dan kiri. Bagian kiri
menunjukan luas petak (Ha) dan bagian kanan menunjukan besar debit
(l/dtk) untuk menentukan dimensi saluran tersier.
BAB III
KONDISI DAERAH ALIRAN SUNGAI
3.1
Bantimurung
merupakan
sebuah
kecamatan
di
Kabupaten
Maros,
Sulawesi Selatan. Daerah Aliran Sungai (DAS) dari laporan ini adalah
gabungan
dari
sungai-sungai
(salo)
termasuk
sungai
musiman,
diantaranya:
Salo
Salo
Salo
Salo
Salo
Salo
Kuraja
Bantimurung
Makkaroang
Pattunaungasue
Leangpautang
Baraneng
3.2
air akan
mengalir ke
sungai
yang
dimaksudkan.
2
9
3.3
Hasanuddin
(5o330.88
LS
dan
119o3246.58
BT),
Camba
R=
RSt 1+ R St 2 + RSt 3
3
dimana :
3
0
R=
RSt 1 L1 R St 2 L2 RSt 3 L3
+
+
L DAS
LDAS
L DAS
dimana :
R :
RSt1
RSt2
RSt3
L1 :
L2 :
L3 :
LDAS
pengukuran
hidrometeorologi
digunakan
untuk
menganalisis
untuk
Bantimurung
menggunakan
data
dari
Stasiun
adalah
evapotranspirasi.
Evapotranspirasi
merupakan
banyaknya air yang dilepaskan ke udara dalam bentuk uap air yang
dihasilkan dari proses evaporasi dan transpirasi.
Sofia Fadillah - 15010077
3
1
1)
badan-badan
air,
misalnya
danau,
sungai,
dan
genangan air.
2)
mengalami
kehilangan
kelembaban
akibat
evaporasi.
Transpirasi dapat terjadi jika tekanan uap air didalam sel daun lebih
tinggi dari pada tekanan air di udara.
Dalam beberapa penerapan hidrologi, proses evaporasi dan transpirasi
dapat dianggap sebagai satu kesatuaan sebagi evapotranspirasi.
Besarnya limpasan atau run of dapat diperkirakan dari seleisih antara
hujan dan evapotranspirasi. Cara ini memberikan pendekatan yang
lebih baik dari pada pemakaian koefisien run off terutama untuk
daerah tropis seperti Indonesia, dimana daerah tersebut mempunyai
curah hujan dan kelembaban dalam tanah sehingga air tidak
membatasi evapotranspirasi sepanjang tahun kecuali untuk beberapa
wilayah di Indonesia.
Pada kondisi atmosfir tertentu evapotranspirasi tergantung pada
keberadaan
air.
Jika
kandungan
air dalam
tanah
selalu
dapat
temperatur,
kecepatan
angin,
kelembaban
udara
dan
3
2
ada penyinaran
langsung
dan
matahari.
Awan
merupakan
terus.
Jika
kecepatan
angin
cukup
tinggi
untuk
3.4
3
3
Keterangan
HD
C
dAD, dBD, dCD, : Jarak dari masing-masing stasiun A, B dan C ke stasiun D
(yang hilang)
Tabel data curah hujan yang telah dilengkapi dapat dilihat di lampiran.
Sofia Fadillah - 15010077
3
4
3
5
BAB IV
SISTEM IRIGASI DAS
4.1
langsung
dari
bendung
yang
telah
dibuat.
Saluran
ini
dibuat
Bangunan bagi yang terletak pada saluran primer yang membagi air
ke saluran-saluran sekunder atau pada saluran sekunder yang
membagi air ke saluran sekunder lainnya. Terdiri dari pintu-pintu yang
Bangunan bagi sadap yang berupa bangunan bagi dan bersama itu
pula sebagai bangunan sadap. Bangunan bagi-sadap merupakan
kombinasi dari bangunan bagi dan bangunan sadap (bangunan yang
terletak di saluran primer atau sekunder yang memberi air ke saluran
tersier.
4.2
3.
stasiun tersebut.
Mengurutkan (sorting) data curah hujan per bulan tersebut
dari yang terbesar hingga terkecil, dimana data pertama berarti
m=1.
4.
P=
5.
m
100
n+1
4.3
25.60
85.50
44.00
knot
182.73
km/hari
Langkah 2
25.60
32.84
mmHg
Rh
= 85.50
Rh/100
Langkah 4
= 0.8550
Nilai tersebut didapatkan dari interpolasi data yang sudah ada. Dari
perhitungan didapatkan:
W = 0.73 dan (1-W) = 0,27
Langkah 9
Mencari
harga
radiasi
matahari
yang
Langkah 18
Mencari
harga
radiasi
matahari
yang
(mm/hari)
Diambil nilai P = 2 mm/hari
Baris 4
Penggunaan
air
untuk
masa
penyiapan
lahan
Kebutuhan
air
untuk
mengganti/mengkompensasi
ETc = C x Eto
Untuk November Periode I (masa penyiapan lahan)
Etc = LP = 11.93 mm/hari
Baris 12 :
4.4
BAB V
PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN DIMENSI SALURAN
5.1
Perencanaan Saluran
dari
segi
ekonomis,
untuk
saluran
irigasi
umumnya
jenis tanah
kecepatan aliran
5.2
Pendimensian Saluran
merencanakan
lebar
saluran
yang
dipergunakan
di
dimensi
untuk
setiap
ruas
saluran
dan
tahap
pasangan
dengan
jalan
inspeksi.
Hal
ini
akan
Contoh Perhitungan
Q=
DR A
1000
Q=
DR A 1.98 218.75
=
=0.48125
1000
1000 90
m3/detik
V =0,42 Q0,182
dimana : Q = debit (m3/s)
Kecepatan saluran A adalah sebagai berikut.
V =0.42 Q
0,182
=0.42 0.48125
0,182
=0.368
m/detik
A=
Q
V
dimana :
Q = debit (m3/s)
V =kecepatan (m/s)
Luas penampang basah untuk saluran A adalah sebagai berikut.
A=
Q 0.48125
=
=1.309
V
0.368
m2
h=3 V
1,56
h=3 V
1,56
=3 0.368
1,56
=0.63
b=n h
meter
m2
0,5
0,5
)
0,5
2
P=1.2+ ( 2 0.63 ( 1+1 )
P=2.98
meter
R=
A'
P
R=
A' 1.15
=
=0.39
P 2.98
meter
125,
koefisien
Strickler
V =
Q
'
A
V =
Q 0.48
=
=0.42
A ' 1.15
m/s
i=
V2
4
3
(k R )
2
i=
V2
0.422
4
3
4
3
( k R ) (35 0.39 )
2
=0.0005
H=h+W
meter
B=b ' + 2
( h+W )
m
B=b + 2
( h+W )
m
B=1.2+ 2
B=3.26
( 0.63+ 0.4 )
1
meter
z=
hmax
3
z=
hmax 0.5
=
=0.17
3
3
meter
Hilir= 105.15+3.45=108.60
meter
Udik=TMA hilir+ z
Tinggi muka air dekat pintu ukur hilir pada saluran A adalah sebagai
berikut.
Udik=108.60+ 0.17=108.77
meter
meter.
Tinggi muka air ujung saluran udik pada saluran A adalah sebagai
berikut.
meter.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1
Kesimpulan
Dari
pengumpulan
serta
pengolahan
data
yang
dilakukan
untuk
saluran
tersier.
Kebutuhan
air
setiap
hektar
sebelum
Saran
3. Waktu pengerjaan
sebaiknya diperpanjang
dan perlu
diadakan
Daftar Pustaka
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
6
3
Stasiun Camba
Stasiun Malino
6
4
6
5
Lampiran
B
Kebutuhan Air
Analisis
Lampiran
B
Kebutuhan Air
Analisis
68
69
70
71
Golongan B
Golongan C
72
73
74
75
Terpilih:
76
7
7
7
8
7
9
8
0