Anda di halaman 1dari 30

HIDROLOGI

EVAPORASI

Dosen:
Ratna wilis S.Pd, M.Pd

Disusun oleh:
WAHYU NANDA PUTRA (15045088)
WAN WIRNA JUWITA (15045117)
WAHYUNI FAJRIAH (15045016)
AIZIL IKHSAN (1504509)

Pendidikan geografi
Fakultas ilmu sosial
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
Tahun 2016

KATA PENGANTAR
Tiada kata yang dapat penulis sampaikan kecuali rasa syukur atas kehadirat
Allah SWT hingga saat ini, penulis diberi kesempatan menumpahkan ide-idenya
kedalam makalah ini. Hanya karena hidayah-Nya penulis dapat menyusun makalah
ini hingga selesai. Begitu juga dengan rasul-nya Muhammad SAW, yang menjadi
inspirasi hidup, pengukuh semangat penulis untuk menciptakan sebuah karya tulis.
Pada kesempatan kali ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih
kepada :
1. Orang tua yang telah memberikan dukungan
2. Guru pembimbing yang telah memberi dukungan yang sangat baik.
3. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
banyak membantu dalam menyusun makalah ini.
Pada tulisan ini, penulis telah mencarikan penyelesaian dalam permasalahan yang
penulis haturkan. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan
yang disebabkan oleh keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis, untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif sehingga dapat
menyempurnakan makalah ini dimasa yang akan datang.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
A.
B.
C.
D.

Latar Belakang......................................................................................................1
Rumusan Masalah.................................................................................................1
Tujuan Penulisan...................................................................................................1
Manfaat Penulisan.................................................................................................1

BAB II KAJIAN PUSTAKA......................................................................................2


A. Landasan Teori......................................................................................................2
BAB III PEMBAHASAN............................................................................................3
A. Pengertian penguapan/evaporasi...........................................................................3
B. Pengukuran penguapan/evaporasi.......................................................................10
BAB IV PENUTUP................................................................................................. 14
A. Kesimpulan.........................................................................................................26
B. Saran...................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................27

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Evaporasi (penguapan) terjadi Ketika air dipanaskan oleh sinar matahari,
permukaan molekul-molekul air memiliki cukup energi untuk melepaskan ikatan
molekul air tersebut dan kemudian terlepas dan mengembang sebagai uap air
yang tidak terlihat di atmosfir. Pemanasan air oleh sinar matahari merupakan
kunci proses siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara kontinu. Air
berevaporasi kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk hujan, salju, hujan
batu, hujan es dan salju (sleet), hujan gerimis atau kabut.Pada perjalanan menuju
bumi beberapa presipitasi dapat berevaporasi kembali ke atas atau langsung jatuh
yang kemudian diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai tanah. Setelah
mencapai tanah, siklus hidrologi terus bergerak secara kontinu dalam tiga cara
yang berbeda.
B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan evaporasi / penguapan?
b. Bagaimana cara mengukur evaporasi / penguatan?
C. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui maksud dari dengan evaporasi / penguapan
b. Untuk mengetahui cara mengukur evaporasi / penguatan
D. Manfaat Penulisan
a. Agar mahasiswa mengetahui maksud dengan evaporasi / penguapan
b. Agar mahasiswa mengetahui cara mengukur evaporasi / penguatan

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori

Evaporasi merupakan konversi air kedalam uap air. Proses ini berjalan terus
hampir tanpa berhenti disiang hari dan kerap kali dimalam hari, perubahan dari
keadaan cair menjadi gas ini memerlukan energi berupa panas laten untuk evaporasi,
proses tersebut akan sangat aktif jika ada penyinaran matahari langsung, awan
merupakan penghalangan radiasi matahari dan penghambat proses evaporasi. Jika
uap air menguap ke atmosfer maka lapisan batas antara permukaan tanah dan udara
menjadi jenuh oleh uap air sehingga proses penguapan berhenti,agar proses tersebut
berjalan terus,lapisan jenuh harus diganti dengan udara kering, pergantian itu hanya
mungkin jika ada angina,yang akan menggeser komponen uap air,kecepatan angina
memegang peranan penting dalam proses evaporasi. (Wahyuningsih, 2004).
Evaporasi yang terus menerus memerlukan pemindahan uap air dari
permukaan sedikit ke atas,tanpa memindahkan udara dekat bumi, udara itu akan
jenuh dengan uap air dan evaporasi akan berhenti. Molekul air terus menerus
bergerak melewati permukaan air ke atmosfer bumi. Bila jumlah molekul-molekul
yang keluar dari permukaan lebih besar dari pada jumlah yang kembali ke permukaan
air maka terjadi evaporasi. Pergantian secara netto hanya merupakan sebagian kecil
dari jumlahnya (AAK, 1997).

BAB III
PEMBAHASAN
a. Pengertian penguapan (evaporasi)
Penguapan / evaporasi ialah proses perubahan molekul dalam kondisi cair
(seperti air) dengan spontan menjadi gas (uap air). Umumnya penguapan bisa dilihat
dari lenyapnya cairan secara terus menerus saat terpapar pada gas dengan volume
signifikan.
Rata-rata molekul tak mempunya energi yang cukup untuk lepas dari cairan. Jika
tidak cairan akan berubah menjadi uap dengan cepat. Saat molekul-molekul saling
bertumbuhkan mereka saling bertukar energi di berbagai derajat, tergantung
bagaimana mereka bertumbukan. Kadang transfer energi ini sangat berat sebelah
sehingga salah satu molekul memperoleh energi yang cukup buat menembus titik
didih cairan. Jika ini terjadi di dekat permukaan cairan molekul itu bisa terbang ke
dalam gas dan menguap.

TEORI EVAPORASI
Evaporasi dapat didefinisikan dalam dua kondisi, yaitu evaporasi yang berarti proses
penguapan yang terjadi secara alami dan evaporasi yang dimaknai proses penguapan
yang timbul akibat diberikan uap panas (steam) dalam suatu peralatan.
Evaporasi merupakan suatu proses penguapan sebagian dari pelarut sehingga
didapatkan larutan zat cair pekat yang konsentrasinya lebih tinggi. Tujuan dari
evaporasi itu sendiri yaitu untuk memekatkan larutan yang terdiri dari zat
terlarut yang

tak mudah menguap dan pelarut yang mudah menguap.

Evaporasi atau penguapan juga dapat didefinisikan sebagai perpindahan kalor ke


dalam

zat

cair

mendidih

(Warren

L.

Mc

Cabe,

1999).

Evaporasi didasarkan pada proses pendidihan secara intensif, yaitu :

Pemberian

panas

ke

dalam

cairan.

Makin tinggi pressure makin besar panas yang dibutuhkan jadi pressure perlu
diturunkan

untuk

Pembentukan

mendapatkan

kondisi

gelembung-gelembung

operasi
(bubbles)

yang
akibat

optimal.
uap.

Peristiwa bubbling yaitu terbentuknya nukleat sebagai awal pembentukan


gelembung.

Pemisahan

uap

dari

Mengkondensasikan

cairan.
uapnya

Evaporasi dapat diartikan sebagai proses penguapan daripada liquid (cairan) dengan
penambahan panas(Robert B.Long, 1995). Panas dapat disuplai dengan berbagai cara,
diantaranya

secara

alami

dan

penambahan

steam.

Proses evaporasi yang berlangsung secara alami ialah proses penguapan yang terjadi
begitu saja diruang lingkup dunia, dengan bantuan sinar matahari secara langsung,
tanpa adanya alat-alat bantu dari manusia, inilah yang dimaksud dengan evaporasi
ataau penguapan secara alami. Sedangkan evaporasi atau penguapan dengan
4

penambahan steam sebagai alat penyuplai panasnya adalah salah satu upaya manusia
dalam menciptakan produk baru dengan menggunakan system kerja evaporasi alami
yang ditransfer kedalam proses menggunakan mesin-mesin. Evaporasi ini
berlangsung dengan adanya mesin atau alat-alat penyuplai panas pengganti dari sinar
matahari, alat tersebut dinamakan evaporator.
Evaporator adalah sebuah alat yang berfungsi mengubah sebagian atau keseluruhan
sebuah pelarut dari sebuah larutan dari bentuk cair menjadi uap. Evaporator
mempunyai dua prinsip dasar, yaitu untuk menukar panas dan untuk memisahkan
uap yang terbentuk dari cairan. Evaporator umumnya terdiri dari tiga bagian,
yaitu penukar panas, bagian evaporasi (tempat dimana cairan mendidih lalu
menguap), dan pemisah untuk memisahkan uap dari cairan lalu dimasukkan ke
dalam kondensor (untuk diembunkan/kondensasi) atau ke peralatan lainnya.
Hasil dari evaporator (produk yang diinginkan) biasanya dapat berupa padatan atau
larutan berkonsentrasi. Larutan yang sudah dievaporasi bisa saja terdiri dari beberapa
komponen volatile (mudah menguap). Evaporator biasanya digunakan dalam
industri kimia dan industri makanan. Pada industri kimia, contohnya garam
diperoleh dari air asin jenuh (merupakan contoh dari proses pemurnian) dalam
evaporator.
Evaporator mengubah air menjadi uap, menyisakan residu mineral di dalam
evaporator. Uap dikondensasikan menjadi air yang sudah dihilangkan garamnya. Pada
sistem pendinginan, efek pendinginan diperoleh dari penyerapan panas oleh
cairan pendingin yang menguap dengan cepat (penguapan membutuhkan energi
panas).

Evaporator

memisahkannya

juga
dari

digunakan
air

laut

untuk
atau

memproduksi
zat

air

kontaminasi

minum,
lain.

Titik didih cairan yang diuapkan pada evaporasi dapat dikontrol dengan mengatur
tekanan pada permukaan uap-cair. Artinya, jika penguapan terjadi pada temperatur
tinggi, maka evaporator dioperasikan pada tekanan tinggi pula. Beberapa evaporasi
dalam industri secara normal bekerja pada tekanan vacum untuk meminimalkan
5

kebutuhan

panas.

Pada proses pendidihan secara alami, perubahan titik didih sebagai perubahan
temperatur dapat ditingkatkan. Beberapa tipe pendidihan yang berbeda mempunyai
koefisien perpindahan panas yang berbeda pula. Tipe-tipe tersebut adalah (Bell, 1984)
:
-

pendidihan

secara

konveksi

alami

Pendidihan konveksi alami terjadi ketika cairan dipanaskan pada permukaannya.


Pada tipe ini, koefisien perpindahan panas meningkat dengan perubahan temperatur,
tetapi
-

relatif

lambat

pendidihan

nukleat

Pada pendidihan nukleat terbentuk gelembung-gelembung uap pada interface cairan


dan padatan dari permukaan perpindahan panas. Pendidihan pada tipe ini terjadi
dalam sebuah ketel atau reboiler thermosifon yang digunakan pada proses industri.
Koefisien

perpindahan

panas

pada

tipe

ini

lebih

pendidihan

besar.
film

Pendidihan film terjadi ketika perubahan temperature sangat tinggi dan penguapan
terjadi secara berkesinambungan pada permukaan perpindahan panas. Koefisien
perpindahan panas meningkat seiring dengan meningkatnya perubahan temperatur.
Namun, nilai koefisien perpindahan panasnya lebih rendah jika dibandingkan
pendidihan

nukleat.

Prinsip-prinsip evaporator:
1. Penguapan atau evaporasi merupakan perubahan wujud zat dari cair menjadi
uap
2. Penguapan betujuan memisahkan pelarut (solvent) dari larutan sehingga
menghsilkan larutan yang lebih pekat
3. Evaporasi merupakan proses pemisahan terroal, dipakani secara luas untukk
merekatkan cairan dalam bentuk larutan, suspensi maupun emulsi dengan cara
menguapkan

pelarutnya,

umumnya

air

dan

cairan.

Evaporasi menghasilkan cairan yang lebih pekat, tetapi masih berup cairan
pekat yang dapat dipompa sebagai hasil utama, reaksi kadang-kadang ada pula
cairan volatile sebagai hasil utama, misalnya selama pemulihan pelarut.
Proses evaporasi terdiri dari dua peristiwa yang berlangsung :
Interface evaporation, yaitu transformasi air menjadi uap air di

permukaan tanah. Nilai ini tergantung dari tenaga yang tersimpan.


Vertikal vapour transfers, yaitu perpindahan lapisan yang kenyang
dengan uap air dari interface ke uap (atmosfer bebas)

PERBEDAAN

EVAPORASI

DENGAN

PROSES

LAIN

1. Evaporasi dengan pengeringan.


Evaporasi tidak sama dengan pengeringan, dalam evaporasi sisa
penguapan adalah zat cair (kadang-kadang zat cair yang sangat
viskos) dan bukan zat padat. Perbedaan lainnya adalah, pada evaporasi
cairan yang diuapkan dalam kuantitas relatif banyak, sedangkan pada
pengeringan sedikit.
2. Evaporasi dengan distilasi.
Evaporasi berbeda pula dari distilasi, karena uapnya biasa dalam
komponen tunggal, dan walaupun uap itu dalam bentuk campuran,
dalam proses evaporasi ini tidak ada usaha unutk memisahkannya
menjadi fraksi-fraksi. Selain itu, evaporasi biasanya digunakan untuk
menghilangkan pelarut-pelarut volatil, seperti air, dari pengotor nonvolatil.
Contoh pengotor nonvolatil seperti lumpur dan limbah radioaktif.
Sedangkan distilasi digunakan untuk pemisahan bahan-bahan nonvolatil.
3. Evaporasi dengan kristalisasi.

Evaporasi lain dari kristalisasi dalam hal pemekatan larutan dan


bukan

pembuatan

zat

padat

atau

kristal.

Evaporasi

hanya

menghasilkan lumpur kristal dalam larutan induk (mother liquor).


Evaporasi secara luas biasanya digunakan untuk mengurangi volume
cairan atau slurry atau untuk mendapatkan kembali pelarut pada
recycle. Cara ini biasanya menjadikan konsentrasi padatan dalam liquid
semakin besar sehingga terbentuk kristal.
C. FAKTOR-FAKTOR

YANG

MEMPENGARUHI

PROSES

EVAPORASI
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi percepatan evaporasi antara
lain :
1. Suhu
Walaupun cairan bisa evaporasi dibawah suhu titik didihnya, namun
prosesnya akan cepat terjadi ketika suhu di sekeliling lebih tinggi. Hal ini
terjadi karena evaporasi menyerap kalor laten dari sekelilingnya.
Dengan demikian, semakin hangat suhu sekeliling semakin banyak
jumlah

kalor

yang

terserap

untuk

mempercepat

evaporasi.

2. Kelembapan udara
Jika kelembapan udara kurang, berarti udara sekitar kering. Semakin
kering udara (sedikitnya kandungan uap air di dalam udara) semakin
cepat evaporasi terjadi. Contohnya, tetesan air yang berada di kepingan
gelas di ruang terbuka lebih cepat terevaporasi lebih cepat daripada
tetesan air di dalam botol gelas. Hal ini menjelaskan mengapa pakaian
lebih cepat kering di daerah kelembapan udaranya rendah.
3.Tekanan Udara
8

Semakin besar tekanan yang dialami semakin lambat evaporasi terjadi.


Pada tetesan air yang berada digelas botol yang udaranya telah
dikosongkan(tekanan udara berkurang), maka akan cepat terevaporasi.
4. Gerakan udara
Pakaian akan lebih cepat kering ketika berada di ruang yang sirkulasi udara
atau angin lancar karena membantu pergerakan molekul air. Hal ini sama saja
dengan mengurangi kelembapan udara.
5. Sifat cairan
Cairan dengan titik didih yang rendah terevaporasi lebih cepat daripada cairan yang
titik didihnya besar. Contoh, raksa dengan titik didih 357C lebih susah terevapporasi
daripada eter yang titik didihnya 35C.
6. Kedalaman dan luas permukaan
Semakin luas suatu permukaan atau semakin dalam maka penguapan semakin besar
pula.
7. Tofografi
Semakin tinggi suatu daerah maka semakin kecil pula penguapan yang akan terjadi.
PRINSIP-PRINSIP EVAPORASI
- Penguapan atau evaporasi merupakan perubahan wujud zat dari cair menjadi uap
- Penguapan

bertujuan

memisahkan

pelarut (solven) dari larutan sehingga

menghasilkan larutan yang lebih pekat.


- Evaporasi merupakan proses pemisahan termal, dipakai secara luas untuk
memekatkan cairan dalam bentuk larutan, suspensi, maupun emulsi dengan cara
menguapkan pelarutnya, umumnya air, dari cairan.
- Evaporasi menghasilkan cairan yang lebih pekat, tetapi masih berupa cairan pekat
yang dapat dipompa sebagai hasil utama, meski kadang-kadang ada pula cairan
volatil sebagai hasil utama, misalnya selama pemulihan pelarut.

PROSES EVAPORASI
Proses evaporasi adalah proses berubahnya sebuah zat/substansi yakni zat cair
menjadi zat gas atau uap air. Perubahan fase zat ini melibatkan sejumlah energi kalor
dalam prosesnya. Energi ini dapat diperoleh dari Panas matahari (radiasi),
dari atmosfer (konduksi), atau dari bumi itu sendiri (konduksi). Proses evaporasi
ini merupakan salah satu tahap dalam proses terjadinya hujan.
Manusia memanfaatkan proses evaporasi untuk berbagai kebutuhan. Misalnya
proses

pembuatan

garam. Air

laut

dipanaskan,

hingga

molekul

airnya

menguap.
Dengan menguapnya air, maka kandungan garam akan tertinggal sebagai endapan
garam

b. Pengukuran Penguapan

Alat yang digunakan untuk mengukur besarnya evaporasi pada dasarnya dibagi 2
golongan, yaitu :
1. Atmometer
a. Tipe Piche
b. Tipe Bellani
c. Tipe Livingston
2. Evaporimeter
a) Evaporimeter Panci Terbuka (Pan Evaporimeter)(Panci kelas A)
b) Evaporimeter Jenis Wild
c) Evaporimeter Jenis Keshner (Evaporigraph)
1. Atmometer

10

Atmometer ialah alat pengukur besarnya penguapan yang hanya mampu


menghasilkan nilai daya penguapan atmosfer dan tidak bisa mewakili suatu
permukaan alamiah (pengukur penguapan secara relatif). Alat ini tidak dapat
mengukur

secara

langsung

evaporasi

ataupun

evapotranspirasi

yang

sesungguhnya terjadi. Alat ini termasuk golongan yang hanya mengukur sejumlah
air penguapan dari suatu sensor, berupa permukaan berpori yang senantiasa basah.

Kelebihan atmometer ditinjau dari segi kepraktisan di lapangan:


a) Ukuran alat kecil sehingga mudah dipasang atau ditempatkan di lapangan
b) Mudah diamati dan praktis
c) Harga relatif murah

Sedangkan kelemahan alat ini ialah:


a) Ukuran sensor yang terlalu kecil menyebabkan representative untuk
mewakili permukaan alamiah.
b) Permukaan sensor mudah tertutup oleh debu atau ditumbuhi lumut atau
jamur, sehingga hilangnya sejumlah air yang diuapkan tidak lagi dapat
menggambarkan tinggi air dalam reservoir.
c) Tidak ada keseragaman bahan sensor, warna, dan ukuran, menyebabkan
kesulitan penggunaan data/hasil atmosfer dari berbagai tipe.
d) Mudah rusak dan hasilnya tidak seragam

a) Atmometer tipe Piche


Jenis atmometer yang paling banyak digunakan ialah tipe Piche. Biasanya alat
ini ditempatkan di dalam sangkar cuaca, sedangkan tipe yang lain diletakkan
di luar sangkar. Atmometer tipe Piche memiliki konstruksi yang sederhana

karena mudah penggunaan dan pengamatannya.


Cara penggunaan dan pengamatannya ialah: mula-mula tabung diisi dengan
aquades, kemudian ditutup dengan kertas saring dengan bantuan ring penjepit
yang dibentuk sedemikian rupa, kemudian diletakkan pada tiang penggantung.

Pengamatan dilakukan pada permukaan air di dalam tabung yang berskala.


Proses penguapan terjadi pada dua permukaan kertas saring dan berlangsung
terus menerus sampai persediaan air di dalam habis. Besarnya penguapan

11

dapat diketahui dari penyusutan air dalam tabung pada waktu pengamatan

berikutnya.
Atmometer tipe Piche berfungsi untuk mengukur banyaknya penguapan dari
permukaan basah (kertas filter). Alat ini terdiri dari tabung/pipa gelas yang
panjangnya 20 cm dan garis tengahnya 1,5 cm. Pada pipa gelas terdapat skala
yang menyatakan volume air dalam cm3 atau persepuluhannya (mm3). Ujung
bawah pipa gelas terbuka dan ujung atasnya tertutup dan dilengkapi dengan
tempat menggantungkan alat tersebut. Ujung tabung yang terbuka diberi
jepitan logam dan tabung gelas ini diisi air destilasi (aquades), antara tabung

gelas dan jepitan logam disisipkan kertas filter dengan diameter 3 cm.
Alat piche ini digantung secara vertikal, dan penempatannya digabung dengan
Kessner evaporimeter pada sangkar meteorologi dengan posisi ujung tabung

yang tertutup kertas filter di bagian bawah.


Waktu pengamatan : pengamatan I, II, III (Jam 07.00, 13.00, 18.00).
i. Atmometer tipe Piche evaporimeter

ii. Atmometer tipe Piche evaporimeter

12

Cara Perhitungan untuk atmometer tipe piche:


Dietahui:
E = nilai penguapan (milimeter)
V = volume air yang menguap (cm3/mm3) dapat dibaca pada skala
pipa gelas/bejana kaca
R = Jari-jari kertas filter (cm)
r = Jari-jari mulut pipa gelas (cm)

b) Atmometer tipe Bellani

13

Evaporation gage at 1 m height in Bahiagrass field (A) and basic components of gage
(B)

2. Evaporimeter

Evaporimeter adalah alat pengukur penguapan yang termasuk golongan


evaporasi yang menggunakan bejana penguapan panci atau tangki berisi air
bersih. Permukaan bejana umumnya berbentuk bulat, dan air diisikan hampir
penuh. Evaporimeter berukuran kecil dipasang di dalam sangkar cuaca dan
biasanya merupakan evaporigraf dengan sistem timbangan. Karena luas
penampangnya yang kecil dan penempatannya di dalam sangkar maka
evaporigraf semacam ini kurang dapat digunakan untuk tujuan penelitian.

Dalam

penelitian

umumnya

digunakan

evaporimeter

berukuran

besar

ditempatkan di atmosfer terbuka, sehingga mampu mengikuti perubahan radiasi


matahari maupun unsur cuaca lainnya secara baik. Persyaratan daerah terbuka
evaporimeter adalah jarak terdekat suatu penghalang yang diperbolehkan
minimum empat kali tinggi penghalang tersebut.

Pada dasarnya evaporimeter menunjukan nilai penguapan pada suatu genangan


air bersih di atmosfer terbuka.

Perhitungan nilai penguapan (Eo) dari evaporimeter dilakukan tiap hari (data
harian) pada jam pengamatan tetap. Nilai penguapan merupakan selisih tinggi
permukaan

air

selama

satu

periode,

setelah

tingginya

curah

hujan

diperhitungkan. Oleh karenanya pada pengukuran dengan evaporimeter


diperlukan juga pemasangan penakar hujan.
1. Evaporimeter Panci Terbuka (Panci kelas A)

Evaporimeter panci kelas A berbentuk seperti bak dengan permukaan bulat


berdiameter 120,7 cm dan tinggi 25 cm. Alat ini diletakkan di atas kerangka

14

kayu bercat putih dengan rongga yang cukup pada bagian bawahnya sehingga
angin leluasa bertiup.

Kedudukannya harus benar-benar mendatar setinggi 5-10 cm di atas permukaan


tanah berumput pendek. Bak selalu terisi air bersih setinggi 20 cm (sejajar
dengan ujung paku penunjuk yang terdapat di dalam tabung peredam riak)
sehingga di atasnya terdapat rongga 5 cm. Permukaan air tidak boleh turun
melebihi 2,5 cm dari batas tersebut.

Panci kelas A oleh WMO diakui sebagai reference standard sejak tahun 1958.

Evaporimeter panci kelas A (Panci Terbuka) dilengkapi dengan:


1) Hook Gauge

Suatu alat untuk mengukur perubahan tinggi permukaan air dalam panci, terdiri
dari sebuah batang yang berskala dan sebuah skrup berada pada batang tersebut
yang digunakan sebagai pengatur, letak ujung alat berupa pancing sampai tepat
menyentuh pada permukaan air panci.

Besarnya perubahan volume air dapat dihitung dengan membaca skala milimeter
pada batang mikrometer, dan skala seperseratus milimeter dibaca dari mur yang
mengelilingi batang mikrometer.

2). Still Well

15

Berupa bejana yang terbuat dari logam (kuningan) yang berbentuk silinder dan
mempunyai 3 buah kaki, dimana tiap kaki terdapat sebuah skrup untuk
menyetel/mengatur kedudukan bejana agar letaknya horizontal.

Pada dasar bejana terdapat sebuah lubang, sehingga permukaan air dalam bejana
sama tinggi dengan permukaan air dalam panci. Bejana digunakan selain untuk
tempat meletakkan hook gauge, juga membuat air dalam bejana menjadi tenang
dibandingkan dengan air pada panci, sehingga penyetelan ujung pancing dapat
lebih mudah dilakukan.

3). Termometer Air

Termometer air ini adalah termometer air raksa yang dipasang tegak lurus
dengan menggunakan klem, letak bola termometer di bawah permukaan air,
sehingga suhu air dapat dibaca pada saat dilakukan pengamatan.

4). Floating Termometer Maksimum dan Minimum

16

Digunakan untuk mencatat suhu maksimum dan minimum air yang terjadi
selama 24 jam. Alat ini terdiri dari sebuah pipa gelas yang berbentuk U dengan
dua buah bola pada ujungnya.

Termometer dipasang pada rangka baja non magnetis yang terapung sedikit di
bawah permukaan air oleh pelampung alumunium.

Suhu maksimum ditunjukkan oleh ujung kanan indeks dalam termometer atas
dan suhu minimum ditunjukkan oleh ujung kanan indeks dalam tabung bawah.
Untuk menyetel kedudukan indeks kembali, setelah suhu dibaca digunakan
magnet batang

5). Cup Counter Anemometer

Berfungsi untuk mengukur kecepatan angin selama periode waktu tertentu. Alat
ini dipasang disebelah selatan dekat pusat panci, dengan ketinggian 0,5 meter
dari permukaan tanah. Alat ini terdiri dari 3 buah mangkok yang akan berputar
bila tertiup angin, dimana bagian bawah mangkok terdapat angka counter yang
mencatat perputaran mangkok tersebut.

Untuk mengetahui kecepatan angin pada periode waktu tertentu dilakukan


dengan mengurangi hasil pembacaan pada angka counter saat pengamatan
dengan hasil pembacaan sebelumnya, kemudian dibagi dengan periode waktu
pengamatan.

17

Pengukuran dilakukan pada permukaan air dalam keadaan tenang di dalam


tabung peredam ombak (Still well cylinder). Tabung tersebut terbuat dari logam
tak berkarat bergaris tengah 10 cm, setinggi 30 cm, dan terdapat celah sempit
dibagian dasarnya. Nilai penguapan diketahui dari perbedaan tinggi permukaan
air selama satu periode, setelah curah hujan diperhitungkan.

Pengukuran tinggi permukaan dilakukan dengan dua cara:


a. Menggunakan paku pembatas tinggi permukaan (fixed point gauge)
b. Menggunakan batang mikrometer (hook gauge)
a. Cara 1 (pertama) menggunakan paku pembatas tinggi permukaan (fixed point
gauge)

Ditengah tabung dipasang tegak lurus sebuah paku berujung sangat runcing.
Tinggi paku 20 cm sebagai pembatas permukaan air pada permulaan dan akhir
suatu periode pengukuran.

Pada jam pengamatan setiap hari (Jam 07.00, 13.00, 18.00 WIB) dilakukan
penambahan atau pengurangan volume air dalam panci agar permukaan air
selalu tetap seimbang dengan ujung paku pembatas permukaan air (fixed point
gauge).

Jumlah penambah air atau pengurangan ditakar dengan teliti menggunakan


gelas ukur dan jumlahnya dicatat. Untuk panci kelas A dengan ukuran baku
volume air 1000 ml setara dengan nilai tinggi 0,875 mm.

Cara perhitungan evaporasi (E0) menggunakan paku pembatas tinggi


permukaan air (fixed point gauge):

18

1) Bila tidak terjadi hujan maka evaporasi adalah jumlah air yang ditambahkan
hingga permukaan air sejajar ujung paku [E0 = (P0 - P1) mm]
2) Bila ada hujan X mm dan permukaan air masih dibawah ujung paku, maka
evaporasi adalah jumlah curah hujan ditambah jumlah air yang ditambahkan
hingga permukaan air sejajar ujung paku [E0 = (P0 - P1) + X mm]
3) Bila curah hujan Y mm dimana permukaan air setara/imbang dengan ujung
paku, maka evaporasi adalah sama dengan curah hujan [E0 = Y mm]
4) Bila curah hujan Z mm dimana permukaan air di atas ujung paku, maka
evaporasi adalah jumlah curah hujan dikurangi jumlah air yang dikurangkan
hingga permukaan air sejajar ujung paku
[E0 = Z (P1 P0) mm]
Keterangan:
E0 = Evaporasi (mm)
P0 = Tinggi paku pembatas permukaan air di awal periode
P1 = Tinggi permukaan pada akhir periode

Keuntungan penggunaan paku pembatas permukaan air adalah bahwa


penguapan senantiasa berlangsung pada permulaan tinggi permukaan yang
sama ialah 20 cm, juga pada volume yang sama.

Kelemahannya adalah kurang praktis karena penakaran dengan gelas ukur


sering memakan waktu terutama di saat turun hujan lebat.

Contoh Perhitungan Evaporasi (E0) menggunakan paku pembatas tinggi


permukaan air (fixed point gauge):

a) Misalkan tinggi paku pembatas permukaan air di awal (P0) adalah 200 mm
dan tinggi permukaan air akhir (P1) 185 mm. Besarnya evaporasi adalah :
E0 = (P0 - P1) mm
E0 = (200 mm 185 mm)
19

E0 = 15 mm
E0 = 200 mm 185 mm = 15 mm
Jadi evaporasi sebesar 15 mm
b) Misalkan curah hujan 5 mm sedangkan tinggi paku pembatas permukaan air
di awal (P0) adalah 200 mm dan tinggi permukaan air akhir (P1) 195 mm.
Besarnya evaporasi adalah :
E0 = (P0 - P1) + X mm
E0 = (200 mm 195 mm) + 5 mm
E0 = 5 mm + 5 mm = 10 mm, jadi evaporasi sebesar 10 mm
c) Bila curah hujan = Y mm P0 dan P1 berimpit maka E0 = Y mm
Misalkan curah hujan 3,5 mm dan tinggi paku pembatas
permukaan air di awal (P0) adalah 200 mm dan tinggi permukaan
air akhir (P1) 200 mm. Besarnya evaporasi adalah :
E0 = Y mm
E0 = 3,5 mm
Jadi evaporasi sebesar 3,5 mm
d) Misalkan curah hujan 15 mm dan tinggi paku pembatas permukaan air di
awal (P0) adalah 200 mm dan tinggi permukaan air akhir (P1) 205 mm.
Besarnya evaporasi adalah:
E0 = Z (P1 P0) mm
E0 = 15 mm (205 mm 200 mm)
E0 = 15 mm (205 mm 200 mm)
E0 = 15 mm 5 mm = 10 mm, jadi evaporasi sebesar 10 mm
b. Cara 2 (kedua) menggunakan batang mikrometer (hook gauge)

Menggunakan batang pengukur berskala (mikrometer) yang teliti serta dapat


digeser turun atau naik dengan memutar sekrupnya. Hook gauge ini terletak
20

menggantung ditabung perendam. Sebagai indek tinggi permukaan air adalah


ujung batang yang dibuat tajam. Skala yang tertera mampu menunjukkan
perubahan tinggi permukaan sampai sepersepuluh millimeter.

Nilai evaporasi diketahui dari selisih tinggi permukaan dari dua kali
pengukuran setelah nilai curah hujan diperhitungkan. Setelah diukur panci
harus ditambah air sehingga permukaan tidak turun melewati batas 2,5 cm.

Keuntungan penggunaan Hook gauge yakni pengukuran lebih cepat dan


mudah. Kelemahannya kadang-kadang pengamat tidak mengembalikan tinggi
permukaan air dengan cermat sesuai dengan ketentuannya, sehingga proses
penguapan berlangsung pada volume air yang tidak tetap.

Cara perhitungan evaporasi (E0) menggunakan batang mikrometer (hook


gauge):

E0 = (P0 P1) + CH
dimana :
E0 = Jumlah air yang dievaporasikan (mm)
P0 = Pembacaan awal dari permukaan air yang ditunjukkan oleh
mikrometer (mm)
P1 = Pembacaan akhir setelah terjadi evaporasi (mm)
CH = Curah Hujan (mm)

Contoh perhitungan evaporasi (E0) menggunakan batang mikrometer (hook


gauge) yang terjadi dalam 24 jam yang lalu, ada 3 kemungkinan:

1) Jika tidak ada hujan


Tanggal 21 Mei jam 07.00 Hook Gauge mencatat : 174,2 mm
Tanggal 22 Mei jam 07.00 Hook Gauge mencatat : 170,1 mm
Selisih tinggi permukaan air

4,1 mm

Maka jumlah penguapan pada tanggal 21 Mei dicatat sebanyak

21

4,1 mm
E0 = (P0 P1) + CH
E0 = (174,2 mm 170,1 mm) + 0 mm
E0 = 4,1 mm
2) Jika hujan lebat
Tanggal 2 Juni jam 07.00 Hook Gauge mencatat : 169,3 mm
Tanggal 3 Juni jam 07.00 Hook Gauge mencatat : 179,2 mm
Selisih tinggi permukaan air

9,9 mm

Curah hujan tanggal 3 Juni jam 07.00 tercatat 12,4 mm


Maka jumlah penguapan pada tanggal 2 Juni sebanyak
12,4 mm 9,9 mm = 2,5 mm
E0 = (P0 P1) + CH
E0 = (169,3 mm 179,2 mm) + 12,4 mm
E0 = (-9,9 mm) + 12,4 mm
E0 = 12,4 mm 9,9 mm
E0 = 2,5 mm
3) Jika hujan tidak lebat
Tanggal 20 April jam 07.00 Hook Gauge mencatat : 182,3 mm
Tanggal 21 April jam 07.00 Hook Gauge mencatat : 177,5 mm
Selisih tinggi permukaan air

4,8 mm

Curah hujan tanggal 21 April jam 07.00 tercatat

1,8 mm

Maka jumlah penguapan pada tanggal 20 April

6,6 mm

E0 = (P0 P1) + CH
E0 = (182,3 mm 177,5 mm) + 1,8 mm
E0 = 4,8 mm + 1,8 mm
E0 = 6,6 mm

Kelemahan Panci Kelas A terutama bila terganggu hujan lebat.


22

a) Pertama, selama hujan berlangsung permukaan air di dalam panci semakin


naik sehingga percikan air keluar panci mudah terjadi, sehingga mengganggu
pengukuran.
b) Kedua, bila hujan sangat lebat (melebihi 50 cm) terjadilah luapan air panci
sehingga pengukuran E0 tidak dapat dilaksanakan.
c) Cara mengatasinya dapat dilakukan dengan membuat saluran untuk
mengalirkan kelebihan air hujan serta bejana penampungnya. Celah penyalur
sebaiknya dibuat pada ketinggian 20 cm dari dasar panci. Bejana penampung
harus cukup besar, tertutup pada bagian atasnya, serta diletakkan lebih rendah
dari panci.
2. Evaporimeter Jenis Wild

Evaporimeter ini termasuk alat pengukur penguapan (evaporasi) yang tidak


dapat mencatat sendiri (non recording).

Bagian penting dari alat ini adalah: piring logam, sistim engsel,
penunjuk/beban, skala (mm), dan sekrup pengatur.

Luas penampang piring 250 cm2, pada skala terdapat garis-garis tebal dan
halus yang menunjukkan jumlah penguapan dalam waktu tertentu.

Skala mencatat jumlah penguapan antara 0 15 mm, jarak antara 2 garis tebal
menyatakan jumlah penguapan sebanyak 1 mm. Jarak antara 2 garis halus
menyatakan jumlah penguapan 0,2 mm.

Setiap penambahan 25 gram atau 25 cm3 (= 25ml) air murni (aquades), jarum
akan bergerak naik setinggi = 25 cm3 dibagi 250 cm2 = 0,1 cm = 1 mm atau 1
skala besar.

Jarum penunjuk berfungsi selain selain menunjukkan jumlah penguapan, juga


sebagai beban atau pemberat. Jika terjadi penguapan pada piring maka
beratnya berkurang.

23

Berdasarkan prinsip sistim engsel atau timbangan, piring bergerak naik dan
jarum penunjuk/beban bergerak turun.

Alat ini diletakkan/dipasang di dalam sangkar Meteorologi agar air dalam


piring tidak bertambah jika hujan turun. Pemasangan dilakukan dengan jalan
mengatur sekrup sehingga letaknya menjadi horizontal.

Pengamatan dilakukan tiap jam dengan cara membaca skala dan mencatat
jumlah penguapan pada buku peramatan.

Penambahan air sebaiknya dilakukan tiap hari sampai batas tertentu. Jangan
lupa memberi catatan pada buku, jam penambahan dan penunjukan jarum pada
skala.

Sebulan sekali engsel perlu diminyaki supaya tidak macet dan piring perlu
dicuci dan dibersihkan dari endapan-endapan yang berasal dari debu dan diisi
dengan air murni.

3. Evaporimeter Jenis Keshner (Evaporigraph)

Alat untuk mengukur evaporasi/ penguapan selama 24 jam. Alat ini mencatat
sendiri secara terus menerus penguapan yang terjadi setiap saat, sehingga dapat
diperoleh jumlah penguapan dalam waktu tertentu, juga dapat diketahui nilai
maksimum dan minimum serta waktu terjadinya.

Alat ini penempatannya digabung dengan Piche Evaporimeter pada sangkar


meteorologi ketinggian120 cm. Penggantian pias dilakukan setiap jam 07.00
WIB.
24

25

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Evaporasi merupakan suatu proses penguapan sebagian dari pelarut
sehingga didapatkan larutan zat cair pekat yang konsentrasinya lebih
tinggi. Evaporat or

adalah sebuah alat yang berfungsi

mengubah

sebagian atau keseluruhan sebuah pelarut dari sebuah larutan dari bentuk
cair menjadi uap. Evaporator mempunyai dua prinsip dasar, untuk menukar
panas dan untuk memisahkan uap yang terbentuk dari cairan. Aplikasi dari
evaporator antrara lain digunakan pada pabrik gula, pabrik, garam, industri
bahan kimia, industri makanan dan minuman, dan kilang minyak.Semakin
banyak panas yang diterima maka semakin tinggi evaporasi yang dihasilakan
dan begitu juga sebaliknya. Ini semua dipengaruhi oleh besar

kecilnya

pengaruh penyinaran matahari yang diterima,sehingga ikut mempengaruhi


jumlah penguapan yang dihasilkan.
B. Saran
Saran yang dapat penulis berikan dengan tema yang diangkat pada makalah
untuk peengembangan lebih lanjut ini adalah : Bahwa perlu adanya pengolahan
,pengaturan ,analisis pada suatu data sehingga dapat disajikan dan dipakai oleh
peminat yang memerlukannya.

26

DAFTAR PUSTAKA
http://www.bangkubiru.com/2015/11/pengertian-evaporasi-kondensasi.html
reflite.2011.

curah

hujan

dan

evaporasi.

Tersedia

http://reflitepe08.blogspot.com/2011/03/curah-hujan-dan-evaporasi.html

di
diakses

pada tanggal 13 oktober 2016

27

Anda mungkin juga menyukai