EVAPORASI
Dosen:
Ratna wilis S.Pd, M.Pd
Disusun oleh:
WAHYU NANDA PUTRA (15045088)
WAN WIRNA JUWITA (15045117)
WAHYUNI FAJRIAH (15045016)
AIZIL IKHSAN (1504509)
Pendidikan geografi
Fakultas ilmu sosial
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
Tahun 2016
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang dapat penulis sampaikan kecuali rasa syukur atas kehadirat
Allah SWT hingga saat ini, penulis diberi kesempatan menumpahkan ide-idenya
kedalam makalah ini. Hanya karena hidayah-Nya penulis dapat menyusun makalah
ini hingga selesai. Begitu juga dengan rasul-nya Muhammad SAW, yang menjadi
inspirasi hidup, pengukuh semangat penulis untuk menciptakan sebuah karya tulis.
Pada kesempatan kali ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih
kepada :
1. Orang tua yang telah memberikan dukungan
2. Guru pembimbing yang telah memberi dukungan yang sangat baik.
3. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
banyak membantu dalam menyusun makalah ini.
Pada tulisan ini, penulis telah mencarikan penyelesaian dalam permasalahan yang
penulis haturkan. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan
yang disebabkan oleh keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis, untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif sehingga dapat
menyempurnakan makalah ini dimasa yang akan datang.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
A.
B.
C.
D.
Latar Belakang......................................................................................................1
Rumusan Masalah.................................................................................................1
Tujuan Penulisan...................................................................................................1
Manfaat Penulisan.................................................................................................1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Evaporasi (penguapan) terjadi Ketika air dipanaskan oleh sinar matahari,
permukaan molekul-molekul air memiliki cukup energi untuk melepaskan ikatan
molekul air tersebut dan kemudian terlepas dan mengembang sebagai uap air
yang tidak terlihat di atmosfir. Pemanasan air oleh sinar matahari merupakan
kunci proses siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara kontinu. Air
berevaporasi kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk hujan, salju, hujan
batu, hujan es dan salju (sleet), hujan gerimis atau kabut.Pada perjalanan menuju
bumi beberapa presipitasi dapat berevaporasi kembali ke atas atau langsung jatuh
yang kemudian diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai tanah. Setelah
mencapai tanah, siklus hidrologi terus bergerak secara kontinu dalam tiga cara
yang berbeda.
B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan evaporasi / penguapan?
b. Bagaimana cara mengukur evaporasi / penguatan?
C. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui maksud dari dengan evaporasi / penguapan
b. Untuk mengetahui cara mengukur evaporasi / penguatan
D. Manfaat Penulisan
a. Agar mahasiswa mengetahui maksud dengan evaporasi / penguapan
b. Agar mahasiswa mengetahui cara mengukur evaporasi / penguatan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
Evaporasi merupakan konversi air kedalam uap air. Proses ini berjalan terus
hampir tanpa berhenti disiang hari dan kerap kali dimalam hari, perubahan dari
keadaan cair menjadi gas ini memerlukan energi berupa panas laten untuk evaporasi,
proses tersebut akan sangat aktif jika ada penyinaran matahari langsung, awan
merupakan penghalangan radiasi matahari dan penghambat proses evaporasi. Jika
uap air menguap ke atmosfer maka lapisan batas antara permukaan tanah dan udara
menjadi jenuh oleh uap air sehingga proses penguapan berhenti,agar proses tersebut
berjalan terus,lapisan jenuh harus diganti dengan udara kering, pergantian itu hanya
mungkin jika ada angina,yang akan menggeser komponen uap air,kecepatan angina
memegang peranan penting dalam proses evaporasi. (Wahyuningsih, 2004).
Evaporasi yang terus menerus memerlukan pemindahan uap air dari
permukaan sedikit ke atas,tanpa memindahkan udara dekat bumi, udara itu akan
jenuh dengan uap air dan evaporasi akan berhenti. Molekul air terus menerus
bergerak melewati permukaan air ke atmosfer bumi. Bila jumlah molekul-molekul
yang keluar dari permukaan lebih besar dari pada jumlah yang kembali ke permukaan
air maka terjadi evaporasi. Pergantian secara netto hanya merupakan sebagian kecil
dari jumlahnya (AAK, 1997).
BAB III
PEMBAHASAN
a. Pengertian penguapan (evaporasi)
Penguapan / evaporasi ialah proses perubahan molekul dalam kondisi cair
(seperti air) dengan spontan menjadi gas (uap air). Umumnya penguapan bisa dilihat
dari lenyapnya cairan secara terus menerus saat terpapar pada gas dengan volume
signifikan.
Rata-rata molekul tak mempunya energi yang cukup untuk lepas dari cairan. Jika
tidak cairan akan berubah menjadi uap dengan cepat. Saat molekul-molekul saling
bertumbuhkan mereka saling bertukar energi di berbagai derajat, tergantung
bagaimana mereka bertumbukan. Kadang transfer energi ini sangat berat sebelah
sehingga salah satu molekul memperoleh energi yang cukup buat menembus titik
didih cairan. Jika ini terjadi di dekat permukaan cairan molekul itu bisa terbang ke
dalam gas dan menguap.
TEORI EVAPORASI
Evaporasi dapat didefinisikan dalam dua kondisi, yaitu evaporasi yang berarti proses
penguapan yang terjadi secara alami dan evaporasi yang dimaknai proses penguapan
yang timbul akibat diberikan uap panas (steam) dalam suatu peralatan.
Evaporasi merupakan suatu proses penguapan sebagian dari pelarut sehingga
didapatkan larutan zat cair pekat yang konsentrasinya lebih tinggi. Tujuan dari
evaporasi itu sendiri yaitu untuk memekatkan larutan yang terdiri dari zat
terlarut yang
zat
cair
mendidih
(Warren
L.
Mc
Cabe,
1999).
Pemberian
panas
ke
dalam
cairan.
Makin tinggi pressure makin besar panas yang dibutuhkan jadi pressure perlu
diturunkan
untuk
Pembentukan
mendapatkan
kondisi
gelembung-gelembung
operasi
(bubbles)
yang
akibat
optimal.
uap.
Pemisahan
uap
dari
Mengkondensasikan
cairan.
uapnya
Evaporasi dapat diartikan sebagai proses penguapan daripada liquid (cairan) dengan
penambahan panas(Robert B.Long, 1995). Panas dapat disuplai dengan berbagai cara,
diantaranya
secara
alami
dan
penambahan
steam.
Proses evaporasi yang berlangsung secara alami ialah proses penguapan yang terjadi
begitu saja diruang lingkup dunia, dengan bantuan sinar matahari secara langsung,
tanpa adanya alat-alat bantu dari manusia, inilah yang dimaksud dengan evaporasi
ataau penguapan secara alami. Sedangkan evaporasi atau penguapan dengan
4
penambahan steam sebagai alat penyuplai panasnya adalah salah satu upaya manusia
dalam menciptakan produk baru dengan menggunakan system kerja evaporasi alami
yang ditransfer kedalam proses menggunakan mesin-mesin. Evaporasi ini
berlangsung dengan adanya mesin atau alat-alat penyuplai panas pengganti dari sinar
matahari, alat tersebut dinamakan evaporator.
Evaporator adalah sebuah alat yang berfungsi mengubah sebagian atau keseluruhan
sebuah pelarut dari sebuah larutan dari bentuk cair menjadi uap. Evaporator
mempunyai dua prinsip dasar, yaitu untuk menukar panas dan untuk memisahkan
uap yang terbentuk dari cairan. Evaporator umumnya terdiri dari tiga bagian,
yaitu penukar panas, bagian evaporasi (tempat dimana cairan mendidih lalu
menguap), dan pemisah untuk memisahkan uap dari cairan lalu dimasukkan ke
dalam kondensor (untuk diembunkan/kondensasi) atau ke peralatan lainnya.
Hasil dari evaporator (produk yang diinginkan) biasanya dapat berupa padatan atau
larutan berkonsentrasi. Larutan yang sudah dievaporasi bisa saja terdiri dari beberapa
komponen volatile (mudah menguap). Evaporator biasanya digunakan dalam
industri kimia dan industri makanan. Pada industri kimia, contohnya garam
diperoleh dari air asin jenuh (merupakan contoh dari proses pemurnian) dalam
evaporator.
Evaporator mengubah air menjadi uap, menyisakan residu mineral di dalam
evaporator. Uap dikondensasikan menjadi air yang sudah dihilangkan garamnya. Pada
sistem pendinginan, efek pendinginan diperoleh dari penyerapan panas oleh
cairan pendingin yang menguap dengan cepat (penguapan membutuhkan energi
panas).
Evaporator
memisahkannya
juga
dari
digunakan
air
laut
untuk
atau
memproduksi
zat
air
kontaminasi
minum,
lain.
Titik didih cairan yang diuapkan pada evaporasi dapat dikontrol dengan mengatur
tekanan pada permukaan uap-cair. Artinya, jika penguapan terjadi pada temperatur
tinggi, maka evaporator dioperasikan pada tekanan tinggi pula. Beberapa evaporasi
dalam industri secara normal bekerja pada tekanan vacum untuk meminimalkan
5
kebutuhan
panas.
Pada proses pendidihan secara alami, perubahan titik didih sebagai perubahan
temperatur dapat ditingkatkan. Beberapa tipe pendidihan yang berbeda mempunyai
koefisien perpindahan panas yang berbeda pula. Tipe-tipe tersebut adalah (Bell, 1984)
:
-
pendidihan
secara
konveksi
alami
relatif
lambat
pendidihan
nukleat
perpindahan
panas
pada
tipe
ini
lebih
pendidihan
besar.
film
Pendidihan film terjadi ketika perubahan temperature sangat tinggi dan penguapan
terjadi secara berkesinambungan pada permukaan perpindahan panas. Koefisien
perpindahan panas meningkat seiring dengan meningkatnya perubahan temperatur.
Namun, nilai koefisien perpindahan panasnya lebih rendah jika dibandingkan
pendidihan
nukleat.
Prinsip-prinsip evaporator:
1. Penguapan atau evaporasi merupakan perubahan wujud zat dari cair menjadi
uap
2. Penguapan betujuan memisahkan pelarut (solvent) dari larutan sehingga
menghsilkan larutan yang lebih pekat
3. Evaporasi merupakan proses pemisahan terroal, dipakani secara luas untukk
merekatkan cairan dalam bentuk larutan, suspensi maupun emulsi dengan cara
menguapkan
pelarutnya,
umumnya
air
dan
cairan.
Evaporasi menghasilkan cairan yang lebih pekat, tetapi masih berup cairan
pekat yang dapat dipompa sebagai hasil utama, reaksi kadang-kadang ada pula
cairan volatile sebagai hasil utama, misalnya selama pemulihan pelarut.
Proses evaporasi terdiri dari dua peristiwa yang berlangsung :
Interface evaporation, yaitu transformasi air menjadi uap air di
PERBEDAAN
EVAPORASI
DENGAN
PROSES
LAIN
pembuatan
zat
padat
atau
kristal.
Evaporasi
hanya
YANG
MEMPENGARUHI
PROSES
EVAPORASI
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi percepatan evaporasi antara
lain :
1. Suhu
Walaupun cairan bisa evaporasi dibawah suhu titik didihnya, namun
prosesnya akan cepat terjadi ketika suhu di sekeliling lebih tinggi. Hal ini
terjadi karena evaporasi menyerap kalor laten dari sekelilingnya.
Dengan demikian, semakin hangat suhu sekeliling semakin banyak
jumlah
kalor
yang
terserap
untuk
mempercepat
evaporasi.
2. Kelembapan udara
Jika kelembapan udara kurang, berarti udara sekitar kering. Semakin
kering udara (sedikitnya kandungan uap air di dalam udara) semakin
cepat evaporasi terjadi. Contohnya, tetesan air yang berada di kepingan
gelas di ruang terbuka lebih cepat terevaporasi lebih cepat daripada
tetesan air di dalam botol gelas. Hal ini menjelaskan mengapa pakaian
lebih cepat kering di daerah kelembapan udaranya rendah.
3.Tekanan Udara
8
bertujuan
memisahkan
PROSES EVAPORASI
Proses evaporasi adalah proses berubahnya sebuah zat/substansi yakni zat cair
menjadi zat gas atau uap air. Perubahan fase zat ini melibatkan sejumlah energi kalor
dalam prosesnya. Energi ini dapat diperoleh dari Panas matahari (radiasi),
dari atmosfer (konduksi), atau dari bumi itu sendiri (konduksi). Proses evaporasi
ini merupakan salah satu tahap dalam proses terjadinya hujan.
Manusia memanfaatkan proses evaporasi untuk berbagai kebutuhan. Misalnya
proses
pembuatan
garam. Air
laut
dipanaskan,
hingga
molekul
airnya
menguap.
Dengan menguapnya air, maka kandungan garam akan tertinggal sebagai endapan
garam
b. Pengukuran Penguapan
Alat yang digunakan untuk mengukur besarnya evaporasi pada dasarnya dibagi 2
golongan, yaitu :
1. Atmometer
a. Tipe Piche
b. Tipe Bellani
c. Tipe Livingston
2. Evaporimeter
a) Evaporimeter Panci Terbuka (Pan Evaporimeter)(Panci kelas A)
b) Evaporimeter Jenis Wild
c) Evaporimeter Jenis Keshner (Evaporigraph)
1. Atmometer
10
secara
langsung
evaporasi
ataupun
evapotranspirasi
yang
sesungguhnya terjadi. Alat ini termasuk golongan yang hanya mengukur sejumlah
air penguapan dari suatu sensor, berupa permukaan berpori yang senantiasa basah.
11
dapat diketahui dari penyusutan air dalam tabung pada waktu pengamatan
berikutnya.
Atmometer tipe Piche berfungsi untuk mengukur banyaknya penguapan dari
permukaan basah (kertas filter). Alat ini terdiri dari tabung/pipa gelas yang
panjangnya 20 cm dan garis tengahnya 1,5 cm. Pada pipa gelas terdapat skala
yang menyatakan volume air dalam cm3 atau persepuluhannya (mm3). Ujung
bawah pipa gelas terbuka dan ujung atasnya tertutup dan dilengkapi dengan
tempat menggantungkan alat tersebut. Ujung tabung yang terbuka diberi
jepitan logam dan tabung gelas ini diisi air destilasi (aquades), antara tabung
gelas dan jepitan logam disisipkan kertas filter dengan diameter 3 cm.
Alat piche ini digantung secara vertikal, dan penempatannya digabung dengan
Kessner evaporimeter pada sangkar meteorologi dengan posisi ujung tabung
12
13
Evaporation gage at 1 m height in Bahiagrass field (A) and basic components of gage
(B)
2. Evaporimeter
Dalam
penelitian
umumnya
digunakan
evaporimeter
berukuran
besar
Perhitungan nilai penguapan (Eo) dari evaporimeter dilakukan tiap hari (data
harian) pada jam pengamatan tetap. Nilai penguapan merupakan selisih tinggi
permukaan
air
selama
satu
periode,
setelah
tingginya
curah
hujan
14
kayu bercat putih dengan rongga yang cukup pada bagian bawahnya sehingga
angin leluasa bertiup.
Panci kelas A oleh WMO diakui sebagai reference standard sejak tahun 1958.
Suatu alat untuk mengukur perubahan tinggi permukaan air dalam panci, terdiri
dari sebuah batang yang berskala dan sebuah skrup berada pada batang tersebut
yang digunakan sebagai pengatur, letak ujung alat berupa pancing sampai tepat
menyentuh pada permukaan air panci.
Besarnya perubahan volume air dapat dihitung dengan membaca skala milimeter
pada batang mikrometer, dan skala seperseratus milimeter dibaca dari mur yang
mengelilingi batang mikrometer.
15
Berupa bejana yang terbuat dari logam (kuningan) yang berbentuk silinder dan
mempunyai 3 buah kaki, dimana tiap kaki terdapat sebuah skrup untuk
menyetel/mengatur kedudukan bejana agar letaknya horizontal.
Pada dasar bejana terdapat sebuah lubang, sehingga permukaan air dalam bejana
sama tinggi dengan permukaan air dalam panci. Bejana digunakan selain untuk
tempat meletakkan hook gauge, juga membuat air dalam bejana menjadi tenang
dibandingkan dengan air pada panci, sehingga penyetelan ujung pancing dapat
lebih mudah dilakukan.
Termometer air ini adalah termometer air raksa yang dipasang tegak lurus
dengan menggunakan klem, letak bola termometer di bawah permukaan air,
sehingga suhu air dapat dibaca pada saat dilakukan pengamatan.
16
Digunakan untuk mencatat suhu maksimum dan minimum air yang terjadi
selama 24 jam. Alat ini terdiri dari sebuah pipa gelas yang berbentuk U dengan
dua buah bola pada ujungnya.
Termometer dipasang pada rangka baja non magnetis yang terapung sedikit di
bawah permukaan air oleh pelampung alumunium.
Suhu maksimum ditunjukkan oleh ujung kanan indeks dalam termometer atas
dan suhu minimum ditunjukkan oleh ujung kanan indeks dalam tabung bawah.
Untuk menyetel kedudukan indeks kembali, setelah suhu dibaca digunakan
magnet batang
Berfungsi untuk mengukur kecepatan angin selama periode waktu tertentu. Alat
ini dipasang disebelah selatan dekat pusat panci, dengan ketinggian 0,5 meter
dari permukaan tanah. Alat ini terdiri dari 3 buah mangkok yang akan berputar
bila tertiup angin, dimana bagian bawah mangkok terdapat angka counter yang
mencatat perputaran mangkok tersebut.
17
Ditengah tabung dipasang tegak lurus sebuah paku berujung sangat runcing.
Tinggi paku 20 cm sebagai pembatas permukaan air pada permulaan dan akhir
suatu periode pengukuran.
Pada jam pengamatan setiap hari (Jam 07.00, 13.00, 18.00 WIB) dilakukan
penambahan atau pengurangan volume air dalam panci agar permukaan air
selalu tetap seimbang dengan ujung paku pembatas permukaan air (fixed point
gauge).
18
1) Bila tidak terjadi hujan maka evaporasi adalah jumlah air yang ditambahkan
hingga permukaan air sejajar ujung paku [E0 = (P0 - P1) mm]
2) Bila ada hujan X mm dan permukaan air masih dibawah ujung paku, maka
evaporasi adalah jumlah curah hujan ditambah jumlah air yang ditambahkan
hingga permukaan air sejajar ujung paku [E0 = (P0 - P1) + X mm]
3) Bila curah hujan Y mm dimana permukaan air setara/imbang dengan ujung
paku, maka evaporasi adalah sama dengan curah hujan [E0 = Y mm]
4) Bila curah hujan Z mm dimana permukaan air di atas ujung paku, maka
evaporasi adalah jumlah curah hujan dikurangi jumlah air yang dikurangkan
hingga permukaan air sejajar ujung paku
[E0 = Z (P1 P0) mm]
Keterangan:
E0 = Evaporasi (mm)
P0 = Tinggi paku pembatas permukaan air di awal periode
P1 = Tinggi permukaan pada akhir periode
a) Misalkan tinggi paku pembatas permukaan air di awal (P0) adalah 200 mm
dan tinggi permukaan air akhir (P1) 185 mm. Besarnya evaporasi adalah :
E0 = (P0 - P1) mm
E0 = (200 mm 185 mm)
19
E0 = 15 mm
E0 = 200 mm 185 mm = 15 mm
Jadi evaporasi sebesar 15 mm
b) Misalkan curah hujan 5 mm sedangkan tinggi paku pembatas permukaan air
di awal (P0) adalah 200 mm dan tinggi permukaan air akhir (P1) 195 mm.
Besarnya evaporasi adalah :
E0 = (P0 - P1) + X mm
E0 = (200 mm 195 mm) + 5 mm
E0 = 5 mm + 5 mm = 10 mm, jadi evaporasi sebesar 10 mm
c) Bila curah hujan = Y mm P0 dan P1 berimpit maka E0 = Y mm
Misalkan curah hujan 3,5 mm dan tinggi paku pembatas
permukaan air di awal (P0) adalah 200 mm dan tinggi permukaan
air akhir (P1) 200 mm. Besarnya evaporasi adalah :
E0 = Y mm
E0 = 3,5 mm
Jadi evaporasi sebesar 3,5 mm
d) Misalkan curah hujan 15 mm dan tinggi paku pembatas permukaan air di
awal (P0) adalah 200 mm dan tinggi permukaan air akhir (P1) 205 mm.
Besarnya evaporasi adalah:
E0 = Z (P1 P0) mm
E0 = 15 mm (205 mm 200 mm)
E0 = 15 mm (205 mm 200 mm)
E0 = 15 mm 5 mm = 10 mm, jadi evaporasi sebesar 10 mm
b. Cara 2 (kedua) menggunakan batang mikrometer (hook gauge)
Nilai evaporasi diketahui dari selisih tinggi permukaan dari dua kali
pengukuran setelah nilai curah hujan diperhitungkan. Setelah diukur panci
harus ditambah air sehingga permukaan tidak turun melewati batas 2,5 cm.
E0 = (P0 P1) + CH
dimana :
E0 = Jumlah air yang dievaporasikan (mm)
P0 = Pembacaan awal dari permukaan air yang ditunjukkan oleh
mikrometer (mm)
P1 = Pembacaan akhir setelah terjadi evaporasi (mm)
CH = Curah Hujan (mm)
4,1 mm
21
4,1 mm
E0 = (P0 P1) + CH
E0 = (174,2 mm 170,1 mm) + 0 mm
E0 = 4,1 mm
2) Jika hujan lebat
Tanggal 2 Juni jam 07.00 Hook Gauge mencatat : 169,3 mm
Tanggal 3 Juni jam 07.00 Hook Gauge mencatat : 179,2 mm
Selisih tinggi permukaan air
9,9 mm
4,8 mm
1,8 mm
6,6 mm
E0 = (P0 P1) + CH
E0 = (182,3 mm 177,5 mm) + 1,8 mm
E0 = 4,8 mm + 1,8 mm
E0 = 6,6 mm
Bagian penting dari alat ini adalah: piring logam, sistim engsel,
penunjuk/beban, skala (mm), dan sekrup pengatur.
Luas penampang piring 250 cm2, pada skala terdapat garis-garis tebal dan
halus yang menunjukkan jumlah penguapan dalam waktu tertentu.
Skala mencatat jumlah penguapan antara 0 15 mm, jarak antara 2 garis tebal
menyatakan jumlah penguapan sebanyak 1 mm. Jarak antara 2 garis halus
menyatakan jumlah penguapan 0,2 mm.
Setiap penambahan 25 gram atau 25 cm3 (= 25ml) air murni (aquades), jarum
akan bergerak naik setinggi = 25 cm3 dibagi 250 cm2 = 0,1 cm = 1 mm atau 1
skala besar.
23
Berdasarkan prinsip sistim engsel atau timbangan, piring bergerak naik dan
jarum penunjuk/beban bergerak turun.
Pengamatan dilakukan tiap jam dengan cara membaca skala dan mencatat
jumlah penguapan pada buku peramatan.
Penambahan air sebaiknya dilakukan tiap hari sampai batas tertentu. Jangan
lupa memberi catatan pada buku, jam penambahan dan penunjukan jarum pada
skala.
Sebulan sekali engsel perlu diminyaki supaya tidak macet dan piring perlu
dicuci dan dibersihkan dari endapan-endapan yang berasal dari debu dan diisi
dengan air murni.
Alat untuk mengukur evaporasi/ penguapan selama 24 jam. Alat ini mencatat
sendiri secara terus menerus penguapan yang terjadi setiap saat, sehingga dapat
diperoleh jumlah penguapan dalam waktu tertentu, juga dapat diketahui nilai
maksimum dan minimum serta waktu terjadinya.
25
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Evaporasi merupakan suatu proses penguapan sebagian dari pelarut
sehingga didapatkan larutan zat cair pekat yang konsentrasinya lebih
tinggi. Evaporat or
mengubah
sebagian atau keseluruhan sebuah pelarut dari sebuah larutan dari bentuk
cair menjadi uap. Evaporator mempunyai dua prinsip dasar, untuk menukar
panas dan untuk memisahkan uap yang terbentuk dari cairan. Aplikasi dari
evaporator antrara lain digunakan pada pabrik gula, pabrik, garam, industri
bahan kimia, industri makanan dan minuman, dan kilang minyak.Semakin
banyak panas yang diterima maka semakin tinggi evaporasi yang dihasilakan
dan begitu juga sebaliknya. Ini semua dipengaruhi oleh besar
kecilnya
26
DAFTAR PUSTAKA
http://www.bangkubiru.com/2015/11/pengertian-evaporasi-kondensasi.html
reflite.2011.
curah
hujan
dan
evaporasi.
Tersedia
http://reflitepe08.blogspot.com/2011/03/curah-hujan-dan-evaporasi.html
di
diakses
27