Beranda
instagram
About me
tumblr
Materi Evaporasi dalam Mata Kuliah Fisika II yang saya rasa cukup terlambat
mempostingnya ini semoga bisa bermanfaat khusunya bagi jurusan Teknik
Lingkungan, segala apa yang ada di dalam materi ini saya ambil dari website -
website yang telah saya tulis link nya di dalam daftar pustaka. semoga bermanfaat
bagi kita semua. Terimakasih
EVAPORASI
Disusun Oleh :
Anggun Nur Angraeni (153800020)
Dosen Pembimbing:
Drs. Setyo Purwoto, S.T., M.T
Mata Kuliah :
FISIKA II
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir
semester 2 mata kuliah FISIKA IIini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Dan juga berterima kasih pada Bapak Drs. Setyo Purwoto, S.T., M.T yang telah memberikan
tugas, ilmudanmembimbing kamidalammatakuliah FISIKA II.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai “EVAPORASI” dalam mata kuliah Fisika II. Penulis
menyadari sepenuhnya dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.Oleh
sebab itu, penulis berharap adanya kritik dan saran mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah yang sederhana ini dapat dipahami oleh siapa saja yang
membacanya.Sekiranya proposal yang telah penulis susun ini dapat berguna bagi penulis sendiri
maupun oranglainyang membacanya.Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata yang kurang berkenan.Atas perhatiannya penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
I.3 TUJUAN
1. Supaya mahasiswa dapat mempelajari lebih dalam tentang evaporasi
2. Supaya mahasiswa dapat memahami cara kerja evaporasi dan hal – hal yang berkaitan dengan
evaporasi
3. Suapaya mahasiswa dapat mengaplikasikan prinsip, cara kerja dan proses evaporasi dalam dunia
nyata
I.4 MANFAAT
1. Mahasiswa dapat mempelajari lebih dalam tentang evaporasi
2. Mahasiswa menjadi paham tentang hal – hal yang berkaitan dengan evaporasi
3. Mahasiswa dapat mengaplikasikan prinsip kerja dan proses evaporasi dalam dunia nyata
BAB II
PENDAHULUAN
II.1 EVAPORASI
Penguapan / evaporasi ialah proses perubahan molekul dalam kondisi cair (seperti air)
dengan spontan menjadi gas (uap air). Proses ini ialah kebalikan dari kondensasi. Umumnya
penguapan bisa dilihat dari lenyapnya cairan secara terus menerus saat terpapar pada gas dengan
volume signifikan.
Rata-rata molekul tak mempunyai energi yang cukup untuk lepas dari cairan. Jika tidak
cairan akan berubah menjadi uap dengan cepat. Saat molekul-molekul saling bertumbuhkan
mereka saling bertukar energi di berbagai derajat, tergantung bagaimana mereka bertumbukan.
Kadang transfer energi ini sangat berat sebelah sehingga salah satu molekul memperoleh energi
yang cukup buat menembus titik didih cairan. Jika ini terjadi di dekat permukaan cairan molekul
itu bisa terbang ke dalam gas dan menguap.
Ada cairan yang nampak tak menguap pada suhu tertentu di dalam gas tertentu (contoh:
minyak makan di suhu kamar). Cairan ini mempunyai molekul-molekul yang cenderung tak
menghantar energi satu sama lain dalam pola yang cukup buat member satu molekul “kecepatan
lepas” energi panas yang dibutuhkan untuk berubah menjadi uap. Tapi cairan ini sebenarnya
menguap, hanya saja prosesnya lebih lambat dan karenanya lebih tak terlihat.
Evaporasi merupakan penguapan air dari permukaan tanah, air, dan permuaakan bukan
vegetasi lainnya oleh proses fisika. Energi matahari dan ketersediaan air adalah dua unsur utama
dari proses evaporasi. Evaporasi dapat terjadi pada tubuh perairan (seperti laut, sungai, danau,
waduk) permukaan tanah dan tumbuh-tumbuhan (disebut transpirasi), adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi kecepatan dan kelambatan evaporasi dan transpirasi disuatu kawasan ada
bermacam-macam antara lain: temperatur air dan udara, kelembaban udara, kecepatan tiupan
angin, tekanan udara, intensitas sinar matahari, dan lain-lain. Kombinasi antara proses evaporasi
dan transpirasi merupakan evaporasi total (evapotranspirasi) yang juga disebut dengan
Consumtive use. Evapotranspirasi dapat terjadi dalam dua keadaan, yaitu terjadi pada saat cukup
air disebut Evapotranspirasi potensial, dan evapotranspirasi yang terjadi sesungguhnya, dalam
arti kondisi pemberian air seadanya disebut Evapotranspirasi aktual. Kehilangan air oleh proses
evaporasi dan transpirasi dapat mempercepat terjadinya kekeringan dan penyusutan debit sungai
pada musim kemarau, umumnya didaerah tropis.
Bagi pakar hidrology, kehilangan air akibat evaporasi biasanya dilihat dari dua sisi.
Pertama, evaporasi dari permukaan (Eo) yaitu penguapan air langsung dari danau, sungai dan
badan air lainnya. Kedua, kehilangan air melalui vegetasi oleh proses-proses intersepsi dan
transpirasi. Selama proses evaporasi dapat terjadi perubahan-perubahan pada bahan, baik yang
menguntungkan maupun yang merugikan. Perubahan-perubahan yang terjadi antara lain
perubahan viskositas, kehilangan aroma, kerusakan komponen gizi, terjadinya pencokelatan dll.
“Evaporasi adalah proses pengentalan larutan dengan cara mendidihkan atau menguapkan
pelarut. Di dalam pengolahan hasil pertanian proses evaporasi bertujuan untuk, meningkatkan
larutan sebelum proses lebih lanjut, memperkecil volume larutan, menurunkan aktivitas air.”
(Praptiningsih, 1999)
Proses perubahan bentuk dari air menjadi uap air terjadi baik pada evaporasi maupun
evapotranspirasi. Penguapan dipengaruhi oleh kondisi klimatologi, yang meliputi: radiasi
matahari, temperatur udara, kelembaban udara, kecepatan angin, dan bidang permukaan.
1. Radiasi Matahari
Sebagian radiasi gelombang pendek ( shortwave radiation ) matahari akan diubah
menjadi energi panas di didalam tanaman, air dan tanah. Energi panas tersebut akan
menghangatkan udara di sekitarnya. Panas yang dipakai untuk menghangatkan partikel – partikel
berbagai material di udara tanpa mengubah bentuk partikel dinamakan panas – tampak ( sensible
heat ). Sebagian energi matahari diubah menjadi tenaga mekanik. Tenaga mekanik ini akan
menyebabkan perputaran udara dan uap di atas permukaan tanah. Hal ini menyebabkan udara di
atas permukaan tanah jenuh, sehingga mempertahankan tekanan uap air yang tinggi pada
permukaan bidang evaporasi.
2. Ketersediaan Air
Melibatkan jumlah air yang ada dan juga persedian air yang siap untuk terjadinya
evaporasi. Permukaan bidang evaporasi yang kasar akan memberikan laju evaporasi lebih tinggi
daripada bidang permukaan rata karena pada bidang permukaan kasar besarnya turbulent
meningkat.
3. Temperatur
Temperatur udara pada permukaan evaporasi sangat berpengaruh terhadap
evaporasi.Semakin tinggi temperatur semakin besar kemampuan udara untuk menyerap uap
air.Selain itu semakin tinggi temperatur, energi kinetik molekul air meningkat sehingga molekul
air semakin banyak yang berpindah ke lapis udara di atasnya dalam bentuk uap air.Oleh karena
itu di daerah beriklim tropis jumlah evaorasi lebih tinggi, di banding dengan daerah di kutub
(daerah beriklim dingin).Untuk variasi harian dan bulanan temperatur udara di Indonesia relatif
kecil.
4. Kelembaban Udara
Pada saat terjadi penguapan, tekanan udara pada lapisan udara tepat di atas permukaan air
lebih rendah di banding tekanan pada permukaan air.Perbedaan tekanan tersebut menyebabkan
terjadinya penguapan.Pada waktu penguapan terjadi, uap air bergabung dengan udara di atas
permukaan air, sehingga udara mengandung uap air.
Udara lembab merupakan campuran dari udara kering dan uap air.Apabila jumlah uap air
yang masuk ke udara semakin banyak, tekanan uapnya juga semakin tinggi.Akibatnya perbedaan
tekanan uap semakin kecil, yang menyebabkan berkurangnya laju penguapan.Apabila udara di
atas permukaan air sudah jenuh uap air tekanan udara telah mencapai tekanan uap jenuh, di mana
pada saat itu penguapan terhenti.Kelembaban udara dinyatakan dengan kelembaban relatif.
Di Indonesia yang merupakan negara kepulauan dengan perairan laut cukup luas,
mempunyai kelembaban udara tinggi.Kelembaban udara tergantung pada musim, di mana
nilainya tinggi pada musim penghujan dan berkurang pada musim kemarau. Di daerah pesisir
kelembaban udara akan lebih tinggi daripada di daerah pedalama.
6. Kecepatan Angin
Ketika pengupan berlangsung, udara di atas permukaan bidang penguapan secara
bertahap menjadi lembab, sampai pada tahap ketika udara menjadi jenuh dan tidak mampu
menampung uap air lagi. Pada tahap ini, udara jenuh di atas permukaan bidang tersebut akan
berpindah ke tempat lain akibat beda tekanan dan kerapatan udara, dan demikian, proses
penguapan air dari bidang penguapan tersebut akan berlangsung secara terus – menerus. Hal ini
terjadi karena adanya pergantian udara lembab oleh udara yang lebih kering atau gerakan massa
udara dari tempat dengan tekanan udara lebih tinggi ke tempat dengan tekanan udara lebih
rendah ( proses adveksi ) dalam hal ini kecepatan angin di atas permukaan bidang penguapan
sangat penting. Penguapan air di daerah lapang lebih besar dari daerah dengan banyak naungan
karena di daerah lapang perpindahan udara menjadi lebih bebas.
7. Bidang Permukaan
Secara alamiah bidang permukaan penguapan akan mempengaruhi proses evoporasi
melalui perubahan pola perilaku angin. Pada bidang permukaan yang kasar atau tidak beraturan,
kecepatan angin akan berkurang oleh adanya proses gesekan. Tapi, pada tingkat tertentu,
permukaan bidang penguapan yang kasar juga dapat gerakan angin berputar ( turbulent ) yang
dapat memperbesar evaporasi. Pada bidang permukaan air yang luas, angin kencang juga dapat
menimbulkan gelombang air besar dan dapat mempercepat terjadinya evopotranspirasi.
E = C (ew – ea)f(u)
Keterangan :
E = Evaporasi dari permukaan air (open water)
C= Koefisien tergantung dari tekanan barometer
u = Kecepatan angin
ew = tekanan uap jenuh muka air danau
ea = tekanan uap diatasnya
2. Cara Rohwer
Keterangan :
E = evaporasi (mm/hari)
e.w = tekanan uap jenuh dengan temperatur sama dengan temperatur air (milibar)
e.a = tekanan uap air di udara (milibar)
V = kecepatan angin rata-rata dalam sehari
3. Cara Penman
Keterangan :
E0 = Penguapan (mm/hari)
Pa = Tekanan uap jenuh pada suhu rata harian (mmHg)
Pu = Tekanan uap sebenarnya (mmHg)
U2 = Kecepatan angin dalam mile/hari, sehingga bentuk U2 dalam m/dt masih harus dikalikan
dengan 24 x 60 x 60 x 1600
II.7 EVAPORATOR
Jenis-jenis evaporator berdasarkan cara pemanasannya dapat dibedakan menjadi tiga jenis,
yaitu:
1. Direct Fired Evaporator, merupkan jenis evaporator dengan cara pengapian langsung dimana
apai dan pembakar gas dipisahkan dari cairan mendidih dengan pembatas dinding besi atau
permukaan untuk memanaskan.
2. Submerged Combution Evaporator, yaitu evaporator yang dipanaskan oleh api yang menyala
dibawah permukaan cairan, dimana gas yang panas bergelembung melewati cairan.
3. Steam Heated Evaporator, adalah evaporator yang menggunakan pemanas steam atau uap lain
yang dapat dikondensasi, sumber panas dimana uap terkondensasai pada suatu sisi di permukaan
pemanas dan kemudian panas ditransmisi lewat dinding ke cairan yang mendidih.
III.1 KESIMPULAN
Evaporasi merupakan penguapan air dari permukaan tanah, air, dan permuaakan
bukan vegetasi lainnya oleh proses fisika. Energi matahari dan ketersediaan air adalah dua unsur
utama dari proses evaporasi. Evaporasi dapat terjadi pada tubuh perairan (seperti laut, sungai,
danau, waduk) permukaan tanah dan tumbuh-tumbuhan (disebut transpirasi), Penguapan
dipengaruhi oleh kondisi klimatologi, yang meliputi: radiasi matahari, temperatur udara,
kelembaban udara, kecepatan angin, dan bidang permukaan. Tujuan dari evaporasi adalah
memekatkan larutan yang mengandung zat yang sulit menguap (non-volatile solute) dan pelarut
yang mudah menguap (volatile solvent) dengan cara menguapkan sebagian pelarutnya.
Evaporasi potensial (ETp), Evaporasi standar (ETo), Evapotranspirasi tanaman (ETc), Evaporasi
aktual (ETa)
Evaporator merupakan salah satu alat yang sering digunakan dalam proses perindustrian.
Merupakan alat yang digunakan untuk mengevaporasi larutan.Pada umumnya evaporator terdiri
dari tiga bagian yaitu:
Tempat penukar panas
Bagian evaporasi (tempat dimana liquid mendidih lalu menguap)
Bagian pemisah untuk memisahkan uap dari cairan
Cara kerjanya ialah dengan menambahkan kalor atau panas yang bertujuan untuk
memekatkan suatu larutan yang terdiri dari zat pelarut yang memiliki titik didih yang rendah
dengan pelarut yang memiliki titik didih yang tinggi sehingga pelarut yang memiliki titik didih
yang rendah akan menguap dan hanya menyisahkan larutan yang lebih pekat dan memiliki
konsentrasi yang tinggi.