Anda di halaman 1dari 11

TUGAS HIDROLOGI

KONTROL KUALITAS DATA EVAPORASI BARONGAN,


YOGYAKARTA

Kelompok 2

1. Ingmadya Ahda 2015-21-029

2. Fandi Ardiawan 2015-21-047

3. Rinaldy Pasaribu 2015-21-054

4. Rakha Hanan F 2015-21-056

5. Yunardi Saut M 2015-21-057

Jurusan Teknik Sipil


Sekolah Tinggi Teknik PLN
2016
BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Evaporasi merupakan proses pemekatan larutan dengan cara mendidihkan atau


menguapkan pelarut. Proses evaporasi akan menurunkan aktivitas air dalam bahan hasil
pertanian, penurunan aktifitas air ini akan membuat bahan lebih awet karena proses pertumbuhan
pada mikroba akan terhambat. Bahan hasil pertanian merupakan bahan pangan yang mudah
rusak dan tidak tahan lama. Oleh karena itu butuh penanganan lebih lanjut seprti evaporasi.
Contoh produk hasil evaporasi adalah jam, jelly, gula pasir, kecap dan susu kental manis.

Proses evaporasi selain berfungsi menurunkan aktivitas air, evaporasi juga dapat
meningkatkan konsentrasi atau viskositas larutan dan evaporasi akan memperkecil volume
larutan sehingga akan menghemat biaya pengepakan, penyimpanan, dan transportasi. Pada
praktikum kali ini akan menggunakan bahan, yaitu susu segar, jus buah, larutan gula pasir untuk
menentukkan perubahan yang terjadi selama evaporasi.

II. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian evaporasi
2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi evaporasi
3. Untuk mengetahui macam peristiwa evaporasi
4. Untuk mengetahui proses terjadinya evaporasi
BAB II
LANDASAN TEORI

I. Dasar Teori

Evaporasi adalah penguapan air dari permukaan tanah, air, dan permukaan bukan
vegetasi lainnya oleh proses fisika. Energi matahari dan ketersediaan air adalah dua unsur
utama dari proses evaporasi. Evaporasi dapat terjadi pada tubuh perairan (seperti laut, sungai,
danau, waduk) permukaan tanah dan tumbuh-tumbuhan (disebut transpirasi), adapun faktor-
faktor yang mempengaruhi kecepatan dan kelambatan evaporasi dan transpirasi disuatu
kawasan ada bermacam-macam antara lain : temperatur air dan udara, kelembaban udara,
kecepatan tiupan angin, tekanan udara, intensitas sinar matahari, dan lain-lain. Kombinasi
antara proses evaporasi dan transpirasi merupakan evaporasi total (evapotranspirasi) yang
juga disebut dengan Consumtive use. Evapotranspirasi dapat terjadi dalam dua keadaan, yaitu
terjadi pada saat cukup air disebut Evapotranspirasi potensial, dan evapotranspirasi yang
terjadi sesungguhnya, dalam arti kondisi pemberian air seadanya disebut Evapotranspirasi
aktual. Kehilangan air oleh proses evaporasi dan transpirasi dapat mempercepat terjadinya
kekeringan dan penyusutan debit sungai pada musim kemarau, umumnya didaerah tropis.

Bagi pakar hidrology, kehilangan air akibat evaporasi biasanya dilihat dari dua sisi.
Pertama, evaporasi dari permukaan (Eo) yaitu penguapan air langsung dari danau, sungai dan
badan air lainnya. Kedua, kehilangan air melalui vegetasi oleh proses-proses intersepsi dan
transpirasi. Selama proses evaporasi dapat terjadi perubahan-perubahan pada bahan, baik
yang menguntungkan maupun yang merugikan. Perubahan-perubahan yang terjadi antara lain
perubahan viskositas, kehilangan aroma, kerusakan komponen gizi, terjadinya pencokelatan
dll.

Evaporasi adalah proses pengentalan larutan dengan cara mendidihkan atau menguapkan
pelarut. Di dalam pengolahan hasil pertanian proses evaporasi bertujuan untuk,
meningkatkan larutan sebelum proses lebih lanjut, memperkecil volume larutan,
menurunkan aktivitas air. (Praptiningsih, 1999)

Evaporasi secara umum dapat didefinisikan dalam dua kondisi, yaitu: (1) evaporasi yang
berarti proses penguapan yang terjadi secara alami, dan (2) evaporasi yang dimaknai
dengan proses penguapan yang timbul akibat diberikan uap panas (steam) dalam suatu
peralatan.

Evaporasi dapat diartikan sebagai proses penguapan daripada liquid (cairan) dengan
penambahan panas (Robert B. Long, 1995). Panas dapat disuplai dengan berbagai cara,
diantaranya secara alami dan penambahan steam. Evaporasi diadasarkan pada proses
pendidihan secara intensif yaitu

(1) pemberian panas ke dalam cairan,

(2) pembentukan gelembung-gelembung (bubbles) akibat uap,

(3) pemisahan uap dari cairan, dan

(4) mengkondensasikan uapnya.

Evaporasi atau penguapan juga dapat didefinisikan sebagai perpindahan kalor ke dalam zat
cair mendidih (Warren L. Mc Cabe, 1999).

Proses evaporasi terdiri dari dua peristiwa yang berlangsung :

1. Interface evaporation, yaitu transformasi air menjadi uap air di permukaan tanah. Nilai ini
tergantung dari tenaga yang tersimpan.

2. Vertikal vapour transfers, yaitu perpindahan lapisan yang kenyang dengan uap air dari
interface ke uap (atmosfer bebas)

Besar kecilnya penguapan dari muka air bebas dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:

1. Radiasi matahari (solar radiation).


Evaporasi merupakan konversi air ke dalam uap air. Proses ini terjadi hampir tanpa
berhenti di siang hari dan sering kali juga di malam hari. Perubahan dari keadaan cair
menjadi gas ini memerlukan input energi yang berupa panas latent atau evaporasi. Proses
tersebut akan sangat aktif jika ada penyinaran langsung dari matahari. Awan merupakan
penghalang radiasi matahari dan akan mengurangi input energi, jadi akan menghambat
proses evaporasi
2. Angin (wind)
Jika air menguap ke atmosfer maka lapisan batas antara tanah dengan udara menjadi
jenuh oleh uap air sehingga proses evaporasi terhenti. Agar proses tersebut berjalan terus,
lapisan jenuh itu harus diganti dengan udara kering. Pergantian itu dapat dimungkinkan
hanya kalau ada angin, jadi kecepatan angin memegang peranan dalam proses evaporasi.
3. Kelembaman Relatif (Relative Humidity)
Faktor lain yang mempengaruhi evaporasi adalah kelembaman relatif udara. Jika
kelembaman relatif ini naik, kemampuannya untuk menyerap uap air akan berkurang
sehingga laju evaporasinya munurun. Penggantian lapisan udara pada batas tanah dan
udara denganudara yang sama kelembaman relatifnya tidak akan menolong untuk
memperbesar laju evaporasi. Ini hanya dimungkinkan jika diganti dengan udara yang lebih
kering.
4. Suhu (temperature)
Seperti disebutkan di atas, suatu input energi sangat diperlukan agar evaporasi
berjalan terus. Jika suhu udara dan tanah cukupp tinggi, proses evaporasi akan berjalan
lebih cepat jika dibandingkan dengan suhu udara dan tanah rendah, karena adanya energi
panas yang tersedia. Karena kemampuan udara untuk menyerap uap air akan naik jika
suhunya naik, maka suhu udara mempunyai efek ganda terhadap besarnya evaporasi,
sadangkan suhu tanah dan air hanya mempunyai efek tunggal

Proses terjadinya evaporasi

Proses penguapan melibatkan penguapan cairan. Namun, perlu dicatat bahwa perbedaan
utama dari penguapan adalah bahwa hal itu hanya terjadi pada permukaan cairan. Berbeda
dengan titik didih karena titik didih mempengaruhi seluruh volume cairan bukan hanya
permukaan atas. Hal ini juga harus dicatat bahwa penguapan adalah bagian alami dari siklus
air bumi.

Selain itu, penguapan dianggap bagian dari fase transisi. Fase transisi ini mengacu pada
bagaimana molekul dalam cairan atau bagian air tiba-tiba menjadi gas atau tiba-tiba beralih
ke uap air. Fase transisi ini penting sebagai pengurangan bertahap cairan dari materi karena
pemaparan sejumlah besar gas.

Umumnya, molekul air dalam gelas tidak secara alami memiliki jumlah yang cukup energi
dalam bentuk panas untuk melarikan diri atau menghilangkan diri dari cairan. Itulah
sebabnya sistem yang kompleks telah dikembangkan oleh produsen di hampir setiap industri
untuk membantu dalam mempercepat proses penguapan untuk membantu dengan
penghapusan misalnya kontaminan dan produk sampingan.

Ketika sejumlah besar panas yang ditambahkan ke badan air, air kemudian memiliki energi
panas yang cukup untuk cepat fase ke uap (dengan bantuan titik didih yang tercapai. Hal ini
terjadi karena energi panas sebagai lebih ditambahkan, lebih cepat molekul dalam air
bergerak. Ini lebih cepat dan lebih aktif gerakan menyebabkan molekul berbenturan. Dan
ketika molekul air ini bertabrakan, mereka mengambil energi panas bahwa mereka telah
menyerap dan kemudian mentransfer energi yang satu sama lain dalam jumlah yang berbeda.
Ketika transfer energi sangat nikmat satu molekul dekat bagian atas permukaan cairan (di
mana satu molekul menyerap mayoritas panas atau semua itu) karena sudut tabrakan, transfer
energi dapat cukup signifikan untuk menyebabkan molekul yang melarikan diri tubuh utama
cair.

Hal ini juga harus dicatat bahwa penguapan belum tentu selalu terlihat. Kadang-kadang
molekul ini tidak memiliki cukup dari perpindahan panas untuk membuat transisi cukup
untuk uap. Namun, penguapan masih berlangsung selama proses ini tetapi pada tingkat
signifikan lebih lambat dari energi tinggi proses molekul penguapan.

Memahami proses penguapan telah membantu industri yang tak terhitung jumlahnya dan
kota melawan penguapan persediaan air yang terbatas, meningkatkan efisiensi manufaktur
dan mempertahankan lebih berarti biaya yang efektif dalam melakukan bisnis.

Banyak metode telah dikembangkan untuk memperkirakan besamya evaporasi,


terutama evaporasi dipermukaan air bebas.

Metode perpindahan massa

Koreksi terhadap rumus Dalton (1908) dengan penelitian-penelitian telah menghasilkan


hubungan berikut ini :
E1P = (0,37 + 0,0041 U) (e, - e)0.BB
(1)

Di mana E adalah evaporasi panci lahan (inchi/hari); U kecepatan angin harian (nful/hari)
diukur 6 inchi di atas keliling panci; e5 tekanan uap jenuh pada suhu udara 5 ft diatas
permukaan tanah (inchi Hg); dan e tekanan uap di udara pada kondisi suhu dan
kelembaban 5 ft di atas permukaan tanah (_inchi Hg).

Metode Neraca Energi

Jika kehilangan panas sensibel ke atmosfer dianggap sama dengan nol, maka keeepatan
evaporasi E dapat dihitung sebagai kecepatan
pada saat seluruh masukan radiasi netto diserap oleh evaporasi :
E = Rn/l (2)
Di rnana E adalah evaporasi dalam mm/hari hampir sama dengan kg/hari m2; dan L
adalah .panas laten penguapan yaitu sebesar 2,45 .
106 J/kg.
Jika pengukuran radiasi bersih (Rn) tidak dilakukan, maka dapat dihitung dari data
meteorologi standar dengan menggunakan runus-rumus empiris.
Metode Pengukuran Dengan Panel Evaporasi

Panci evaporasi telah dibuat standar yang dinamakan panci klas A. Akibat pengaruh
dinding panci, hasil pengukuran evaporasi dengan panci ini lebih tinggi dari besarnya
evaporasi yang sebenarnya. Penyesuaian dilakukan dengan cara mengalikannya
dengan koefisien panci yang besarnya berkisar antara 0,64 ~ 0,81. Untuk perhitungan
praktis koefisien panci dapat diambil sebesar 0,7.
E0 = kp . Epan (3)
Di mana E0adalah evaporasi yang sebenarnya; kp adalah koefisien panci: dan Epan
adalah nilai evaporasi air dalam panci dari hasil pengamatan.

II. Studi Kasus

Tahap Analisis Data

Dalam penelitian ini digunakan tiga macam rumus empiris yaitu metode
aerodinamis (EVl), neraca energi (EV2), dan kombinasi/ Penman(EV3).Dasar
pertimbangan penggunaan ketiga rum.us tersebut adalah untuk menjaga keterbatasan
jumlah macam data yang ada, karena masing-masing rumus memerlukan jumlah
macarn data yang berbeda-beda. Dengan demikian prosedur yang dihasilkan akan dapat
diterapkan untuk stasiun-stasiun yangjumlah macam datanya terbatas.
Tahap ini mencakup kegiatan-kegiatan :
Melakukan perhitunetan evaporasi dengan menggunakan rumus-rumus empiris
terpilih maupun evaporasi panci yang sebenamya (Eo).
Melakukan uji regresi korelasi untuk mengetahui keeratanhubungan antara hasil
perhitungan rumus pendekatan dengan evaporasi panci.
Melakukan analisis statistik sebaran T test untuk menguji ada/tidak
nya perbedaan nyata antara metode empiris dengan metode panci,
Melakukan perhitungan standar deviasi (SD), dan perhitungan evaporasi
maksimun (EVMAKS)yang mungkin tetjadiberdasarkan
data maksimun dari unsur-unsur iklim yang ada.
Melakukan perhitungan frekuensi distribusi dan distribusi Gumbel untuk mengetahui
periode ulang kejadian yang mungkin terjadi.
Menentukan nilai batas outlier berdasarkan hasil perhitungan standar deviasi dan
evaporasi maksimum yang mungkin dapat tetjadi.
Menghitung jumlah data yan~ termasuk dalam kategori outlier.
Melakukan uji kesahihan (validasi) prosedur dengan menggunakan data pengamatan
langsung selarna tiga bulan.
Menerapkan prosedur yang telah teruji pada stasiun acuan (UGM), ke dalam stasiun
penelitian (Barongan).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Data Stasiun Acuan (Stasiun Klimatologi UGM)

Sesuai dengan data yang tersedia (tahun 1992-1995), perhitungan evaporasi


dilakukan dalam satuan harian. Penetapan koefisien panci (kp) dilakukan dengan
metode coba-coba. Penggunaan koefisien panci sebesar 0,7 untuk perhitungan
evaporasi (Eo), kurang dapat memberikan gambaran hasil yang baik jika
dibandingkan dengan hasil perhitungan metode lainnya. Hal ini terlihat dari hasil rata-
rata hitung pada metode panci evaporasi (Eo) diperoleh nilai yang paling rendah yaitu
sebesar 2,90 mm/hari. Sedangkan nilai rata-rata hitung pada metode aerodinamik
(EVl) sebesar 3,07mm/hari, metode neraca energi (EV2) sebesar 4,62 mm/hari, dan
metode kombinasi/Penman (EV3) sebesar 3,87 mm/hari.
Disamping itu terlihat pula dari basil analisis t test terhadap ketiga perhitungan
metode empiris. Nilai t hitung terhadap EVl, EV2, EV3 diperoleh_masing-masing
sebesar 5,16; 46,85; dan 29,22 ( >t tabel (0,05)= 1,96). Hal ini menunjukkan bahwa ada
perbedaan yang nyata antara hasil perhitungan metode panci evaporasi dengan
ketiga metode empiris.
Agar diperoleh koefisien panci yang dapat memberikan basil yang baik, maka
dilakukan perhitungan dengan metode coba-coba. Hasil coba-coba diperoleh nilai
koefisien panci terbaik sebesar 0,920. Dengan menggunakan nilai koefisien panci
sebesar 0,920 diperoleh nilai rata rata hitung Eo sebesar 3,81mm/hari. Nilai ini
mendekati nilai rata-rata hitung pada EV3 yaitu sebesar 3,87 mm/hari.
Selanjutnya dalam analisis t test terhadap metode kombinasi diperoleh basil t
hitung sebesar 1,50 (< t tabel (0,05) = 1,96).: Hal ini menunjukkan bahwa hubungan
antara evaporasi panci dengan evaporasi metode kombinasi tidak berbeda nyata.
Sedangkan dalam analisis t test terhadap metode aerodinamik dan neraca energi diperoleh
terhitung masing-masing sebesar 18,55dan 19,22 (>t tabel (0,05)= 1,96). Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara hasil perhitungan panci
evaporasi dengan metode aerodinamik maupun metode neraca energi .
Guna mengetahui keeratan hubungan antara hasil perhitungan evaporasi panci
dengan rnetode lainnya dilakukan analisis regresi korelasi. Nilai Koefisienkorelasi
tertinggi pada metode kombinasi (EV3) yaitu sebesar 0,5281 selanjutnya diikuti metode
aerodinamik (EV2) sebesar 0,494, dan metode neraca energi (EV3) sebesar 0,465. Dari
hasil-hasil yang diperoleh dapat dikatakan bahwa keeratan hubungan antara kedua hasil
perhitungan korelasinya masih lemah. Hasil perhitungan nilai standar deviasi pada
masing-masing metode dapat dilihat pada Tabel 1.
Pada Tabel 1 terlihat bahwa nilai standar deviasi terendah pada metode kombinasi yaitu
sebesar 0,854mm./hari. Hal ini memmjukkan bahwa pada metode kombinasi (Penman)
diperoleh basil yang paling baik jika dibandingkan metode lainnya.
Guna memilih batas atas evaporasi yang dapat diterima, perlu membandingkan
terlebih dahulu nilai-nilai di atas terhadap nilai evaporasi maksimum hasil
perhitungan yang .berdasar pada prinsip fisika dari unsur-unsur iklim yang ada, Hasil
program seleksi data, diperoleh data penyebab nilai evaporasi maksimum dapat dilihat
pada Tabel2.

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa pada metode kombinasi (7,419


mm/hari) nilainya lebih dekat dengan evaporasi rata-rata ditambah 4 kali
standar deviasi (7,286 mm/hari), dibandingkan dengan evaporasi rata-rata ditambah
dengan 3 kali standar deviasi (6,432 mm/ hari).
Untuk mengetahui periode ulang kejadian dari harga evaporasi tersebut di
atas, dilakukan perhitungan distribusi Gumbel terhadap data ekstrim harian pada
masing-masing bulan. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai evaporasi
7,286 dan 7,419 mm/hari terletak di atas nilai periode ulang 100 tahun pada semua
bulan. Hal ini berarti bahwa kejadian evaporasi di atas akan berulang pada periode
waktu lebih dari 100 tahun.
Atas dasar berbagai analisis dari perhitungan di atas, selanjutnya dapat
ditetapkan nilai yang aman sebagai batas outlier (dipilih nilai yang besar) yaitu sebesar
7,419 mm/hari. Berdasarkan nilai batas tersebut dapat dihitung jumlah data yang
termasuk kategori sebagai outlier yaitu sebanyak satu data atau 0,07 % dari seluruh
data yang digunakan.
Uji kesahihan (validitas) perangkat lunak dilakukan dengan menggunakan
data hasil pengamatan langsung selama tiga bulan penelitian (awal Maret 1996
sampai dengan akhir Mei 1996). Dalam hal ini diperoleh nilai rata-rata hitung Eo
sebesar 3,79 mm/hari dan EV3 sebesar 3,78 mm/hari. Selanjutnya dalam analisis t
test antara Eo dengan EV3 diperoleh hasil t hitung sebesar 0,08 (< t tabel (0,05) =
1,96). Batas outlier diperoleh sebesar 7,416 mm/hari. Nilai ini hampir sama dengan
hasil perhitungan sebelumnya yaitu sebesar 7,419 nun/hari.. Dari hasil yang
diperoleh dapat disimpulkan bahwa perangkat lunak yang telah disusun cukup
memberikan hasil yang baik sebagai penentu batas outlier.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
1. Evaporasi adalah penguapan air dari permukaan tanah, air, dan permuaakan bukan
vegetasi lainnya oleh proses fisika. Energi matahari dan ketersediaan air adalah dua
unsur utama dari proses evaporasi.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan dan kelambatan evaporasi dan transpirasi


disuatu kawasan ada bermacam-macam antara lain : temperatur air dan udara,
kelembaban udara, kecepatan tiupan angin, tekanan udara, intensitas sinar matahari,
dan lain-lain.
3. Proses evaporasi terdiri dari dua peristiwa yang berlangsung :
1. Interface evaporation
2. Vertikal vapour transfers

4. Berdasarkan hasil analisis terhadap data stasiun klimatologi UGM didapat nilai
koefisien panci yang baik dalam untuk perhitungan sebesar 0,920. Batas outlier untuk
stasiun klimatologi acuan (UGM) sebesar 7,419mm./hari, dan untuk Barongan
sebesar 7,433mm/hari. Atas dasar nilai tersebut ditemukan data yang tennasuk dalam
kategori outlier pada stasiun klimatologi Barongan sebanyak 90 data atau 7,73% dari
sejumlah data yang digunakan.

3.2 Saran
Dalam studi kasus yang di uji tersebut kurang memberi penjelasan yang lebih luas dalam
melakukan pengujian dan perhitungan, sehingga data diperoleh belum jelas dan beberapa
metode yang telah disebutkan belum dijelaskan secara luas, seharusnya metode-metode yang
telah diuji tersebut memberi penjelasan bagaimana tentang metode metode tersebut bisa
mempengaruhi evaporasi, bagaimana proses evaporasi tersebut terbentuk, dan faktor-faktor
yang mempengaruhi kualitas evaporasi.

Anda mungkin juga menyukai