Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Evaporasi dapat didefinisikan sebagai proses menguap cairan dikarenakan adanya
penambahan panas. Evaporasi secara luas dapat diartikan ke dalam dua kondisi. Kondisi
pertama adalah saat evaporasi yang mempunyai arti proses menguapnya terjadi secara
alami. Kondisi yang kedua adalah saat evaporasi mempunyai arti proses menguapnya
terjadi di cairan karena ditambahkan dengan panas.
Panas dapat diberikan dengan berbagai cara, baik secara alami maupun ditambahkan
steam. Evaporasi mempunyai dasar sebagai proses pendidihan yang dilakukan secara
intensif. Evaporasi berbeda dengan pengeringan karena hasil akhir dari evaporasi
mempunyai bentuk pasta atau cairan, sedangkan pengeringan hasil akhirnya padatan.
Evaporasi cairan yang diuapkan umumnya besar sedangkan pengeringan cairan yang
diuapkan hanya sedikit.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui perhitungan neraca massa pada proses evaporasi.
2. Mengetahui konstanta laju evaporasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian dan Fungsi Evaporasi


Evaporasi dapat didefinisikan sebagai proses untuk mengurangi kadar air yang ada
dalam suatu bahan. Cara evaporasi adalah melakukan pemekatan terhadap larutan yang
mempunyai kandungan zat yang sulit untuk menguap dan pelarut yang mudah menguap.
Zat yang sulit untuk menguap disebut sebagai non-volatile solute sedangkan pelarut yang
mudah menguap disebut sebagai volatile solvent. Pelarut yang umum ditemukan dalam
sistem larutan adalah air (Munazar, 2019).
Evaporasi mempunyai fungsi untuk melakukan pengurangan kadar air dari suatu
larutan atau bahan. Dalam industri makanan, mengurangi kadar air berfungsi untuk
meningkatkan konsentrasi dari zat-zat seperti garam, gula, vitamin, dan zat-zat rasa
makanan. Evaporasi juga mempunyai fungsi untuk menjadi metode stabilisasi dan
pengawetan. Dengan melakukan pengurangan kadar air dalam produk kimia atau
makanan, aktivitas mikroorganisme seperti jamur, bakteri, atau enzim dapat dihambat
(Sumada et al., 2016).

2.2 Prinsip dan Mekanisme Proses Evaporasi


Dalam proses evaporasi alat yang dipakai adalah evaporator. Evaporator mempunyai
prinsip kerja dengan penambahan panas atau kalo. Tujuan penambahan panas tersebut
adalah untuk melakukan pemekatan terhadap larutan. Larutan tersebut terdiri atas zat
pelarut yang mempunyai titik didih rendah dan pelarut yang mempunyai titik didih tinggi
sehingga akan tersisa larutan yang lebih pekat dengan konsentrasi lebih tinggi (Munazar,
2019).
Prinsip kerja evaporasi berdasar pada berubahnya fase zat dari cair menjadi uap atau
gas. Proses evaporasi membutuhkan energi panas agar dapat melakukan perubahan zat
cair menjadi gas. Proses evaporasi terjadi saat molekul-molekul yang berada di
permukaan zat cair mendapatkan energi yang dapat melampaui gaya tarik antarmolekul
dan melepaskan dirinya ke udara dalam bentuk gas. Zat cair harus mempunyai energi
panas yang cukup agar molekul-molekulnya dapat energi kinetik yang cukup untuk
melampaui gaya tarik antarmolekulnya (Arifin dan Sunardi, 2017).
Evaporasi mempunyai mekanisme dimulai dengan memberikan energi panas ke zat
cair. Energi panas yang diberikan akan meningkatkan energi kinetik dari molekul-molekul
zat cair tersebut. Semakin tinggi eneri kinetik maka molekul-molekul zat cair akan
melampaui gaya tarik antarmolekul sehingga dapat melepas zat ke udara. Maka dari itu,
zat cair yang energi kinetiknya rata-rata rendah akan lebih sulit untuk dilepas ke udara
sehingga suhu zat cair akan menurun (Reubun et al., 2021).

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Evaporasi


Faktor-faktor yang mempunyai pengaruh pada evaporasi adalah luas permukaan zat
cair, suhu, tekanan atmosfer, dan kelembaban relatif udara. Semakin tinggi suhu, maka
laju evaporasi akan semakin tinggi, karena molekul-molekulnya juga akan memiliki
energi kinetik yang lebih tinggi. Luas permukaan yang besar dan kelembaban relatif udara
yang rendah juga akan dapat menyebabkan peningkatan pada laju evaporasi. Semakin
tinggi kelembaban udara maka semakin sulit untuk molekul air mengalami penguapan
sehingga pada kelembaban tinggi laju evaporasi akan menjadi lebih lambat (Reubun et al.,
2021).
Faktor lain yang dapat memberikan pengaruh terhadap kecepatan penguapan
evaporasi adalah proses pindah panas dan pindah massa. Proses pindah panas dan pindah
massa yang efektif akan menyebabkan terjadi peningkatan dalam laju evaporasi. Pindah
massa adalah salah satu prinsip kerja dari proses evaporasi. Air atau pelarut dalam
prosesnya akan diuapkan sehingga diperoleh produk yang kental (Ismiyati dan Sari,
2020).

2.4 Tujuan Proses Evaporasi Bahan Pangan


Banyak industri pangan yang sangat membutuhkan proses evaporasi dalam
melakukan pengolahannya. Pengolahan bahan pangan seperti cairan kental atau pasta
menjadi salah satu tujuan utama proses evaporasi bahan pangan. Industri tersebut
contohnya adalah produksi kecap, pasta tomat, susu, jamu cina, dan ekstrak sari jahe.
Evaporasi tujuannya adalah untuk melakukan pemisahan pelarut dari larutannya agar
didapatkan larutan baru yang lebih padat sehingga menjadi cairan kental (Ismiyati dan
Sari, 2020).
Proses evaporasi dimanfaatkan untuk meniadakan sebagian air yang ada dalam
bahan pangan agar konsentrasi zat-zat lainnya dapat meningkat. Dengan melakukan
pengurangan jumlah air, komponen seperti garam, vitamin, gula, dan aroma makanan
dapat menjadi lebih terkonsentrasi. Evaporasi juga dapat bertujuan untuk menjadi metode
yang dapat melakukan pengawetan pada bahan makanan. Bakteri, mikroorganisme, dan
jamur yang sangat membutuhkan air untuk tumbuh akan dapat ditekan sehingga kualitas
makanan dapat bertahan lebih lama (Widuri, 2018).

2.5 Macam-Macam Evaporator Beserta Prinsipnya


Evaporator dapat diartikan sebagai alat yang dapat mengubah keseluruhan atau
sebagian dari pelarut dalam sebuah larutan menjadi uap sehingga tersisa larutan yang
lebih kental. Macam evaporator salah satunya adalah evaporator vakum. Dalam proses
evaporasi keadaan vakum dapat melakukan pencegahan adanya perpindahan massa bahan
ke udara. Kadar airnya akan berkurang tidak terlalu banyak sehingga pengeringan masif
tidak dapat terjadi. Dengan begitu, produk yang hasilnya berbentuk pasta dapat terjadi
(Munazar, 2019).
Evaporasi dapat dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan banyak prosesnya.
Evaporator yang pertama adalah evaporator efek tunggal. Evaporator ini mekanismenya
adalah produk hanya lewat ke satu buah ruang penguapan. Evaporator yang kedua adalah
evaporator efek ganda. Evaporator ini mekanismenya adalah produk digunakan beberapa
kali dalam satu proses yang terjadi (Hidayat dan Jannati, 2021).

2.6 Perbedaan Antara Evaporasi, Distilasi, dan Pengeringan


Evaporasi dapat diartikan sebagai proses menjadi uapnya pelarut dari suatu slurry
atau larutan. Evaporasi tujuannya adalah untuk mendapatkan larutan yang berkonsentrasi,
maka uap bukan produk yang ingin didapatkan. Evaporasi juga dapat diartikan sebagai
proses berubahnya zat cair menjadi uap atau gas tanpa adanya pemanasan secara
langsung. Evaporasi dipakai untuk melakukan pengurangan pada kadar air di larutan
(Hidayat dan Jannati, 2021).
Menurut Munazar (2019), evaporasi prosesnya mempunyai perbedaan dengan
pengeringan. Proses pengeringan berlangsung karena ada perbedaan antara konsentrasi air
ada pemukaan dan udara sehingga dapat terjadi perpindahan massa. Sedangkan proses
evaporasi adalah menguapnya sebagian dari pelarut sehingga didapatkan larutan zat cair
yang lebih pekat. Maka dari itu, evaporasi dan pengeringan adalah dua proses yang
berbeda.
Menurut Baride dan Maturbongs (2018), distilasi dapat diartikan sebagai proses
berpisahnya komponen-komponen yang ada di dalam zat cair sehingga didapat beberapa
atau salah satu komponen tertentu. Contoh proses distilasi adalah distalasi mendapatkan
garam dari air laut. Dengan perbedaan arti ini, distalasi berbeda dengan evaporasi dan
pengeringan. Distalasi berfungsi untuk mendapatkan komponen dari zat cair yang
diproses.

2.7 Oven Vacuum


Oven vacuum masuk ke dalam jenis vakum pengering yang dapat bekerja dalam
tekanan dan suhu yang rendah. Penggunaan alat ini umumnya pada pengeringan bahan
pangan. Oven vacuum dapat melakukan penghindaran dari rusaknya nutrisi yang
terkandung di dalam bahan pangan. Penggunaan oven vacuum tujuannya agar tetap
mendapat produk yang kualitasnya tinggi, minim volatile dan zat aktif, serta menghindari
banyaknya nutrisi yang rusak di bahan pangan (Widyanti et al., 2019).

2.8 Aplikasi Evaporasi di Bidang Teknik Bioproses


Evaporasi dalam bidang Teknik Bioproses umumnya penerapannya dolakukan
dalam pengolahan bahan pangan seperti pasta. Contoh pengolahan bahan pangan tersebut
adalah saus tomat, kecap, jamu, ekstrak sari jahe, dan susu. Bahan akan dimasukkan ke
dalam evaporator lalu dilakukan pemanasan. Suhu diatur dengan tepat agar air yang
menguap dapat lebih efisien sehingga tidak terjadi perubahan dan kerusakan yang tak
diinginkan (Sumada et al., 2016).
Aplikasi evaporasi salah satunya adalah proses evaporasi gula merah untuk
melakukan percepatan pada proses produksi. Alat yang digunakan dalam proses evaporasi
disebut sebagai evaporator. Mesin yang dipakai dalam evaporasi gula merah salah satunya
adalah multi-effect evaporator. Mesin ini memanfaatkan uap untuk menjadi sumber panas
agar dapat mengubah nira tebu menjadi gula merah (Argo et al., 2020).
DAFTAR PUSTAKA

Argo BD, Putranto AW, Oktavian R, Wihandika RC. 2020. Transfer teknologi multi effect
evaporator (MME) pada UKM gula merah di Desa Sumber Agung Kediri. Jurnal Widya
Laksana 9(2): 164-175
Arifin, Sundari T. 2017. Evaluasi sistem purifikasi air kolam dan kanal di fasilitas hubung –
instalasi penyimpanan sementara bahan bakar bekas (KH-IPSB3). Prosiding Hasil
Penelitian dan Kegiatan PLTR 1(1): 69-75
Baride L, Maturbongs YEK. 2018. Analisa Ruang Evaporasi pada Destilator Dua Atap Miring
Memanfaatkan Panas Gas Buang Mesin Diesel. Seminar Nasional Sains dan Teknologi,
Jakarta, 17 Oktober 2018.
Hidayat FR, Jannati ED. 2021. Analisa proses penguapan nira pada evaporator stasiun
penguapan pabrik gula. Jurnal Teknologi Majalengka 5(1): 317-322
Ismiyati, Sari F. 2020. Identifikasi kenaikan titik didih pada proses evaporasi terhadap
konsentrasi larutan sari jahe. Jurnal Konversi 9(2): 33-39
Munazar LOA. 2019. Optimalisasi Proses Evaporasi dalam Menghasilkan Pasta
Maltodekstrin dari Sagu. Skripsi. Departemen Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Hasanuddin.
Reubun YTA, Kumala S, Setyahadi S, Simanjuntak P. 2021. Penghambatan enzim
asetilkolinesterase pada penyakit alzheimer dari ekstrak etanol daun kelor (Martiga
oleifera Lam.). Jurnal Farmasi Indonesia 18(1): 451-458
Sumada K, Dewati R, Suprihatin. 2016. Garam industri berbahan baku garam krosok dengan
metode pencucian dan evaporasi. Jurnal Teknik Kimia 11(1): 30-37
Widuri CK. 2018. Evaporasi dan Karakterisasi Whey Limbah Industri Keju Mozzarella Pekat
Hasil Rotary Vacuum Evaporator pada Rentan Suhu 40C-50C. Skripsi. Departemen
Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya.
Widyanti EM, Kusumawati E, Sukmana AF, Mudzakkir ZMA. 2019. Penentuan tekanan dan
waktu optimum dalam pembuatan telur menggunakan oven vakum. Jurnal Fluida 12(2):
50-57

Anda mungkin juga menyukai