Disusun oleh :
Kelompok 4
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2021
DAFTAR ISI
i
RINGKASAN
Evaporasi adalah suatu proses yang bertujuan memekatkan larutan yang
terdiri atas pelarut (solvent) yang volatile dan zat terlarut (solute) yang non
volatile (Widjaja,2010). Evaporasi adalah proses pengentalan larutan dengan
cara mendidihkan atau menguapkan pelarut. Di dalam pengolahan hasil
pertanian proses evaporasi bertujuan untuk, meningkatkan larutan sebelum
proses lebih lanjut, memperkecil volume larutan, menurunkan aktivitas air
(Praptiningsih 1999).
Dalam kebanyakan proses evaporasi, pelarutnya adalah air. Evaporasi
dilakukan dengan menguapkan sebagian dari pelarut sehingga didapatkan
larutan zat cair pekat yang konsentrasinya lebih tinggi. Evaporasi tidak sama
dengan pengeringan. Dalam evaporasi sisa penguapan adalah zat cair yang
sangat kental, bukan zat padat. Evaporasi berbeda pula dengan destilasi,
karena uapnya adalah komponen tunggal. Evaporasi berbeda dengan
kristalisasi, karena evaporasi digunakan untuk memekatkan larutan bukan
untuk membuat zat padat atau kristal (MC. Cab,dkk.,1993).
Secara ilmiah, pengertian evaporasi sendiri merujuk pada sebuah proses
di mana es mengalami perubahan menjadi gas atau uap air. Itu sebabnya juga
evaporasi disebut penguapan. Susunan kimia dari air (H2O) ini terbagi secara
alamiah dalam tiga wujud bentuk, yakni gas, cair, juga padat. Air adalah satu-
satunya elemen di bumi yang tidak berubah susunan kimiawinya walau
wujudnya berubah. Air dapat mengalami perubahan bentuk dari satu bentuk
ke bentuknya yang lain ini dengan pengaruh suhu. Molekul pada air ini
sendiri dapat memenuhi ruang yang sama. Molekul air ini termasuk jenis
molekul yang tidak punya energi yang cukup untuk dapat lepas dari
susunannya.
Adapun mekanisme kerja evaporasi yaitu cairan pada molekul bisa
memperoleh cukup sebuah energi di dalam bentuk panas yaitu dari
lingkungan, maka dari itu molekul tersebut akan berubah menjadi uap. Saat
terjadi penguapan, maka tekanan uap akan lebih rendah dari hasil tekanan
atmosfir di sekitarnya. Kondensasi adalah kebalikan dari proses terjadinya
penguapan. Hal tersebut bisa terjadi jika suhu uap akan berubah menjadi
dingin, sehingga akan menyebabkan uap itu mengembun dan kembali ke
bentuk cair.
Evaporator merupakan salah satu alat yang banyak digunakan di
industri kimia untuk memekatkan suatu larutan. Peristiwa yang terjadi pada
proses dievaporator adalah evaporasi. Faktor dasar yang mempengaruhi laju
penguapan adalah laju panas dipindahkan kebahan cair, jumlah panas yang
dibutuhkan untuk menguapkan setiap puond air, suhu maksimum yang
diperkenankan untuk bahan cair, tekanan pada saat penguapan terjadi,
perubahan yang lain terjadi didalam bahan selama proses penguapan
berlangsung (Winarno, F. G. 2007).
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Industri pangan di Indonesia semakin berkembang. Berbagai bahan
pangan diolah menjadi berbagai macam produk yang bisa dikonsumsi.
Semua proses–proses tersebut dibantu oleh berbagai macam alat dan
melewati berbagai macam proses. Salah satunya adalah proses evaporasi
dan menggunakan alat evaporator.
Evaporasi merupakan suatu proses penguapan sebagian dari pelarut
sehingga didapatkan larutan zat cair pekat yang konsentrasinya lebih tinggi.
Tujuan dari evaporasi itu sendiri yaitu untuk memekatkan larutan yang
terdiri dari zat terlarut yang tidak mudah menguap dan pelarut yang mudah
menguap. Dalam kebanyakan proses evaporasi, pelarutnya adalah air.
Evaporasi tidak sama dengan pengeringan, dalam evaporasi sisa penguapan
adalah zat cair, kadang-kadang zat cair yang sangat viskos, dan bukan zat
padat. Begitupula, evaporasi berbeda dengan distilasi, karena disini uapnya
biasanya komponen tunggal, dan walaupun uap itu merupakan campuran,
dalam proses evaporasi ini tidak ada usaha untuk memisahkannya menjadi
fraksi-fraksi. Biasanya dalam evaporai, zat cair pekat itulah yang
merupakan produk yang berharga dan uapnya biasanya dikonsentrasikan
dan dibuang (Gaman, P. M. 1994).
Evaporator merupakan salah satu alat yang banyak digunakan di
industri kimia untuk memekatkan suatu larutan. Peristiwa yang terjadi pada
proses dievaporator adalah evaporasi. Faktor dasar yang mempengaruhi laju
penguapan adalah laju panas dipindahkan kebahan cair, jumlah panas yang
dibutuhkan untuk menguapkan setiap puond air, suhu maksimum yang
diperkenankan untuk bahan cair, tekanan pada saat penguapan terjadi,
perubahan yang lain terjadi didalam bahan selama proses penguapan
berlangsung (Winarno, F. G. 2007).
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa tujuan dari proses evaporasi pada bahan hasil pertanian dan pangan
?
2. Bagaimana metode evaporasi yang digunakan dalam bahan hasil
pertanian dan pangan ?
3. Bagaimana prinsip dan mekanisme kerja evaporasi pada bahan hasil
pertanian dan pangan ?
4. Apa saja alat yang digunakan dalam evaporasi pada bahan hasil
pertanian dan pangan ?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
2
BAB II
3
B. Tujuan
Menurut Wirakartakusumah (1989), di dalam pengolahan hasil pertanian
proses evaporasi bertujuan untuk:
1. Meningkatkan konsentrasi atau viskositas larutan sebelum diproses lebih
lanjut. Sebagai contoh pada pengolahan gula diperlukan proses pengentalan
nira tebu sebelum proses kristalisasi, spray drying, drum drying dan lainnya.
2. Memperkecil volume larutan sehingga dapat menghemat biaya
pengepakan, penyimpanan dan transportasi.
3. Menurunkan aktivitas air dengan cara meningkatkan konsentrasi solid
terlarut sehingga bahan menjadi awet misalnya pada pembuatan susu kental
manis.
4
BAB III
KLASIFIKASI METODE
A. Single Effect Evaporator
Panas laten kondensasi dari uap (steam) pada bagian pemanas
dipindahkan melalui satu permukaan pemanas untuk menguapkan air dari
larutan yang mendidih di dalam ruang penguapan.
5
Gambar 2. Double Effect Evaporator
6
BAB IV
7
Evaporator juga digunakan untuk memproduksi air minum, memisahkannya
dari air laut atau zat kontaminasi lain.
8
BAB V
PERALATAN
A. Evaporator
Evaporator merupakan sebuah alat yang berfungsi mengubah sebagian atau
keseluruhan sebuah pelarut dari sebuah larutan dari bentuk cair menjadi uap.
Evaporator mempunyai dua prinsip dasar, yaitu untuk menukar panas dan untuk
memisahkan uap yang terbentuk dari cairan.
Evaporator umumnya terdiri dari tiga bagian, yaitu penukar panas, bagian
evaporasi (tempat di mana cairan mendidih lalu menguap), dan pemisah untuk
memisahkan uap dari cairan lalu dimasukkan ke dalam kondensor (untuk
diembunkan/kondensasi) atau ke peralatan lainnya. Hasil dari evaporator (produk
yang diinginkan) biasanya dapat berupa padatan atau larutan berkonsentrasi.
B. Fungsi Evaporator
Evaporator adalah sebuah alat yang berfungsi mengubah sebagian atau
keseluruhan sebuah pelarut dari sebuah larutan dari bentuk cair menjadi uap.
Evaporator mempunyai dua prinsip dasar, yaitu untuk menukar panas dan untuk
memisahkan uap yang terbentuk dari cairan. Evaporator umumnya terdiri dari tiga
bagian, yaitu penukar panas, bagian evaporasi (tempat di mana cairan mendidih lalu
9
menguap), dan pemisah untuk memisahkan uap dari cairan lalu dimasukkan ke
dalam kondensor (untuk diembunkan/kondensasi) atau ke peralatan lainnya. Hasil
dari evaporator (produk yang diinginkan) biasanya dapat berupa padatan atau
larutan berkonsentrasi.
Larutan yang sudah dievaporasi bisa saja terdiri dari beberapa komponen
volatile (mudah menguap). Evaporator biasanya digunakan dalam industri kimia
dan industri makanan. Pada industri kimia, contohnya garam diperoleh dari air asin
jenuh (merupakan contoh dari proses pemurnian) dalam evaporator. Evaporator
mengubah air menjadi uap, menyisakan residu mineral di dalam evaporator. Uap
dikondensasikan menjadi air yang sudah dihilangkan garamnya. Pada sistem
pendinginan, efek pendinginan diperoleh dari penyerapan panas oleh cairan
pendingin yang menguap dengan cepat (penguapan membutuhkan energi panas).
Evaporator juga digunakan untuk memproduksi air minum, memisahkannya dari
air laut atau zat kontaminasi lain.
1. Evaporator
2. Kondensor adalah salah satu jenis mesin penukar kalor (heat exchanger)
yang berfungsi untuk mengkondensasikan fluida.
3. Injeksi uap
4. Perangkap uap.
10
Evaporasi dilaksanakan dengan cara menguapkan sebagian dari pelarut
pada titik didihnya, sehingga diperoleh larutan zat cair pekat yang konsentrasinya
lebih tinggi. Uap yang terbentuk pada evaporasi biasanya hanya terdiri dari satu
komponen, dan jika uapnya berupa campuran umumnya tidak diadakan usaha untuk
memisahkan komponen-komponennya.
D. Pengaplikasian Evaporator
Pengaplikasian evaporator di berbagai industri antrara lain: pada pabrik
gula, pabrik garam, industri bahan kimia, industri makanan dan minuman, dan
kilang minyak. Proses evaporasi telah dikenal sejak dahulu, yaitu untuk membuat
garam dengan cara menguapkan air dengan bantuan energi matahari dan angin.
Kegunaan utama dari evaporator adalah menguapkan air pada larutan sehingga
larutan memiliki konsentrasi tertentu. Pada industri makanan dan minuman, agar
memiliki mutu yang sama pada jangka waktu yang lama, dibutuhkan evaporasi.
Misalnya untuk pengawetan adalah pembuatan susu kental manis.
Dalam dunia industri baik industri yang berskala besar maupun kecil,
penggunaan evaporator tentunya sangat dibutuhkan agar dapat menghasilkan
produk sesuai dengan yang diinginkan, seperti industri kimia dan industri makanan,
contohnya proses pembuatan garam, bahan baku garam dihasilkan dari air laut yang
tentunya memiliki kandungan air, sehingga garam akan dimasukkan ke dalam
evapotor dan dievaporasikan agar mengubah air menjadi uap dan dikeluarkan
sehingga yang tersisa hanya larutan mineral-mineral yang terdapat dalam
evaporator. Khusus untuk industri migas, evaporator digunakan untuk memekatkan
larutan crude oil dengan menghilangkan kadar airnya sehingga meringankan kinerja
kolom Destilasi. Dalam skala komersial, proses evaporasi membutuhkan peralatan
pendukung seperti kondensor, perangkap uap, injeksi uap dan evaporator itu
sendiri.
E. Tipe-Tipe Evaporator
11
Gambar 4. Evaporator Single Effect
12
Keuntungan evaporator efek majemuk adalah merupakan
penghematan yaitu dengan menggunakan uap yang dihasilkan dari alat
penguapan untuk memberikan panas pada alat penguapan lain dan dengan
memadatkan kembali uap tersebut.
13
2. Falling Film Evaporator
14
Gambar 8. Rising Film (Long Tube Vertical) Evaporator
4. Plate Evaporator
15
susu dan fermntasi karena fleksibilitas ruangan. Tidak efektif untuk larutan
kental dan padatan
5. Multi-effect Evaporator
6. Horizontal-tabung Evaporator
16
Evaporator horisontal-tabung merupakan pengembangan dari panci
terbuka, di mana panci tertutup dalam, umumnya dalam silinder vertikal.
Tabung pemanas disusun dalam bundel horisontal direndam dalam cairan
di bagian bawah silinder. Sirkulasi cairan agak miskin dalam jenis
evaporator.
7. Vertikal-tabung Evaporator
17
Gambar 13. Submerged Combustion Evaporator
18
adalah evaporator dengan pemanasan stem dimana uap atau uap lain
yang dapat dikondensasi adalah sumber panas dimana uap terkondensasi di
satu sisi dari permukaan pemanas dan panas ditranmisi lewat dinding ke
cairan yang mendidih.
Jenis ini merupakan evaporator yang paling klasik dan banyak diaplikasikan
pada berbagai bidang industri. Umumnya, jenis ini digunakan untuk keperluan-
keperluan skala kecil dengan penggunaan teknologi sederhana.
19
Gambar 17. Standard Vertical-tube Evaporator
Prinsip kerja pada standard vertical-tube evaporator yakni, cairan akan
mengalir di dalam pipa sementara uap (steam) mengalir di dalam shell. Di dalam
tabung, cairan akan mendidih dan uap yang timbul bergerak membawa cairan ke
atas. Pada tahap ini, akan terjadi sirkulasi cairan yang disebabkan oleh perbedaan
fasa antara fluida yang terdiri dari campuran uap-cair dengan cairan yang berada di
bagian luar pipa. Pada bagian atas pipa terdapat ruang (bejana uap) yang berperan
memisahkan cairan dengan uap. Proses pemisahan antar uap dengan cairan dalam
ruang uap dimana uap akan keluar melalui saluran atas sementara cairan akan keluar
melalui saluran di bagian bawah bejana, selanjutnya akan bersirkulasi kembali
melalui pipa-pipa.
3. Basket Evaporator
20
Gambar 18. Basket Evaporator
Sirkulasi cairan berlangsung natural (natural circulation) dan terjadi dengan
baik sehingga transfer panas secara konveksi akan berlangsung secara efektif dalam
jumlah besar. Natural circulation disebabkan oleh adanya perbedaan rapat massa
karena pebedaan fasa antara cairan yang terdapat di dalam pipa dengan cairan yang
berada di luar pipa. Selain itu, kerak yang terbentuk di bagian luar pipa mempersulit
proses pembersihan, jenis ini hampir mirip dengan horizontal tube evaporator.
21
5. Long Tube Vertical Evaporator
22
Jenis evaporator ini merupakan hasil rangkaian untuk keperluan tertentu,
dimana heat exchanger, pompa dan unit pemisah cairan-uap merupakan unit yang
terpisah.
23
Gambar 23. Climbing Film, Long Tube Vertical Evaporator With External
Heater
Prinsip kerja jenis evaporator ini sebenarnya hampir mirip dengan Long
Tube Vertical Evaporator hanya dibedakan dari alat pemanas dan pemisah uap yang
letaknya terpisah.
24
Gambar 25. Direct Contact Evaporator
Pada jenis evaporator ini akan terjadi kontak langsung antara cairan dengan
gas pemanas sehingga koefisien perpindahan panas sangat besar. Di dalam bagian
tengah tabung terdapat ruang yang berfumgsi sebagai ruang pembakaran (lihat
gambar di atas). Secara umum, penggunaan evaporator ini ditujukan untuk larutan
kental, atau bahkan sluriy.
25
pemanas akan dialirkan melalui koil, sementara untuk pemanasan extenal,
pemanas akan melalui jaket pada shell.
26
BAB VI
KESIMPULAN
Evaporasi merupakan suatu proses penguapan sebagian dari pelarut
sehingga didapatkan larutan zat cair pekat yang konsentrasinya lebih tinggi. Tujuan
dari evaporasi itu sendiri yaitu untuk memekatkan larutan yang terdiri dari zat
terlarut yang tidak mudah menguap dan pelarut yang mudah menguap.
27
DAFTAR PUSTAKA
Gaman, P.M. dan KB Sherrington. 1994. Ilmu Pangan Pengantar Ilmu Pangan Nutrisi dan
Mikrobiologi. Yogyakarta: UGM Press.
Hui YH. 2006. Handbook of Food Science, Technology, and Engineering, Volume 3. Boca
Raton: Taylor & Francis Group. Hal:102-11.
Mc Cabe, Warren L. 1993. Operasi Teknik Kimia Jilid 1.Jakarta :Penerbit Erlangga
Mc.Cabe, W. L., Smith, J. C,. Harriott, P., 1993, “Unit Operations of Chemical
Engineering”, 5th, Mc.Graw-Hill Book Company Inc, Singapura.
Praptiningsih, Y., 1999. Teknologi Pengolahan. Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Jember, Jember
Winarno, F.G. 2007. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Wirakartakusumah, dkk. 1989. Prinsip Teknik Pangan. Bogor; Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan IPB
28