Anda di halaman 1dari 13

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keselamatan adalah faktor utama dalam melakukan berbagai macam aktifitas,
baik dalam pekerjaan, maupun dalam perjalanan hingga banyak upaya yang
dilakukan pemerintah untuk mencegah terjadinya kecelakaan yang nantinya akan
merugikan masyarakat baik disebabkan oleh faktor lingkungan maupun dari
manusia itu sendiri.
Dalam sehari manusia melakukan berbagai macam aktifitas mulai dari
bangun tidur hingga kembali tidur, menjaga diri agar selalu waspada terhadap
bahaya lingkungan sekitar sangatlah penting, agar selalu selamat sehingga esok
hari dapat melakukan rutinitas kembali. Banyak media yang digunakan manusia
dalam berkegiatan untuk menunjang aktifitasnya, salah satunya adalah
transportasi umum seperti kereta api. Kereta api dinilai efisien dalam ketepatan
waktu sebagai penunjang kegiatan, dalam hal ini pemerintahpun ikut andil dalam
urusan menjaga keselamatan baik penumpang maupun pengguna jalan lainnya
yang berada di sekitar area perlintasan kereta api. Sayangnya masih banyak
masyarakat yang tidak memperdulikan ketertiban sebagai pengguna jalan maupun
pengguna transportasi tersebut.
Peraturan tentang kereta api sudah di atur dalam UU No.23 Tahun 2007 (GoI,
2007) Tentang Perkeretaapian, didalam undang-undang tersebut sudah sangat
jelas di bahas tentang segala hal tentang perkeretaapian termasuk keselamatan
baik penumpang maupun pengguna jalan lainnya. Tetapi masih banyak orang
yang tidak peduli dengan peraturan tersebut, terbukti dengan masih banyaknya
pelanggaran tata tertib yang terjadi di sekitar pintu perlintasan. Sebenarnya
banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan dalam perkeretaapian
tetapi yang paling sering terjadi adalah kecelakaan di sekitar perlintasan kereta api
yang disebabkan oleh kelalaian pengguna jalan sendiri. Banyak pengguna jalan
yang lebih mementingkan kepentingan pribadi, dengan tetap nekat untuk
menyebrang, padahal menyebrang perlintasan kereta api dengan sembarangan
apalagi menyebrangi perlintasan kereta api yang palang pintunya tertutup sangat
membahayakan keselamatan jiwa, walaupun petugas sudah berjaga-jaga

1
menertibkan kawasan perlintasan, tetapi masih ada saja yang nekat untuk
menyebrang, dengan alasan terburu-buru, bahkan malas untuk menunggu palang
pintu terbuka kembali. Pelanggaran yang terjadi di sekitar perlintasan kereta api
juga dibahas pada UU No. 22 Tahun 2009 (RI, 2009) tentang lalu lintas dan
angkutan jalan, pada pasal 114 yang membahas tentang wajibnya mendahulukan
kereta api.
Banyaknya kasus kecelakaan di sekitar perlintasan kereta api yang
disebabkan oleh kelalaian pengguna jalan, salah satunya adalah (Masnurdiansyah,
2016) kecelakaan di Padasuka, Kota Cimahi, yang merenggut nyawa Siswi SMP
PGRI 1 Cimahi itu menerobos perlintasan tanpa palang pintu otomatis saat
mengendarai sepeda motor, Kamis (21/7/2016). (Ramadhan, 2017) Ada pula
kecelakaan yang terjadi di pintu perlintasan kereta api Jalan Garuda, Andir, Kota
Bandung pada Senin (30/10/2017) pukul 13.30 WIB. Pada saat itu korban
langsung tewas di tempat dikarenakan kelalaiannya saat berada di perlintasan
kereta api. Kejadian tersebut berawal saat kereta api Serayu jurusan Bandung-
Jakarta sudah melintas dan palang pintu masih tertutup dikarenakan kereta api
Argo Parahyanganpun akan melintas. Pada saat itu pintu perlintasan masih di
tutup dari kedua arah, lalu tiba-tiba korban melintas dari arah Jalan Nurtanio,
tetapi korban menghiraukan palang pintu yang masih tertutup dan sirine yang
masih berbunyi, dan tetap memaksa melintas dengan kendaraan roda duanya,
tanpa mengurangi kecepatan, dan menghiraukan peringatan dari petugas palang
pintu, sehingga kecelakaan tersebut tidak dapat dihindari.
Melihat dari masalah yang ada, penulis mencoba untuk meneliti perilaku
pengendara kendaraan dari yang menerobos palang pintu kereta api. Metode
penelitan yang dingunakan yaitu metode pendekatan kualitatif dan menggunakan
teknik observasi, dokumentasi, wawancara, dan kusioner yang dilakukan di Kota
Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan penjelasan dari latar belakang di atas dapat di indentifikasi
masalah yang ada pada penelitian ini adalah :
1. Kurangnya edukasi tata tertib berlalulintas.

2
2. Kurangnya kepedulian pengendara antara pengendara lain.
1.3 Rumusan Masalah
Untuk memperjelas permasalahan diatas yang akan diteliti, maka
permasalahannya sebagai berikut :
1. Bagaimanakah cara untuk mengajak para pengguna jalan untuk tertib pada
saat berada di sekitar perlintasan kereta api?

1.4 Batasan Masalah


Menurut hasil permasalahan diatas, maka diperlukan adanya batasan masalah untuk
menghindari permasalahan yang semakin membesar atau fatal. Adapun masalah yang
akan diteliti nantinya adalah “BAHAYA KECELAKAAN DI PERLINTASAN
KERETA API”

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian


Dari kegunaan atau manfaat dari Penelitian Bahaya Kecelakaan Di
Perlintasan Kereta Api ini adalah :
1. Masyarakat
Untuk meningkatkan kesadaran pengendara kendaraan saat melintasi
perlintasan kereta api agar mengurangi pengendara kendaraan yang
menerobos palang pintu kereta api dan tertib nya perlintasan kereta api,
sehingga berkurangnya angka kecelakaan di perlintasan kereta api dan
bertujuan untuk menambah pemahaman dasar seseorang akan pentingnya
keselamatan untuk dirinya sendri ketika berada di perlintasan rel kereta api.

2. PT.Kereta Api Indonesia


Untuk lebih bisa mengembangkan dan memperbaiki sistem di perlintasan
kereta api.dan membantu mengurangi angka mengurangi angka kecelakaan
lalu lintas di perlintasan kereta api

1.6 Metode Penelitian


Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif, sehingga metode
penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif, dikarenakan dalam penelitian
ini hasil yang didapatkan berubah hasil data yang didapat. Menurut David
Williams (1995) mengungkapkan bahwa penelitian kualitatif adalah

3
pengumpulan data terhadap suatu latar alamiah dengan menggunakan metode
ilmiah dan dilakukan oleh orrang atu peneliti yang tertarik secara alami. Teknik
pengambilan datanya dilakukan secara random. Untuk melakukan pencarian data
peneliti melakukan cara-cara sebagai berikut;

1. Wawancara
Menurut Esterberg dalam sugiyono (2015) wawancara adalah pertemuan
yang dilakukan oleh dua orang untuk bertukar informasi maupun suatu ide
dengan cara tanya jawab, sehingga dapat dikerucutkan menjadi sebuah
kesimpulan atau makna dalam topik tertentu. Metode ini dipilih oleh peneliti
guna menggali informasi tentang bagaimana mengenai sejauh mana
kesadaran pengendara kendaraan saat di perlintasan kereta api untuk
mengetahui aspek psikografi maupun behaviour dari pengendara kendara
yang melintas di perlintasan kereta api.

2. Observasi Partsipan
Menurut Riyanto (2010) brservasi merupakan metode pengumpulan data
yang menggunakan secara langsung maupun tidak langsung observasi.
Observasi pasrtisipan adalah dimana orang yang melakukan pengamatan
berperan serta ikut ambil bagian dalam kehidupan orang yang di observasi.
Dalam hal ini peneliti berusaha melakukan pengamatan secara penuh pada
pelaksanaan kegiatan ini, observasi ini untuk mengamati peristiwa dengan
seksama dan secara waktu yang sebenernya kejadian – kejadian bisa tangkap
dan di olah secara almiah oleh mata.

3. Dokumentasi
Menurut Arikunto (2006) metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai
variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
notulen rapat agenda dan sebagainya. Selain itu metode dokumentasi ini pun
menggunakan buku pendukung yang beerkaitan dengan bagaimana caranya
orangtua dalam mendidik atau membimbing sang anak. Tujuan bukti nyata
memiliki banyak data – data berupa arsip, dan sebagai dokumentasi juga
peneliti mengabadikan foto – foro tentang keadaan dan suasana di pintu
perlintasan Kereta Api Jalan Garuda, Andir, Kota Bandung.

4
4. Kuesioner
Pengumpulan data yang digunakan pada metode kuesioner, yaitu dengan cara
memberikan beberapa pertanyaan atau pernyataan terhadap pengendara
dengan data yang digunakan untuk diteliti.

5
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Transportasi


Pengertian transportasi secara harafiah adalah pemindahan manusia atau
barang dari satu tempat ke tempat lain secara fisik dalam waktu yang tertentu
dengan menggunakan atau digerakkan oleh manusia, hewan atau mesin. Secara
umum transportasi dibagi menjadi tiga yaitu transportasi darat, transpotasi laut
dan
transportasi udara. Menurut beberapa ahli transportasi dapat didefinisikan sebagai
berikut:
1. Menurut Hadihardaja dkk, dalam buku Sistem Transportasi (1997),
Transportasi adalah pemindahan penumpang dan barang dari satu tempat ke
tempat lain. Dalam transportasi ada dua unsur yang terpenting yaitu
pergerakan (movement) dan secaara fisik terjadi perpindahan tempat atas
barang atau penumpang dengan atau tanpa alat angkut ke tempat lain.
2. Menurut Kamaludin (1986) dalam Musa dan Setiono (2012), transportasi
adalah mengangkut atau membawa suatu barang dari suatu
Tempat ke tempat lainnya atau dengan kata lain yaitu merupakan suatu
Gerakan pemindahan barang-barang atau orang dari suatu tempat ke tempat
yang lain.

2.2 Perilaku Pengendara


Menurtu KBBI perilaku merupakan tanggapan atau reaksi individu terhadap
rangsangan atau lingkungan. Perilaku merupakan semua aktivitas yang dilakukan
oleh makhluk hidup. Sehingga manusia, hewan dan tumbuhan memiliki perilaku
tersendiri yang dilakukan karena termasuk makhluk hidup. Menurut Skinner
sebagaimana dikutip oleh (Notoatmojo, 2010) perilaku merupakan respon atau
reaksi seseorang terhadap rangsangan dari luar (stimulus).
Perilaku manusia merupakan hasil dari pengalaman yang dilakukan oleh
manusia tersebut. Dimana perilaku merupakan hasil dari pengalaman yang
dilakukan oleh manusia yang berasal dari pengealaman yang diwujudkan dalam
bentuk sikap, tanggapan, pengetahuan ataupun tindakan. Dengan kata lain,

6
perilaku merupakan respon ataupun interaksi dari luar maupun dari dalam diri
seseorang atas apa yang terjadi. Respon tersebut berupa Tindakan (yaitu respond
aktif) dan respon tersebut berupa pemikiran beserta pendapat (yaitu respon pasif).

2.2.1 Pengertian Lalu Lintas


Lalu lintas adalah suatu sistem yang terdiri dari komponen-komponen.
Komponen utama yang pertam atau suatu system head way (waktu antara dua
kendaraan yang berurutan ketika melaku sebuah titik pada suatu jalan) meliputi
semua jenis prasarana infrastuktur dan saran dari semua jenis angkutan yang ada,
yaitu : jaringan jalan, pelengkap jala, fasilitas jalan, angkutan umum dan pribadi,
dan jenis kendaraan lain yang menyelanggarakan proses pengankutan, yaitu
memindakan orang atau bahan dari suatu tempat ketempat yg lain yang dibatasi
jaran tertentu (Sumarsona,1996).
Lalu lintas di dalam Undang – Undang No. 22 Tahun 2009
Didefinisikan gerak kendaraan dan organ di ruang lalu lintas. Ruang lalu
kendaraan, orang, dan atau barang yang berupa jalan dan fasilitas penumpang.
Lalu lintas memiliki karakteristik dan keunggulan tersendiri maka perlu
dikembangkan dan dimanfaatkan sehingga mampu menjangkau seluruh wilayah
dan pelosok daratan dengan mobilitas tinggi dan mampu memadukan sarana
transportasi lain. Menyadari peranan trasnportasi lalu lintas ditata dalam sistem
trasnportasi nasionla secara terpadu dan mampu mewujudkan tersedianya jasa
transportasi yang serasa dengan tingkat kebutuhan lalu lintas yang tertib, selamat,
aman, nyaman, cepat, teratur, lancer, dan biaya yang terjangkau oleh masyarakat2

2.2.2 Komponen Lalu Lintas


Kondisi lalu lintas suatu jalan adalah hasil dari perilaku arus lalu lintas.
Perilaku arus lalu lintas merupakan hasil interaksi dari pengaruh karakteristik arus
lalu lintas yang bergantung pada variasi dan jenis pemakai jalan yang bergerak
dengan bentuk yang berbeda-beda dan dipengaruhi oleh arus lalu lintas, kecepatan
kendaraan dan kerapatan lalu lintas yang terjadi.
Karakteristik lalu lintas diperlukan untuk menjadi acuan dalam perencanaan
lalu lintas yang dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:

7
1. Faktor Manusia Manusia merupakan faktor yang paling tidak stabil
pengaruhnya terhadap kondisi lalu lintas serta tidak dapat diramalkan secara
tepat. Tinjauan terhadap faktor manusia ini perlu dilakukan guna menghasilkan
perencanaan operasi lalu lintas. Faktor lainnya dimana manusia sebagai
pengemudi kendaraan dipengaruhi oleh faktor luar berupa keadaan di
sekitarnya, seperti cuaca, daerah pandangan serta penerangan jalan di malam
hari. Faktor lain yang 6 mempengaruhi perilaku manusia adalah sifat
perjalanan serta faktor kecakapan, kemampuan dan pengalaman pengemudi.
2. Faktor Kendaraan Kendaraan sebagai sarana transportasi jalan dapat dibedakan
atas kendaraan bermotor dan tidak bermotor.
3. Faktor Jalan Fungsi jalan dapat mempengaruhi arus lalu lintas. Faktor ini
ditinjau dari segi dimensi jalan, bentuk fisik jalan, fungsi jalan maupun kondisi
jalan.
4. Faktor Kendaraan Kendaraan sebagai sarana transportasi jalan dapat dibedakan
atas kendaraan bermotor dan tidak bermotor.

2.2.3 Kereta Api

Kereta api adalah sarana transportasi berupa kendaraan dengan tenaga


gerak, baik berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan kendaraan lainny, yang
bergerak di rel. Kereta api umumnya terdiri dari lokomotif yang dikemudikan oleh
tenaga manusia yang disebut masinis dengan bantuan mesin dan rangkaian kereta
atu gerbong sebagai tempat pengangkutan barang dan atau penumpang.
Rangkaian kereta atau gerbong sebagai tempat pengangkutan barang dan atau
penumpang. Rangakaian kereta atau gerbong tersebut berukuran relative luas
sehingga mampu memuat penumpang atau barang dalam skala yang besar. Karena
sifatnya sebagai angkutan massal efektif, beberapa negara berusaha
memanfaatkannya secara maksimal sebagai alat transportasi utama angkutan darat
baik di dalamm kota, antarkotam maupun antarnegara. Menurut salim (2004)
angkutan kereta api adalah penyediaan jasa-jasa transportasi di atas rel untuk

8
membawa barang dan penumpang. Kereta api memberikan pelayanan
keselamatan, nyaman dan aman bagi penumpang.
Kereta api ditemukan pada sekitar tahun 1800 dan mengalami
perkembangan sampai tahun 1860 (Salim, 2004). Pada mulanya dikenal kereta
kuda yang menarik lebih dari satu (rangkaian). Kemudian dibuatlah kereta kuda
yang menarik lebih dari satu rangkaian serta berjalan di jalur terntentu yang
terbuat dari besi (rel). Kereta api, Terdapat beberapa jenih kereta. Jenis pertama
adalah jenis kereta menurut tenaga penggerak terdapat beberapa jenis kereta api
menurut tenga penggerakanya antara lain:
1. Kereta Api Uap
Kereta api uap adalah kereta api yang digerakan dengan uap air yang hasilnya dari
ketel uap yang dpanaskan dengan kayu bakar, batu bara ataupun minyak bakar,
oleh karena itu kendaraan ini di katakana sebagai kereta api
2. Kereta Api Diesel

2.3 Perlintasan Kereta Api


Perlintasan adalah perpotongan antara arus lalu lintas dua jenis moda
transportasi yang berbeda pada pertemuan jalan sebidang seperti jalan rel kereta
api dengan jalan. Masing-masing prasarana transportasi tersebut memiliki karakter
transportasi yang berbeda dan tingkat pelayanan yang berbeda pula. Pengaturan
pada perlintasan lebih sulit dibandingkan dengan persimpangan, karena
melibatkan arus kendaraan bermotor pada suatu sisi dan kereta api pada sisi lain.
Berdasarkan waktu penggunaan perlintasan, kereta api menggunakan perlintasan
dengan jadwal tertentu walaupun sering sekali tidak tepat waktu, sedangkan
kendaraan yang melewati persimpangan tidak terjadwal sehingga arus kendaraan
dapat melintasi perlintasan kapan saja. Dari segi akselerasi dan sistem
pengereman, diperoleh kendaraan bermotor lebih unggul dibandingkan kereta api
dimana kendaraan dalam melakukan akselerasi lebih singkat dari kereta api begitu
juga dengan waktu dan jarak pengereman, kendaraan bermotor memiliki waktu
dan jarak pengereman yang lebih pendek dari kereta api. Dengan demikian,
terbentuklah pola perlintasan kereta api dengan jalan raya menganut sistem
prioritas untuk kereta api dimana arus kendaraan harus berhenti dahulu ketika
kereta api melewati perlintasan.

9
BAB 3. ANALISIS

3.1 Kuesioner
Kuesioner merupakan metode pengumpulan data dengan memberikan
tanggung jawab kepada target audience melalui angket pertanyaan-pertanyaan.
Pada kuesioner ini dilakukan kepada 20 partisipan dengan pertanyaan-pertanyaan
menyangkut usia dan domisili serta hal lain yang menyangkut apakah
membahayakan area perlintasaan kereta api dengan terjadinya kecelakaan. Dari
pertanyaan pertama mengenai usia responden , mayoritas responden dengan
jumlah persentasi berjumlah lebih dari 60% menjawab berusia 25 keatas, sehingga
dapat ditarik kesimpulanya bahwasanya tingkat kesadaran masyrakat akan bahaya
perlintasan kereta api masih terbilang rendah.
Pada pertnyaan selanjutnya adalah mengenai tata tertib area perlintasan kereta
api, dari hasil yang di dapet adalah 75% adalah responden tidak mengetahui tata
tertib serta menganggab remeh hal tersebut.

3.2 Sumber Data


Pada penelitian ini sumber data yang digunakan yaitu sumber data primer.
Menurut Sugiyono (2017,308) Sumber data primer adalah sumber data yang
langsung memberikan data kepada pengumpul data. Sumber data primer adalah
sumber data utama dalam suatu penelitian.
Penelitian ini memperoleh data ini untuk mengetahui secara langsung tentang
pengguna kendaraan, pejalan kaki, serta masyarakat sekitar yang tinggal ataupun
beraktivitas di kawasan perlintasan kereta api, apakah mempunyai kekhawatiran
atau ketakutan akan terjadinya kecelakaan di kawasan tersebut? atau mempunyai
peristiwa yang buruk, maka dari itu peneliti menanyakan langsung kepada target
audiens dengan melakukan sesi tanya jawab, agar mendapatkan data yang akurat.

3.3 Observasi Partisipan

10
Observasi Partisipan merupakan teknik pengumpulan data dengan cara
mengamati tingkah laku target audience, dan kondisi geografis tempat target
audience. Sehingga dengan ini strategi branding yang akan dilakukan mampu
menjawab keinginan target audience.
Dalam penelitian ini, yang menjadi unit observasi peneliti adalah pada analisa
situasi serta pengguna jalan yang berada di sekitar perlintasan kereta api, baik
pengendara motor, mobil maupun pejalan kaki yang tentunya merupakan target
dari penelitian ini. Pada konteks penelitian ini peneliti menggunakan analisis data
kualitatif yang bersifat induktif yaitu suatu analisis berdasarkan data-data yang
diperoleh, lalu diolah dan dikembangkan menjadi suatu hipotesis. Oleh karena itu
peneliti mengumpulkan data-data seperti studi kepustakaan, catatan hasil
observasi dan wawancara yang akan menjadi bahan dalam penelitiannya

3.4 Perancangan

3.4.1 Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan untuk mengetahui fakta lingkungan dimana survei
dilaksanakan agar mendapatkan data yang valid sehingga dapat dijadikan acuan
untuk melakukan place branding. Pada intinya metode dokumentasi ini digunakan
untuk menelusuri data historis. Dokumentasi yang dilakukan adalah
mengumpulkan bahan visual, Observasi partisipan yang dilakukan secara
langsung dengan terjun ke objek yang yang akan diteliti makan kami pun
mendokumentasi agar data lebih akurat dan terpercaya.

3.4.2 Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan
pertanyaan-pertanyaan secara langsung tatap muka maupun melalui telepon
kepada para responden yang sekirannya menjadi target audience. Kegiatan ini
dilakukan dengan tujuan agar peneliti memperoleh pemahaman mengenai bahaya
kecelakaan di perlintasan kereta api, sebagaimana hal tersebut dimaknai oleh
pelaku. Informan kunci dalam kajian ini antara lain pengendara motor, mobil,
pejalan kaki.

11
BAB 4. Kesimpulan dan Saran

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan data dengan teknik observasi ,
dokumentasi wawancara, dan memberikan kuesioner yang dilakukan kepada
warga cimahi dan luar cimahi , maka diambul kesimpulan sebagai berikut :

4.2 Saran
Berdasarkan hasil yang diperoleh ditemukan permasalahan yang belum
terpecahkan sehingga peniliti mengajukan beberapa saran yang dirasa baik
memberikan efek yang baik saran tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

12
LAMPIRAN

Interview Guide

Profil Informan :

A. Nama : Asep Subandi


B. Usia : 46 Tahun
C. Jenis Kelamin : Laki-laki
D. Pekerjaan : Ibu Rumah tangga
E. Alamat : Jl. Jamika Lama, Gang Mbah Buyut 1

Pertanyaan :

1. Mengapa bapak tetap melewati perlintasan kereta api, walaupun palang sudah
tertutup?
2. Apakah bapak memikirkan dampak saat tetap melewati perlitasaan kereta api
ketika palang sudah tertutup?
3. Menurut Bapak, tindakan yang dilakukan tersebut, itu baik atau tidak
4. Ketika Bapak melakukan hal tersebut, apakah sebenarnya ada kekhawatiran ?

13

Anda mungkin juga menyukai