Anda di halaman 1dari 10

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN ANGKUTAN SEKOLAH BAGI SISWA SEKOLAH DASAR (STUDI KASUS DI KOTA YOGYAKARTA) Ade Primerita Septiana,

ST. Mrican Gang Guru no.4 Yogyakarta 55281 e-mail: ade.ps@eudoramail.com


Abstrak Angkutan sekolah merupakan pelayanan untuk mengantar-jemput siswa sekolah. Jenis angkutan ini sering disebut angkutan antar-jemput. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya kebutuhan angkutan sekolah ditinjau dari karakteristik orang tua dan anak, menganalisis faktor kebutuhan kualitas pelayanan angkutan sekolah dan mengetahui jangkauan pelayanan angkutan sekolah saat ini. Penelitian ini dilakukan di tiga lokasi sekolah dasar yaitu SD Ungaran, SD Serayu dan SD Muhammadiyah Sapen yang terletak di Kecamatan Gondokusuman, Yogyakarta. Pengumpulan data primer dilakukan dengan menyebarkan kuesioner pada 300 orang tua siswa sekolah dasar. Sebagian data dianalisis secara deskriptif dan sebagian diplotkan dalam peta garis keinginan. Sedangkan sikap konsumen terhadap variabel kualitas pelayanan angkutan sekolah diolah menggunakan analisis faktor. Berdasarkan hasil penelitian, responden angkutan sekolah terdiri dari 36% konsumen aktual dan 31% konsumen potensial. Kepemilikan kendaraan pribadi dan ketersediaan waktu luang merupakan karakteristik orang tua yang paling mempengaruhi adanya kebutuhan terhadap angkutan sekolah. Berdasarkan analisis faktor terhadap sikap konsumen diperoleh hasil bahwa faktor pelayanan angkutan sekolah yang paling dibutuhkan konsumen aktual adalah kelengkapan kendaraan, sedangkan konsumen potensial lebih membutuhkan angkutan sekolah yang dapat menjamin keselamatan dan kenyamanan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelayanan angkutan sekolah masih membutuhkan perencanaan yang lebih baik. Kata-kata kunci : kebutuhan, angkutan sekolah, konsumen aktual, konsumen potensial

Dr.Ir. Danang Parikesit, M.Sc. Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik UGM Jl. Grafika no.2 Yogyakarta 55281 e-mail : dparikesit@mstt.ugm.ac.id

1. PENDAHULUAN Pelayanan angkutan umum di Yogyakarta tidak sesuai untuk digunakan anak-anak usia sekolah dasar. Terutama bila ditinjau dari segi keamanan, keselamatan, kenyamanan dan rancangannya. Selain itu rute yang tersedia masih terbatas pada jalan-jalan besar sehingga tidak dapat langsung menjangkau pintu depan rumah. Kendaraan lain seperti becak memiliki kapasitas yang kecil dan masih dianggap kurang aman dan kurang cepat. Dalam kondisi yang demikian angkutan sekolah sebagai jasa pengantar anak-anak sekolah semakin berkembang pesat. Keunggulan dari angkutan ini adalah pengoperasiannya yang bersifat door to door serta jadwal yang disesuaikan dengan jadwal masuk dan pulang sekolah. Namun demikian masih terdapat beberapa kekurangan pada kualitas pelayanan angkutan sekolah. Pengembangan lebih lanjut mengenai angkutan sekolah, baik dari segi desain, sistem operasi maupun manajemen pengelolaan sangat diperlukan. Data-data aktual yang berkaitan dengan kebutuhan angkutan sekolah di Yogyakarta perlu disediakan. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah mengidentifikasi adanya kebutuhan angkutan sekolah ditinjau dari karakteristik orang tua dan anak, mengidentifikasi faktor-faktor kebutuhan kualitas pelayanan angkutan sekolah ditinjau dari sikap konsumen serta mengidentifikasi jangkauan pelayanan angkutan sekolah di Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan di sekolah-sekolah dasar tujuan pengoperasian angkutan sekolah di Kecamatan Gondokusuman, Kotamadya Yogyakarta. Pengumpulan data penelitian dilaksanakan pada akhir tahun 2001 dan awal tahun 2002. Angkutan sekolah di D.I.Yogyakarta yang dikelola oleh sekolah maupun swasta disebut sebagai angkutan antar-jemput.

Simposium V FSTPT, Universitas Indonesia, 16-17 Oktober 2002

2. TINJAUAN PUSTAKA Istilah paratransit diciptakan pada tahun 1970-an untuk mendefinisikan beberapa moda angkutan yang jenis pengoperasiannya antara angkutan umum (transit) dan angkutan pribadi. Persamaan paratransit dengan transit terletak pada ketersediaannya untuk melayani masyarakat umum, sedangkan persamaannya dengan angkutan pribadi adalah pengoperasiannya yang sesuai permintaan (Kirby,1974, dalam Black,1995). Angkutan informal didefinisikan sebagai angkutan penumpang atau barang yang melayani rute menurut kesepakatan penumpang pada kawasan strategi, baik di dalam maupun pinggiran kota yang mempunyai jam operasi tertentu dan memiliki sistem tarif atas dasar kesepakatan bersama (PAU Teknik UGM, 1999). 3. LANDASAN TEORI Manusia akan memilih moda transportasi yang paling menguntungkan baik dilihat dari segi ekonomi, efisiensi maupun tingkat pelayanannya. Menurut Ortuzar dan Willumsen (1994) terdapat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap pemilihan moda transportasi yaitu karakteristik pelaku perjalanan, karakteristik perjalanan dan karakteristik pelayanan transportasi. Kualitas pelayanan adalah ukuran menyeluruh dari karakteristik operasi dan pelayanan yang mempengaruhi penumpang. Kualitas pelayanan dapat memberikan indikator terhadap baik buruknya moda transportasi dalam mengoperasikan kendaraannya. Menurut Hay (1977), karakteristik yang berhubungan dengan kualitas pelayanan dari suatu moda transportasi adalah: 3.1 Capacity (kapasitas / daya tampung kendaraan) 3.2 Speed (kecepatan kendaraan) 3.3 Accessibility (kemampuan untuk mencapai lokasi tertentu) 3.4 Flexibility (kemudahan untuk menyesuaikan terhadap waktu dan tempat) 3.5 Frequency (kekerapan/keseringan) 3.6 Safety (keselamatan) dan dependability (keandalan) 3.7 Acceleration (percepatan) dan deceleration (perlambatan) 3.8 Door to door travel time (waktu perjalanan dari pintu ke pintu) 3.9 Comfort (kenyamanan) dan amenities (kenikmatan) Metode analisis faktor adalah teknik reduksi data yang bertujuan untuk membentuk suatu kombinasi dari variabel awal yang selanjutnya disebut sebagai faktor. Sesuai tujuan penelitian, analisis faktor akan digunakan untuk mereduksi variabel kualitas pelayanan angkutan sekolah menjadi beberapa faktor. Tamin (2000) menyatakan bahwa dalam studi kebutuhan prasarana dan sarana transportasi diperlukan informasi berapa banyak perjalanan terjadi. Model sebaran pergerakan dapat digunakan untuk pemodelan kebutuhan akan transportasi di daerah yang ketersediaan datanya tidak begitu mendukung baik dari sisi kualitas maupun kuantitas. Dengan mempelajari pola pergerakan yang terjadi, kita dapat mengidentifikasi permasalahan yang timbul sehinggga beberapa solusi segera dapat dihasilkan. Pola pergerakan dalam bentuk grafis disebut sebagai garis keinginan. Garis keinginan menunjukkan arah pergerakan lalulintas tetapi tidak menunjukkan rute pergerakan yang sebenarnya digunakan. Ketebalan garis menunjukkan jumlah arus kendaraan dan panjang garis menunjukkan jarak antar zona yang dihubungkan.
37

Simposium V FSTPT, Universitas Indonesia, 16-17 Oktober 2002

4. METODOLOGI PENELITIAN Responden pada penelitian ini adalah orang-tua siswa sekolah dasar. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode probability sampling. Lokasi penelitian adalah SD Ungaran, SD Serayu dan SD Muhammadiyah Sapen yang terletak di Kecamatan Gondokusuman, Kotamadya Yogyakarta. Peneliti menyebarkan 100 kuesioner untuk tiap lokasi penelitian. Kuesioner dibagi menjadi tiga bagian utama. Bagian pertama terdiri dari beberapa pertanyaan untuk mengetahui karakteristik anak dan orang tua, bagian kedua terdiri dari beberapa pertanyaan mengenai karakteristik perjalanan responden dan bagian ketiga terdiri dari pernyataan mengenai kebutuhan kualitas pelayanan angkutan sekolah. Setiap variabel kualitas pelayanan diwakili oleh satu pernyataan. Tabel 4.1 Variabel-Variabel Kebutuhan Kualitas Pelayanan Angkutan Sekolah
Notasi Variabel V1 V2 V3 V4 V5 V6 V7 V8 V9 V10 V11 V12 V13 V14 V15 V16 V17 V18 V19 V20 V21 V22 V23 V24 V25 V26 V27 V28 Variabel Waktu perjalanan dari rumah ke sekolah Waktu perjalanan dari sekolah ke rumah Ketepatan waktu Kualitas mengemudi sopir Waktu berhenti saat naik-turun kendaraan Kapasitas kendaraan Sistem pembayaran Usia kendaraan Kebersihan kendaraan Jalur khusus angkutan sekolah Parkir khusus angkutan sekolah Kendaraan dan sopir cadangan Alat komunikasi Fasilitas AC dan tape Eksterior (bentuk,warna,logo) kendaraan Tinggi pijakan pintu kendaraan Konfigurasi tempat duduk Keberadaan kernet Pelatihan dan magang bagi calon sopir Kondisi kesehatan sopir Penggunaan seragam sopir Kemampuan sopir berkomunikasi Larangan sopir merokok ketika bertugas Peraturan buka-tutup pintu jendela Sabuk pengaman Jadwal pasti keberangkatan dan kepulangan Informasi rute perjalanan yang ditempuh Biaya angkutan sekolah

5. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Hasil survei menunjukkan bahwa 229 data responden dari seluruh kuesioner terkumpul memiliki error level sebesar 3,25%, maka memenuhi persyaratan untuk analisis selanjutnya. Dalam penelitian ini terdapat tiga kelompok responden yang dapat dijelaskan melalui gambar 5.1.

38

Simposium V FSTPT, Universitas Indonesia, 16-17 Oktober 2002 Responden Penelitian

Kelompok 1 Responden yang menggunakan angkutan sekolah (konsumen aktual) (pengguna, membutuhkan)

Responden yang tidak menggunakan angkutan sekolah (non-pengguna)

Kelompok 2 Reponden yang membutuhkan angkutan sekolah (konsumen potensial)


(non-pengguna, membutuhkan)

Kelompok 3 Responden yang tidak membutuhkan angkutan sekolah


(non-pengguna, tidak membutuhkan)

Gambar 5.1. Pengelompokan Responden 5.1 Karakteristik Responden Dalam analisis ini, yang dimaksud dengan membutuhkan adalah responden yang membutuhkan angkutan sekolah yaitu konsumen aktual dan konsumen potensial. Sedangkan yang dimaksud dengan tidak membutuhkan adalah responden yang termasuk dalam kelompok 3 yaitu tidak membutuhkan angkutan sekolah. 5.1.1 Karakteristik Orang Tua

Lai nnya ABRI W i r asw ast a Pegaw aiSw ast a Pegaw aiN eger i Pel aj ar / M ahasi sw a 0% m em but uhkan t i dak m em but uhkan 20%

1% 1% 10% 19% 35% 10%

1%

Lai nnya I bu r um ah t angga Wi r aswast a


27% 8% 7% 24%

0% 14% 7% 4% 9%

6% 16%

P egawaiSwast a P egawaiN eger i P el aj ar / M ahasi swa

40%

60%

80%

100% m em but uhkan t i dak m em but uhkan

0%

20%

40%

60%

80%

100%

% R espo nden

% R espo nden

Gambar 5.2

Distribusi Pekerjaan Orang Tua

Sebagian besar responden dalam penelitian ini adalah pegawai negeri dan ibu rumah tangga. Orang tua yang bekerja akan memiliki waktu luang yang lebih sedikit daripada yang tidak bekerja, sehingga kebutuhannya terhadap jasa yang dapat mengantar-jemput anak semakin besar. Seorang ibu rumah tangga yang bekerja di rumah juga membutuhkan angkutan sekolah, terlihat pada gambar 5.3 bahwa lebih dari 60% ibu rumah tangga membutuhkan angkutan sekolah.

39

Simposium V FSTPT, Universitas Indonesia, 16-17 Oktober 2002

4 m obi l 3 m obi l 2 m obi l 1 m obi l t i dak m em i l i ki 0% m em but uhkan t i dak m em but uhkan 20% 40% 60% 80% 100%

4 m ot or 3 m ot or 2 m ot or 1 m ot or t i dak m em i l i ki
0% 20% 40% 60% 80% 100%

% R espo nden

m em but uhkan t i dak m em but uhkan

% R espo nden

Gambar 5.4 Kebutuhan Angkutan Sekolah Berdasarkan Kepemilikan Kendaraan Kepemilikan kendaraan responden mempengaruhi kebutuhannya terhadap pelayanan angkutan sekolah. Hal tersebut dapat terlihat dalam gambar 5.4. Semakin banyak kepemilikan kendaraan, dalam hal ini adalah mobil dan motor maka semakin sedikit kebutuhannya terhadap pelayanan angkutan sekolah. Kondisi tersebut kemungkinan dipengaruhi oleh kualitas pelayanan angkutan sekolah yang belum sesuai kebutuhan konsumen. 5.1.4 Alasan Menggunakan atau Tidak Menggunakan Angkutan Sekolah

Bi aya angkut an sekol ah m ur ah Jar ak ant ar ar um ah dan sekol ah j auh M el at i h anak unt uk l ebi h m andi r idan di si pl i n A nak yang m em i nt a unt uk i kutangkut an sekol ah Ti dak m em i l i kikendar aan pr i badi A ngkut an sekol ah cukup am an dan nyam an Ti dak m em i l i kiwakt u unt uk ant arj em put Ti dak ada sar ana angkut an um um l ai n yang l ebi h bai k 0 5 10 15 % B o bo t A l asan 20 25

Gambar 5.5 Alasan Menggunakan Angkutan Sekolah Tidak memiliki waktu luang merupakan alasan utama. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa orang tua yang bekerja memiliki sedikit waktu luang dan jadwal kerja sering tidak sesuai dengan waktu untuk mengantar-jemput anak. Orang tua membutuhkan jasa yang mampu menyelesaikan permasalahan tersebut. Alasan kedua adalah anggapan bahwa angkutan sekolah yang ada saat ini sudah cukup aman dan nyaman. Namun jawaban tersebut dipengaruhi oleh kondisi nyata di D.I.Yogyakarta, bahwa tidak ada sarana angkutan umum lainnya yang lebih baik untuk anak-anak usia sekolah dasar. Selain itu orang tua juga merasa ingin mendidik kemandirian anak mereka sejak dini. Mengingat adanya anggapan masyarakat mengenai sekolah favorit maka sebagian besar orang tua berusaha agar anaknya mandapatkan pendidikan di sekolah tersebut, walaupun jauh dari tempat tinggal mereka. Jarak menjadi alasan yang mempengaruhi kebutuhan pelayanan angkutan sekolah, terutama bagi orang tua yang tidak memiliki kendaraan pribadi.

40

Simposium V FSTPT, Universitas Indonesia, 16-17 Oktober 2002

M em i l i kisopi rpr i badi / kel uar ga yang dapatm engant arj em put A nak t i dak m au m enggunakan angkut an sekol ah A ngkut an sekol ah kur ang am an dan nyam an Bi aya angkut an sekol ah t er l al au m ahal Ti dak ada angkut an sekol ah yang dapatm el ayani Jar ak ant ar ar um ah dan sekol ah dekat M em i l i kiwakt u senggang M em i l i kikendar aan pr i badi
0 r esponden yang t i dak m em but uhkan angkut an sekol ah r esponden yang m em but uhkan angkut an sekol ah 5 10 15 20 25 30 35

% R espo nden B ukan P engguna A ngkutan S eko l ah

Gambar 5.6 Alasan Tidak Menggunakan Angkutan Sekolah Kepemilikan kendaraan pribadi dan tersedianya waktu senggang untuk mengantar-jemput anak merupakan alasan utama mengapa responden tidak menggunakan angkutan sekolah. Kedua alasan tersebut merupakan alasan yang sangat penting. Alasan kedua yang juga penting adalah pernyataan bahwa angkutan sekolah saat ini kurang aman dan nyaman. Kondisi ini perlu mendapat perhatian, karena sebagian besar responden yang memberi pernyataan ini adalah responden yang membutuhkan pelayanan angkutan sekolah. Dengan kata lain adalah konsumen potensial yang juga memiliki kendaraan pribadi seperti mobil maupun sepeda motor, sehingga daya belinya cukup tinggi. Sebagian responden juga menyatakan bahwa tidak ada angkutan sekolah yang dapat melayani mereka. Ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan adanya alasan tersebut, diantaranya karena lokasi perumahan terlalu jauh dan konsumen di daerah tersebut hanya sedikit, atau karena kapasitas kendaraan angkutan sudah penuh dan tidak ada kendaraan lain yang dapat melayani sehingga tidak mampu menerima pelanggan lagi. 5.1.3 Distribusi Waktu Perjalanan
30 25 20 15 10 5 0 < 10 m nt 1020 m nt 2030 m nt 3040 m nt 4050 m nt 5060 m nt > 60 m nt
Per j al anan dar iR um ah ke Sekol ah Per j al anan dar iSekol ah ke R um ah

60 D ar iR um ah ke Sekol ah 50 40 30 20 10 0 < 10 1020 m nt 2030 m nt 3040 m nt 4050 m nt 5060 m nt > 60 m nt D ar iSekol ah ke R um ah

W aktu P erj al anan

W aktu P erj al anan

Gambar 5.7 Distribusi Waktu Perjalanan Gambar 5.7 menggambarkan distribusi waktu perjalanan angkutan sekolah dan sarana transportasi lain yang sebagian besar adalah kendaraan bermotor (mobil dan sepeda motor). Kita dapat melihat perbedaan yang sangat mencolok dari kedua gambar tersebut. Waktu perjalanan rata-rata dengan angkutan sekolah jauh lebih lama dibandingkan sarana lain,
41

Simposium V FSTPT, Universitas Indonesia, 16-17 Oktober 2002

sehingga perlu manajemen pengelolaan angkutan sekolah yang lebih baik. Kondisi seperti itu merupakan salah satu kekurangan pelayanan angkutan sekolah yang sering menjadi kelemahannya. Selain itu, dengan angkutan sekolah, waktu perjalanan yang dilakukan untuk pulang relatif lebih lama dibandingkan perjalanan berangkat sekolah. Hal tersebut dipengaruhi oleh adanya waktu tunggu antar penumpang yang cukup lama, karena jam pulang sekolah antara penumpang yang satu dengan yang lainnya sering berbeda. Waktu perjalanan yang terlalu lama akan menyebabkan kelelahan bagi anak. Kondisi tersebut akan mengganggu aktifitas anak di luar sekolah. 5.2 Faktor-faktor Kebutuhan Kualitas Pelayanan Pada bagian ini, analisis dan pembahasan hanya akan dilakukan terhadap konsumen aktual dan konsumen potensial, karena faktor-faktor kebutuhan kualitas pelayanan angkutan sekolah akan relevan bila diperoleh berdasarkan sikap responden yang membutuhkan angkutan sekolah. Faktor-faktor kebutuhan kualitas pelayanan angkutan sekolah diperoleh berdasarkan pengolahan data dengan analasis faktor. Garis besar tahapan pada analisis faktor adalah memilih variabel yang layak dimasukkan dalam analisis faktor, ekstraksi variabel menjadi faktor serta interpretasi faktor. Tabel 5.1 Hasil Analisis Faktor terhadap Sikap Konsumen Aktual
Faktor Load Faktor Uraian Variabel

Faktor 1 Kelengkapan Kendaraan

0.64 0.63 0.59 0.59 0.76 0.64 0.61 0.59 0.54 0.71 0.60 0.59 0.58 0.71 0.69 0.65 0.81 0.52 0.85 0.59

Kendaraan dan sopir cadangan Alat komunikasi Eksterior (bentuk,warna,logo) kendaraan Keberadaan kernet Informasi rute perjalanan Peraturan buka-tutup pintu jendela seijin sopir Kemampuan sopir berkomunikasi Penggunaan seragam sopir Jadwal pasti keberangkatan dan kepulangan Konfigurasi tempat duduk Ketepatan waktu sopir Jalur khusus Sabuk pengaman Kebersihan kendaraan Kapasitas kendaraan Kualitas mengemudi sopir Kondisi kesehatan sopir Larangan sopir merokok ketika bertugas Sistem/Tata cara pembayaran Usia Kendaraan

V 12 V 13 V 15 V 18 V 27 V 24 V 22 V 21 V 26 V 17 V3 V 10 V 25 V9 V6 V4 V 20 V 23 V7 V8

Faktor 2 Informasi Perjalanan dan Tanggung Jawab Sopir

Faktor 3 Keselamatan dan Keandalan

Faktor 4 Kenyamanan Faktor 5 Kedisiplinan Sopir Faktor 6 Sistem Pembayaran dan Kondisi Kendaraan

Tabel 5.2 Hasil Analisis Faktor terhadap Sikap Konsumen Potensial


Faktor Load Faktor Uraian Variabel

Faktor 1 Keselamatan dan 42

0.76 0.74

Eksterior (bentuk,warna,logo) kendaraan Sistem/Tata cara pembayaran

V 15 V7

Simposium V FSTPT, Universitas Indonesia, 16-17 Oktober 2002 Kenyamanan 0.63 0.57 0.57 0.53 0.78 0.73 0.70 0.57 0.50 0.70 0.66 0.60 0.64 0.62 0.55 0.84 0.55 0.73 0.60 0.55 0.85 0.83 Sabuk pengaman Fasilitas AC dan tape Tinggi pijakan pintu Konfigurasi tempat duduk Larangan sopir merokok ketika bertugas Kondisi kesehatan sopir Waktu berhenti saat naik-turun Kenaikan biaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan Kapasitas kendaraan Ketepatan waktu sopir Rute perjalanan yang akan ditempuh Jalur khusus Penggunaan seragam sopir Usia Kendaraan Peraturan buka-tutup pintu jendela seijin sopir Kendaraan dan sopir cadangan Pelatihan dan magang bagi calon sopir Kebersihan kendaraan Kualitas mengemudi sopir Jadwal keberangkatan dan kepulangan Keberadaan kernet Parkir khusus V 25 V 14 V 16 V 17 V 23 V 20 V5 V 28 V6 V3 V 27 V 10 V 21 V8 V 24 V 12 V 19 V9 V4 V 26 V 18 V 11

Faktor 2 Keamanan dan Biaya

Faktor 3 Keandalan Faktor 4 Kondisi Kendaraan dan Tanggung-jawab Sopir Faktor 5 Reliabilitas dan Kualitas Sopir Faktor 6 Kenyamanan perjalanan Faktor 7 Keberadaan Kernet Faktor 8 Parkir Khusus

5.3 Jangkauan Pelayanan Angkutan Sekolah Banyak angkutan sekolah yang beroperasi di Yogyakarta saat ini, terutama di beberapa sekolah yang dianggap favorit oleh masyarakat. Berikut akan ditampilkan gambaran mengenai jangkauan pelayanan angkutan sekolah yang beroperasi di SD Ungaran, SD Serayu dan SD Muhammadiyah Sapen. Tabel 5.3 Jangkauan Pelayanan dan Rata-rata Waktu Perjalanan Angkutan Sekolah
No Kecamatan Kabupaten Berangkat Sekolah Rata-rata wkt perjalanan % Perjalanan 15 mnt 1,6 % 15 mnt 3,2 % 22 mnt 4,8 % 0 0 0 0 37 mnt 11,1 % 34 mnt 19 % 18 mnt 12,7 % 0 0 35 mnt 3,2 % 35 mnt 1,6 % 15 mnt 1,6 % 20 mnt 4,8 % 15 mnt 3,2 % 33 mnt 6,3 % Pulang Sekolah Rata-rata wkt Perjalanan % Perjalanan 29 mnt 2,6 % 18 mnt 3,8 % 35 mnt 3,8 % 25 mnt 1,3 % 1jam 5mnt 2,6 % 41 mnt 12,8 % 43 mnt 15,4 % 30 mnt 9% 55 mnt 1,3 % 55 mnt 3,8 % 45 mnt 2,6 % 15 mnt 1,3 % 15 mnt 3,8 % 15 mnt 3,8 % 33 mnt 6,4 % 43

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Wirobrajan Umbulharjo Tegalrejo Sleman Prambanan Ngemplak Ngaglik Mlati Mergangsan Mantrijeron Kasihan Kalasan Jetis Gondokusuman Godean

Kotamadya Kotamadya Kotamadya Sleman Klaten Sleman Sleman Sleman Kotamadya Kotamadya Bantul Sleman Kotamadya Kotamadya Sleman

Simposium V FSTPT, Universitas Indonesia, 16-17 Oktober 2002 16 17 Gamping Depok Sleman Sleman 22 mnt 22 mnt 4,8 % 19 % 35 mnt 32 mnt 3,8 % 20,4 %

Terdapat tiga macam penggunaan angkutan sekolah, yaitu untuk perjalanan pulang dan pergi, perjalanan berangkat saja, dan perjalanan pulang saja. Berdasarkan analisis, 75,9% responden menggunakan angkutan sekolah untuk berangkat sekolah dan 94,1% responden menggunakan angkutan sekolah untuk pulang sekolah. Waktu yang dibutuhkan untuk perjalanan pulang sekolah cenderung lebih lama dibandingkan waktu berangkat sekolah. Zone perjalanan seperti Prambanan, Mantrijeron dan Margangsan memiliki rata-rata waktu perjalanan yang sangat lama. Banyak faktor yang mempengaruhi lamanya waktu perjalanan angkutan sekolah, diantaranya adalah rute perjalanan, waktu tunggu antar penumpang, kecepatan perjalanan, jarak perjalanan, akses jalan, tingkat kemacetan dan kemampuan sopir. Waktu perjalanan yang sangat lama akan menimbulkan kelelahan pada anak. Hal tersebut merupakan salah satu kelemahan angkutan sekolah saat ini. Tetapi untuk memutuskan apakah kualitas pelayanan angkutan sekolah pada suatu zone adalah baik atau buruk, tidak dapat hanya dilihat dari waktu perjalanannya saja. Masih banyak faktor-faktor lain yang harus dipertimbangkan namun tidak diteliti dalam penelitian ini. KESIMPULAN 1. Berdasarkan hasil penelitian, konsumen angkutan sekolah terdiri dari 36% konsumen aktual dan 31% konsumen potensial. 2. Kebutuhan angkutan sekolah lebih dipengaruhi oleh karakteristik orang tua, diantaranya adalah kepemilikan kendaraan pribadi serta ketersediaan waktu luang. 3. Beberapa alasan yang mendasari kebutuhan pelayanan angkutan sekolah dirangkum dalam tabel 6.1 dan diurutkan dari yang paling mempengaruhi hingga paling tidak mempengaruhi. Tabel 6.1 Alasan-alasan yang mendasari kebutuhan pelayanan angkutan sekolah
No 1 2 3 4 5 6 7 8 Pengguna Angkutan Sekolah (Konsumen Aktual) Tidak memiliki waktu untuk mengantar jemput Angkutan sekolah cukup aman dan nyaman Tidak ada sarana angkutan umum lain yang lebih baik Melatih anak untuk lebih mandiri dan disiplin Jarak antara rumah dan sekolah jauh Tidak memiliki kendaraan pribadi Anak yang meminta untuk ikut angkutan sekolah Biaya angkutan sekolah murah Non-Pengguna Angkutan Sekolah Membutuhkan Tidak Membutuhkan (Konsumen Potensial) Memiliki kendaraan pribadi Memiliki kendaraan pribadi Memiliki waktu senggang Angkutan sekolah saat ini kurang aman dan nyaman Jarak antara rumah dan sekolah dekat Tidak ada angkutan sekolah yang dapat melayani Anak tidak mau menggunakan angkutan sekolah Biaya angkutan sekolah terlalu mahal Memiliki sopir pribadi /keluarga yang dapat mengantar jemput Memiliki waktu senggang Jarak antara rumah dan sekolah dekat Angkutan sekolah kurang aman dan nyaman Biaya angkutan sekolah terlalu mahal Tidak ada angkutan sekolah yang dapat melayani Anak tidak mau menggunakan angkutan sekolah Memiliki sopir pribadi atau keluarga yang dapat mengantar jemput

4. Berdasarkan analisis faktor terhadap sikap konsumen aktual dan konsumen potensial diperoleh hasil seperti pada tabel di bawah.
44

Simposium V FSTPT, Universitas Indonesia, 16-17 Oktober 2002

Tabel 6.1 Faktor-faktor Kebutuhan Angkutan Sekolah


Urutan Faktor 1 2 3 4 5 6 7 8 Faktor-faktor Kebutuhan Konsumen Aktual Kelengkapan kendaraan Informasi perjalanan dan tanggung jawab sopir Keselamatan dan keandalan Kenyamanan Kedisiplinan Sopir Sistem pembayaran dan kondisi kendaraan Faktor Kebutuhan Konsumen Potensial Keselamatan dan kenyamanan Keamanan dan biaya Keandalan Kondisi kendaraan dan tanggung jawab sopir Reliabilitas dan kualitas sopir Kenyamanan perjalanan Keberadaan kernet Parkir khusus

5. Jangkauan pelayanan angkutan sekolah tersebar di seluruh daerah Yogyakarta dengan kuantitas perjalanan yang lebih banyak ke arah utara. Lamanya rata-rata waktu perjalanan dengan angkutan sekolah dipengaruhi oleh banyak faktor. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Dr. Ir. Heru Sutomo, M. Sc. yang telah membimbing selama masa kuliah di Jurusan Teknik Sipil. DAFTAR PUSTAKA
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Swasta, Basu, DH., Drs.; Irawan, MBA, Drs., 1983, Manajemen Pemasaran Modern, Liberty, Yogyakarta Nazir, Mohammad, 1983, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta Santoso, S.; Tjiptono, F., 2001, Riset Pemasaran: Konsep dan Aplikasi dengan SPSS, Elex Media Komputindo, Jakarta Santosa, S., 2001, Statistik Parametrik, Elex Media Komputindo, Jakarta Sugiyono, Dr., 2000, Statistika untuk Penelitian, CV Alfabeta, Bandung Tamin, Z., Ofyar, 2000, Perencanaan dan Pemodelan Transportasi, ITB, Bandung Warpani,S., 1990, Merencanakan Sistem Perangkutan, ITB, Bandung Unit Studi Transportasi, 2000, Penelitian Kemampuan dan Kesediaan Konsumen Angkutan Umum Bus, UGM, Yogyakarta PAU Ilmu Teknik, 1998, Final Report Penelitian Angkutan Informal, UGM, Yogyakarta

45

Anda mungkin juga menyukai