PRA PROPOSAL
Oleh:
I Gede Wirasuta
NIM:1705511018
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2020
1.1. Latar Belakang
Kabupaten Buleleng memliki wilayah terluas diantara kabupaten – kabupaten yang ada di
Provinsi Bali yaitu dengan luas wilayah 1.364,73 km2 dan sebaran penduduk 598 jiwa/km2,
dengan jumlah penduduk 660.60 jiwa (BPS Bali, 2018). Semakin meningkatnya jumlah
penduduk maka semakin meningkat pula kebutuhan transportasi yang diperlukan baik
transportasi umum maupun transportasi pribadi. Hingga saat ini atensi masyarakat untuk
menggunakan transportasi umum sangat minim, karena masyarakat menilai dari segi efisiensi
dan kepuasan dalam pelayanan yang disuguhkan oleh transportasi umum dirasa masih kurang.
Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang setiap waktunya semakin bertambah, dengan
demikian pemerintah diharuskan menyediakan fasiitas – fasilitas untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat, khususnya kebutuhan dalam bidang pendidikan.
Jumlah sekolah yang tersebar di Kabupaten Buleleng mulai dari jenjang Sekolah Dasar
hingga Sekolah Menengah Atas sebanyak 1324 sekolah (Kemdikbud, 2017). Aktivitas di jam –
jam berangkat maupun pulang sekolah pasti akan menimbulkan kepadatan lalu lintas dan
menimbulkan kemacetan. Selain orang tua yang mengantar jemput anaknya di jam – jam tersebut
guru, pegawai, dan siswa yang menggunakan kendaraan pribadi juga menyumbangkan
kemacetan.
Transportasi yang banyak digunakan oleh masyarakat saat ini ialah sepeda motor. Saat ini
tercatat ada 453.709 unit sepeda motor yang ada di Kabupaten Buleleng (BPS Bali, 2018).
Sepeda motor banyak dipilih oleh masyarakat karena mudah digunakan disemua kalangan mulai
dari anak – anak hingga orang tua. Di zaman sekarang banyak anak – anak yang masih duduk di
bangku sekolah dasar ataupun sekolah menengah pertama dan belum memiliki Surat Izin
Mengemudi (SIM) sudah berani turun ke jalan mengendarai sepeda motor untuk pergi ke
sekolah. Maka dari itu dibutuhkan angkutan antar jemput sekolah untuk meminimalisir masalah
tersebut.
Angkutan antar jemput sekolah merupakan angkutan khusus untuk melayani mobilitas
siswa yang berfungsi mengantar dan menjemput siswa berangkat dan pulang sekolah. Tujuan
diadakan angkutan antar jemput sekolah ini ialah untuk meminimalisir kemacetan, dan
pelanggaran lalulintas bagi siswa yang tidak memiliki Surat Ijin Mengemudi (SIM). Karena salah
satu faktor keberhasilan pendidikan adalah sarana prasarana yang mendukung di sekolah maupun
di luar sekolah.
Sejauh ini beberapa studi yang pernah dilaksanakan terkait angkutan sekolah diantaranya
“Analisis Kebutuhan Pengembangan Angkutan Sekolah Di Kabupaten Klungkung” (Mahardita,
2017), dengan memperoleh hasil berupa rekomendasi pembentukan enam trayek dengan total
biaya operasional kendaraan (BOK) seluruh armada pertahunnya adalah Rp. 1.569.248.352, dan
“Evaluasi Kinerja Dan Kebutuhan Pengembangan Angkutan Sekolah Di Kabupaten Tabanan”
(Utama, 2017), memperoleh hasil analisis BOK tertinggi pertahun dan per kilometernya untuk
kendaraan mobil penumpang umum sebesar Rp.57.466.718,80/thn, dan Rp.10.559,38/km untuk
kendaraan bus sedang sebesar Rp.222.964.637,90/thn, dan Rp. 9.002,01/km untuk kendaraan bus
kecil sebesar Rp.101.825.412,03/thn, dan Rp.19.709,77/km.
Dengan melihat permasalahan yang terjadi di lapangan maka perlu direncanakan
pengadaan angkutan antar jemput sekolah. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui potensi
pengguna angkutan antar jemput sekolah, sistem oprasional angkutan antar jemput sekolah, dan
jumlah biaya operasional kendaraan (BOK) angkutan anatar jemput sekolah. Rencana ini
diharapkan dapat meningkatkan ketertiban dalam berlalu lintas di Kabupaten Buleleng.
Studi Pendahuluan
Studi Pustaka
Desain Penelitian
Pengumpulan Data
Survei Pendahuluan
Rekapitulasi Data
A
A
Jumlah Penumpang
Dalam penelitian ini digunakan dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder. Data
primer merupakan data yang didapatkan secara langsung dari lapangan melalui survei.
Sedangkan data sekunder merupakan data yang diambil dari instansi – instansi
pemerintah dan dari studi terlebih dahulu.
c. Survei wawancara
Survei wawancara dilakukan untuk mendapatkan data mengenai bus angkutan
sekolah. Survei ini dilakukan pada took suku cadang, bengkel, unruk keperluan analisis.
Data yang harus dicari adalah harga suku cadang. Metode yang digunakan pada survei ini
adalah dengan cara bertanya langsung kepada pihak toko dan bengkel.
BPS Bali. 2018. Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. Badan Pusat Statistik Bali, .
Utama, I.M.D. 2017. Evaluasi Kinerja Dan Kebutuhan Pengembangan Angkutan Sekolah Di
Kabupaten Tabanan.