LAPORAN KEMAJUAN
HIBAH PENELITIAN ITERA SMART
Tim Pengusul:
Ketua Siti Rahma Teknik Sipil
Anggota 1 Reza Asriandi Eka Putra Teknik Sipil
Dibiayai oleh:
Lembaga Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Penjaminan Mutu Pendidikan
Institut Teknologi Sumatera
Tahun 2019
Sesuai dengan Kontrak Penelitian
Nomor: B/356/IT9.C1/PT.01.03/2019
iii
Bab I Pendahuluan
I.2 Keutamaan
Keutamaan dari penelitian ini adalah, untuk mendukung penyediaan fasilitas Bus
Kampus yang merupakan sarana pendukung kegiatan pembelajaran. ITERA yang
merupakan institut pendidikan tinggi pertama di Sumatera berperan sebagai salah
satu Center of Excellent, yaitu kampus pendidikan tinggi yang akan terus
berkembang menyesuaikan dengan potensi ilmu pengetahuan dan teknologi yang
terdapat di pulau Sumatera itu sendiri. Selain sebagai sarana untuk membantu
media pembelajaran, Bus Kampus ITERA juga bermanfaat bagi kegiatan
kemahasiswaan lainnya. Seperti mengakomodir perjalanan jarak dekat pada
kegiatan Unit Kemahasiswaan yang diselenggarakan dalam rangka membentuk
kemampuan soft skill, yang merupakan salah satu kompetensi diri yang harus
dimiliki oleh peserta didik dalam kehidupan bermasyarakat ke depannya.
5
I.3 Perumusan Masalah
1. Bagaimana kesiapan kondisi ITERA sebagai institusi pendidikan dalam
melakukan peran sebagai operator Bus Kampus ITERA?
2. Bagaimana sistem pengelolaan dan sistem penjaminan mutu kegiatan
operasional Bus Kampus ITERA sesuai dengan kajian normatif yang berlaku?
3. Bagaimana peran serta hak dan kewajiban masing-masing pemegang
kepentingan, seperti Pemilik, Penyelenggara, dan Pengguna Bus Kampus
ITERA?
I.4 Tujuan
1. Menentukan sistem kelembagaan transportasi yang akan menaungi Bus
Kampus ITERA;
2. Mengidentifikasi regulasi terkait operasional Bus Kampus ITERA yang
disesuaikan dengan kajian normatif yang berlaku.
3.
6
Bab II Peta Jalan Penelitian
2021-2022 : Draft
2019 : Studi 2019-2020 : Target 2022-2023 : 2025 : Evaluasi
Masterplan Institusi
Analisis Kebutuhan luaran berupa Penerapan Sistem Kualitas Pelayanan
pada Penyediaan
Bus Kampus Jurnal Nasional Informasi pada Bus Bus Kampus
Bus Kampus
ITERA Tidak Terakreditasi Kampus ITERA ITERA
ITERA
Terdapat empat tahap peta jalan penelitian pada Gambar II.1 diatas, adapun
penjelasan masing-masing tahapan adalah sebagai berikut :
7
dikemudian harinya apabila tidak terdapat fasilitas untuk memenuhi pergerakan
sivitas akademika tersebut. Melalui penelitian ini, akan dilakukan kajian mengenai
kelembagaan transportasi dan regulasi sistem pengelolaan Bus Kampus ITERA
sebelum dilakukannya kajian operasional.
8
II.1.5 Evaluasi Kualitas Pelayanan Angkutan
Untuk mengevaluasi kualitas pelayanan Bus Kampus ITERA, diperlukan suatu
kajian lanjutan dengan menggunakan analisis SERVQUAL. Analisis
SERVQUAL merupakan alat berupa dimensi pengukuran kualitas pelayanan,
yang didasarkan dari hasil penilaian konsumen. Adapun dimensi-dimensi
pengukuran tersebut antara lain : tangibles atau bukti fisik, reliability atau
kehandalan, responsiveness atau tanggapan, assurance atau kepastian, dan
empathy atau pengertian.
9
Bab III Tinjauan Pustaka
10
Gambar III.1 Hubungan Antar Sektor
Sumber : Ali, 2011
Aktor-aktor yang terlibat dari setiap domain governance (Ali, 2011:164) yaitu
negara terdiri dari lembaga-lembaga politik dan lembaga-lembaga sektor publik.
Sektor swasta meliputi perusahaan-perusahaan swasta yang bergerak di berbagai
bidang dan sektor informal lain di pasar. Masyarakat terdiri dari individual
maupun kelompok (baik terorganisasi maupun tidak) yang berinteraksi secara
sosial, politik, dan ekonomi dengan aturan formal maupun tidak formal. Society
meliputi lembaga swadaya masyarakat, organisasi profesi dan lain-lain.
11
Menurut Khisty (2003), bentuk fisik dari kebanyakan sistem transportasi tersusun
atas empat elemen dasar yaitu:
a. Sarana perhubungan (link): Jalan raya atau jalur yang menghubungkan dua
titik atau lebih, pipa, jalur ban berjalan (belt coveyor), jalur laut, jalur
penerbangan juga dapat dikategorikan sebagai sarana perhubungan.
b. Kendaraan : alat yang memindahkan manusia dan barang dari suatu titik
ke titik lain di sepanjang sarana perhubungan seperti mobil, bus, dan
sebagainya.
c. Terminal : Titik-titik dimana perjalanan orang dan barang dimulai atau
berakhir, seperti terminal bus dan bandar udara.
d. Manajemen dan tenaga kerja : Orang-orang yang membuat,
mengoperasikan, mengatur dan memelihara sarana perhubungan,
kendaraan dan terminal.
1. Sistem kegiatan (tata guna lahan). Rencana tata guna lahan yang baik
(lokasi tokoh, sekolah, pasar, kantor dan lainnya) dapat mengurangi
kebutuhan akan perjalanan yang panjang menjadi lebih dekat dan mudah.
2. Sistem jaringan (transportasi). Hal yang dapat dilakukan, misalnya
meningkatkan kapasitas pelayanan prasarana yang ada, melebarkan jalan,
menambah jaringan baru dan lainnya.
3. Sistem pergerakan (lalu lintas). Hal yang dapat dilakukan antara lain
mengatur teknik dan manajemen lalu lintas (jangka pendek), fasilitas
angkutan umum yang lebih baik (jangka pendek dan menengah), atau
pembangunan jalan (jangka panjang).
Dalam transportasi, peran serta pihak selain pemerintah cukup penting dalam
merumuskan dan merencanakan kegiatan yang berhubungan dengan transportasi
sangat diharapkan seperti swasta dan masyarakat. Lebih lanjut menurut
Soejachmoen (2005:68) tata kelola transportasi kota yang baik perlu diletakkan
pada nilai nilai dasar dari tata kelola yang baik. Dengan demikian perlu sebuah
penyederhanaan, kemudian dirumuskan menjadi enam nilai dasar dari tata kelola
transportasi yang baik, yaitu:
Dapat dilihat bahwa tata kelola transportasi erat hubungannya dengan kebijakan
yang diambil oleh pemerintah. Akram, dkk (2011) menjelaskan isu-isu penting
yang berhubungan antara tata kelola transportasi dan efektivitas implementasi
kebijakan yang menjadi kunci dalam studi transportasi yaitu :
Dari pernyataan di atas, disimpulkan bahwa hubungan tata kelola transportasi dan
implementasi kebijakan yang buruk akan berdampak terhadap sistem transportasi.
Sebab-sebab seperti kurangnya gabungan tujuan dan pendapat mengenai isu
transportasi, kurangnya integrasi antara rencana dan proses penyampaian, tidak
jelasnya hubungan antara ekonomi dan tujuan sosial dalam strategi pembangunan
transportasi, alokasi dana tidak terhubung dengan indikator kinerja, jarak dan
14
hubungan bermacam-macam antara tujuan pemerintah yang lebih luas dan tujuan
strategi transportasi, dan ketidakjelasan struktur untuk memformulasi kebijakan
transportasi dan implementasi secara hierarkis dan geografis, akan membuat
transportasi tidak dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Hubungan antara tata
kelola transportasi dan keefektifan implementasi kebijakan tentu tidak akan
berjalan baik jika tidak adanya interaksi dengan pihak lain yaitu swasta dan
masyarakat. Selain sebagai salah satu pengguna, peran swasta dan masyarakat
dapat menjadi salah satu pilar untuk mendukung kebijakan pemerintah seperti ikut
merencanakan atau memberikan aspirasi. Keterlibatan antara ketiga pihak tersebut
diharapkan dapat memberikan pelayanan transportasi yang lebih efisien dan
efektif.
15
Legalisasi di bidang sistem transportasi, misalnya mengeluarkan undang-
undang, peraturan-peraturan, izin-izin, dan pengaturan lainnya dalam
sebuah surat keputusan;
Perencanaan transportasi;
Politik;
Organisasi transportasi seperti kementerian, badan usaha, pemda, dinas,
organisasi (asosiasi) penyedia, dan sebagainya;
Sumber pembiayaan dalam pengoperasian sistem transportasi;
Pemeliharaan fasilitas;
Pengawasan, sanksi hukum, dan pembinaan;
Pajak dan subsidi.
Selain empat fondasi di atas, menurut (GIZ, 2011) terdapat lima langkah penting
dan hirarkis dalam penyelenggaraan sistem angkutan umum, yaitu:
17
Berikut pada Tabel II.1 ini merupakan strategi untuk mengembalikan
keseimbangan transportasi perkotaan.
18
Tahap 1: Kondisi eksisting institusi umum saat ini, dimana angkutan umum
didominasi oleh angkutan individual. Angkutan umum berada di bawah proses
perijinan dan pengawasan Dinas Perhubungan (Dishub) daerah.
Tahap 3: Tahap ini telah menetapkan suatu badan berupa “management company”
untuk melakukan proses implementasi SPM, lelang, dan kontrak kepada seluruh
operator angkutan umum. UPTD memberikan kontrak kepada management
company dalam bentuk penugasan dengan jangka waktu tertentu melalui lelang
dengan dasar kualitas terbaik dan harga paling kompetitif (Outsourcing)
19
III.3 Kebijakan Transportasi Perkotaan
Kebijakan transportasi digunakan sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan
transportasi, adapun kebijakan transportasi dibagi menjadi 6 kebijakan
(Adisasmita, 2011) yaitu:
20
4. Kebijakan Transportasi yang Tersinkronisasi
Tersinkronisasi berarti sesuai (kesesuaian) atau serasi (keserasian).
Kebijakan transportasi yang tersinkronisasi dimaksudkan menyediakan
berbagai sarana angkutan yang serasi dalam jenisnya, dalam jumlahnya
dalam besaran kapasitas angkutnya. Jumlah sarana angkutan yang serasi
dimaksudkan tersedia mencukupi, tidak perlu berlebihan atau tidak
kekurangan. Kebijakan transportasi yang tersinkronisasi dimaksudkan
untuk menyediakan jumlah dan kapasitas sarana angkutan yang serasi
dengan besarnya kebutuhan jasa transportasi
5. Kebijakan Transportasi yang Berkesinambungan
Berkeseimbangan diartikan bahwa pelayanan transportasi diselenggarakan
keseluruhan bagian wilayah daerah perkotaan, untuk memenuhi kebutuhan
akan jasa transportasi bagi penduduk yang bermukim tersebar di seluruh
bagian daerah perkotaan. Terlaksananya pembangunan perkotaan yang
berkelanjutan ditunjang oleh pelayanan transportasi yang
berkeseimbangan. Fungsi transportasi sangat penting dan strategis dalam
melayani pembangunan dan pertumbuhan perkotaan yang cenderung
semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk kota
yang cukup tinggi.
6. Kebijakan Transportasi yang Harmonis
Harmoni diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan melalui berbagai
unsur, satu sama lain tidak terjadi benturan untuk menciptakan keadaan
yang lebih tinggi. Sistem transportasi perkotaan yang harmonis dapat
diwujudkan meliputi banyak faktor, diantaranya didukung oleh peraturan
yang komperhensif, akomodatif dan implikatif, manajemen lalu lintas
yang cerdas, kemampuan dan keterampilan pengelola dan perlilaku
kegiatan transportasi yang tinggi, serta kepedulian masyarakat luas.
Di beberapa negara dengan peran Ibukota yang mendominasi dari segi ekonomi
dan jumlah penduduk yang tidak proporsional, hal tersebut memerlukan langkah-
langkah kebijakan khusus, antara lain dengan ketentuan untuk menggunakan bus
besar, pengembangan angkutan umum massal kereta api, dan pembatasan
penggunaan mobil pribadi.
22
III.4 Studi Literatur
Berikut merupakan penelitian yang menjadi bahan rujukan dalam penyusunan proposal penelitian Analisis Penyediaan Angkutan Bus
Kampus Institut Teknologi Sumatera.
23
N
Sumber Judul Tujuan Metode Hasil Penelitian
o
24
N
Sumber Judul Tujuan Metode Hasil Penelitian
o
3. Penggunaan bus kampus bersifat ramah
lingkungan dikarenakan dapat mengurangi
penggunaan mobil pribadi yang dapat
menyebabkan kemacetan khususnya di
gerbang masuk dan keluar kampus
25
Bab IV Metodologi Penelitian
26
IV.1.1 Tahap Persiapan
Penelitian ini dimulai dengan tahapan persiapan, yaitu pada tahap ini disusun
kerangka studi untuk seluruh aktifitas dalam penelitian ini. Kegiatan tersebut
antara lain, pemantapan metodologi penelitian dengan mempelajari latar belakang,
tujuan, dan ruang lingkup penelitian. Selain itu dilakukan pula kajian normatif
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kelembagaan transportasi dan regulasi
transportasi yang berlaku di Indonesia.
28
Bab V Kemajuan Penelitian
29
1. Data Sebaran Responden
2. Data Sekunder
Adapun untuk data sekunder, hingga saat ini masih dalam tahap pengumpulan
data.
30
kemampuan berjalan kaki calon penumpang, ditentukan melalui ketetapan World
Bank yaitu sejauh 300 meter. Selain parameter tersebut, hal-hal lain yang
dipertimbangakan dalam penentuan trayek BRT ITERA yaitu data trayek
angkutan umum yang telah beroperasi di wilayah Kota Bandar Lampung dan
Kabupaten Lampung Selatan, serta geometri jaringan jalan yang mendukung
untuk operasional konfigurasi suatu BRT, berikut merupakan rencana trayek yang
akan dilalui Bus Kampus ITERA:
Dari Gambar rencana trayek 1 Bus Kampus ITERA diatas, dapat diketahui secara
administratif kepemilikan jalan yang dilalui adalah sebagai berikut:
31
6. Jalan Ryacudu : Jalan Propinsi
Adapun untuk rencana trayek dua Bus Kampus ITERA adalah sebagai berikut:
Dengan status administrasi kepemilikan jalan yang dilalui oleh rencana trayek 2
Bus Kampus ITERA sebagai berikut:
1. Jalan Pangeran Senopati Raya : Jalan Propinsi
2. Jalan Ryacudu : Jalan Propinsi
3. Jalan Soekarno Hatta : Jalan Nasional
4. Jalan Endro Suratmin : Jalan Propinsi
32
Tabel V.1 Analisis Jaringan Trayek
Analisis
Kondisi Eksisting Strategi
Kesenjangan
Trans Lampung
Bersinggungan Adanya halte integrasi
(ITERA - UNILA)
Tugas dan
Instansi Keterangan
Wewenang
Sebagai pemberi hibah, secara legal
Kementerian Pengadaan
tidak bekerja sama dengan Pihak
Perhubungan angkutan umum
Operator
Mengeluarkan izin operasional, dan
Dinas Perhubungan trayek kepada BRT ITERA untuk
Izin trayek
Propinsi Lampung beroperasional; mengawasi kinerja
operasional Smart BRT ITERA
Dinas Perhubungan Izin trayek Mengeluarkan izin kepemilikan
Kota Bandar trayek, yang melintasi jalan di
Lampung perkotaan Kota Bandar Lampung;
melakukan pengawasan pada kinerja
35
Tugas dan
Instansi Keterangan
Wewenang
operasional Smart BRT ITERA
Mengeluarkan izin kepemilikan
Dinas Perhubungan trayek, yang melintasi jalan
Kabupaten Izin trayek Kabupaten Lampung Selatan;
Lampung Selatan melakukan pengawasan pada kinerja
operasional Smart BRT ITERA
Sumber : Hasil Analisis, 2019
1. Fasilitas Bus
Kendaraan operasional angkutan umum akan dikelola secara penuh oleh
pihak operator, dengan bantuan dari kerjasama pihak pengelola lain. Untuk
penyediaan dan pengembangan sumber daya manusia juga termasuk
tanggung jawab dari pihak pengelola atau operator. Adapun kegiatan
operasional Bus Kampus ITERA, akan dilakukan pengawasan oleh
pemerintah terkait regulator sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal
Angkutan Penumpang.
2. Fasilitas Bus Stop
Fasilitas halte pemberhentian, akan diadakan dibawah pengelolaan operator.
Dengan izin pengadaan yang dikeluarkan oleh masing-masing instansi sesuai
36
dengan wilayah pelayanan masing-masing. Fasilitas bus stop juga akan
dilakukan pengawasan oleh pemerintah terkait regulator sesuai dengan
Standar Pelayanan Minimal Angkutan Penumpang.
3. Metode Pembayaran
Metode pembayaran tarif dilakukan dengan menggunakan fasilitas electronic
payment yaitu dengan ketersediaan fasilitas tapping yang berada di dalam
bus. Metode pembayaran dapat dilakukan menggunakan kartu payment.
Adapun dalam hal ini operator diharuskan bekerjasama dengan pihak bank
untuk memudahkan penumpang melakukan pembayaran dengan kartu
tertentu yang telah ditentukan. Fasilitas metode pembayaran ini juga akan
dilakukan pengawasan oleh pemerintah terkait regulator sesuai dengan
Standar Pelayanan Minimal Angkutan Penumpang.
4. Sistem Informasi
Seperti yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya, sistem informasi di
ITERA, telah menggunakan aplikasi untuk masing-masing sivitas akademika
untuk mengakses kebutuhan informasi mengenai dunia kampus. Adapun hal
ini juga akan dikembangkan untuk sistem informasi secara real time apabila
telah diberlakukan operasional Bus Kampus ITERA. Pengadaan sistem
informasi bus, akan disesuaikan dengan standar sistem informasi yang
terdapat pada peraturan Standar Pelayanan Minimal Angkutan Penumpang.
37
3. Pemetaan hasil survei mengenai trayek angkutan umum eksisting yang
melalui wilayah Kecamatan Sukarame dan Kecamatan Jati Agung
Kabupaten Selatan.
38
Bab VI Kesimpulan Sementara
39
40
DAFTAR PUSTAKA
2 Chairunnisa, Yane dan Rachmawati, Rini. 2012. Kajian Penyediaan dan
Pemanfaatan Pelayanan Transportasi Publik di Kota Bekasi.
3 Eboli Laura dkk. “Service Quality Attributes Affecting Customer Satisfaction
for Bus Transit”, Journal of Public Transportation.vol.10, No. 3, 2007.
4 Faried Ali. (2011). Teori dan Konsep Administrasi : Dari Pemikiran
Paradigmatik Menuju Redefinis. Jakarta : Rajawali Pers.
5 Ghoni, Ahmad, Yuniar, Haptiwi Tri, Riyanto, Bambang dan Supriyono. 2013.
Optimalisasi Kelembagaan dan Manajemen dalam Bus Rapid Transit Semarang.
11 Miro,Fidel. 1997. Sistem Transportasi Kota : Teori dan Konsep Dasar.
Bandung: Penerbit Tarsito.
41
13 Norzalwi Norsyuhadah, Ismail Amiruddin. “Public Approach Towards
Sustainable Transportation in UKM's Campus”, Australian Journal of Basic and
Applied Sciences, 5(5): 1332-1337, 2011.
14 Puspitasari, Reni. 2018. Analisis Subsidi Angkutan Umum Perdesaan Bagi
Pelajar di Kabupaten Pasuruan. Jakarta. Jurnal Penelitian Transportasi Darat.
15 Sakti Adji Adisasmita. (2011). Jaringan Transportasi : Teori dan Analisis.
Yogyakarta : Graha Ilmu.
18 Waseem Akram, Julien Hine & Jim Berry. (2011). Transport Governance,
Structures And Policy Implementation: A Methodological Framework. University
College Cork.
19 Wirman Syafri. (2012). Studi Tentang Administrasi Publik. Jakarta : Penerbit
Erlangga.
20 Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan.
23 Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu
Pintu di Bidang Penanaman Modal.
42
25 Peraturan Menteri Perhubungan RI Nomor 06/PERMEN/M/2009 tentang
Pendelagasian Wewenang Pemberian Izin Usaha di Bidang Penanaman Modal
kepada Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal.
26 Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 10 Tahun 2017 Tentang
Penyelenggaraan Transportasi di Kota Bandar Lampung
43
Lampiran A Daftar Luaran Sementara
44
Lampiran B Laporan Keuangan Sementara
45