Anda di halaman 1dari 4

ANALISIS PATOFISIOLOGIS

Patofisiologi pada kasus


Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dilihat pada ibu yang tidak
melaksanakan PMK dengan baik sebagian besar bayinya mengalami hipotermi
sehingga hal ini menegaskan bahwa ibu yang melaksanakan PMK tidak baik lebih
beresiko bayinya mengalami hipotermi dibandingkan dengan ibu yang
melaksanakan PMK dengan baik. Hal tersebut karena bayi baru lahir tidak dapat
mengatur temperatur tubuhnya secara memadai dan dapat dengan cepat kedinginan
jika kehilangan panas tidak segera dicegah. Bayi yang mengalami kehilangan panas
(hipo-termia) berisiko tinggi untuk jatuh sakit atau meninggal jika bayi dalam
keadaan basah dan tidak diselimuti mungkin akan mengalami hipotermia meskipun
berada dalam ruangan yang relatif hangat. Bayi prematur atau berat badan rendah
sangat rentan terhadap terjadinya hipotermia. Walaupun demikian pelaksanaan
PMK bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi terjadinya hipotermi pada
bayi karena masih ada faktor lain yang turut mempengaruhi. Hal ini dapat dilihat
pada kelompok ibu-ibu yang melaksanakan PMK dengan tidak baik tetapi bayinya
tidak mengalami hipotermi, faktor lain yang turut mempengaruhinya adalah peran
petugas kesehatan yang cepat tanggap dan kelengkapan sarana prasarana sehingga
meskipun ibu tidak baik dalam melaksanakan PMK tetapi bayinya tidak hipotermi
selain itu faktor kondisi bayi yang stabil dan keadaan umum baik sehingga bayi
tidak mengalami hipotermi.

ANALISIS PENANGANAN
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa pada kelompok ibu
yang melaksanakan PMK dengan baik, tidak ada bayi yang menderita hipotermi.
artinya pada kelompok ibu yang melaksanakan PMK dengan baik suhu tubuh bayi
lebih stabil dibandingkan dengan suhu tubuh bayi pada kelompok ibu yang
melaksanakan PMK tidak baik. Sehingga dapat disimpulkan, bahwa penanganan
hipotermi dengan PMK sangat efektif dalam mencegah maupun mengatasi
hipotermi pada neonatus.
KETIDAKSESUAIAN PENANGANAN BERDASARKAN
TEORI YANG ADA
Menurut Agustinayanto (2008) metode kanguru atau perawatan bayi lekat
sangat bermanfaat untuk merawat bayi yang lahir dengan hipotermi baik selama
perawatan di rumah sakit ataupun di rumah. Perawatan bayi dengan metode
kanguru bisa digunakan sebagai pengganti perawatan dengan inkubator. Caranya,
dengan mengenakan popok dan tutup kepala pada bayi yang baru lahir. Kemudian,
bayi diletakkan di antara payudara ibu dan ditutupi baju ibu yang berfungsi sebagai
kantung kanguru. Posisi bayi tegak ketika ibu berdiri atau duduk,dan tengkurap atau
miring ketika ibu berbaring. Hal ini dilakukan sepanjang hari oleh ibu atau
pengganti ibu (ayah atau anggota keluarga lain). Suhu optimal didapat lewat kontak
langsung kulit ibu dengan kulit bayi (skin to skin contact). Suhu ibu merupakan
sumber panas yang efisien dan murah. Kontak erat dan interaksi ibu-bayi akan
membuat bayi merasa nyaman dan aman, serta meningkatkan perkembangan
psikomotor bayi sebagai reaksi rangsangan sensoris dari ibu ke bayi.
Keuntungan yang di dapat dari metode kanguru bagi perawatan bayi yaitu.
a. Meningkatkan hubungan emosi ibu anak
b. Menstabilkan suhu tubuh, denyut jantung, dan pernafasan bayi.
c. Meningkatkan pertumbuhan dan berat badan bayi dengan lebih baik.
d. Mengurangi stres pada ibu dan bayi. Mengurangi lama menangis pada bayi.
e. Memperbaiki keadaan emosi ibu dan bayi.
f. Meningkatkan produksi asi.
g. Menurunkan resiko terinfeksi selama perawatan di rumah sakit.
h. Mempersingkat masa rawat di rumah sakit
Kriteria bayi untuk metode kanguru :
a. Bayi dengan berat badan ≤ 2000 g
b. Tidak ada kelainan atau penyakit yang menyertai.
c. Refleks dan kordinasi isap dan menelan yang baik.
d. Perkembangan selama di inkubator baik.
e. Kesiapan dan keikutsertaan orang tua, sangat mendukung dalam keberhasilan.
Cara Melakukan Metode Kanguru :
a. Beri bayi pakaian, topi, popok dan kaus kaki yang telah dihangatkan lebih
dahulu.
b. Letakkan bayi di dada ibu, dengan posisi tegak langsung ke kulit ibu dan
pastikan kepala bayi sudah terfiksasi pada dada ibu. Posisikan bayi dengan siku
dan tungkai tertekuk, kepala dan dada bayi terletak di dada ibu dengan kepala
agak sedikit mendongak.
c. Dapat pula memakai baju dengan ukuran lebih besar dari badan ibu,dan bayi
diletakkan di antara payudara ibu, baju ditangkupkan, kemudian ibu memakai
selendang yang dililitkan di perut ibu agar bayi tidak terjatuh.
d. Bila baju ibu tidak dapat menyokong bayi , dapat digunakan handuk atau kain
lebar yang elastik atau kantong yang dibuat sedemikian untuk menjaga tubuh
bayi.
e. Ibu dapat beraktivitas dengan bebas, dapat bebas bergerak walau berdiri,duduk,
jalan, makan dan mengobrol. Pada waktu tidur, posisi ibu setengah duduk atau
dengan jalan meletakkan beberapa bantal dibelakang punggung ibu
f. Bila ibu perlu istirahat, dapat digantikan oleh ayah atau orang lain.
g. Dalam pelaksanaannya perlu diperhatikan persiapan ibu, bayi, posisi
bayi,pemantauan bayi, cara pamberian asi, dan kebersihan ibu dan bayi.
Berdasarkan teori diatas, ketidaksesuaian penanganan sukar ditemukan. Hanya
saja, pada teori dalam proses PMK, keikutsertaan orang tua sangat mendukung
pada keberhasilan PMK itu sendiri, terutama ibu. Dukungan ibu dalam
melaksanakan PMK sangat berpengaruh sesuai dengan tahapan-tahapan
pelaksanaan PMK sehingga bayi BBLR terhindar dari hipotermi yang dapat
berdampak pada kesakitan atau kematian bayi. Namun, pada proses peneliian ini,
banyak ibu yang kurang kooperatif dalam melakukan PMK. Menurut peneliti
masih kurangnya dukungan dari ibu disebabkan karena kurangnya sarana dan
prasarana yang ada di ruang perinatology dimana dalam ruangan tersebut tidak
disediakan televisi ataupun sumber-sumber informasi lainnya seperti buku atau
majalah sehingga ibu tidak jenuh dalam melaksanakan PMK karena ibu dapat
selalu menempelkan bayinya di dada sambil menonton televisi ataupun majalah
selain itu ruangan yang terlalu sempit sementara diisi oleh 2 orang sehingga kurang
memberikan privacy kepada ibu karena keluarga juga tidak bisa leluasa untuk
membantu ibu menggantikan melaksanakan PMK karena sebenarnya suami atau
orang tua boleh menggantikan posisi ibu pada saat ibu merasa lelah. Hal inilah
yang menyebabkan ibu tidak baik dalam melaksanakan PMK.
Selain itu, menurut (Rukiyah dkk, 2010:290) bayi yang mengalami hipotermia
biasanya mudah sekali meninggal. Penanganan yang bisa dilakukan selain
melakukan metode kangguru adalah segera menghangatkan bayi di dalam
incubator atau melalui penyinaran lampu.

Anda mungkin juga menyukai