Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

MEDIKAL BEDAH PADA PASIEN DENGAN DIABETES MELITUS

DI RUANG CENDRAWASIH RSUD WANGAYA DENPASAR

OLEH :

KOMANG AYU RATIH PURBANINGRUM

17.321.2675

A11-A

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES WIRA MEDIKA BALI
2019
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Definisi
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau mengalihkan”
(siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis atau madu. Penyakit
diabetes melitus dapat diartikan individu yang mengalirkan volume urine yang banyak
dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai
dengan ketidakadaan absolute insulin atau penurunan relative insensitivitas sel terhadap
insulin (Corwin, 2015).
Diabetes Mellitus adalah keadaan hiperglikemi kronik yang disertai berbagai
kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi
kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah (Mansjoer dkk, 1999). Diabetes
mellitus adalah penyakit kronis yang kompleks yang mengakibatkan gangguan
metabolisme karbohidrat, protein, lemak dan berkembang menjadi komplikasi
makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis (Barbara C. Long). Diabetes mellitus adalah
suatu penyakit kronis yang menimbulkan gangguan multi sistem dan mempunyai
karakteristik hyperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau kerja insulin yang
tidak adekuat (Brunner dan Sudart). Menurut WHO, Diabetes mellitus adalah keadaan
hyperglikemia kronis yang disebabkan oleh faktor lingkungan dan keturunan secara
bersama-sama, mempunyai karakteristik hyperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan
tetapi dapat dikontrol ( Smeltzer C. Suzanne 2014)

Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronik yang terjadi ketika pankreas tidak
cukup dalam memproduksi insulin atau ketika tubuh tidak efisien menggunakan insulin itu
sendiri. Insulin adalah hormon yang mengatur kadar gula darah. Hiperglikemia atau
kenaikan kadar gula darah, adalah efek yang tidak terkontrol dari diabetes dan dalam waktu
panjang dapat terjadi kerusakan yang serius pada beberapa sistem tubuh, khususnya pada
pembuluh darah jantung (penyakit jantung koroner), mata (dapat terjadi kebutaan), ginjal
(dapat terjadi gagal ginjal), syaraf (dapat terjadi stroke) (WHO, 2014)
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan
herediter, dengan tanda-tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak
adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya insulin efektif di
dalam tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya
disertai juga gangguan metabolisme lemak dan protein (Askandar, 2013).
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner & Suddarth, 2013).
Sedangkan menurut Francis dan John (2012), Diabetes Mellitus klinis adalah suatu
sindroma gangguan metabolisme dengan hiperglikemia yang tidak semestinya sebagai
akibat suatu defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya efektifitas biologis dari insulin
atau keduanya. (Brunner & Suddarth, 2013).

2. Epidemiologi / Insiden Kasus


Pada tahun 2000, berdasar laporan WHO dalam jurnal “Global Prevalence of
Diabetes Estimates for the year 2000 and Projections for 2030”, sekitar 171 juta penduduk
diseluruh dunia telah menderita diabetes. Angka tersebut setara dengan 2,8% dari total
penduduk di seluruh dunia. Insidensi kejadian diabetes memang mengalami peningkatan
dengan cepat, dan diperkirakan pada tahun 2030, jumlah penderita diabetes akan menigkat
tajam menjadi 2 kali lipat. Diabetes mellitus terjadi di seluruh dunia, akan tetapi umumnya
ditemukan di negara-negara berkembang, khususnya untuk kasus diabetes tipe 2.
Peningkatan prevalensi kesakitan terbesar diperkirakan akan terjadi di kawasan Asia dan
Afrika. Peningkatan kasus diabetes di negara-negara berkembang sebagian besar
merupakan dampak dari adanya urbanisasi dan perubahan gaya hidup.
Berdasarkan studi yang telah dilakukan oleh WHO menggunakan desain studi
kohort di seluruh dunia selama kurang lebih 11 tahun diperoleh data bahwa angka kematian
akibat diabetes pada tahun 2000 diperkirakan sekitar 2,9 juta kematian dimana 1,4 juta
adalah laki-laki dan 1,5 juta perempuan. Angka ini setara dengan 5,2% dari seluruh
kematian dengan berbagai sebab di seluruh dunia pada tahun 2000. Jika dipisahkan
berdasarkan tingkat kemajuan sebuah negara, maka didapatkan angka bahwa angka
kematian akibat diabetes pada tahun 2000 di negara maju sebesar 1 juta orang dan di negara
berkembang sebesar 1,9 juta orang. Angka kematian akibat diabetes terandah (2,4%)
terdapat pada negara-negara miskin di afrika, kamboja, laos, myanmar dan vietnam.
Sementara itu angka kematian akibat diabetes tertinggi adalah 9% di negara-negara timur
tengah semenanjung arab dan 8,5% di negara-negara kawasan amerika. Negara-negara
dengan angka prevalensi kematian tinggi akibat diabetes pada kelompok dengan usia muda
seperti di kawasan Asia Tenggara, semenanjung arab, kawasan timur tengah, dan kawasan
timur pasifik memiliki kecanderungan umur tertinggi untuk kematian akibat diabetes
adalah berkisar antara 50-54 tahun. Akan tetapi secara umum di seluruh dunia, angka
kematian akibat diabetes tertinggi terjadi pada usia sekitar 55-59 tahun. Sementara itu
untuk angka kesakitan diabetes, diperoleh data bahwa pada negara berkembang,
kebanyakan orang yang menderita diabetes adalah usia 45 sampai 64 tahun. Keadaan yang
sangat berkebalikan terlihat di negera-negara maju dimana umumnya orang yang
menderita diabetes di negar maju adalah orang yang berumur 64 tahun keatas.
Secara keseluruhan, 7,5 juta penduduk yang menderita diabetes diperkirakan telah
meninggal pada tahun 2000. Angka tersebut terdiri dari 4,6 juta penduduk yang menderita
diabetes namun diasumsikan meninggal karena penyebab lain (non-diabetes), ditambah
dengan 2,9 juta penduduk yang menderita diabetes dan meninggal akibat diabetes yang
dideritanya. Pada seseorang dengan umur kurang dari 35 tahun yang menderita diabetes,
75% diantaranya meninggal akibat diabetes yang dideritanya; pada penduduk dengan usia
35-64 tahun yang menderita diabetes, 59% diantaranya meninggal akibat diabetes yang
dideritanya; dan pada seseorang dengan usia lebih dari 64 tahun yang menderita diabetes,
29% diantaranya meninggal akibat diabetes yang dideritanya.
3. Penyebab / Etiologi
Diabetes adalah suatu penyakit yang disebabkan karena peningkatan kadar gula
dalam darah (hiperglikemi) akibat kekurangan hormon insulin absolut ataupun relatif.
Namun dari beberapa kasus juga ditemukan beberapa penyebab terjadinya diabetes antara
lain :
1) Virus dan Bakteri
Virus penyebab DM adalah rubela, mumps, dan human coxsackievirus B4. Melalui
mekanisme infeksi sitolitik dalam sel beta, virus ini mengakibatkan destruksi atau
perusakan sel. Bisa juga, virus ini menyerang melalui reaksi otoimunitas yang
menyebabkan hilangnya otoimun dalam sel beta. Diabetes mellitus akibat bakteri
masih belum bisa dideteksi. Namun, para ahli kesehatan menduga bakteri cukup
berperan menyebabkan DM.
2) Bahan Toksik atau Beracun
Bahan beracun yang mampu merusak sel beta secara langsung adalah alloxan,
pyrinuron (rodentisida), dan streptozoctin (produk dari sejenis jamur). Bahan lain
adalah sianida yang berasal dari singkong.
3) Genetik atau Faktor Keturunan
Diabetes mellitus cenderung diturunkan atau diawariskan, bukan ditularkan.
Anggota keluarga penderita DM (diabetisi) memiliki kemungkinan lebih besar
terserang penyakit ini dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak menderita
DM. Para ahli kesehatan juga menyebutkan DM merupakan penyakit yang terpaut
kromosom seks atau kelamin. Biasanya kaum laki-laki menjadi penderita
sesungguhnya, sedangkan kaum perempuan sebagai pihak yang membawa gen untuk
diwariskan kepada anak-anaknya. (Soegondo S, dkk. 2014)

Etiologi secara umum penyakit DM ini tergantung dari tipe Diabetes, yaitu sebagai
berikut :
1) Diabetes Tipe I ( Insulin Dependent Diabetes Melitus / IDDM )
Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolute, yang
disebabkan oleh autoimun dan idiopatik.
Diabetes ini merupakan tergantung insulin yang ditandai oleh penghancuran sel-sel
beta pancreas yang disebabkan oleh :
a. Faktor Genetic
Penderita DM tidak mewarisi DM tipe 1 itu sendiri tetapi mewarisi suatu
predisposisi / kecenderungan genetic ke arah terjadinya DM tipe 1. Ini ditemukan
pada individu yang mempunyai tipe antigen HLA ( Human Leucocyte Antigen )
tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen
transplatasi dan proses imun lainnya.
b. Faktor Imunologi
Respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggap seolah-olah sebagai jaringan
asing.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan
destruksi sel beta.
2) Diabetes Tipe II ( Non Insulin Dependent Diabetes Melitus / NIDDM )
Penderita Diabetes Melitus tipe II memiliki satu atau lebih keabnormalan dibawah
ini, antara lain :
 Defisiensi insulin relatif : insulin yang disekresi oleh sel-β pancreas untuk
metabolisme tidak mencukupi (Kumar et al, 2010)
 Resistensi insulin disertai defisiensi insulin relative (Perkeni, 2011)
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin pada diabetes tipe II belum diketahui . Faktor genetic diperkirakan memegang
peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Selain itu, terdapat faktor-faktor
resiko tertentu yang berhubungan yaitu :
a. Usia
Resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun
b. Obesitas
c. Riwayat Keluarga
d. Kelompok etnik

Di Amerika Serikat, golongan hispanik serta penduduk asli Amerika tertentu


memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk terjadinya diabetes tipe II dibanding
dengan golongan Afro-Amerika

3) Diabetes Melitus Gestational ( Gesational Diabetes Melitus – GDM )


Kehamilan yang disertai dengan peningkatan insulin resistan (ibu hamil gagal
mempertahankan euglycemia). Ini adalah merupakan faktor resiko dari GDM, yaitu
sebagai berikut :
 Riwayat keluarga DM
 Kegemukan
 Glikosuria

GDM ini meningkatkan morbilitas neonates, misalnya hipoglikemia, ikterus,


polisitemia dan makrosomia. Hal ini terjadi karena bayi dari ibu GDM mensekresi
insulin lebih besar sehingga merangsang pertumbuhan bayi dan makrosomia. Frekuensi
GDM kira-kirs 3-5% dan para ibu tersebut meningkat resikonya untuk menjadi DM di
masa mendatang.

4. Faktor Predisposisi
1) Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu
predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan
genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (Human
Leucosite Antigen). HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas
antigen transplantasi dan proses imun lainnya.
2) Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut
yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing, yaitu autoantibodi terhadap sel-
sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
3) Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan
destruksi sel beta.
5. Patofisiologi
Dalam keadaan normal, jika terdapat insulin, asupan glukosa atau produksi glukosa
yang melebihi kebutuhan kalori akan di simpan sebagai glikogen dalam sel-sel hati dan
sel-sel otot. Proses glikogenesis ini mencegah hiperglikemia (kadar glukosa darah > 110
mg / dl). Jika terdapat defisit insulin, empat perubahan metabolic terjadi menimbulkan
hiperglikemi. Empat perubahan itu adalah :
1) Transport glukosa yang melintasi membran sel berkurang
2) Glikogenesis berkurang dan tetap terdapat kelebihan glukosa dalam darah
3) Glikolisis meningkat sehingga dadangan glikogen berkurang dan glukosa hati
dicurahkan ke dalam darah secara terus menerus melebihi kebutuhan.
4) Glukoneogenesis meningkat dan lebih banyak lagi glukosa hati yang tercurah ke dalam
darah dari pemecahan asam amino dan lemak
Pada diabetes melitus tipe1, dikenal 2 bentuk dengan patofisiologi yang berbeda, yaitu
:
a. Tipe 1A, diduga pengruh genetik dan lingkungan memegang peran utama untuk
terjadinya kerusakan pancreas. HLA-DR4 ditemukan mempunyai hubungan yang
sangat erat.
b. Tipe 1B berhubungan dengan keadaan autoimun primer pada sekelompok penderita
yang juga sering menunjukan manifestasi autoimun lainnya, seperti Hasbimoto disease,
pernisious anemia, dan myasthenia gravis. keadaan ini berhubungan dengan antigen
HLA-DR3 dan muncul pada usia sekitar 30-50 tahun. Pada diabetes tipe 1 cenderung
terjadi ketoasidosis diabetic. Pada diabetes tipe 2 terdapat dua masalah utama yang
berhubungan dengan insulin, yaitu: resistesni insulin dan gangguan sekresi insulin.
Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai
akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkain reaksi dalam
metabolisme glukosa dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe 2 disertai dengan
penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk
menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan (Smeltzer & Bare, 2012).
Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam
darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita
toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan,
dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit
meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan
kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe
2 (Smeltzer & Bare, 2012).
PATHWAY ( terlampir )

6. Klasifikasi
Berdasarkan Perkeni (2006) diabetes, diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu sebagai
berikut :
1) Diabetes Mellitus Tipe-1
Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut, yang
disebabkan oleh : autoimun dan idiopatik
2) Diabetes Mellitus Tipe-2
Penderita diabetes mellitus tipe-2 memiliki satu atau lebih keabnormalan di bawah
ini, antara lain :
 Defisiensi insulin relatif: insulinyang disekresi oleh sel-β pankreas untuk
memetabolisme tidak mencukupi (Kumar et al, 2010).
 Resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif (Perkeni, 2011).
3) DM Gestational (Gestational Diabetes Mellitus - GDM)
Kehamilan normal yang disertai dengan peningkatan insulin resistan (ibu hamil
gagal mempertahankan euglycemia). Faktor risiko GDM : riwayat keluarga DM,
kegemukan, dan glikosuria. GDM ini meningkatkan morbilitas neonatus, misalnya
hipoglikemia, ikterus, polisitemia, dan makrosomia. Hal ini terjadi karena bayi dari ibu
GDM mensekresi insulin lebih besar sehingga merangsang pertumbuhan bayi dan
makrosomia. Frekuensi GDM kira-kira 3-5% dan para ibu tersebut meningkat
risikonya untuk menjadi DM di masa mendatang.
7. Gejala Klinis
Gejala klasik diabetes adalah rasa haus yang berlebihan, sering kencing terutama
malam hari, banyak makan serta berat badan yang turun dengan cepat. Di samping itu
kadang-kadang ada keluhan lemah, kesemutan pada jari tangan dan kaki, cepat lapar, gatal-
gatal, pengelihatan jadi kabur, gairah seks menurun, luka sukar sembuh dan pada ibu-ibu
sering melahirkan bayi di atas 4 kg. Kadang-kadang ada pasien yang sama sekali tidak
merasakan adanya keluhan, mereka mengetahui adanya diabetes karena pada saat periksa
kesehatan ditemukan kadar glukosa darahnya tinggi.

Berikut ini adalah merupakan gejala yang lazim terjadi, pada diabetes mellitus sebagai
berikut :
1) Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui
daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula
banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga klien mengeluh banyak kencing.
2) Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak
karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak minum.
3) Polipagi (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi
(lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan. Tetapi walaupun klien
banyak makan, tetap saja makanan tersebut hanya akan berada sampai pada pembuluh
darah.
4) Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh
berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan
protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya akan memecah
cadangan makanan yang ada di tubuh termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak
sehingga klien dengan DM walaupun banyak makan akan tetap kurus
5) Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa-sarbitol fruktasi) yang
disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari lensa,
sehingga menyebabkan pembentukan katarak.
8. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan Vital Sign
Yang terdiri dari tekanan darah, nadi, pernafasan, dan suhu. Tekanan darah dan
pernafasan pada pasien dengan pasien DM bisa tinggi atau normal, Nadi dalam batas
normal, sedangkan suhu akan mengalami perubahan jika terjadi infeksi.

2) Pemeriksaan Kulit
Kulit akan tampak pucat karena Hb kurang dari normal dan jika kekurangan cairan
maka turgor kulit akan tidak elastis. kalau sudah terjadi komplikasi kulit terasa gatal.
3) Pemeriksaan Leher
Biasanya tidak terjadi pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar getah bening, dan JVP
(Jugularis Venous Pressure) normal 5-2 cmH2.
4) Pemeriksaan Dada (Thorak)
Pada pasien dengan penurunan kesadaran acidosis metabolic pernafasan cepat dan
dalam.
5) Pemeriksaan Jantung (Cardiovaskuler)
Pada keadaan lanjut bisa terjadi adanya kegagalan sirkulasi.
6) Pemeriksaan Abdomen
Dalam batas normal.
7) Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
Sering BAK.
8) Pemeriksaan Muskuloskeletal
Sering merasa lelah dalam melakukan aktifitas, sering merasa kesemutan.
9) Pemeriksaan Ekstremitas
Kadang terdapat luka pada ekstermitas bawah bisa terasa nyeri, bisa terasa baal.
10) Pemeriksaan Neurologi : GCS :15 , Kesadaran Compos mentis Cooperative (CMC)
9. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang
1) Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120 mg/dl dan
dua jam post prandial > 200 mg/dl. Aseton plasma (aseton) : positif secara mencolok.
Osmolaritas serum : meningkat tapi < 330 m osm/lt
 Gas darah arteri pH rendah dan penurunan HCO3 (asidosis metabolik)
 Alkalosis respiratorik
 Trombosit darah : mungkin meningkat (dehidrasi), leukositosis, hemokonsentrasi,
menunjukkan respon terhadap stress/infeksi.
 Ureum/kreatinin : mungkin meningkat/normal lochidrasi/penurunan fungsi ginjal.
 Amilase darah : mungkin meningkat > pankacatitis akut. Insulin darah : mungkin
menurun sampai tidak ada (pada tipe I), normal sampai meningkat pada tipe II yang
mengindikasikan insufisiensi insulin.
2) Pemeriksaan fungsi tiroid
Peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat meningkatkan glukosa darah dan
kebutuhan akan insulin.
3) Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan
dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna pada
urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).
4) Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai dengan
jenis kuman.
10. Theraphy / Penanganan
1) Obat Insulin
Dosis yang diperlukan ditentukan oleh kadar glukosa darah
2) Obat oral anti diabetic :
a) Sulfonaria
 Asetoheksamid ( 250 mg, 500 mg )
 Clorpopamid(100 mg, 250 mg )
 Glipizid ( 5 mg, 10 mg )
 Glyburid ( 1,25 mg ; 2,5 mg ; 5 mg )
 Totazamid ( 100 mg ; 250 mg; 500 mg )
 Tolbutamid (250 mg, 500 mg )
b) Biguanid
 Metformin 500 mg
11. Penatalaksanaan
1) Terapi Farmakologi
a. Insulin, insulin tergolong hormon polipeptida yang awalnya diekstraksi dari
pankreas babi maupun sapi, tetapi kini telah dapat disintesis dengan teknologi
rekombinan DNA menggunakan E. Coli. Hormon ini dimetabolisme terutama di
hati, ginjal, dan otot (DEPKES RI, 2010).
b. Obat hipoglikemia oral (OHO), secara umum DM dapat diatasi dengan obat-obat
antidiabetes yang secara medis disebut obat hipoglikemia oral (OHO). Obat ini
tidak boleh sembarangan dikonsumsi karena dikhawatirkan penderita menjadi
hipoglikemia. Pasien yang mungkin berespon terhadap obat hipoglikemik oral
adalah mereka yang diabetesnya berkembang kurang dari 5 tahun. Pasien yang
sudah lama menderita diabetes mungkin memerlukan suatu kombinasi obat
hipoglikemik dan insulin untuk mengontrol hiperglikemiknya.
2) Terapi Non-Farmakologi
a. Pencegahan komplikasi
b. Berhenti merokok
c. Mengoptimalkan kadar kolesterol
d. Menjaga berat tubuh yang stabil
e. Mengontrol tekanan darah tinggi
f. Olahraga teratur dapat bermanfaat

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin diabetes mellitus dilakukan
mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, riwayat kesehatan, keluhan utama,
sifat keluhan, riwayat kesehatan masa lalu, pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari.
1. Anamnese (Asman, 2011)
a. Keluhan Utama
Cemas, lemah, anoreksia, mual, muntah, nyeri abdomen, nafas pasien mungkin
berbau aseton pernapasan kussmaul, poliuri, polidipsi, penglihatan yang kabur,
kelemahan dan sakit kepala.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Kapan terjadinya penyakit (Coma Hipoglikemik, KAD/ HONK), penyebab
terjadinya penyakit (Coma Hipoglikemik, KAD/ HONK) serta upaya yang telah
dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang ada kaitannya dengan
defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas. Adanya riwayat penyakit jantung,
obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun
obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat atau adanya faktor resiko, riwayat keluarga tentang penyakit, obesitas,
riwayat pankreatitis kronik, riwayat melahirkan anak lebih dari 4 kg, riwayat
glukosuria selama stress (kehamilan, pembedahan, trauma, infeksi, penyakit) atau
terapi obat (glukokortikosteroid, diuretik tiasid, kontrasepsi oral).
e. Riwayat psikososial
Informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami penderita
sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit
penderita.
f. Kaji terhadap manifestasi diabetes mellitus
poliuria, polidipsia, polifagia,penurunan berat badan, pruritus vulvular, kelelahan,
gangguan penglihatan, peka rangsang, dan kram otot. Temuan ini menunjukkan
gangguan elektrolit dan terjadinya komplikasi aterosklerosis.
g. Kaji pemahaman pasien tentang kondisi, tindakan, pemeriksaan diagnostik dan
tindakan perawatan diri untuk mencegah komplikasi.
Hal yang perlu dikaji pada klien degan diabetes mellitus. (Manaf.2011)
a. Pemeriksaan seluruh tubuh : Head to toe
1) Keadaaan umum
2) Pemeriksaan tanda - tanda vital, tingkat kesadaran, dan antropometri
3) TTV : TD/BP, F, RR, T
4) Tingkat kesadaran : composmentis, apatis, somnolen, delirium,
sopor/semicoma, coma
5) Antropoometri : TB/PB, BB
6) Kulit
Sistem integument/kulit, keadaan umum kulit, kebersihan, integritas kulit,
tekstur, kelembaban, adanya ulkus/luka, turgor kulit, warna kulit dan bentuk
kelainan dari kulit
7) Kepala dan Leher
Pengkajian daerah kepala, distribusi rambut, keadaan umum kepala,
kesimetrisan, adanya kelainan pada kepala secara umum. Pengkajian leher ada
atau tidaknya pelebaran vena jugularis, pembesaran kelenjar tiroid, pembesaran
kelenjar limfe, keterbatasan gerak leher dan kelainan lain.
8) Penglihatan dan Mata
Pengkajian daerah mata dan fungsi sistem penglihatan, keadaan mata secara
umum, konjungtiva (anemis, jaundice, peradangan dan trauma), adanya
banormalitas pada mata/kelopak mata, visus, daya akomodasi mata,
penggunaan alat bantu penglihatan, kelainan/gangguan saat melihat/membaca
9) Penciuman dan Hidung
Pengkajian daerah hidung dan fungsi system penciuman, keadaan umum
hidung, jalan nafas/adanya sumbatan pada hidung, polip, peradangan,
secret/keluar darah/pus, kesulitan bernafas, cuping hidung/adanya kelainan
bentuk dan kelainan lain
10) Pendengaran dan Telinga
Pengkajian daerah telinga dan fungsi sistem pendengaran, keadaan umum
telinga, gangguan saat mendengar, penggunaan alat bantu dengar, adanya
kelainan bentuk dan kelainan lain
11) Mulut dan Gigi
Pengkajian mulut dan fungsi organ pencernaan bagian atas, keadaan umum
mulut dan gigi, gangguan menelan, adanya peradangan pada mulut (mukosa
mulut, gusi, faring), adanya kelainan bentuk atau kelainan lain
12) Dada, Pernafasan dan Sirkulasi
Pengkajian dada dari hasil inspeksi (perkembangan/akspansi dada, kesimetrisan
dada), palpasi (kesimetrisan dada, taktil fremitus), perkusi ( paru : resonan,
adanya penumpukan secret/cairan/darah), auskultasi ( pernafasan : suara nafas,
jantung : bunyi jantung).Sirkulasi : perfusi darah ke perifer, warna ujung-ujung
jari, bibir, kelembaban kulit, urine output, keluhan pusing, pandangan kabur
saat berubah posisi, Capiler Refill Time/CRT. Keluhan lain seperti dada
berdebar-debar, nyeri dada dan sesak nafas.
13) Abdomen
Inspeksi : keadaan umum abdomen, pergerakan nafas, adanya benjolan, warna
kulit
Auskultasi : peristaltik usus per menit
Palpasi : adanya massa pada abdomen, turgor kulit, adanya asites
Perkusi : bunyi timpani, hipertimpani untuk perut kembung, pekak untung
jaringan padat
14) Genetalia dan Reproduksi
Pengkajian tentang keadaan umum alat genetalia dan fungsi sistem reproduksi,
kelianan pada bentuk anatomi dan fungsi genetalia. Keluhan dan gangguan
pada sistem reproduksi
15) Ekstremitas Atas dan Bawah
Pengkajian ekstremitas atas dan bawah, rentang gerak, kekuatan otot,
kemampuan melakukan mobilisasi, keterbatasan gerak, adanya
trauma/kelianan pada kaki/tangan, insrsi infuse, keluhan/gangguan lain
b. Kebutuhan fisik, psikologi, soaial dan spiritual
1) Aktivitas dan Istirahat (di rumah/sebelum sakit dan di rumah sakit /saat sakit)
2) Kebersihan Personal
Kebiasaan mandi, keramas, gosok gigi gambaran umum kebiasaan
klien, kemampuan perawatan diri
3) Nutrisi
Kebisaan makan, pantangan, makanan yang bisa menyebabkan alergi pola
makan, gangguan makan, diet yang diberikan.
4) Eliminasi (BAB dan BAK)
Kebiasaan/pola BAB dan BAK, keluhan/gangguan saat eliminasipola
BAB/BAK, perubahan pola eliminasi.
5) Seksualitas : Pola seksualitas, keluhan seksualitas
6) Psikososial
Hubungan klien dengan orang lain, hubungan klien dengan keluarga, orang
terdekat, hubungan klien dengan tenaga kesehatan, keadaan psikologis klien,
penerimaan dan harapan klien tentang penyakitnya, pengetahuan klien tentang
penyakitnya.
7) Spiritual
Kepercayaan klien terhadap tuhan, keyakinan klien tentang sakit yang
dideritanya.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa umum yang muncul pada pasien Diabetes Melitus adalah sebagai berikut :
1) Ketiakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan glikolisis meningkat
sehinga dadangan glikogen berkurang dan glukosa hati dicurahkan ke dalam arah
secara terus menerus melebihi kebutuhan
2) Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan defisiensi insulin, penurunan
intake oral, status hipermetabolisme ditandai dengan menurunnya nafsu makan dan
minum.
3) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuretic osmotic, kehilangan
cairan gastric berlebihan, pembatasan cairan yang ditandai dengan dehidrasi dan
menurunnya motivasi untuk minum.
4) Resiko infeksi berhubungan dengan hiperglikemi, penurunan fungsi lekosit,
perubahan sirkulasi yang ditandai dengan adanya infeksi pada kulit.
5) Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan zat kimia endogen,
ketidakseimbangan elektrolit, glukosa, insulin
6) Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurang informasi, misinterpretasi pengobatan
3. Intervensi Keperawatan

No. Tujuan dan Kriteria


Intervensi Rasional
Dx Hasil
1 Setelah diberikan Manajemen hipovolemi :
asuhan keperawatan
diharapkan 1. Monitor adanya tanda-tanda 1. Monitor tanda-tanda
hipovolemi yang dehidrasi (O) dehidrasi dilakukan untuk
dialami pasien mengetahui tingkat
berkurang dengan keperahan dehidrasi yang
kriteria hasil : dialami pasien
2. Dukung asupan cairan oral (N) 2. Asupan cairan yang tepat
- Kehausan yang
dapat mengurangi
dirasakan pasien
hipovolemi yang dialami
berkurang
pasien
- Turgor kulit normal
3. Intruksikan pada pasien atau 3. Pasien atau keluarga dapat
- Membrane mukosa
keluarga untuk mencatat intake mengetahui intake dan output
lembab
dan output cairan dengan tepat cairan pasien
(E)
Manajemen elektrolit :
4. Konsultasikan dengan dokter 4. Konsultasi dengan dokter
jika tanda dan gejala membantu menentukan
ketidakseimbangan tindakan yang sesuai dengan
cairan/elektrolit menetap (C) kondisi pasien

2 Setelah diberikan Manajemen nutrisi :


asuhan keperawatan 1. Monitor kalori dan asupan c. Deteksi dini untuk pemberian
diharapkan kebutuhan makanan (O) kalori dan asupan makanan
nutrisi pasien dapat yang tepat dan memperbaiki
terpenuhi dengan kebutuhan nutrisi pasien
kriteria hasil : 2. Tentukan jumlah kalori dan d. Jumlah kalori dan jenis
jenis nutrisi yang dibutuhkan nutrisi yang sesuai dapat
- Asupan gizi
untuk memenuhi persyaratan memenuhi persyaratan gizi
terpenuhi
gizi (N) pasien
- Asupan makanan
3. Anjurkan keluarga terkait e. Keluarga mengetahui
terpenuhi
dengan kebutuhan makanan kebutuhan nutrisi yang tepat
sesuai dengan tahap
tertentu berdasarkan perkembangan dan usia
perkembangan atau usia (E) pasien
f. Pemberian nutrisi yang tepat
4. Kolaborasikan dengan ahli gizi dapat memenuhi kebutuhan
tentang pemberian nutrisi yang nutrisi pasien
tepat (C)
3 Setelah diberikan Manajemen nyeri :
asuhan keperawatan 8) Pengkajian nyeri dilakukan
1. Lakukan pengkajian nyeri
diharapkan nyeri untuk mengetahui tingkat
secara komprehensif, durasi,
pasien berkurang keparahan nyeri yang
frekuensi, kualitas dan faktor
dengan kriteria hasil : dirasakan pasien.
presipitasi (O)
9) Pemberian analgetik
- Mampu 2. Berikan analgetik untuk
membantu mengurangi
mengontrol nyeri mengurangi nyeri (N)
nyeri yang dirasakan pasien.
- Nyeri berkurang
10) Teknik non farmakologi
- Mampu mengenali 3. Ajarkan tentang teknik non
membantu mengurangi
nyeri farmakologi (E)
nyeri yang dirasakan.
(skala,intensia, 4. Kolaborasi pemberian
11) Kolaborasi dalam pemerian
frekuensi dan analgetik (C)
analgetik untuk menentukan
tanda nyeri)
dosis yang tepat
4 Setelah diberikan Monitor neurologi :
asuhan keperawatan 1. Monitor tanda-tanda vital (O) 1. Memantau kondisi pasien
diharapkan pasien apakah terjadi peningkatan
tidak mengalami pada tekanan darah, nadi,
cedera dengan kriteria Identifikasi resiko : suhu dan pernapasan pasien
hasil : 2. Intruksikan faktor resiko dan 2. Pasien dan keluarga
rencana untuk mengurangi mengetahui faktor resiko
- Glukosa darah
faktor resiko pada pasien dan yang dapat menimbulkan
normal
keluarga cedera
- Tidak ada urin
glukosa
3. Diskusikan dan rencanakan 3. Keluarga dapat membantu
- Tidak ada urin
aktivitas-aktivitas pengurangan pasien dalam menjalankan
keton
resiko dengan keluarga (C) aktivitas-aktivitas yang dapat
mengurangi resiko
4. Implementasi aktivitas-
aktivitas pengurangan resiko 4. Memfasilitasi pasien dalam
melakukan aktivitas-aktivitas
pengurangan resiko

4. Implementasi
5. Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C. Nursing care plans: Guidelines for
planning and documenting patients care. Alih bahasa: Kariasa, I.M. Jakarta: EGC; 1999 (Buku
asli diterbitkan tahun 1993)
Suyono, S, et al. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;
2001
Arif Mansjoer. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius ; 2000
Bukchech, Gloria, et al (2012). Nursing Intervention Classification (NIC).Lowa : Mosbysp
Jhonson, Marion. (2012). Outcome project Nursing Clasification (NOC). St Louis Missouri
: Mosby
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. 2002 .Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah.EGC:Jakarta.
Wiley, NANDA International. (2012). Nursing Diagnostig : Defenition and Clasification
2012-2014. Jakarta :ECG
Padila. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha Medika
Handayani, Nur. 2015. Diabetes Melitus (DM). Diakses melalui
http://eprints.ums.ac.id/33983/11/BAB%20II.pdf pada tanggal 30 Juni 2019

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi
dan Indikator Diagnostik. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Bulechek, Gloria, dkk. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC). Indonesia :


Moco Media

Moorhead, Sue, dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC). Indonesia : Moco
Media

Anda mungkin juga menyukai