Anda di halaman 1dari 26

FARMAKOLOGI

TERAPAN
OLEH KELOMPOK 10
KELOMPOK 10..
● ARNIKA SEPTIA O1B122091

● EVI EFRIANI O1B122102

● HASRYANTO O1B12213

● MULIDAH WIDIASARI BACHTIAR O1B122124

● NUR SALMA O1B122135

● SITTI NURUL AISYAH O1B122146

● WA ODE SITI SRIANDRI O1B122157


DEFINISI
PENYAKIT
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang
mengakibatkan angka kesakitan yang tinggi.
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal
yang mengakibatkan angka kesakitan atau morbiditas
dan kematian atau mortalitas. Hipertensi akan
memberi gejala yang berlanjut pada suatu target
organ seperti otak (stroke), pembuluh darah jantung
(penyakit jantung koroner), otot jantung (left
ventricle hypertrophy) (Medikanto, 2014).
01 LITERATUR
KARDIOVASKULER (HIPERTENSI)
KASUS
STUDI KASUS PASIEN KARDIOVASKULER
(HIPERTENSI)
Pasien, Nyonya (E), seorang wanita usia 53 tahun, datang ke Puskesmas Karang Anyar sendiri
dengan keluhan nyeri kepala sejak 1 hari yang lalu, nyeri kepala dirasakan di daerah bagian kepala
belakang dekat tengkuk leher. Nyeri kepala tidak berkurang dengan isitirahat dan mengganggu aktifitas.
Pasien mengeluh jika sakit kepala ini sering kambuh- kambuhan dan jika gejala timbul pasien baru
memeriksakan diri ke puskesmas. Pasien sebelumnya adalah seorang pedagang dan sudah terkena tekanan
darah tinggi sejak 8 tahun yang lalu, kini pasien masih berdagang dan membatasi pekerjaan yang terlalu
berat. Pasien tinggal serumah dengan suami dan anak ke-4 nya. Nyonya (E), juga menderita penyakit
diabetes, mellitus sejak 3 tahun. Pasien sudah berobat rutin tekanan darah tinggi hingga sekarang dan
terkontrol dengan baik. Pasien mengetahui terkena diabetes mellitus saat 3 tahun yang lalu, awalnya
pasien mengalami bengkak pada daerah pipi dan dagu, bengkak terasa panas dan nyeri, kemudian pasien
berobat ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan dan didiagnosis diabetes mellitus. Pasien juga
mengalami luka pada kaki yang tak kunjung sembuh 3 bulan lalu.
CONT..
Pasien memiliki kebiasaan prilaku kesehatan yang kurang baik serta memiliki masalah berat
badan yang obesitas. Pasien memiliki riwayat keluarga yang terkena hipertensi dan diabetes mellitus.
Pasien sudah berobat rutin tekanan darah tinggi hingga sekarang dan terkontrol dengan baik.
Pasien mengalami luka pada kaki yang tak kunjung sembuh 3 bulan lalu. Aktivitas sehari-hari
pasien sebagai pedagang pada hari tertentu, pasien datang ke puskesmas jika ada keluhan atau sakit, dan
pengetahuan tentang hipertensi kurang, Pola makan sayur yang jarang dengan kebiasaan makanan santan
seperti pindang dalam keluarga, tidak berolahraga, konsumsi alkohol (-). Suami, Tuan (D), merupakan
perokok aktif dimana sehari bisa menghabiskan 8 batang per hari sejak 30 tahun yang lalu, perilaku
merokok di luar dan di dalam rumah, konsumsi alkohol (+).
Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaaan umum: tampak sakit ringan; suhu: 36,2 oC; tekanan
darah: 140/90 mmHg;; frek. nadi: 88x/menit; frek. nafas: 20 x/menit; berat badan: 63 kg; tinggi badan:
154 cm; status gizi: overweight (IMT: 24,6)
DATA SUBJEKTIF &
SUBJEKTIF
OBJEKTIF
OBJEKTIF
Data demografi pasien
Nama :Ny.E Tekanan Darah: 140/90 mmHg
Usia : 53 Tahun Frekuensi nadi : 88x/menit
Jenis kelamin : Wanita
Tinggi badan. : 154 cm frek. Nafas. : 20 x/menit
Berat Badan. : 63 Kg (Overweight) status gizi. : overweight
Keluhan : Nyeri kepala di daerah
bagian kepala (IMT: 24,6)
belakang dekat
tengkuk leher
Riwayat kel : Hiperetensi dan
Diabetes Melitus
Riwayat penyakit : DM tipe 2
Riwayat pengobatan : -
Assesment..
PM S,O Terapi Analisis DRP
- Hipertensi Stage 1  Subjektif - Amlodipin - Terapi HT terlalu cepat - Untuk kasus hipertensi
  - Nyeri kepala didaerah 1 x 10 mg diberikan amlodipin yang komplikasi dengan
  bagian kepala     penyakit DM lini
  belakang dekat     pertama menggunakan
  tengkuk leher     Acei/ARB.
   Objektif      
  - Tekanan Darah 140/90      
  mmHg      
        - Untuk Pasien yang
      - Penggunaan OHO Tidak Obesitas sebaiknya
- DM  Subjektif   sesuai dengan kondisi diberikan obat golongan
- Bengkak daerah pipi - Glibenkla pasien yang obesitas metformin
dan dagu, bengkak mid 1 x 5 - Tidak diberikan obat
terasa panas dan mg untuk mengatasi luka
nyeri. Mengalami luka ppada kaki pasien
pada kaki yang tak
kunjung sembuh 3
bulan lalu
 
PLAN..
• Hipertensi
Tata laksana terapi untuk Ny. E pasien ini diberikan. Captropril 2 x 25 mg tablet sehari
(golongan ACEI) jika tidak adekuat maka diganti dengan Amlodipine 1x10 mg sehari
(Golongan CCB). Pada hipertensi diabetes, ACEI adalah lini pertama dalam manajemen
hipertensi, dan dapat digantikan oleh ARB jika pasien tidak toleran terhadap Acei.
Penelitian terbaru menunjukkan ARB menjadi setara dengan ACEI baik dalam
mengurangi risiko makro dan mikrovaskuler.

—Terapi Farmakologi
• Diabetes Melitus
Biguanid Metformin adalah satu-satunya biguanid yang tersedia saat ini. obat ini
digunakan pada penderita diabetes yang gemuk karena obat ini menurunkan nafsu
makan yang menyebabkan penurunan berat badan (Siregar dan Saiful, 2018).
Ulkus pada kaki pasien
Dalam pengobatan ulkus diabetikum dapat menggunakan seftiakson sebagai
terapi tunggal dan antibiotic seftiakson + Metronidazol sebagai terapi kombinasi
(Rahmawati dkk., 2018). Terapi pengobatan ulkus pada kaki pasien diberikan
kombinasi seftriakson injeksi 1 g/hari dalam dosis tunggal intra muscular dan
metronidazole 500 mg 2x1 biasanya selama 7 hari (Pionas,2020).
TERAPI NON FARMAKOLOGI!
HIPERTENSI..
“Olahraga yang dilakukan
“Mengganti makanan tidak secara teratur sebanyak 30 –
sehat dengan memperbanyak 60 menit/ hari, minimal 3
asupan sayuran dan buah- hari/ minggu, dapat menolong
buahan!” “Tidak jarang pula pasien penurunan tekanan darah”
tidak menyadari kandungan
Penurunan garam pada makanan cepat Olahraga
saji”
berat badan
Mengurangi
asupan garam
TERAPI NON FARMAKOLOGI!
DIABETES MELITUS..
● Makan makanan sehat terdiri dari nasi, lauk pauk, sayur dan buah.
● Diet yaitu menkonsumsi makanan yang berserat tinggi, rendah gula, dan
banyak air putih.
● Olahraga yang teratur.
● Olahraga intermiten (1 – 3 – 1) untuk mengelola kadar glukosa darah dan
memperbaiki propel lipid. Perbandingan irama gerak 1 (anerob), 3 (aerob),
dan 1 (anaerob)
● Stretching dan loosening untuk kelenturan sendi dan lancarnya aliran darah
tepi.
● Meditasi dan Senam Pernafasan.
KIE (Komunikasi,
Informasi dan Edukasi)
• Informasikan kepada pasien untuk patuh dan tepat minum obat
• Informasikan kepada pasien untuk menurunkan berat badan
karena sudah masuk obesitas untuk membantu pengobatan
• Informasikan kepada pasien bahwa menjaga makan untuk
menstabilkan atau menjaga tekanan darah dan kadar gula darah
berada kisaran normal
Monitoring dan Follow Up
● Monitoring kadar gula darah setelah terapi
● Monitoring kembali data lab (SGPT, SGOT,
Albumin untuk mencapai ke kadar normal).
● Monitoring efek samping obat yang kemungkinan
dapat terjadi
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Basic Pharmacology & Drug Notes Edisi 2019. Makasar : MMN Publishing. 2019.
Soenarta, A., Erwinanto, A.Sari,M.,Rossana,M, Antonia,A.,Nani,M.,Rarsari, S., 2015, Pedoman
Tata Laksana Hipertensi pada Penyakit Kardiovasukular, Article INDONESIAN HEART
ASSOCIATION.
Medikanto, B.R, 2015. A 53 Years Old Woman With Hypertension Grade I and Diabetes
Mellitus Type 2, J Medula Unila, Vol.3(2)
02 LITERATUR
KASUS
DIABETES MELITUS 2
STUDI KASUS PASIEN KARDIOVASKULER
(HIPERTENSI)
Pasien seorang perempuan Ny. W usia 59 tahun datang diantar oleh keluarga ke Instalasi
Gawat Darurat (IGD) RSUD Ir. Soekarno Kabupaten Sukoharjo. Keluhan utama yang
dirasakan pasien saat masuk Rumah Sakit adalah nyeri ulu hati dan sesak sejak sehari
sebelum masuk rumah sakit. Keluhan lain yang dirasakan yaitu batuk, mual, sering buang air
kecil, sering minum, sering makan tetapi berat badan tidak bertambah. pemeriksaan sistem
didapatkan adanya pembengkakan pada lengan kanan dan kiri. Pada sistem respirasi
didapatkan sesak nafas. Pada sistem pencernaan sering buang air kecil.
CONT..
Pasien memiliki riwayat diabetes melitus sejak 4 tahun yang lalu. Pasien rutin kontrol ke
puskesmas, obat rutin diminum, saat obat habis pasien membeli di apotik dengan merk yang sama.
Pasien tidak memiliki riwayat tuberkulosis, alergi, asma, penyakit jantung, dan gangguan
immunocompromise. Pada riwayat keseharian, pasien tidak merokok maupun minuman beralkohol.
Pasien banyak makan dan minum namun berat badannya tidak bertambah. Pasien tidak memiliki
keluarga dengan riwayat penyakit penyakit hipertensi, diabetes melitus, dan asma.
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik, diperoleh tinggi badan 150 cm, berat badan 50 kg, IMT 22.2,
kondisi umum lemah, kesadaran sedang compos mentis (GCS E4V5M6), tekanan darah (TD) 132/92
mmHg, hearth rate (HR) 84x/menit, suhu badan 36,1°C, respiratory rate (RR) 22x/menit, dan SpO2
98%, kadar gula darah sewaktu (GDS) 217 mg/dl.
DATA SUBJEKTIF &
OBJEKTIF
SUBJEKTIF OBJEKTIF
Data demografi pasien : Tekanan darah : 132/92 mmhg
Heart rate : 84 kali/menit
Nama : Ny. W
Gula darah sewaktu : 217 mg/dL
Usia : 59 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Tinggi bada : 150 cm
Berat badan : 50 kg
Keluhan pasien : Nyeri ulu hati, sesak,
batuk, mual, sering buang
air kecil, sering minum,
sering makan tetapi berat
badan tidak bertambah.
 
ASSEMENT..

Berdasarkan anamnesis keluhan, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, diagnosis


banding dari pasien ini yaitu hiperglikemia dan hipoglikemia Terapi yang telah diberikan kepada
pasien ketika di IGD yaitu Infus NaCl 0.9% 20 tpm, Inj. omeprazole 40mg/12 jam, Inj.
Ondansentron 4mg/8jam, Inj. novorapid 10 Unit SC.
Diagnosis DM tipe 2 dan prediabetes juga dapat ditegakkan pada kelompok risiko tinggi yang
tidak menunjukkan gejala klasik DM, yaitu: kelompok dengan berat badan lebih (IMT ≥ 23
kg/m2) yang disertai dengan satu atau lebih faktor risiko antara lain first-degree relative DM,
hipertensi, riwayat melahirkan bayi dengan BBL >4 kg, HDL <35 mg/dL atau trigliserida >250
mg/dL, dsb; atau kelompok usia >45 tahun tanpa faktor risiko
Pengobatan farmakologi yang digunakan oleh Ny. W yaitu omeprazol
merupakan golongan PPI (Proton Pump Inhibitor). PPI adalah kelompok obat
yang mengurangi sekresi asam lambung yang paling banyak digunakan di
dunia dan dianggap sebagai pengobatan GERD yang paling efektif dengan
onset satu jam. Sediaan obat dalam bentuk kapsul 20mg dan 40mg. sedangkan
sediaan vial 40mg. Dosisnnya 20 mg per hari selama 4 minggu.
—PLAN..
PENATALAKSANAAN..
Tatalaksana DM harus memperhatikan individualisasi. Pilihan
obat diberikan sesuai kebutuhan atau kondisi pasien serta
efektivitas obat, manfaat dan keamaan, interaksi obat, serta efek
samping yang mungkin terjadi. Perubahan gaya hidup seperti
pengaturan pola makan dan latihan jasmani juga bersifat
individual.
DAFTAR PUSTAKA
Haerani, D.I., dan Andrea, S. S., 2022., Diabetes Melitus Tipe 2 Pada Wanita Usia 59
Tahun : Laporan Kasus, Continuing Medical Education, ISSN :2721-2882.
THANKS!

Anda mungkin juga menyukai