Anda di halaman 1dari 11

TUGAS INDIVIDU FARMAKOTERAPI

“KASUS DIABETES MELLITUS, GOUT DAN TIROID”

DOSEN PENGAMPU : apt. ASNIAR PASCAYANTRI, S.Si., M. Si

OLEH

PUTRI TRI WANDA


O1A1 19 116
KELAS C

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
KASUS DIABETES MELLITUS
Vignette
Pasien Ny. R berumur 52 tahun datang dengan keluhan badan lemas dan penglihatan kabur pada
mata kiri. Keluhan ini dirasakan sejak seminggu yang lalu. Pasien mengatakan memiliki riwayat
tekanan darah tinggi sejak +- 20 tahun yang lalu dan menderita diabetes melitus sejak +- 2 tahun
yang lalu. Pada awalnya 20 tahun yang lalu pasien sering mengeluhkan kepala pusing, lalu pasien
berobat ke puskesmas dan dinyatakan memiliki penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi.
Pasien diberi obat antihipertensi yaitu amlodipine 10 mg 1x1 dan dianjurkan oleh dokter untuk
rutin minum obat antihipertensi secara rutin serta kontrol tekanan darah. Namun, pasien
mengatakan tidak rutin mengonsumsi obat antihipertensi dan hanya mengonsumsi obat tersebut
apabila terdapat keluhan pusing. Pada tahun 2017 pasien mengeluhkan sering buang air kecil saat
malam hari, sering makan namun mudah lapar, serta berat badan yang menurun. Lalu pasien
berobat ke klinik dan dilakukan pemeriksaan laboratorium dan hasilnya gula darah pasien
meningkat. Dua tahun yang lalu pasien sempat pingsan dan dibawa ke rumah sakit. Sejak saat itu,
pasien mulai berobat ke rumah sakit untuk konsultasi dengan dokter Spesialis Penyakit Dalam
mengenai penyakitnya. Pasien mengatakan sempat mendapatkan terapi insulin di rumah sakit,
namun pasien mengatakan terdapat keluhan gatal setelah suntik insulin. Dokter mengatakan pasien
alergi terhadap insulin sehingga mengganti insulin dengan 3 jenis obat untuk penyakit kencing
manis pasien yaitu metformin, acarbose, dan glibenklamid.
Satu minggu sebelum pasien datang ke Puskesmas, pasien memiliki keluhan pandangan mata kiri
kabur dan hanya bisa melihat cahaya. Pasien lalu berobat ke RS Abdul Moeloek dan dinyatakan
memilki penyakit retinopati diabetik dan diberikan obat tetes mata. Pasien mengatakan terdapat
riwayat hipertensi pada ayah kandung dan adik kandung pasien. Pasien memiliki kebiasaan makan
sehari 3-4 kali. Pasien mengaku sering meminum kopi hitam 2-3 gelas/hari selama +- 7tahun.
Pasien juga mengaku bahwa hampir setiap hari pasien suka mengonsumsi es sirup atau minuman
manis lainnya. Aktivitas pasien sebagai ibu rumah tangga. Pasien tidak pernah berolahraga dan
tidak pernah mengikuti senam yang diadakan di Posyandu terdekat. Meskipun pasien saat ini
sedang mengonsumsi obat-obatan dan disarankan untuk menjaga pola hidup sehat oleh dokter,
pasien mengaku terkadang masih sering mengonsumsi kopi dan air es sirup. Pasien juga jarang
untuk berolahraga dan melakukan aktivitas ringan di rumah.
Terapi yang yang tepat untuk kasus tersebut ?
A. Glibenklamid 10 mg, metformin 500 mg, acarbose 100 mg, lisinopril 10 mg, vitrolenta
(potassium iodide 5 mg + sodium iodide 10 mg)
B. Terapi Insulin dan Vitrolenta (potassium iodide 5 mg + sodium iodide 10 mg)
C. Metformin 500 mg, acarbose 150 mg, glibenklamid 5 mg, lisinopril 10 mg, vitrolenta
(potassium iodide 5 mg + sodium iodide 10 mg)
D. Acarbose 100 mg, glibenklamid 5 mg, metformin 500 mg, lisinopril 10 mg, vitrolenta
(potassium iodide 5 mg + sodium iodide 10 mg)
E. Insulin
Kunci Jawaban
D. Acarbose 100 mg, glibenklamid 5 mg, metformin 500 mg, lisinopril 10 mg, vitrolenta
(potassium iodide 5 mg + sodium iodide 10 mg)
Penyelesaian
Penggalian data & informasi (data S dan O)
Subjective (S)
 Keluhan badan lemas dan penglihatan kabur pada mata kiri sejak seminggu yang lalu. Pada
awalnya pasien sering mengeluhkan kepala pusing, badan lemas, sering buang air kecil
pada malam hari, sering makan namun mudah lapar.

 Riwayat hipertensi + pada ayah dan adik kandung pasien. Pasien sering mengonsumsi kopi
hitam 3-4 gelas/hari selama +- 7 tahun dan pasien juga sering mengonsumsi es sirup atau
minuman manis lainnya. Pasien jarang berolahraga.
Objective (O)
 Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik didapatkan berat badan 55 kg, tinggi badan pasien 155
cm. IMT pasien 22,8. Pasien tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis. Tekanan
darah 170/100 mmHg, nadi 68x/menit, pernapasan 20 kali/menit,dan suhu tubuh pasien
36,4°C. Hasil pemeriksaan gula darah sewaktu 350 mg/dl. Mata: konjungtiva anemis(-/-),
visus mata kiri 1/~ telinga, hidung kesan dalam batas normal.
 Pada pemeriksaan leher, JVP tidak meningkat, kesan dalam batas normal.
 Paru, gerak dada dan fremitus taktil simetris, tidak didapatkan rhonki dan wheezing, suara
dasar vesikuler normal kanan dan kiri sama, kesan dalam batas normal.
 Batas kanan jantung pada linea sternalis kanan, batas kiri jantung tepat pada linea
midclavicula, ICS5, kesan batas jantung normal. Abdomen datar dan tidak didapatkan
organomegali ataupun asites, tidak didapatkan nyeri tekan abdomen, kesan dalam batas
normal. Ekstremitas dan motorik dalam batas normal.
Analisis, interpretasi data dan penetapan masalah (A)
Assesment (A)
 Pasien diberi obat antihipertensi yaitu amlodipine 10 mg 1x1 dan dianjurkan oleh dokter
untuk rutin minum obat antihipertensi secara rutin serta kontrol tekanan darah. Namun,
pasien mengatakan tidak rutin mengonsumsi obat antihipertensi dan hanya mengonsumsi
obat tersebut apabila terdapat keluhan pusing.
 Pasien mengatakan sempat mendapatkan terapi insulin di rumah sakit, namun pasien
mengatakan terdapat keluhan gatal setelah suntik insulin.
 Satu minggu sebelum pasien datang ke Puskesmas, pasien memiliki keluhan pandangan
mata kiri kabur dan hanya bisa melihat cahaya.
Penetapan penyelesaian masalah (P)
Plan (P)
 Diagnosis pada pasien adalah diabetes melitus tipe 2 dengan komplikasi retinopati diabetic
serta hipertensi derajat 2. Tatalaksana holistik pada pasien berupa patient center (terapi
farmakologis dan non farmakologis), family focus, dan community oriented)

 Pasien alergi terhadap insulin sehingga mengganti insulin dengan 3 jenis obat untuk
penyakit kencing manis pasien yaitu metformin, acarbose, dan glibenklamid. Terapi
farmakologi dengan memberikan glibenklamid 5 mg 1x1, metformin 500 mg 3x1, acarbose
100 mg 1x1, lisinopril 10 mg 1x1, Vitrolenta (Potasium Iodide 5 mg + Sodium Iodide 10
mg) tetes mata 3x2 tetes/hari.
 Terapi non farmakologi yang diberikan merupakan tatalaksana yang fokus terhadap pasien
itu sendiri. Family focus merupakan tatalakasana pasien yang berorientasikan pada
keluarga seperti dan Community oriented merupakan tatalaksana pasien yang berorientasi
pada komunitas
Monitoring dan Evaluasi
 Edukasi mengenai terapi pasien, dari fungsi pengobatan dan cara penggunaan obat dan
prognosis penyakit, serta edukasi pasien untuk kontrol teratur dalam memeriksa kadar gula
darah, mata, dan tekanan darah ke layanan kesehatan

 Memberikan edukasi yang menyeluruh kepada pasien mengenai terapi farmakologi.


 Melakukan pemantauan efek samping obat secara teratur
 Edukasi keluarga pasien mengenai penyakit diabetes mellitus dan hipertensi serta
retinopati diabetik yang diderita pasien, serta tatalaksananya, meminta anggota keluarga,
terutama yang tinggal dengan pasien untuk melakukan pengawasan terhadap pasien seperti
pola makan dan gaya hidup

 Memotivasi pasien agar mengikuti kegiatan Progam Pengelolalan Penyakit Kronis


(Prolanis) di puskesmas dan memotivasi pasien agar mengikuti kegiatan social dan rohani
di lingkungan rumah
KASUS GOUT
Vignette
Pasien Ny. S, 63 tahun, datang ke Puskesmas Simpur pada tanggal 10 Februari 2018 diantar oleh
anaknya untuk berobat karena sering terasa pegal dan nyeri pada jari jari tangan serta lutut kanan.
Nyeri sendi. dirasakan hilang timbul dan menghilang dengan sendirinya. Biasanya nyeri akan
dirasakan bertambah setelah sebelumnya pasien mengkonsumsi sayur-sayur berwarna hijau tual
seperti daun singkong. Nyeri juga dirasakan bertambah apabila cuaca sedang dingin, terasa seperti
kesemutan. Nyeri dirasakan hilang timbul sejak 2 bulan yang lalu dan semakin memberat sejak 1
minggu sebelum ke puskesmas. Sebelumnya 1 bulan yang lalu pasien mengeluhkan nyeri sendi di
jari-jari (ibu jari dan jari telunjuk) kaki kanan dan lutut kanan. sampai susah untuk berjalan. Pasien
juga mengatakan sebelumnya nyeri terjadi hilang timbul pada sendi lain, tetapi tidak pernah
disertai bengkak ataupun kemerahan, Pasien mengaku pernah diperiksa asam urat dan hasilnya
tinggi. Pasien masih dapat bekerja dan tidak mengonsumsi obat-obatan untuk mengurangi
keluhannya. Riwayat merokok aktif maupun pasif disangkal oleh pasien. Riwayat memiliki
penyakit kencing manis dan hipertensi tidak pernah dialami pasien, Riwayat penyakit keluarga
yang pernah dialami tidak diketahui oleh pasien.
Pasien mengatakan bahwa di keluarganya. tidak ada yang menderita keluhan berupal bengkak dan
nyeri sendi yang serupa seperti pasien. Pasien biasanya makan 2-3 kali sehari. Makanan yang
dimakan cukup bervariasi. Namum pasien suka mengkonsumsi makanan yang berlemak, seperti
daging dan kuning telur, jeroan, melinjo, dan makanan bersantan. Pasien. mengaku sehari-hari
kurang minum air putih, hanya 3-4 gelas kecil air putih. Pasien tidak merokok, tidak mengonsumsi
alkohol ataupun jamuan, dan pasien jarang berolahraga.
Pemeriksaan :
Keadaaan umum: tampak sakit ringan; suhu: 36 °C; tekanan darah: 130/80 mmHg; frek. nadi: 94
x/menit; frek. nafas: 20 x/menit; berat badan: 58 kg; tinggi badan: 155 cm; status gizi: overweight
(IMT: 24,1). Status generalis kepala, mata, telinga, hidung, mulut, leher, paru, jantung, abdomen
semua dalam batas normal. Status lokalis: Regio genu dextra/sinistra L (look): Deformitas (-/-),
warna dalam batas normal F (feel): Warm (+/+) bony tenderness (-/-) nyeri tekan +/+ M (move):
Krepitasi (-/-), ROM baik/baik (ekstensi 90 tidak terbatas). Hasil laboratorium: Asam urat : 7,39
mg/dl, Kolesterol : 165,2 mg/dl.
Rekomendasi obat apa yang dapat diberikan untuk pasien tersebut
A. Deksametason dan Natrium Diklofenat
B. Piroksikam, Allopurinol, dan Vitamin B komplek
C. Kolkisin dan Allopurinol
D. Allopurinol
E. Amlodipin dan Piroksikam
Kunci Jawaban
B. Piroksikam, Allopurinol, dan Vitamin B komplek
Penyelesaian
Penggalian data & informasi (data S dan O)
Subjective (S)
 Pasien sering merasakan pegal dan nyeri pada jari jari tangan serta lutut kanan. Nyeri sendi
 1 bulan yang lalu pasien mengeluhkan nyeri sendi di jari-jari (ibu jari dan jari telunjuk)
kaki kanan dan lutut kanan sampai susah untuk berjalan.
Objective (O)
 Keadaaan umum: tampak sakit ringan; suhu: 36 °C; tekanan darah: 130/80 mmHg; frek.
nadi: 94 x/menit; frek. nafas: 20 x/menit; berat badan: 58 kg; tinggi badan: 155 cm; status
gizi: overweight (IMT: 24,1).
 Status generalis : kepala, mata, telinga, hidung, mulut, leher, paru, jantung, abdomen semua
dalam batas normal.
 Status lokalis: Regio genu dextra/sinistra L (look): Deformitas (-/-), warna dalam batas
normal F (feel): Warm (+/+) bony tenderness (-/-) nyeri tekan +/+ M (move): Krepitasi (-
/-), ROM baik/baik (ekstensi 90 tidak terbatas).
 Hasil laboratorium: Asam urat : 7,39 mg/dl, Kolesterol : 165,2 mg/dl.
Analisis, interpretasi data dan penetapan masalah (A)
Assesment (A)
 Nyeri sendi pada jari-jari kaki dan tangan serta khawatir nyeri sendi terus bertambah parah
sehingga tidak bisa berjalan lagi
Penetapan penyelesaian masalah (P)
Plan (P)
 Piroksikam 2 x 50 mg
Pemberian obat antiinflamasi non steroid (OAINS) berupa piroxicam sudah tepat pada
pasien ini yaitu sebagai analgetik yang direkomendasikan oleh American Rheumatism
Association, obat analgetik lainnya yang dapat diberikan yaitu kortikosteroid sistemik
ataupun probenecid. Golongan OAINS sebagai analgetik bekerja dengan cara menghambat
enzim siklooksigenase sehingga tidak tersintesisnya prostaglandin sebagai mediator
inflamasi yang menimbulkan rasa nyeri.
 Allopurinol 1x100 mg (malam)
 Penurun asam urat yang dapat diberikan adalah allopurinol dengan dosis awal tidak
melebihi 100 mg/hari. Dosis selanjutnya dititrasi atau disesuaikan setiap 2-5 minggu untuk
mencapai target yang diinginkan
 Vitamin B komplek 1 kali sehari
 Selain dengan pengobatan farmakologi, pengobatan pada gout akut juga dapat dilakukan
secara nonfarmakologi. Kompres dengan menggunakan es dapat dilakukan untuk
menenangkan persendian yang sedang meradang. Pada beberapa kasus gout akut yang
terasa sangat nyeri, mengistirahatkan persendian sangat dianjurkan.
Monitoring dan Evaluasi
 Memonitoring kadar asam urat pasien
 Memonitoring kepatuhan pasien terhadap pengobatannya
 Memonitoring efek samping dari penggunaan obat Piroksikam, Allupurinol, dan Vitamin
B kompek

KASUS TIROID

Vignette
Seorang pasien wanita berinisial SR berusia 35 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan dada
kiri terasa berdebar-debar, matanya tampak melotot serta tangan yang bergetar terus (tremor),
sering berkeringat dan merasa cepat lapar. Pasien mengaku sedang hamil 8 minggu. Tekanan darah
145/90 mmHg dan suhu tubuh 37,5 C. Pada pemeriksaan fisik tampak pembesaran ringan kelenjar
tiroid. Nilai triiodothyronine (T3) bebas 17,6 pg / mL, hormon tiroksin bebas (T4) 3,79 ng / dL,
dan thyroid-stimulating hormone (TSH) 0,07μ IU / mL, Thyroglobulini 184ng / mL sedangkan
antibodi antitiroid peroksidase (TPO) adalah 420 IU / mL dan antibodi antithyroglobulin adalah
60 IU / mL. Dokter mendiagnosa pasien menderita hipertiroid. Dokter memberikan resep
Propylthiourasil 150 mg setiap 8 jam dan Propanolol HCl 40 mg/hari.
Rekomendasi obat apa yang dapat diberikan untuk pasien dengan tersebut
A. Deksametason dan Natrium Diklofenat
B. Piroksikam, Allopurinol, dan Vitamin B komplek
C. Kolkisin dan Allopurinol
D. Allopurinol

E. Propylthiourasil
Kunci Jawaban
E. Pr pylthiourasil
Penyelesaian
Penggalian data & informasi (data S dan O)
Subjective (S)
Jenis kelamin : wanita berinisial SR
Usia : 35 tahun (dewasa)
Keluhan :
 dada kiri terasa berdebar-debar, matanya tampak melotot serta tangan yang bergetar terus
(tremor), sering berkeringat dan merasa cepat lapar.
 Pada pemeriksaan fisik tampak pembesaran ringan kelenjar tioid.
 Sedang mengandung 8 minggu.
 Dokter mendiagnosa pasien menderita hipertiroid.
 Dokter memberikan resep metimazol 30 mg/hari dan bisoprolol 2,5 mg/hari
Objective (O)
 Suhu tubuh 37,5 C (normal)
 Memiliki tekanan darah 145/90 mmHg

Analisis, interpretasi data dan penetapan masalah (A)


Assesment (A)

 Thyroid-stimulating hormone (TSH) Rendah


Kadar h-TSH : 0,07 μ IU / mL (normal : 0,4-5)→Menurun
Pada hipertiroid, konsentrasi TSH plasma menurun (karena terdapat suatu antibodi yang
menyerupai TSH, biasanya antibodi immunoglobulin (TSI) yang berikatan dengan reseptor yang
mengikat TSH. Dimana bahan-bahan tersebut merangsang aktivasi cAMP dalam sel sehingga hasil
akhirnya hipertiroid.

 Triiodothyronine (T3) bebas dan Tiroksin bebas (T4) Tinggi


Sekresi hormon tiroid (T3, T4)→Meningkat
Hal ini disebabkan karena TSI yaitu pembentukan TSH ditekan oleh kelenjar hipofisis anterior
sehingga kelenjar tiroid dipaksa mensekresikan hormon hingga diluar batas yang menyebabkan
sel-sel sekretori kelenjar membesar dan terjadi peningkatan laju metabolisme diatas normal dan
terjadi penurunan berat badan dan ketidakseimbangan energi.
MASALAH YANG DIALAMI PASIEN :
Hipertiroid dan Tekanan darah tinggi stage 1

Penetapan penyelesaian masalah (P)


Plan (P)
TUJUAN TERAPI :
Mengobati dan mengatasi gejala hipertiroid
 Menormalkan kadar TSH
 Menormalkan tekanan darah hingga 130/80 mmHg

TERAPI FARMAKOLOGI
ANTIHIPERTIROID

 PROPYLTHIOURASIL

Merupakan golongan thiourea dengan mekanisme meng-inhibit dari T4 menjadi T3.


 Dosis : 150 mg / 8 jam
Oral 150-450 mg/hari dalam dosis terbagi
Dosis sesuai. Pasien tetap di kontrol selama 4-8 minggu (untuk melihat penurunan
abnormalitas), kemudian dosis mulai diturunkan 50-300 mg. Penyesuaian dosis dilakukan
setiap bulan. Pengobatan dilanjutkan 1-2 tahun.

TERAPI NON FARMAKOLOGI


 Diet tinggi kalori, yaitu memberikan kalori 2600-3000 kalori per hari baik
dari makanan maupun suplemen

 Konsumsi protein harus tinggi, yaitu 100-125 gr (2,5 gr/ kg BB)


 Olahraga secara teratur
 Jangan stress
Monitoring dan Evaluasi
 Cek kadar h-TSH secara berkala
 Cek Tekanan darah (target < 130/80 mmHg)
 Kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat secara tepat
 Jika kadar TSH tetap dibawah normal setelah pengobatan selama 12- 18 bulan
 maka dilakukan tindakan lanjutan yaitu radioaktif iodin atau tiroidektomi

REFERENSI

American Thyroid Association. 2011. Hypertiroidsm And Other of Thyrotoxicosis:


Management Guidelines of The American Thyroid Association And American
Association of Clinical Endocrinologist. AACE Endocrine Practice, Vol. 17 (3)
Asrizal, T., dan Khairun,N. B., 2019, Penatalaksanaan Gout Arthtritis pada Seorang Lansia Usia
63 Tahun dengan Pola Makan yang Tidak Teratur, J Agromedicine, Vol 6 (1).

Dipiro, J.T., Wells, B.G., Schwinghammer, T.L., Dipiro, C.V. 2009. Pharmacotherapy
Handbook 7th edition. USA: The McGraw-Hill Companies, Inc.
Perdana, E. N. K., Aila, K., dan syahrul, H. N., 2019, Retinopati Diabetik serta Hipertensi dengan
Pendekatan Dokter Keluarga, Majority, Vol 8 (2).

Anda mungkin juga menyukai