Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PSL VIII

PIO HIPERLIPIDEMIA
BLOK FARMAKOTERAPI SISTEM KARDIOVASKULAR

Oleh :
Arfani Fathiyah
NIM 70100119007
Kelas Farmasi A
Dosen Pembimbing : Apt. Khaerani Mukhtar, M.Farm.,Klin

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
ROMANG POLONG-GOWA
2021
SKENARIO

Ny. NN (58th) seorang pengusaha, datang ke klinik untuk menjalani general check up rutin. Ny.
NN rajin berjalan setiap pagi sejauh 1 km. Ayah Ny. NN meninggal pada usia 35th karena
penyakit myocardial infarction, ibunya masih hidup dan sehat-sehat saja sampai saat ini. Ny. NN
mempunyai 3 saudara kandung, saudara pertama menderita hipertensi, saudara keduanya
menderita diabetes, dan saudara ketiga (perempuan) meninggal pada usia 45th karena
penyakit myocardial infarction. Satu tahun yang lalu Ny. NN mendapatkan warfarin 5 mg untuk
mengatasi kondisi kondisi VTE (Venous trhromboembolism) yang dideritanya. Pada
pemeriksaan diketahui :
TD 150/90mmHg.
TB 150cm BB 67kg
Total kolesterol 7,5 mmol/L
LDL 3,9 mmol/L
HDL 1,0 mmol/L
Trigliserida 2,0 mmol/L
Setelah berkonsultasi dengan Apoteker, Dokter memberikan terapi Lipitor 10 mg 1x1, Farmoten
12,5 mg 2x1 dan melanjutkan terapi Warfarin yang selama ini didapatkan oleh Ny. NN.
Apoteker kemudian memberikan informasi kepada Ny. NN terkait terapi yang diperolehnya.
ROLEPLAY PELAYANAN INFORMASI OBAT
Pasien : “ Permisi, selamat pagi bu”
Apoteker : “ Selamat pagi ibu, saya Arfani apoteker yang bertugas hari ini ada yang bisa
saya bantu?”
Pasien : “ Saya mau menebus resep bu”
Apoteker : “ Baik sebelumnya bu, bisa tolong perlihatkan resepnya?”
Pasien : “ Ini bu (menyerahkan resep)””
Apoteker : “ Baik ibu, jadi benar yah atas nama ibu nina usia 58 tahun? “
Pasien : “ iya benar bu”
Apoteker : “ Apakah ibu punya riwayat alergi obat?
Pasien : “ tidak ada bu “
Apoteker : “ ataukah ibu punya riwayat penyakit sebelumnya ? “
Pasien : “ iyaa bu, saya punya riwayat penyakit tromboemboli vena “
Apoteker : “ ohh seperti itu yah bu, apakah ibu mengkonsumsi obat sbelumnya ? “
Pasien : “ iyaa bu, saya sudah setahun ini mengkonsumsi warfarin yang diresepkan
dokter, tapi setelah memeriksakan kondisi baru-baru ini, obat saya kemudian
ditambah “
Apoteker : “ Baik bu jadi sebelumnya saya izin bertanya yah , apa saja yang ibu ngat
mengenai informasi yang diberikan dokter tentang obat ini pak?”
Pasien : “ katanya obat ini bisa membantu saya mengatasi penyakit saya bu, itu saja”
Apoteker : “ Baik bu, jadi saya jelaskan yah mengenai obatnya. Jadi obat yang diresepkan
untuk ibu ada 3, namanya obat formaten, lipitor, dan warfarin. Obat formaten
ini adalah obat untuk mengatasi tekanan darah atau hipertensi yang ibu alami.
Obat ini diminum 12,5 mg dua kali sehari yah bu. Untuk obat lipitor nya
manfaatnya sebagai terapi tambahan pada diet untuk mengurangi peningkatan
kolesterol yang ibu alami. Untuk dosisnya, ibu minum 10 mg sekali sehari yah bu.
Dan yang tekahir ibu tetap disarankan untuk melanjutkan terapi warfarin yang
sudah ibu gunakan yah bu, dan dosisnya ibu minum 5 mg sekali sehari.
Pasien : “ Diminum nya kapan yah bu? ”
Apoteker : “ Ibu bisa minum obatnya setelah makan yah”
Pasien : “ Ohh iya baik bu”
Apoteker : “ oh iya bu, karena ibu menggunakan beberapa macam obat, kemungkinan
akan menimbulkan efek samping seperti pusing, mual, muntah diare dan
sebagainya. Jadi apabila ibu merasakan efek samping yang tidak dapat
ditoleransi, maka ibu harus segera menghubungi dokter . Dan jangan lupa ntuk
menyimpan obatnya di tempat yang kering dan terlindung dari sinar matahari
yah bu “
Apoteker : “Apakah masih ada pertanyaan bu?”
Pasien : “Tidak bu”
Apoteker : “ Baik ibu kalau begitu saya ambilkan dulu yah obatnya, lalu bapak bisa tebus
dikasir?”
Pasien : “ Baik bu terimakasih atas informasinya, kalau begtu permisi dulu”
Apoteker : “ Sama-sama bu, semoga lekas sembuh yah bu”

ANALISIS SKENARIO

Berdasarkan skenario diketahui bahwa pasien adalah seorang wanita pengusaha berusia 58 th
yang memiliki penyakit VTE (Venous thromboembolosm). Pada saat melakukan pemeriksaan
diketahui bahwa tekanan darah pasien tergolong tinggi (hipertensi) yaitu 150/90 mmHg.
Berdasarkan skenario diketahu bahwa Pasien adalah seorang pria berusa 56 tahun dengan
adalah 50 kg dan TB 165 cm. Setelah berkonsultasi diketahui bahwa pasien diberikan terapi
lipitor 10 mg 1 x 1, farmoten 12,5 mg 2 X 1 dan tetap melanjutkan terapi warfarin yang telah
digunakan selama setahun sebelumnya.

Berdasarkan data pemeriksaan, diketahui bahwa TD pasien termasuk dalam kategiro hipertensi
dan diberikan obat farmoten. Farmoten (kaptopril) adalah obat golongan ACE-I yang
merupakan terapi lini pertama untuk hipertensi. Mekanisme kerja ACE-Inhibitor yaitu
menghambat perubahan angiotensin I menjadi angiotensi II sehingga menjadi vasodilatasi dan
penurunan sekresi aldosteron, selain itu degredasi bradikinin juga dihambat sehingga kadar
bradikinin dalam darah meningkat dan berperan dalam efek vasodilatasi ACE-Inhibitor (Dipiro,
2008). Pada dasarnya ACE-Inhibitor memperbaiki arteriolar hypertrophy yang terjadi pada
hipertensi dan mengurangi hipertrofi jantung, ACE-Inhibitor juga mengurangi produksi
aldosteron dan retensi natrium, serta dapat berperan dalam efek antihipertensi (Rahardjo,
2009). Kemampuan mengurangi kadar angiotensin II (Ang-II) dengan inhibitor-inhibitor enzim
pengubah angiotensin (ACE-Inhibitor) yang efektif secara oral menunjukkan kemajuan penting
dalam pengobatan hipertensi. Dosis yang diberikan yaitu 12, 5 mg diminum sebanyak 2 kali
sehari. Menurut PIONAS, dosis ini sudah tepat jika digunakan secara tunggal. Efek samping yang
umum mungkin terjadi adalah hipotensi; pusing, sakit kepala, letih, astenia, mual (terkadang
muntah), diare, (terkadang konstipasi), kram otot, batuk kering yang persisten, gangguan
kerongkongan, perubahan suara, perubahan pencecap (mungkin disertai dengan turunnya
berat badan), stomatitis, dispepsia, nyeri perut; gangguan ginjal; hiperkalemia; angiodema,
urtikaria, ruam kulit (termasuk eritema multiforme dan nekrolisis epidermal toksik), dan reaksi
hipersensitivitas. (PIONAS)

Selain farmoten, pasien juga diberikan lipitor (atovatarin). Obat ini digunakan sebagai terapi
tambahan pada diet untuk mengurangi peningkatan kolesterol total pasien. Lipitor sendiri pada
dasarnya adalah obat untuk membantu menurunkan kadar kolesterol dalam tubuh. Cara
kerjanya adalah dengan memblokir enzim HMG-CoA (pemicu kolesterol) yang bertugas untuk
meneruskan sinyal ke hati. Untuk dosis yang diberikan untuk pasien adalah 10 mg diminum
sehari sekali. Dosis ini sudah tepat menurut PIONAS, akan tetapi dosis dapat tingkatkan dengan
interval 4 minggu sampai 40 mg sekali sehari; bila perlu, tingkatkan lebih lanjut sampai
maksimal 80 mg sekali sehari. Adapun efek samping yang mungkin timbul adalah somnia, angio
udema, anoreksia, asthenia, neuropati perifer, alopesia, pruritus, ruam, impoten, sakit dada,
hipoglikemik dan hiperglikemik, trombositopenia jarang dilaporkan (PIONAS).
Adapau warfarin telah dierikan setahun sebelumnya, dan disarankan untuk tetap dilanjutkan.
Warfarin diberikan sebagai. profilaksis dan pengobatan trombosis vena dan embolisme paru.
Obat ini dikontraindikasikan untuk kehamilan, tukak peptik, hipertensi berat, endokarditis
bakterial. Dosis yang diberikan sebagai terapi kontrol adalah 5 mg sudah tepat. Adapun efek
samping yang mungkin terjadi adalah perdarahan; hipersensitivitas, ruam kulit, alopesia, diare,
hematokrit turun, nekrosis kulit, purple toes, sakit kuning, disfungsi hati; mual, muntah,
pankreatitis (PIONAS).

Dari data pemeriksaan pasien juga diketahui bahwa BB pasien 50 kg dan TB 165 cm.
BB(Kg)
IMT = 2
TB (m)

67 kg
= 2
1,5 m
= 29,7

Berdasarkan tabel IMT diatas, pasien termasuk dalam kategori Berat badan obesitas. Obesitas
merupakan penumpukan lemak yang berlebihan akibat ketidak seimbangan asupan energi
(energi intake) dengan energi yang digunakan (energi expenditure) dalam waktu lama.
Obesitas terjadi akibat tidak seimbangnya antara kalori yang masuk ke dalam tubuh dengan
kalori yang dikeluarkan dari tubuh. Sehingga untuk mencegah dan mengatasi obesitas harus
dijaga Terlepas dari programnya, konsumsi energi harus lebih kecil dari pengeluaran energi.
Target yang masuk akal adalah kehilangan 0,5 hingga 1 kg per minggu dengan diet seimbang
asupan lemak, karbohidrat, dan protein.
 Peningkatan aktivitas fisik dikombinasikan dengan pengurangan asupan kalori dan
perilaku modifikasi dapat menambah penurunan berat badan dan meningkatkan
komorbiditas terkait obesitas dan faktor risiko kardiovaskular.

Sumber :
Pusat Informasi Obat Nasional (Pionas), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik
Indonesia 2014, Informatorium Obat Nasional Indonesia(IONI), BPOM RI.

Anda mungkin juga menyukai