DI SUSUN OLEH :
MUSTAINNA RAHMAN
70100120097
KELAS B2
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI ALAUDDIN MAKASSAR
2022
SKENARIO
Hagion Pengembangan Produk pada FT. Aladin Pharmaceutical sering melakukan formulasi
sediaan suppositora Parasetamol untuk anak-anak dengan dosis obat per unit sediaan adalah
250mg dengan jumlah produk per patach adalah 101,000 unit suppositoria. Berdasarkan hasil
studi preformulasi, tim memutuskan untuk membuat sediaan suppositaria dengan kadar oksigen
terkontrol menggunakan basis oleum cacao dan cera flava. Tim memutuskan untuk menghitung
sendiri nilai tukar paracetamol dengan menggunakan suppositoria percobaan. Hasil pengukuran
suppositoria hasil percobaan menggunakan cetakan yang tersedia diperoleh data bahwa bobot
oleum cacao + obat adalah 2,01 gram dan bobot oleum cacao adalah 2 gram. Bagaimanakah
komposisi suppositoria per unit dan perhitungan masing-masing bahannya untuk produk 1
batch?
STEP 7 BELAJAR MANDIRI
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya. Simpan di suhu
Farmakokinetik Paracetamol
Farmakokinetik paracetamol cukup baik dengan bioavailabilitas yang tinggi.
Absorpsi
Paracetamol diabsorbsi dengan baik di usus halus melalui transport pasif pada pemberian oral.
Pemberian dengan makanan akan sedikit memperlambat absorpsi paracetamol. Pada pemberian
melalui rektum, terdapat variasi konsentrasi puncak di plasma dan waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai konsentrasi puncak di plasma lebih lama.
Distribusi
Setelah pemberian oral, konsentrasi puncak pada plasma akan dicapai dalam waktu 10 – 60
menit pada tablet biasa dan 60 – 120 menit untuk tablet lepas-lambat. Konsentrasi rata-rata di
plasma adalah 2,1 μg/mL dalam 6 jam dan kadarnya hanya dideteksi dalam jumlah kecil setelah
8 jam. Paracetamol memiliki waktu paruh 1 – 3 jam. Paracetamol memiliki bioavailabilitas yang
tinggi. Sekitar 25% paracetamol dalam darah diikat oleh protein.
Metabolisme
Metabolisme paracetamol terutama berada di hati melalui proses glukoronidasi dan sulfasi
menjadi konjugat non toksik. Sebagian kecil paracetamol juga dioksidasi melalui enzim
sitokrom P450 menjadi metabolit toksik berupa N-acetyl-p-benzo-quinone imine (NAPQI).
Pada kondisi normal, NAPQI akan dikonjugasi oleh glutation menjadi sistein dan konjugat asam
merkapturat. Ketika diberikan dosis dalam jumlah yang besar atau terdapat defisiensi glutation,
maka NAPQI tidak dapat terdetoksifikasi dan menyebabkan nekrosis hepar akut.
Eliminasi
Sekitar 85% paracetamol diekskresi dalam bentuk terkonjugasi dan bebas melalui urin dalam
waktu 24 jam. Pada paracetamol oral, ekskresi melalui renal berlangsung dalam laju 0,16 – 0,2
mL/menit/kg. Eliminasi ini akan berkurang pada individu berusia > 65 tahun atau dengan
gangguan ginjal.
Selain ginjal, sekitar 2,6% akan diekskresikan melalui bilier. Paracetamol juga dapat
diekskresikan dengan hemodialisa.
SUPPOSITORIA
Supositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui
rektal, vagina atau uretra. Umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh.
Supositoria dapat bertindak sebagai pelindung jaringan setempat, sebagai pembawa zat terapetik
yang bersifat lokal atau sistemik.
Keuntungan dan kerugian sediaan supositoria:
a. Keuntungan
Dapat menghindari terjadinya iritasi pada lambung
Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzim pencernaan
Baik bagi pasien yang mudah muntah
Langsung dapat masuk saluran darah berakibat akan memberi efek lebih cepat daripada
penggunaan obat per oral.
b. Kerugian
Tidak nyaman digunakan
Absorbsi obat sering kali tak teratur atau sulit diramalkan.
Tidak dapat disimpan pada suhu ruang.
Mengiritasi mukus yang disebabkan oleh beberapa obat atau basisnya
Persyaratan suppositoria
1. Suposition sebaiknya melebur dalam beberapa minit poda su tubuh atau melarut
pereyarunnerja olian
2. Pembebasan din respond but yang baik.
3. Daya tahan dan daya penyimpanan yang baik (tumpu ketengilan, pewarnain.
pregrasan. Kemantapan bentuk, daya putih yang baik, dan stabilitus yang memadai
dari bahan obat).
4. Daya serap terhadap cairan lipofil dan hidrofil
100( E−G)
F= E.X +1
Keterangan :
F : Nilai Tukar
250 mg
= x 100%
2000 mg
= 12,5 %
Diketahui
Nilai tukar
100(2 g−2,01 g)
F=
2 g . 12,5 %
+1
100(−0,01 g)
F= +1
25
−1
F = 25 + 1
F = -0,04 + 1
F = 0,96
Perhitungan Formulasi
Kadar : 0,96
Jadi, untuk membuat 100.000 unit suppositoria paracetamol kita menggunakan formulasi
Paracetamol 25.000 g
Cera Flava 8.850 g
Kita menggunakan Metode Tuang. Metode yang paling umum digunakan pada suppositoria
skala kecil dan skala besar adalah pencetakan. Pertama-tama bahan basis diletakkan sebaiknya
di atas penangas air atau penangas uap untuk menghindari pemanasan setempat yang berlebihan.
Kemudian bahan-bahan aktif diemulsikan atau disuspensikan ke dalamnya.
1. Uji homogenitas
Uji homogenitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah bahan aktif dapat tercampur rata
dengan bahan dasar suppo atau tidak, jika tidak dapat tercampur maka akan mempengaruhi
proses absorbsi dalam tubuh. Obat yang terlepas akan memberikan terapi yang berbeda. Cara
menguji homogenitas yaitu dengan cara mengambil 3 titik bagian suppo (atas-tengah-bawah
atau kanan-tengah-kiri) masing-masing bagian diletakkan pada kaca objek kemudian diamati
dibawah mikroskop, cara selanjutnya dengan menguji kadarnya dapat dilakukan dengan cara
titrasi.
2. Bentuk
Bentuk suppositoria juga perlu diperhatikan karena jika dari bentuknya tidak seperti sediaan
suppositoria pada umunya, maka seseorang yang tidak tahu akan mengira bahwa sediaan
tersebut bukanlah obat. Untuk itu, bentuk juga sangat mendukung karena akan memberikan
keyakinan pada pasien bahwa sediaa tersebut adalah suppositoria. Selain itu, suppositoria
merupakan sediaan padat yang mempunyai bentuk torpedo.
Uji waktu hancur ini dilakukan untuk mengetahui berapa lama sediaan tersebut dapat hancur
dalam tubuh. Cara uji waktu hancur dengan dimasukkan dalam air yang di set sama dengan
suhu tubuh manusia, kemudian pada sediaan yang berbahan dasar PEG 1000 waktu hancurnya
±15 menit, sedangkan untuk oleum cacao dingin 3 menit. Jika melebihi syarat diatas maka
sediaan tersebut belum memenuhi syarat untuk digunakan dalam tubuh. Mengapa menggunakan
media air? Dikarenakan sebagian besar tubuh manusia mengandung cairan.
4. Keseragaman bobot
Keseragaman bobot dilakukan untuk mengetahui apakah bobot tiap sediaan sudah sama atau
belum, jika belum maka perlu dicatat. Keseragaman bobot akan mempengaruhi terhadap
kemurnian suatu sediaan karena dikhawatirkan zat lain yang ikut tercampur. Caranya dengan
ditimbang saksama 10 suppositoria, satu persatu kemudian dihitung berat rata-ratanya. Dari
hasil penetapan kadar, yang diperoleh dalam masing-masing monografi, hitung jumlah zat aktif
dari masing-masing 10 suppositoria dengan anggapan zat aktif terdistribusi homogen. Jika
terdapat sediaan yang beratnya melebihi rata-rata maka suppositoria tersebut tidak memenuhi
syarat dalam keseragaman bobot. Karena keseragaman bobot dilakukan untuk mengetahui
kandungan yang terdapat dalam masing-masing suppositoria tersebut sama dan dapat
memberikan efek terapi yang sama pula.
5. Uji titik lebur
Uji ini dilakukan sebagai simulasi untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan sediaan supositoria
yang dibuat melebur dalam tubuh. Dilakukan dengan cara menyiapkan air dengan suhu ±37°C.
Kemudian dimasukkan supositoria ke dalam air dan diamati waktu leburnya. Untuk basis oleum
cacao dingin persyaratan leburnya adalah 3 menit, sedangkan untuk PEG 1000 adalah 15 menit.
6. Kerapuhan
Supositoria sebaiknya jangan terlalu lembek maupun terlalu keras yang menjadikannya sukar
meleleh. Untuk uji kerapuhan dapat digunakan uji elastisitas. Supositoria dipotong horizontal.
Kemudian ditandai kedua titik pengukuran melalui bagian yang melebar, dengan jarak tidak
kurang dari 50% dari lebar bahan yang datar, kemudian diberi beban seberat 20N (lebih kurang
2kg) dengan cara menggerakkan jari atau batang yang dimasukkan ke dalam tabung.
7. Volume Distribusi
Volume distribusi (Vd) merupakan parameter untuk untuk menunjukkan volume penyebaran
obat dalam tubuh dengan kadar plasma atau serum. Volume distribusi ini hanyalah perhitungan
volume sementara yang menggambarkan luasnya distribusi obat dalam tubuh.
Penyimpanan
Suppo yang disimpan dalam lingkungan yang kelembapan nisbinya tinggi mungkin akan
menarik uap air dan cenderung menjadi seperti spon, sebaliknya bila disimpan dalam tempat
yang kering sekali mungkin akan kehilangan kelembapannya sehingga akan menjadi rapuh.
Karena suppo umumnya dipengaruhi panas, maka perlu menjaga dalam tempat dingin.
Suppo yang basisnya oleum cacao harus disimpan di bawah 30 0F (-1,1°C) dan akan
lebih baik apabila disimpan di dalam lemari es.
Suppo yang basisnya gelatin gliserin baik sekali bila disimpan di bawah 35 0F (1,6°C).
Suppo dengan basis polietilen glikol mungkin dapat disimpan pada suhu ruang biasa
tanpa pendinginan.