Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN TUTORIAL II

TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID II


SUPPOSITORIA

DI SUSUN OLEH :

MUSTAINNA RAHMAN
70100120097
KELAS B2

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI ALAUDDIN MAKASSAR
2022
SKENARIO
Hagion Pengembangan Produk pada FT. Aladin Pharmaceutical sering melakukan formulasi
sediaan suppositora Parasetamol untuk anak-anak dengan dosis obat per unit sediaan adalah
250mg dengan jumlah produk per patach adalah 101,000 unit suppositoria. Berdasarkan hasil
studi preformulasi, tim memutuskan untuk membuat sediaan suppositaria dengan kadar oksigen
terkontrol menggunakan basis oleum cacao dan cera flava. Tim memutuskan untuk menghitung
sendiri nilai tukar paracetamol dengan menggunakan suppositoria percobaan. Hasil pengukuran
suppositoria hasil percobaan menggunakan cetakan yang tersedia diperoleh data bahwa bobot
oleum cacao + obat adalah 2,01 gram dan bobot oleum cacao adalah 2 gram. Bagaimanakah
komposisi suppositoria per unit dan perhitungan masing-masing bahannya untuk produk 1
batch?
STEP 7 BELAJAR MANDIRI

Sifat Fisika Kimia Paracetamol

1. Paracetamol ( FI Edisi VI Hal.1359 )

Nama Resmi : PARASETAMOL

Nama Lain : Asetaminofen, paracetamol

RM/BM : C8H9NO2 / 151,16

Pemerian : Serbuk hablur; putih; tidak berbau; rasa sedikit pahit

Kelarutan : Larut dalam air mendidih dan dalam natrium hidroksida 1 N;

mudah larut dalam etanol

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya. Simpan di suhu

ruang, terlindung dari kelembapan dan panas

K/P : Analgetikum, antipiretikum.

2. Oleum Cacao ( FI Edisi VI Hal.60 )


Farmakologi Paracetamol
Parasetamol merupakan obat analgesik non narkotik yang memiliki cara kerja menghambat
sintesis prostaglandin terutama di Sistem Saraf Pusat (SSP). Parasetamol digunakan secara luas
di berbagai negara baik dalam bentuk sediaan tunggal sebagai analgesik-antipiretik maupun
kombinasi dengan obat lain melalui resep dokter atau yang dijual bebas.
Indikasi:
nyeri ringan sampai sedang, nyeri sesudah operasi cabut gigi, pireksia.
Peringatan:
gangguan fungsi hati, gangguan fungsi ginjal (lampiran 3), ketergantungan alkohol.
Interaksi:
lihat lampiran 1, peningkatan risiko kerusakan fungsi hati pada pengunaan bersama alkohol.
Kontraindikasi:
gangguan fungsi hati berat, hipersensitivitas.
Efek Samping:
Yang paling umum terjadi adalah gangguan lambung usus, kerusakan darah , kerusakan hati dan
ginjal dan juga reaksi alergi kulit. Efek-efek samping ini terutama terjadi pada penggunaan lama
atau dalam dosis tinggi. Oleh karena itu penggunaan secara kontinu tidak dianjurkan.

Farmakokinetik Paracetamol
Farmakokinetik paracetamol cukup baik dengan bioavailabilitas yang tinggi.
Absorpsi
Paracetamol diabsorbsi dengan baik di usus halus melalui transport pasif pada pemberian oral.
Pemberian dengan makanan akan sedikit memperlambat absorpsi paracetamol. Pada pemberian
melalui rektum, terdapat variasi konsentrasi puncak di plasma dan waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai konsentrasi puncak di plasma lebih lama.
Distribusi
Setelah pemberian oral, konsentrasi puncak pada plasma akan dicapai dalam waktu 10 – 60
menit pada tablet biasa dan 60 – 120 menit untuk tablet lepas-lambat. Konsentrasi rata-rata di
plasma adalah 2,1 μg/mL dalam 6 jam dan kadarnya hanya dideteksi dalam jumlah kecil setelah
8 jam. Paracetamol memiliki waktu paruh 1 – 3 jam. Paracetamol memiliki bioavailabilitas yang
tinggi. Sekitar 25% paracetamol dalam darah diikat oleh protein.
Metabolisme
Metabolisme paracetamol terutama berada di hati melalui proses glukoronidasi dan sulfasi
menjadi konjugat non toksik. Sebagian kecil paracetamol juga dioksidasi melalui enzim
sitokrom P450 menjadi metabolit toksik berupa N-acetyl-p-benzo-quinone imine (NAPQI).
Pada kondisi normal, NAPQI akan dikonjugasi oleh glutation menjadi sistein dan konjugat asam
merkapturat. Ketika diberikan dosis dalam jumlah yang besar atau terdapat defisiensi glutation,
maka NAPQI tidak dapat terdetoksifikasi dan menyebabkan nekrosis hepar akut.
Eliminasi
Sekitar 85% paracetamol diekskresi dalam bentuk terkonjugasi dan bebas melalui urin dalam
waktu 24 jam. Pada paracetamol oral, ekskresi melalui renal berlangsung dalam laju 0,16 – 0,2
mL/menit/kg. Eliminasi ini akan berkurang pada individu berusia > 65 tahun atau dengan
gangguan ginjal.
Selain ginjal, sekitar 2,6% akan diekskresikan melalui bilier. Paracetamol juga dapat
diekskresikan dengan hemodialisa.

SUPPOSITORIA
Supositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui
rektal, vagina atau uretra. Umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh.
Supositoria dapat bertindak sebagai pelindung jaringan setempat, sebagai pembawa zat terapetik
yang bersifat lokal atau sistemik.
 Keuntungan dan kerugian sediaan supositoria:
a. Keuntungan
 Dapat menghindari terjadinya iritasi pada lambung
 Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzim pencernaan
 Baik bagi pasien yang mudah muntah
 Langsung dapat masuk saluran darah berakibat akan memberi efek lebih cepat daripada
penggunaan obat per oral.
b. Kerugian
 Tidak nyaman digunakan
 Absorbsi obat sering kali tak teratur atau sulit diramalkan.
 Tidak dapat disimpan pada suhu ruang.
 Mengiritasi mukus yang disebabkan oleh beberapa obat atau basisnya

 Persyaratan suppositoria
1. Suposition sebaiknya melebur dalam beberapa minit poda su tubuh atau melarut
pereyarunnerja olian
2. Pembebasan din respond but yang baik.
3. Daya tahan dan daya penyimpanan yang baik (tumpu ketengilan, pewarnain.
pregrasan. Kemantapan bentuk, daya putih yang baik, dan stabilitus yang memadai
dari bahan obat).
4. Daya serap terhadap cairan lipofil dan hidrofil

 Persayaratan Basis Suppositoria


1. Secara fisiologi netral (tidak menimbulkan rangsangan pada usus, hal ini dapat
disebabkan oleh massa yang tidak fisiologis ataupun tengik, terlalu keras, juga oleh
kasarnya bahan obat yang diracik).
2. Secara kimia netral (tidak tersatukan dengan bahan obat).
3. Tanpa alotropisme (modifikasi yang tidak stabil).
4. Interval yang rendah antara titik lebur dan titik beku (pembekuan dapat berlangsung
cepat dalam cetakan, kontraksibilitas baik, mencegah pendinginan mendaak dalam
cetakan).
5. Interval yang rendah antara titik lebur mengalir denagn titik lebur jernih (ini
dikarenakan untuk kemantapan bentuk dan daya penyimpanan, khususnya pada suhu
tinggi sehingga tetap stabil).

 Efek terapi suppositoria


1. Aksi lokal
Begitu dimasukkan, basis suppositoria akan meleleh, melunak atau melarut menyebarkan
bahan obat yang dibawahnya kejaringan-jaringan didaerah tersebut . obat ini bisa dimaksudkan
untuk ditahan dalam ruang tersebut untuk efek kerja lokal atau bisa juga dimaksudkan agar
diabsorbsi untuk mendapatkan efek sistemik. Suppositoria rektal dimaksudkan untuk kerja lokal
dan paling sering digunakan untuk menghilangkan konstipasi dan rasa sakit, intasi rasa gatal dan
radang sehubungan dengan wasir atas kondisi anarektal lainnya. Suppositoria vagina yang
dimaksudkan untuk efek Iokal, digunakan terutama sebagai antiseptik pada higiene Wanita dan
sebagai zat khusus untuk memerangi dan menyerang penyebab penyakit
2. Aksi sistemik
Untuk efek sistemik, membran mukosa rectum dan vagina memungkinkan absorbi dan
kebanyakan obat yang dapat larut walaupun rektum sering digunakan sebagai tempat absorpsi
secara sistemik, vagina tidak sering digunakan untuk tujuan ini. Untuk mendapatkan efek
sistemik, untuk mendaoatkan efek sistemik atau pemakaian melalui rektum mempunai beberapa
kelebihan dari pada pemakaian secara oral, yaitu:
 Obat yang tidak rusak atau dibuat tidak aktif oleh PH atau aktivitas enzim dan lambung
 Obat yang merangsang lambung dapat diberikan tanpa menimbulkan rangsangan.
 Merupakan cara yang efektif dalam perawatan pasien yung mudah muntah, dan lain
sebagainya.
Perhitungan Bahan
 Nilai Tukar

100( E−G)
F= E.X +1

Keterangan :

F : Nilai Tukar

E : Berat Basis Kosong

G : Basis yang berisi bahan obat

X : Persentase bahan aktif

kadar zat aktif per suppo


:X= x 100%
berat suppo kosong

250 mg
= x 100%
2000 mg

= 12,5 %
Diketahui

Berat basis yang kosong :2g

Basis yang berisi bahan obat : 2,01 g

Persentase bahan aktif : 12,5%

Nilai tukar

100(2 g−2,01 g)
F=
2 g . 12,5 %
+1

100(−0,01 g)
F= +1
25

−1
F = 25 + 1

F = -0,04 + 1

F = 0,96

 Perhitungan Formulasi

Berat Suppositoria : 2,01 g

Kadar : 0,96

Bobot 100.000 Suppositoria : 2,01 x 100.000 = 201.000 g

Paracetamol : 250 mg . 100.000 mg = 25.000.000 mg = 25.000 g

Nilai Tukar : 25.000 mg . 0,96 = 24.000 g

Berat Basis : 201.000 g – 24.000 g = 177.000 g

Cera flava : 5% . 177.000 g = 8.850 g

Oleum cacao : 95% . 177.000 g = 168.150 g

Jadi, untuk membuat 100.000 unit suppositoria paracetamol kita menggunakan formulasi

Paracetamol 25.000 g
Cera Flava 8.850 g

Oleum Cacao 168.150 g

 Cara Pembuatan Suppositoria paracetamol

Kita menggunakan Metode Tuang. Metode yang paling umum digunakan pada suppositoria
skala kecil dan skala besar adalah pencetakan. Pertama-tama bahan basis diletakkan sebaiknya
di atas penangas air atau penangas uap untuk menghindari pemanasan setempat yang berlebihan.
Kemudian bahan-bahan aktif diemulsikan atau disuspensikan ke dalamnya.

1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan


2. Ditimbang 25.000 gram paracetamol; 8.850 gram cera flava dan 168.150 gram oleum
cacao
3. Lebur cera flava diatas penangas, setelah lebur 1/8 ml oleum cacao biarkan melebur.
4. Setelah lebur turunkan dari penangas lalu tambahhkan 2/3 ml oleum cacao diaduk
hingga melebur (bila perlu sekali-kali dipanaskan diatas penangas air).
5. Hasil leburan dimasukkan dalam 1 buah cetakan. Suppo hingga penuh (suppo kosong)
untuk cetakan yang kedua, campur paracetamol dengan sedikit leburan oleum cacao
(jangan terlalu banyak hingga melebihi kapasitas 1 lubang cetakan) aduk hingga
homogen, lalu tuang kedalam 1 lubang cetakan. Lalu ccukupkan volumenya dengan sisa
leburan oleum cacao suppo dengan bahan obat.
6. Kedua hasil leburan dibiarkan beberapa saat (jangan langsung dimasukkan kedalam
pendingin) bila lubang atau permukaan suppo turun tambahkan dengan oleum cacao.
7. Masukkan dalam pendingin, biarkan memadat lalu ratakan permukaan suppo, keluarkan
dari cetakan dan timbang
 Evaluasi Sediaan suppositoria

Pengujian sediaan supositoria yang dilakukan sebagai berikut:

1. Uji homogenitas

Uji homogenitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah bahan aktif dapat tercampur rata
dengan bahan dasar suppo atau tidak, jika tidak dapat tercampur maka akan mempengaruhi
proses absorbsi dalam tubuh. Obat yang terlepas akan memberikan terapi yang berbeda. Cara
menguji homogenitas yaitu dengan cara mengambil 3 titik bagian suppo (atas-tengah-bawah
atau kanan-tengah-kiri) masing-masing bagian diletakkan pada kaca objek kemudian diamati
dibawah mikroskop, cara selanjutnya dengan menguji kadarnya dapat dilakukan dengan cara
titrasi.

2. Bentuk

Bentuk suppositoria juga perlu diperhatikan karena jika dari bentuknya tidak seperti sediaan
suppositoria pada umunya, maka seseorang yang tidak tahu akan mengira bahwa sediaan
tersebut bukanlah obat. Untuk itu, bentuk juga sangat mendukung karena akan memberikan
keyakinan pada pasien bahwa sediaa tersebut adalah suppositoria. Selain itu, suppositoria
merupakan sediaan padat yang mempunyai bentuk torpedo.

3. Uji waktu hancur

Uji waktu hancur ini dilakukan untuk mengetahui berapa lama sediaan tersebut dapat hancur
dalam tubuh. Cara uji waktu hancur dengan dimasukkan dalam air yang di set sama dengan
suhu tubuh manusia, kemudian pada sediaan yang berbahan dasar PEG 1000 waktu hancurnya
±15 menit, sedangkan untuk oleum cacao dingin 3 menit. Jika melebihi syarat diatas maka
sediaan tersebut belum memenuhi syarat untuk digunakan dalam tubuh. Mengapa menggunakan
media air? Dikarenakan sebagian besar tubuh manusia mengandung cairan.

4. Keseragaman bobot

Keseragaman bobot dilakukan untuk mengetahui apakah bobot tiap sediaan sudah sama atau
belum, jika belum maka perlu dicatat. Keseragaman bobot akan mempengaruhi terhadap
kemurnian suatu sediaan karena dikhawatirkan zat lain yang ikut tercampur. Caranya dengan
ditimbang saksama 10 suppositoria, satu persatu kemudian dihitung berat rata-ratanya. Dari
hasil penetapan kadar, yang diperoleh dalam masing-masing monografi, hitung jumlah zat aktif
dari masing-masing 10 suppositoria dengan anggapan zat aktif terdistribusi homogen. Jika
terdapat sediaan yang beratnya melebihi rata-rata maka suppositoria tersebut tidak memenuhi
syarat dalam keseragaman bobot. Karena keseragaman bobot dilakukan untuk mengetahui
kandungan yang terdapat dalam masing-masing suppositoria tersebut sama dan dapat
memberikan efek terapi yang sama pula.
5. Uji titik lebur

Uji ini dilakukan sebagai simulasi untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan sediaan supositoria
yang dibuat melebur dalam tubuh. Dilakukan dengan cara menyiapkan air dengan suhu ±37°C.
Kemudian dimasukkan supositoria ke dalam air dan diamati waktu leburnya. Untuk basis oleum
cacao dingin persyaratan leburnya adalah 3 menit, sedangkan untuk PEG 1000 adalah 15 menit.

6. Kerapuhan

Supositoria sebaiknya jangan terlalu lembek maupun terlalu keras yang menjadikannya sukar
meleleh. Untuk uji kerapuhan dapat digunakan uji elastisitas. Supositoria dipotong horizontal.
Kemudian ditandai kedua titik pengukuran melalui bagian yang melebar, dengan jarak tidak
kurang dari 50% dari lebar bahan yang datar, kemudian diberi beban seberat 20N (lebih kurang
2kg) dengan cara menggerakkan jari atau batang yang dimasukkan ke dalam tabung.

7. Volume Distribusi

Volume distribusi (Vd) merupakan parameter untuk untuk menunjukkan volume penyebaran
obat dalam tubuh dengan kadar plasma atau serum. Volume distribusi ini hanyalah perhitungan
volume sementara yang menggambarkan luasnya distribusi obat dalam tubuh.

 Penyimpanan

Suppo yang disimpan dalam lingkungan yang kelembapan nisbinya tinggi mungkin akan
menarik uap air dan cenderung menjadi seperti spon, sebaliknya bila disimpan dalam tempat
yang kering sekali mungkin akan kehilangan kelembapannya sehingga akan menjadi rapuh.
Karena suppo umumnya dipengaruhi panas, maka perlu menjaga dalam tempat dingin.

 Suppo yang basisnya oleum cacao harus disimpan di bawah 30 0F (-1,1°C) dan akan
lebih baik apabila disimpan di dalam lemari es.
 Suppo yang basisnya gelatin gliserin baik sekali bila disimpan di bawah 35 0F (1,6°C).
 Suppo dengan basis polietilen glikol mungkin dapat disimpan pada suhu ruang biasa
tanpa pendinginan.

Anda mungkin juga menyukai