Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMAKOTERAPI 2

Disusun Oleh :
Nama : Siti Aqubah
NIM : 161-210-014
Prodi : S1 Farmasi
Semester : IX (Sembilan)

Dosen Pengampu :
Mawaqit Makani, M.Clin.Pharm.,Apt

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


BORNEO CENDIKIA MEDIKA PANGKALAN BUN
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
Alamat : Jl. Sultan Syahrir No. 11 Pangkalan Bun Kab. Kotawaringin Bara
MODUL 11

REUMATOID ARTHRITIS

I. Tujuan praktikum :
Mahasiswa mampu mengerjakan dan mengidentifikasikan tatalaksana terapi Reumatoid
arthritis
II. Dasar teori
A. Definisi reumatoid arhtritis
Definisi Rheumatoid Arthritis merupakan penyakit autoimun yang mengenai
jaringan persendian, dan sering juga melibatkan organ tubuh lainnya yang di tandai
dengan terdapatnya sinovitis erosif sistemik (Sekar, 2011). Insiden puncak antara usia
40-60 tahun, lebih sering terjadi pada wanita daripada pria (Muttaqin, 2008). American
College of Rheumatology (2012) menyatakan bahwa, Rheumatoid Arthritis adalah
penyakit kronis (jangka panjang) yang menyebabkan nyeri, kekakuan, pembengkakan
serta keterbatasan gerak dan fungsi banyak sendi.Artritis
pasca trauma, ini dapat diikuti cedera lutut yang serius. Patah tulang di lutut atau
di ligamen lutut mungkin merusak articular kartilago, hal ini menyebabkan nyeri lutut
dan fungsi lutut menurun (AAOS, 2015).
B. Klasifikasi reumatoid arthritis
Buffer (2010) mengklasifikasikan rheumatoid arthritis menjadi 4 tipe, yaitu:
 Rheumatoid arthritis klasik pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan
gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam
waktu 6 minggu.
 Rheumatoid arthritis defisit pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan
gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam
waktu 6 minggu.
 Probable rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda dan
gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam
waktu 6 minggu.
 Possible rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda dan
gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam
waktu 3 bulan.
C. Patofisiologi
RA merupakan penyakit autoimun sistemik yang menyerang sendi. Reaksi
autoimun terjadi dalam jaringan sinovial. Kerusakan sendi mulai terjadi dari proliferasi
makrofag dan fibroblas sinovial. Limfosit menginfiltrasi daerah perivaskular dan terjadi
proliferasi sel-sel endotel kemudian terjadi. neovaskularisasi. Pembuluh darah pada
sendi yang terlibat mengalami oklusi oleh bekuan kecil atau sel-sel inflamasi.
Terbentuknya pannus akibat terjadinya pertumbuhan yang iregular pada jaringan
sinovial yang mengalami inflamasi. Pannus kemudian menginvasi dan merusak rawan
sendi dan tulang Respon imunologi melibatkan peran sitokin, interleukin, proteinase
dan faktor pertumbuhan. Respon ini mengakibatkan destruksi sendi dan komplikasi
sistemik
(Surjana, 2009).
D. Etiologi reumatoid arthritis
Penyebab Rheumatoid Arthritis belum diketahui dengan pasti. Namun, kejadiannya
dikorelasikan dengan interaksi yang kompleks antara faktor genetik dan lingkungan
(Suarjana, 2009)
 Genetik, berupa hubungan dengan gen HLA-DRB1 dan faktor ini memiliki angka
kepekaan dan ekspresi penyakit sebesar 60% (Suarjana, 2009).
 Hormon Sex, perubahan profil hormon berupa stimulasi dari Placental
Corticotraonin Releasing Hormone yang mensekresi dehidropiandrosteron
(DHEA), yang merupakan substrat penting dalam sintesis estrogen plasenta. Dan
stimulasi esterogen dan progesteron pada respon imun humoral (TH2) dan
menghambat respon imun selular (TH1). Pada RA respon TH1 lebih dominan
sehingga estrogen dan progesteron mempunyai efek yang berlawanan terhadap
perkembangan penyakit ini (Suarjana, 2009).
 Faktor Infeksi, beberapa agen infeksi diduga bisa menginfeksi sel induk semang
(host) dan merubah reaktivitas atau respon sel T sehingga muncul timbulnya
penyakit RA (Suarjana, 2009).
 Faktor Lingkungan, salah satu contohnya adalah merokok dan aktifitas yang berat
sehari-harinya (Longo, 2012).

E. Pengobatan Reumatoid arthritis

F. Terapi Non farmakologi


 stirahat yang cukup, penurunan berat badan bila obesitas, terapi okupasi, terapi
fisik, dan penggunaan alat bantu dapat memperbaiki gejala dan membantu
mempertahankan fungsi sendi.
 Pasien dengan penyakit parah dapat mengambil manfaat dari prosedur
pembedahan seperti tenosinovektomi, perbaikan tendon, dan penggantian sendi.
 Pendidikan pasien tentang penyakit dan manfaat serta keterbatasan terapi obat
penting.
III. KASUS
Ny. C usia 63 tahun (BB : 61 Kg ; TB : 168 cm) dibawa ke Rumah Sakit dengan keluhan
rasa sakit dan nyeri di bagian punggung ke bawah dan bagian lutut kirinya. Rasa sakit
tersebut dirasakan sejak 2 hari yang lalu akibat terjatuh. Dia mempunyai riwayat
penyakit osteoporosis sejak 2 tahun yang lalu, juga mempunyai riwayat PUD dan
menopause di usia 57 tahun. Riwayat keluarga : Ibunya menderita kanker payudara.
Riwayat soSial : Sejak suami Ny. C meninggal 6 bulan yang lalu membuat ny. C
menjadi sangat stress dan dia menjadi mempunyai kebiasaan merokok serta minum kopi
2 gelas tiap hari. Riwayat pengobatan : Paracetamol 1 x 500 mg jika nyeri sendi.
Simetidin 2 x 400 mg selama beberapa tahun, tablet calsium carbonat chewable 2 x 500
mg, prednisone 2 x 10 mg sejak 9 bulan yang lalu. Hasil pemeriksaan : muka pucat
terlihat lelah, TTV : BP = 128/84 mmHg, HR = 70x/menit, RR = 20x/menit, Rheumatoid
factor liter = 1:65.
IV. Uraian gejala atau penyakit
Diketahui :
 Nama : Ny. C
 Umur/jenis kelamin : 63 thn/perempuan
 Keluhan : sakit dan nyeri di bagian punggung ke bawah dan bagian
lutut kirinya
 Kebiasaan pasien : merokok serta minum kopi 2 gelas tiap hari
 Hasil pemeriksaan :
 Berat badan : 61 kg
 Tinggi badan : 168 cm
 Riwayat pengobatan : Paracetamol 1 x 500 mg jika nyeri sendi. Simetidin 2 x 400
mg selama beberapa tahun, tablet calsium carbonat chewable 2 x 500 mg, prednisone
2 x 10 mg sejak 9 bulan yang lalu. Hasil pemeriksaan : muka pucat terlihat lelah,
TTV : BP = 128/84 mmHg, HR = 70x/menit, RR = 20x/menit, Rheumatoid factor
liter = 1:65
V. URAIAN DENGAN METODE SOAP KASUS
 SUBJECT

Keluhan Rasa sakit dan nyeri di bagian punggung kebawah


dan bagian lutut kirinya. Rasa sakit tersebut
dirasakan sejak 2 hari yang lalu akibat terjatuh.
Riwayat Penyakit Osteoporosis sejak 2 tahun yang lalu, juga
mempunyai riwayat PUD dan menopause di usia
57 tahun.
Riwayat Pengobatan Paracetamol 1 x 500 mg jika nyeri sendi.
Simetidin 2 x 400 mg selama bebera patahun,
tablet calcium carbonat chewable 2 x 500 mg,
prednisone 2 x 10 mg sejak 9 bulan yang lalu.
RiwayatKeluarga Ibunya menderita kanker payudara.

Riwayat Sosial stress, merokok serta kebiasaan minum kopi 2


gelas tiap hari.
 OBJECT

TTV TTV : BP = 128/84 mmHg, HR = 70x/menit,


RR = 20x/menit, Rheumatoid factor liter = 1:65.
PemeriksaanFisik Usia 63 tahun (BB : 61 Kg ; TB : 168 cm) ,
muka pucat terlihat lelah
 ASSESMENT
Disarankan kepada pasien untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut
 PLAN

Penyakit S&O Terapi Assesment Plan


Rheumatoid Rasa sakit dan Paracetamol Obat Penggunaan obat dihentikan
nyeri di bagian 1 x 500 mg dihentikan karena obat parasetamol kurang
punggung tepat untuk menangani keluhan
kebawah dan nyeri yang pasien alami.
bagian lutut
kirinya. Rasa
sakit tersebut
dirasakan sejak
2 hari yang lalu
akibat terjatuh.
Prednisone Obat Karna obat ini termasuk
2 x 10 mg dihentikan golongan kortikosteroid yang
memiliki efek samping yaitu
osteoporosis.
Sulfasalazine Obat Obat diberikan sebagai terapi
diberikan untuk mengatasi Rheumatoid
dengan Arthtritis pasien agar tidak
dosis 500 betambah parah
mg , 2 x
sehari
Celexocib Obat Obat diberikan untuk mengatasi
diberikan gejala nyeri akibat RA pasien
dengan
dosis 100
mg 2 x
sehari
Osteoporos - Calsium Obat Obat tidak diberikan dan diganti
is Carbonat dihentikan dengan licokalk plus. Agar
chewable 2 x memenuhi kebutuhan kalsium
500 mg, dan vit D sekaligus.
Cadan Obat Obat diberikan sebagai terapi
vitamin D diberikan untung mengatasi osteoporosis
(Licokalk pada pasien.
Plus)
1 kaplet, 3 x
sehari

 TERAPI NON FARMAKOLOGI RHEUMATOID ARTHTRITIS


Disarankan untuk melakukan istirahat yang cukup Terapi Fisik : Keterampilan dan
latihan yang diperlukan untuk meningkatkan atau memeliha ramobilitas Dapat
menggunakan handuk hangat atau kantung panas (hot packs) atau mandi air hangat
dapat mengurangi kekakuan dan rasa sakit Berikan edukasi kepada pasien tentang
penyakit serta keuntungan dan kerugian dari terapinya
VI. PEMBAHASAN
Pada kasus ini dengan gejala ini Rasa sakit dan nyeri di bagian punggung kebawah
dan bagian lutut kirinya. Rasa sakit tersebut dirasakan sejak 2 hari yang lalu akibat
terjatuh terapi yang digunakan pasien yaitu Paracetamol 1 x 500 mg Penggunaan obat
dihentikan karena obat parasetamol kurang tepat untuk menangani keluhan nyeri yang
pasien alami. Kemudian terapi yang digunakan pasien yaitu Prednisone 2 x 10 mg obat
dihentikan Karna obat ini termasuk golongan kortikosteroid yang memiliki efek
samping yaitu osteoporosis.kemudian obat terapi yang digunakan Sulfasalazine Obat
diberikan dengan dosis 500 mg , 2 x sehari Obat diberikan sebagai terapi untuk
mengatasi Rheumatoid Arthtritis pasien agar tidak betambah parah kemudian terapi
Celexocib Obat diberikan dengan dosis 100 mg 2 x sehari Obat diberikan untuk
mengatasi gejala nyeri akibat RA pasien.
Osteoporosis terapi yang digunakan Calsium Carbonat chewable 2 x 500 mg obat
dihentikan dan diganti dengan licokalk plus. Agar memenuhi kebutuhan kalsium dan
vit D sekaligus kemuudian terapi yang digunakan Cadan vitamin D (Licokalk Plus) 1
kaplet, 3 x sehari Obat diberikan Obat diberikan sebagai terapi untung mengatasi
osteoporosis pada pasien.
okok

 Rokok dapat menyebabkan rematoid arthritis karna asap tembakau mengandung


banyak zat jahat seperti radikal bebas, dari asap itulah ada tekanan pada tubuh yang
menyebabkan peradangan. Perokok memiliki kadar protein inflamasi yang disebut
sitokin dalam tubuh , hal itu yang memiliki peran besar dalam kerusakan sendi organ
 Olah raga yang dapat dilakukan pada penderita Rhematoid arthritis yaitu berenang,
joging, jalan kaki, apabila masih bisa beraktivitas kuat maka bisa jula melakukan
olah raga dengan bersepeda, waktu olahraga disarankan 20-40 menit per latihan
sedangkan untuk frekuensi idealnya adalah 3-4hari/minggu.
 Pemeriksaan penunjang
- laboratorium
Penanda inflamasi : lsju endap darah dan C-reactive protein meningkat
Rhematoid faktor : 80% psien memiliki RF positif
Anti Cycllc Citrullinatel peptide
- radiologis dapat terlihat pembengkakan jaringan lunak, penyempitan ruang sendi,

VII.Daftar pustaka
Singh, J. A., Saag, K. G., Bridges Jr, S. L., Akl, E. A., Bannuru, R. R., Sullivan, M.
C., ... & McAlindon, T. (2016). 2015 American College of Rheumatology
guideline for the treatment of rheumatoid arthritis. Arthritis &
rheumatology, 68(1), 1-26.
Singh, J. A., Saag, K. G., Bridges Jr, S. L., Akl, E. A., Bannuru, R. R., Sullivan, M.
C., ... & McAlindon, T. (2016). 2015 American College of Rheumatology
guideline for the treatment of rheumatoid arthritis. Arthritis &
rheumatology, 68(1), 1-26.
Santos-Moreno, P. I., de la Hoz-Valle, J., Villarreal, L., Palomino, A., Sánchez, G.,
& Castro, C. (2015). Treatment of rheumatoid arthritis with methotrexate
alone and in combination with other conventional DMARDs using the T2T
strategy. A cohort study. Clinical rheumatology, 34(2), 215-220

Anda mungkin juga menyukai