3 : 247-253
ISSN-p : 1410-590x
ISSN-e : 2614-0063
ABSTRAK
Preeklamsia merupakan salah satu gangguan hipertensi selama kehamilan dimana salah satu
tanda yang dialami oleh pasien adalah terjadinya peningkatan tekanan darah yang ditunjukkan
dengan peningkatan tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan atau tekanan diastolik ≥90 mmHg.
Belum banyak bukti yang menunjukkan pilihan terapi paling efektif bagi pasien preeklamsia untuk
mengatasi hipertensi selama kehamilan. Tujuan dari penelitian ini adalah membandingkan
efektivitas dan profil keamanan terapi antihipertensi yaitu nifedipin dengan metildopa pada pasien
preeklamsia. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode kohort retrospektif yang dilakukan di
RSUD Tidar Magelang selama 3 bulan. Analisis statistik efektivitas diukur berdasarkan penurunan
tekanan darah setelah penggunaan antihipertensi menggunakan independent t-test sementara profil
keamanan diukur berdasarkan kejadian hipotensi setelah penggunaan antihipertensi. Pengukuran
tekanan darah diamati selama 48 jam pasien menjalani rawat inap. Besar sampel penelitian ini
adalah 56 dimana 34 pasien mendapat terapi nifedipin dan 22 pasien mendapat terapi metildopa.
Hasil deskriptif karakteristik antara kedua kelompok menunjukkan tidak dapat perbedaan antara
kelompok nifedipin maupun metildopa (p>0.05). Rata-rata tekanan darah sistolik setelah
penggunaan nifedipin adalah 131.15±14.90 dan kelompok metildopa 130.23±12.42(p=0.952). Rata-
rata tekanan darah diastolik setelah penggunaan nifedipin adalah 86.59±10.18 dan kelompok
metildopa 85.14±7.92(p=0.738). Tidak terdapat perbedaan efektivitas dan profil keamanan pada
pasien preeklamsia dengan pemberian nifedipin maupun metildopa.
Kata kunci: nifedipine; metildopa; preeklamsia
ABSTRACT
Preeclampsia is a hypertensive disorder during pregnancy where one of the signs experienced
by the patient is an increase in blood pressure as indicated by an increase in systolic blood pressure
≥140mmHg and or diastolic pressure ≥90mmHg. There is less evidence shows the most effective
treatment options for preeclampsia patients to treat hypertension during pregnancy. The aim of this
study was to compare the effectiveness and safety profile of nifedipine or methyldopa in
preeclamptic patients. Method of the study is retrospective cohort at RSUD Tidar Magelang for 3
months. The effectiveness’s statistic analysis was measured using the independent t-test while the
safety profile was measured based on the incidence of hypotension after using antihypertensives
drug. Blood pressure measurements were observed during the 48 hours the patient was hospitalized.
The sample size of this study was 56 where 34 patients received nifedipine and 22 patients received
methyldopa. The descriptive results of the characteristics between the two groups showed that there
was no difference between the nifedipine and methyldopa groups (p> 0.05). The mean systolic blood
pressure after nifedipine use was 131.15±14.90 and the methyldopa group 130.23±12.42(p = 0.952).
The mean diastolic blood pressure after nifedipine use was 86.59 ± 10.18 and in the methyldopa
group 85.14±7.92(p = 0.738). There are no differences in effectiveness and safety profiles of
antihypertensive drugs administration in preeclampsia patients.
Keywords: nifedipine; methyldopa; preeclampsia
inap. Terdapat 7 kali pengukuran tekanan darah penelitian ini, tidak terdapat perbedaan
yang dilihat dalam penelitian ini. penggunaan terapi magnesium sulfat dan
metilergometrin diantara kedua kelompok,
Observasi Luaran Klinik sementara pada kelompok nifedipin terdapat 4
Tekanan darah terkontrol merupakan pasien preeklamsia dengan penggunaan
perbaikan respon yang diukur dalam penelitian antihipertensi lain.
ini. Tekanan darah terkontrol apabila pasien Faktor resiko terjadinya preeklamsia
mencapai tekanan darah sistolik 120-140 pada kehamilan antara lain; usia ibu hamil,
mmHg dan atau tekanan darah diastolik diatas primipara, riwayat preeklamsia, riwayat bayi
80 mmHg dibawah 100 mmHg. kembar, riwayat komplikasi pada kehamilan
Luaran sekunder dari penelitian ini sebelumnya seperti hipertensi kronis dan
adalah terjadinya efek samping dari diabetes mellitus (Umesawa dan Kobashi,
penggunaan antihipertensi yang ditandai salah 2017). Pada penelitian ini, faktor resiko yang
satunya dengan terjadinya hipotensi, ditemui pada masing-masing kelompok adalah
penurunan denyut nadi (heart rate) pada janin riwayat preeklamsia, hipertensi dan kehamilan
atau terjadi tidaknya udem akibat penggunaan bayi kembar, dimana tidak terdapat perbedaan
terapi antihipertensi. faktor resiko antara kedua kelompok secara
statistik. Meski demikian besarnya pengaruh
Analisis Data faktor resiko dalam memengaruhi luaran utama
Analisis hubungan antara penggunaan tidak diukur dalam penelitian ini.
antihipertensi (variabel bebas) dengan
penurunan tekanan darah (variabel tergantung) Efektivitas Terapi Antihipertensi
serta analisis hubungan antara penggunaan Terapi antihipertensi pada pasien
magnesium sulfat, metilergometrin, preeklamsia diindikasikan untuk mencegah
antihipertensi lain dan penyakit penyerta morbiditas ibu hamil dan tidak berpengaruh
seperti perdarahan (variabel perancu) dengan pada perkembangan penyakit atau pencegahan
luaran klinik (variabel tergantung) eklamsia (ACOG Committee on Practice
menggunakan uji t berpasangan atau uji Mann Bulletins--Obstetrics, 2002). Resiko kejadian
Whitney dengan tingkat kepercayaan 95% (α = penyakit kardiovaskular pada ibu hamil
0,05). meningkat pada ibu hamil dengan riwayat
preeklamsia (Breetveld dkk., 2015). Target
HASIL DAN PEMBAHASAN tekanan darah pada pasien preeklamsia adalah
Karakteristik Pasien 120-140 mmHg tekanan darah sistolik dan 70-
Data karakteristik pasien preeklamsia 100 mmHg tekanan darah diastolik (Easterling
(Tabel I) menunjukkan tidak terdapat dkk., 2019).
perbedaan demografi wanita hamil, status Luaran primer — tekanan darah
kehamilan maupun baseline pengukuran tanda terkontrol merupakan luaran utama setelah
vital kedua kelompok. Pada kelompok nifedipin penggunaan antihipertensi pada pasien
rata-rata tekanan darah sistolik lebih rendah preeklamsia. Berdasarkan penelitian yang
dibandingkan kelompok metildopa sementara dilakukan tidak terdapat perbedaan penurunan
rata-rata tekanan darah diastolik nifedipin lebih tekanan darah pasien preeklamsia setelah
tinggi dibanding kelompok metildopa, meski penggunaan nifedipine maupun metildopa. Hal
demikian perbedaan tersebut tidak bermaknaa ini serupa dengan penelitian yang dilakukan
secara statistik. Tidak terdapat perbedaan Easterling dkk., dimana luaran primer pada
secara statistik rata-rata curah jantung pada penelitian ini menunjukkan tidak terdapat
kedua kelompok. perbedaan antara kelompok nifedipine dan
Terapi lain yang sering diberikan pada metildopa (24 [84%] wanita vs 228 [77%]
pasien preeklamsia antara lain magnesium wanita; p = 0,05) (Easterling dkk., 2019).
sulfat untuk mencegah kejadian kejang, Berdasarkan hasil penelitian ini, pada
metilergometrin untuk mengatasi perdarahan, kelompok nifedipin 4 pasien tidak mengalami
dan antihipertensi lain yaitu klonidin dan penurunan sistolik dan 4 pasien mengalami
furosemide. Adanya penggunaan terapi tersebut peningkatan tekanan darah sistolik pada
beresiko memengaruhi luaran utama pengukuran tekanan darah pertama setelah
penelitiaan ini pada kedua kelompok. Pada pemberian terapi, sementara pada kelompok
metildopa terdapat 1 pasien yang tidak sistolik terkontrol terjadi pada 22 pasien
mengalami penurunan tekanan darah sistolik preeklamsia kelompok nifedipin dan 18 pasien
dan 2 pasien mengalami peningkatan tekanan preeklamsia pada kelompok metildopa. Rata-
darah sistolik setelah pemberian metildopa rata tekanan darah sistolik pada pengukuran
yang pertama. Hal ini dapat disebabkan oleh ketujuh setelah pemberian terapi nifedipine
beberapa faktor antara lain fisiologis pasien, adalah 131.15 ± 14.90 sementara kelompok
dosis terapi yang diberikan dan juga waktu metildopa memiliki rata-rata tekanan darah
pengukuran tekanan darah yang berbeda pada sistolik 130.23 ± 12.42 dengan p value sebesar
tiap pasien. Variasi dosis yang didapatkan pada 0.952 menunjukkan tidak terdapat perbedaan
oleh pasien antara lain nifedipine 20 mg dan 30 luaran tekanan darah sistolik antara kedua
mg per hari dalam 2 dan 3 dosis terbagi, kelompok.
sementara pada kelompok metildopa pasien Berdasarkan pengukuran pertama
mendapatkan beberapa variasi dosis antara tekanan darah diastolik setelah mendapatkan
lain; 1x250 mg, 2x250 mg, 3x250 mg, 2x500 mg terapi, terdapat 5 pasien mengalami
dan 3x500 mg. Dosis nifedipin yang peningkatan diastolik dan 2 pasien tidak
direkomendasikan pada ibu hamil berkisar mengalami perubahan diastolik pada kelompok
antara 10-30 mg per hari, sementara dosis nifedipin sementara pada kelompok metildopa
metildopa yang direkomendasikan adalah 500 terdapat 2 pasien mengalami peningkatan
mg hingga 3 g per hari (Podymow dan August, diastolik dan 4 pasien tidak mengalami
2008). Berdasarkan rekomendasi tersebut, perubahan setelah mendapatkan terapi. Pada
pasien mendapatkan dosis sesuai rentang pengukuran tekanan darah diastolik ketujuh
terapeutik. Perbedaan dosis ini dipengaruhi terdapat 2 pasien tidak mencapai target
oleh tekanan darah awal dan kondisi klinis diastolik pada kelompok nifedipin. Kedua
pasien. pasien tersebut memiliki tekanan darah
Pada pengukuran ketujuh tekanan darah diastolik awal 119 mmHg dan 133 mmHg dan
sistolik pada kedua kelompok setelah mendapatkan terapi nifedipin dengan aturan
pemberian terapi menunjukkan tekanan darah pakai 3 kali 10 mg dan 2 kali 10 mg. Tekanan
Nifedipin Metildopa
180
160
140
120
100
MMHG
80
60
40
20
0
SISTOLIK SISTOLIK SISTOLIK SISTOLIK SISTOLIK SISTOLIK SISTOLIK
1 2 3 4 5 6 7
Nifedipin Metildopa
105
100
95
MMHG
90
85
80
75
DIASTOLIK DIASTOLIK DIASTOLIK DIASTOLIK DIASTOLIK DIASTOLIK DIASTOLIK
1 2 3 4 5 6 7
darah diastolik setelah mendapatkan terapi tidak tercapainya target tekanan darah
tersebut adalah 110 mmHg dan 114 mmHg. Hal diastolik. Rata-rata tekanan darah diastolik
ini dapat disebabkan oleh waktu pengukuran pada pengukuran ketujuh pada kelompok
tiap pasien yang berbeda, dimana salah satu nifedipin adalah 86.59 ± 10.18 sementara pada
faktor yang mempengaruhi tekanan darah kelompok rata-rata metildopa 85.14 ± 7.92
pasien adalah ritme sirkardian. Dimana pada dengan nilai p sebesar 0.738 yang menunjukkan
kedua pasien ini, pengukuran tekanan darah tidak terdapat perbedaan secara statistik.
diastolik ketujuh dilakukan pada siang hari
dimana tekanan darah cenderung mengalami Profil Keamanan Terapi Antihipertensi
peningkatan serta baseline tekanan darah Terapi hipertensi pada wanita hamil
diastolik pasien yang tinggi merupakan faktor harus diberikan secara hati-hati, jika tekanan
darah diturunkan terlalu cepat dan terjadi 0,04; 95% CI, 0,002-0,80). Kelompok nifedipin
hipotensi akan menimbulkan efek pada perfusi dibanding kelompok kontrol yang tidak
uteroplasenta sehingga janin mengalami menerima obat antihipertensi yang mengalami
dekompensasi menyebabkan terjadinya hipotensi adalah 41,4% vs 53,0%; P = 0,04
bradikardi (ACOG Committee on Practice (Magee dkk., 2005). Kejadian serupa juga terjadi
Bulletins--Obstetrics, 2002). pada penelitian ini dimana pemberian infus
Luaran sekunder – kejadian hipotensi magnesium sulfat pada pasien preeklamsia yang
(tekanan darah sistolik <120 mmHg dan atau mendapat nifedipin tidak mengalami efek
tekanan darah diastolik <70 mmHg). samping berupa hipotensi, sementara kejadian
Pengukuran luaran hipotensi dilihat pada kelemahan otot tidak dapat dilakukan dalam
pengukuran ketujuh setelah pasien mendapat penelitian ini karena data yang diambil berupa
terapi antihipertensi. Berdasarkan pengukuran data retrospektif.
tekanan darah sistolik dalam penelitian ini, Penggunaan antihipertensi lain dapat
kejadian hipotensi dialami oleh 5 pasien pada memengaruhi kejadian hipotensi. Dalam
kelompok nifedipin dan 2 pasien pada kelompok penelitian ini terdapat pasien mendapat
metildopa. Berdasarkan pengukuran tekanan kombinasi terapi antihipertensi, dimana 3
darah diastolik hanya terdapat 1 pasien pasien mendapat furosemid dan 1 pasien
mengalami hipotensi pada kelompok metildopa. mendapat klonidin tetapi tidak ditemukan
Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan kejadian hipotensi pada pasien yang
Easterling dkk., dimana pada penelitian tersebut menggunakan kombinasi antihipertensi.
kontrol tekanan darah setelah 6 jam pemberian Keterbatasan dari penelitian ini adalah
terapi, tanpa efek samping, secara signifikan data yang digunakan merupakan data
lebih umum terjadi pada kelompok nifedipine retrospektif dimana pasien masuk ke rumah
dibandingkan pada kelompok metildopa (249 sakit pada waktu yang berbeda dan pengukuran
[84%] wanita vs 230 [76%] wanita; p = 0.03) tekanan darah setelah pasien mendapatkan
(Easterling dkk., 2019). Kejadian hipotensi terapi antihipertensi juga dilakukan pada waktu
dalam penelitian ini terjadi pada pasien yang berbeda. Selain itu, penilaian profil
preeklamsia dengan rata-rata tekanan darah keamanan hanya dilihat berdasarkan parameter
sistolik awal 145.43±11.37 dan tekanan darah yang terukur dalam rekam medis yaitu tekanan
diastolik awal 80 mmHg. Baseline tekanan darah sementara beberapa efek samping lain
darah yang tidak terlalu tinggi ini salah satu hal yang dapat terjadi akibat antihipertensi seperti
yang dapat emicu kejadian hipotensi pada sakit kepala, ruam dan edema tidak didapatkan
pasien preeklamsia yang mendapat terapi dalam penelitian ini.
antihipertensi.
Magnesium sulfat dapat meningkatkan KESIMPULAN
resiko hipotensi, lemas otot dan takikardi bila Tidak terdapat perbedaan signifikan
diberikan bersama nifedipine. Beberapa penggunaan metildopa dibanding nifedipin
penelitian telah dilakukan untuk mengetahui dalam mengontrol tekanan darah pasien
peningkatan resiko kejadian hipotensi pada preeklamsia. Penilaian profil keamanan
pasien preeklamsia dengan terapi nifedipin antihipertensi pada pasien preeklamsia
yang mendapatkan magnesium sulfat. didasarkan pada kejadian efek samping berupa
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Magee hipotensi dimana tidak terdapat kejadian
dkk., tahun 2005 pada pasien preeklamsia hipotensi pada kedua kelompok.
sedang hingga berat yang mendapatkan terapi
infus magnesium sulfat jangka panjang. Tidak DAFTAR PUSTAKA
ditemukan kejadian kelemahan neuromuskular ACOG Committee on Practice Bulletins--
pada kelompok dengan nifedipin (53,1%) bila Obstetrics, 2002. ACOG practice bulletin.
dibandingkan kelompok kontrol yang menerima Diagnosis and management of
obat antihipertensi lain (53,1%; P = 0,99) atau preeclampsia and eclampsia. Number 33,
kelompok kontrol yang tidak menerima obat January 2002. Obstetrics and gynecology,
antihipertensi (44,8%; P = 0,13). Kelompok 99: 159–167.
nifedipin dibanding subjek kontrol yang Breetveld, N.M., Ghossein-Doha, C., Van Kuijk,
menerima antihipertensi mengalami lebih S.M.J., Van Dijk, A.P., Van Der Vlugt, M.J.,
sedikit blokade neuromuskuler (rasio odds, Heidema, W.M., dkk., 2015.