Anda di halaman 1dari 14

SKENARIO

Seorang perempuan berusia 45 tahun diantar suaminya ke UGD RS dengan


keluhan tiba-tiba bicara pelo sejak 2 jam yang lalu setelah bangun tidur. Terdapat juga
keluhan kelemahan pada anggota gerak bagian kiri yang makin lama makin dirasakan
memberat. Keluhan pasien disertai dengan keluhan mulut mencong (tertarik) ke
sebelah kanan. Keluhan nyeri kepala, pingsan, muntah, dan pandangan ganda
disangkal. Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak 2 tahun yang lalu dan tidak rutin
kontrol ke dokter serta tidak teratur minum obat anti hipertensi. Riwayat penyakit
jantung disangkal. Pemeriksaan fisik: tekanan darah kiri 210/140 mmHg dan tekanan
darah kanan 220/150 mmHg, frekuensi nadi 84x/menit, frekuensi nafas 20x/menit,
suhu 37,5 C. Status generalis dalam batas normal. Status neurologis: GCS 15, parese
N.VII dan N.XII sinistra sentral, hemiparesis dan hemihipestesi sinistra, dan lainnya
dalam batas normal. Dokter mendiagnosis pasien dengan stroke iskemik dan hipertensi
emergensi. Dokter merencanakan pemberian obat Nikardipin intravena atau Labetalol
intravena.

PERTANYAAN KLINIS

Apakah nikardipin lebih cepat dalam menurunkan tekanan darah dibandingkan


labetalol pada pasien hipertensi emergensi?

PICO

 Population : Pasien dengan hipertensi emergensi


 Intervention : Nikardipin
 Comparison : Labetalol
 Outcome : Nikardipin lebih cepat menurunkan tekanan darah pada
pasien hipertensi emergensi.
PENCARIAN BUKTI ILMIAH

 Alamat website : https://www.ebscohost.com/


 Kata kunci : hypertension emergency AND nicardipine AND
labetalol
 Limitasi : 5 tahun
 Hasil pencarian : 14 Artikel
1. CLUE: a randomized comparative effectiveness trial of IV
nicardipine versus labetalol use in the emergency department.
2. Impact of initial blood pressure on antihypertensive response in
patients with acute hypertension.
3. The management of acute hypertension in patients with renal
dysfunction: labetalol or nicardipine?
4. Characteristics of patients that do not initially respond to intravenous
antihypertensives in the emergency department: subanalysis of the
CLUE trial.
5. A prospective evaluation of labetalol versus nicardipine for blood
pressure management in patients with acute stroke.
6. Dutch guideline for the management of hypertensive crisis -- 2010
revision.
7. A systematic review of nicardipine vs labetalol for the management of
hypertensive crises.
8. Intravenous nicardipine and labetalol use in hypertensive patients with
signs or symptoms suggestive of end-organ damage in the emergency
department: a subgroup analysis of the CLUE trial.
9. Hypertensive emergencies: an update.
10. Time to Blood Pressure Control Before Thrombolytic Therapy in
Patients With Acute Ischemic Stroke: Comparison of Labetalol,
Nicardipine, and Hydralazine.
11. Hypertensive crisis in children: an experience in a single tertiary care
center in Korea.
12. Clinical practices, complications, and mortality in neurological patients
with acute severe hypertension: the Studying the Treatment of Acute
hyperTension registry.
13. [Hypertensive crisis in children and adolescents].
14. Hypertensive crisis during pregnancy and postpartum period.

DIPILIH ARTIKEL BERJUDUL

CLUE: a randomized comparative effectiveness trial of IV nicardipine versus labetalol


use in the emergency department.
Lampiran jurnal
CRITICAL APPRAISAL

I. APAKAH HASIL DALAM ARTIKEL INI VALID?

A. Petunjuk Primer

1. Apakah penempatan pasien kedalam kelompok terapi dirandomisasi?

Ya, pasien dalam penelitian ini dimasukan ke dalam dua kelompok terapi secara
random (acak), yaitu kelompok pasien yang diberikan nikardipin dan kelompok
pasien yang diberikan labetalol.

2. Apakah semua pasien yang dimasukkan ke dalam penelitian dipertimbangkan dan


disertakan dalam pembuatan kesimpulan?

a) Apakah follow-up lengkap ?

Tidak, Karena ada 1 pasien dari kelompok yang diberikan nikardipin, dan 2
pasien dari kelompok yang diberikan labetalol mengalami efek samping akibat
pemberian obat tersebut. Oleh karena itu mereka menarik persetujuan yang telah
dibuat dan tidak mengikuti sampai follow up
b) Apakah semua pasien dianalisis pada kelompok randomisasi semula?

Ya, karena berdasarkan data yang telah di analisis menggunakan non-parametric


test menunjukkan jika jumlah peserta pada kedua kelompok sama antara awal
dan penelitian.
B. Petunjuk sekunder

1. Apakah pasien, petugas kesehatan dan staf peneliti dibutakan terhadap terapi?

Ya, pada penelitian ini dilakukan secara single blinded. Disini subjek penelitian
(pasien) tidak mengetahui ke dalam kelompok mana subjek di alokasikan.

2. Apakah pada awal penelitian kedua kelompok sama?

Ya, berdasarkan baseline characteristic yang ada, kedua kelompok hampir sama
saat penelitian.
3. Disamping intervensi eksperimen, apakah kedua kelompok mendapat perlakuan
yang sama?

Tidak. Karena dokter memerintahkan untuk memberikan dosis yang lebih sedikit
dari dosis yang telah ditetapkan oleh US FDA (Food and Drug Administration)
pada peserta grup labetalol. Sedangkan pada peserta grup nikardipin diberikan
obat dengan dosis yang telah ditetapkan. Hal ini dilakukan mengingat efek
samping yang akan terjadi akibat obat labetalol seperti hipotensi iatrogenik dan
bradikardia.

IMPORTANCE

1. Berapa besar efek terapi ?

Secara perhitungan statistik yang telah dilakukan, pasien yang menerima obat
nikardipin lebih sering mencapai target yang telah ditentukan oleh peneliti pada
menit ke-30 daripada pasien yang menerima obat labetalol.
2. Bagaimana presisi estimasi efek terapi ?

Interval kepercayaan 95% ini berarti tingkat kepastian statistik sampel mengestimasi
dengan benar parameter populasi adalah 95% atau tingkat keyakinan untuk menerima
dan menolak hipotesis nol dengan benar adalah 95%. Ditunjukkan pada tabel 1,
interval kepercayaan berada pada rentang 1,113-6,698 mencerminkan perbedaan yang
bermakna secara statistik, karena nilai terkecil (1,113) terletak diatas nol. Dan
memiliki rentang yang sempit. Ini dapat dikatakan jika hasil dalam penelitian ini
memiliki hasil yang dapat dipercaya.
APPLICABILITY

1. Apakah hasil ini dapat digunakan untuk pasien saya ?

Hasil penelitian ini dapat diterapkan pada pasien saya, karena terdapat kesamaan antara
kriteria inklusi yang telah ditentukan peneliti dengan keadaan pasien saya. Dan juga
nikardipin memiliki efek vasodilator pada pembuluh darah otak yang bisa mengurangi
iskemia jantung dan otak Pada pasien hipertensi yang disertai kerusakan organ akhir
juga menunjukkan jika nikardipin lebih cepat menurunkan nilai tekanan darah daripada
labetalol. Serta dari hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan jika nikardipin
bisa digunakan sebagai intervensi lini pertama pada pasien dengan perdarahan
intrakranial dan pasien yang diberikan labetalol lebih sering mengalami bradikardia
daripada pasien yang diberikan nikardipin. Dan yang terakhir, pada kesimpulan
penelitian ini didapatkan jika pasien hipertensi yang diberikan nikardipin 2,7 kali lebih
sering mencapai target penurunan tekanan darah yang telah ditentukan oleh peneliti
dalam waktu 30 menit daripada pasien yang diberikan labetalol.
2. Keuntungan dan kerugian bagi pasien ?

 Kerugian
Nikardipin bisa memberikan efek samping berupa peningkatan penanda
jantung. Dengan kata lain, nikardipin tidak boleh diberikan pada pasien dengan
gagal jantung.

 Keuntungan
Pada pasien hipertensi dengan kerusakan organ akhir yang diberikan
nikardipin, mengalami penurunan tekanan darah yang telah ditentukan peneliti
lebih cepat dalam waktu 30 menit daripada pasien yang diberikan labetalol.

Anda mungkin juga menyukai