KATA KUNCI Virtual Autopsy; Virtopsy; otopsi, CT scan; MRI; tingkat ekonomi;
masyarakat
2
This study is aimed to determine the relation between economic level and
knowledge on PMMRI and PMCT and its review on Islam.
This study is a quantitative study with sample random sampling method. The
sampling method is accidental sampling by interviewing 280 people in
Central of Jakarta.
36 (46,8%) low economic level respondents did not know about
PMCT/PMMRI, 90 (51,4%) middle economic level respondents did not
know about PMCT/PMMRI, 9 (32,1%) high economic level respondents did
not know about PMCT/PMMRI. While 41 (53,2%) low economic
respondents knew about PMCT/PMMRI, 98 (56%) middle economic
respondents knew about PMCT/PMMRI, and 19 (67,9%) high economic
respondents knew about PMCT/PMMRI. The statistic test shows p-value =
0,04 which indicates relation between economic levels and peoples
knowledge on PMCT/PMMRI.
Economic levels impact peoples knowledge on Virtopsy to fulfil their needs.
The higher the economic levels, people tend to fulfil their life necessities.
Usually education is a priorities, so it is easier to know a new technology.
In Islam, Virtopsy is allowed because it is useful for many people.
Otopsi atau post-mortem secara klasik macam alasan. . Isu utama penolakan oleh
adalah suatu tindakan dengan melakukan keluarga ini pada umumnya adalah alasan
beberapa penyayatan dan beberapa teknik agama atau kepercayaannya, alasan
spesifik atas mayat, dengan tujuan kemanusiaan, organ atau jaringan organ
memutuskan sebab kematian, waktu diambil dan dijual, atau organ dan
kematian, cara kematian, dan identifikasi jenazahnya dipakai praktikum oleh
seperti dalam bencana massal, sebaik mahasiswa kedokteran. Di samping isu-isu di
dokumentasi dan saksi ahli. (Bakri dan atas, biaya pemeriksaan dan urusan
Jaudin, 2006) administratif yang berbelit-belit juga menjadi
alasan penolakan otopsi. (Afandi, 2009)
Karena ketidaknyaman otopsi
konvensional, banyak sekali penolakan yang Beberapa tahun terakhir telah
terjadi di beberapa negara dengan berbagai ditemukan suatu teknik baru dalam bidang
3
radiologi forensik untuk menjawab seluruh baik dibandingkan dengan otopsi
alasan penolakan dari otopsi konvensional. konvensional. Lalu, Aghavey, et al (2004)
Teknik tersebut dinamakan Virtual Autopsy membuktikkan bahwa PMCT dan PMMRI
yang telah dikembangkan oleh Institut dapat memvisualisasikan daerah leher lebih
Kesehatan Forensik di Bern, Switzerland, baik dibandingkan dengan otopsi
lebih dari 15 tahun silam dengan tujuan konvensional.
mengganti atau menambahkan otopsi Sebagai suatu teknologi yang baru dan
forensik secara konvensional. Virtual belum ada kebijakan dari pemerintah
Autopsy (Virtopsy) atau pencitraan forensik
terutama mengenai pengetahuan alih
mengkombinasikan teknologi survei, teknologi virtopsy di masyarakat terutama
patologi, radiologi, pengolahan gambar, ilmu dilihat dari segi tingkat ekonomi yang
sains komputer, telematika, fisika dan terdapat di Indonesia.
biomekanika. Virtopsy merupakan kombinasi
METODE PENELITIAN
dari post-mortem Computed Tomography
Penelitian ini menggunakan desain studi
(PMCT), Post-mortem Magnetic Resonance
kuantitatif dengan pendekatan Cross-
Imaging (PMMRI), CT-guide post-mortem
sectional yaitu meneliti suatu populasi yang
Angiography (PM CT angio) dan CT-guided
di lakukan pada periode waktu tertentu untuk
post-mortem Biopsy (PM biopsy).
mengetahui suatu masalah (Chandra, 2010).
(Zimmermann, 2011)
Teknik pengambilan sampel dalam
Pada penelitian yang dilakukan oleh penelitian ini adalah simple random
Flach, et al, (2015) menunjukkan bahwa pada sampling. (Sugiyono, 2010). Pengambilan
beberapa kasus, Virtual Autopsy lebih unggul sampel dalam penelitian ini menggunaan cara
daripada otopsi konvensional. Contohnya accidental sampling, yaitu setiap masyarakat
pada kasus pneumoencephalon, fraktur di Jakarta Pusat yang peneliti temui lalu
wajah, subarachnoid hemorrhage, dan peneliti lakukan wawancara menggunakan
intracranial bleeding. Kemudian, pada kuesioner sampai jumlah 280 orang.
penelitian yang dilakukan oleh Grabherr Penetilian dimulai dengan menyiapkan
(2008) menunjukkan bahwa PMCTA sudah kuisioner yang telah lolos uji validitas dan
mampu menggantikan otopsi konvensional reabilitasnya, yang terdiri dari 14 pertanyaan.
karena visualisasi pada tulang, parekim, Data yang telah dikumpul akan diperiksa
jaringan lunak, dan pembuluh darah lebih
4
untuk mengecek kelengkapan nya. Kemudian HASIL
data akan dianalisis menggunakan SPSS.
Hasil penetian terhadap masyarakat di
Kemudian hasil wawancara akan di uji
jakarta pusat denga total 280 responden.
menggunakan Chi- square.
Subjek penelitian terdiri dari Tingat ekonomi
rendah 77 responden, tingkat ekonomi
menengah 175 responden dan tingkat
ekonomi tinggi 28 responden.
Pengetahuan
No alih Frekuensi Persentase
tekhnologi
5
Tabel 4.4. Tabel 4.4.
6
60,0%, sedangkan responden Tahu PMCT/PMMRI (p-value = 0.04).
mengenai pengetahuan alih teknoligi Mayoritas responden memiliki
lebih banyak pada ekonomi atas yaitu tingkat ekonomi menengah. Hal ini
sebesar 67,9%. Hasil uji statistik membuktikan bahwa suatu
didapatkan p value 0.04, artinya ada pengetahuan dapat ditunjang dengan
hubungan yang signifikan antara ekonomi yang baik, demi
tingkat ekonomi dengan pengetahuan tercukupinya fasilitas yang digunakan
alih tekhnologi. untuk mencari sebuah pengetahuan
dan pengalaman.
PEMBAHASAN
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan dengan menggunakan Tingkat ekonomi dalam masyarakat
kuesioner di Jakarta Pusat 2016 mempengaruhi dalam pengetahuan
didapatkan hasil bahwa tingkat akan Virtopsy, dalam hal ini sebagai
ekonomi masyarakat didominasi oleh alat untuk pemenuhan suatu
tingkat ekonomi menegah dengan kebutuhan. Semakin tinggi tingkat
pendapatan rata- rata Rp.3.500.000 ekonomi seseorang maka kebutuhan
Rp. 6.500.000 hidup dapat terpenuhi dengan baik,
Penelitian yang telah dilakukan sehingga pendidikan memperoleh
pada masyarakat di Jakarta Pusat prioritas utama, dengan terpenuhinya
didapatkan hasil uji stastistik yaitu sarana dan prasarana yang memadai
adanya hubungan antara tingkat dapat mempermudah memperoleh
ekonomi masyarakat dalam dan mengetahui suatu teknologi baru.
pengetahuan alih tekhnologi
7
KEPUSTAKAAN
Aghayev, E., Yen, K., Thalic, M., Jackowski, & dirnhofer, R. 2004. Virtopsy post-mortem multi-
slice computed tomograhy (MSCT) and magnetic resonance imaging (MRI) demonstrating
descending tonsillar herniation: comparison to clinical studies. Institute of Forensic Medicine,
University of Bern
Bakri, R. R., & Jaudin. (n.d.). 2006. Technology Review: Virtual Autopsy. Health Technology
Assessment Unit Medical Development Division Ministry Of Health, Malaysia.
Budiarto, E. 2012. Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. EGC, Jakarta.
Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan. 2012. Pedoman Teknis
Bangunan Rumah Sakit Kelas B. Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.
Grabherr. (n.d.). 2015. Gunshot reconstruction in MPMCTA and its impact onn the police
investigation. Centre universitaire romand de medicine legale. Insp. Damien GAILLARD, PD Dr.
Med. Silke Grabherr
8
Hamid, P 2010. Metode Penelitian Kualitatif. UMM Press, Malang.
M, A., Suprohaita, IW, W., & S, W. 2008. Identifikasi Personal, dalam Kapita Selekta Kedokteran,
Edisi Ketiga Jilid Kedua., hal 182-189. Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta.
Oluwasola, OA. 2009. The autopsy: knowledge, attitude, and perceptions of doctors and relatives
of the deceased, University of Ibadan. Available from:
http://findarticles.com/p/articles/mi_qa3725/is_200901/ai_n31425353/pg_6 ?tag=content;col1
[accesed 14 Feb. 2016].
Patricia MF, Sarah S, Wolf S, Garyfalia A, Johannes S, Claus K, Tanja G, Michael JT dan Marwan
EK 2015. Deep Into the Fibers! Postmortem Diffusion Tensor Imaging in Forensic Radiology. The
American Journal of Forensic Medicine and Pathology: Official Publication of The National
Association of Medical Examiners, 1-8
9
Poerwandari, K, dkk. 2007 Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia Depok:
Perfecta.
Rizal, K. 2011. Kekuatan Pembuktian Otopsi Forensik dalam Kasus Pembunuhan: studi
komparatif hukum acara pidana Islam dan KUHAP. Jurusan Siasah jinayah Fakultas Syariah IAIN
Sunan Ampel
Sabar, R 2007. Pengantar Metodologi Penelitian. FKIP: Universitas Muria Kudus, Kudus.
Stawicki, Peter, S., Aggrawal, A., Dean, A. J., Bahner, D. A., Steinberg, S. M., et al.. 2008.
Postmortem use of advanced imaging techniques: Is autopsy going digital?
Sugiyono 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. AFABETA, Bandung.
T, M, Steffen R, & Christian J 2009. Virtopsy: Working on the Future of Forensic Medicine.
Rechtsmedizin, 8-12
T, M, Steffen R, Christian J, Lars O, Steffen R, Richard D 2007. VIRTOPSY The Swiss Virtual
Autopsy Approach. Legal Medicine, 2-5
Yen, K., Vock, P., Christe, A., Scheurer, E., Plattner, T., Schon, C., et al. 2005.
Postmortem Multislice Computed Tomography and Magnetic Resonance Imaging of odontoid
fractures, atlantoaxial distractions and ascending medullary edema. Springer-Verlag 2005
Zimmermann, D. 2011. Virtopsy & Forensic Imaging: Legal Parameters and Impact. Asia-Pacific
Coroners Society Conference, Queensland.
10