Anda di halaman 1dari 10

Hubungan Antara Tingkat Ekonomi Dalam Masyarakat Dengan

Pengetahuan Alih Teknologi Post Mortem Computed Tomography (PMCT)


/ Post Mortem Mgnetic Resonance Imaging (PMMRI) Sebagai Pengganti
Autopsy Di Jakarta Pusat Tahun 2016

The Relation between Economic Levels and Peoples Knowledge on Post


Mortem Computed Tomography (PMCT) / Post Mortem Mgnetic Resonance
Imaging (PMMRI) Technology as a Replacement of Autopsy In Jakarta on
2016

Indah Aprilyani Kusuma Dewi1*, Ferryal Basbeth2


1
Student of Faculty of Medicine, YARSI University
2
Department of Medicolegal and Forensic Medicine, Faculty of Medicine, YARSI University
*
Korespondensi: E-mail: indahkusuma18@gmail.com

KATA KUNCI Virtual Autopsy; Virtopsy; otopsi, CT scan; MRI; tingkat ekonomi;
masyarakat

KEYWORDS Virtual Autopsy; Virtopsy; autopsy; CT scan; MRI; Economic Levels;

ABSTRAK Virtual Autopsy (Virtopsy) atau pencitraan forensik merupakan teknik


otopsi baru yang mengkombinasikan post-mortem Computed Tomography
(PMCT), Post-mortem Magnetic Resonance Imaging (PMMRI), CT-guide
post-mortem Angiography (PM CT angio) dan CT-guided post-mortem
Biopsy (PM biopsy). Virtopsy menggunakan alat CT scan dan MRI dalam
pelaksanaanya. Dengan metode minimal invasif yang ditawarkan Virtopsy,
maka tidak diperlukan adanya pembedahan pada mayat.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
tingkat ekonomi dan pengetahuan terhadap teknologi PMMRI dan PMCT
dan tinjauannya dalam Islam.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan Teknik adalah
simple random sampling, Pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunaan cara accidental sampling, yaitu setiap masyarakat di Jakarta
1
Pusat yang peneliti temui lalu peneliti lakukan wawancara menggunakan
kuesioner sampai jumlah 280 orang.
Sebanyak 36 ( 46,8% ) responden dengan tingkat ekonomi rendah Tidak
Tahu mengenai pengetahuan teknologi PMCT/PMMRI, 90 (51,4%)
responden dengan tingkat ekonomi menengah Tidak Tahu mengenai
pengetahuan teknologi PMCT/PMMRI, 9 ( 32,1%) responden dengan
tingkat ekonomi tinggi Tidak Tahu mengenai pengetahuan teknologi
PMCT/PMMRI. 41 (53,2%) responden dengan tingkat ekonomi rendah
Tahu mengenai pengetahuan teknologi PMCT/PMMRI, 98 ( 56% )
responden dengan tingkat ekonomi menengah Tahu mengenai pengetahuan
PMCT/PMMRI, 19 ( 67,9% ) responden dengan tingkat ekonomi tinggi
Tahu mengenai pengetahuan teknologi PMCT/PMMRI. Hasil uji statistik
menunjukkan nilai p-value = 0,04 berarti kesimpulan yang dapat diambil
adalah ada hubungan antara tingkat ekonomi dengan pengetahuan
teknologi PMCT/PMMRI.
Tingkat ekonomi dalam masyarakat mempengaruhi dalam pengetahuan
akan Virtopsy, dalam hal ini sebagai alat untuk pemenuhan suatu
kebutuhan. Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang maka kebutuhan
hidup dapat terpenuhi dengan baik, sehingga pendidikan memperoleh
prioritas utama, dengan terpenuhinya sarana dan prasarana yang memadai
dapat mempermudah memperoleh dan mengetahui suatu teknologi baru.
Dalam Agama Islam, Vitropsy tidak dilarang karena alat ini sangat
bermanfaat umat dalam kehidupan sehari- hari.

ABSTRACT Virtual Autopsy (Virtopsy) or forensic imaging is a new autopsy technique


that combine post-mortem Computed Tomography (PMCT), Post-mortem
Magnetic Resonance Imaging (PMMRI), CT-guide post-mortem
Angiography (PM CT angio) dan CT-guided post-mortem Biopsy (PM
biopsy). People need CT scan and MRI to applicate Virtopsy. With its
minimal invasive method, there is no need to dissect the corpses.

2
This study is aimed to determine the relation between economic level and
knowledge on PMMRI and PMCT and its review on Islam.
This study is a quantitative study with sample random sampling method. The
sampling method is accidental sampling by interviewing 280 people in
Central of Jakarta.
36 (46,8%) low economic level respondents did not know about
PMCT/PMMRI, 90 (51,4%) middle economic level respondents did not
know about PMCT/PMMRI, 9 (32,1%) high economic level respondents did
not know about PMCT/PMMRI. While 41 (53,2%) low economic
respondents knew about PMCT/PMMRI, 98 (56%) middle economic
respondents knew about PMCT/PMMRI, and 19 (67,9%) high economic
respondents knew about PMCT/PMMRI. The statistic test shows p-value =
0,04 which indicates relation between economic levels and peoples
knowledge on PMCT/PMMRI.
Economic levels impact peoples knowledge on Virtopsy to fulfil their needs.
The higher the economic levels, people tend to fulfil their life necessities.
Usually education is a priorities, so it is easier to know a new technology.
In Islam, Virtopsy is allowed because it is useful for many people.

Otopsi atau post-mortem secara klasik macam alasan. . Isu utama penolakan oleh
adalah suatu tindakan dengan melakukan keluarga ini pada umumnya adalah alasan
beberapa penyayatan dan beberapa teknik agama atau kepercayaannya, alasan
spesifik atas mayat, dengan tujuan kemanusiaan, organ atau jaringan organ
memutuskan sebab kematian, waktu diambil dan dijual, atau organ dan
kematian, cara kematian, dan identifikasi jenazahnya dipakai praktikum oleh
seperti dalam bencana massal, sebaik mahasiswa kedokteran. Di samping isu-isu di
dokumentasi dan saksi ahli. (Bakri dan atas, biaya pemeriksaan dan urusan
Jaudin, 2006) administratif yang berbelit-belit juga menjadi
alasan penolakan otopsi. (Afandi, 2009)
Karena ketidaknyaman otopsi
konvensional, banyak sekali penolakan yang Beberapa tahun terakhir telah
terjadi di beberapa negara dengan berbagai ditemukan suatu teknik baru dalam bidang

3
radiologi forensik untuk menjawab seluruh baik dibandingkan dengan otopsi
alasan penolakan dari otopsi konvensional. konvensional. Lalu, Aghavey, et al (2004)
Teknik tersebut dinamakan Virtual Autopsy membuktikkan bahwa PMCT dan PMMRI
yang telah dikembangkan oleh Institut dapat memvisualisasikan daerah leher lebih
Kesehatan Forensik di Bern, Switzerland, baik dibandingkan dengan otopsi
lebih dari 15 tahun silam dengan tujuan konvensional.
mengganti atau menambahkan otopsi Sebagai suatu teknologi yang baru dan
forensik secara konvensional. Virtual belum ada kebijakan dari pemerintah
Autopsy (Virtopsy) atau pencitraan forensik
terutama mengenai pengetahuan alih
mengkombinasikan teknologi survei, teknologi virtopsy di masyarakat terutama
patologi, radiologi, pengolahan gambar, ilmu dilihat dari segi tingkat ekonomi yang
sains komputer, telematika, fisika dan terdapat di Indonesia.
biomekanika. Virtopsy merupakan kombinasi
METODE PENELITIAN
dari post-mortem Computed Tomography
Penelitian ini menggunakan desain studi
(PMCT), Post-mortem Magnetic Resonance
kuantitatif dengan pendekatan Cross-
Imaging (PMMRI), CT-guide post-mortem
sectional yaitu meneliti suatu populasi yang
Angiography (PM CT angio) dan CT-guided
di lakukan pada periode waktu tertentu untuk
post-mortem Biopsy (PM biopsy).
mengetahui suatu masalah (Chandra, 2010).
(Zimmermann, 2011)
Teknik pengambilan sampel dalam
Pada penelitian yang dilakukan oleh penelitian ini adalah simple random
Flach, et al, (2015) menunjukkan bahwa pada sampling. (Sugiyono, 2010). Pengambilan
beberapa kasus, Virtual Autopsy lebih unggul sampel dalam penelitian ini menggunaan cara
daripada otopsi konvensional. Contohnya accidental sampling, yaitu setiap masyarakat
pada kasus pneumoencephalon, fraktur di Jakarta Pusat yang peneliti temui lalu
wajah, subarachnoid hemorrhage, dan peneliti lakukan wawancara menggunakan
intracranial bleeding. Kemudian, pada kuesioner sampai jumlah 280 orang.
penelitian yang dilakukan oleh Grabherr Penetilian dimulai dengan menyiapkan
(2008) menunjukkan bahwa PMCTA sudah kuisioner yang telah lolos uji validitas dan
mampu menggantikan otopsi konvensional reabilitasnya, yang terdiri dari 14 pertanyaan.
karena visualisasi pada tulang, parekim, Data yang telah dikumpul akan diperiksa
jaringan lunak, dan pembuluh darah lebih

4
untuk mengecek kelengkapan nya. Kemudian HASIL
data akan dianalisis menggunakan SPSS.
Hasil penetian terhadap masyarakat di
Kemudian hasil wawancara akan di uji
jakarta pusat denga total 280 responden.
menggunakan Chi- square.
Subjek penelitian terdiri dari Tingat ekonomi
rendah 77 responden, tingkat ekonomi
menengah 175 responden dan tingkat
ekonomi tinggi 28 responden.

1 Tidak Tahu 122 43,6


Tabel 4.1. 2 Tahu 158 56,4
Distribusi Frekuensi Responden terhadap Jumlah 280 100
Autopsy
Di Jakarta Pusat Tahun 2016
Tabel 4.3.
Pengetahuan Distribusi Responden menurut Tingkat
No Frekuensi Persentase
Autopsy Ekonomi
Di Jakarta Pusat Tahun 016
1 Tidak Tahu 87 31,1 Tingkat
No Frekuensi Persentase
2 Tahu 193 68,9 Ekonomi
Jumlah 280 100 1 Rendah 77 27,5
2 Menegah 175 62,5
3 Tinggi 28 10
Tabel 4.2. Jumlah 280 100
Distribusi Frekuensi Responden
Pengetahuan alih
Teknologi PMCT/PMMRI

Pengetahuan
No alih Frekuensi Persentase
tekhnologi

5
Tabel 4.4. Tabel 4.4.

Hubungan Tingkat Ekonomi dengan teknik Hubungan Tingkat Ekonomi dengan


Autopsy Pengetahuan alih teknologi

Di Jakarta Pusat tahun 2016 PMCT/PMMRI di Jakarta Pusat Tahun 2016

No Tingkat Pengetahuan Jumlah No Tingkat Pengetahuan Alih Jumlah P-


Ekonomi Autopsy Ekonomi Teknologi Value
Tidak Tahu Tidak Tahu
Tahu Tahu
1 Rendah 25 52 77 1 Rendah 36 41 77
32,5% 67,5% 100% 46,8% 53,2% 100%
2 Menengah 55 120 175 2 Menengah 90 98 175
31,4% 68,6% 100% 51,4% 56% 100%
0.04
3 Tinggi 7 21 28 3 Tinggi 9 19 28
25% 75% 100% 32,1% 67,9% 100%
Total 87 193 280 Total 122 158 280
31,1% 68,9% 100% 43,6% 56,4%% 100%

Menurut Tabel 4.4 menunjukkan


bahwa responden Tidak Tahu
mengenai pengetahuan alih
tekhnologi lebih banyak pada
ekonomi menengah yaitu sebesar

6
60,0%, sedangkan responden Tahu PMCT/PMMRI (p-value = 0.04).
mengenai pengetahuan alih teknoligi Mayoritas responden memiliki
lebih banyak pada ekonomi atas yaitu tingkat ekonomi menengah. Hal ini
sebesar 67,9%. Hasil uji statistik membuktikan bahwa suatu
didapatkan p value 0.04, artinya ada pengetahuan dapat ditunjang dengan
hubungan yang signifikan antara ekonomi yang baik, demi
tingkat ekonomi dengan pengetahuan tercukupinya fasilitas yang digunakan
alih tekhnologi. untuk mencari sebuah pengetahuan
dan pengalaman.

PEMBAHASAN
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan dengan menggunakan Tingkat ekonomi dalam masyarakat
kuesioner di Jakarta Pusat 2016 mempengaruhi dalam pengetahuan
didapatkan hasil bahwa tingkat akan Virtopsy, dalam hal ini sebagai
ekonomi masyarakat didominasi oleh alat untuk pemenuhan suatu
tingkat ekonomi menegah dengan kebutuhan. Semakin tinggi tingkat
pendapatan rata- rata Rp.3.500.000 ekonomi seseorang maka kebutuhan
Rp. 6.500.000 hidup dapat terpenuhi dengan baik,
Penelitian yang telah dilakukan sehingga pendidikan memperoleh
pada masyarakat di Jakarta Pusat prioritas utama, dengan terpenuhinya
didapatkan hasil uji stastistik yaitu sarana dan prasarana yang memadai
adanya hubungan antara tingkat dapat mempermudah memperoleh
ekonomi masyarakat dalam dan mengetahui suatu teknologi baru.
pengetahuan alih tekhnologi

7
KEPUSTAKAAN

Affandi, D. 2009. Otopsi Virtual. Majalah Kedokteran Indonesia.No. 7, Vol. 59.

Aghayev, E., Yen, K., Thalic, M., Jackowski, & dirnhofer, R. 2004. Virtopsy post-mortem multi-
slice computed tomograhy (MSCT) and magnetic resonance imaging (MRI) demonstrating
descending tonsillar herniation: comparison to clinical studies. Institute of Forensic Medicine,
University of Bern

Bakri, R. R., & Jaudin. (n.d.). 2006. Technology Review: Virtual Autopsy. Health Technology
Assessment Unit Medical Development Division Ministry Of Health, Malaysia.

Budiarto, E. 2012. Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. EGC, Jakarta.

C. Brugier; at all. 2013. Multi-phase postmortem CT angiography: Recognizing


Technique-Related Artefacts and Pitfalls. Springer-Verlag Berlin Heidelberg

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan. 2012. Pedoman Teknis
Bangunan Rumah Sakit Kelas B. Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.

Grabherr, S. 2008. Multi-phase Post Mortem Computed Tomography Angiography (MPMCTA).


Centre, Univeritaire. Romand de Mdecine Lgale

Grabherr. (n.d.). 2015. Gunshot reconstruction in MPMCTA and its impact onn the police
investigation. Centre universitaire romand de medicine legale. Insp. Damien GAILLARD, PD Dr.
Med. Silke Grabherr

8
Hamid, P 2010. Metode Penelitian Kualitatif. UMM Press, Malang.

H.R. Malik, Ibnu Majah, Abu Dawud

Ilyas, G dan Budyatmoko, B. 2009. Perkembangan Mutakhir Pencitraan Diagnostik (Diagnostic


Imaging), dalam Radiologi Diagnostik, Edisi Kedua, hal 13-14. Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Kadarmo, DA. 2005. Prosedur medikolegal penolakan otopsi ditinjau dari sudut pandang penyidik
(tesis). Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia tentang Klasifikasi Rumah Sakit. Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

M, A., Suprohaita, IW, W., & S, W. 2008. Identifikasi Personal, dalam Kapita Selekta Kedokteran,
Edisi Ketiga Jilid Kedua., hal 182-189. Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta.

Oluwasola, OA. 2009. The autopsy: knowledge, attitude, and perceptions of doctors and relatives
of the deceased, University of Ibadan. Available from:
http://findarticles.com/p/articles/mi_qa3725/is_200901/ai_n31425353/pg_6 ?tag=content;col1
[accesed 14 Feb. 2016].

OPUS 12 Scientist 2008 Vol. 2, No. 4

OPUS 12 Scientist. Vol. 2. No. 4. Page 17-26

Patricia MF, Sarah S, Wolf S, Garyfalia A, Johannes S, Claus K, Tanja G, Michael JT dan Marwan
EK 2015. Deep Into the Fibers! Postmortem Diffusion Tensor Imaging in Forensic Radiology. The
American Journal of Forensic Medicine and Pathology: Official Publication of The National
Association of Medical Examiners, 1-8

9
Poerwandari, K, dkk. 2007 Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia Depok:
Perfecta.

Rizal, K. 2011. Kekuatan Pembuktian Otopsi Forensik dalam Kasus Pembunuhan: studi
komparatif hukum acara pidana Islam dan KUHAP. Jurusan Siasah jinayah Fakultas Syariah IAIN
Sunan Ampel

Sabar, R 2007. Pengantar Metodologi Penelitian. FKIP: Universitas Muria Kudus, Kudus.

Stawicki, Peter, S., Aggrawal, A., Dean, A. J., Bahner, D. A., Steinberg, S. M., et al.. 2008.
Postmortem use of advanced imaging techniques: Is autopsy going digital?
Sugiyono 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. AFABETA, Bandung.

T, M, Steffen R, & Christian J 2009. Virtopsy: Working on the Future of Forensic Medicine.
Rechtsmedizin, 8-12

T, M, Steffen R, Christian J, Lars O, Steffen R, Richard D 2007. VIRTOPSY The Swiss Virtual
Autopsy Approach. Legal Medicine, 2-5

Yen, K., Vock, P., Christe, A., Scheurer, E., Plattner, T., Schon, C., et al. 2005.
Postmortem Multislice Computed Tomography and Magnetic Resonance Imaging of odontoid
fractures, atlantoaxial distractions and ascending medullary edema. Springer-Verlag 2005

Zimmermann, D. 2011. Virtopsy & Forensic Imaging: Legal Parameters and Impact. Asia-Pacific
Coroners Society Conference, Queensland.

10

Anda mungkin juga menyukai