Anda di halaman 1dari 2

PENDIDIKAN YANG BERPENGARUH PADA ANAK

Saat mengingatkan petugas piket saya hanya menggunaakan trik konsisten menyapu dan mengepel
dan membuah sampah tong kecil ke bak TPS. Hasilnya anak-anak kos menurut kalau kami menyuruh
piket. Ini tidak dengan suara keras. Namun tidak hanya ini trik mendidik yang berpengaruh pada
anak.

Suatu ketika saat saya mengajar Qur’an kelas 1 SD (usia anak 6 tahun). Seorang anak berinisial S
melempar kertas ke saya tanpa sebab yang benar. Saya hanya diam dan sabar karena tidak ada nyeri
dan perih dari lemparannya. Kemudian ia dilempar oleh anak lain yang berinisial N dengan kertas
tanpa sebab yang benar. Si anak S ini marah dan membalas dengan pukulan 2 kali. Saya betanya
pada anak S ini. “Saya dilempar tidak membalas, kenapa kamu dilempar malah mukul?” Si S ini
terdiam, ekspresi wajahnya menunjukkan perasaannya merasa bersalah. Ini menunjukkan potensi
dalam diri anak bahwa mereka berada pada kecenderungan berbuat baik karena ia menyadari
perbuatannya itu salah.

Tidak hanya 2 kasus ini yang menarik dicermati. Yuk disimak metode yang berpengaruh pada
pendidikan anak!

1. Mendidik dengan keteladanan


Mendidik dengan keteladanan memperbesar potensi unggulan anak.
2. Mendidik dengan kebiasaan
Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orangtuanyalah yang
menjadikannya Yahudi, Nasrani tau Majusi (HR. Al-Bukhari). Dengan demikian anak-anak
perlu dibiasakan dengan iman dan amal Islam (sholat, infaq dan seterusnya).
3. Mendidik dengan nasihat
Berilah nasihat dari sudut pandang objek Anda di hari yang tepat. Hindari memberi nasihat
yang berkesan egois. Temukan waktu yang tepat ketika objek Anda bisa fokus pada satu
perhatian. Hindari mmeberi nasihat ketika objek Anda banyak pikiran. Tatap matanya
mendekatlah, dan bersuara sopan untuk menasehati objek Anda.
Untuk menasihati secara tidak langsung gunakanlah metode berkisah,metode bertanya yang
menuntut jawaban, berilah nasihat dengan tegas dan apa yang allah inginkan dalam sebuah
perkara, boleh juga menasihati dengan candaan, hindri memberi nasihat yang menimbulkan
kebosanan, berilah nasihat ketika Anda dan objek Anda saling fokus, terakhir, berilah nasihat
sambil praktik.
4. Mendidik dengan perhatian/pengawasan
Anak perlu diawasi ketika ia berinfaq, sholat dan seterusnya. Agar terbentuk akhlak, mental
dan jiwa sosialnya.
5. Mendidik dengan hukuman dan hadiah
Ketika Allah menetapkan hukuman bagi para hamba-Nya, maka Dialah yang paling
mengetahui dengan apa yang ditetapkan-Nya. Hukuman berbeda tergantung usia,
pengetahuan, dan strata sosial seseorang. Penjelasan tentang kesalahan dan
membangkitkan kesadaran didahulukan sebelum menghukum. Hukuman berfungsi agar
anak tercegah dari perilaku tercela, bukan malah mendorong anak berbuat keji (kriminal).
Adapun mendidik dengan hadiah tidak digunakan untuk pemanjaan. Ini digunakan hanya
momen tertentu saja.
Contoh Bahasa nasihat

 “Nak dulu waktu papa kuliah ada anak SMA yang menjambret karena ada peluang. Aksinya
itu waktu ia bersepeda motor dan langsung mengambil tas milik korban. Tapi ia ketangkep.
Waktu papa ke LP (Lembaga Pemasayarakatan) dengan program pelatihan, papa bertemu
dia. Dialah yang menceritakan bagaimana kisahnya hingga ia dipenjara. Coba bayangkan
bagaimana rasanya jauh dari keluarga karena dipenjara?”
 “Nak yuk ke sini, ni papa kasih es krim.” Setelah beberapa menit kemudian, “Coba lihat mata
papa!” Setelah itu, mulailah memberi nasihat!
 “kamu punya adik? Kalau adikmu dipukul orang, kamu marah gak?” Biarkan dia menjawab.
”Kalau kamu marah adikmu dipukul lalau kenapa kamu mukul adik teman mu?” Biarkan dia
menjawab!
 Setelah keesokan hari. “Kenapa kamu berkelahi dengan temanmu?” Biarkan dia menjawab.
“Apakah kamu lupa kebaikan-kebaikannya? Hanya karena satu keburukan kamu tidak mau
memaafkan?”
 Sambil menyapu kamarnya. “Nak kenapa kecoa suka tidur di kamar kamu? Lihat itu (kecoa)
dia lari!” Sambil angkat kasurnya, sambill menggulung tikarnya. “Ini karena kamarmu belum
bersih. Ayo kita bersihkan!”
 “Nak Kenapa gak nyuci piring?” Dia menjawab, “Malas!” Jawab argumennya, “Kita sudah
sepakat lho sekeluarga. Yang gak nyuci piring habis makan, tetap wajib nyuci piring! Ayok
sini!” Praktikkanlah cara mencuci piring, sisanya dicuci oleh anak!

Anda mungkin juga menyukai