Saat mengingatkan petugas piket saya hanya menggunaakan trik konsisten menyapu dan mengepel
dan membuah sampah tong kecil ke bak TPS. Hasilnya anak-anak kos menurut kalau kami menyuruh
piket. Ini tidak dengan suara keras. Namun tidak hanya ini trik mendidik yang berpengaruh pada
anak.
Suatu ketika saat saya mengajar Qur’an kelas 1 SD (usia anak 6 tahun). Seorang anak berinisial S
melempar kertas ke saya tanpa sebab yang benar. Saya hanya diam dan sabar karena tidak ada nyeri
dan perih dari lemparannya. Kemudian ia dilempar oleh anak lain yang berinisial N dengan kertas
tanpa sebab yang benar. Si anak S ini marah dan membalas dengan pukulan 2 kali. Saya betanya
pada anak S ini. “Saya dilempar tidak membalas, kenapa kamu dilempar malah mukul?” Si S ini
terdiam, ekspresi wajahnya menunjukkan perasaannya merasa bersalah. Ini menunjukkan potensi
dalam diri anak bahwa mereka berada pada kecenderungan berbuat baik karena ia menyadari
perbuatannya itu salah.
Tidak hanya 2 kasus ini yang menarik dicermati. Yuk disimak metode yang berpengaruh pada
pendidikan anak!
“Nak dulu waktu papa kuliah ada anak SMA yang menjambret karena ada peluang. Aksinya
itu waktu ia bersepeda motor dan langsung mengambil tas milik korban. Tapi ia ketangkep.
Waktu papa ke LP (Lembaga Pemasayarakatan) dengan program pelatihan, papa bertemu
dia. Dialah yang menceritakan bagaimana kisahnya hingga ia dipenjara. Coba bayangkan
bagaimana rasanya jauh dari keluarga karena dipenjara?”
“Nak yuk ke sini, ni papa kasih es krim.” Setelah beberapa menit kemudian, “Coba lihat mata
papa!” Setelah itu, mulailah memberi nasihat!
“kamu punya adik? Kalau adikmu dipukul orang, kamu marah gak?” Biarkan dia menjawab.
”Kalau kamu marah adikmu dipukul lalau kenapa kamu mukul adik teman mu?” Biarkan dia
menjawab!
Setelah keesokan hari. “Kenapa kamu berkelahi dengan temanmu?” Biarkan dia menjawab.
“Apakah kamu lupa kebaikan-kebaikannya? Hanya karena satu keburukan kamu tidak mau
memaafkan?”
Sambil menyapu kamarnya. “Nak kenapa kecoa suka tidur di kamar kamu? Lihat itu (kecoa)
dia lari!” Sambil angkat kasurnya, sambill menggulung tikarnya. “Ini karena kamarmu belum
bersih. Ayo kita bersihkan!”
“Nak Kenapa gak nyuci piring?” Dia menjawab, “Malas!” Jawab argumennya, “Kita sudah
sepakat lho sekeluarga. Yang gak nyuci piring habis makan, tetap wajib nyuci piring! Ayok
sini!” Praktikkanlah cara mencuci piring, sisanya dicuci oleh anak!