A. Deskripsi singkat
Pada bab ini dibahas sintaksis dan sejarah awal kemunculannya. Pokok-
pokok pembahasannya meliputi: Pengertian sintaksis secara leksikal dan istilah;
Beberapa pandangan tentang pengertian sintaksis; Sejarah awal kemunculan
sintaksis di Barat meliputi (1) aliran alamiah, (2) aliran anomalis dan analogis;
dan Sejarah awal kemunculan sintaksis di Timur.
D. Rangkuman
Unsur atau komponen yang tercakup dalam pengertian sintaksis, yaitu (1)
sebuah disiplin ilmu bahasa; (2) kajian sistem aturan kombinasi kata dengan kata
lainnya; (3) kajian relasi antarkata; dan (3) kajian satuan-satuan yang lebih besar
dari kata meliputi satuan yang disebut frasa, klausa, kalimat, dan wacana.
Pembahasan tentang tata bahasa paling awal dikaitan dengan istilah tata bahasa
tradisional yang telah ada sejak abad ke-5 Sm di Yunani. Bagi orang Yunani tata
bahasa merupakan bagian dari filsafat, yaitu bagian dari pengamatan mereka
terhadap sifat-sifat alam dan lembaga-lembaga sosial.
E. Pertanyaan/Diskusi
1. Jelaskan pengertian sintaksis secara leksikal dan istilah!
2. Sintesisakan beberapa pandangan tentang pengertian sintaksis!
3. Jelaskan sejarah awal kemunculan sintaksis di Barat meliputi (1) aliran
alamiah, (2) aliran anomalis dan analogis!
4. Jelaskan sejarah awal kemunculan sintaksis di Timur!
Kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani sun dan tattein yang berarti
‘menempatkan’. Secara etimologis kata tersebut berarti ‘menempatkan bersama-
sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat’ (Verhaar, 1986: 70),
(Chaer, 2007a: 206), (Sukini, 2010: 2), (Putrayasa, 2010: 1). Kata sintaksis dalam
bahasa Indonesia merupakan serapan dari bahasa Belanda syntaxis, yang dalam
bahasa Inggris disebut syntax (Ramlan, 2005: 18), (Sukini, 2010: 2). Dalam
bahasa Arab sintaksis dikenal dengan sebutan nachw )((النحوEl Dahdah,
1993: 715) atau ‘ilm nachw )(علم النحوatau nama lainnya ‘ilm tandzi<m
)‘((علم التنطيمAkasyah, 2002: 25) atau juga disebut dengan ‘ilm nadzm
)( (علم النظمBaalbaki, 1990: 492).
1 Putrayasa (2010: 1), sintaksis adalah studi tentang hubungan antara kata
yang satu dengan kata yang lain.
3 Menurut Dick (1994: 151), sintaksis adalah struktur tata bahasa dalam
keseluruhan yang lebih luas dari kata (kelompok kata, kalimat).
Buku Referensi Tradisi Sintaksis Arab Prespektif Linguistik Modern |2
4 Menurut Verhaar (2010: 161), sintaksis adalah tata bahasa yang
membahas hubungan antarkata dalam tuturan.
5 Menurut Ramlan (2005: 18), sintaksis adalah bagian atau cabang dari
ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan
frase.
6 Sukini (2010: 3), sintaksis adalah cabang ilmu bahasa yang membicarakan
seluk beluk frase, klausa, dan kalimat, dengan satuan terkecilnya berupa
bentuk bebas, yaitu kata.
8 Menurut Ricard (2010: 579), sintaksis adalah kajian yang mendalami cara
mengkombinasikan kata untuk menyusun kalimat dan aturan-aturan
untuk membentuk konstruksi kalimat.
9 Styker dalam Putrayasa (2010: 1), sintaksis adalah telaah mengenai pola-
pola yang dipergunakan sebagai sarana untuk menggabung-gabungkan
kata menjadi kalimat.
Pembahasan tentang tata bahasa paling awal dikaitan dengan istilah tata
bahasa tradisional yang telah ada sejak abad ke-5 Sm di Yunani. Bagi orang
Yunani tata bahasa merupakan bagian dari filsafat, yaitu bagian dari pengamatan
mereka terhadap sifat-sifat alam dan lembaga-lembaga sosial (Lyons, 1995: 4).
Terdapat dua pandangan tentang asal usul kata dalam aliran alamiah.
Pandangan pertama para penganut aliran alamiah atau naturalis adalah bahwa
semua kata secara alamiah sesuai dengan sesuatu yang ditandainya. Hubungan
antara kata dengan sesuatu yang ditandainya dapat didemonstrasikan oleh filusuf
yang mampu menggalinya. Praktek penelusuran hubungan tersebut kemudian
dikenal dengan sebuah istilah etimologi.
Para sarjana Iskandaria meneruskan karya para ahli tata bahasa kelompok
Stoa. Tata bahasa Yunani sedikit banyak secara definit dikodifikasikan di
Iskandaria. Para ahli tata bahasa Iskandaria terus berusaha mencari keteraturan-
keteraturan bahasa dan kemudian berhasil menetapkan aturan-aturan atau pola-
pola infleksi. Tata bahasa Dionysius Thrax (akhir abad ke-2 Sm.) yang lahir dari
Iskandaria merupakan uraian tata bahasa pertama yang menyeluruh dan
sistematis yang diterbitkan di dunia barat (Lyons, 1995: 12-13). Dalam karya
Dionysius Thrax termuat kelas-kelas kata, konstruksi-konstruksi sintaksis, fungsi
sintaksis, kategori-kategori infleksi meliputi: jenis, jumlah, kasus, persona, kala,
dan modus (Bloomfield, 1995: 3).
A. Deskripsi singkat
Pada bab ini dibahas objek kajian sintaksis. Pokok-pokok pembahasannya
meliputi: Struktur/konstruksi sintaksis (kategori gramatikal); Kategori
gramatikal kata dan jenis kelas kata meliputi: (1) kelas kata terbuka, (2) kelas
kata tertutup; Kategori gramatikal frasa dan menjabarkan beberapa jenisnya
berdasarkan perspektif tertentu; Kategori gramatikal klausa dan menjabarkan
beberapa jenisnya berdasarkan perspektif tertentu; Kategori gramatikal kalimat
dan menjabarkan beberapa jenisnya berdasarkan perspektif tertentu; Kategori
gramatikal wacana dan menjabarkan beberapa unsurnya meliputi: (1) kohesi dan
(2) koherensi; dan Hubungan antarunsur pada konstruksi sintaksis meliputi: (1)
hubungan fungsional dan (2) hubungan maknawi.
D. Rangkuman
Obyek kajian sintaksis meliputi dua kelompok besar, pertama adalah
struktur atau konstruksi bahasa dari kata sebagai satuan terkecilnya sampai
wacana sebagai satuan terbesarnya. Kedua adalah hubungan antarunsur pada
Buku Referensi Tradisi Sintaksis Arab Prespektif Linguistik Modern |9
konstruksi tersebut, baik hubungan itu bersifat fungsional, maupun bersifat
maknawi.
D. Pertanyaan/Diskusi
1. Jabarkan struktur/konstruksi sintaksis (kategori gramatikal)!
2. Deskripsikan kategori gramatikal kata dan menjabarkan jenis kelas kata
meliputi: (1) kelas kata terbuka, (2) kelas kata tertutup!
3. Deskripsikan kategori gramatikal frasa dan menjabarkan beberapa
jenisnya berdasarkan perspektif tertentu!
4. Deskripsikan kategori gramatikal klausa dan menjabarkan beberapa
jenisnya berdasarkan perspektif tertentu!
5. Deskripsikan kategori gramatikal kalimat dan menjabarkan beberapa
jenisnya berdasarkan perspektif tertentu!
6. Deskripsikan kategori gramatikal wacana dan menjabarkan beberapa
unsurnya meliputi: (1) kohesi dan (2) koherensi!
7. Jabarkan hubungan antarunsur pada konstruksi sintaksis meliputi: (1)
hubungan fungsional dan (2) hubungan maknawi!
Menurut Hockett (1958: 166), kata adalah segmen dari sebuah kalimat
yang diapit oleh sendi-sendi yang berturut-turut yang memungkinkan adanya
kesenyapan. Menurut Het Woord yang dikutip oleh Parera (2007: 3), kata
merupakan momen bahasa yang dapat dipindah-pindahkan, dapat diisolasikan,
dan dapat ditukar. Sedangkan menurut Kridalaksana (2008: 110), kata adalah
satuan terkecil bahasa yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas.
Kelas kata dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu kelas terbuka
dan kelas tertutup. Kelas terbuka adalah golongan yang anggotanya dapat
bertambah tanpa batas. Sedangkan kelas tertutup adalah golongan yang
anggotanya terbatas atau tertentu (Kridalaksana, 2008: 117).
Kelas kata terbuka diantaranya meliputi kata yang disebut kata penuh
(Sihombing, 2009: 130), yaitu nomina (kata benda), verba (kata kerja), ajektiva
(kata sifat). Sedangkan kelas kata tertutup di antaranya meliputi kata yang
disebut partikel (Sihombing, 2009: 130), yaitu adverbia (kata keterangan),
pronomina (kata ganti), numeralia (kata bilangan), dan partikel (kata tugas).
Partikel dapat dibagi menjadi: preposisi (kata depan), konjungsi/ konjungtor
(kata sambung), interjeksi (kata seru), artikel/ artikula, dan partikel penegas
(Chaer, 2008), (Kridalaksana, 2007), (Alwi, 2003).
Dari segi semantis, nomina atau dalam bahasa Inggris disebut noun dan
dalam bahasa Arab disebut ism ) (اسمadalah kata yang mengacu pada manusia,
binatang, benda, dan konsep atau pengertian (Arifin, 2009: 177-118). Nomina
adalah kelas kata yang biasanya dapat berfungsi sebagai subyek atau obyek dari
Verba atau dalam bahasa Inggris disebut verb atau dalam bahasa Arab
disebut fi’l ) (فعلadalah kelas kata yang biasanya berfungsi sebagai predikat.
Dalam beberapa bahasa lain verba mempunyai ciri morfologis seperti ciri kala,
aspek, persona, atau jumlah. Sebagian besar verba mewakili unsur semantis
perbuatan, keadaan, atau proses (Kridalaksana, 2008: 254) (Alwi, 2003: 87).
Ajektiva atau dalam bahasa Inggris disebut adjective dan dalam bahasa
Arab disebut shifat ) (صفةadalah kata yang menerangkan nomina
(Kridalaksana, 2008: 4) atau memberikan keterangan lebih khusus tentang
sesuatu yang dinyatakan oleh nomina (menjadi atribut bagi nomina) dalam
kalimat (Arifin, 2009: 106), (Alwi, 2003: 171).
Adverbia atau dalam bahasa Inggris disebut adverb atau dalam bahasa
Arab disebut dzarf ) (ظرفadalah kata yang dipakai untuk memerikan verba,
ajektiva, proposisi, atau adverbia lain (Kridalaksana, 2008: 2). Adverbia adalah
kategori yang dapat mendampingi ajektiva, numeralia, atau proposisi dalam
kontruksi sintaksis (Kridalaksana, 2007: 81). Menurut Chaer (2008: 83), adverbia
lazim disebut kata keterangan atau kata keterangan tambahan. Fungsinya adalah
menerangkan kata kerja, kata sifat, dan jenis kata lainnya; berbeda dengan
ajektiva (yang lazim disebut kata sifat) yang fungsinya menerangkan kata benda.
Buku Referensi Tradisi Sintaksis Arab Prespektif Linguistik Modern | 13
Ditinjau dari tatarannya, adverbia dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
adverbia dalam tataran frasa dan adverbia dalam tataran klausa. Dalam tataran
frasa, adverbia adalah kata yang menjelaskan verba, ajektiva, atau adverbia
lainnya sebagaimana pengerttian diatas. Sedangkan dalam tataran klausa,
adverbia mewatasi atau menjelaskan fungsi-fungsi sintaksis (Alwi, 2003: 197).
Ditinjau dari artinya, pronomina atau yang disebut dalam bahasa Inggris
pronoun dan dalam bahasa Arab disebut dhami<r ) (ضميرadalah kata yang
dipakai untuk mengacu pada nomina lain (Alwi, 2003: 249). Pronomina dapat
didefinisikan sebagai kata yang menggantikan nomina atau frase nominal
(Kridalaksana, 2008: 200). Pronomina lazim disebut kata ganti karena tugasnya
memang menggantikan nomina yang ada (Chaer, 2008: 87).
Numeralia atau dalam bahasa Inggris disebut numeral dan dalam bahasa
Arab disebut ‘adad ) (عددadalah kata atau frase yang menunjukkan bilangan
atau kuantitas (Kridalaksana, 2008: 165) atau yang dipakai untuk menghitung
banyaknya maujud (orang, binatang, atau barang) dan konsep (Alwi, 2003: 275).
Numeralia disebut juga kata bilangan, kata yang menyatakan bilangan, jumlah,
nomor, urutan, dan himpunan (Chaer, 2008: 93).
Menurut Alwi (2003: 279) terdapat jenis lain numeralia yang belum
tersebut dalam subkategorisasi Kridalaksana, yaitu numeralia pokok distributif
(contoh: tiap-tiap, satu-satu, masing-masing).
Preposisi atau dalam bahasa Inggris disebut preposition dan dalam bahasa
Arab disebut ja>r ) (جارadalah partikel yang biasanya terletak di depan nomina
dan menghubungkannya dengan kata lain dalam ikatan eksosentris
(Kridalaksana, 2008: 199) sehingga terbentuk frase eksosentris direktif
(Kridalaksana, 2007: 95). Preposisi disebut juga kata depan untuk merangkaikan
nomina dengan kategori lainnya di dalam suatu klausa (Chaer, 2008: 96).
Artikel atau disebut kata sandang atau dalam bahasa Inggris disebut
article dan dalam bahasa Arab disebut ada>t al ta’ri<f ) (أداة التعريفadalah
unsur yang dipakai untuk membatasi atau memodifikasi nomina (Kridalaksana,
2008: 19). Artikel atau juga disebut artikulus berfungsi sebagai penentu atau
mendefinitkan suatu nomina, ajektiva, atau kelas lain (Chaer, 2008: 104).
Partikel penegas atau dalam bahasa Inggris disebut emphatic word dan
dalam bahasa Arab disebut kalimat tauki<diyyah ) (كلمة توكيديةadalah
bentuk untuk mengungkapkan penegasan (Kridalaksana). Dalam bahasa
Indonesia terdapat empat macam partikel penegas, yaitu -kah, -lah, -tah, dan pun.
Partikel -kah bersifat manasuka dapat menegaskan kalimat introgatif. Partikel -
lah dipakai dalam kalimat imperatif atau kalimat deklaratif. Dalam kalimat
imperatif, partikel -lah dipakai untuk sedikit menghaluskan nada perintahnya.
Sedangkan dalam kalimat deklaratif, partikel -lah dipakai untuk memberikan
ketegasan yang sedikit keras. Partikel -tah dipakai dalam kalimat interogatif,
tetapi si penanya sebenarnya tidak mengharapkan jawaban. Partikel pun hanya
dipakai dalam kalimat deklaratif dan dalam bentuk tulisan dipisahkan dari kata
di depannya. Pun dipakai untuk (1) mengeraskan arti kata yang diiringinya; (2)
menandakan perbuatan atau proses mulai berlaku atau terjadi (Alwi, 2003: 307-
309).
Frasa atau dalam bahasa Inggris disebut phrase dan dalam bahasa Arab
disebut syibh al jumlah ) (شبه جملةatau ‘iba>rah ) (عبارةatau murakkab
) (مركبadalah satuan gamatikal berupa gabungan kata yang bersifat non-
predikatif (Arifin, 2008: 18), (Kridalaksana, 2008: 66), (Alwi, 2003: 312).
Selengkapnya Ramlan (2005: 139) menambahkan bahwa frasa merupakan satuan
gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melebihi batas fungsi
unsur klausa, yaitu subyek dan predikat. Sedangkan menurut Verhaar (2010:
291), frasa adalah kelompok kata yang merupakan bagian fungsional dari tuturan
yang lebih panjang atau kelompok kata yang menduduki sesuatu fungsi di dalam
kalimat (Putrayasa, 2010: 3), atau satuan sintaksis yang tersusun dari dua buah
kata atau lebih, yang di dalam klausa menduduki fungsi-fungsi sintaksis (Chaer,
2009: 120).
Frasa nominal adalah frasa yang induknya adalah nomina (misal: buku
cerita, teman seperjuangan, baju bergaris). Frasa verbal adalah frasa yang
induknya adalah verba (misal: telah pergi, akan menulis). Frasa adjektival adalah
frasa yang induknya adalah adjektiva (misal: terang benderang, gagah berani,
hitam legam). Frasa numerial adalah frase yang induknya adalah numerial (misal:
dua buah, lima lembar, tiga ekor). Frasa preposisional adalah frasa yang terdiri
Klausa atau dalam bahasa Inggris disebut clause dan dalam bahasa Arab
disebut ‘iba>rah )(عبارةatau jumaylah ) (جميلةmenurut Kridalaksana (2008:
124) adalah satuan gramatikal berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya
terdiri dari subyek dan predikat, dan mempunyai pontensi menjadi kalimat.
Menurut Chaer (2009: 41), klausa merupakan satuan sintaksis yang berada di
atas satuan frasa dan di bawah satuan kalimat, berupa runtutan kata-kata
berkonstruksi predikatif, yaitu di dalam konstruksi tersebut ada komponen
berupa kata atau frasa yang berfungsi sebagai predikat. Menurut Ramlan (2005:
23), klausa adalah satuan gramatik yang terdiri dari subyek dan predikat, disertai
obyek, pelengkap, dan keterangan atau tidak. Menurut Putrayasa (2010: 11),
klausa adalah kalimat atau kalimat-kalimat yang menjadi bagian dari kalimat
majemuk. Menurut Alwi (2003: 313), klausa adalah setiap konstruksi sintaksis
yang terdiri atas unsur subyek dan predikat tanpa memperhatikan intonasi atau
tanda baca akhir.
Kalimat atau dalam bahasa Inggris disebut sentence dan dalam bahasa
Arab disebut jumlah ) (جملةmenurut Wojowasito (1978: 1) adalah kesatuan
bunyi tentang atau untuk pemakaian perkataan-perkataan. Menurut Ramlan
(2005: 21), kalimat adalah satuan bahasa yang dibatasi oleh adanya jeda panjang
yang disertai nada akhir turun atau naik. Menurut Kridalaksana (2008: 103)
adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi
final dan secara aktual maupun potensial terdiri dari klausa. Menurut Chaer
(2009: 44), kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar
yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta
disertai dengan intonasi final.
Alwi (2003: 311) mendeskripsikan kalimat secara lebih rici dari beberapa
defenisi tersebut. Menurutnya kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud
Tanda titik pada kalimat dalam bentuk tulisan merupakan tanda dari
intonasi deklaratif, sedangkan tanda tanya merupakan tanda dari intonasi
interogatif dan tanda seru merupakan tanda dari intonasi imperatif dan
interjektif. Intonasi akhir atau intonasi final merupakan syarat penting sebuah
kalimat. Tanpa intonasi final, sebuah klausa tidak akan menjadi sebuah kalimat.
(Chaer, 2009: 44).
Tekanan adalah penonjolan suku kata (dalam suatu kata atau kelompok
kata) dengan cara memperpanjang pengucapan, meninggikan nada, atau
memperbesar tenaga pengucapan atau intensitas. Titi nada adalah unsur
suprasegmantal yang dapat diukur atas dasar kenyaringan arus ujaran. Titi nada
dilambangkan dengan angka (titi nada rendah dilambangkan dengan angka 1, titi
nada sedang dilambangkan dengan angka 2, titi nada tinggi dilambangkan
dengan angka 3). Tempo atau disebut durasi adalah unsur prosodi yang ditandai
Jenis kalimat dapat ditinjau dari sudut (a) jumlah klausanya, (b) bentuk
sintaksisnya, (c) kelengkapan unsurnya, dan (d) susunan subjek dan predikatnya
(Alwi, 2003: 337). Selain itu menurut Putrayasa (2009b: 105, 113), jenis kalimat
dapat dibedakan (a) berdasarkan struktur internal klausa utama, dan (b)
berdasarkan ada tidaknya perubahan dalam pengucapan. Berdasarkan jumlah
klausanya, kalimat dapat dibagi atas kalimat tunggal dan kalimat majemuk.
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri dari satu klausa bebas, sedangkan
kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri dari beberapa klausa bebas
(Kridalaksana, 105,106).
Kalimat majemuk juga dapat dibagi atas (a) kalimat majemuk setara dan
(b) kalimat majemuk rapatan, dan (c) kalimat majemuk bertingkat. Kalimat
Kalimat elips atau disebut juga eliptis adalah kalimat tak lengkap yang
terjadi dari pelesapan beberapa bagian dari klausa, dan diturunkan dari kalimat
tunggal (Kridalaksana, 2008: 104), misalnya:
Wacana atau dalam bahasa Inggris disebut discourse atau dalam bahasa
Arab disebut kala>m )(كالمatau khitha>b ) (خطابmenurut Kridalaksana (2008:
259) adalah satuan bahasa terlengkap, dalam hierarki gramatikal merupakan
satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Menurut Alwi (2003: 41), wacana
adalah rentetan kalimat yang berkaitan sehingga terbentuklah makna yang serasi
di antara kalimat-kalimat itu. Wacana merupakan gagasan umum bahwa bahasa
ditata menurut pola-pola yang berbeda yang diikuti oleh ujaran para pengguna
bahasa ketika mereka ambil bagian dalam domain-domain kehidupan sosial yang
berbeda (Jorgensen, 2007: 1).
Kohesi dapat pula ditandai oleh pengulangan kata, seperti contoh berikut:
(26) Nenek membelikan Adik kucing. Nenek tahu Adik memang suka kucing.
Kohesi dapat pula ditandai oleh koreferensi, yaitu pemakaian kata yang
maknanya sama sekali berbeda dengan makna kata yang diacunya tetapi
menunjuk ke referen yang sama, seperti pada contoh berikut:
(27) Pak Hamid pagi-pagi telah berangkat ke sawahnya. Petani yang rajin itu memikul cangkul
sambil menjinjing bungkusan makanan dan minuman.
Kohesi dapat pula ditandai oleh hubungan persesuaian alami, yaitu
pemakaian kata yang sekelompok atau satu golongan, seperti hubungan antara
kuda dan ekor, bunga dan kuntum pada kalimat berikut:
(28) a. Tetangga kamu mempunyai kuda Arab. Dokter Husodo mempunyai seekor juga.
b. Parmi berjalan-jalan di tengah kebun bunga. Waktu mau keluar, ia memetik sekuntum.
Kohesi dapat pula ditandai oleh hubungan anaforis, yaitu hubungan
antara pronomina yang mengacu kembali ke antesedennya, seperti pronomina dia
mengacu ke Ali pada kalimat berikut:
Kohesi dapat pula ditandai oleh hubungan metafora, yaitu hubungan yang
menyatakan sesuatu mempunyai persamaan sifat dengan benda atau hal lain yang
biasa dinyatakan oleh frasa kata atau frasa itu, seperti frasa gadis cantik dan
bunga pada kalimat berikut:
(31) Jika Halimah tumbuh menjadi gadis cantik, hal itu tidak mengherankan, karena ibunya dulu juga bunga
SMA kami.
Kohesi dapat pula ditandai oleh adanya hubungan leksikal meliputi
hubungan hiponimi, yaitu hubungan makna mengandung pengertian hierarki.
Buku Referensi Tradisi Sintaksis Arab Prespektif Linguistik Modern | 34
Hubungan ini terjadi bila sebuah kata memiliki semua komponen makna kata
lainnya, tetapi tidak sebaliknya (Djajasudarma, 2009: 71), seperti kata mebel dan
kursi dalam kalimat berikut:
(32) Jangankan mebel, satu kursipun kami tidak punya.
(33) Pak Hamid baru saja membeli mobil Mercy. Warnanya merah dan harganya jangan ditanya.
Satuan sintaksis yang besar terjadi dari satuan-satuan yang lebih kecil
yang berhubungan satu sama lain secara fungsional (Kridalaksana, 2002: 50).
Hubungan fungsional antarunsur pada konstruksi sintaksis dinyatakan pada
konstruksi sintaksis tingkat atau level kalimat. Terdapat beberapa fungsi
sintaksis unsur-unsur kalimat, yaitu fungsi predikat, subjek, objek, pelengkap,
dan keterangan (Alwi, 2003: 326). Fungsi sintaksis adalah peran sebuah unsur
dalam satuan sintaksis yang lebih luas (misal: nomina berfungsi sebagai subyek
atau obyek dalam kalimat) (Kridalaksana, 2008: 67). Fungsi sintaksis ibarat
kotak-kotak atau tempat-tempat dalam strukur sintaksis yang kedalamnya akan
diisikan kategori-kategori tertentu (Chaer, 2009: 20) dan peran-peran tertentu
(Verhaar, 1996: 73). Kategori merupakan pengisi dalam sudut pandang bentuk,
sedangkan peran merupakan pengisi dalam sudut pandang makna (Verhaar, 1996:
73).
Predikat atau dalam bahasa Inggris disebut predicate dan dalam bahasa
Arab disebut musnad ) (مسندadalah fungsi gramatikal yang harus ada pada
kalimat atau klausa beserta fungsi lainnya yang disebut subjek (Crystal, 2008:
381). Predikat menyatakan atau menegaskan sesuatu tentang subyek (Richard,
2007: 524) atau yang menandai apa yang dinyatakan pembicara tentang subyek
Subjek atau dalam bahasa Inggris disebut subject dan dalam bahasa Arab
disebut musnad ilayh ) (مسند إليهadalah fungsi gramatikal yang harus ada
pada kalimat atau klausa yang dihubungkan dengan pelaku perbuatan (Crystal,
2008: 461). Subjek bagian klausa atau gatra yang menandai apa yang dinyatakan
oleh pembicara (Kridalaksana, 2002: 50). Terkait dengan predikat, subjek
merupakan sandaran terhadap sesuatu yang dinyatakan atau ditegaskan (oleh
predikat) dalam kalimat (Richard, 2007: 659). Subjek merupakan fungsi sintaksis
terpenting setelah predikat. Pada umumnya subjek berupa kategori nomina, frasa
nominal, atau klausa (Alwi, 2003: 327). Subjek biasanya menyatakan makna
pelaku, alat, sebab, penderita, hasil, tempat, penerima, pengalam, dikenal,
terjumlah (Ramlan, 2005: 101-107).
Objek atau dalam bahasa Inggris disebut object dan dalam bahasa Arab
disebut maf’u>l bih ) (مفعول بهadalah fungsi gramatikal yang ada pada
kalimat atau klausa yang dihubungkan dengan penerima atau tujuan perbuatan
(Crystal, 2008: 336). Objek adalah fungsi sintaksis yang dikenai tindakan oleh
(predikat) berkategori verba (Richard, 2007: 467). Objek merupakan konstituen
kalimat yang kehadirannya dituntun oleh predikat yang berupa verba transitif
pada kalimat aktif. Oleh karena itu objek dapat disebut sebagai bagian dari verba
yang menjadi predikat (Chaer, 2009: 21). Objek biasanya berupa kategori nomina
atau frasa nominal (Alwi, 2003: 328). Objek biasanya menyatakan makna
penderita, penerima, tempat, alat, hasil (Ramlan, 2005: 108-111). Berdasarkan
Keterangan atau dalam bahasa Inggris disebut adjunct atau dalam bahasa
Arab disebut mustalchaq ) (مستلحقmerupakan fungsi sintaksis yang paling
beragam dan paling mudah berpindah tempatnya. Keterangan umumnya
berkategori frasa nomina, frasa preposisional, atau frasa adverbial (Alwi, 2003:
330) yang dipakai untuk meluaskan atau membatasi makna subyek atau predikat
dalam klausa (Kridalaksana, 2008: 120). Menurut Alwi (2003: 331) terdapat 9
A. Deskripsi singkat
Pada bab ini dibahas sintaksis dalam tradisi Arab dan obyek kajiannya.
Pokok-pokok pembahasannya meliputi: Pengertian sintaksis dalam tradisi Arab;
Sejarah awal kemunculan sintaksis dalam bahasa Arab; Metode tradisi sintaksis
Arab, dan Objek kajian sintaksis Arab.
D. Rangkuman
Dalam penjelasan gramatikal, kata nachw sering digunakan dalam arti:
contoh atau seperti. Kedua kata tersebut adalah ekspresi untuk menyatakan
sesuatu kaidah yang dituju atau dikehendaki agar maksudnya menjadi jelas dan
mudah dipahami. Secara etimologi dapat dikatakan bahwa kata nachw
mengandung arti contoh atau model yang dituju atau dikehendaki sesuai dengan
kaidah yang menjadi acuannya. Istilah nachw mulai muncul dan digunakan pada
abad ke-1 Hijriyah. Nachw pada awalnya digunakan dalam pengertian yang luas,
yaitu studi tata kata dari segi bunyi, bentuk, dan susunannya atau pada masa itu
mencakup kajian fonologi, morfologi, dan sintaksis. Munculnya nachw waktu itu
dilatar belakangi oleh semakin meluasnya penyebaran Islam. Tuntutan untuk
mengajarkan bahasa Arab kepada orang Islam yang tidak berbahasa Arab
melahirkan ilmu bahasa di antaranya nachw.
E. Pertanyaan/Diskusi
1. Deskripsikan pengertian sintaksis dalam tradisi Arab!
2. Abstraksikan sejarah awal kemunculan sintaksis dalam bahasa Arab.
3. Jelaskan metode tradisi sintaksis Arab
4. Uraikan objek kajian sintaksis Arab!
Sebagai sebuah istilah yang dipakai dalam kajian bahasa Arab, nachw
didefinisikan sebagai sebuah disiplin ilmu yang mengkaji tentang kata yang telah
masuk dalam konstruksi yang lebih luas (konstruksi sintaksis) atau dalam bahasa
Perubahan bunyi akhir sebuah kata Arab dalam konstruksi yang lebih
besar adalah untuk menunjukkan hubungan gramatikal atau hubungan fungsional
kata tersebut dengan kata lainnya. Bunyi akhir sebuah kata Arab dalam
konstruksi kalimat merupakan penanda hubungan gramatikal atau disebut
desinens. Desinens adalah afiks penanda fleksi (Kridalaksana, 2008: 47).
Terkait dengan infleksi, pada nomina terdapat tiga kasus, yaitu nominatif,
akusatif, dan genetif atau dalam bahasa Arab disebut raf’ )(رفع, nashb )(نصب,
dan jar )( (جارHaywood, 1962: 33), (Holes, 1995: 141), (Ryding, 2005: 54).
Istilah lain yang dipakai untuk kasus nominatif adalah independen, akusatif
adalah dependen, dan genetif adalah obilgatif (Badawi, 2007: 28). Sedangkan
pada verba terdapat tiga modus, yaitu indikatif, subjungtif, dan jusif atau dalam
bahasa Arab disebut rafa’ )(رفع, nashb )(نصب, dan jazm )( (جزمHaywood,
1962: 159), (Holes, 1995: 181), (Ryding, 2005: 53). Istilah lain yang dipakai
untuk modus indikatif adalah independen, subjungtif adalah dependen, dan jusif
adalah apocopatif (Badawi, 2007: 30). Dalam sudut pandang modalitas raf’
disebut juga ability, nasb disebut juga possibility, dan jazm disebut juga
obligation (Holes, 1995: 181).
Selain terkait dengan ciri fleksi bahasa Arab yang dijadikan perspektif
dalam mendefinsikan nachw, terdapat defenisi lain yang coba dikembangkan oleh
al Anbariy (w. 577 H) dengan menekankan instrumen atau media yang digunakan
dalam penyimpulan kaidah-kaidah. Menurutnya, nachw adalah ilmu tentang
kriteria-kriteria atau norma-norma bahasa atau disebut juga analogi bahasa yang
disimpulkan dari perkataan bangsa Arab. Al Sakka>kiy (w. 626 H) berpendapat
bahwa nachw merupakan pengetahuan tentang cara penyusunan kata-kata untuk
Istilah nachw mulai muncul dan digunakan pada abad ke-1 Hijriyah.
Nachw pada awalnya digunakan dalam pengertian yang luas, yaitu studi tata kata
dari segi bunyi, bentuk, dan susunannya. Dengan kata lain nachw pada masa itu
mencakup kajian fonologi, morfologi, dan sintaksis (Wahab, 2009: 117).
(َ
ْتَو
نحَ ِْي َّ َ
الذ ْوَّح َ َ
هذاالن َح
ْسَن َ)
ماأ
َّح
Setelah itu dipakailah kata (ْو )النsebagai istilah yang digunakan dalam
bidang tata bahasa. Istilah nachw pertama kali dipakai oleh al Khalil bin Ahmad
pada bidang ilmu yang berkaitan dengan fungsi dari kata-kata dalam satuan-
satuan yang lebih besar serta bentuk akhiran-akhirannya berupa bunyi vokal
( )حركاتataukah konsonan ()سكنات. Oleh karena itu al Khalil bin Ahmad
dianggap sebagai ilmuan bahasa pertama yang meletakkan dasar konsep sintaksis
Arab dengan memakai istilah ( )النحوsebagai nama bidang ilmu ini (Atallah,
2007: 75, 80), (Al Rawi, 2003: 50).
Buku Referensi Tradisi Sintaksis Arab Prespektif Linguistik Modern | 47
Istilah nachw ( )النحوyang pada waktu itu sepadan dengan tata bahasa,
pada masa awal kemunculannya berkembang sangat pesat (Wahab, 2009: 113).
Hal yang mendorong perkembangan tersebut adalah kekhawatiran terjadinya
interferensi pembelajar bahasa Arab oleh penutur selain Arab dan integrasi
penutur Arab terhadap bahasa lainnya akibat kontak bahasa Arab dengan bahasa
lainnya yang mengiringi perkembangan persebaran Islam di berbagai wilayah.
Pesatnya perkembangan tata bahasa Arab tercermin dari munculnya berbagai
aliran gramatika Arab, seperti aliran Basrah, aliran Kufah, aliran Baghdad, aliran
Andalusia, dan aliran Mesir.
Alirah Baghdad muncul pada masa antara tahun 219-616 H. Aliran ini
mempunyai 3 generasi. Baghdad adalah nama ibu kota kekhalifaan Abbasiyah di
wilayah Irak. Aliran Baghdad memiliki karakteristik di anatarnya: (1) merupakan
aliran yang mempertemukan aliran Basrah dan Kufah; (2) memperluas pemakian
analogi dalam kaidah-kaidah bahasa; dan (3) munculnya pemikiran-pemikiran
pembaharuan dalam sintaksis (Al Rawi, 2003: 442, 445), (Husayn, 2010: 92-102).
Aliran ini dipelopori oleh Ibn Kaysa>n (w. 229 H) (Dhayf, 2005: 248). Di antara
tokoh-tokoh aliran ini dan salah satu karyanya yang terkenak adalah Ibn Kaysa>n,
al Zujajiy dengan karyanya al Ibda>l wa al Mu’a>qbah wa al Nadza>ir ( اإلبدال
والنظائر )والمعاقبة, Ibn Jinniy dengan karyanya ()الخصائص, dan
Zamakhsyariy dengan karyanya al Mufashshal fi> Ulu>m al Lughah ( المفصل في
( )علوم اللغةAtallah 2003).
Aliran Andalus muncul pada masa antara tahun 198-680 H. Aliran ini
mempunyai 7 generasi. Andalus adalah wilayah di Eropa berdekatan dengan
Maroko benua Afrika yang dikenal dengan sebutan lain Spanyol. Aliran Andalus
dianggap sebagai kepanjangan dari aliran Kufah (Husayn, 2010: 120). Aliran ini
dipelopori oleh Ibn Madha>. Ibn Madha> dikenal sebagai tokoh pembaharu
sintaksis Arab. Di antara tokoh-tokohnya dan salah satu karyanya adalah Ibn
Madha>’ dengan karyanya al Radd ‘ala al Nucha>t ()الرد على النحات, Ibn
‘Ushfu>r dengan karyanya al Mumthi’ fi> al Tashri>f ()الممتع في التصريف,
dan Ibn Malik dengan karyanya Tashi>l al Fawa>id wa Takmi>l al Maqa>shid
(( )تسهيل الفوائد وتكميل المقاصدDhayf, 2005: 288), (Atallah, 2003).
Aliran Mesir muncul pada masa antara tahun 263-1289 H. Aliran ini
mempunyai 10 generasi. Mesir adalah wilayah yang menyatukan benua Asia dan
Pada dasarnya tujuan dari belajar nachw atau sintaksis Arab adalah untuk
memahami analisis struktur kalimat Arab dari aspek kebahasaan guna
mengetahui (1) bagian-bagiannya, (2) unsur-unsur satuan-satuannya, (3)
hubungan yang menyatukan antara unsur yang satu dengan lainnya sehingga
memunculkan makna tertentu, (4) keterkaitan strukturnya secara formal, (5)
bentuk yang menyatukan unsur-unsur, serta (6) penanda gramatikal tertentu pada
setiap bentuk tersebut.
Kajian sintaksis Arab bersifat induktif atau dalam bahasa Arab disebut
(استقرائي )استدالل, yaitu penarikan kesimpulan berdasarkan keadaan-
keadaan yang khusus untuk diperlakukan secara umum (Najjar, 2003: 610) (El
Zohairy, 2003: 179). Obyek kajian sintaksis Arab bersifat terbatas, yaitu kalimat-
kalimat Arab yang dipakai atau diujarkan orang Arab pada masa tertentu yang
disebut ‘ashru al istisyha>d ( )عصر االستشهادatau ‘ashru ichtija>j ( عصر
)االحتجاج. Masa tersebut adalah masa jahiliyah (pra Islam) yang terbentang
sampai antara abad ke-2 hijriyah. Pembatasan ini dilatar belakangi oleh
kekhawatiran terhadap bahasa al Quran. Bila pembatasan ini tidak dilakukan
maka bahasa Arab akan semakin jauh dari sumber kebakuannya. Sehingga
kalimat-kalimat yang dikaji bukanlah kalimat-kalimat yang bersifat bebas
bentuknya yang berkembang dari masa ke masa dalam ujaran orang Arab,
melainkan induksi khususnya dari al Quran untuk menurunkan kaidah-kaidah
Oleh sebab itu, sintaksis Arab dapat disebut juga sebagai sintaksis klasik/
sintaksis tradisional ()نحو تراثي. Tata bahasanya bersumber pada bahasa al
Quran dan Hadis Nabi Muhammad SAW, dan macam-macam ungkapan-
ungkapan klasik seperti syair dan prosa pada masa terdahulu. Sumber-sumber
ungkapan-ungkapan tersebut yang dirujuk merupakan pemakaian bahasa Arab
pada masa pra Islam hingga abad ke-2 hijriyah (Al Lathif, 2003: 19-20).
Metode yang dipakai dalam sintaksis Arab periode awal dipengaruhi oleh
metode keilmuan bidang ushul fiqh (reasoning of Islamic law), seperti metode
simak ()السماع, metode analogi ()القياس, dan metode konsensus ()اإلجماع.
Metode simak dipakai oleh ulama ushu>l fiqh mencari sumber hukum dari al
Quran terkait dengan bentuk-bentuk syariat, sedangkan ilmuan bahasa
menggunakan metode ini untuk merekam ungkapan-ungkapan bahasa yang
terdapat dalam al Quran yang sekaligus menjadi sumber primer dalam penentuan
kaidah bahasa. Metode analogi dipakai oleh ulama ushu>l fiqh untuk menetapkan
hukum melalui penentuan sebab akibat fenomena hukum disepadankan dengan
sebab akibat pada hukum yang sudah ada, sedangkan ilmuan bahasa
menggunakan metode analogi untuk menentukan kesamaan bentuk-bentuk
bahasa melalui penentuan sebab akibat pada bentuk dan makna bahasa tertentu
dengan kaidah bahasa yang telah ada. Metode konsensus dipakai oleh ulama
ushu>l fiqh untuk membuat produk hukum melalui persepakatan bersama. Metode
konsensus tidak dipakai oleh ilmuan bahasa Arab pada zaman dahulu kecuali
pada masalah yang sangat umum dan populer serta pada masalah yang bersifat
mendasar (Al Yasari, 2003: 161-163).
Selain dipengaruhi oleh bidang ilmu ushu>l fiqh, sitaksis Arab juga
dipengaruhi oleh bidang ilmu filsafat. Pada sintaksis Arab dikembang metode
induktif dan metode klasifikasi yang berasal dari bidang ilmu filsafat. Metode
induktif digunakan untuk menentukan kaidah bahasa dari al Quran yang dipakai
kemudian secara umum dalam penggunaan bahasa. Sedangkan metode klasifikasi
dipakai untuk mengklasifikasikan bentuk-bentuk bahasa (Shalih, 2009: 128).
Secara umum, terdapat empat hal yang dikaji dalam sintaksis Arab, yaitu
(1) sistem atau kaidah ()النظم, (2) struktur atau bentuk formal ( )البنا, (3)
susunan atau urutan ()الترتيب, dan (4) hubungan atau relasi ()التعليق
(Hassan, 2009: 186). Kajian sintaksis Arab meliputi satuan gramatikal kata
sebagai bagian dari konstruksi yang lebih besar, konstruksi paduan kata, dan
kalimat. Selain satuan gramatikal, sintaksis Arab juga mengkaji hubungan antar
satuan sintaksis tersebut baik yang bersifat fungsional ataupun yang bersifat
maknawi. Hubungan fungsional menempatkan salah satu dari dua unsur dalam
kalimat sebagai musnad )َد
(مسْنdan unsur lainnya sebagai musnad ilayh
)َد إليه
(مسْن.
Istilah musnad dan musnad ilayh pertama kali dipakai oleh Sibawayh (w.
180 H/796 M). Kedua kata tersebut diambil dari istilah yang dipakai oleh al
Khalil bin Ahmad (w. 170 H/ 786 M), yaitu sanad (َد
)سَنdan masnad (َد َ)
مسْن
(Atallah, 2007: 114). Istilah sanad dan musnad dapat disepadankan dengan
predikat, sedangkan masnad dan musnad ilayhi dapat disepadankan dengan
subyek. Kedua fungsi tersebut bersifat utama atau pokok dan dalam tradisi Arab
oleh Ibn Ya’isy (w. 643 H/ 1245 M) dinamakan ‘umdah ()عمدة/ (pillar of
sentence), yaitu fungsi sintaksis yang disebut ( )المبتدأ والخبرpada
kalimat nominal Arab atau fungsi sintaksis yang dinamakan ()الفعل والفاعل
pada kalimat verbal Arab (Atallah, 2007: 152).
Selain itu terdapat unsur lain diluar musnad dan musnad ilayh yang
disebut fadhlah )(فضلة. Istilah fadhlah ( )فضلةpertama kalinya digunakan oleh
ilmuan bahasa al Mubarrid (w. 285 H/ 898 M). Fadhlah tidak dianggap sebagai
pokok kalimat (Atallah, 2007: 150). Fadhlah dapat disepadankan dengan fungsi
sintaksis pelengkap dan keterangan.
A. Deskripsi singkat
Pada bab ini dibahas konstituen kalimat Arab. Pokok-pokok
pembahasannya meliputi: pengertian konstituen kalimat Arab; konstituen
kalimat Arab; dan konstituen kalimat Arab dari perpaduan kata.
D. Rangkuman
Konstituen atau dalam bahasa Inggris disebut constituent dan dalam
bahasa Arab disebut muqawwim atau mukawwin adalah unsur bahasa yang
merupakan bagian dari satuan yang lebih besar atau bagian komponen fungsional
dari sebuah konstruksi yang lebih besar. Dalam bentuk minimal, sebuah kalimat
Arab terdiri dari konstituen berupa perpaduan kategori sintaksis nomina dan
nomina atau verba dan nomina yang membentuk hubungan fungsional relasi
referensial. Selain itu, perpaduan kategori lain tidak dapat menjadi konstituen
yang sempurna pada kalimat Arab tanpa kata atau perpaduan kata lain yang
dengannya membentuk hubungan fungsional relasi referensial. Sehingga dalam
tinjauan gramatikal, untuk membentuk sebuah kalimat Arab, gabungan kata-kata
harus mempunyai hubungan fungsional (reference relationship). Sedangkan
dalam tinjauan semantis, untuk membentuk sebuah kalimat Arab, gabungan kata-
kata tersebut harus mengandung makna sebuah gagasan utuh (utility).
E. Pertanyaan/Diskusi
1. Deskripsikan pengertian konstituen kalimat Arab.
2. Jelaskan konstituen kalimat Arab.
3. Uraikan konstituen kalimat Arab dari perpaduan kata.
Kalimat tersebut mempunyai dua konstituen langsung, yaitu pemburu itu dan
menembak babi. Konstituen akhir adalah komponen yang dihasilkan dalam tahap
akhir dari analisis konstituen. Pada kalimat (1) tersebut konstituen akhirnya
adalah pem-, buru, itu, meN-, tembak, dan babi (Kridalaksana, 2008: 133).
Selain dua jenis konstituen tersebut terdapat jenis konstituen lain yang
disebut konstituen terbagi (discontinuous constituent). Konstituen terbagi adalah
unsur tunggal yang muncul diantarai oleh unsur lain, misalnya put down dalam
He put it down, ke-an dalam keadaan (Kridalaksana, 2008: 133).
Menurut Ubadah (2007: 43), kalimat Arab tersusun tidak hanya dari kata-
kata saja namun kata-kata tersebut pada dasarnya merupakan gabungan kata
yang mempunyai hubungan sintagmatis tertentu, hubungan linier pada tataran
tertentu di antara unsur-unsur bahasa (Kridalaksana, 2008: 86). Perpaduan kata
dalam bahasa Arab disebut murakkab )ّكب
(مر. Menurut Al Azhariy (1312 H:
18), dalam tinjauan gramatikal, untuk membentuk sebuah kalimat, gabungan
kata-kata harus mempunyai hubungan fungsional yang disebut ‘ila>qat al isna>d
(reference relationship) (El Dahdah, 1993: 693). Sedangkan dalam tinjauan
semantis, untuk membentuk sebuah kalimat, gabungan kata-kata tersebut harus
mengandung makna sebuah gagasan utuh atau disebut ifa>dah (utility) (Baalbaki,
2009: 138).
A. Deskripsi singkat
Pada bab ini dibahas relasi konstruksi gabungan kata dalam sintaksis
Arab. Pokok-pokok pembahasannya meliputi: Muatan konstruksi sintaksis dari
aspek semantis dan gramatikal; dan Macam-macam relasi sintaksis (referensial,
restriktif, eksplanatif, apositif, konfirmatif, adverbial, kausatif, impresif)
D. Rangkuman
Susunan konstruksi sintaksis Arab memuat ciri semantis dan ciri
gramatikal tertentu. Ciri semantis dinyatakan dalam sebuah hubungan yang
ditandai oleh ciri gramatikal tertentu. Terdapat delapan bentuk relasi semantis
konstruksi sintaksis Arab, yaitu (1) relasi referensial, (2) relasi restriktif, (3)
relasi eksplanatif, (4) relasi apositif atau disebut, (5) relasi konfirmatif, (6) relasi
adverbial, (7) relasi kausatif, dan (8) relasi impresif.
E. Pertanyaan/Diskusi
1. Jelaskan muatan konstruksi sintaksis dari aspek semantis dan gramatikal!
2. Jelaskan relasi sintaksis referensial!
3. Jelaskan relasi sintaksis restriktif!
4. Jjelaskan relasi sintaksis eksplanatif!
5. Jelaskan relasi sintaksis apositif!
6. Jelaskan relasi sintaksis konfirmatif!
7. Jelaskan relasi sintaksis adverbial!
8. Jelaskan relasi sintaksis kausatif!
9. Jelaskan relasi sintaksis impresif!
Buku Referensi Tradisi Sintaksis Arab Prespektif Linguistik Modern | 60
Relasi Konstruksi Gabungan Kata dalam Sintaksis Arab
Relasi kausatif ditandai oleh ciri gramatikal berupa kasus akusatif pada
satuan sintaksis yang berfungsi menjelaskan sebab atau alasan pada satuan
sintaksis lainnya. Satuan ini disebut maf’u>l li ajlihi.
Relasi impresif ditandai oleh ciri gramatikal berupa kasus akusatif pada
satuan sintaksis yang berfungsi sebagai sasaran dari satuan sintaksis lainnya.
Satuan sintaksis ini disebut maf’u>l bih ()مفعول به.
Tabel 5.2
Contoh Relasi Konstruksi Sintaksis Arab
konstruksi objek
أكرمت
absolut jenis
semua kasus األستاذ
perbuatan إكراما
modus akusatif
(maf’ul muthlaq li عظيما
al nau)
konstruksi relasi األم أكثر
semua kasus
distingtif الناس
kasus akusatif عطفا
(tamyiz nisbah)
konstruksi objek
absolut frekuensi
semua kasus سجد علي
perbuatan سجدتين
modus akusatif
(maf’ul muthlaq li
al ‘adad)
Konstruksi رسول الله
sesuai
Relasi Apositif semua األخير
4 kasus
Apositif (mubdal minhu- modus محمد أكرم
satuan 1 الناس
badal)
Konstruksi sesuai جا
Relasi semua
5 Konfirmatif kasus الوزير
Konfirmatif modus نفسه
(taukid) satuan 1
البئر
semua
Genetif ورا
kasus البيت
Konstruksi
لدي
Adverbial المدرس
Relasi permanen Genetif
6 علوم
Adverbial
كثيرة
Konstruksi ّىصل
semua
Circumtansial/ akusatif المريض
modus جالسا
Status
أنصح
Relasi Konstruksi semua الناس
7 akusatif رغبة في
Kausatif Kausatif modus
الخير
رأى علي
Relasi Konstruksi semua
8 akusatif هالال قبل
Impresif Impresif modus الصيام
A. Deskripsi singkat
Pada bab ini dibahas kategori sintaksis Arab. Pokok-pokok
pembahasannya meliputi: Kategori kata dan pembagiannya dalam tradisi Arab;
Konsep frasa dan klausa dalam perspektif tradisi Arab; Jenis kategori gramatikal
perpaduan kata Arab; Kategori kalimat dan pembagiannya dalam tradisi Arab.
D. Rangkuman
Kategori sintaksis Arab meliputi kata, paduan kata (konstruksi gabungan
kata), dan kalimat. Dalam tradisi Arab tidak ada pembagian satuan bahasa frasa
dan klausa. Frasa dan klausa keduanya disebut murakkab (paduan atau gabungan
kata). Konsep tentang klausa terdapat pada jenis paduan kata yang disebut
murakkab isnaadiy, yaitu paduan kata yang mengandung unsur predikatif. Jenis
paduan kata selain itu atau dinamakan murakkab ghayr isnaadiy yang banyak
ragamnya dapat digolongkan sebagai frasa.
E. Pertanyaan/Diskusi
1. Deskripsikan kategori kata dan pembagiannya dalam tradisi Arab!
2. Deskripsikan konsep frasa dan klausa dalam perspektif tradisi Arab!
3. Deskripsikan jenis kategori gramatikal perpaduan kata Arab!
4. Deskripsikan kategori kalimat dan pembagiannya dalam tradisi Arab!
‘Kata pada dasarnya adalah ism, fi’l, dan charf. Ism adalah kata yang
menyatakan suatu benda. Fi’l adalah kata yang menyatakan gerak suatu benda.
Sedangkan charf adalah kata yang menyatakan sesuatu bukan ism dan bukan fi’l’
(Abanah, 2006: 23).
Nomina atau disebut ism ( )اسمdalam bahasa Arab adalah kata yang
mengandung makna dirinya sendiri tidak terkait dengan waktu (Ghulayaini,
1986: 9) atau tidak menjadi bagian dari waktu (Hamlawiy, 2007: 13). Nomina
dapat dimodifikasi dengan artikula ketakrifan: prefiks/ proklitik al (penanda
takrif/definit) dan sufiks/ enklitik –n (penanda tak takrif/indefinit). Nomina
dapat menempati posisi dalam struktur sintaksis tertentu, seperti berada setelah
charf jarr (letter of reduction), setelah charf nida>’ (letter of call) dan sebagai
musnad (information) ataupun musnad ilaih (subject) (Hamlawiy, 2007: 14).
Tabel 6.1.1
Klasifikasi Nomina Arab
maqshu>r (shortened َْ
لى حب،َا
َص ع،ْسَى
مو
ending)
manqu>sh
ٍَا
ض َاع
ر،ٍ ٍَا
ر،ض ق
(curtailed ending)
shachi<h (sound) َر
َج ح،ْت
بيَ ،َجل
ر
syibh al shachi<h
َب
ْي ظ،ْي
َأ ر،دْلو
َ
(quasi-sound)
maushu>f (qualified) َة
ينِْ
مدَ ،َب
لعْم
َ ، َا
ِنب
َاس
،ِع و،ِع
تفَْ
مر
shifah (qualificative) َْ
لة َم
ِي ج
،َ
هو،ِبَّال
الط
ma’rifah (definite) ْم
ِي َ
براه ِْ
إ
Sudut pandang makna
nakirah (indeterminite) ٌ
يم َر
ِْ ك،ٌ
ِر َ ،ٌ
ماه لبَِا
ط
mudzakkar (masculine) َال
ِم ّ
ع،ِس
درَ م،َّد
َم مح
،ِسَة
ّ
درَ م،َة
ِمَاطف
mu’annats (feminine) َ ْ
بيضا َ
Verba atau disebut fi’l ( )فعلdalam bahasa Arab adalah kata yang
menunjukkan makna sendiri terkait dengan waktu (Ghulayaini, 1986: 11) atau
menjadi bagian dari waktu tertentu (Hamlawiy, 2007: 13). Fi’l menunjukkan dua
hal sekaligus, yaitu (1) perbuatan atau kejadian dan (2) waktu terkait dengan
perbuatan atau kejadian (El Dahdah, 1993: 427).
Tabel 6.1.2
Klasifikasi Verba Arab
Klasifikasi Verba Jenis Verba Contoh
ma>dhiy (perfective) َْ
نا َر
َأ ق،ْ
َت ََّ
لم تع ََ
َ ،َلس ج
Berdasarkan kala/aspek
mudha>ri’ (imperfective) ْر
َأ َ ،لم
نق ََّ
َع َ ،ِس
تت ْل
يجَ
Partikel atau disebut charf ( )حرفdalam bahasa Arab adalah bentuk yang
menunjukkan makna hanya dengan lainnya (Ghulayaini, 1986: 12). Charf dapat
dikelompokkan menjadi dua kelompok utama, yaitu charf maba>niy (letter of
contsurction) dan charf ma’a>niy (letter of signification). Charf Maba>niy adalah
partikel yang menyusun sruktur kata. Sedangkan Charf Ma’a>niy adalah partikel
yang menyusun struktur sintaksis. Charf Maba>niy tidak dapat digolongkan
sebagai kata karena hanya berupa unsur yang tidak bermakna.
Tabel 6.1.3
Klasifikasi Partikel Arab
،ّى َت
ح، ت،ِ ب،إلىَ
َم
،َّا ع،َّ َ
رب،َال خ،َاشح
jarr (reduction) ، ك،ِْي ف،ْ
َن ََ
ع،لى ع
Berdasarkan aksi َ
، مذ، لوال، ل،كى َ
sintaksis (determinator و،ْذ من،ِنم
reksi)
َلم، ل،ن
،ْ ْ إ،ما
َِذإ
jazm (elision) َ ،َلما
ال
nashb (opennes) ْ ك،َن
َلن،َى أ،َنإذ
،َْي
أ،ْ آي، آ، َ
nida> (vocative) يا َ ،َا هيَ ، وا،يا ََأ
istitsna> (exception) ِّ
الإ
َلم، ل،ن
،ْ ْ إ،ماَِذ
إ
َ َ
، أن، إذن، ال،َلما
َ
berinfleksi pada verba
،َّ
ثم،َْو َلن،َى
أ،ْ ك
، و، ل، ف،َّىَت
ح
istiqba>l (future) َ
ْف سَو،س
َو
،ْ َِّ
أ،ما إ،ماََّ َم
أ،ْ أ
tafshi<l (separation) َ
، ل، ف،َّت ثم،َّ
ثم
و،ْ
ِن م،ِْن
لك
taqli<l (paucity) َْ
و،د َّ ر،َّ
ق،بت رب
taksi<r (profusion) َّ ر،َّ
بت رب
tamannin (wish) ْ
هلَ ،َْت َلي،ْ َلو،ََّلَلع
، ه،ما ََ أ،أالَّ ،ال ََأ
tanbi<h (premonition) ها َ
َْ
،ال َلو،أالَّ ،ال ََأ
tandi<m (regret) هال،َلوما
ََّ َْ
، ب،ن ََّ
أ،ن َْ أ،ما ََّ
أ
tawki<d (confirmation) َّ َ
ن، ن،ك
،َاِذ إ،ن َِْذ إ،ْ َلَج أ
jawa>b (answer) ،ْ
للََ ج،لى َب َ ،ِْي إ
َم
ْ َ ،ال
نع َ ، ل،ْر َي ج
rad’ (rejection), ََّ
الك
ِْ
، ت، ب،ن َْ
إ،ن أ،ال
ziya>dah (augementation) و،ماَ ،ل
،َاِذ إ،ما َْ
ِذ إ،ْ
ِذإ
َ
،َلى
ع،َتىَّ ح، ب،َِلىإ
dzarfiyah (circumstanse) ،َا َلم، ل،ِْي ف،ْ
َنع
َ ْ
، ما، منذ،ِن ْ ْ
م،مذ
و
َْ
،ال َلو،ْ ََ
َلو،ما ََ
أ،الأ
‘ardh (exposition) َْ
ما َلو
،ّ
ثم،بلَ ، أو،أم
‘athf (attraction) َ ،ِن
و،ال لك، ف،ّىَت
ح
Dalam tradisi Arab tidak dikenal konsep frasa dan klausa sebagai satuan
bahasa mandiri sebagaimana jamak dijelaskan oleh teori-teori linguistik. Satuan
gramatikal paduan kata tetapi tidak dapat disebut frase dan juga klausa karena
mencakup konsep kedua-duanya dalam tradisi Arab dinamakan murakkab
)(مركب. Sebagaimana telah disebutkan pada bab sebelumnya, berdasarkan
hubungan unsur pembentuknya, murakkab dapat dikelompokkan tiga, yaitu
murakkab isna>diy )(مركب إسنادي, murakkab taqyi<diy )(مركب تقييدي,
dan murakkab ghayru isna>diy wa taqyi<diy )(مركب غير إسنادي وتقييدي.
Murakkab isnadiy (referential composite) adalah paduan kata yang ditandai
hubungan predikatif. Murakkab isna>diy merupakan paduan kata yang potensial
menjadi kalimat yang disebut jumlah ismiyah dan jumlah fi’liyah. Murrakab
isna>diy dalam tinjauan linguistik dapat disepadankan dengan satuan gramatikal
klausa dan murakkab selain itu disebut frasa. Murakkab taqyi<diy (dependent
composite) adalah paduan kata yang ditandai hubungan saling terikat secara
fungsional. Murakkab taqyi<diy dapat digolongkan menjadi murakkab idha>fiy
)(مركب إضافي/ (anaxed composite) dan murakkab na’tiy )(مركب نعتي/
(descriptive composite). Sedangkan murakkab ghayru isna>diy wa taqyi<diy adalah
paduan kata yang ditandai hubungan atributif atau subordinatif. Murakkab
ghayru isna>diy wa taqyi<diy dapat dikelompokkan menjadi murakkab ja>r majru>r
Tabel 6.2
Klasifikasi Frasa Perpaduan Kata
A. Deskripsi singkat
Pada bab ini dibahas fungsi sintaksis Arab. Pokok-pokok pembahasannya
meliputi: Pengertian fungsi sintaksis Arab; Fungsi sintaksis utama dalam tradisi
Arab; Perbedaan konsep fungsi sintaksis dan peran semantis dalam perspektif
tradisi Arab.
D. Rangkuman
Fungsi sintaksis Arab utama terbagi menjadi 3, yaitu musnad, musnad
ilayh, dan fadhlah. Musnad dapat disepadankan dengan fungsi predikat, musnad
ilayh dapat disepadankan dengan subyek, dan fadhlah dapat disepadankan dengan
komplemen. Musnad dan musnad ilayh disebut ‘umdah (pillar of sentence).
Fungsi obyek dalam tradisi Arab masuk dalam klasifikasi komplemen. Terdapat
beragam hubungan fungsional yang ditandai dengan penanda gramatikal atau
desinen. Desinen tersebut menandai setiap peran semantis yang ada dalam klausa
atau kalimat. Sehingga terdapat fungsi sintaksis subordinat yang melekat pada
setiap peran semantis.
E. Pertanyaan/Diskusi
1. Mendeskripsikan pengertian fungsi sintaksis Arab.
2. Menguraikan fungsi sintaksis utama dalam tradisi Arab.
3. Menjelaskan perbedaan konsep fungsi sintaksis dan peran semantis dalam
perspektif tradisi Arab.
4. Menguraikan fungsi sintaksis subordinat dalam klausa/kalimat Arab
7.3 Konsep Fungsi Sintaksis dan Peran Semantis dalam Tradisi Arab.
Peran semantis (semantic role) dinamakan juga peran peserta (participant
role), peran fungsional (functional role), peran tematis (thematic role, theta) atau
disebut dalam bahasa Arab ( )دور المشاركadalah istilah umum yang dipakai
dalam sintaksis dan semantis. Pada dasarnya peran semantis merupakan peran
bagian-bagian dari apa yang dilakukan atau dituju oleh pembicara atau mitra
bicara dalam kegiatan komunikasi bahasa (Baalbaki, 1990: 361). Peran semantis
merupakan hubungan antara predikator dengan sebuah nomina dalam proposisi
(Kridalaksana, 2009: 187). Proposisi (proposition) atau disebut juga ()القضية
dalam bahasa Arab adalah konfigurasi makna yang menjelaskan isi komunikasi
dari pembicara; terjadi dari predikator yang berkaitan dengan satu argumen atau
lebih (Kridalaksana, 2009: 201). Predikator (predicator) atau dalam bahasa Arab
disebut ( )اإلسناديةadalah bagian dari proposisi yang menunjukkan perbuatan,
sifat, keanggotaan, kejadian, dsb. dari argumen. Dalam struktur lahir predikator
terungkap sebagai verba, adjektiva, adverbia (Kridalaksana, 2009: 199). Argumen
(argument) atau dinamakan ( )الحجةdalam bahasa Arab adalah nomina atau
frase nominal yang bersama-sama predikator membentuk proposisi
(Kridalaksana, 2009: 19). Tidak ada sebuah persepakatan umum tentang jumlah
peran peserta yang tersedia bagi pembicara pada beberapa bahasa (Crystal, 2008:
428).
A. Deskripsi singkat
Pada bab ini dibahas jenis dan pola kalimat Arab. Pokok-pokok
pembahasannya meliputi: Jenis kalimat dalam bahasa Arab; Macam-macam pola
pada beberapa jenis kalimat bahasa Arab; Bentuk perluasan kalimat Arab
D. Rangkuman
Dalam tradisi Arab awal dikenal secara luas dua jenis kalimat utama,
yaitu jumlah ismiyah dan jumlah fi’liyah. Klasifikasi ini didasarkan pada
kategori kata dalam struktur konstituen kalimat yang mengawali kalimat
tersebut. Bila kalimat diawali dengan kategori nomina dinamakan jumlah
ismiyah atau kalimat nominal, sedangkan bila diawali kategori verba disebut
jumlah fi’liyah atau kalimat verbal. Kedua istilah tersebut, yakni kalimat
nominal dan verbal sangat berbeda konsepnya dengan istilah linguistik pada
umumnya, dimana klasifikasi kalimat nominal dan verbal berdasarkan kategori
kata yang menempati fungsi predikat kalimat. Kemudian berkembang klasifikasi
lain, seperti jumlah dzarfiyah, yaitu kalimat yang diawali partikel preposisi;
jumlah syarthiyah, yaitu kalimat yang diawali partikel kondisional. Dalam
beberapa jenis kalimat tersebut memungkinkan adanya pola-pola tertentu.
Berdasarkan pola pola yang ada dalam kedua jenis kalimat tersebut, kalimat
dalam bahasa Arab kemudian dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis
seperti, jumlah ikhbariyah-insyaiyah, jumlah kubra-sughra, jumlah mu’rabah-
ghayr mu’rabah, chamliyah-syarthiyah, thalabiyah-ifshachiyah, mufradah-
murakkabah. Dari beberapa pola tersebut masih dapat dikelompokkan sub-
subnya.
Dalam tradisi Arab awal dikenal secara luas dua jenis kalimat utama,
yaitu jumlah ismiyah ( )جملة اسميةdan jumlah fi’liyah ()جملة فعلية.
Klasifikasi ini didasarkan pada kategori kata dalam struktur konstituen kalimat
yang mengawali kalimat tersebut. Bila kalimat diawali dengan kategori nomina
dinamakan jumlah ismiyah atau kalimat nominal, sedangkan bila diawali
kategori verba disebut jumlah fi’liyah atau kalimat verbal. Kedua istilah tersebut,
yakni kalimat nominal dan verbal sangat berbeda konsepnya dengan istilah
linguistik pada umumnya, dimana klasifikasi kalimat nominal dan verbal
berdasarkan kategori kata yang menempati fungsi predikat kalimat. Kemudian
berkembang klasifikasi lain, seperti jumlah dzarfiyah ()جملة ظرفية, yaitu
kalimat yang diawali partikel preposisi; jumlah syarthiyah ()جملة شرطية,
yaitu kalimat yang diawali partikel kondisional. Dalam beberapa jenis kalimat
tersebut memungkinkan adanya pola-pola tertentu. Berdasarkan pola pola yang
ada dalam kedua jenis kalimat tersebut, kalimat dalam bahasa Arab kemudian
dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis seperti, jumlah ikhbariyah-
insyaiyah, jumlah kubra-sughra, jumlah mu’rabah-ghayr mu’rabah, chamliyah-
syarthiyah, thalabiyah-ifshachiyah, mufradah-murakkabah. Dari beberapa pola
tersebut masih dapat dikelompokkan sub-subnya.
Tabel 8.2
Klasifikasi Kalimat Arab
Tabel 8.3
Bentuk Perluasan Kalimat Arab
keterangan limitatif ِّ
ال َو
ْم إ هب الق ََ
ذ
pengecualian ()مستثنى ًَم
دا َّمح
ُ
keterangan limitatif
kuantitas/ kualitas ًا
محْدا َق َي
ًّْتكَ م َع
ْط أ
()تمييز
konstruksi deskriptif
ِم َاذ الع
َال األسْت َا
ج
perluasan penyertaan ()تبعية النعت
atau disebut
()طول التبعية konstruksi konfirmatif ُُّ
ها
َل َا ت القبيلة ك
ج
()تبعية التوكيد
ِْ
ين آمنوا َ ّ
الذ و
Fungsi predikat nominal
بالله ورسله ألئك
)خبر( هم الصادقون
ْ
ِنٍ إَجل ْت ب
ِر َر
مرَ
مكَ
ِْ ْ
ُكره يمُ
ِْ ْ
تكرُ
َ ََ
ليَّ يوم والسالم ع
ُ
دتلْ
ُِو
Fungsi unsur aneksatif
)مضاف إليه(
وأنذر الناس يوم
يأتيم العذاب
)Obyek ganda (2 obyek ْر
َ َي
َق َ ْ
الف َخو
ْك َسَا أك
)مفعولين( ًاَو
ْب ث
Buku Referensi Tradisi Sintaksis Arab Prespektif Linguistik Modern | 109
َسَى ربه إن طلقكن ع
يبدل له أزواجا
Adjektia ganda خيرا منكن مسلمات
)متعدد النعت( َات
ِتمؤمنات قان
ِح
َات َِ
دات سَائ َاب
ع
بكاراثيبَات وأْ
klausa pelengkap kalimat
َاً
با ِتْ ك ْر
َأ تقن َِْ
إ
kondisional َ َ
ْ كثيرا ْلمتع
)جواب الشرط(
ْا
لو ْك
ُُ ْهم يأ َر
ذ
ِم
ِه ْ
يلهُوا وُ َّ
متع َ
يتَوَ
klausa pelengkap kalimat األمل
perintah atau dinamakan قل لعبادي الذين
)جواب الطلب( آمنوا يقيموا
ُوا مما
ْفق
ينالصالة وُ
رزقناهم
perluasan kondisional
)طول الترتب( ال يقضي عليهم
فيموتوا
Buku Referensi Tradisi Sintaksis Arab Prespektif Linguistik Modern | 110
BAB 9
Sistem Infleksional dalam Bahasa Arab
A. Deskripsi singkat
Pada bab ini dibahas sistem infleksional dalam bahasa Arab. Pokok-pokok
pembahasannya meliputi: Pengertian infleksi; dan Sistem infleksional dalam
bahasa Arab
D. Rangkuman
Fleksi atau infleksi adalah perubahan bentuk kata yang menunjukkan
pelbagai hubungan gramatikal; mencakup deklanasi nomina; pronomina, dan
adjektiva, dan konjugasi verba. Sebagai bahasa fleksi, maka komplemen kalimat
dalam bahasa Arab mengalami reksi. Reksi disebut juga penguasaan, yaitu
penentuan bentuk morfologis suatu kata oleh kata lain. Dalam bahasa Arab reksi
disebut ‘amal. Terdapat delapan kategori infleksional utama dalam bahasa Arab,
yaitu (1) kala/aspek, (2) persona, (3) diatesis, (4) modus, (5) gender, (6) jumlah,
(7) kasus, dan (8) ketakrifan. Kategori yang dipakai atau dipergunakan pada
verba ada enam meliputi kala, persona, diatesis, modus, gender, dan jumlah.
Kategori yang dipakai atau dipergunakan pada nomina dan ajektifa ada empat
meliputi gender, jumlah, kasus, dan ketakrifan. Sedangkan kategori yang dipakai
pada pronomina ada empat meliputi persona, gender, jumlah, dan kasus namun
jumlahnya sangat terbatas
E. Pertanyaan/Diskusi
1. Deskripsikan pengertian infeksi!
2. Jelaskan sistem infleksional dalam bahasa Arab!
Perubahan bunyi akhir sebuah kata Arab dalam konstruksi yang lebih
besar adalah untuk menunjukkan hubungan gramatikal atau hubungan fungsional
antara kata tersebut dengan kata lainnya atau sebuah satuan konstruksi sintaksis
dan satuan konstruksi sintaksis lainnya. Bunyi akhir sebuah kata Arab dalam
konstruksi kalimat merupakan penanda hubungan gramatikal atau disebut
desinens. Desinens adalah afiks penanda fleksi (Kridalaksana, 2008: 47).
Desinens dalam tradisi sintaksis Arab hanya ada atau hanya atau menandai kata
yang sudah menjadi unsur struktur sintaksis. Desinens tidak dapat menandai
sebuah kata yang bebas atau mandiri. Karena pada dasarnya desinens membatasi
makna gramatikal suatu kata yang berhubungan dengan kata lainnya dalam
satuan sintaksis yang lebih besar (al Lathif, 2001: 2007).
Desinens kata Arab atau dalam tradisi Arab disebut dengan i’ra>b atau
‘ala>matu al i’ra>b ( )عالمة اإلعرابhanya menandai kata berkelas nomina dan
verba. Tanda yang paling banyak melekat pada nomina. Karena nomina memiliki
slot untuk beberapa fungsi sintaksis atau makna gramatikal yang jumlahnya lebih
banyak daripada verba, seperti fungsi subyek, predikat, obyek, dan adverbia.
Sedangkan desinens verba hanya menandai tiga slot makna verba. Oleh karena
itu para ilmuan yang tergabung dalam ulama Basrah memandang bahwa desinens
utama ( )أصلpada sintaksis Arab adalah pada nomina, desinens verba disebut
desinens sekunder (( )فرعal Lathif, 2001: 236).
Baik kasus nomina maupun modus verba ditandai oleh beragam penanda
gramatikal atau disebut desinens yang dilekatkan atau disisipkan sebagai sufiks
di akhir kata. Desinens dapat berupa bunyi vokal /u/, /a/, /i/ atau bunyi konsonan
tak bervokal (phonetically nothing), bunyi vokal panjang atau perubahan bunyi
suku kata akhir atau penanggalan bunyi akhir kata. Setiap kasus menandai fungsi
sintaksis tertentu pada nomina atau reksi partikel tertentu pada nomina.
Sedangkan modus hanya menandai reksi partikel tertentu pada verba.
9.2.1 Kala/Aspek
Kala dan aspek dapat dipandang sebagai cara yang berbeda dalam
meninjau waktu. Kala umumnya berkaitan dengan poin linier yang membentang
dari lampau ke yang akan datang. Aspek berkaitan dengan keterlaksanaan atau
keterjadian perbuatan atau keadaan: apakah sebuah perbuatan sudah dilakukan,
sedang dilakukan, atau belum terjadi. Fokus kala pada kejadian perbuatan
sedangkan fokus aspek pada keterlaksanaan perbuatan. Kedua kategori ini dalam
bahasa Arab saling bertumpang tindih dan bercampur.
Terdapat dua kala utama dalam bahasa Arab: kala lampau dan kala
kini yang juga disebut perfektum dan imperfektum. Istilah lampau/kini merujuk
kepada waktu atau kala sedangkan istilah perfektum/imperfektum merujuk
kepada aspek. Keduanya dapat dipertukarkan. Dalam bahasa Arab kala
lampau/perfektum disebut ma>dhi< sedangkan kala kini/imperfektum disebut
9.2.2 Persona
Verba dan pronomina persona Arab berinfleksi pada tiga persona: persona
utama, persona kedua, dan persona ketiga. Dalam tradisi Arab persona utama
disebut ()المتكلم, persona kedua disebut ()المخاطب, dan persona ketiga
dinamakan ()الغائب. Pada bahasa Arab persona utama memiliki dua bentuk
distingsi verbal, yaitu bila dinyatakan dalam bentuk pronomina persona meliputi:
ana (ناََ( )أtunggal) ‘saya’ dan nahnu (ْن َ (dual, jamak) ‘kita’ tidak ada
)نح
pembedaan gender. Persona kedua memiliki lima bentuk distingsi verbal, yaitu
bila dinyatakan dalam bentuk pronomina persona meliputi: anta (َ
نتَْ
( )أtunggal
َْ
maskulin), anti (ِنت ( )أtunggal feminin), antuma> (َا َْ
نتم ( )أdual), antum (ْ َْ
نتم )أ
(jamak maskulin), antunna (َّ نتن َْ
( )أjamak feminin). Persona ketiga terdapat
enam bentuk distingsi verbal, yaitu bila dinyatakan dalam bentuk pronomina
persona meliputi: huwa (َ
( )هوtunggal maskulin), huma> (َا
( )همdual maskulin),
hum (ْ
( )همjamak maskulin), hiya (َِي
( )هtunggal feminin), huma> (َا
( )همdual
feminin), hunna (َّ
( )هنjamak feminin). Dengan demikian jumlah kategori persona
dalam bahasa Arab ada tiga belas berbeda misalnya dengan bahasa Inggris yang
hanya mempunyai tujuh kategori persona (Ryding, 2005: 52).
9.2.3 Diatesis
Terdapat dua kategori diatesis pada verba Arab, yaitu aktif dan pasif.
Verba bentuk aktif dalam bahasa Arab disebut fi’il mabniy li al ma’lu>m (فعل
)مبني للمعلوم, sedangkan verba bentuk pasif dalam bahasa Arab disebut
fi’il mabniy al majhu>l )((فعل مبني للمجهولBaalbaki, 1990: 29, 363). Pada
umumnya bentuk pasif hanya dipakai bila subyek tidak diketahui atau tidak
Buku Referensi Tradisi Sintaksis Arab Prespektif Linguistik Modern | 116
ditampakkan karena suatu alasan tertentu. Terdapat infleksi dan kontruksi
sintaksis tertentu pada bentuk pasif dalam bahasa Arab, seperti mengikuti pola
C1uC2iC3a (َ
ِل )فعpada akar triliteral, C1uC2C3iC4a (َ
ِلْل
)فعpada akar
kuadriliteral dan seterusnya (Ryding, 2005: 53, 660, 663).
9.2.4 Modus
Modus merujuk kepada kategori verba. Dalam bahasa Arab tiga kategori
modus, yaitu indicative, subjunctive, dan jussive. Dalam bahasa Arab indicative
disebut raf’, subjunctive disebut nashab, dan jussive disebut jazm. Modus
indicative ditujukan pada verba dalam pernyataan atau pertanyaan yang umum.
Modus subjunctive ditujukan pada verba perasaan, seperti keinginan, keraguan,
permintaan, permohonan, atau keperluan. Sedangkan modus jussive ditujukan
pada verba imperatif dan verba yang mengandung makna belum dilaksanakan.
Modus pada verba ditandai oleh sufiks atau modifikasi sufiks yang
melekat pada stem verba kala kini atau imperfektum (Ryding, 2005: 53). Modus
juga ditandai oleh penanggalan (apocope) atau pelesapan (assimilation) unsur
akhir verba. Pada verba yang berinfleksi dengan persona tunggal, sufiks sering
kali berupa vokal /-u/ pada pada modus indicative dan vokal /-a/ pada modus
subjunctive dan penanggalan vokal akhir pada modus jussive, contohnya: persona
َك
utama tunggal aK-Tu-Bu )ْتب (أadalah verba bermodus indicative, aK-Tu-Ba
ْتب
)َ َك
(أadalah verba bermodus subjunctive, aK-Tu-B )ْ ْتبَك
(أadalah verba
bermodus jussive.
9.2.5 Gender
9.2.6 Jumlah
Bahasa Arab memiliki tiga kategori jumlah, yaitu tunggal, dual, dan
jamak. Kategori dual dipakai pada setiap yang bermakna dua, baik itu pada
nomina, ajektiva, pronomina, maupun verba. Kategori jamak berlaku pada entitas
yang berjumlah tiga atau lebih.
Kategori ini berkaitan dengan kategori gender dan juga kategori mofologi
khusus pada bahasa Arab, yaitu kategori manusia. Baik kategori gender maupun
kategori manusia berdampak pada penjamakan nomina, partisipel, atau ajektifa.
Selain jumlah, terdapat kategori bilangan atau yang disebut ‘adad ()عدد
dalam bahasa Arab yang memiliki struktur dan kaidah gramatikal hitungan
(cardinal number) dan urutan (ordinal number) yang sangat rumit (Ryding, 2005:
54).
9.2.7 Kasus
Nomina dan ajektiva Arab berinfleksi pada tiga kasus, yaitu nominative,
accusative, dan genetive. Dalam bahasa Arab nominative disebut raf’, genetive
disebut nashb, dan accusative disebut jarr. Kasus nominative khususnya
menandai peran subyek (pelaku perbuatan). Kasus accusative menandai obyek
langsung dari verba transitif atau menandai fungsi adverbial. Sedangkan kasus
genetive menandai dua peran: penandaan obyek preposisi dan penandaan posesor
pada struktur posesif
Kasus pada nomina ditandai oleh sufiks atau modifikasi sufiks yang
melekat pada stem. Penandaan kasus ini disebut deklinasi. Pada umumnya kasus
9.2.8 Ketakrifan
Bahasa Arab memiliki penanda takrif dan tak takrif. Penanda takrif
adalah artikula prefiks/ proklitik al ( )الpada stem, misalnya al-Ki-Taa-Bu
)َاب
ِتَْلك
(ا. Sedangkan penanda tak takrif adalah sufiks/ enklitik n pada stem,
َاب
misalnya Ki-Taa-Bu-n (ٌ ِت)ك. Penanda takrif atau tak takrif melekat pada
nomina dan ajektiva.
A. Deskripsi singkat
Pada bab ini dibahas kasus nomina bahasa Arab. Pokok-pokok
pembahasannya meliputi: Kasus nominatif pada nomina bahasa Arab; Kasus
akusatif pada nomina bahasa Arab; dan Kasus genetif pada nomina bahasa Arab
D. Rangkuman
Nomina dan ajektiva Arab berinfleksi pada tiga kasus, yaitu nominative,
accusative, dan genetive. Dalam bahasa Arab nominative disebut raf’, accusative
disebut nashb, dan genetive disebut jarr. Dalam bahasa Arab, kasus nominative
umumnya menandai peran subyek (pelaku perbuatan) dan predikat nomina.
Kasus accusative menandai obyek langsung dari verba transitif atau menandai
fungsi adverbial. Sedangkan kasus genetive menandai dua peran: penandaan
obyek preposisi ( )مجرورdan penandaan posesor ( )مضاف إليهpada struktur
posesif
E. Pertanyaan/Diskusi
1. Menguraikan kasus nominatif pada nomina bahasa Arab
2. Menguraikan kasus akusatif pada nomina bahasa Arab
3. Menguraikan kasus genetif pada nomina bahasa Arab
Terdapat teori umum mengenai kasus: yaitu (i) bahwa kasus yang sama
mungkin direalisasikan lebih dari satu fungsi sintaksis; dan (ii) bahwa fungsi
sintaksis tertentu mungkin direalisasikan dengan berbagai cara dalam bahasa
yang sama. Sufiks-sufiks infleksi menandai nomina untuk kasus tertentu. Sufiks
yang sama mungkin menandai kasus yang berbeda, sebaliknya kasus yang sama
mungkin juga ditandai dengan sufiks yang berbeda (Lyons, 1995: 285, 286)
Dari beberapa kasus tersebut, kasus nomina Arab yang paling umum dan
sering disebut dalam literatur gramatika barat terhadap tradisi Arab adalah kasus
nominatif untuk slot ()رفع, akusatif untuk slot ()نصب, dan genetif untuk slot
(ّ
( )جرHaywood, 1962: 33), (Holes, 1995: 141), (Ryding, 2005: 54). Namun dari
segi keterikatannya dalam hubungan fungsional antar kata dalam srtuktur
sintaksis, slot tersebut dinamakan juga sebagai slot bebas (independent) untuk
()حالةالرفع, slot terikat (dependent) untuk ( )حالة النصبdan slot tak
langsung (indirect) untuk (ّ
الجر )حالة. Sedangkan bila dipandang dari
kemungkinannya untuk dipindah-pindahkan deret urutnya dalam kalimat,
)حالة الجرmerupakan kasus statis (oblique/ obligatory
kategori infleksi (ّ
case) adapun kedua kasus lainnya, ( )حالة الرفعdan ()حالة النصب
merupakan kasus dinamis.
ََّ
Adapun nomina inflektif anggapan (در )مقadalah nomina yang tidak
mengalami perubahan bentuk morfologis karena infleksi pada umumnya seperti
yang terjadi pada jenis triptotip dan diptotip. Hal ini disebabkan oleh dua hal, (1)
bentuk formal yang tak berterima secara morfologis atau (2) bentuk fonologis
yang tidak memungkinkan kata berubah karena sulit pelafalannya sehingga
desinensnya berupa anggapan ()تقدير. Desinens anggapan adalah desinens yang
sebenarnya ada tetapi karena secara fonologis sulit untuk dilafalkan maka tidak
terjadi perubahan morfologis. Desinens anggapan memiliki 3 variasi pada
masing-masing kasusnya, seperti kasus nominatif ditandai sufiks bunyi vokal /u/,
kasus akusatif suifks bunyi vokal /a/, dan kasus genetif sufiks bunyi vokal /i/
serta dapat ditandai sufiks nunasi atau tanwi<n.
Selain ditandai dengan perubahan bentuk akhir kata, kasus nomina juga
tidak ditandai dengan perubahan bentuk morfologis, yaitu khusus pada nomina
ْن
yang tergolong sebagai nomina permanen. Nomina inflektif permanen (ٌِّي َ)
مب
Tabel 10.3
Desinens Tampak Kasus Raf’ ()حالة الرفع/ Nominatif Arab
nomina al asma> al
khamsah َل
ِّي
ٍ َخو
ْ ع َّد
أ،ٍ َم َبو
ْ مح أ
bunyi vokal panjang /u/ ()األسما الخمسة
(ْ
ُو )ـbiasanya dinyatakan
nomina jenis maskulin
dengan huruf ()و
bentuk jamak sufiks atau
ْن مسْل،ْن
ِمو َّ
الحوف
disebut
()جمع المذكر السالم
ْم
1. Nomina yang bersufiks /ا/ dan /ن/ seperti (َان )عثbentuk perluasan/
َي
turunan dari dasar ()عثم, (دان َْ
)زdari dasar ()زيد, (َّان
َف )عdari dasar
(ّ
)عف, ( )حسَّانdari dasar (ّ)حس.
ْع
2. Nomina yang mengikuti model pola (َل َف
)أ, seperti (َر
ْمَح
أ،َد
ْمَح
)أ.
5. Nomina berupa nama asing/ selain Arab yang telah diserap dalam bahasa
Arab dan tersusun lebih dari 3 konsonan, seperti nama ( ،ْب
ْقو
يعَ
،ْم
ِيَاه
برِْ
)إ.
َع
7. Nomina yang mengikuti model pola (ْالَن )فseperti (َسْالَن ْر
ك،َان )سَك.
َاع
8. Nomina yang mengikuti model pola (ِل مف َات
َ), seperti (ِب مكَ،مسَاجِد
َ).
َع
10. Beberapa nomina yang mengikuti model pola ( ْال )ف, seperti ( ، َا
ْرَم
ح
َخْر
َا ْر
ص، َا َف ْر
ص، َا َض
)خ
Tabel 10. 3
Desinens Anggapan Kasus Raf’ ()حالة الرفع/ Nominatif Arab
Desinens
Jenis Nomina Sebab Contoh
Anggapan
Dianggap
Sufiks bunyi vokal sebagai
pendek /u/ pada bentuk yang
Al Maqshu>r َى
َتجا الف
huruf alif al tak
denifit )الفتأ:َى
َ َ َت
(الف
maqshu>rah ( )ىyang berterima
tidak dinyatakan secara
morfologis
Dianggap
Sufiks bunyi vokal
sebagai
pendek /u/ dengan
bentuk yang
Al Maqshur nunasi /n/ pada ًىَت
َاَ فج
tak ٌ
)َأَت َت
ف:ٌَى
indefinite huruf alif al (ف
berterima
maqshu>rah (ٌ )ىyang
secara
tidak dinyatakan
morfologis
Sufiks bunyi vokal
pendek /u/ pada Dianggap
Al Manqush َاض
ِي َاَ القج
huruf ya al sulit َ
definit )ِيي(القاض
manqu>shah ()ي dilafalkan
yang ditanggalkan
Sufiks bunyi vokal
pendek /u/ dengan
Dianggap
Al Manqush nunasi /n/ pada جاَ َقاض
sulit
indefinite huruf ya al َاض
)ٌِيي (ق
dilafalkan
manqu>shah (ٌ)ي
yang ditanggalkan
Sufiks bunyi vokal
pendek /u/ pada
konsonan ( )مyang
Al Mudha>f ila> ya
dirubah menjadi
al mutakallim
bunyi vokal /i/ Dianggap
(bentuk posesif ِي
ْ َُالم
َاَ غ
ج
karena sulit َ(غ
pada pronomina )ْالمي
menyelaraskan dilafalkan
orang pertama
bunyi vokal
tunggal)
sesudahnya, yaitu
bunyi vokal panjang
/i/
Buku Referensi Tradisi Sintaksis Arab Prespektif Linguistik Modern | 130
Pada nomina permanen yang berkasus nominatif, dalam analisis fungsi
sintaksisnya, nomina permanen disebut menempati slot kasus nominatif atau
dalam tradisi Arab disebut (َل رفع
محَ )في.
Tabel 10.4
Desinens Tampak Kasus Nashb ()حالة النصب/ Akusatif Arab
َ/ seperti (ن
1. Nomina yang bersufiks /ا/ dan /ن ْم
ََا )عثbentuk perluasan/
َدا
turunan dari dasar ()عثم, (ن َيَْ ََّا
)زdari dasar ()زيد, (ن َف )عdari dasar
(ّ َ )حسَّاdari dasar (ّ)حس.
)عف, (ن
ْع
2. Nomina yang mengikuti model pola (َل َف
)أ, seperti (َ
َر َح
ْم ََ
أ،د َح
ْم )أ.
5. Nomina berupa nama asing/ selain Arab yang telah diserap dalam bahasa
Arab dan tersusun lebih dari 3 konsonan, seperti nama ( ،َ
ْبْقو
يعَ
،َ
ْم َاه
ِي برِْ
)إ.
َع
7. Nomina yang mengikuti model pola (ْالَن َََسْال
)فseperti (ن ََا
ك،ن ْر)سَك.
َاع
8. Nomina yang mengikuti model pola (ِل مفَ), seperti (َ
ِبَات
مك َِمسَاج
َ،د َ).
َع
10. Beberapa nomina yang mengikuti model pola ( ْال )ف, seperti ( ، ََا
ْرَم
ح
َخْر
ََا ْر
ص،ََا َف ْر
ص، ََا َض
)خ
Tabel 10.4
Desinens Anggapan Kasus Nashb ()حالة النصب/ Akusatif Arab
Desinens
Jenis Nomina Sebab Contoh
Anggapan
Dianggap
Sufiks bunyi vokal
sebagai
pendek /a/ pada
Al Maqshu>r bentuk yang َى
َتجا الف
huruf alif al َ
denifit tak berterima )َأ الف:ََى
َت َت(الف
maqshu>rah (َ )ىyang
secara
tidak dinyatakan
morfologis
Sufiks bunyi vokal Dianggap
pendek /a/ dengan sebagai
Al Maqshur nunasi /n/ pada bentuk yang َت
ًى َاَ فج
huruf alif al ً
)َأَت َت
ف:ًَى (ف
indefinite tak berterima
maqshu>rah (ً )ىyang secara
tidak dinyatakan morfologis
Sufiks bunyi vokal
Al Mudha>f ila> ya /a/ pada konsonan
al mutakallim (َ
)مyang dirubah
Dianggap
(bentuk posesif menjadi bunyi vokal ِي
ْ َُالم
َاَ غ ج
sulit َ(غ
َال
pada pronomina /i/ karena )ْمي
dilafalkan
orang pertama menyelaraskan
tunggal) bunyi vokal
sesudahnya
Tabel 10.5
Desinens Tampak Kasus Jarr (ّ
)حالة الجر/ Genetif Arab
nomina al asma> al
bunyi vokal panjang /i/ khamsah َل
ِّي
ٍ َخِي ع َّد
أ،ٍ َم َب
ِي مح أ
(ْ
ِي )ـbiasanya dinyatakan ()األسما الخمسة
dengan huruf ()ي
nomina jenis maskulin ْن
ِي َّ
مسْل،الحِين
ِم ف
bentuk jamak sufiks atau
Buku Referensi Tradisi Sintaksis Arab Prespektif Linguistik Modern | 139
disebut
()جمع المذكر السالم
َ/ seperti (ن
1. Nomina yang bersufiks /ا/ dan /ن ْم
ََا )عثbentuk perluasan/
َدا
turunan dari dasar ()عثم, (ن َيَْ ََّا
)زdari dasar ()زيد, (ن َف )عdari dasar
(ّ َ )حسَّاdari dasar (ّ)حس.
)عف, (ن
ْع
2. Nomina yang mengikuti model pola (َل َف
)أ, seperti (َ
َر َح
ْم ََ
أ،د َح
ْم )أ.
5. Nomina berupa nama asing/ selain Arab yang telah diserap dalam bahasa
Arab dan tersusun lebih dari 3 konsonan, seperti nama ( ،َ
ْبْقو
يعَ
،َ
ْم َاه
ِي برِْ
)إ.
َاع
8. Nomina yang mengikuti model pola (ِل مفَ), seperti (َ
ِبَات
مك َِمسَاج
َ،د َ).
َع
10. Beberapa nomina yang mengikuti model pola ( ْال )ف, seperti ( ، ََا
ْرَم
ح
َخْر
ََا ْر
ص، ََا َف ْر
ص، ََا َض
)خ
Tabel 10.5
Desinen Anggapan Kasus Jarr (ّ
)حالة الجر/ Genetif Arab
Desinens
Jenis Nomina Sebab Contoh
Anggapan
Sufiks bunyi vokal Dianggap
pendek /i/ pada sebagai
Al Maqshu>r
huruf alif al
bentuk yang َِى
َتجا الف
denifit tak berterima )إ
َِتَف ال :َِى
َت(الف
maqshu>rah (ِ )ىyang secara
tidak dinyatakan morfologis
Dianggap
Sufiks bunyi vokal
sebagai
pendek /i/ dengan
bentuk yang
Al Maqshur nunasi /n/ pada ًىَت
َاَ ف ج
tak َ َ َ َ
indefinite huruf alif al )إ
ٍ ت ف :ٌى ت (ف
berterima
maqshu>rah (ٍ )ىyang
secara
tidak dinyatakan
morfologis
Sufiks bunyi vokal
pendek /i/ pada Dianggap
Al Manqush َاض
ِي َاَ الق
ج
huruf ya al sulit َ
definit ِ
)ِ(القاضيي
manqu>shah (ِ)ي dilafalkan
yang ditanggalkan
Sufiks bunyi vokal
pendek /i/ dengan
Dianggap
Al Manqush nunasi /n/ pada جاَ َقاض
sulit
indefinite huruf ya al َاض
)ٍِيي (ق
dilafalkan
manqu>shah (ٍ)ي
yang ditanggalkan
Buku Referensi Tradisi Sintaksis Arab Prespektif Linguistik Modern | 141
Pada nomina permanen yang berkasus genetif, dalam analisis fungsi
sintaksisnya, nomina permanen disebut menempati slot kasus genetif atau dalam
tradisi Arab disebut (ّ
َل جر
محَ )في.
A. Deskripsi singkat
Pada bab ini dibahas modus verba dalam bahasa Arab. Pokok-pokok
pembahasannya meliputi: Modus verba indikatif pada bahasa Arab; Modus verba
subjungtif pada bahasa Arab; dan Modus verba jusif pada bahasa Arab
D. Rangkuman
Modus merujuk kepada kategori verba. Dalam bahasa Arab tiga kategori
modus, yaitu indicative, subjunctive, dan jussive. Dalam bahasa Arab indicative
disebut raf’, subjunctive disebut nashab, dan jussive disebut jazm. Modus
indicative ditujukan pada verba dalam pernyataan atau pertanyaan yang umum.
Modus subjunctive ditujukan pada verba perasaan, seperti keinginan, keraguan,
permintaan, permohonan, atau keperluan. Sedangkan modus jussive ditujukan
pada verba imperatif dan verba yang mengandung makna belum dilaksanakan.
E. Pertanyaan/Diskusi
1. Uraikan modus verba indikatif pada bahasa Arab!
2. Uraikan modus verba subjungtif pada bahasa Arab!
3. Uraikan modus verba jusif pada bahasa Arab!
Modus (mood) merupakan istilah yang digunakan dalam studi teoritis dan
deskriptif tentang tipe klausa/kalimat khususnya berhubungan dengan kandungan
verba (Crystal, 2008: 312). Modus (mood, mode) adalah kategori gramatikal
dalam bentuk verba yang mengungkapkan suasana psikologis perbuatan menurut
tafsiran pembicara atau sikap pembicara tentang apa yang diucapkannya
(Kridalaksana, 2009: 156). Modus pada dasarnya merupakan pengungkapan sikap
penutur terhadap apa yang dituturkannya (Verhaar, 2010: 129). Modus berupa
kumpulan perbedaan-perbedaan yang ditampakkan secara formal oleh verba yang
menggambarkan sikap pembicara atau penulis terhadap apa yang ia ungkapkan
(Richard, 2007: 436).
Tidak semua modus verba Arab ditandai dengan desinens. Hanya jenis
verba berkala kini dan beraspek imperfektum ( )الفعل المضارعsaja yang
ditandai desinens modusnya. Hal ini disebabkan karena secara formal hanya
verba berkala kini saja yang dapat masuk dalam slot modus raf’ ()حالة الرفع,
nashb ()حالة النصب, dan jazm ()حالة الجزم. Selain verba berkala kini atau
beraspek imperfektum tidak masuk dalam modus-modus tersebut dan disebut
sebagai verba yang permanen bentuknya, seperti verba berkala lampau atau
beraspek perfektum ( )الفعل الماضيdan verba imperatif ()فعل األمر.
Modus verba indikatif (indicative mood, fact mood), yaitu modus yang
menyatakan sikap obyektif atau netral (Kridalaksana, 2009: 156) atau keadaan
mampu melakukan (ability) (Holes, 1995: 181). Modus idikatif dapat disebut
Buku Referensi Tradisi Sintaksis Arab Prespektif Linguistik Modern | 146
sebagai modus nyata (Bloofield, 1995: 216). Modus verba indikatif dipakai
dalam kalimat pernyataan atau berita (deklaratif) dan pertayaan (interogatif)
(Richard, 2007: 436), (Baalbaki, 1990: 243), (Crystal, 2008: 242).
Dalam tradisi Arab, modus nashb atau yang disepadankan dengan modus
subjungtif ditandai dengan desinens berupa: (1) sufiks bunyi vokal pendek /a/ (َ
)ـ
)ـpada (َ
pada verba bentuk minimal, seperti bentuk (َ َلْع
يفَ); dan (2) penanggalan
bunyi akhir konsonan /n/ ( )نpada verba bentuk perluasan/ turunan dengan sufiks
vokal panjang disertai konsonan /n/ ( )نatau disebut ()األفعال الخمسة, seperti
َل
bentuk (ِْي ْع
تفَ ،َلوا
ْع ََ
َ ،ال
يف ْع
يفَ) dari bentuk asal ( ،ْن ْع
َلو َ ،ََالن
يف ْع َ
يف
َ
ْن َل
ِي ْع
تفَ) (El Dachdah, 2001: 147).
َا
ْثم
َي ح،نى ََّ
أ،ن َأيا
َّ ،َا َم ْ أ،َى
ين َ ،َا
مت َم
ْفَي
ك،ّ( )أيEl Dachdah, 2001:
147).
A. Deskripsi singkat
Pada bab ini dibahas konjugasi verba Arab. Pokok-pokok pembahasannya
meliputi: Konjugasi verba pada kala/aspek, gender, jumlah, persona, dan diatesis
D. Rangkuman
Konjugasi adalah perubahan internal kata pada kategori verba untuk
menunjukkan pelbagai hubungan gramatikal. Verba Arab dapat berkonjugasi atau
berinfleksi pada kategori: kala/aspek, persona, diatesis, modus, gender, dan
jumlah.
E. Pertanyaan/Diskusi
1. Jabarkan konjugasi verba pada kala/aspek konkordansi gender, jumlah, dan
persona!
2. Jabarkan konjugasi verba pada kala/aspek konkordansi diatesis!
Konjugasi adalah infleksi pada kata kerja atau klasifikasi verba menurut
infeksinya, atas kala, persona, dan jumlah (Kridalaksana 2009: 131). Konjugasi
merupakan kelas verba yang mengikuti pola yang sama dalam perubahannya
menyesuaikan kala, persona, dan jumlah (Ricard, 2007: 146). Konjugasi dalam
bahasa Arab disebut tashrif al af’al (( )تصريف األفعالBaalbaki, 1990: 113), (al
Khuli, 1982: 53). Verba Arab dapat dikatakan berkonjugasi atau berinfleksi pada
kategori: kala/aspek, persona, diatesis, modus, gender, dan jumlah (Ryding, 2005:
55).
Terdapat dua enklitik bunyi vokal panjang yang menjadi ciri pada
konjugasi verba Arab kala lampau ()فعل ماض, yaitu (1) enklitik bunyi vokal
panjang /a/ (َا
)ـyang menandai konkordansi atau kesesuaian verba dengan
subyek atau pelaku berkategori nomina atau pronomina maskulin bentuk dual
persona ke-3, seperti bentuk (َا َب
)ـpada (َا َت
)ك, dan (2) enklitik bunyi vokal
panjang panjang /u/ (ْا
)ـوyang menandai konkordansi atau kesesuian verba
dengan subyek atau pelaku berkategori nomina atau pronomina maskulin bentuk
jamak persona ke-3, seperti bentuk (ْا
)ـوpada (ْا َت
َبو )ك.
Selain bunyi vokal, verba kala lampau Arab ciri formalnya ditandai
dengan enklitik konsonan dan suku kata, yaitu:
1. Enklitik terdiri dari konsonan /t/ tak disertai bunyi vokal (phonetically
nothing) (ْ
)تyang menandai konkordansi atau kesesuaian verba dengan
subyek nomina atau pronomina feminin bentuk tunggal persona ke-3,
seperti bentuk (ْ
)تpada (ْ
ْت َت
َب )ك.
2. Enklitik suku kata terdiri dari konsonan /t/ disertai vokal pendek /u/ ()ت
yang menandai konkordansi atau kesesuaia verba dengan subyek nomina
atau pronomina bentuk tunggal persona ke-1, seperti bentuk ( )تpada
َب
(ْت َت
)ك.
3. Enklitik suku kata terdiri dari konsonan /t/ disertai vokal pendek /a/ (َ
)ت
yang menandai konkordansi atau kesesuaian verba dengan subyek nomina
atau pronimona maskulin bentuk tunggal persona ke-2, seperti bentuk (َ
)ت
pada (َ
ْت َت
َب )ك.
4. Enklitik suku kata terdiri dari konsonan /t/ disertai vokal pendek /i/ (ِ)ت
yang menandai konkordansi atau kesesuaian verba dengan subyek nomina
َ)
5. Enklitik suku kata terdiri dari konsonan /t/ disertai vokal panjang /a/ (تا
yang menandai konkordansi atau kesesuaian verba dengan subyek nomina
َ)
atau pronomina feminin bentuk dual persona ke-1, seperti bentuk (تا
pada (َا
َت َت
َب )ك.
6. Enklitik suka kata terdiri dari konsonan /t/ disertai vokal /u/ diakhiri
konsonan /m/ (ْ
)تمyang menandai konkordansi atau kesesuaian verba
dengan subyek nomina atau pronomina maskulin bentuk jamak persona
ke-2, seperti bentuk (ْ
)تمpada (ْ َب
ْتم َت
)ك.
7. Enklitik suku kata terdiri dari konsonan /t/ disertai vokal /u/ diakhiri
konsonan /m/ yang disertai vokal panjang /a/ (َا
)تمyang menandai
konkordansi atau kesesuaian verba dengan subyek nomina atau
pronomina (1) maskulin atau (2) feminin bentuk dual persona ke-2,
seperti bentuk (َا
)تمpada (َا َب
ْتم َت
)ك.
8. Enklitik suku kata terdiri dari konsonan /t/ disertai vokal /u/ diakhiri
konsonan /n/ geminatif (َّ
)تنyang menandai kondordansi atau kesesuaian
verba dengan subyek nomina atau pronomina feminin bentuk jamak
persona ke-2, seperti bentuk (َّ
)تنpada (َّ
ْتن َت
َب )ك.
َ
9. Enklitik suku kata terdiri dari konsonan /n/ disertai vokal pendek /a/ ()ن
yang menandai konkordansi atau kesesuaian verba dengan subyek nomina
َ)
atau pronomina feminin bentuk jamak persona ke-3, seperti bentuk (ن
pada (َ
ْن َت
َب )ك.
َ
10. Enklitik suku kata terdiri dari konsonan /n/ disertai vokal panjang /a/ ()نا
yang menandai konkordansi atau kesesuaian verba dengan subyek nomina
atau pronomina maskulin/ feminin bentuk jamak persona ke-1, seperti
َ pada (َا
bentuk ()نا ْن َت
َب )ك.
Tabel 12.2
Ciri Gramatikal Verba Arab Kala Lampau dan Jabaran Konkordansinya
ب-ت-ك
Enklitik vokal ْا َت
َبو كmaskulin jamak III
)(كتب panjang /u/ (ْا
)ـو
ب-ت-ك
Enklitik ْ
َت َت
َب كFeminin tunggal III
)(كتب konsonan ()ت
Enklitik suku
ب-ت-ك kata: konsonan /t/ maskulin/
( )تdisertai vokal َب
ْت َت
ك tunggal I
)(كتب feminin
pendek /u/ ()ـ:
()ت
Enklitik suku
ب-ت-ك kata: konsonan /t/
( )تdisertai vokal َ
ْت َت
َب كmaskulin tunggal II
)(كتب
pendek pendek
)ـ: (َ
/a/ (َ )ت
Enklitik suku
ب-ت-ك kata: konsonan /t/
( )تdisertai vokal َب
ِْت َت
كFeminin tunggal II
)(كتب
pendek /i/ (ِ)ـ:
(ِ)ت
Enklitik suku
ب-ت-ك
kata: konsonan /t/ َا
َت َت
َب كFeminin dual III
)(كتب ( )تdisertai vokal
panjang /a/ (َا)ـ:
Verba Arab kala kini-mendatang yang ditandai bentuk satu klitika, yaitu
proklitik mencerminkan konkordansi atau kesesuaian sebagai berikut:
Bentuk dua klitika, yaitu proklitik diseratai enklitik yang menandai verba
Arab kala kini-mendatang mencerminkan konkordansi atau kesesuaian verba
sebagai berikut:
2. Proklitik (-َ
)تdisertai enklitik (ِان-) menandai konkordansi atau
kesesuaian verba dengan dua subyek, yaitu masing-masing nomina atau
)تdisertai enklitik (َ
3. Proklitik (-َ ينْ-) menandai konkordansi atau
kesesuaian verba dengan subyek nomina atau pronomina feminin bentuk
tunggal persona kedua, seperti bentuk (َ
ين )تpada (َ
ْ...َ ْن ْتب
ِي تكَ).
4. Proklitik (-َ َْ
)تdisertai enklitik (ن و-) menandai konkordansi atau
kesesuaian verba dengan subyek nomina atau pronomina maskulin bentuk
َْ
jamak persona kedua, seperti bentuk (ن و...َ ْتبو
)تpada (ْن تكَ).
َْ
7. Proklitik (-َ )يdisertai enklitik (ن و-) menandai konkordansi atau
kesesuaian verba dengan subyek nomina atau pronomina maskulin bentuk
َْ
jamak persona ketiga, seperti bentuk (ن َْ
و... )يpada (ن ْتبو
يكَ).
Tabel 12.2
Ciri Gramatikal Verba Arab Kala Kini-Mendatang dan Jabaran Konkordansinya
ب-ت-ك
Proklitik ْتب
يكَ maskulin tunggal III
)(كتب konsonan /y/ ()ي
Verba Arab yang masuk dalam slot verba aktif dalam analisis sintaksis
menunjukkan bahwa pelaku atau subyek telah melakukan perbuatan yang
dinyatakan oleh verba, sedangkan verba Arab yang masuk dalam slot verba pasif
menunjukkan bahwa pelaku atau subyek dalam analisis sintaksis menjadi sasaran
atau tujuan perbuatan yang dinyatakan oleh verba (Baalbaki, 1990: 29, 363).
Dalam tradisi Arab, verba aktif didefinisikan sebagai verba yang mensyaratkan
adanya pelaku atau disebut ()فاعل, sedangkan verba pasif adalah verba yang
pelakunya tidak diketahui atau tidak dinyatakan dalam struktur klausa/kalimat
sehingga disebut ( )مجهولyang berarti ‘tidak diketahui’, posisi pelaku ditempati
oleh pengganti subyek yang dinamakan (( )نائب الفاعلQabawah, 1998: 250),
(Badawi, 2007: 383).
ْجِف
(َ ْج
)تجفdari verba aktif (َف َف
تجَ).
3. Bentuk perluasan/ kompleks tiga konsonan akar dengan dua afiks, yaitu
prefiks konsonan hamzah ( ) dan infiks konsonan /t/ ()ت, verba aktif
ْــ
mengikuti pola (u-ø-u-i)/ (ِ )ــatau dinyatakan dengan model pola
ْتع
(ِل )أف, yaitu (1) konsonan prefiks hamzah ( ) disertai bunyi vokal
pendek /u/ ()ـ, (2) konsonan dasar pertama tak disertai bunyi vokal, (3)
konsonan infiks ( )تdisertai bunyi vokal pendek /u/ ()ـ, dan (5) konsonan
)ـ, seperti verba pasif (َ
dasar kedua disertai bunyi vokal /i/ (ِ ِر )احdari
ْتق
verba aktif (َر
َقْت
ِح)ا.
Berikut skema perubahan pasif dari aktif yang menandai konkordansi atau
kesesuaian kala/aspek verba terhadap diatesis dalam bentuk tabel dengan contoh
verba diambil dari A Dictionary of Arabic Verb Conjugation (El Dahdah, 1991):
Tabel 12.3
Konkordansi Kala/aspek Verba Arab Kala Lampau Terhadap Diatesis
Model
Pola Bentuk
Struktur Dasar Akar Dasar Pola
Perubahan Pasif
Perubahan
Bentuk ب-ت-ك َت
َب ك ِب
كت
minimal/sederhana َ
tiga konsonan akar ر-ص-ن َر
نص ِرنص
tanpa afiks (simple ح-ت-ف َت
َح ف (u-i)/ (ِ
)ــ ِل
فع ِحفت
م-ع-ن ِم
نعَ ِمنع
triliteral)/ ( ثَالثي
س-ل-ج ََ
لس ج ِسجل
ّدَر)مج
Bentuk د-ع-ق َدَاعتقَ ِدْعتقو
perluasan/komplek ل-ز-ن َلَازتنَ ِلْزتنو
(augmented ن-و-ع َنَاوتعَ ِنْوتعو
triliteral)/ ( ِي
ثالث ي-س-ن َاسَىتنَ ِ ْ
َ تنو
ي س
)مزيد, yaitu
bentuk tiga ْع
ِل تفو
konsonan akar
dengan prefiks ل-ب-ق ََا
بل تقَ (u-ø-u-i)/ ْب
ِل تقو
konsonan /t/ ()ت ْــ
(ِ )ــ
dan infiks vokal
panjang /a/ ()ـا
ع-ر-ع-ر َع َع
ْر ترَ ِعْر
ترع
Bentuk ْ َ ْ
ف-ح-ف-ج َفَفجتج تجفجِف
perluasan/kompleks ْ
ل-ب- -ر بلََأترَ َ
ِلْل
تفع ِلْب
ترؤ
(augmented َْ َ َ ْ
ل-ل- -ث تثألل للِتثؤ
quadriliteral)/ َ َْ َتَ
-ب-ر-د بأ در ِلْب
تدر
A. Deskripsi singkat
Pada bab ini dibahas deklinasi nomina Arab. Pokok-pokok
pembahasannya meliputi: Deklinasi nomina pada jumlah, ketakrifan, gender.
D. Rangkuman
Deklinasi adalah perubahan internal kata pada kategori nomina untuk
menunjukkan pelbagai hubungan gramatikal. Nomina Arab berdeklinasi atau
berinfleksi pada kasus, jumlah, gender, dan ketakrifan.
E. Pertanyaan/Diskusi
1. Jabarkan deklinasi nomina pada jumlah!
2. Jabarkan deklinasi nomina pada ketakrifan!
3. Jabarkan deklinasi nomina gender!
Perubahan yang sama seperti nomina bentuk maqshu>r juga terjadi pada
ْقو
nomina bentuk manqu>sh (ْص َن)الم, yaitu nomina yang diakhiri oleh bunyi
vokal pendek /i/ dengan nunasi/ tanwi<n, atau vokal panjang /i/ (ِْي
)ـ, seperti
(َاعيالر-ٍ راع،ِْي َاض
الق-ضٍَا ق،ِْيهاد َال-ٍهادَ). Bunyi vokal pendek /i/ (ِ
)ـ
dengan nunasi (bentuk tak takrif) atau bunyi vokal panjang /i/ (ْ
ِي( )ـbentuk
takrif) yang menandai nomina bentuk manqu>sh tersebut diubah keduanya
menjadi konsonan ( )يsebagaimana bentuk aslinya. Bentuk akhiran (ٍ
)ـatau (ِْي
)ـ
pada kata (ِْي َ ال/ٍ
هاد َ) diubah menjadi konsonan ( )يsebagai bentuk asalnya
هاد
َي
kemudian diimbukan padanya bentuk (ْن ـ/َان
)ـ, sehingga berubah menjadi
(ِْن
ييَِ َال-ِْن
هاد ييَِ َ /ِيان
هاد َِ
هادَال-ِيانَِ َ) dari bentuk aslinya (ٌِي
هاد َ).
هاد
َاض
Demikian juga halnya pada kata (ِْي ٍَا
الق/ض )قpada bentuk dual berubah
َي
menjadi (ِْن َاض
ِي الق-ْنَي
ِيَاض
ق/َان
ِيَاض
الق-َان
ِيَاض
)قdari bentuk aslinya
َاض
(ٌِي َاع
)قdan kata (ِْي الر/ٍَاع
)رpada bentuk dual berubah menjadi
َي
(ِْن َاع
ِي َي
الر-ِْن َاع
ِي ر/َان
ِيَاع
الر-َان
ِيَاع َاع
)رdari bentuk aslinya (ٌِي )ر.
Buku Referensi Tradisi Sintaksis Arab Prespektif Linguistik Modern | 168
Pada nomina bentuk mamdu>d ()الممدود, yaitu nomina yang diakhiri
dengan konsonan hamzah ( ) yang didahului bunyi vokal panjang /a/ (َا
)ـ,
َ ، َا
seperti ( دوا ِق ل، َا
لوِ) bentuk dualnya sama mengikuti kaidah umum,
yaitu ditandai dengan sufiks bentuk (َان َي
)ـatau (ْن )ـ, sehingga kata-kata
tersebut berubah menjadi (َِاَ ان
دوَ ،َِاَ ان
ِقل ،َِاَ ان
لوِ) pada bentuk
dualnya. Namun nomina bentuk mamdu>d yang akhiran konsonan hamzah-nya
merupakan sufiks yang menandai bentuk feminin, maka konsonan hamzah diubah
menjadi konsonan /w/ ( )وsebelum diberi imbuhan bentuk (َان َي
)ـatau (ْن )ـyang
menandakan bentuk dual, seperti kata ( َا
ْر ص، َا
َح ْقَر
ز، َا
ْض َ). Masing-
بي
masing akhiran konsonan hamzah pada kata-kata tersebut diubah menjadi
konsonan /w/ ()و, seperti (َاو
ْرَح
ص ،َاو
ْقَر
ز ،َاو
ْض َ). Kemudian diberi
بي
imbuhan bentuk (َان َي
)ـatau (ْن )ـsebagai penanda bentuk dual sehingga
َْ
berubah menjadi (ين و-/َِان
َاو
ْرَح َْ
ص،ِين و/-َِان َر
ْقاو َْ
ز،ِين َاو
و-/َِان ْض َ)
بي
(Qabawah 1998: 189-190), (El Dahdah, 2001: 56).
Pada dasarnya istilah sa>lim pada jamak sa>lim dan taksi>r pada jamak taksi>r
berkaitan dengan struktur atau bentuk kata. Struktur kata yang tidak mengalami
Tabel 13.2.2.2
Perubahan Nomina Arab Bentuk Tunggal ke Bentuk Jamak Pada Jamak Qillah
Pada jamak taksi>r jenis katsrah ()جمع الكثرة, yaitu pada jumlah tiga
hingga tak terbatas. Setidaknya terdapat 17 pola paling umum pada jamak
katsrah, yaitu (1) (ْل
)فع, (2) ()فعل, (3) (َل
)فع, (4) (َل
ِع ََ
)ف, (5) (لة َع
)ف, (6)
َْ
(لة ََ
)فع, (7) (لة َْ
)ف, (8) (لى
ِع َع
)ف, (9) (َّل )فع, (11) (َال
)فع, (10) (َّال ِع)ف, (12)
(ْل
)فعو, (13) (ْل
ِيَع َْ
)ف, (14) (الن َْ
)ف, (15) (الن
ِع ََ
)فع, (16) ( ال َِ
)فع, dan (17) ( الْع
)أف
(El Dahdah, 2001: 59), (al Asyqar, 2014: 165), (Qabawah, 1998: 211). Berikut
contoh perubahan bentuk tunggal ke bentuk jamak pada jamak katsrah dalam
tabel:
Tabel 13.2.2.2
Perubahan Nomina Arab Bentuk Tunggal ke Bentuk Jamak Pada Jamak Katsrah
Tabel 13.1.2.2
Perubahan Nomina Arab Bentuk Jamak ke Bentuk Jamak Muntaha> al Jumu>’
Deklinasi ketakrifan adalah deklinasi nomina dari bentuk tak takrif atau
indefinit ke nomina takrif atau definit. Pada umumnya nomina takrif ditandai
dengan (1) prefiks artikula ( )الdan (2) penanggalan sufiks konsonan /n/ atau
dalam tradisi Arab dinamakan tanwi>n ( )التنوينpada nomina bentuk mandiri,
َاب
yaitu nomina yang tidak menjadi bagian dari frasa, seperti kata (ٌ ِت )كbentuk
takrifnya (َاب
ِت)الك, kata (ٌ
َجل
)رbentuk takrifnya (َجل
)الر, kata (ٌ
ِم )مسْلbentuk
)المسْل.
takrifnya (ِم
Sedangkan kata lain yang tidak dapat ditandai dengan desinens ketaktifan
karena nomina-nomina tersebut telah menyatakan makna terbatas karena
menjadi bagian dari bentuk sintaksis tertentu adalah: (1) nomina yang berfungsi
sebagai partitif atau posesif atau dalam bahasa Arab dinamakan (َاف
)مضpada
konstruksi aneksatif ()اإلضافة, (2) nomina yang berfungsi sebagai obyek
interjeksi panggilan atau disebut dalam bahasa Arab ( دا ْصو
َْد بالن َق( )المEl
Dahdah, 2001: 54).
Tabel 13.4
Gender Maknawi dan Alamiah pada Nomina Bentuk Feminin
sayap َاح
َنج
kaos kaki َب
ْرَو
ج
jari kelingking َر
خِنص
pasangan َو
ْج ز
unta إبل
bumi/ tanah أرض
kelinci أرنب
nama bintang استرالب
musang ِرش
ابن ع
ular أفعى
Itik ّ
بتَ
unta بخْت
unta ِير
بعَ
kurma ْر
تمَ
Nama-nama sesuatu yang
bersifat hayati, natural srigala َْ
لب َ
ثع
atau alamiah
ular besar َان
ْبثع
koloni lebah ْل
ثوَ
serangga َاد
َرج
Jin ّ
جِن
nama angin ْب
َنو
ج
anak unta betina َائ
ِل ح
kuda betina حِج
ْر
angin panas malam hari ْر
َرو
ح
nama bintang َار
َضح
anak kelinci ْن
ِق حِر
kepala رأس
tombak َْ
مح ر
senjata ِالح
س
Catur ْر
َنج شَط
madu putih َر
َب ض
sesembahan selain allah َاغوت
ط
kentang ِم َم
َاط ط
Busur َو
ْس ق
A. Deskripsi singkat
Pada bab ini dibahas analisis sintaksis Arab. Pokok-pokok
pembahasannya meliputi: identifikasi kata dan frasa pembentuk kalimat,
identifikasi kasus nomina dan modus verba pembentuk kalimat, identifikasi
fungsi sintaksis unsur-unsur pembentuk kalimat, identifikasi desinens unsur-
unsur pembentuk kalimat, dan identifikasi klausa pembentuk kalimat majemuk
Arab dan fungsi sintaksisnya
D. Rangkuman
Analisis sintaksis dalam tradisi Arab disepadankan dengan istilah i’ra>b
nachwiy ()إعراب النحوي, yaitu identifikasi satuan-satuan sintaksis minimal
( )المفرداتdan satuan-satuan sintaksis perluasan/ perpaduan ()المركبات
yang menjadi unsur pada kalimat/ wacana, serta pengelompokkannya
berdasarkan kelas atau jenisnya, kedudukan/ fungsinya, hubungan fungsional
antar unsur-unsurnya, penanda gramatikalnya (desinens) atau penanda bentuk
permanennya.
E. Pertanyaan/Diskusi
1. Lakukanlah Identifikasi kata dan frasa pembentuk kalimat
2. Lakukanlah Identifikasi kasus nomina dan modus verba pembentuk kalimat.
3. Lakukanlah Identifikasi fungsi sintaksis unsur-unsur pembentuk kalimat.
4. Lakukanlah identifikasi desinens unsur-unsur pembentuk kalimat.
5. Lakukanlah identifikasi klausa pembentuk kalimat majemuk Arab dan fungsi
sintaksisnya
Buku Referensi Tradisi Sintaksis Arab Prespektif Linguistik Modern | 188
ANALISIS SINTAKSIS ARAB
Analisis sintaksis adalah analisis yang menjadikan kata, frasa dan kalimat
sebagai obyeknya. Dalam analisis sintaksis, masing-masing satuan bahasa akan
diidentifikasi menurut struktur, kategori, fungsi, dan makna. Analisis struktur
mengidentiikasi unsur-unsur yang membentuk satuan bahasa. Analisis kategori
bertujuan mengelompokkan unsur-unsur bahasa berdasarkan kesamaan struktur,
kesamaan distribusi, atau kesamaan rupa atau bentuk. Analisis fungsi
mempersoalkan kedudukan satuan-satuan bahasa itu pada tataran yang lebih
tinggi. Analisis makna mengidentifikasi makna satuan-satuan bahasa (Parera,
2009: 6).
ًا
ماشي ٌَّ
َ د َمَاَ مح
ج
Kata (ًا
ِي َ) pada kalimat tersebut yang bermakna ‘pejalan kaki’, memiliki
ماش
ٌَّ
referen yang sama dengan subyek dalam hal ini (د َم )محpada predikat ( ََا
)ج
yang bermakna ‘datang’. Bila kalimat tersebut dipermutasi atau diinversi
bentuknya dapat berubah menjadi:
ٌَّ
د َم َاش
ِي مح َا الم
ج
َّاجِر
ِ َ م
انة الت ََ
ْ أ
َت ََ
هر ِشْت
ا
ًّا
ِي َل َّ ِ
إال ع َص
ْل َُّ
الب في الفَر الط
َضح
َص
ْل َل
ِيٌّ فيِ الف َر
َ ع َض َ
ماح
Dalam tradisi Arab, pada tataran klausa terdapat distingsi antara klausa
yang disebut memiliki fungsi sintaksis tertentu sebagaimana fungsi sintaksis
pada level kata yang dinamakan ( )الجمل لها محلserta klausa yang tidak
memiliki fungsi sintaksis tertentu sebagaimana umumnya fungsi sintaksis pada
kata yang disebut ()الجملة ال محل لها. Analisis sintaksis kemudian pada
tataran kluasa mengidentifikasi fungsi-fungsi sintaksisnya pada klausa yang
tergolong sebagai klausa yang memiliki fungsi sintaksis tertentu.
َاس
ٌِع َْاذ ع
ِلمه و األسْت
2. Klausa yang berfungsi sebagai predikat pada kalimat bentuk kopula yang
predikatnya biasanya diisi kategori nomina, seperti:
ِْ
ين َه
ِد ْت َُّّ
الب المج َ يحِب
ُّ الط َاذ َِّ
ن األسْت إ
ِْ
Klausa (ين َه
ِد َ المج
ْت َُّّ
الب ُّ الط
)يحِبpada kalimat tersebut menduduki
َب
fungsi predikat atau khabar (َر الناسخ )خpada subyek (َ
َاذ
)األسْت.
ِِّالج
ِ
د َْ
ن ب ََّ
لمو َعيت ُّالَب
َ َ َاذ الط
َ األسْت
ِمَل
ع
ِِّالج
Klausa (ِ
د َْ
ن ب ََّ
لمو َعيت ُّالَب
َ َ )الطpada kalimat tersebut menduduki
ْعو
fungsi obyek atau maf’u>l bih (ْل به مفَ) dari verba transitif (َ
ِمَل
)ع.
Klausa (ٌ
َّة
ِن ْم
َئ َقلو
ْبهم مط )وpada kalimat tersebut menduduki fungsi
ََّ
keterangan kecaraan atau chaal ( )حالpada verba (لى )ص.
َي
ِْت ْ َ
الب ِج َاخ
َار ْنَي
بقَْ
بهم فأ َِ
َال ّين إ
ال ك َِّْاد
َّي ْب
ِل الص َسْت
َق أ
َي
Klausa (ِْت ْ
الب َ
ِج َاخ
َار ْنَي
بقَْ
فأ بهم َِ
َال )كpada kalimat tersebut
menduduki fungsi keterangan limitatif pengecualian atau mustastna
ْن
(َى َث
)مسْتdengan referen pengecualian (ين
َِّْاد
ّي )الص.
َِلي
6. Klausa yang berfungsi sebagai pusat konstruksi aneksasi (ْه َاف إ
)مض,
seperti:
ََت
ها بن ْج
َْح ا َ َ
تن ْم َ ّ
يو ْر
َح األم َ
تف
Berikut contoh analisis sintaksis dalam tradisi Arab terhadap sebuah kalimat
verbal Arab bentuk majemuk:
Berikut contoh contoh analisis sintaksis dalam tradisi Arab terhadap sebuah
kalimat nominal Arab bentuk tunggal :
Berikut contoh contoh analisis sintaksis dalam tradisi Arab terhadap sebuah
kalimat nominal Arab bentuk majemuk :
A. Deskripsi singkat
Pada bab ini dibahas analisis sintaksis Arab. Pokok-pokok
pembahasannya meliputi: konsep penelitian sintaksis Arab, obyek dan ruang
lingkup penelitian sintaksis Arab, tujuan penelitian sintaksis Arab, prosedur
penelitian sintaksis Arab, model analisis sintaksis Arab
D. Rangkuman
Penelitian sintaksis Arab merupakan penelitian tentang struktur kalimat
Arab, kategori-kategori, kedudukan kata, fungsi kata dalam kalimat, dan makna
kalimat itu sendiri. Selain itu penelitian sintaksis juga berfokus kepada relasi
atau hubungan susunan kata dalam struktur kalimat, berikut makna gramatikal
yang ditimbulkannya.
E. Pertanyaan/Diskusi
1. Konsep penelitian sintaksis Arab.
2. Obyek dan ruang lingkup penelitian sintaksis Arab
3. Tujuan penelitian sintaksis Arab,
4. Prosedur penelitian sintaksis Arab,
5. Model analisis sintaksis Arab