Anda di halaman 1dari 12

Analisis Wacana Kritis Model Saramils Dalam Pemberitaan Perempuan

Yang Menikahi Perempuan Di Jambi Dari Berbagai Media

Sri Hastuti
Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Universitas Jambi
Srih88330@gmail.com

ABSTRAK
Ada begitu banyak pemberitaan kasus mengenai perempuan di berbagai tempat.
Tidak jarang, kasus-kasus tersebut diberitakan dari sumber yang beragam. Banyak
kasus yang diberitakan dengan cara yang berbeda. Seperti kasus perempuan yang
menikahi perempuan di Provinsi Jambi. Kasus ini diberitakan oleh berbagai media
online seperti Kompas.com, Detik.com, dan liputan6.com. Meskipun demikian,
penyampaian objek pemberitaan yang digunakan berbeda-beda. Perbedaan
penyampaian dari kasus tersebut menarik untuk dikaji. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis perbedaan penempatan subjek-objek dan letak penulis-
pembaca dalam kasus perempuan menikahi perempuan yang ada di Provinsi
Jambi. Jenis dari penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Sedangkan subjek yang
akan dikaji dalam penelitian ini adalah kasus pemberitaan perempuan yang
menikahi perempuan di Provinsi Jambi dalam media online Kompas.com,
detik.com, dan liputan6.com. Dalam penelitian ini pemerolehan data didapatkan
melalui analisis kritis dari berita perempuan yang menikahi perempuan dengan
menggunakan Analisis Wacana Kritis (AWK) Saramils. Berdasarkah hasil analisis
penelitian yang dilakukan, didapatkan bahwa analisis wacana Saramils
menfokuskan seperti apa penempatan perempuan dalam pemberitaan. Saramils
mengarah dalam pengkajian feminsme. Yaitu bentuk gerakan sosial untuk
membangun kesetaran gender dalam segala aspek. Melalui analisis saramils, dapat
mengungkapkan bagaimana penempatan perempuan dalam berbagai media.
Berdasarkan hasil analisis tersebut menunjukan keberpihakan penulis terhadap
korban. Namun terdapat juga penyalahan terhadap korban melalui isi berita. Hal
ini dibuktikan dengan adanya analisis subjek-objek dan posisi penulis-pembaca
dalam pemberitaan.

Kata kunci: Media; Wacana; Saramils

ABSTRACT
There are so many cases of news about women in various places. Not
infrequently, these cases are reported from various sources. Many cases are
reported in different ways. Like the case of women who marry women in Jambi
province. This case was reported by various online media such as Kompas.com,
Detik.com, liputan6.com, and tvonenews.com. even so, the delivery of the news
object used is different. The differences in reporting of these cases are interesting
to study. This study aims to analyze differences in the placement of subject-object
and the location of the writer-reader in the case of women marrying women in
Jambi province. the type of this research is descriptive qualitative. While the
subject to be studied in this study is the case of reporting on women who marry
women in Jambi province in the online media Kompas.com, detik.com,
liputan6.com and tvonenews.com. In this study, data collection was obtained
through critical analysis of the news of women who married women by using
Saramils Critical Discourse Analysis (AWK). Based on the results of the research
analysis conducted, it was found that the discourse analysis of Saramils focuses on
the placement of women in the news. Saramils leads in the study of feminism.
Namely a form of social movement to build gender equality in all aspects.
Through saramils analysis, it can reveal how women are placed in various media.
The analysis shows the author's partiality towards the victim. However, there is
also blaming of victims through news content. This is evidenced by the subject-
object analysis and the position of the writer-reader in the news.
Keywords: media; discourse; saramils

1. PENDAHULUAN
Bahasa merupakan objek yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat.
Bahasa menjadi kemampuan yang harus dimiliki oleh manusia agar dapat berkomunikasi
dengan baik terhadap manusia. Dalam analisis wacana terdapat tiga sudut pandang yang
menjadi acuan mengenai bahasa. Pandangan pertama, bahasa dilihat sebagai penghubung
bagi manusia dan objek yang berada diluar dirinya. Jadi, analisis wacana dimaksudkan untuk
menciptakan gambaran mengenai tata aturan kalimat, bahasa dan pengertian bersama. Dalam
pandangan kedua, bahasa dilihat sebagai subjek dan faktor sentral dalam kegiatan wacana
serta yang terlihat dalam hubungan sosialnya. Jadi, analisis wacana digunakan untuk
membongkar suatu maksud dan makna tertentu yang tersirat dalam suatu wacana. Pandangan
ketiga melihat bahasa yang dapat dipahami sebagai representasi yang dapat berperan untuk
membentuk subjek dan tema wacana tertentu serta strategi yang ada didalamnya. Jadi,
analisis wacana digunakan sebagai landasan dalam membongkar kuasa yang ada pada setiap
proses bahasa. Analisis wacana ini dikenal sebagai analisis wacana kritis karena
menggunakan perspektif kritis.

Dalam pengembangannya. Suatu permasalahan bahasa dapat dikaji melalui analisis


wacana dengan menggunakan berbagai teori dari analisis kritis. Dengan menggunakan
analisis kritis ini baik secara linguistic per masalahan-permasalahan tersebut dapat
diidentifikasi dengan menggunakan berbagai macam teori sehingga dapat dipecahkan dari
berbagai perkara komunikasi yang rumit tersebut.

Dalam pemberitaan, media sudah mengemas dengan sedemikian rupa bahasa-bahasa


yang akan digunakan sebagai pengantar informasi. Rangkaian informasi yang dijadikan
wacana sering mengakibatkan persepsi seseorang menjadi kontra ketika membacanya,
sehingga sering terjadi perselisihan panjang bagi pembaca. Adanya permasalahan inilah yang
kemudian menjadi perhatian oleh para linguis untuk mengkaji lebih lanjut persfektif dalam
analisis kritis. Oleh karena itu kajian tersebut disebut sebagai Analisis Wacana Kritis (AWK).

Wacana merupakan kajian linguistic yang ditetapkan sebagai salah satu kajian
tersendiri. Yang disebut sebagai analisis wacana. Tarigan (2009) mengatakan bahwa wacana
merupakan satuan bahasa terlengkap dan tertinggi yang berada diatas kalimat atau klausa
yang keheren dan kohesif. Sejalan dengan itu, Renkema (2004:282) menguraikan bahwa
wacana merupakan refleksi relasi kuasa dalam masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, analisis
wacana kritis bertujuan untuk menemukan masalah-masalah sosial yang ada dalam
masyarakat. Analisis wacana kritis melihat bahasa sebagai alasan utama dari permasalahan-
permasalahan yang terdapat dalam wacana. Khusunya pemberitaan yang mampu menggiring
opini dari masyarakat.
Dalam kasus perempuan yang menikahi perempuan di jambi saat ini ramai
diperbincangkan oleh berbagai media. Berita ini gempar karena menyorot pihak tertentu
sebagai korban dan tersangka. Hal ini tentu menjadi perhatian public karena aksi penipuan
seorang laki-laki yang ternyata seorang perempuan dan hal tersebut dapat disembunyikan
selama 10 bulan oleh pelaku. Dari kasus penipuan yang terjadi di Provinsi Jambi ini
menggiring berbagai topik dari media pemberitaan online. Banyak media yang mengangkat
topik yang meletakkan korban sebagai perbincangan utama dan banyak pula yang meletakkan
pelaku sebagai topik pembicaraan utama.
Penipuan yang dilakukan oleh pelaku tidak hanya berupa kejahatan keasusilaan atau
moral offence. Penipuan yang dilakuan oleh pelaku juga termasuk tindak pidana, sehingga
terdapan ancaman sanksi pidana bagi pelakunya.
Ramainya pembicaraan yang terjadi dalam masyarakat mengenai kasus perempuan
yang menikahi perempuan ini menjadikan media online ikut berbondong-bondong untuk
mengangkat kasus tersebut. berbagai media seperti Kompas.com, detik.com, liputan6.com
ikut dalam memberitakan kasus tersebut. berbagai media yang mempublikasikan dengan
topik pembicaraan yang bereda menarik untuk dianalisis lebih dalam. Untuk itu peneliti
tertarik untuk menganalisis menggunakan pendekatan analisis kritis wacana Saramils. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penulis meletakkan posisi subjek-
objek dan bagaimana posisi penulis-pembaca dalam pemberitaan mengenai kasus perempuan
yang menikahi perempuan di provinsi jambi.
Penelitian relevan mengenai analisis wacana kritis terhadap pemberitaan media
melalui model saramils pernah dilakukan oleh (Sobari 2017) yang berjudul “ model saramils
dalam analisis wacana dan peran relasi gender”. Dari penelitian tersebut didapatkan bahwa
penulis meletakkan perempuan tersebut sebagai subjek tulisan. dalam teks berita tersebut
perempuan menampilkan dan menceritakan dirinya sendiri. Sedangkan objek dalam
penelitian tersebut adalah pekerjaan yang menjadi tujuan bagi perempuan dalam sela
aktivitasnya sebagai ibu rumah tangga. Dengan demikian dalam penelitian tersebut
perempuan dapat menampilkan dirinya dan mampu berperan ganda dalam berkarir.
Saramils
Tujuan utama saramils terhadap strategi wacana adalah bagaimana pembaca tersebut
ditampilkan dalam teksnya. Saramils berpandangan bahwa dalam suatu teks, posisi pembaca
sangatlah penting. Model Saramils melihat bagaimana actor ditampilkan dalam teks. Dalam
suatu teks pemberitaan terdapat subjek dan objek. Selain itu saramils juga menentukan
bagaimana struktur dan makna yang diperlukan secara keseluruhan. Teori wacana di adopsi
dari pandangan Foucault yang ditampilkan sebagai groun teori dalam analisis wacana kritis.
Pendekatan ini dikenal dengan analisis wacana pendekatan prancis.
Analisis wacana kritis yang menggunakan model pendekatan saramils memiliki
bagian penting sehingga mampu menentukan analisis lebih dalam. Bagian penting tersebut
yaitu posisi subjek dan objek yang coba ditampilkan oleh penulis, bagaimana terjadinya suatu
peristiwa dilihat dari siapa yang akan ditampilkan sebagai pencerita dan siapa yang menjadi
objek penceritaan. Bagian penting selanjutnya yaitu posisi penulis-pembaca dalam teks
tersebut.
Untuk dapat dipahami lebih baik, bentuk kerangka analisis model saramils dapat
ditampilkan sebagai berikut.

No Tingkat Yang ingin dilihat


1. Posisi subejek - objek Bagaimana bentuk terjadinya peristiwa tersebut
berdasarkan mata siapa yang melihatnya. Bagaimana
pemberitaan tersebut menempatkan actor-aktornya.
Apakah actor mampu menampilkan dirinya sendiri dalam
pemberitaan.
2. Posisi penulis-pembaca Bagaimana pembaca hadir dalam teks tersebut,
bagaimana penempatan diri pembaca dalam teks yang
ditampilkan, bagaimana pembaca mengelompokkan
dirinya berdiri dalam teks tersebut.

2. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Dengan menggunakan pendekatan
ini, hasil yang didapat mampu menekankan analisisnya dalam proses penyimpulan yang
deduktif dan induktif serta hubungan fenomena tersebut dengan menggunakan data ilmiah.
Pendekatan yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Melalui pendekatan ini prosedur
penelitian akan menitikberatkan landasannya terhadap filsafat postpositivime sehingga
kebenaran yang didapatkan sesuai dengan esensi dalam teks, menemukan posisi penulis yang
berperan sebagai kunci utama dalam menentukan arah tujuan suatu wacana (Sugiono, 2010).
Dalam penelitian ini pemerolehan data didapatkan dengan mengumpulkan 3 berita
dari sumber yang berbeda. Sumber yang pertama dari Kompas tv, kemudian dari detik.com
dan yang terakhir adalah liputan6.com untuk dapat diteliti dengan mengggunakan teori
Saramils. Peneliti kemudian menganalisis berita-berita tersebut untuk mengetahui ideologi
tersembunyi yang dikemas oleh penulis dalam bentuk wacana berita.
Terdapat tiga berita mengenai kasus perempuan yang menikahi perempuan untuk
dikaji lebih dalam dengan judul yang dikemukakan adalah sebagai berikut.

No Judul Sumber Tanggal terbit


1 Menyamar Jadi Pria, Perempuan Kompas.com 16 juni 2022
Ini Nikah Siri Dengan
Perempuan di Jambi, Mengaku
Dokter Lulusan New York
2 Perempuan Ngaku Pria Nikahi Detik.com 21 juni 2022
Wanita Jambi, MUI: Pernikahan
Tak Sah
3 10 Bulan Menikah, Wanita Di Liputan6.com 17 juni 2022
Jambi Baru Sadar Suaminya
Perempuan

Hasil penelitian yang berkenaan dengan penempatan subjek-objek actor dalam teks
berita dijelaskan dalam bagian pembahasan. penelitian ini menggunakan analisis wacana
saramils yang memprioritaskan posisi actor dalam pemberitaan. dan bagaimana pihak lain
sebagai penafsir dari pemberitaan.
3. PEMBAHASAN
Penelitian ini menjadikan media online sebagai subjek penelitiannya. Analisis wacana
dalam pandangan kritis menekankan pada kekuatan konstelasi kekuatan yang terjadi pada
proses produksi dan reproduksi makna (Eriyanto 2009)
1. Menyamar Jadi Pria, Perempuan Ini Nikah Siri Dengan Perempuan di Jambi, Mengaku
Dokter Lulusan New York
A. Posisi Subjek-Objek
Berita yang berjudul “Menyamar Jadi Pria, Perempuan Ini Nikah Siri Dengan
Perempuan di Jambi, Mengaku Dokter Lulusan New York” diterbitkan oleh media
Kompas.com 16 juni 2022. Bila dilihat dari judul pemberitaan, penulis menekankan
permasalahan terhadap pelaku. Pelaku dipaparkan secara langsung. Penempatan perempuan
sebagai korban tidak terlihat dengan jelas karena penulis lebih menonjolkan pelaku dalam
judul pemberitaannya. Penulis ingin memaparkan kepada pembaca terhadap dua kasus.
Pertama kasus penipuan terhadap seorang perempuan di Jambi yang dinikahi oleh seseorang
yang mengaku dirinya sebagai laki-laki. Kedua, penulis ingin menyampaikan kepada
pembaca bahwa pelaku tersebut mengaku sebagai dokter lulusan New York. Semantara kata
“Perempuan Ini Nikah Siri Dengan Perempuan di Jambi” memiliki makna yang dalam. Bila
dilihat dari kosakatanya penempatan perempuan sebagai korban mengarahkan opini
masyarakat terhadap korban yang sangat mudah untuk ditipu bahkan hingga mau diajak
untuk menikah secara Siri. Selanjutnya dengan penambahan kata Mengaku Dokter Lulusan
New York menggiring opini masyarakat lebih jauh bahwa perempuan sebagai korban tergiur
dengan profesi pelaku yang disebutkan. Hal ini melemahkan posisi perempuan sebagai
korban untuk menguatkan posisinya dalam pandangan masyarakat.
Dalam wacana pemberitaan yang dipublikasikan media Kompas.com tersebut
menempatkan korban sebagai subjek tulisan, karena isi berita dalam pemberitaan tersebut
perempuan sebagai korban menampilkan dan menceritakan dirinya sendiri. Beberapa kutipan
yang perlu dianalisis dalam berita tersebut adalah sebagai berikut
Data (1) NA(22), perempuan muda asal kota jambi merasa ditipu karena suami yang
menikahinya secara siri ternyata seorang Wanita.
Data (2) NA bercerita mengenal AA, suaminya di aplikasi Tantan yang
direkomendasikan oleh
Temannya. Ia mengenal AA sebagai seorang pria.
Data (3) “saya tahunya dia seorang spesialis bedah syaraf dokter dan pengusaha batu
bara dan lulusan luar negeri, New York. Tapi saya pernah cek untuk statusnya, tetapi
tidak ada dalam daftar,” ungkapnya.
Pada data (1) perbedaan penyebutan diri yang dituliskan oleh penulis membedakan
posisi antara perempuan sebagai korban dan perempuan sebagai pelaku. Dalam teks korban
ditampilkan dengan nama ‘perempuan’ sedangkan pelaku dituliskan sebagai ‘wanita’. Kata
perempuan dianggap lebih terhormat daripada Wanita. Dalam konteks ini menunjukan
keberpihakkan penulis dalam menampilkan perempuan sebagai korban. Pada data tersebut
juga menunjukan nama korban dengan inisial “NA”. hal ini berarti korban tidak mau
Namanya terungkan oleh khalayak umum dan kejadian tersebut merupakan kejadian yang
memalukan baginya. Namun, inisial yang digunakan penulis merupakan inisial dari nama asli
korban. Sehingga masyarakat juga dapat berspekulasi terhadap inisial inisial nama yang
dimaksud. Hal ini dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman korban terhadap teks
pemberitaan.
Dalam data (2) menjelaskan teks tersebut menampilkan perempuan sebagai korban.
Pernyataaan “NA bercerita” menjelaskan bahwa posisi perempuan tersebut adalah subjeknya,
hal ini juga mengidentifikasi bahwa memang benar telah terjadi penipuan gender yang
dialaminya.
Teks lain yang menunjukan subjek dari wacana terdapat pada data (3). Saya tahunya
dia seorang spesialis bedah syaraf. Kutipan dalam berita tersebut merupakan kalimat
langsung. Hal ini menunjukan bahwa perempuan sebagai korban memposisikan dirinya
sebagai subjek, atau orang yang menceritakan kisah yang dialami berkaitan dengan penipuan
yang terjadi kepadanya. Ia berusaha menampilkan dirinya sendiri terkait dengan informasi
yang berkenaan dengan dirinya.
Sedangkan objek dalam penelitian tersebut adalah seperti kutipan berikut saat
menikah, AA menggunakan gelar akademiknya pada surat keterangan. Gelar itu juga
dicantumkan pada paper bag dan souvenir pernikahan. Dalam teks tersebut menunjukan
bahwa pelaku dalam pemberitaan tersebut adalah sesuatu yang diceritakan. Sehingga ia
menjadi objek. Pelaku tersebut melakukan penipuan terhadap pihak keluarga dan penipuan
terhadap gelar kedokteran yang ia pegang.
B. Posisi Penulis – Pembaca
Penulis tidak hanya menyampaikan berita berdasarkan informasi yang ada. Namun
penulis juga menempatkan pembaca sebagai sasaran dari pemberitaan. Penulis berusaha
menampilkan informasi apa saja yang ingin diketahui oleh pembacanya. sehingga
pemberitaan merupakan hasil kesepakatan antara wartawan/media dengan pembacanya.
Berdasarkan hal ini, posisi pembaca juga harus diperhatikan sebagai sarana pembanding dan
penyempurna dalam suatu wacana.
Sudut pandang pembaca dalam teks tersebut ditampilkan keseluruhan teks. Karena
sasaran penulis dalam berita ini adalah masyarakat umum. Sehingga penulis ingin
menyampaikan kepada masyarakat bahwa penipuan dapat berbentuk apa saja.
2. Perempuan Ngaku Pria Nikahi Wanita Jambi, MUI: Pernikahan Tak Sah
A. Posisi Subjek – Objek
Pada wacana yang terdapat dalam media detik.com yang berujudul “Perempuan
Ngaku Pria Nikahi Wanita Jambi, MUI: Pernikahan Tak Sah” pada tanggal 21 juni 2022. Bila
dianalisis berdasarkan judulnya menjelaskan bahwa pemberitaan tersebut berfokus pada
pelaku dan bagaimana pandangannya terhadap hukum agama. Penulis menyampaikan
informasi bahwa pernikahan siri yang dilakukan oleh pelaku terhadap korban tidak sah
karena tidak sesuai dengan ketentuan yang ada dalam islam. Penulis meletakkan MUI Jambi
sebagai subjek penulisan. Karena dalam pemberitaan tersebut, MUI Jambi menjelaskan
tanggapannya terhadap kasus penipuan perempuan yang menikahi perempuan. Beberapa
kutipan yang perlu dianalisis dalam teks berita tersebut adalah sebaagi berikut
Data (1) Kasus pernikahan sesama jenis dialami oleh seorang wanita di Jambi yakni
Mawar (bukan nama sebenarnya). Mawar dinikahi perempuan yang ngaku pria
selama 10 bulan hingga akhirnya terbongkar, apa kata MUI Jambi?
Data (2) "Banyak aspeknya yang sudah campur aduk di situ kan, ada penipuan juga.
Yang jelas secara islam pernikahan antara wanita dengan wanita itu kan tidak ada
ketentuan secara islam, dan pernikahan itu tidaklah sah," kata Ketua Majelis Ulama
Indonesia (MUI) Jambi, Prof.DR. H Hasan Badri.
Data (3) Dari pertemuan antara Mawar dan Arrafif alias Erayani itu berlanjut
kejenjang keseriusan. Kala itu Arrafif alias Erayani juga mengaku bahwa profesi
sebagai dokter dengan gelar akademis di perguruan tinggi di Newyork. Pengakuan itu
awalnya tidak curiga hingga akhirnya antara Ahnaf alias Erayani dan Mawar menikah
siri.
Pada data (1) penulis menampilkan korban dengan menggunakan nama samaran
“Mawar” hal ini menunjukan kepedulian penulis dalam menempatkan perempuan sebagai
korban agar merasa nyaman terhadap wacana yang memberitakan dirinya. Penulis juga
menampilkan perempuan sebagai korban yang tidak patut disalahkan. Pada kutipan Mawar
dinikahi perempuan yang ngaku pria selama 10 bulan hingga akhirnya terbongkar. Kata
dinikahi dalam teks berita tersebut menjelaskan bahwa penulis ingin menonjolkan perempuan
sebagai korban penipuan yang di ajak untuk menikah oleh pelaku. Makna yang tersirat
didalamnya bahwa pernikahan tersebut terjadi karena berbagai tipuan yang dilakukan oleh
pelaku sehingga pernikahan tersebut berhasil dilakukan.
Pada data (2) menunjukkan MUI Jambi sebagai subjek penulisan. Pernyataan yang
diucapkan oleh Prof.DR. H Hasan Badri sebagai ketua MUI jambi terkait kasus penipuan
tersebut menjelaskan bahwa dirinya sebagai subjek dalam wacana tersebut. ketua MUI Jambi
menjelaskan bahwa pernikahan tersebut tidak sah dalam pandangan agama islam karena tidak
ada ketentuan perempuan yang menikahi perempuan. Kemudian hal ini diperkuat dengan
pernyataan tambahan dari penulis terkait tanggapan yang disampaikan oleh ketua MUI Jambi.
Pada data (3) penyebutan nama pelaku tanpa inisial oleh penulis menunjukkan
keberpihakkan penulis terhadap korban. Informasi terkait pelaku ditampilkan secara jelas,
berbeda dengan penyebutan nama korban yang menggunakan nama samaran. Dari kutipan .
Kala itu Arrafif alias Erayani juga mengaku bahwa profesi sebagai dokter dengan gelar
akademis di perguruan tinggi di Newyork penulis ingin menyampaikan kepada pembaca
bahwa penipuan yang dilakukan oleh pelaku tidak hanya berupa penipuan gender, melainkan
juga penipuan gelar akademik.
Dalam data (3) juga menunjukkan pelaku yang merupakan objek dari pemberitaan.
hal tersebut dibuktikan pada dengan kutipan Arrafif alias Erayani juga mengaku bahwa
profesi sebagai dokter. Berdasarkan kutipan tersebut penulis menunjukkan Arrafif alias
Erayani sebagai objek yang diceritakan dalam wacana.
B. Posisi Penulis – Pembaca
Dalam kaitannya dengan posisi penulis, dalam teks berita tersebut penulis
menunjukkan keberpihakkannya terhadap korban. Diksi kata yang digunakan oleh penulis
dapat menyikapi dan menambah informasi baru bagi pembaca bahwa korban dalam kasus
tersebut tidak dapat disalahkan hal tersebut jelas dianggap sebagai penipuan. Selain itu
penulis juga melibatkan orang lain dalam topik seperti pihak keluarga korban yang juga
mendukung dan wali-wali yang kurang memperhatikan dokumen asli sebelum menikah
sehingga hal ini dapat terjadi.
Dalam wacana berita ini posisi pembaca ditampilkan secara keseluruhan didalam teks.
Posisi pembaca tersebut mengarah kepada masyarakat agar tetap berhati-hati terhadap
berbagai bentuk penipuan. Penulis juga berusaha merepresentasikan kepada pembaca bahwa
penipuan gender juga dapat terjadi.
3. 10 Bulan Menikah, Wanita Di Jambi Baru Sadar Suaminya Perempuan
A. Posisi Subjek – Objek
Pada wacana yang termuat dalam liputan6.com dengan judul “10 Bulan Menikah,
Wanita Di Jambi Baru Sadar Suaminya Perempuan”. Berdasarkan judul berita tersebut
memiliki makna yang dalam. Penulis melemahkan posisi perempuan sebagai korban dan
menyiratkan penipuan tersebut terjadi karena kelalaian dari korban itu sendiri. hal ini
dibuktikan dengan penekanan kata baru sadar dalam kutipan judul tersebut. penulis juga
menekankan masa pernikahan korban yang membutuhkan sepuluh bulan baru menyadari
suaminya perempuan, sehingga menggiring opini masyarakat dalam menilai sebab kelalaian
tersebut dapat terjadi. Penempatan posisi perempuan dalam wacana tidak hanya ditampilkan
sebagai korban melainkan sebagai topik pembicaraan utama. Sehingga perempuan sebagai
korban tidak bisa menampilkan dirinya sendiri dalam pemberitaan.
Dalam wacana penulis menempatkan dirinya sebagai subjek pemberitaan. karena
dalam pemberitaan tersebut perempuan sebagai korban tidak bisa menampilkan dirinya
sendiri terkait kasus penipuan yang menimpanya. Beberapa kutipan yang perlu dianalisis
dalam teks berita tersebut adalah sebaagi berikut.
Data (1) Pernikahan sesama jenis di Jambi terbongkar setelah mempelai wanita
melaporkan suaminya sendiri, yang ternyata pria abal-abal, ke polisi. Hal ini
terbongkar setelah 10 bulan pernikahan dan tinggal bersama di rumah orangtua
korban.
Data (2) Sebelumnya, korban yang merupakan seorang wanita muda berusia 22 tahun
kepincut pria di aplikasi pencarian jodoh. Saat berkenalan, pria yang ternyata seorang
wanita itu mengaku bernama Ahnaf, dan mengaku berprofesi sebagai dokter sekaligus
pengusaha batubara.
Data (3) Dari saksi-saksi yang dimintai keterangan saat persidangan, yang
bersangkutan ternyata punya kelainan seksual, yaitu penyuka sesama jenis. Namun,
lantaran terdakwa mengaku sebagai dokter dan pengusaha batubara, ada unsur
penipuan dalam kasus ini.
Pada data (1) telah terjadi pelemahan kedudukan dan merugikan korban. Penggunaan
kata yang digunakan oleh penulis masih ambigu sehingga dapat menggiring opini masyarakat
dalam menilai korban sebagai objek penceritaan. Hal ini terlihat pada kutipan pernikahan
sesama jenis di jambi. Kutipan tersebut menggiring opini masyarakat bahwa pelaku dan
korban berada di posisi yang sama. Sehingga pada wacana ini tidak terlihat posisi korban
yang dirugikan. Teks lain yang menunjukkan pelemahan posisi perempuan sebagai korban
terlihat dalam kutipan “Hal ini terbongkar setelah 10 bulan pernikahan dan tinggal bersama
di rumah orangtua korban”. Dari kutipan tersebut penulis menjelaskan masa diperlukan bagi
korban sehingga baru menyadari telah terjadi penipuan terhadap dirinya. Kemudian hal
tersebut dipertegas dengan penambahan “dan tinggal bersama di rumah orangtua korban”.
Penulis menekankan kelalaian korban dalam wacana, sehingga makna yang tampak muncul
adalah korban masih tidak mengetahui bahwa suaminya juga perempuan meskipun sudah
tinggal bersama dirumah keluarga korban bahkan sudah selama sepuluh bulan.
Pada data (2) menggambarkan bahwa korban merupakan perempuan yang lemah dan
tidak memiliki banyak perhitungan sehingga gampang saja menjadi target para penipu di luar
sana. Hal ini terlihat pada kutipan “korban yang merupakan seorang wanita muda berusia 22
tahun kepincut pria di aplikasi pencarian jodoh”. Perkenalan melalui aplikasi dianggap
kelalaian dari korban yang mudah membuka dirinya untuk menerima orang baru bahkan
melalui aplikasi pencarian jodoh. Sehingga membuat pelaku dapat dengan mudah
melancarkan aksinya. Berdasarkan teks berita, penulis tidak hanya menceritakan objek
sebagai penderita, tetapi mengesampingkan objek dan menonjolkan pelaku sebagai subjek
yang diceritakan. Selain itu penulis juga mempresentasikan bahwa pelaku dapat dengan
mudah melancarkan aksinya karena diberikan kesempatan oleh korban. Pada kutipan
“mengaku berprofesi sebagai dokter sekaligus pengusaha batubara” penulis menggiring opini
masyarakat bahwa korban tertipu akibat pengakuan tersangka terhadap profesi yang
dijalankannya, sehingga korban dapat dengan mudah tertarik terhadap pelaku.
Teks lain yang menunjukkan pelemahan dan pengesampingan posisi korbannya dapat
dilihat pada data (3). Berdasarkan kutipan penulis menjelaskan bahwa kasus tersebut dapat
terjadi karena kelainan seksual yang dialami pelaku yaitu menyukai sesama jenis. Hal
tersebut terdapat pada kutipan yang bersangkutan ternyata punya kelainan seksual, yaitu
penyuka sesama jenis pernyataan yang dituliskan penulis seakan-akan peristiwa pernikahan
sesame jenis ini dapat dimaklumi berdasarkan aspek psikologis. Selain itu, penulis juga
menjelaskan bahwa hal yang memberatkan tersangka terhadap kasus yang dijalaninya adalah
penipuan gelar akademik yang dia lakukan. Hal tersebut dibuktikan berdasarkan kutipan
Namun, lantaran terdakwa mengaku sebagai dokter dan pengusaha batubara, ada unsur
penipuan dalam kasus ini. posisi korban dalam teks wacana ini dilemahkan kedudukannya.
Penulis lebih banyak menceritakan pelaku terkait kasus tersebut.
B. Posisi Penulis – Pembaca
Berdasarkan sudut pandang penulis-pembaca terhadap analisis wacana yang berhasil
dihimpun. Didapatkan bahwa posisi penulis dalam teks tersebut sebagai pengamat. Penulis
menyampaikan informasi berdasarkan cerita dari pihak lain tanpa melibatkan korban secara
langsung. Hal ini terbukti dengan tidak adanya ungkapan yang disampaikan korban dalam
menampilkan dirinya. Hal ini tentu mengarahkan pembaca pada perspektif negative tergadap
korban.
Sementara itu, posisi pembaca dalam wacana tersebut adalah sebagai masyarakat
umum. Hal ini karena wacana tersebut menampilkan pembaca dalam keseluruhan teks. Teks
berita tersebut bertujuan untuk memberikan informasi terkait kasus perempuan yang
menikahi perempuan di Jambi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelayakan
wacana tersebut tidak sesuai dalam analisis saramils. Penulis tidak memunculkan korban
untuk menyuarakan dirinya sehingga menggiring opini pembaca terhadap penilaian korban.
4. KESIMPULAN
Berdasarkan Analisis wacana dari tiga teks berita terkait perempuan yang menikahi
perempuan yang dikutip dari tiga media online Kompas.com, detik.com, dan liputan6.com
dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan pendekatan saramils dalam memposisikan
perempuan terhadap pemberitaan. secara keseluruhan hasil analisis teks berita tentang
perempuan yang menikahi perempuan mampu menunjukkan bagaimana komposisi kata dan
kalimat dalam membentuk bahasa mampu menghasilkan makna terhadap posisi actor yang
diberitakan. Representasi yang tampak bahwa kasus tersebut dapat terjadi disebabkan korban
itu sendiri yang membuka dirinya sehingga mudah menjadi target penipuan. Perempuan
buruk, perempuan salah dan perempuan lemah mampu ditunjukkan dalam teks berita melalui
pemilihan kata yang dipakai oleh penulis. Selain itu, teks juga menunjukkan posisi subjek
dan objek terkait dengan actor penceritaan dan posisi pembaca terhadap teks berita.
Dalam kaitannya dengan posisi subjek-objek, ketiga teks berita tersebut cenderung
menempatkan perempuan sebagai objek penceritaan. Analisis tersebut menunjukan
keberpihakan penulis terhadap korban. Namun terdapat juga penyalahan terhadap korban
melalui isi berita. Hal ini dibuktikan dengan adanya analisis subjek-objek dan posisi penulis-
pembaca dalam pemberitaan. dalam hal posisi pembaca, ketiga teks berita tersebut
menempatkan pembaca secara umum, hal tersebut karena informasi yang ingin disampaikan
oleh penulis adalah masyarakat umum. Namun, ada juga beberapa teks pemberitaan yang
mampu menggiring pembaca untuk mengikuti alur berita dari sudut pandang pengamat,
sehingga menggiring opini masyarakat dalam menilai kembali kelayakan posisi perempuan
sebagai korban. Dengan demikian, model saramils yang digunakan sebagai sarana dalam
menganalisis wacana berita kasus perempuan yang menikahi perempuan terhadap tiga media
online yaitu Kompas.com, detik.com, dan liputan6.com dapat dijadikan sebagai pisau bedah
dalam menganalisis wacana yang mampu mengungkapkan sudut pandang pelaku, tersangka,
maupun korban secara kritis.
5. UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Drs. R Imam Suwardi Wibowo, M.
Pd., dan Priyanto, S. Pd., M. Pd., serta pihak-pihak yang telah membantu dalam
terlaksananya penelitian ini.
6. REFERENSI
Ahsin, M. N., Nugraheni, M. W., & Sumarlam. (2022). Analisis Sara Mills dalam
Pemberitaan Pelecehan Seksual Mahasiswa Riau Pada Berita CNNindonesia.com. BELAJAR
BAHASA: Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 7(1), 119–
135. https://doi.org/10.32528/bb.v7i1.11
Almunanda, Ferdi. (2022). Perempuan Ngaku Pria Nikahi Wanita Jambi, MUI:
Pernikahan Tak Sah. Detiksumut, https://www.detik.com/sumut/hukum-dan-kriminal/d-
6137884/perempuan-ngaku-pria-nikahi-wanita-jambi-mui-pernikahan-tak-sah
Apriyono, Ahmad. (2022). 10 Bulan Menikah, Wanita Di Jambi Baru Sadar Suaminya
Perempuan. Liputan6.com. https://www.liputan6.com/regional/read/4988759/10-bulan-
menikah-wanita-di-jambi-baru-sadar-suaminya-perempuan
Ismail, Subur. "Analisis Wacana Kritis : Alternatif Menganalisis Wacana." Jurnal
Bahas Unimed, no. 69TH, 2008.
Rahmawati. (2022). Menyamar Jadi Pria, Perempuan Ini Nikah Siri dengan
Perempuan di Jambi, Mengaku Dokter Lulusan New York. Kompas.com,
https://regional.kompas.com/read/2022/06/16/154500878/menyamar-jadi-pria-perempuan-
ini-nikah-siri-dengan-perempuan-di-jambi?page=all.

Setiawati, Eti., Rusmawati, Roosi. (2019). Analisis Wacana (konsep, teori dan
aplikasi). Malang: UB press
Sobari, T., & Faridah, L. (2017). Model Sara Mills dalam Analisis Wacana Peran dan
Relasi Gender. Semantik, 5(1), 89-99.
Syahrul, S. (2019). Analisis Wacana Kasus Pelecehan Seksual Terhadap Perempuan
Pada Berita Online Dalam Perspektif Analisis Sara Mills. DIALEKTIKA, 6(1).
Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengkajian Pragmatik. Bandung: Angkasa.

Anda mungkin juga menyukai