Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Frasa: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya

Volume (1), Nomor (2), Agustus 2020


ISSN: 2721-1533

KAJIAN WACANA KRITIS SARA MILLS BAHASA PEREMPUAN PADA


RUBRIK VIRAL KORAN RADAR SORONG
EDISI BULAN FEBRUARI-APRIL 2020

Eni Ermayanti1, Teguh Yuliandri Putra2, Abdul Hafid3


Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia 1,2,3
Universitas Pendidikan Muhammadiyah Sorong
Email: eniermayanti3@gmail.com, pteguhyuliandri@gmail.com, hafidabdul838@gmail.com.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan posisi subjek-objek dan posisi
penulis-pembaca yang terdapat dalam media massa Koran Radar Sorong edisi bulan
Februari-April 2020. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek
penelitian ini adalah Rubrik Viral Koran Radar Sorong. Objek penelitian ini adalah
sebagaimana posisi bahasa perempuan dalam pemberitaan. Data penelitian ini diperoleh
dengan cara menganalisis Rubrik Viral Koran Radar Sorong menggunakan Analisis
Wacana Kritis (AWK) Sara Mills dengan melihat beberapa unsur. Instrumen yang
digunakan berupa tabel penjaringan gaya bahasa yang disampaikan dalam pemberitaan.
Sesuai dengan tujuan penelitian, hasil penelitian ini menunjukkan sebagaimana unsur
dari AWK Sara Mills yang memiliki posisi-posisi tertentu.
Kata Kunci : Media massa, rubrik viral

Abstract: This study aims to describe the position of the subject-object and the position
of the writer-reader in the mass media Radar Sorong Newspaper February-April 2020.
This research is a qualitative descriptive study. The subject of this research is the viral
rubric of the Radar Sorong newspaper. The object of this research is the position of
women’s language in the news. This research data was obtained by analyzing the viral
rubric of the Sorong Radar newspaper using Sara Mills Critical Discourse analysis
(AWK) by looking at several elements. The instrument used is in the form of a language
style selection table that is conveyed in the news. In accordance with the research
objectives, the results of this study indicate that the elements of AWK Sara Mills have
certain positions.
Keywords: positions, mass media and viral rubric

PENDAHULUAN
Media massa merupakan suatu alat yang digunakan untuk menyampaikan sebuah
berita kepada masyarakat. Seperti Koran, televisi dan internet menjadi media yang
mudah untuk mendapatkan sebuah informasi yang telah terjadi. Tetapi, kemajuan
teknologi saat ini akan berdampak maksimal jika pemberitaan atau penulisan lebih
mengarah pada relasi gender.
Gender merupakan suatu perbedaan yang terlihat sangat jelas antara perempuan dan
laki-laki ditinjau dari nilai serta perilaku sosial (Sobari & Faridah, 2012). Selain itu,
memiliki beberapa perbedaan peran pada masing-masing gender. Peran ini akan terlihat
jelas ketika berada ditengah-tengah masyarakat. Peran gender dapat dibedakan melalui
pembagian kerja yang tepat untuk laki-laki dan perempuan. Pembagian tersebut,
perempuan diberi peran untuk berkiprah dalam rumah tangga. Dalam posisi ini peran

50
Jurnal Frasa: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya
Volume (1), Nomor (2), Agustus 2020
ISSN: 2721-1533

perempuan pada bidang konsumtif. Sedangkan laki-laki memiliki sumber kekuasaan


pada bidang politik, ekonomi sosial budaya, serta pertahanan untuk menghasilkan dan
mengendalikan perubahan sosial.
Perubahan sosial kini menjadi ancaman sebagai munculnya masalah ketidakadilan
gender (Khotimah, 2008). Selain itu ketertinggalan, ketidaksetaraan dan ketidakadilan
muncul sebagai cermin antara laki-laki dan perempuan. Hal ini dapat dilihat pada
sekitar kehidupan kita. Posisi, peran serta sifat tidak menjadi sebuah masalah dalam
ketidakadilan. Seiring berjalannya waktu, pada kenyataan gender mulai menjadi
permasalahan ketidakadilan. Namun, bukan hanya dirasakan oleh kaum perempuan
melainkan laki-laki pada umumnya. Muncullah perbedaan peran, fungsi tugas serta
tanggung jawab yang menjadi kedudukan antara laki-laki dan perempuan menimbulkan
ketidakadilan dalam ruang lingkup adat, norma maupun dalam bermasyarakat.
Kondisi tersebut, akan menjadi sebuah kesenjangan peran sebagai diskriminasi
terhadap laki-laki dan perempuan. Namun, ketika dibandingkan diskriminasi ini lebih
menguntngkan pihak laki-laki dibandingkan pihak perempuan. Sehingga muncullah
alasan sebagai pembatasan peran, penyingkiran serta hak dasar dalam bidang sosial,
politik, ekonomi dan budaya. Hal ini membuat perempuan merasa marginalisasi
(pemiskinan), subordinasi (penomorduaan), citra buruk serta kekerasn.
Penekanan peran pada otonomi perempuan akhir-akhir ini mulai menjadi masalah
yang utama. Sebagaimana perempuan ditampilkan cenderung sangat lemah. Selain itu,
peran perempuan sering dibandingkan dengan pihak laki-laki. Ketidakadilan serta
penggambaran yang buruk terhadap perempuan menjadi sasaran utama para penulis
(Ningsih, 2018). Maraknya pemberitaan tentang perempuan dalam media massa, serta
masih banyak lagi karya sastra yang mengangkat masalah tersebut.
Mempelajari masalah-masalah sosial atau isu-isu yang beredar dalam media
sosial dapat menggunakan Analisis Wacana Kritis (AWK). Menggunakan tujuan yang
bersifat deskriptif. Strategi AWK yang biasanya digunakan dalam hubungan sosial
seperti kelas, gender, etnik, ras, orientasi seksual, bahasa, religi, usia atau kebangsaan.
AWK lebih banyak terkait pada ketidaksetaraan.
AWK merupakan sebuah pengkajian yang memiliki usaha untuk mengungkap
kegiatan, pandangan serta identitas berdasarkan bahasa yang digunakan dalam wacana
(Badara, 2012). Analisis wacana yang menggunakan pendekatan kritis memperlihatkan
keterpaduan seperti analisis teks, analisis proses, analisis produksi, analisis konsumsi,
analisis distribusi teks dan analisis sosiokultural yang berkembang di sekitar wacana itu.
Metode tersebut menekankan bahwa untuk memperoleh pemahaman teks secara utuh,
analisisnya harus diletakkan pada sebuah konteks sosiokultural dan latar belakang actor
pembuat teks (media).
Karakteristik penting dari AWK dapat ditinjau dari tindakan. Tindakan (action)
merupakan sebuah wacana sebagai bentuk interaksi (Setiawan, 2014). Konteks dalam
AWK sangat dipertimbangkan seperti latar, situasi, peristiwa dan kondisi. Histori
merupakan penempatan wacana dalam konteks tertentu. Kekuasaan merupakan salah
satu kunci hubungan antara wacana dan masyarakat. Ideologi sebagai konsep analisis

51
Jurnal Frasa: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya
Volume (1), Nomor (2), Agustus 2020
ISSN: 2721-1533

wacana yang bersifat kritis. Fenomena yang banyak ditemui dilapangan adalah
ketidaksetaraan gender. Antara perempuan dan laki-laki dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagaimana perempuan dianggap lemah. Tidak bisa seperti laki-laki pada umumnya.
Sehingga membuat perempuan berlomba-lomba dalam membuktikan pandangan
tersebut tidak benar adanya.
Penelitian ini lebih merujuk pada interaksi sosial berupa teks dalam media koran
“Radar Sorong”. Lebih tepatnya berita tentang perempuan. Sebagaimana perempuan
berusaha untuk mampu sederajat dengan laki-laki. Keinginan perempuan untuk lebih
tinggi derajatnya dibandingkan laki-laki. Karena perempuan tidak ingin dianggap
lemah. Dalam buku Feminisme, memiliki makna sebagai ketidakseimbangan kekuatan
antara dua jenis kelamin, dengan peranan wanita yang berada dibawah peranan pria
(Basarah, 2019). Keyakinan bahwa kondisi wanita terbentuk secara sosial dan maka dari
itu dapat diubah. Penekanan pada otonomi wanita. Perempuan lebih besar keinginannya
dianggap yang paling utama. Dalam segala hal keinginan menjadi pemimpin selalu
terbesit dalam pikirannya. Hal ini dapat dibuktikan disekitar kita.
Teori wacana Sara Mills membahas tentang seputar feminisme. Jadi, teori yang
dikemukakan oleh Sara Mills biasa disebut perspektif feminis. Perspektif wacana
feminis memiliki titik perhatian yang menunjukkan bagaimana teks dalam menampilkan
wanita . Gagasan dari Sara Mills (dalam Eriyanto) sebagaimana melihat pada bagian
peran pelaku ditampilkan dalam teks dan peran pembaca serta penulis ditampilkan
dalam teks (Fauzan, 2014). Pada akhirnya gaya pemaparan dan peran yang ditempatkan
dan ditampilkan teks ini akan membentuk pihak yang legitimate yaitu pihak yang
berkuasa dan menjadi pihak minoritas yang dikendalikan.
Kerangka analisis Sara Mills lebih menekankan posisi dalam teks. Posisi-posisi
ini dalam bentuk subjek dan objek (Basarah, 2019). Posisi subjek sebagai penafsir.
Sementara posisi objek sebagai yang ditafsir. Hasil dari teks tersebut sebagai negosiasi
antara subjek dan objek. Paradigma penelitian ini akan mendalami bahasa perempuan.
Lebih pada penelitian kualitatif. Menggunakan Analisis Wacana Kritis (AWK) wacana
Sara Mills. Fokus penelitian pada posisi (subjek-objek), posisi pembaca dan kerangka
analisis. Data diambil dari rubrik viral pada koran radar Sorong.
Urgensi dalam penelitian ini untuk membuka pandangan baru terhadap
perempuan. Data yang akan dipertimbangkan adalah koran. Mendeskripsikan tentang
karakteristik perempuan yang ada pada media massa koran Radar Sorong edisi bulan
Februari-April 2020. Analisis ini akan dihubungkan dengan realitas dan konteks sosial.
Setelah itu, dilakukan AWK Sara Mills untuk mengetahui perspektif pembaca dan
penulis. Penulis memposisikan dirinya sebagai perempuan, sehingga teks yang
ditampilkan mengarahkan pembaca untuk menafsirkan dalam sudut pandang
perempuan.
Penelitian sejenis tentang bahasa perempuan sudah pernah dilakukan,
diantaranya yang pertama adalah Jurnal Ilmiah yang ditulis oleh Yunni Wulan Ndari,
Sunarto, Hapsari Dwiningtyas yang berjudul Representasi korban kekerasan dalam
rumah tangga pada rubrik “Nah ini dia” di surat kabar Pos kota (Analisis Wacana Sara

52
Jurnal Frasa: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya
Volume (1), Nomor (2), Agustus 2020
ISSN: 2721-1533

Mills). Hasil dari penelitian ini mengatakan bahwa ada empat tahap yaitu konstruksi
karakter laki-laki dan perempuan (character), sudut pandang gender (focalization) dan
bagaimana ideologi dominan yang ada tumbuh dalam perbedaan gender (Ndari et al.,
2015).
Penelitian selanjutnya adalah Jurnal Ilmiah yang ditulis oleh Fadhillah Sri
Meutia yang berjudul Membaca “Tinung” dalam film Cau Bau Kan (Analisis Wacana
Kritis dalam perspektif gender). Hasil dari penelitian ini memuat pesan-pesan yang
dikandung tentang citra perempuan. Sehingga sosok perempuan yang dinilai lemah dan
tidak bermartabat merupakan suatu konstruksi realitas yang diciptakan oleh masyarakat
“Man is a social product” yang harus diubah (Meutia, 2018).
Dua penelitian diatas memiliki persamaan yang mengutamakan perempuan.
Berusaha membuat paradigma baru tentang perempuan. Penelitian tersebut juga
memiliki beberapa perbedaan. Penelitian yang berjudul Representasi korban kekerasan
dalam rumah tangga pada rubrik “Nah ini dia” di surat kabar Pos kota (Analisis Wacana
Sara Mills) membahas tentang konstruksi laki-laki dan perempuan dalam teks
pemberitaan (character), penggambaran bagian tubuh perempuan (fragmentation),
sudut pandang gender (focalization) dan bagaimana ideologi dominan yang ada tumbuh
dalam perbedaan gender. Selanjutnya penelitian berjudul Membaca “Tinung” dalam
film Cau Bau Kan (Analisis Wacana Kritis dalam perspektif gender) membahas tentang
memaparkan representasi cara kerja wanita dalam kepatuhan dan ketergantungan
terhadap pria.
Maka penelitian ini berfokus pada paradigma baru yang berasal dari bahasa
perempuan dirubrik viral pada koran Radar Sorong. Hasil dari penelitian ini adalah
penemuan gagasan baru pada bahasa perempuan. Penelitian ini akan berguna bagi
perkembangan bahasa kedepannya. Berdasarkan hal tersebut, maka judul penelitian ini
ditetapkan : Kajian Wacana Kritis Sara Mills Bahasa Perempuan Pada Rubrik Viral
Koran Radar Sorong Edisi Bulan Februari-April 2020.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian dengan
pendekatan kualitatif lebih menekankan analisisnya pada proses penyimpulan deduktif
dan induktif serta pada analisis terhadap dinamika hubungan antarfenomena yang
diamati menggunakan logika ilmiah. Hal ini bukan berarti tidak menggunakan
dukungan data kuantitatif akan tetapi penekanannya tidak pada pengujian hipotesis
melainkan melalui cara berpikir formal dan argumentatif.
Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif
kualitatif. Pendekatan kualitatif merupakan prosedur penelitian yang berlandaskan pada
filsafat postpositivisme untuk meneliti atau mencari kebenarannya berdasarkan esensi
(sesuai dengan hakikat objek), posisi peneliti sebagai instrument kunci, analisis data
yang disampaikan dalam bentuk kualitatif, serta hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna dari pada generalisasi atau simpulan (Sugiyono, 2010).

53
Jurnal Frasa: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya
Volume (1), Nomor (2), Agustus 2020
ISSN: 2721-1533

Pendekatan deskriptif kualitatif merupakan data yang dianalisis atau hasil


analisis berbentuk deskriptif dan tidak berupa angka-angka. Analisis hanya sampai taraf
deskripsi, yaitu menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematis sehingga dapat
lebih mudah untuk dipahami dan disimpulkan (Azwar, 2016). Dalam penelitian ini data
yang dipergunakan berupa kutipan, frasa, klausa dan kalimat pada rubrik viral Radar
Sorong. Pendekatan penelitian ini dapat digunakan untuk menguak atau membuka
maksud dalam posisi subjek dan objek serta posisi penulis dan pembaca pada koran
Radar Sorong.
Penelitian ini mengenai wacana kritis bahasa perempuan dalam rubrik viral
Radar Sorong memiliki gambaran yang sangat jelas. Gambaran dalam penelitian ini
mengenai suatu hal bedasarkan fenomena yang ada. Selain itu, menjelaskan bahasa
perempuan dalam suatu wacana sehingga menarik suatu simpulan (inferensi).
Metode yang digunakan dalam penganalisisan data penelitian ini adalah metode
deskriptif. Metode deskriptif merupakan penafsiran keadaan sekarang serta menafsirkan
kondisi yang ada dalam situasi untuk memahami makna dari data yang ada (Sugiyono,
2010). Metode ini dapat berfungsi sebagai hasil pengolahan data untuk mendeskripsikan
hasil analisisnya.
Teknik yang digunakan adalah teknik isi yang digunakan dalam penelitian
kualitatif. Teknik analisis ini merupakan teknik digunakan untuk analisis semua bentuk
komunikasi seperti: buku, surat kabar, puisi, novel, cerpen dan lain-lain. Teknik isi
merupakan sebuah strategi dalam verifikasi kualitatif. Teknik analisis data ini sering
digunakan dalam penelitian. Sehingga teknik ini yang paling abstrak untuk analisis data-
data kualitatif. Jika ditinjau menurut teknik, upaya ini mencakup klasifikasi lambang-
lambang yang digunakan dalam komunikasi, kriteria dalam klasifikasi, serta memiliki
teknik-teknik analisis tertentu. Analisis ini sering digunakana dalam menganalisis
verifikasi. Cara kerja analisis ini kebanyakan menggunakan kualitatif. Peneliti membuat
analisis dengan menggunakan lambang-lambang tertentu, mengklasifikasi data-data
dengan kriteria serta membuat prediksi dengan teknik yang telah ditentukan.
Analisis data kualitatif merupakan cara yang akan dilakukan dalam mengerjakan
data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola.
Penyajian hasil penelitian akan mengikuti table yang telah disiapkan. Sebagaimana
representasi perempuan, posisi subjek (sebagai pencerita) dan objek (siapa yang
diceritakan) serta posisi penulis (sebagai yang diceritakan) dan pembaca (memposisikan
dirinya dalam teks).
Data yang didapatkan oleh peneliti akan dikelompokkan berdasarkan kategori
yang telah ditemukan oleh peneliti. Data penelitian dikumpulkan baik lewat instrument
pengumpulan data maupun lewat data dokumentasi. Data yang dikumpulkan berupa
data primer (sumber utama) dan data sekunder (sumber tidak langsung).
Data yang didapatkan oleh peneliti tidak digunakan semuanya dalam
penganalisisan. Data yang telah diperoleh akan dipilih yang paling penting, sedangkan
data yang tidak penting akan dihilangkan. Makna kata reduksi memiliki arti

54
Jurnal Frasa: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya
Volume (1), Nomor (2), Agustus 2020
ISSN: 2721-1533

pengurangan atau potongan. Data yang dikumpulkan hanya membahas tentang


perempuan dalam rubrik viral Koran Radar Sorong edisi bulan Februari-Maret.
Untuk memudahkan penelitian, peneliti menggunakan upaya pengkodean pada
setiap data dengan kriteria representasi perempuan, posisi subjek-objek, posisi penulis-
pembaca, tanggal, bulan dan tahun.
(a) Kode representasi perempuan yaitu J/PSO/tgl/bln/thn.
(b) Kode representasi perempuan yaitu J/PPP/tgl/bln/thn.
Keterangan:
J : Judul Wacana
PSO : Posisi Subjek Objek
PPP : Posisi Penulis Pembaca
Tgl : Tanggal
Bln : Bulan
Thn : Tahun
Instrumen dalam penelitian ini ialah dokumentasi serta faliditas dalam
mengumpulkan data-data agar lebih mudah dan menghasilkan data yang lebih baik,
lengkap, sistematis, sehingga mudah jika diolah. Dalam penggunaan teknik
dokumentasi peneliti menggunakan kartu data.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian ini dipaparkan secara sistematis dengan menyertakan pembahasan
melalui Rubrik Viral Koran Radar Sorong Bulan Februari-April 2020 yang telah dikaji.
Sehingga hasil dari pembahasan tersebut dipaparkan dengan mengoptimalkan
mekanisme instrumen penelitian berupa tabel rumusan masalah dan analisis data. Data
yang terkumpul dianalisis secara bertahap dengan berlandaskan pada komponen teori
Analisis Wacana Kritis (AWK) Sara Mills. Data sebagaimana dalam posisi subjek-
objek dan posisi penulis-pembaca. Gagasan dari Sara Mills (dalam Eriyanto)
sebagaimana melihat pada bagian peran pelaku ditampilkan dalam teks dan peran
pembaca serta penulis ditampilkan dalam teks (Fauzan, 2014).
Dalam bab ini dikaji pembahasan dan hasil dari penelitian. Dalam analisis data
penelitian mengkaji 1) Posisi Subjek-Objek, 2) Posisi Penulis-Pembaca pada Rubrik
Viral Koran Radar Sorong Bulan Februari-April 2020. Kerangka analisis Sara Mills
lebih menekankan posisi dalam teks. Posisi-posisi ini dalam bentuk subjek dan objek.
Posisi subjek sebagai penafsir (yang bercerita). Sementara posisi objek sebagai yang
ditafsir (yang diceritakan).
Data pertama dalam penelitian ini dapat dibuktikan dari penggalan kalimat yang
terdapat di dalam media massa yang berjudul “Nikita Mirzani Dijemput Paksa Polisi”
(Radar Sorong, 01 Februari 2020) mengandung posisi subjek yang dijelaskan oleh
pengacara. Sedangkan posisi objeknya ialah Nikita Mirzani.

55
Jurnal Frasa: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya
Volume (1), Nomor (2), Agustus 2020
ISSN: 2721-1533
(1) Nikita Mirzani berada di Polres Jakarta Selatan bersama anaknya, Arkana, yang masih
menyusui. Nikita ditemani oleh rekan-rekannya, ia ditahan di Polres Metro Jakarta Selatan,
akibat dugaan kasus penganiayaan terhadap laporan Dipo Latif. (NM/PSO/01/02/2020).

Berangkat dari kutipan di atas, dapat dideskripsikan terdapat posisi Nikita


Mirzani sebagai tersangka akibat dugaan penganiayaan terhadap Dipo Latief (mantan
suami). Hal ini dipertegas pada penggalan “Nikita Mirzani berada di Polres Jakarta
Selatan bersama anaknya, Arkana, yang masih menyusui”. Penggalan tersebut
menunjukkan bahwa Nikita Mirzani tengah melakukan proses pemeriksaan. Namun,
belum diketahui kebenarannya. Melalui pendeskripsian tersebut. Maka dapat
diinterpretasikan sebagai berikut, yang menunjukkan sebagai mana citra seorang ibu. Ia
tetap menjalankan pemeriksaan tanpa harus meninggalkan kewajibannya. Nikita
Mirzani dalam berita berada dalam posisi objek (yang diceritakan). Karena, setiap
adanya pemberitaan yang mewakili untuk berbicara ialah pengacaranya. Sedangkan
posisi subjek diisi oleh pengacara bernama Fachmi Bachmid. Pengacara yang
memberikan pengakuan atas dugaan laporan dari mantan suami Nikita Mirzani. Ia juga
yang menceritakan keadaan Nikita selama melakukan proses pemeriksaan. Selain itu
rekan-rekannya juga memberikan semangat kepada Nikita. Ditinjau dari teori AWK,
dapat dicermati posisi tersebut dalam kasus yang mengkonstruksikan penelitian
pembaca bahwa Nikita adalah pelaku utama dalam kasus penganiayaan Dipo Latief
(mantan suami). Hal ini diperkuat melalui judul besar kasus ini yang menitikberatkan
pada Nikita sebagai agentif atau pelaku. Hal ini berdasarkan teori Sara Mills (dalam
Eriyanto) lebih melihat bagaimana posisi aktor yang ditampilkan dalam teks, “posisi-
posisi ini dalam arti supaya yang menjadi subjek pencitraan siapa yang menjadi objek
pencitraan akan menentukan bagaimana struktur teks dan bagaimana makna diperlukan
dalam teks secara keseluruhan” (Sobari & Faridah, 2012).
Data kedua dalam penelitian ini dapat dibuktikan dari penggalan kalimat yang
terdapat di dalam media massa yang berjudul “Tara Basro Unggah Foto Tanpa Busana”
(Radar Sorong, 05 Februari 2020) mengandung posisi subjek dan objek ialah dirinya
sendiri.
(2) Pemain film ‘Gundala’ ini mengunggah beberapa foto seksi yang menunjukkan bentuk
tubuhnya. Wanita 29 tahun ini memberikan pesan terhadap kepercayaan diri meskipun memiliki
bentuk tubuh yang curvy. (TB/PSO/05/02/2020).

Berangkat dari kutipan di atas, dapat dideskripsikan terdapat posisi Tara Basro
sebagai aktris yang banyak dibicarakan karena unggahan foto kurang sopan. Hal ini
dipertegas pada penggalan “Pemain film ‘Gundala’ ini mengunggah beberapa foto seksi
yang menunjukkan bentuk tubuhnya”. Penggalan tersebut menunjukkan bahwa Tara
Basro memang mengunggah foto tersebut. Melalui pendeskripsian tersebut. Maka dapat
diinterpretasikan sebagai berikut, yang menunjukkan sebagai mana citra Tara Basro
selalu tampil sempurna. Buan hanya riasan wajah, namun dengan tubuh yang idela. Tara
Basro dalam berita berada dalam posisi subjek (yang bercerita). Karena, setiap adanya
pemberitaan yang mewakili untuk berbicara ialah dirinya sendiri. Sedangkan pada
posisi objek diisi oleh seluruh perempuan yang kurang percaya diri akan tampilan fisik.

56
Jurnal Frasa: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya
Volume (1), Nomor (2), Agustus 2020
ISSN: 2721-1533

Hal ini dipertegas pada penggalan “Wanita 29 tahun ini memberikan pesan terhadap
kepercayaan diri meskipun memiliki bentuk tubuh yang curvy”. Postingan tersebut
dilakukan Tara Basro sebagai kunci untuk semua perempuan harus mengedepankan rasa
bersyukur. Apapun yang dimiliki harus bisa menerima dan selalu percaya diri. Ditinjau
dari teori AWK, dapat dicermati posisi tersebut dalam kasus yang mengkonstruksikan
penelitian pembaca bahwa Tara Basro adalah pelaku utama dalam memberikan
pengakuan atas unggahan foto yang dilakukannya. Hal ini diperkuat melalui judul besar
kasus ini yang menitikberatkan pada Tara Basro sebagai agentif atau pelaku. Hal ini
berdasarkan teori Sara Mills (dalam Eriyanto) lebih melihat bagaimana posisi aktor
yang ditampilkan dalam teks, “posisi-posisi ini dalam arti supaya yang menjadi subjek
pencitraan siapa yang menjadi objek pencitraan akan menentukan bagaimana struktur
teks dan bagaimana makna diperlukan dalam teks secara keseluruhan” (Sobari &
Faridah, 2012).
Data ketiga dalam penelitian ini dapat dibuktikan dari penggalan kalimat yang
terdapat di dalam media massa yang berjudul “Hesti Purwadinata Istri Hasil
Selingkuhan” (Radar Sorong, 06 Februari 2020) mengandung posisi subjek ialah Hesti
Purwadinata. Sedangkan posisi objeknya ialah mantan pacar dan suaminya.
(3) Dengan santai, ia menceritakan masa lalunya tersebut kepada Andre Taulany. “Bisa dibilang
gue adalah istri hasil tikungan orang,” ungkapnya di channel YouTube Taulani Tv.
(HP/PSO/06/02/2020).

Berangkat dari kutipan di atas, dapat dideskripsikan terdapat posisi Hesti


Purwadinata sebagai Presenter yang mengaku menjadi istri hasil tikungan. Hal ini
dipertegas pada penggalan . “Bisa dibilang gue adalah istri hasil tikungan orang,”.
Penggalan tersebut menunjukkan bahwa Hesti Purwadinata membenarkan kejadian
tersebut. Kejadian ini terjadi semasa ia sedang berpacaran dengan orang lain. Namun,
menikah dengan orang lain pula (Edo Borne). Melalui pendeskripsian tersebut. Maka
dapat diinterpretasikan sebagai berikut, subjek yang menunjukkan sebagai pencerita
dalam berita tersebut. Melalui penggalan kutipan bahasa “Bisa dibilang gue adalah istri
hasil tikungan orang,” dapat dicermati posisi Hesti Purwadinata pada kasus ini
menduduki posisi subjek. Karena, ia sendiri sebagai pencerita atau mengenalkan
permasalahan yang ia alami. Jika ditinjau dari posisi objeknya ialah mantan pacar dan
suami. Hesti Purwadinata menjelaskan dengan detail sebagai mana ia ditinggal bekerja
oleh kekasihnya. Hal ini dapat dilihat melalui penggalan kutipan bahasa berbunyi “Jadi
dulu tuh gue deket sama seseorang tapi bukan Edo suami gue sekarang, nah yang deket
keluar kota”. Sehingga pada saat ada lelaki lain yang mendekatinya, ia memutuskan
untuk menikah dan meninggalkan kekasihnya. Hal ini dapat dilihat melalui penggalan
kutipan bahasa berbunyi “Mungkin kayaknya gue gatel ya. Lagian dia (pria yang
mendekatinya) kan belum jadi pacar gue”. Ditinjau dari teori AWK, dapat dicermati
posisi tersebut dalam kasus yang mengkonstruksikan penelitian pembaca bahwa Hesti
Purwadinata adalah pelaku utama sebagai pencerita. Hal ini berdasarkan teori Sara Mills
(dalam Eriyanto) lebih melihat bagaimana posisi aktor yang ditampilkan dalam teks,
“posisi-posisi ini dalam arti supaya yang menjadi subjek pencitraan siapa yang menjadi

57
Jurnal Frasa: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya
Volume (1), Nomor (2), Agustus 2020
ISSN: 2721-1533

objek pencitraan akan menentukan bagaimana struktur teks dan bagaimana makna
diperlukan dalam teks secara keseluruhan” (Sobari & Faridah, 2012).
Data selanjutnya dalam penelitian ini dapat dibuktikan dari penggalan kalimat
yang terdapat di dalam media massa yang berjudul “Felicya Angelista Lamaran di
Pantai” (Radar Sorong, 10 Februari 2020) mengandung posisi subjek ialah Nadi K
Rukmantara. Sedangkan posisi objeknya ialah Felicya Angelista dan Caesar Hito.
(4) Felicya Angelista dan Caesar Hito meresmikan pertunangan mereka di Pantai Mutiara,
Jakarta Utara. Lokasi di tepi Laut memang sengaja dipilih oleh pasangan yang sudah
berpacaran 2013 itu. (FA/PSO/10/02/2020).

Berangkat dari kutipan di atas, dapat dideskripsikan terdapat posisi Felicya


Angelista dan Caesar Hito sebagai pelaku yang akan meresmikan hubungannya. Hal ini
dipertegas pada judul berita “Lamaran di Pantai”. Penggalan tersebut menunjukkan
bahwa persiapan untuk melangsungkan acara sudah disiapkan. Hal ini diperjelas oleh
Nadi K Rukmantara selaku Wedding Organizer (WO). Melalui pendeskripsian
tersebut. Maka dapat diinterpretasikan sebagai berikut, yang menunjukkan acara
lamaran antara Felicya Angelista dan Caesar Hito. Banyak kegelisahan yang dialami
karena menggunakan nuansa alam. Cuaca juga kurang mendukung saat itu. Namun
tetap berjalan lancar. Felicya Angelista dan Caesar Hito dalam berita berada dalam
posisi objek (yang diceritakan). Karena, setiap adanya pemberitaan yang mewakili
ialah WO. Sedangkan posisi subjek diisi oleh WO bernama Nadi K Rukmantara. WO
yang memberian penjelasan tentang berjalannya lamaran tersebut. Jika ditinjau dari
teori AWK, dapat dicermati posisi tersebut dalam kasus yang mengkonstruksikan
penelitian pembaca bahwa Felicya Angelista dan Caesar adalah pelaku utama dalam
pemberitaan tersebut. Hal ini diperkuat melalui judul besar kasus ini yang
menitikberatkan pada Felicya Angelista dan Caesar. Hal ini berdasarkan teori Sara
Mills (dalam Eriyanto) lebih melihat bagaimana posisi aktor yang ditampilkan dalam
teks, “posisi-posisi ini dalam arti supaya yang menjadi subjek pencitraan siapa yang
menjadi objek pencitraan akan menentukan bagaimana struktur teks dan bagaimana
makna diperlukan dalam teks secara keseluruhan” (Sobari & Faridah, 2012).
Data selanjutnya dalam penelitian ini dapat dibuktikan dari penggalan kalimat
yang terdapat di dalam media massa yang berjudul “Bunga Citra Lestari Datang
Kembali ke Pemakaman” (Radar Sorong, 20 Februari 2020) mengandung posisi subjek
ialah Doddy. Sedangkan posisi objeknya ialah Bunga Citra Lestari.
(5) Bunga Citra Lestari (BCL) sepertinya masih berat menerima kenyataan bahwa sang
suami, Ashraf Sinclair, telah tiada. Sehari setelah jenazah Ashraf Sinclair dimakamkan, BCL dan
keluarga kemarin (19/2) mendatangi makam Ashraf Sinclair, di San Diego Hill, Jawa Barat.
(BCL/PSO/20/02/2020).

Berangkat dari kutipan di atas, dapat dideskripsikan terdapat posisi Bunga Citra
Lestari sebagai istri dari Ashraf Sinclair. Ashraf Sinclair yang meninggal beberapa hari
yang lalu atas dugaan serangan jantung. Hal ini dipertegas pada penggalan “diberitakan
sebelumnya, actor Ashraf Sinclair meninggal pada Selasa (18/2/20) pagi pukul 04.51
WIB. Menurut manager BCL, Doddy, Ashraf meninggal setelah mengalami serangan

58
Jurnal Frasa: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya
Volume (1), Nomor (2), Agustus 2020
ISSN: 2721-1533

jantung”. Penggalan tersebut menunjukkan kebenaran atas meninggalnya actor Ashraf


Sinclair. Melalui pendeskripsian tersebut. Maka dapat diinterpretasikan sebagai berikut,
yang menunjukkan sebagai mana citra seorang ibu. Ia tetap menjalankan kehidupan
dengan berusaha untuk tegar atas sepeninggal suaminya. BCL terus memluk anaknya
sambil menitihkan air mata. BCL dalam berita berada dalam posisi objek (yang
diceritakan). Karena, setiap adanya pemberitaan yang mewakili untuk berbicara ialah
managernya. Sedangkan posisi subjek diisi oleh managernya bernama Doddy. Manager
BCL yang memberikan pengakuan jika sehari setelah meninggalnya Ashraf Sinclair,
BCL beserta keluarga kembali menuju kepemakaman. Ditinjau dari teori AWK, dapat
dicermati posisi tersebut dalam kasus yang mengkonstruksikan penelitian pembaca
bahwa BCL adalah pelaku utama yang terlihat sangat kehilangan atas sepeninggal
suaminya. Meskipun kesedihan terlihat dari beberapa keluarga. Namun, yang sangat
tampak ialah sikap oleh BCL. Hal ini berdasarkan teori Sara Mills (dalam Eriyanto)
lebih melihat bagaimana posisi aktor yang ditampilkan dalam teks, “posisi-posisi ini
dalam arti supaya yang menjadi subjek pencitraan siapa yang menjadi objek pencitraan
akan menentukan bagaimana struktur teks dan bagaimana makna diperlukan dalam teks
secara keseluruhan” (Sobari & Faridah, 2012).
Kerangka analisis Sara Mills lebih menekankan posisi dalam teks. Posisi-posisi
ini dalam bentuk Penulis dan Pembaca. Posisi Penulis dan Pembaca sebagaimana
memposisikan diri jika berada dalam berita. Sehingga ditambahkan sebagai pembaca
perempuan dan laki-laki.
Data pertama dalam penelitian ini dapat dibuktikan dari penggalan kalimat yang
terdapat di dalam media massa yang berjudul “Nikita Mirzani Dijemput Paksa Polisi”
(Radar Sorong, 01 Februari 2020).
1) Nikita Mirzani berada di Polres Jakarta Selatan bersama anaknya, Arkana, yang masih
menyusui. Nikita ditemani oleh rekan-rekannya, ia ditahan di Polres Metro Jakarta Selatan,
akibat dugaan kasus penganiayaan terhadap laporan Dipo Latif. (NM/PPP/01/02/2020).
Berdasarkan kutipan di atas, dapat diinterpretasikan sebagai berikut, Jika
ditinjau pada posisi penulis ada beberapa yang memiliki berita tersebut. Seperti media
(detikHOT, Kompas.com, Metro Tempo.co, Hot Liputan6.com dan Suara.com) ada lima
pemberitaan. Setelah penelusuran, banyak berita yang dikumpulkan menjadi satu
sehingga terbentuklah sebuah berita. Berita tentang Nikita Mirzani atas dugaan
penganiayaan. Dan dijemput paksa oleh polisi. Jika ditinjau dari posisi pembaca
memiliki argumen yang cukup menarik dalam berita tersebut. Namun, dibedakan
menjadi pembaca perempuan dan laki-laki. Pendapat dari perempuan sangat prihatin
ketika membaca penggalan “Nikita Mirzani berada di Polres Jakarta Selatan bersama
anaknya, Arkana, yang masih menyusui”. Ia mengatakan merasa terharu karena tetap
menjalankan tugas sebagai seorang ibu, walaupun tengah menghadapi sebuah
permasalahan. Sedangkan pendapat laki-laki mengatakan sebaliknya, untuk tidak
meluapkan emosi dalam bentuk apapun. Karena emosi tersebut akan membawa
malapetaka. Dalam permsalahan ini belum ditemukan bukti yang konkret. Sehingga
belum dapat dipastikan yang bersalah antara Nikita Mirzani atau Dipo Latief. Hal ini

59
Jurnal Frasa: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya
Volume (1), Nomor (2), Agustus 2020
ISSN: 2721-1533

berdasarkan teori Sara Mills (dalam Eriyanto) lebih melihat bagaimana posisi penulis-
pembaca dalam gagasan tersebut lebih memusatkan struktur kebahasaan dalam
pengaruh serta pemaknaan khalayak (Sobari & Faridah, 2012).
Data kedua dalam penelitian ini dapat dibuktikan dari penggalan kalimat yang
terdapat di dalam media massa yang berjudul “Tara Basro Unggah Foto Tanpa Busana”
(Radar Sorong, 05 Februari 2020).
2) Pemain film ‘Gundala’ ini mengunggah beberapa foto seksi yang menunjukkan bentuk
tubuhnya. Wanita 29 tahun ini memberikan pesan terhadap kepercayaan diri meskipun memiliki
bentuk tubuh yang curvy. (TB/PPP/05/02/2020).
Berangkat dari kutipan di atas, maka dapat diinterpretasikan sebagai berikut,
Jika ditinjau pada posisi penulis ada beberapa yang memiliki berita tersebut. Seperti
media (detikHOT, Liputan6.com, celebrity.okezone.com dan smol.id) ada empat
pemberitaan. Setelah penelusuran, banyak berita yang dikumpulkan menjadi satu
sehingga terbentuklah sebuah berita. Berita tentang Tara Basro yang telah mengunggah
foto tanpa busana. Alasannya ialah sebagai inspirasi kepada semua perempuan untuk
selalu bersyukur memiliki tubuh yang kurus maupun gemuk. Jika ditinjau dari posisi
pembaca memiliki argumen yang cukup menarik dalam berita tersebut. Namun,
dibedakan menjadi pembaca perempuan dan laki-laki. Pendapat dari perempuan sangat
tersentuh jika membaca pernyataan yang disampaikan dalm postingan tersebut. Namun,
kurang baik jika harus mengunggah foto tanpa busana. Sedangkan pendapat laki-laki
mengatakan, seharusnya lebih dipikirkan lagi. Karena sosial media bukan digunakan
untuk orang dewasa saja. Karena banyak anak yang belum cukup umur sudah
menggunakan media sosial. Harusnya dipertimbangkan, jangan sampai disalahgunakan
oleh orang lain. Hal ini berdasarkan teori Sara Mills (dalam Eriyanto) lebih melihat
bagaimana posisi penulis-pembaca dalam gagasan tersebut lebih memusatkan struktur
kebahasaan dalam pengaruh serta pemaknaan khalayak (Sobari & Faridah, 2012).
Data ketiga dalam penelitian ini dapat dibuktikan dari penggalan kalimat yang
terdapat di dalam media massa yang berjudul “Hesti Purwadinata Istri Hasil
Selingkuhan” (Radar Sorong, 06 Februari 2020).
3) Dengan santai, ia menceritakan masa lalunya tersebut kepada Andre Taulany. “Bisa
dibilang gue adalah istri hasil tikungan orang,” ungkapnya di channel YouTube Taulani Tv.
(HP/PPP/06/02/2020).
Berangkat dari kutipan di atas, maka dapat diinterpretasikan sebagai berikut, Jika
ditinjau pada posisi penulis ada beberapa yang memiliki berita tersebut. Seperti media
(detikHOT, Suara.com dan InsertLive) ada tiga pemberitaan. Setelah penelusuran,
banyak berita yang dikumpulkan menjadi satu sehingga terbentuklah sebuah berita.
Berita tentang pengakuan Hesti Purwadinata sebagai Istri Hasil Tikungan. Jika ditinjau
dari posisi pembaca memiliki argumen yang cukup menarik dalam berita tersebut.
Namun, dibedakan menjadi pembaca perempuan dan laki-laki. Pendapat dari
perempuan merasa kurang sopan saat menggunakan bahasa. Ada beberapa kata yang
seharusnya diperbaiki. Karena media digunakan banyak kalangan bukan hanya dewasa
saja. Dalam cerita sangat memprihatinkan jika ia sendiri yang menjatuhkan nama
baiknya. Seharusnya ini sebagai privasi bukan untuk publik. Sedangkan pendapat laki-

60
Jurnal Frasa: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya
Volume (1), Nomor (2), Agustus 2020
ISSN: 2721-1533

laki sangat menyayangkan tindakan yang dilakukan oleh Hesti Purwadinata. Karena
kekasihnya pergi keluar kota untuk bekerja bukan bermain-main. Seharusnya ia harus
setia menunggu kedatangannya kembali. Hal ini berdasarkan teori Sara Mills (dalam
Eriyanto) lebih melihat bagaimana posisi penulis-pembaca dalam gagasan tersebut lebih
memusatkan struktur kebahasaan dalam pengaruh serta pemaknaan khalayak (Sobari &
Faridah, 2012).
Data selanjutnya dalam penelitian ini dapat dibuktikan dari penggalan kalimat
yang terdapat di dalam media massa yang berjudul “Felicya Angelista Lamaran di
Pantai” (Radar Sorong, 10 Februari 2020).
4) Felicya Angelista dan Caesar Hito meresmikan pertunangan mereka di Pantai Mutiara,
Jakarta Utara. Lokasi di tepi Laut memang sengaja dipilih oleh pasangan yang sudah berpacaran
2013 itu. (FA/PPP/10/02/2020)
Berangkat dari kutipan di atas, maka dapat diinterpretasikan sebagai berikut,
Jika ditinjau pada posisi penulis ada beberapa yang memiliki berita tersebut. Seperti
media (detikHOT, Hot Liputan6.com dan Suara.com) ada tiga pemberitaan. Setelah
penelusuran, banyak berita yang dikumpulkan menjadi satu sehingga terbentuklah
sebuah berita pengakuan dari WO yang membenarkan acara lamaran mereka. Jika
ditinjau dari posisi pembaca memiliki argumen yang cukup menarik dalam berita
tersebut. Namun, dibedakan menjadi pembaca perempuan dan laki-laki. Setelah
ditelusuri pendapat antara perempuan dan laki-laki hampir sama. Saling
mengedepankan yang namanya kesetiaan. Jika bisa bertahan dalam keadaan susah
bersama akan mendapatkan kebahagiaan selanjutnya. Hal ini berdasarkan teori Sara
Mills (dalam Eriyanto) lebih melihat bagaimana posisi penulis-pembaca dalam gagasan
tersebut lebih memusatkan struktur kebahasaan dalam pengaruh serta pemaknaan
khalayak (Sobari & Faridah, 2012).
Data selanjutnya dalam penelitian ini dapat dibuktikan dari penggalan kalimat
yang terdapat di dalam media massa yang berjudul “Bunga Citra Lestari Datang
Kembali ke Pemakaman” (Radar Sorong, 20 Februari 2020).
5) Bunga Citra Lestari (BCL) sepertinya masih berat menerima kenyataan bahwa sang
suami, Ashraf Sinclair, telah tiada. Sehari setelah jenazah Ashraf Sinclair dimakamkan, BCL dan
keluarga kemarin (19/2) mendatangi makam Ashraf Sinclair, di San Diego Hill, Jawa Barat.
(BCL/PPP/20/02/2020).
Berangkat dari kutipan di atas, maka dapat diinterpretasikan sebagai berikut,
Jika ditinjau pada posisi penulis ada beberapa yang memiliki berita tersebut. Seperti
media (detikHOT, Kompas.com dan Hot Liputan6.com) ada tiga pemberitaan. Setelah
penelusuran, banyak berita yang dikumpulkan menjadi satu sehingga terbentuklah
sebuah berita. Berita tentang meninggalnya actor Ashraf Sinclair serta kesedihan yang
dialami istri dan keluarga. Bahkan BCL telah membeli pemakan untuk satu pasang. Hal
ini dapat diketahui melalui penggalan yang berbunyi “Untuk dua orang harganya Rp.
260 juta. Dipesannya memang untuk dua orang,” ucap Edo selaku general manager San
Diego Hills. Dapat disimpulkan bahwa BCL telah mempersiapkan pemakaman
untuknya suatu saat nanti. Jika ditinjau dari posisi pembaca memiliki argumen yang
cukup menarik dalam berita tersebut. Namun, dibedakan menjadi pembaca perempuan

61
Jurnal Frasa: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya
Volume (1), Nomor (2), Agustus 2020
ISSN: 2721-1533

dan laki-laki. Pendapat dari perempuan sangat prihatin serta merasakan kesedihan yang
dialami oleh BCL. Kalaupun mereka diposisi BCL pasti akan melakukan hal yang sama.
Jika ditinjau dari pendapat laki-laki, sedih boleh hanya saja jangan terlalu larut dalam
kesedihan. Boleh merasa kehilangan, hanya saja berusaha bangkit itu perlu. Hal ini
berdasarkan teori Sara Mills (dalam Eriyanto) lebih melihat bagaimana posisi penulis-
pembaca dalam gagasan tersebut lebih memusatkan struktur kebahasaan dalam
pengaruh serta pemaknaan khalayak (Sobari & Faridah, 2012).

SIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang Analisis Wacana Kritis
Sara Mills yang menekankan pada posisi subjek-objek dan posisi penulis-pembaca
terhadap rubrik Viral Koran Radar Sorong selama tiga bulan, terhitung bulan Februari-
April tahun 2020.
Penganalisisan terhadap posisi-posisi yang terdapat dalam rubrik Viral pada
Koran Radar Sorong bulan Februari-April 2020 dengan menggunakan acuan penelitian
Analisis Wacana Kritis Sara Mills yang mencakup dua aspek: a. posisi subjek (sebagai
pencerita) posisi objek (sebagai yang diceritakan); b. posisi penulis-pembaca
(sebagaimana memposisikan diri dalam berita).
Posisi subjek menjelaskan sebagaimana posisi tengah menceritakan sesuatu hal.
Sehingga menjadikan objek sebagai bahan untuk hal yang dibicarakan. Posisi tersebut
terlibat atas adanya sebuah topik yang tengah ramai dibicarakan khalayak. Posisi
penulis-pembaca memiliki kedudukan yang sama. Posisi ini lebih menekankan
sebagaimana jika berada dalam sebuah pemberitaan. Membuat penulis benar-benar
merasakan dalam kondisi seperti pemberitaan. Posisi pembaca memiliki persamaan
untuk merasakan kondisi yang terjadi dalam pemberitaan. Posisi tersebut ditambahkan
dengan pembaca perempuan dan laki-laki. Sehingga memiliki pendapat yang berbeda.
Membuat wawasan pemberitaan yang lebih luas.

DAFTAR PUSTAKA
Azwar, D. S. (2016). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Badara, A. (2012). Analisis Wacana Teori, Metode, dan Penerapannya pada Wacana
Media (M. H. Dr. Aris Badara (ed.); 1st ed.). Prenada Media Grup.

Basarah, F. F. (2019). Feminisme Dalam Web Series “Sore-Istri Dari Masa Depan”
(Analisis Wacana Sara Mills). Widyakala Journal.
https://doi.org/10.36262/widyakala.v6i2.193

Cahyono, B. (2017). Analisis Ketrampilan Berfikir Kritis dalam Memecahkan Masalah


Ditinjau Perbedaan Gender. AKSIOMA. https://doi.org/10.26877/aks.v8i1.1510
Chaer, A. (2014). Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cita.

Fauzan, U. (2014). Analisis Wacana Kritis dari Model Fairclough Hingga Mills. Jurnal

62
Jurnal Frasa: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya
Volume (1), Nomor (2), Agustus 2020
ISSN: 2721-1533

Pendidikan.
Khotimah, E. (2008). Analisis Kritis Wacana Poligami: Praktik Marjinalisasi dan
Demonologi Islam dalam Wacana Poligami. Mediator: Jurnal Komunikasi.
https://doi.org/10.29313/mediator.v9i1.1139
Meutia, F. S. (2018). Membaca “Tinung” dalam Film Ca Bau Kan: Analisis Wacana
Kritis Dalam Perspektif Gender.

Ndari, Y. W., Sunarto, & Dwiningtyas, H. (2015). Representasi Korban Kekerasan


Dalam Rumah Tangga pada Rubrik “Nah Ini Dia” Di Surat Kabar Pos Kota
(Analisis Wacana Sara Mills).

Ningsih, W. (2018). Nilai-Nilai Edukasi Islam dalam Novel “Pudarnya Pesona


Cleopatra” (Analisis Wacana Kritis Model Sara Mills). Lingua Franca:Jurnal
Bahasa, Sastra, Dan Pengajarannya. https://doi.org/10.30651/lf.v2i2.1610
Setiawan, T. (2014). Ancangan Awal Praktik Analisis Wacana Kritis. Diksi.
https://doi.org/10.21831/diksi.v2i22.3170

Sobari, T., & Faridah, L. (2012). Model sara mills dalam analisis wacana peran dan
relasi gender. 88–99.
Sugiyono, P. D. (2010). Cara Mudah Menyusun: Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Alfabeta.

Wardani, S. W., Purnomo, D., & Lahade, J. R. (2013). Analisis Wacana Feminisme
Sara Mills Program Tupperware She Can! On Radio.

63

Anda mungkin juga menyukai