Anda di halaman 1dari 23

REPRESENTASI WACANA CITRA WARTAWAN

DALAM FILM DRAMA HUSH


(Analisis Semiotika Roland Barthez)
Proposal Penelitian

Disusun untuk Memenuhi Ujian Proposal Penelitian


Program Studi Ilmu Komunikasi Jurnalistik
Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UIN Sunan Gunung Djati

Oleh
Neni Maudi Aprianti
1204050108

BANDUNG
2023 / 1445 H
REPRESENTASI WACANA CITRA WARTAWAN
DALAM FILM DRAMA HUSH

A. Latar Belakang Penelitian

Wartawan dianggap public memilik “kelas” yang berbeda dengan profesi


lainnya. Terlepas dari aspek kesejahteraan, bekerja sebagai wartawan memiliki
citra yang relatif lebih tinggi di banding profesi lainnya. Di karekan wartawan
dianggap profesi yang di dalamnya memadukan pengetahuan dan keterampilan.
Hal ini profesi wartawan sendiri memiliki kesigapan untuk berpinda-pindah dan
dinamika yang tinggi. Wartawan tidak berurusan dengan benda mati, namun
wartawan harus aktif melakukan interaksi dengan banyak orang. Menarik dari
wartawan menjalani hubungan dengan semua orang dari berbagai jenis latar
belakang dan status sosial. Tetapi disisi lain juga wartawan harus tetap
menjungjung tinggi status sosial orang lain, terutama Narasumber. Wartawan
sendiri tidak boleh memiliki jiwa introvert karena wartawan harus bergaul
dengan lapisan masyarakat, ras, suka, kebangsaan dan adat/daerah, karna
wartawan sendiri memiliki sifat netral dan kritis dan kecerdasan investigative
dalam menjalankan tugasnya, wartawan sendiri dalam melakukan tugas dalam
pencarian, pengumpulan,pengolahan, dan penyebarluasan berita memiliki
aturan yang harus ditaati yang dinamakan kode etik jurnalistik.
Gambaran pekerjaan dari seorang wartawan atau jurnalis dituang dalam
beberapa karya seperti film/drama. Film/ drama merupakan sebuah produk
komunikasi massa bersifat audio visual yang diminati oleh mayoritas
masyarakat. Film/drama dapat mendeskripsikan sebuah hal yang menjadi
menarik untuk dinikmati oleh masyarakat. Sehingga masyarakat lebih mudah
dalam memahami gambaran dan makna yang terkandung dari sebuah
film/drama. Beberapa film/drama yang mengisahkan tentang kehidupan
seorang wartawan atau jurnalis dalam menjalankan perannya salah satunya
film/drama Hush dari korea yang dirilis tahun 2020.
Film/drama Hush menceritakan pekerja seorang wartawan di media digital

1
2

dan cetak di sebuah instansi nasional di korea. Dalam kesehariannya ia selalu


membuat berita seperti mengumpulkan data dan fakta, mengelola dan
mempublikkasikannya. Diceritakan juga wartawan bekerja dengan keras dalam
melakukan pekerjaannya sebagai seorang wartawan. Suatu ketika sang
wartawan akan mengungkap kasus mengenai ketidak adilan seorang pegawai,
dan ia mengirim ke redakturnya, pada saat itu redaktur setuju-setuju saja dengan
beritanya itu, tetapi saat mau upload redaktur memanupulasi beritanya tanpa
sepengatahuan sang wartawa, dari situ sang wartawan hanya memakan gaji
buda karna dia harus mematuhi keputusan perusahaan seolah kode etik
jurnalistik di perusahaan ini tidak berlaku, lalu suatu ketika ada anak magang
dengan harapan ingin mendkjadi pegawai tetap di media tersebut, lagi-lagi anak
magang ini di perlakukan tidak adil karena ia bukan lulusan universitas ternama
tetapi ia memiliki skil yang memumpuni di bidang jurnalis ini. Suatu ketika
anak magang ini mendengar keputusan kepdala redaktur dan membuatnya
berakhir bunuh diri. Dari situ cerita dimulai seorang seniornya akhirnya
melakukan operasi rahasia tanpa sepengetahuan perusahaan untuk melakukan
kasus-kasus yang tidak adil jaman dahulu untuk di ungkap kembali.
Keunikan dari film/drama “Hush” yaitu drama ini dapat menggambarkan
sosok wartawan untuk mengungkap ketidak adilan yang menginginkan
kesetaraan wartawan atau jurnalis dalam menjalankan tugasnya. Dalam drama
“Hush” sosok yang diperakan oleh Hwang Jung Min yang digambarkan
memiliki sikap bertanggung jawab dan pantang meyerah dengan profesi yang
dijalankan. Sikap itu dapat tercermin dari dia yang ingin menyeratakan semua
pegawai dalam menjalankan tugasnya mulai dari juniornya yang bunuh diri
karna ketidak adilan.
Penulis tertarik untuk melakukan sebuah kajian mendalam ini tetantang
Reperesntasi Citra Wartawan Dalam Film/Drama Hush. Diharapkan penelitian
ini dapat memberi sebuah pengetahuan bagaimana seorang wartawan
dipandang pada sebuah film/drama dalam sudut pandang negara korea dan
dapat menjadi sebuah evaluasi bagi profersi wartawan dalam menjalankan
tugasnya.
3

B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka fokus
penelitian ini dapat di rumuskan dengan citra wartawan dalam melakukan
pekerjaan yang adil bagi semua kalangan wartawan tanpa membeda-bedakan
dan dibatasi dengan model Analisis Semiotika Roland Barthez).
Berdasakan uraian di atas penulis mengidentifikasikan fokus penelitian
sebagai berikut:
1. Bagaimana makna denotasi dalam film/drama Hush ?
2. Bagaimana makna konotasi dalam film/drama Hush ?
3. Bagaimana makna mitos dalam film/drama Hush ?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan fokus penelitian di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui makna denotasi dalam film/drama Hush ?
2. Untuk mengetahui makna konotasi dalam film/drama Hush ?
3. Untuk mengetahui makna mitos dalam film/drama Hush ?

D. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini memiliki kegunaan diantaranya :
1. Secara Akademis
Penulis berharap penelitian ini dapat berguna untuk jurusan Jurnalistik,
khususnya untuk Jurusan Jurnalistik UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Penelitian ini juga diharapkan dapat memperbanyak informasi mengenai
analisis studi Komunikasi Jurnalistik Khususnya penelitian tentang analisis
dengan minat pada kajian film/drama, dan semiotika, serta bisa menjadi
tambahan reperensi.

2. Secara Praktis
Penulis berharap penelitian ini dapat menambah wawasan bagi para
4

mahasiswa/i juranlistik yang tertarik melakukan penelitian mengenai


film/drama, serta mampu memberikan deskripsi dalam membaca makna yang
terkandung dalam sebuah film/dram melalui analisis semitika, selain itu
penelitian ini memberi pelajaran menganai bagaimana menjaga citra wartawan
yang sebenarnya.

E. Hasil Penelitian yang Relevan


Dalam Menyusun penelitian ini, penulis mendapat beberapa referensi dari
penelitian sebelumnya. Referensi ini digunakan sebagai bahan rujukan dan
perbandingan antar penelitian penulis dengan penelitian sebelumnya. Sehingga
dapat mendukung teori dalam mengkaji penelitian dari penulis.
Pertama, hasil penelitian yang relevan dari Dwi Nurul Hasanah,
“Profesionalitas Jurnalistik (Analisis Wacana Kritis mengenai Profesionalitas
Jurnalis pada Film Journalist)” dari Universitas Islam Negeri Sunan Gunung
Djati Bandung dengan Jurusan Ilmu Komunikasi Kost Jurnalistik Fakultas
Dakwah dan Komunikasi tahun 2022. Penelitian ini fokus untuk
mengungkapkan mengenai profesionalitas Jurnalis dalam Film The Journalist,
dan dapat mengetahui gambaran dari profesi seorang jurnalis dalam
menjalankan tugasnya dan memahami bagaimana menjadi seorang jurnalis
yang sesuai. Analisis dan Metode di penelitian ini yaitu menggunakan Analisis
Wacana Kritis S. Jager dan F. Maier menggunakan metode deskriftif kualitatif,
persamaannya, objek penelitian sama-sama pada film dan sama menggunakan
metode deskriftif kualitatif. Perbedaannya dalam penelitian ini Analisis yang
digunakan berbeda. Jika penelitian Dwi menggunakan Analisis Wacana Kriritis
S. Jager dan F. Maier.
Kedua, hasil penelitian yang relevan milik Rifka Nurfadilah Universitas
Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung tahun 2018 dengan judul
Representasi perempuan dalam film jilbab traveler love spraks in korea :
analisis wacana pesan dakwah pada film jilbab traveler love sparks in korea.
Penelitian ini mengkaji representasi perempuan dalam film religi. Dimana
kajian ini menitik beratkan pada pesan dakwah dalam film. Perbedaan
5

penelitian ini yaitu menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis


wacana kritis Sara Mills. Sedangkan persamaan dengan penelitian yang
dilakukan yaitu mengkaji sebuah film.
Ketiga, hasil penelitian yang relevan yang berjudul “Jurnalisme
Investigasi Film Statr Of Play (Analisis Semiotika Roland Barthes)” dari
universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik tahun 2019. Penelitian ini mengkaji mengenai film State of Play,
mempertontonkan bagaimana wartawan bekerja sama mencari fakta
tersembunyi dari kakus yang sedang dihadapi, pada penelitian ini penulis
meneliti bagaimana reprentasi jurnalis investigasi yang terdapat pada film
States of play. Analisis pada penelitian ini menggunakan Analisis Semiotika
Roaland Barthes sedangkan metode menggunaka metode deskriftif kualitatif.
Persamaan dalam penelitian ini Objek sama-sama pada Film dan sama-sama
menggunakan analisis semiotika Roland Barthes, perbedaanya topik
pembahasan yang di bahas berbeda dan objek filmnya beda.
Keempat, hasil penelitian yang relevan milik Muhammad Lutfi dan
Warto denga judul “Profesionalisme Jurnalis Dalam Film The Bang-Bang Club
Berdasarkan Analisis Semiotika Roland Barthez” dari Institut Agama Islam
Negeri Purwokerto, Fakultas Dakwah 2019. Penelitian ini mengkaji tentang
film The Bang-bang Club, yang memperlihatkan terkait dengan
profesionalisme seorang jurnalis dalam meliput dan memberitakan sebuah
peristiwa sebagai proses awal analisis. Adegan dianalisis menggunakan
semiotika roland barthes dikaitkan dengan profesionalisme menurut islam,
dalam hal ini yaitu menyangku empat sifat Raulullah yaitu Sidiq, amanah,
fathonah dan Tabligh. Beberapa adegan terlihat jurnalis tersebut berada di
situasi yang berbahaya, berdekatan dengan api, senjata tajam, pertikaian, senjata
api, dan lain-lain. Makna Konotasi mempunyai arti bahwa di setiap situasi dan
kondisi apapun, seorang jurnalis harus bisa menggambarkan, memberitakan,
menggali data. dengan cara apapun sesuai dengan kode etik jurnalistik, karena
hal tersebut sudah menjadi tuntutan bagi seorang jurnalis. Perbedaanya
penelitian ini yaitu pada pembahasan yang dimana penelitian lutfi ini mengkaji
6

professional jurnalistik menurut islam. Persamaannya sama-sama


menggunakan analisis semiotika roland barthez dan motode kualitatif.
Kelima, Hasil yang relevan ini milik Selvia, Puspita Ningsih, Nurseri
Hasanah Nasution, Jufrizal, dengan judul “ Reperesentasi Etika Jurnalistik
Investigasi Dalam Film Shattered Glass Karya Billy Ray (Analisis Semiotika
Roland Barthez)” dari Universitas Islama Negeri Raden Fatah Palembang,
Jurnalistik, Fakultas Dakwah dan Komunikasi 2023. Penelitian ini mengkaji
tentang bagaimana pemberitaan yang baik dan benar harus selaras dengan etika
jurnalistik dengan mengutamakan tanggung jawab sosial untuk melayani
kebutuhan informasi masyarkat. Persamaan penelitian ini yaitu sama-sama
mengakaji film dan model analisisnya sama yaitu analisis semiotika roland
bethez, berbedaanya pada kajian ini membahas kode etik dan objek filmnya
juga berbeda.

No Nama dan Analisis Hasil dan Persamaan Perbedaan


Judul dan Pembahasa
Penelitian Metode n
Penelitia
n
1. Dwi Nurul Analis Penelitian Objek Analisis
Hasanah, Wacana ini fokus penelitian yang
Universitas Kritis S. untuk sama-sama digunakan
Islam Jager dan mengungka pada film dan berbeda.
Negeri F. Maier pkan sama-sama Jika
Sunan mengenai menggunaka penelitian
Gunung Metode Profesionali n metode Dwi
Djati. deskriftif tas Jurnalis deskriftif menggunaka
Skripsi kualitatif dalam film kualitatif n Analisis
(2022) The Wacana
Profesional Journalist, Kritis S.
itas dan dapat Jager dan F.
7

Jurnalistik mengetahui Maier,


gambaran Sementara
dari profesi dalam
seorang penelitian
jurnalis ini
dalam menggunaka
menjalanka n Analisis
n tugasnya Roland
dan Bethez.
memahami
bagaimana
menjadi
seorang
jurnalis
yang sesuai.
2. Rifka Analisis Dimana Objeknya Yang
Nurfadilah Wacana kajian ini Sama sama membedaka
Universitas Model menitik film dan n isi
Islam Sara beratkan Metode penelitian
Negeri Mills pada pesan deskriftif dan Analisis
Sunan dakwah kualitatif yang
Gunung Metode dalam film. digunakan
Djati deskriftif berbeda
Bandung kualitatif pada
Skripsi penelitian
(2018) rifki
Representa menggunaka
si n anlisis
perempuan wacana
dalam film Model Sara
jilbab Mills,
8

traveler Sedang
love spraks Analisis
in korea : dalam
analisis Penelitian
wacana ini
pesan menggunaka
dakwah n Analisis
pada film WSemiotika
jilbab Roland
traveler Bethez.
love sparks
in korea.
3. Muhamma Analisis Penelitian Objek Sama- Perbedaan
d Semiotik ini mengkaji sama pada dengan
Abimanyu. a Roland mengenai film dan ada penelitian
Universitas Barthes film State of pembahasan abi ini yaitu
Pembangu Play. mengenai pada
nan Metode Mempertont representasi pembahasan
Nasional Deskrifti onkan wartawan. yang di
“Veteran” f bagaimana Dan sama- bahasnya
Jakarta kualitatif wartawan sama berbeda
Skripsi bekerja menggunaka yang dimana
(2019) sama n analisis penelitian
Jurnalisme mencari semiotika abi
Investigasi fakta roland memfokus
Film State tersembunyi barthez kan pada
Of Play. dari kasus jurnalisme
yang sedang investigasi
dihadapi. sedangkan
Pada pada
penelitian penelitian
9

ini penulis ini


meneliti memfokusk
bagaimana an pada citra
representasi wartawan.
Jurnalis
Investigasi
yang
terdapat
dalam film
State of
Play.
4. Muhammd Analisis Penelitian Objek Sama- Perbedaanya
a Lutfi Semiotik ini mengkaji sama pada penelitian
Warto. a Roland mengenai film dan ini yaitu
Institut Barthez film The sama-sama pada
Agama Bang-bang menggunaka pembahasan
Islam Metode Club, yang n analisis yang dimana
Negeri Deskrifti memperliha semiotika penelitian
Ourwokert f tkan terkait roland lutfi ini
o kualitatif dengan barthez mengkaji
Skripsi profesionali professional
(2019) sme seorang jurnalistik
Profesional jurnalis menurut
isme dalam islam.
Jurnalis meliput dan
Dalam memberitak
Film The an sebuah
Bang-Bang peristiwa
Club sebagai
Berdasarka proses awal
n Analisis analisis.
10

Semiotika Adegan
Roland dianalisis
Barthez menggunak
an
semiotika
roland
barthes
dikaitkan
dengan
profesionali
sme
menurut
islam,
dalam hal
ini yaitu
menyangku
empat sifat
Raulullah
yaitu Sidiq,
amanah,
fathonah
dan Tabligh.
Beberapa
adegan
terlihat
jurnalis
tersebut
berada di
situasi yang
berbahaya,
berdekatan
11

dengan api,
senjata
tajam,
pertikaian,
senjata api,
dan lain-
lain. Makna
Konotasi
mempunyai
arti bahwa
di setiap
situasi dan
kondisi
apapun,
seorang
jurnalis
harus bisa
menggamba
rkan,
memberitak
an,
menggali
data. dengan
cara apapun
sesuai
dengan
kode etik
jurnalistik,
karena hal
tersebut
sudah
12

menjadi
tuntutan
bagi
seorang
jurnalis.
5. Selvi Analisis Penlitian ini sama-sama perbedaanya
Puspita Semiotik membahas memggunaka pada kajian
Ningsih, a Roland tentang n Analisis ini
Nurseri Barthez bagaimana Roland membahas
Hasanah pemberitaan Berthez kode etik
Nasution Metode yang baik dan objek
dan pendekat dan benar filmnya juga
Jufrizal. an harus berbeda.
Universitas kualitatif selaras Sedangkan
Islam dengan penelitian
Negeri etika ini mengkaji
Raden jurnalistik citra
Fatah dengan wartawan.
Pelembang mengutama
2023. kan
Jurnal tanggung
Representa jawab sosial
si Etika untuk
Jurnalistik melayani
Investigasi kebutuhan
Dalam informasi
Film masyarkat.
Shattered
Glass
Karya Billy
Ray.
13

F. Landasan Pemikiran
1. Landasan Teoritis
Representasi merupakan memberikan arti pengulangan. Sebagaimana kata
re dalam bahasa Inggris yang artinya mengulang tentang pemaknaan sesuatu
hal dengan hal yg lainnya. Kata representasi berasal dari bahasa Inggris yaitu
representation berarti perwakilan, gambaran, atau penggambaran. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) representasi artinya perbuatan
mewakili, keadaan diwakili, apa yang mewakili, perwakilan.
Representasi adalah sebuah cara untuk memaknai apa yang diberikan pada
benda yang digambarkan. Konsep lama mengenai representasi ini didasarkan
pada premis bahwa ada sebuah gap representasi yang menjelaskan perbedaan
antara makna yang diberikan oleh representasi dan arti benda yang sebenarnya
digambarkan. Hal ini terjadi antara representasi dan benda yang digambarkan.
Citra merupakan sebuah persepsi tentang suatu realitas dan tidak harus
selalu sesuai dengan realitas yang ada. Citra adalah kesan, perasaan, gambaran
diri publik terhadap perusahaan. Kesan ini diciptakan secara sengaja dari suatu
obyek, orang atau organisasi. Landasan citra berakar dari nilai-nilai
kepercayaan yang diberikan secara individual dan merupakan pandangan atau
persepsi. Citra merupakan tujuan utama, dan sekaligus merupakan reputasi dan
prestasi yang hendak dicapai bagi dunia hubungan masyarakat (kehumasan)
atau public relations. Pengertian citra itu sendiri abstrak (intangible) dan tidak
dapat diukur secara matematis, tetapi wujudnya bisa dirasakan dari hasil
penilaian baik atau buruk.
Wartawan dapat dikatan sebagai “roh”-nya jurnalistik atau pers. Wartawan
menjadi pemain kunci dalam aktivitas jurnalistik. Ketergantungan jurnalistik
kepada wartawan sangat tinggi, tanpa wartawan, maka jurnalistik pun pincang,
karena dalam jurnalistik, wartawan yang mencari dan mengumpulkan berita.
Wartawan pula yang menulis berita. Kualitas pemberitaan suatu institusi media
juga sangat bergantung pada kepiawaian dan keterampilan yang dimiliki
wartwannya. Semakin objektif dan akurat seorang wartwan dalam menyajikan
berita, maka semakin baik kualitas institusi media tersebut, namun sebaliknya,
14

semakin tidak objektif wartawannya, maka medianya pun bisa di klaim menjadi
tidak objektif. (Yunus, 2012).
Pendidikan kewartawanan menunjukan bahwa “Profesionalisasi dan Citra”
dapat diharapkan semakin meningkat dalam lapangan pekerjaan jurnalistik,
yang kemungkinan besar mengarah pada otonomi yang lebih mantap dan
kekuatan yang lebih besar untuk menahan tekanan-tekanan dan pengaruh dari
kelompok-kelompok kepentingan dalam masyarakat. Penulis mencoba untuk
meneliti bagaimana kesuaian Representasi Citra Wartawan dalam drama Hush
menggunakan Analisis Semiotika Model Roland Barthez, penulis memilih
model analisis ini karena dianggap relevan denga apa yang ingin di teliti.
Kata semiotika atau semiotic dimunculkan pada akhir abad ke-19 oleh
filusuf aliran pradigma Amerika, Charles Sanders Peirce, merujuk kepada
“dokrin forman tentang tanda-tanda”. Yang menjadi dasar semiotika yaitu
sebuah konsep tentang tanda: tak hanya Bahasa dan system komunikasi yang
tersusun oleh tanda-tanda, melainkan dunia itu sendiri-pun sejauh terkait
dengan pikiran manusia seluruhnya terdiri atas tanda-tanda karena, jika tidak
begitu, manusia tidak akan bisa menjalin hubungannya dengan realitas.
Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda.
Semiotics dapat diterapkan keberbagai macam penelitian, komunikasi massa,
komunikasi visual, tulisan, dan lainnya. Semiotics memiliki potensi bagus
dalam menganalisis dan menginterpresentasikan data yang berbentuk teks,
music, foto, video, dan lainnya.
Dalam melakukan sebuah analisis semiotika terhadap teks, salah satunya
model analisis Semiotika Barthes, yaitu semiologi, pada dasarnya hendak
mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things).
Memaknai (to sinify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan
mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek
tidak hanya membawa informasi, dalam hal ini di mana objek-objek itu hendak
berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem tersruktur dari tanda.
15

2. Kerangka Konseptual
1.2 Konsep Analisis Semiotika Ronalnd Barthez

Konsep analisi semiotika Barthez ini melanjutkan konsep analisis


semiotika Hjelmsev. Dari kerangka konseptual Barthes di atas terlihat
bahwa tanda denotatif (3) terdiri atas penanda (1) dan petanda (2). Akan
tetapi pada saat bersamaan, tanda denotatif adalah juga penanda konotatif
(4). Dengan kata lain, hal tersebut merupakan unsur material: hanya jika
anda mengenal tanda “singa”, barulah konotasi seperti harga diri,
kegarangan, dan keberanian menjadi mungkin. jadi, dalam konsep Barthes,
terdapat tanda konotatif yang bukan hanya sekadar memiliki makna
tambahan, namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang
melandasi keberadaannya. Sesungguhnya, inilah sumbangan Barthes yang
sangat berarti bagi penyempurnaan semiologi Saussure, yang berhenti pada
penandaan dalam tataran denotatif.

G. Langkah-Langkah Penelitian
Penelitian Ini di lakukan dengan Langkah-langkah sebagai berikut:
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini di lakukan dengan menganalisis subuah teks atau subjeknya
dalam drama Hush. Pemilihan subjek ini karena terdapat data yang dibutuhkan.
16

2. Paradigma dan Pendekatan


Paradigma yang dilakukan dalam penelitian ini adalah konstruktivisme.
Pendekatan ini mempunyai penelitian sendiri bagaimana media, wartawan, dan
berita dilihat menurut sudut pandangnya. Paradigm aini dapat digunakan untuk
melihat bagaimana realitas diskonstruksi oleh wartawan, realitas itu tercipta
lewat konstruksi dan pandangan tertentu. Dengan kata lain pendekatan
konstruktivisme melihat fakta atau peristiwa bukanlah secara natural tetapi hasil
konstruksi.
Sedangkan untuk pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif. Pendekatan kualitatif merupakan pendekatan yang tidak dapat
ditafsirkan dengan dengan statistik. Dengan kata lain, pendekatan yang
menghasilkan data deskriptif berupa; dialog, tulisan dan perilaku dalam sebuah
data yang akan dianalisis. Dalam konteksnya penelitian ini akan menafsirkan
dan menganalisis sebuah fenomena, kejadian atau peristiwa, sosial dari
seseorang maupun kelompok dalam sebuah film yang akan di analisis.

3. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan cara dalam melakukan kajian studi terhadap
penelitian. Ada berbagai metode dalam mengkaji sebuah penelitian seperti
metode kualitatif, kuantitatif, analisis semiotika, analisis isi, analisis wacana,
dan sebagainya.
Penelitian ini menggunakan metode analisis semiotika Ronalnd Barthez,
Semiotika merupakan sebuah ilmu yang mengkaji tentang tanda dan makna,
namun dalam implementasinya, konsep tersebut tidak hanya terbatas pada
pemaknaan mengenai objek visual saja. Dalam perkembangan keilmuan yang
berkaitan dengan konsep makna dan persepsi serta interpretasi, berbagai macam
hal yang berbentuk teks, dianggap sebagai sebuah aspek yang bermakna. Oleh
sebab itu, pemanfaatan semiotika dalam berbagai bidang keilmuan dapat
berjalan selaras dan mampu mencapai tatanan empiris,terutama dalam
perspektif akademis.
17

4. Jenis Data dan Sumber Data


a. Jenis Data
Jenis data yang digunakan oleh peneliti dalam melakukan penelitian ini
menggunakan jenis data kualitatif. Jenis data kualitatif adalah prosedur
penelitian yang menghasilkan jenis data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Moleong 2011:4). Sehingga
data yang dihimpun untuk dikaji berupa data kualitatif yaitu berbentuk desriktif
atau naratif.
b. Sumber Data
Sedangkan sumber data penelitian ini ada dua yaitu sumber data primer dan
sumber data skunder.
1. Sumber Data Primer
Sumber data primer merupakan data utama yang menjadi sebuah kajian
dalam penelitian. Dalam penelitian ini sumber data primer yaitu dari
film/drama Hush.
2. Sumber Data Skunder
Sumber data sekunder merupakan bahan tambahan yang dapat
mendukung penelitian ini. Selain itu sumber data sekunder dapat membantu
dalam menganalisis subjek dari penelitian ini. Data sekunder,yang dapat
mendukung penelitian ini diantaranya buku, jurnal dan artikel yang
berhubungan dengan film/drama Hush yang dianalisis.

5. Informasi atau Unit Analisis


a. Informasi
Informasi diperlukan untuk mendaptkan informasi dari sumber yang dapar
di percaya dan memberikan informasi mengenai penelitian ini Adapun
informasi dalam penelotian ini ialah :
1. Teks Drama Hush
2. Vidio Drama Hush
b. Unit Analisis
Unit Analis merupakan satuan yang diteliti dapat berupa video, teks sebagai
18

subjek dari penelitian. Untuk itu peneliti memilih unit analis dari teks dan video
dari drama tersebut untuk di teliti penulis.

6. Teknik Pengumpulan Data


Tekni yang dilakukan oleh penulis dalam melakukan penelitian untuk
mengumpulkan berbagai data menggunakan dua macam yaitu observasi dan
dokumentasi.
a. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data dalam mengamati subjek
penelitian yang dilakukan secara langsung. Observasi yang dilakukan oleh
peneliti yaitu menonton secara berulang-ulang film/drama “Hush” untuk
mengobservasi atau mengamati praktik diskursif, non-diskursif dan
materialisasi objek dari profesionalitas seorang jurnalis dalam film/drama
“Hush” yang di tonton.
b. Dokumentasi
Menurut kamus KKBI, dokumentasi merupakan cara dalam melakukan
pengumpulan sebuah bukti seperti gambar, kutipan, tulisan dan lain sebagainya.
Dalam penelitian ini dokumentasi yang digunakan yaitu rekaman dan juga foto-
foto disetiap adegan-adegan (scene by scene) dalam film/drama “Hush” seperti
praktik diskursif, non-diskursif dan materialisasi objek. Dimana dokumentasi
nya berupa literatur-literatur film/drama Hush seperti; sinopsis, resensi, dan
artikel disitus berita online, di internet serta buku-buku yang relevan dengan
penelitian penulis.

7. Teknik Penentuan Keabsahan Data


Agar menjamin keabsahan data yang sudah peneliti amati apakah sudah
sesuai atau relevan, pada peneliti ini peneliti mengunakan cara triangulasi, yang
dimana terbagi menjadi dua. Pertama adalah observasi, yaitu dengan melakukan
pengamatan ecara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki.
Peneliti menggunakan metode pengamatan secara menyeluruh dari semua
adegan dalam drama Hush kemudian mencatat dan memilih adegan yang sesuai
19

degan penelitian. Yang kedua adalah dokumentasi, yaitu dengan membaca, dan
mempelajari berbagai bentuk data tertulis (buku, majalah, atau jurnal) yang
terdapat di perpustakaan, internet, atau instansi lain yang dapat dijadikan
analisis dalam penelitian ini.

8. Teknik Analisis Data


Ada dua hal yang ingin dicapai dalam analisis data kualitatif, yaitu (1)
menganalisis proses berlangsungnya suatu fenomena dan memperoleh suatu
gabungan yang tuntas terhadap proses tersebut, dan (2) menganalisis makna
yang ada dibalik informasi, data, dan proses suatu fenomena sosial itu.
Kajian semiotika memfokuskan tiga wilayah, yaitu (1) Tanda itu sendiri.
Wilayah ini meliputi kajian mengenai berbagai jenis tanda yang berbeda, cara-
cara berbeda dari tanda-tanda didalam menghasilkan makna, dan cara tanda-
tanda tersebut berhubungan dengan orang yang menggunakannya. Tanda
adalah konstruksi manusia dan hanya bisa dipahami didalam kerangka
penggunaan/konteks orang-orang yang menempatkan tanda-tanda tersebut: (2)
Kode-kode atau sistem dimana tanda-tanda diorganisasi. Kajian ini melingkupi
bagaimana beragam kode telah dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat atau budaya, atau untuk mengeksploitasi saluran-saluran
komunikasi yang tersedia bagi pengiriman kode-kode tersebut; dan (3) Budaya
tempat dimana kode-kode dan tanda-tanda beroperasi. Hal ini pada gilirannya
bergantung pada penggunaan dari kode-kode atau tanda-tanda untuk eksistensi
dan bentuknya sendiri (Fiske, 2012).
20

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Syarif Yunus, (2012). Jurnalistik Terapan, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia) hal
37-40
Dwi Nurul Hasanah, (2022). Propesionalitas Jurnalis (Analisis Wacana Kritis
mengenai Propesionalitas Jurnalis pada Film The Journalist). Depertemen
Ilmu Komunikasi Jurnalistik Universitas Islam Sunan Gunung Djati
Bandung

Rifki Nurfadilah (2018). Representasi perempuan dalam film Jilbab Traveler love
spaks in korea: Analisis Wacana pesan Dakwah pada Film Jilbab Traveler
Love Sparks in Korea. Depertemen Komunikasi Penyiaran Islam
Universitas Islam Sunan Gunung Djati Bandung

Muhammd Abimanyu, (2019). Jurnalisme Investigasi Film State Of Play ( Analisis


Semiotika Roland Barthes). Departemen Ilmu Komunikasi dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta

Muhammad Lutfi Warso (2019). Profesionalisme Jurnalisme Dalam Film The


Bang-bang Club Berdasarkan Analisis Semiotika Roland Barthez.
Dapertemen Komunikasi Penyiaran Islam, Institut Agama Islam Negeri
Purwokerto

Selvi Puspita Ningsih, Nurseri Hasanah Nasution dan Jufrizal (2023). Reperesentasi
Etika Jurnalistik Investigasi dalam Film Shattered Glass Karya Billi Ray
(Analisis Semiotika Roland Barthez). Dapartemen Jurnalistik Universitas
Islam Negeri Raden Fatah Palembang

Drs. Alex Sobur, M.Si, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,


2006), cet-3, h.13-15. 16 Ibid, h.39-62
21

Drs. Alex Sobur, M.Si, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,


2006), cet-3, h.63-70.

Rizky Akmalsyah (2010). Analisis Semiotika Film A Mighty Heart. Dapartemen


Konsentrasi Jurnalistik Universitas Syarif Hidayatuallah Jakarta.

Bambang Mulyadi dan Emilsyah Nur (2013). Balai Pengkajian dan


Pengembangkan Komunikasi dan Informatika Jakarta, Balai Besar
Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Makasar
22

Anda mungkin juga menyukai