Anda di halaman 1dari 14

PROSES MORFEMIS

A.    AFIKSASI

Afiks selalu berupa morfem terikat, dan dapat ditambahkan pada awal kata dalam proses yang disebut
prefikasi, dalam akhir kata bisa disebut sufiksasi, untuk sebagian pada awal kata serta sebagian untuk
sebagian pada akhir kata (konfiks, ambifiks, atau simulfiks) dalam proses yang disebut
konfiksasi,ambifiksasi, atau simulfiksasi, atau di dalam kata itu sendiri sebagai suatu sisipan (infiks)
dalam proses yag disebut infiksasi.
Contoh jenis afiks:
prefiks  : belajar, pengurus, terdapat, kedua
Sufiks   : akhiran, wartawan, bukumu
Konfiks : melakukan, menduduki, meperlihatkan, kelihatan, berdasarkan
Infiks    : gerigi, gemetar, telunjuk

B. REDUPLIKASI
Ada beberapa pendapat tentang definisi reduplikasi yang penulis peroleh. Salah satunya adalah JWM.
Verhaar yang mengatakan bahwa reduplikasi merupakan proses morfemis yang membentuk
pengulangan dari sebuah atau sebagian bentuk dasar. Pendapar Verhaar ini diperkuat lagi dengan
pendapat M.Ramlan yang mengatakan reduplikasi sebagai satuan gramatik baik seluruh maupun
sebagian baik dengan variasi fonem maupun tidak. Dari kedua pendapat di atas dapat ditarik sebuah
kesimpulan bahwa reduplikasi harus memiliki unsur
1. Terjadinya perulangan dari suatu bentu dasar.
2. pengulangan bentuk dasar bias terjadi secara penuh ataupun parsial.
3. pengulangan bias terjadi dengan variasi fonem ataupun tidak.

a. Jenis Reuplikasi
Ada beberapa jenis reduplikasi yang dikem,ukakan oleh ahli-ahli linguistic. Verhaar membagi reduplikasi
menjadi dua yaitu reduplikasi keseluruhan dan reduplikasi parsial. Reduplikasi keseluruhan adalah
reduplikasi yang proses pengulangannya terjadi secara menyeluruh dari suatu bentuk dasar. Sebagai
contoh leksem makan menjadi makan-makan, rumah menjadi rumah-rumah. Sedangkan reduplikasi
parsial adalah reduplikasi yang pengulangaanya hanya sebagaian dari suatu bentuk dasar. Sebagian
tersebut bias di awal maupun diakhir bentuk dasar yang mengalami reduplikasi. Sebagai contoh adalah
leksem luhur menjadi luluhur kemudian mengalami penyederhanaan menjadi leluhur.
Lain Halnya dengan Harimurti Kridalaksana. Harimurti membagi reduplikasi menjadi dua kelompok yaitu
dari sudut pandang kajian yang meliputi reduplikasi fonologis, morfologis, dan sintaksis. Di samping iti
harimurti juga mengelompokkan reduplikasi sesuai dengan bentuknya yaitu reduplikasi dwipurwa,
dwilingga, dwilingga salin swara, dwiwasana, dan trilingga.
        Reduplikasi fonologis adalah reduplikasi yang pengulangannya terjadi pada tataran fonologis atau
bunyi. Reduplikasi jenis ini tidak mengalami pengulangan leksem sehingga tidak menimbulkan mkna
baru. Reduplikasi morfemis adalah reduplikasi pada ta6taran morfologi yang mengakibatkan
pengulangan suatu leksem. Pemngulangan ini mengakibatkan timbulnya sebuah makna baru.
Reduplikasi sintaksis adalah proses yang terjadi atas leksem yang menghasilkan satuan yang berstatus
klausa. Reduplikasi jenis ini sudah dihubnfngkan dengan penggunaannya dalam klausa.
Reduplikasi dwipurwa adalah pengulangan suku kata pertama oada sebuah leksem dengan pelemahan
vocal. Contoh:
Tangga → tatangga → tetangga
Tamu → tatamu → tetamu
Sama → sasama → sesame
Reduplikasi dwilingga yaitu terjadinya pengulangan leksem secara utuh. Contoh
Rumah → rumah-rumah
Makan → makan-makan
Pagi → pagi-pagi
Reduplikasi dwilingga salin swara adalah reduplikasi dengan pengulangan leksem deang variasi fonem.
Contoh:
Coret → corat-coret
Balik → bolak-balik
Senyum → senyam-senyum
Reduplikasi dwiwasana adalah pengulangan bagian belakang dari leksem yang diulang. Contoh:
Pertama → pertama-tama
Sekali → sekali-kali
Perlahan → perlajan-lahan
Reduplikasi Trilingga yaitu reduplikasi tiga bentuk. Redupolikasi jenis ini pada umumnya pengulangan
anomatope atau peniruan bunyi dengan variasi fonem. Contoh
Dor → dar-der-dor
Ramlan membagi reduplikasi memjadi empat yaitu pengulangan seluruh, pengulangan sebagian,
pengulangan berimbuhan, dan pengulangan dengan perubahan fonem.pengulangan seluruh versi
Ramlan ini sama dengan reduplikasi dwilingga yang dikemukakan oleh Harimurti. Pengulangan sebagian
berhubungan dengan dwipurwa dan dwiwasana versi harimurti atau pengulangan parsial versi Verhaar.
        Dari beberapa pendapat di atas dapat kami sarikan tentang jenis kata ulang atau reduplikasi yaitu:
1. Reduplikasi utuh atau seluruh yaitu redupliasi yang proses pengulangannya terjadi pada               
keseluruhan bentuk dasar atau leksem yang diulang.
2. reduplikasi sebagian yaitu reduplikasi yang pengulangannya terjadi hanya sebagian dari bentuk dasar
atau leksem yang diulang. Sebagian dari bentuk dasar tersebut bias pengulangan hanya pada bagoian
depan ataupun bagian belakang.
3. Reduplikasi berubah bunyi yaitu reduplikasi yang pengulangannya mengakibatkan variasi fonem.
4. Reduplikasi berafiks atau berimbuhan yaitu reduplikasi yang mendapatkan imbuhan   baik berupa
prefiks, infiks, sufiks, ataupun konfiks.Makna Reduplikasi
Makna reduplikasi merupakan makna tambahan yang dihasilkan dari adanya proses morfologis yang
membentuk sebuah pengualangan dari sebuah bentuk dasar. Dari beberapa data yang ada, penulis ingin
menampilkan beberapa makna dari kata ulang. Makna-makna tersebut adalah:
1. Pekerjaan yang dilakukan sungguh-sungguh (intensif) Contoh: Jangan diangkat-angkat lagi barang itu.
2. Pekerjaan yang dilakukan sambil lalu. Contoh: Adik suka tidur-tiduran di lantai
3. pekerjaan yang dilakukan berkali-kali. Contoh: Mereka tertawa-tawa saat mendengarkan cerita lucu.
4. berbalasan (resiprokal). Contoh: Kedua orang itu cubit-cubitan.
5. yang memiliki sifat yang dikemukakan bentuk dasarnya lebih dari satu. Contoh:
Anak-anak pak Romli cantik-cantik.
6. ketidakpastian Contoh: Kami tidak boleh mengerjakan soal itu secara untung-untungan.
7. jamak atau banyak. Contoh: Pohon-pohon di sepanjang Jlan Sudirman akan ditebang.
8. bermacam-macam. Contoh: Saat hari raya semua orang berpakaian warna-warni yang meriah.
9. variasi hal. Contoh: Jari-jemari Novi amat lentik.
10. segala macam Contoh: dukun itu meminta sesajian dari kembang tujuh rupa.
11. segala macam yang di- Contoh: Banyak tumbuh-tumbuhan yang tumbuh di hutan tropis.
12. yang dianggap. Contoh: leluhur bangsa Indonesia adalah orang pemberani
13. ketdaktentuan Contoh: Coba kamu tanyakan soal itu kepada siapa-siapa saja yang kamu inginkan.
14. yang bertindak sebagai Contoh:
Meskipun sudah bapak-bapak, gaya pak Amir masih seperti anak muda.
15. menyerupai / mirip Contoh: langit-langit rumah kami sedang diperbaiki.
16. melakukan sesuatu mirip dengan sifat Contoh: andi dan temannya sedang bermain kucing-kucingan
di samping rumah.
17. kumpulan berbagai jenis Contoh: Susi lebih suka dengan makanan yang berasal dari umbu-umbian.
18. keheranan Contoh: Apa-apan sih, kok kamu aneh begitu?
19. beberapa Contoh: Berpuluh-puluh mahasiswa berkumpul di depan kantor rector.
2.3. Ciri -Ciri Bentuk Reduplikasi
        Ada beberap ciri bentuk Reduplikasi dalam bahasa Indonesia. Ciri-ciri tersebut adalah:
1. Reduplikasi tidak mengubah golongan kata bentuk dasar yang diulang. Dengan kata    lain kelas
bentuk dasar kata ulang tersebut masih sama dengan setelah terjadi pengulangan. Sebuah nomina
apabila diulang maka akan menjadi nomina pula.
Contoh:
Rumah : Rumah-rumah
Berkata: Berkata-kata
Cepat :cepat-cepat
Keempat: keempat-empat
Merah: kemerah-merahan
2. Bentuk dasar kata ulang berupa satuan satuan yang terdapat dalam penggunaan bahasa. Sebagai
contoh adalah kalimat Irma memukul-mukulkan tongkat itu ke bangku.
Reduplikasi memuku-mukulkan memiliki kesempatan bentuk dasarnya berupa *memukul, *mukulkan, dan
memukulkan. Kata memukul merupakan bentuk tak terterima seperti halnya mukulkan. Jadi jelas, kata
ulang memukul-mukulkan berasal dari kata dasar memukulkan karena bentuk memukulkanlah yang
terterima.
Contoh lain adalah  mengata-ngatakan berasal dari mengatakan bukan *mengata atau *ngatakan.
Berdesak-desakan berasal dari berdesakan bukan *berdesak atau *desakan.
3. Proses bentuk reduplikasi berafiks mungkin
a. Proses reduplikasi dan afiksasi terjadi bersamaan.
Contoh -ton ber + R berton ton Pada kasus ini ber- dan reduplikasi ton-ton terjadi secara bersamaan
karena bentuk *ton ton tidak terterima dalam bahasa Indonesia.
b. proses afiksasi terjadi lebih dahulu baru proses reduplikasi.
Contoh: lari berlari berlari-lari mingat mengingat mengingat-ingat
c. Proses reduplikasi terjadi lebih dahulu baru proses afiksasi.
Contoh: mobil Mobil-mobil mobil-mobilan , robot robot-robot robot-robotan
Di sini tampak jelas bahwa mobil dan robot mengalami proses reduplikasi terlebih dahulu. Dalam bahasa
Indonesia *robotan dan *mobilan tidak terterima.
4. sifat reduplikasi bias bersifat paradigmatic dan juga bias derivasional.
5. Reduplikasi dapat berupa semantic yaitu reduplikasi yang tersusun dari dua kata yang maknanya
bersinonim yang membentuk satu kesatuan. Misalnya:
Hancur-luluh
Terang-benderang
Gelap-gulita

C.KOMPOSITUM / KOMPOSISI
Kata majemuk atau kompositum adalah  gabungan morfem dasar yang seluruhnya berstatus sebagai
kata yang  mempunyai pola fonologis, gramatikal, dan semantis yang khusus menurut kaidah bahasa
yang bersangkutan (KBBI).
Kata majemuk juga memiliki pengertian gabungan dua kata atau lebih yang memiliki struktur tetap, tidak
dapat di sisipi kata lain atau dipisahkan strukturnya karena akan memengaruhi arti secara
keseluruhan.Kata majemuk juga memiliki ciri gabungan kata yang bisa membentuk makna baru.
Contoh: rumah makan.
Makna kata secara leksikal adalah “rumah (yang/sedang) makan”, tetapi makna ini tentu tidak logis, jadi
secara gramatika makna yang terbentuk berbeda dari makna leksikal pembentuknya.
a.Jenis-jenis kompositum :
Beberapa jenis kompositum menurut Harimurti :
1. Kompositum subordinatif substantif (tipe A)
   2. Kompositum subordinatif atributif (tipe B)
   3.  Kompositum koordinatif (tipe C)
   4.  Kompositum berproleksem (tipe D)
   5.  Kompositum sintetis (tipe E)
Contoh untuk tipe-tipe di atas antara lain sebagai berikut:
    a) Tipe A: anak air, bibir cawan, buah hati, kepala keluarga, mata panah, perut bumi,   suku kata, dan
tangan baju.
    b) Tipe B: banyak akal, banyak bicara, bebas tugas, berat hati, gelap hati, hilang akal, campur tangan,
buruk hati, datang bulan, mati rasa, naik gaji, kurang darah, lepas tangan, panjang umur, ringan tangan,
patah tulang, senang hati, tipis harapan, tunarungu, dan tebal muka.
   (c) Tipe C: adat istiadat, aman sejahtera, panjang lebar, besar kecil, ayah ibu, basah kuyup, anak cucu,
dan ambil alih. Di sini disebutkan contoh ayah ibuyang berpola ‘a pria, b wanita’. Jika dibandingkan
dengan bapak ibu, sebenarnya contoh ini tidak berbeda, namun konteks kalimatlah yang membedakan
kedua kata ini sebagai kompositum dan frase.
   (d) Tipe D: asusila, bilingualisme, metafisika, makro-ekonomi, dan semifinal.
    (e) Tipe E: geofisika, sentimeter, dan psikologi.

    kompositum subordinatif menjadi bagian yang lebih khusus, yaitu:


a) Subordinatif bebas:
Idiom  kutu buku dan kambing hitam
Non-idiom  basah kuyup dan peran serta
b) Subordinatif terikat:
Idiom  banting tulang dan darah dingin
Non-idiom  limpah ruah dan salah guna
c) Kompositum yang mengandung pengulangan  satu padu, hina dina, kaya raya, dan adat istiadat.
    kompositum koordinatif, Harimurti membaginya menjadi:
a) Koordinatif bebas:
Idiom  tanah air dan darah daging
Non-idiom  sunyi senyap dan cantik jelita
b)Koordinatif terikat:
Idiom  tidak ada contoh
Non-idiom  sebar luas, kembang biak, lipat ganda
c) kompositum berproleksem  amoral, antar-bangsa, hipotaksis, dan paranormal.
b. Kata majemuk yang lazim ditulis terpisah:
Benar    Salah
   
air mata    airmata
beri tahu    beritahu
kereta api    keretaapi
kerja sama    kerjasama
mata pelajaran    matapelajaran
meja tulis    mejatulis
model linear    modellinear
orang tua    orangtua
persegi panjang    persegipanjang
rumah sakit    rumahsakit
simpang empat    simpangempat
tanggung jawab    tanggungjawab
terima kasih    terimakasih


c. Kata majemuk yang ditulis terangkai
Benar    Salah
acapkali    acap kali
adakalanya    ada kalanya
kacamata    kaca mata
apalagi    apa lagi
barangkali    barang kali
beasiswa    bea siswa
belasungkawa    bela sungkawa
bilamana    bila mana
bumiputra    bumi putra
daripada    dari pada
kasatmata    kasat mata
manakala    mana kala
peribahasa    peri bahasa
radioaktif    radio aktif
segitiga    segi tiga
sekalipun    sekali pun
sukacita    suka cita
sukarela    suka rela
waralaba    wara laba

d.Ciri-ciri yang membedakan kata majemuk dari frase:


1.  Ketaktersisipan, yaitu komponen-komponen kompositum tersebut tidak dapat disisipi apa pun.
Harimurti member contoh kata alat negara. Kata ini masih bisa disisipi partikel dari sehingga menjadi alat
dari negara. Jadi, kate ini bukan kata majemuk, melainkan frase.
2.Ketakterluasan, yaitu komponen-komponen kompositu tersebut tidak dapat diafiksasi dan dimodifikasi.
Jika terjadi perluasan, itu pun hanya mungkin untuk semua komponen sekaligus. Contoh yang diberikan
adalah kereta api yang dapat dimodifikasi menjadi perkeretaapian.
3.Ketakterbalikan, yaitu komponen-komponen tersebut tidak dapat dipertukarkan. Menurutnya, bapak ibu,
pulang pergi, dan lebih kurang bukanlah komposisi melainkan frase koordinatif karena dapat dibalikkan.
Arif bijaksana, hutan belantara, dan bujuk rayu barulah disebut kompositum karena tidak dapat
dibalikkan.
Jadi, menurut Harimurti, jika tidak memenuhi ciri-ciri di atas, bentuk tersebut bukan kompositum,
melainkan frase
Pengulangan adalah proses pembentukan kata dengan mengulang bentuk dasar, baik secara utuh maupun sebagian, baik dengan

variasi fonem maupun tidak. (Soedjito, 1995: 109)

Proses pengulangan atau reduplikasi ialah pengulangan satuan gramatik, baik seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan

variasi fonem maupun tidak. (Ramlan, 1985: 57)

Proses pengulangan merupakan peristiwa pembentukan kata dengan jalan mengulang bentuk dasar, baik seluruhnya maupun

sebagian, baik bervariasi fonem maupun tidak, baik berkombinasi dengan afiks maupun tidak. (Muslich, 1990: 48)

Proses reduplikasi yaitu pengulangan satuan gramatikal, baik selurunya maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun

tidak. Hasil pengulangan disebut kata ulang, satuan yang diulang merupakan bentuk dasar. (Solichi, 1996: 9)

Reduplikasi ialah proses pengulangan bentuk yang terjadi pada keseluruhan bentuk dasar atau sebagian saja, mungkin diikuti

oleh variasi fonem atau pun tidak. Bentukan yang terjadi dari hasil reduplikasi disebut kata ulang (Ahmadslamet, 1980:61;

Pamlan,1983:55)

Reduplikasi adalah proses dan hasil pengulangan satuan bahasa sebagai alat fonologis atau gramatikal, misalnya rumah-rumah,

tetamu, dan bolak-balik. (Kridalaksana, 1983: 143)

Reduplikasi (kata ulang) adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik secara keseluruhan, secara sebagian,

maupun dengan perubahan bunyi. (Chaer, 1994:182).

Jadi, kata ulang ialah kata hasil perulangan bentuk dasar baik seluruhnya maupun sebagian, baik dengan variasi fonem maupun

tidak yang membentuk sebuah kata.

Pembahasan

Proses pengulangan atau reduplikasi merupakan proses morfo1ogis yang banyak terjadi pada bahasa-bahasa di dunia.

Reduplikasi ialah proses pengulangan bentuk yang terjadi pada keseluruhan bentuk dasar atau sebagian saja, mungkin diikuti

oleh variasi fonem atau pun tidak. Bentukan yang terjadi dari hasil reduplikasi disebut kata ulang (Ahmadslamet, 1980:61;

Pamlan,1983:55) sedangkan bentuk (satuan) yang diulang disebut bentuk dasar (Ramlan, 1983:55). Ciri umum dari kata ulang

sebagai proses pembentukan kata ada empat, yaitu:


1. Menimbulkan makna gramatis
2. Terdiri lebih dari satu morfem (polimorfemis)
3. Selalu memiliki kata dasar
4. Pengulangan tidak mengubah golongan kata atau kelas kata.
5. Bentuk dasar kata ulang selalu ada dalam pemakaian bahasa.
6. Arti bentuk dasar kata ulang selalu berhubungan dengan arti kata ulangnya.

Sebagai gambaran untuk mempertegas definisi di atas, perhatikan tabel di bawah ini.

Bentuk Dasar Kata Ulang

Duduk Duduk-duduk

Berjalan Berjalan-jalan

Anak Anak-anakan

Lauk Lauk-pauk

Masalah Bentuk Dasar Kata Ulang


            Kalau kita tinjau berbagai buku tata bahasa, di antara mereka terdapat perbedaan dalam mengklasifikasikan atau

membagi-bagi kata. Sebagai contoh, kata berjalan-jalan oleh Gorys Keraf (1982:120) dan Alisahbana (l954:68) dimasukan ke

dalam macam kata ulang berimbuhan, sedangkan Slametmulyana (1957:38), Ramlan (1983:57), dan Ahmadslamet (1982:61)

menggolongkannya ke dalam kata ulang sebagian.

            Perbedaan pengklasifikasian atau penggolongan sperti di atas disebabkan oleh bedanya sistem konsepsi (Parera, 1980:40).

Keraf dan Aliisjahbana berdsarkan pada konsepsi kata dasar, sedangkan Slametulyana, Ramlan, dan Ahmadslamet. berlandaskan

pada bentuk dasar. Kata dasar merupakan istilah dalam tata bahasa tradisional yang maknanya hampir sama dengan bentuk bebas

yakni kata yang belum mengalami perubahan atau penambahan. (Alisahbana, 1954:6). Umumnya kata dasar bahasa Indonesia

dan juga semua bahasa yang sekeluarga dengan bahasa Indonesia terjadi dari dua suku kata (Keraf,1982:51) .

            Dengan berbedanya konsepsi dalam membahas pengulangan, maka jelaslah hasilnya pun akan berbeda. Berdasarkan hasil

teori, saya cenderung terhadap pendapat yang menggunakan bentuk dasar sebagai konsepsi penggolongan pengulangan. Dengan

perkataan lain, bentuk dasar pengulangan mungkin merupakan bentuk (satuan) yang bermorfem tunggal mungkin pula jamak.

Menentukan Bentuk Dasar Kata Ulang

            Untuk mementukan bentuk dasar suatu kata ulang, Ramlan, (1983:57) rnenggunakan dua prinsip. Kedua prinsip tersebut

ialah:
1. Reduplikasi (pengulangan) pada dasarnya tidak mengubah golongan atau jenis kata. Dengan berpegang pada
prinsip tersebut dapatlah ditentukan jika kata ulang itu termasuk jenis kata kerja, maka bentuk dasarnya pun
kata kerja. Jika kata ulang tersebut termasuk kata benda, maka bentuk dasarnya pun kata benda. Perhatikan
contoh-contah berikut!

berkata-kata (k. kerja): bentuk dasarnya berkata (kata kerja) bukan kata (kata benda)

gunung-gunung (k. benda): bentuk dasarnya gunung (kata benda)

kemerah-merahan (k. sifat): bentuk dasarnya merah (k. sifat )

melemparkan (k. kerja): bentuk dasarnya melempar (k. kerja)

pemikiran-pemikiran (k. benda) : bentuk dasarnya pemikiran (k. benda)

Bentuk dasar kata ulang selalu berupa bentuk (satuan) yang terdapat dalam penggunaan bahasa. Contohnya:

mempertahan-tahankan           : bentuk dasarnya mempertahankan bukan memertahan karena tidak terdapat di dalam pemakaian

bahasa

rnengata-ngatakan                   : bentuk dasarnya mengatakan

berdesak-desakkan                  : bentuk dasarnya berdesakkan

Macam-macam Pengulangan

Pengulangan dalam bahasa Indonesia dapat dibedakan menjadi empat macam. Pembedaan ini ditinjau dari cara mengulang suatu

bentuk dasarnya. Berikut ini paparan keempat macam pengulangan tersebut.

Pengulangan Utuh atau Pengulangan Seluruhnya


Pengulangan utuh atau pengulangan seluruhnya yaitu pengulangan seluruh bentuk dasar, tanpa perubahan fonem dan juga tidak

berkombinasi dengan proses afiksasi. Hasilnya disebut kata ulang seluruhnya atau kata ulang utuh, istilah Keraf (1982:119)

dwilingga, sedangkan Parera (1982:52) menyebutnya bentuk ulang simetris.

Contohnya:

tong → tong-tong

buku → buku-buku

kebaikan → kebaikan-kebajkan

pembangunan → pembangunan-pembangunan 

Pengu1angan Sebagian

Pengulangan sebagian ialah proses pembentukan kata dengan cara mengulang sebagian bentuk dasarnya, Perhatikanlah contoh

berikut!

tamu → tetamu

laki → lelaki

ditarik → ditarik-tarik

dilemparkan → dilempar-lemparkan

 tumbuhan → tumbuh-tumbuhan

Berdasarkan contoh-contoh di atas, kita dapat menarik suatu kesimpulan bahwa pengulangan sebagian pada bentuk dasar

bermorfem tunggal, yang diulang hanya suku kata awalnya (lelaki, tetangga). Vokal suku kata yang diulang mengalami

pelemahan dan bergeser ke posisi tengah menjadi é pepet (contoh lain: luasa menjadi leluasa; luhur menjadi leluhur).

Pengulangan sebagian yang, bentuk dasarnyab bentuk kompleks, cenderung hanya mengulang bentuk asalnya (ditarik-tarik,

dilempar-lemparkan, tumbuh-tumbuhan, yang diulang tarik, lempar, tumbuh).

            Parera (1982:53) memperkenalkan istilah lain, yaitu bentuk ulang regresif dan bentuk ulang progresif. Pengertian itu akan

menjadi jelas dengan melihat korpus berikut.

Bentuk Ulang

Regresif Bentuk Dasar Progresif

Dorong Mendorong

Sepak Menyepak

Tolong Menolong  

  Mendorong Dorong

Menyepak Nyepak

Terbatuk Batuk

Berbeda Beda

Berganti Ganti
Perlahan Lahan

Pertama Tama
 
     
         
         

            Jadi apakah bentuk ulang regresif dan bentuk ulang progresif? Sebuah bentuk ulang disebut bentuk ulang regresif, jika

dalam bentuk ulang tersebut dapatt ditemukan atau tampak “dasar kata” (bentuk asal, pen.). Sedangkan bentuk ulang progresif

adalah sebuah bentuk ulang yang mengulang sebagian bentuk dasar dan bentuk itu terikat kepada bentuk dasar. Tampak jelas dari

contoh-contoh di atas, bentuk dasar yang berafiks meN- pada umumnya mengalami bentuk ulang regresif dan kadang-kadang

progresif. Bentuk dasar yang berafiks ter-, ber-, dan per- pada umumnya mengalami bentuk ulang progresif (Parera, 1982:53).

Pada bentuk ulang regresif, tampaklah bahwa bentuk dasar yang diulang letaknya di belakang “morfem ulang”, sedangkan bentuk

ulang progresif bentuk dasar yang diulang terletak di depan “morfem ulang”.

Pengu1angan Serempak dengan Afiksasi atau Pengulangan Berimbuhan

Pengulangan golongan ini dilakukan dengan cara mengulang seluruh bentuk dasar sekaligus dengan afiksasi dan bersama-sama

mendukung satu fungsi dan satu arti. Misalnya kata anak-anakan. Berdasarkan prinsip ke-2, yang menyatakan bahwa ”bentuk

dasar kata ulang merupakan satuan atau bentuk yang terdapat dalam bahasa,” kita dapat menentukan bahwa bentuk

dasarnya anak, bukan anakan. Anakan tidak terdapat dalam penggunaan bahasa Indonesia,

            Berdasarkan penjelasan di atas, kita mencoba mencari proses terbentuknya kata anak-anakan. Pertama bentuk

dasar anak-anakan mungkin anak-anak, lalu mendapat imbuhan menjadi anak-anakan. Kedua bentuk dasar anak-anakan bentuk

dasarnya anak diulang dengan mendapat afiks -an sekaligus.

            Berdasarkan faktor arti, alternatif pertama tidaklah mungkin. Pengulangan anak menjadi anak-anak mempunyai makna

atau arti banyak, sedangkan pada kata anak-anakan makna tersebut tidak ada. Yang ada adalah arti atau makna ‘menyerupai apa

yang tersebut pada bentuk dasar’. Jelaslah bahwa satu-satunya alternatif ialah kata anak-anakan terbentuk dari bentuk

dasar anak yang diulang serempak dengan melekatnya afiks –an. Contoh lainnya lihatlah berikut ini!

kereta → kereta-keretaan

hijau → kehijau-hijauan

cantik → secantik-cantiknya

            Dengan melihat contoh di atas, Prawirasumantri (1986:7) merumuskan reduplikasi serempak dengan afiksasi tiga macam

yaitu: (1) R-an (Peduplikasi + afiks      -an), (2) ke-an (Reduplikasi + afiks ke-an), dan (3) se-R-nya (Peduplikasi + afiks se-nya).

Pengulangan dengan Perubahan Fonem

Pengulangan dengan perubahan fonem ialah pengulangan seluruh bentuk dasar dengan disertai adanya perubahan fonem bentuk

dasar yang diulangnya, baik vokal maupun konsonan. Perhatikan contoh berikut!

gerak → gerak-gerik

serba → serba-serbi
lauk → lauk-pauk

ramah → ramah-tamah

sayur → sayur-mayur

            Parera (1982:55) menyebutnya dengan istilah lain yaitu bentuk ulang vokal dan bentuk ulang konsonan. Beliau meninjau

dari segi struktur. Bentuk ulang vokal ialah pengulangan terhadap vokal-vokal bentuk dasar sedangkan bunyi-bunyi konsonan

mengalami variasi atau berselisih dengan bunyi-bunyi konsonan bentuk dasar. Bentuk ulang konsonan sebaliknya dan bunyi

ulaing vocal yaitu pengulangan konsonan-konsonan dan bentuk dasar dan bunyi-bunyi vokal mengalami variasi atau berselisih

dengan bunyi-bunyi vokal bentuk dasar. Agar pengertian tersebut jelas, perhatikan contoh-contoh berikut.

Bentuk Ulang

Bentuk Dasar Vokal Konsonan Bunyi yang Diulang

− serba-serbi s, r, b

− warna-warni w, r, n

− bolak-balik b, l, k

− gerak-gerik g, r, k

ramah-tamah − a, a

lauk-pauk − a, u

cerai-berai − e, ai

serbawarnabalikgerakramahlaukceraitegap tegap-begap − e, a

            Dapatlah dilihat bahwa penggolongan ini melihat apa yang diulang. Empat contoh pertama menunjukkan bahwa yang

diulang adalah bunyi-bunyi konsonan, bentuk ulangnya disebut bentuk ulang konsonan, (yang diulang adalah a, r, b pada serba-

serbi, w, r, n pada warna-warni, b, 1, k pada bolak-balik, g r, k pada gerak-gerik), sedangkan empat contoh berikutny

memperlihatkan bahwa yang diulangnya adalah vokal-vokal bentuk dasar, itu termauk bentuk ulang vokal (yang diulangnya

ialah: a, a pada ramah-tamah, a, u pada 1auk-pauk, e, ai pada cerai—berai, dan e, a pada tegap-begap).

Bentuk-bentuk Lain yang Mirip Kata Ulang atau Kata Ulang Semu

            Perhatikan pula bentuk-bentuk seperti: cumi-cumi, lobi-lobi, ani-ani, kupu-kupu. Bentuk-bentuk ini pun tampaknya

seperti kata ulang. Namun kalau kita kaji lebih jauh, bentuk-bentuk seperti ini tidak mempunyai bentuk dasar. Cumi, lobi, ani,

kupu tidak ada dalam penggunaan bahasa, oleh karena itu tidak mungkin merupakan bentuk dasar. Bentuk-bentuk seperti

teramasuk kata dasar atau kata yang bermorfem tunggal.

            Bentuk lain yang sering dikacaukan dengan kata ulang antara lain bentuk-bentuk seperti: simpang-siur, sunyi-senyap,

lalu-lalang, beras-petas. Effendi (1958:44), misalnya menyebutkan bentuk-bentuk seperti itu termasuk kata ulang berubah bunyi.

Kalau kita menyebutkan bentuk-bentuk seperti itu kata ulang, mungkinkah siur, senyap, lalang, dan petas masing-masing

perubahan dan simpang, sunyi, lalu, dann beras? Perubahan-perubahan seperti itu sukar dijelaskan dan secara deskriptif hal itu
tidak mungkin. Oleh karena itu, Ramlan (1983:51) menggolongkan bentuk-bentuk seperti itu masuk kata majemuk yang salah

satu unsurnya berupa morfem unik, yakni morfem-morfem yang hanya mampu berkombinasi dengan satu bentuk tertentu .

Makna Kata Ulang

Makna kata ulang antara lain sebagai berikut:

Kata ulang yang menyatakan banyak (intensitas kuantitatif)

Pulau-pulau yang ada di dekat perbatasan dengan negara lain perlu diperhatikan oleh pemerintah.

Kata ulang yang menyatakan sangat

Anak kelas 3 ipa 1 orangnya malas-malas dan sangat tidak kooperatif.

Kata ulang yang menyatakan paling

Setinggi-tingginya Joni naik pohon, pasti dia akan turun juga.

Kata ulang yang menyatakan mirip / menyerupai / tiruan

Adik membuat kapal-kapalan dari kertas yang dibuang Pak Jamil tadi pagi.

Kata ulang yang menyatakan saling atau berbalasan

Ketika mereka berpacaran selalu saja cubit-cubitan sambil tertawa.

Kata ulang yang menyatakan bertambah atau makin

Biarkan dia main hujan! lama-lama dia akan kedinginan juga.

Kata ulang yang menyatakan waktu atau masa

Datang-datang dia langsung tidur di kamar karena kecapekan.

Kata ulang yang menyatakan berusaha atau penyebab

Setelah kejadian itu dia menguat-nguatkan diri mencoba untuk tabah.

Kata ulang yang menyatakan terus-menerus

Mirnawati selalu bertanya-tanya pada dirinya apakah kesalahannya pada Bram dapat termaafkan.

Kata ulang yang menyatakan agak (melemahkan arti)

Kepala adik pusing-pusing.

Kata ulang yang menyatakan beberapa

Mas parto berminggu-minggu tidak apel ke rumahku. Ada apa ya?

Kata ulang yang menyatakan sifat atau agak

Wajahnya terlihat kemerah-merahan ketika pujaan hatinya menyapa dirinya.

Pemajemukan

Pendapat Ahli

Pemajemukan yaitu proses morfologis yang berupa perangkaian (bersama-sama) dua buah bentuk dasar (bentuk asal) atau lebih

yang menghasilkan satu kata (Prawirasumantri, 1986:10).


Kata majemuk yakni kata yang terdiri dari dua kata atau lebih sebagai unsurnya (Ramlan, 1983:67).

Kata majemuk adalah gabungan dua buah morfem dasar atau lebih yang mengandung (memberikan) suatu pengertian baru. Kata

majemuk tidaklah menonjolkan arti tiap kata, tetapi gabungan kata tersebut bersama-sama membentuk suatu makna (Badudu,

1976:8).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pemajemukan merupakan proses penggabungan dua buah bentuk dasar atau lebih yang berbeda

untuk menghasilkan sebuah kata baru.

Ciri-ciri Kata Majemuk

Ramlan (1983:67), Prawirasumantri (1986:11), dan Ahmadslamet (1982:66) menerangkan, sekilas kata majemuk sukar

dibedakan dan bentuk lingual atau satuan gramatik yang berupa konstruksi predikatif, yakni suatu konstruksi yang terdini atas

subjek dan predikat, dan konstruksi endosentris yang atributif yakni frase yang rnempunyai distribusi yang sama dengan salah

satu atau semua unsurnya.

Agar perbedaannya jelas, analisislah bentuk kamar mandi dan adik mandi. Tampaknya dua bentuk tersebut sama, karena sama-

sama dibangun oleh KB + KK. Akan tetapi kalau kita analisis, kedua bentuk tersebut mempunyai sifat yang berbeda.

Bentuk kamar mandi bukanlah konstruksi predikadif atau frase endosentris yang atributif, tetapi merupakan sebuah kata benda.

Berbeda dengan bentuk adik mandi , ia merupakan sebuah konstruksi predikatif (adik sebagai subjek dan mandi sebagai

predikat). Kamar mandi termasuk kata majemuk, sedangkan mandi bukan kata majernuk. Berdasarkan penjelasan di atas, Ramlan

(1983:69) mengemukakan ciri-ciri kata majemuk sebagai berikut:

Gabungan dua buah bentuk dasar (bentuk asal) atau lebih yang salah satu atau semua unsurnya berupa pokok kata termasuk kata

majemuk.

Pokok kata yaitu bentuk lingual atau satuan gramatik yang tidak dapat berdiri sendiri dalam tuturan biasa dan secara gramatis

tidak memiliki sifat bebas tetapi dapat dijadikan bentuk dasar sutu kata kompleks. Bentuk yang terdiri dari bentuk dasarnya yang

berupa morfem bebas dengan pokok kata atau pokok kata semua, maka gabungan tersebut pastilah termasuk kata majemuk.

Contohnya: kolam renang, medan tempur, temu karya, tanggung jawab.

Unsur-unsur kata majemuk tidak mungkin dipisahkan atau tidak mungkin

diubah strukturnya.

Untuk memperjelas ciri tersebut, perhatikanlah dan bandingkan bentuk-bentuk yang berada dalam korpus.

I II
Kamar mati Tikus mati
Meja makan Adik makan
Rumah sakit Burung sakit
Kaki tangan Kaki dan tangan
Kamar kecil Kamar yang kecil
Tangan kanan Tangan yang kanan

Bentuk-bentuk yang ada pada lajur I merurakan kata majemuk, sedangkan lajur II bukan kata majemuk. Bentuk kamar mati tidak

dapat dipisahkan. menjadi kamar yang mati, begitu pula. dengan meja dengan meja makan, rumah sakit, kaki tangan, kamar kecil,

tangan kanan. Bentuk-bentuk itu juga tidak dapat ditukar tempatnya menjadi mati kamar, makan meja, sakit rumah dan
seterusnya. Bentuk-bentuk kaki tangan, kamar kecil, dan tangan kanan mungkin bisa dipisahkan oleh bentuk atau

satuan yang atau dan seperti terlihat pada kolorn II, namun arti atau makna yang dikandungnya akan berubah sama sekali.

Tangan kanan pada lajur I artinya ‘orang kepercayaan’ sedangkan tanan (yang) kanan pada lajur II artinya “anggota badan dari

siku ke ujung jari yang ada di sebelah kanan’. Bentuk-bentuk yang ada pada lajur I itulah yang disebut dengan kata majemuk.

            Akhirnya, perlu disinggung lagi di sini bentuk yang terdiri atas bantuk dasar dan morfem unik yakni morfem yang tidak

pernah hadir dalam pemakaian bahasa kecuali dalam keadaan berkombinasi dengan bentuk tertentu. Gabungan seperti itu disebut

kata majemuk yang salah satu bentuk dasarnya berupa morfem unik. Contoh kata majemuk. yang mengandung morfem unik

ialah tumpah ruah, simpang siur, sunyi senyap, terang benderang, gelap gulita, lalu lalang, kering kerontang, tua bangka, tua

renta, muda belia. Tentukan mana yang termasuk morfem uniknya?

Lebih terinci Keraf (1982:125) menyatakn ciri-ciri kata majemuk sebagai berikut:

1)  Gabungan itu membentuk suatu arti.

2) Gabungan itu dalam hubungannnya ke luar membentuk satu pusat, yang menarik

    keterangan-keterangan atas kesatuan itu, bukan atas bagian-bagiannya.

3)  Biasa terdiri atas kata-kata dasar.

4) Frekuensi pemakaiannya tinggi.

5) Terutama kata-kata majemuk yang bersifat endosentris, terbentuk menurut hukum

    DM (Diterangkan mendahului menerangkan).

Macam-macam Kata Majemuk

            Kata majemuk dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kata majemuk endosentris dan eksosentris. Kata majemuk

endosentris yaitu kata majemuk yang konstruksi distribusinya sama dengan kedua (ketiga) atau salah satu unsurnya. Kata

majemuk eksosentris, sebaliknya, yaitu kata majemuk yang konstruksinya itu berlainan distribusinya dan salah satu unsurnya

(Samsuri, 1982:200). Untuk menjelaskan hal itu, beliau mengemukakan contoh bentukan rumah sakit dan jual beli, yang kedua-

duanya merupakan kata majemuk. Yang pertama kata majemuk endosentris, sedangkan yang kedua eksosentris. Perhatikanlah:

 l)   a.Rumah sakit itu baru dibangun.

b.Rumah itu baru dibangun.

Melihat contoh di atas, jelaslah bahwa rumah berdistribusi sama dengan rumah sakit, sehingga selain kalimat l.a. kalimat 1.b. pun

ada dalam bahasa Indonesia. Dengan perkatan lain satuan rumah dapat menggantikan satuan rumah sakit.

2)   a. Kedua orang itu mengadakan jual beli.

b. Kedua orang itu mengadakan jual. *)

c. Kedua orang itu mengadakan beli. *)

Tanda *) berarti kalimat 2.b. dan 2,c. tidak ada dalam bahasa Indonesia. Jelaslah distribusi jual beli berlainan distrubusinya

dengan jual ataupun beli. Itulah yang disebut kata majemuk eksosentris.
Kata majemuk endosentris dapat dibedakan menjadi: kata majemuk koordinatif yaitu kata majemuk yang unsur-unsurnya

mempunyai hubungan yang setara atau sederajat, misalnya: budi bahasa (Suwarso, 1979:38); kata majemuk atributif atau

subordinatif yaitu kata majemuk yang salah satu unsurnya menjadi penjelas atau atribut unsur lainnya, misalnya: rumah sakit,

orang tua (Suwarso, 1979:38) ; dan kata majemuk yang salah satu unsurnya berupa morfem unik, misalnya: lalu lalang (Ramlan,

l983:50)

https://nurulrifkyhuba.wordpress.com/2012/05/14/reduplikasi-dan-pemajemukan-bahasa-indonesia/

https://lindawati11083.blogspot.com/2013/11/proses-morfemis.html

Anda mungkin juga menyukai