Anda di halaman 1dari 10

MAKALAHPERKEMBANGAN PESANTREN

BERDASARKAN SKB TIGA MENTERI


TAHUN 1975
Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah PendidikanDakwahBerbasisPesantren
DosenPengampu : AKHMAD RUDI MASRUKHIN, MPd.

Di susunoleh Kelompok3:
1. AINU RIZKI
2. YAZID MASRURI
3. M.RENDRA YUSUF FATA

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM AL-FALAH AS-SUNNIYAH
KENCONG - JEMBER

KATA PENGANTAR

Pujisyukur kami panjatkankepada Allah SWT. KarenaatasrahmatNyayang


diberikankepada kami, hingga kami dapatmenyelesaikansebuahmakalahyang mudah-
mudahanbermanfaatbagi para pembacadenganjudul “PerkembangaPesantrenBerdasarkan SKB
TigaMenteriTahun
1975”.MakalahinidisusungunamemenuhitugasdaridosenpengampumatakuliahPendidikanDakwah
BerbasisPesantrenAkhamd Rudi Masrukhin, MPd. Kami
sebagaipenulisdarimakalahinimengucapkanterimakasihsebanyak-
banyaknyakepadadosenpengajarmatakuliahPendidikanDakwahBerbasisPesantrendanpihak-pihak
yang membantu kami dalampencariandanpemberian idetentang proses
terbuathinggaterbentuknyamakalahini. Dan kami berharap
agarmakalahinidapatbermanfaatdalamprosespembelajaran di tahunpelajaranberikutnya.Dan
karenatiadagading yang takretak, begitu pula denganmakalahini.Makadariitulah kami
mengharapkankritikdan saran yang diberikankepada kamidemi perbaikanmakalahdiwaktu yang
akandatang.

Jember, 13Oktober 2021


Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii
BAB I......................................................................................................................................................
PENDAHULUAN...................................................................................................................................
A. RUMUSAN MASALAH.............................................................................................................
BAB II.....................................................................................................................................................
PEMBAHASAN.....................................................................................................................................
A. Latar belakang Lahirnya SKB Menteri Terkait Pendidikan Islam
B. Implikasi SKB Menteri Terhadap Perkembangan Pesantren di Indonesia

BAB III....................................................................................................................................................
KESIMPULAN.......................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

Sejak awal diterapkannya sistem madrasah di Indonesia kurang lebih pada awal abad ke-


20, madrasah telah menunjukkan identitasnya sebagai lembaga pendidikan Islam. Ciri-ciri itu
tetap dipertahankan meskipun harus menghadapi berbagai tantangan dan kendala yang dihadapi.
Pada masa itu, berbagai peraturan-peraturan diterapkan oleh pemerintah colonial
Belanda, yang pada intinya adalah untuk mengontrol atau mengawasi madrasah. Karena
pemerintah takut dari lembaga pendidikan tersebut melahirkan gerakan atau ideology
perlawanan yang akan mengancam kelestarian penjajahan mereka dibumi Indonesia ini. Dampak
dari ketakutan berlebihan itu menyebabkan banyaknya madrasah pesantren yang ditutup karena
dianggap melanggar ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah colonial belanda.
Ketika Indonesia diproklamasikan sebagai Negara merdeka tahun 1945, madrasah
kembali bermunculan dengan tetap menyandang ciri-ciri menjadi lembaga pendidikan Islam.
Pemerintah RI memiliki perhatianterhadap madrasah ataupendidikan Islam,
terbuktijugadengandibentuknyaDepartemen Agama (Depag) pada 3 Januaritahun
1946. Pada bagianstrukturorganisasinya terdapat bagianpendidikan dengan tugaspokoknyamengu
rusmasalahpendidikan agama di sekolah umum dan pendidikan agama di sekolah agama
(madrasah danpesantren), di sampingituditambahlagi dengan penyelenggaraanpendidikan guru
untukpengajarandi sekolah umum, dan pengajar pengetahuan umumdi perguruan-perguruan aga
ma.
Namun demikian, perhatianpemerintah tersebut tidak berlanjut. Hal
initerlihatketikaundang-undangpendidikannasionalpertama (UU No. 4 tahun 1950 jo UU No. 12
tahun
1954)dirumuskan, masalahpesantrentidakdimasukkan.Sebabhalitulahmunculnyasikapdeskriminat
ifpemerintahterhadap madrasah.SeharusnyadalamhaliniDepartemen Agama
berusahamembukaakses madrasah kepentasnasional,
sebab memangsalahsatutujuanawaldibentuknyaDepartemen Agama
adalahuntukmemperjuangkanpolitikpendidikanislam.
Namunterlepasdaritujuanitutercapaiatautidak, banyak yang menganggapDepartemen Agama
telahbanyakberusahauntukmemajukan madrasah. Hal
itu bisa ditinjau dari berbagaimacamkebijakan yang dibuat oleh Departemen agama.Salah
satukebijakanDepartemenAgama untuk madrasah yang
cukupmendasaradalah dibuatnyaSuratKonverensiBersama (SKB) 3menteri,
yaituMenteriPendidikandanKebudayaan, MenteriDalamNegeri, danMenteri Agama tentang
“PeningkatanMutuPendidikan Madrasah” padatahun 1975.

A. RUMUSAN MASALAH

1. Latar belakang Lahirnya SKB Menteri Terkait Pendidikan Islam


2. Implikasi SKB MenteriTerhadapPerkembanganPesantren di Indonesia
BAB II

PEMBAHASAN

A. LATAR BELAKANG LAHIRNYA SKB MENTERI TERKAIT PENDIDIKAN ISLAM

Pada tanggal 18 April tahun 1972, presidenSoehartomengeluarkanKeputusanPresiden


No. 34 tahun 1972 tentang Tanggung-
JawabFungsionalPendidikan dan Latihan. 2 tahunberikutnya,
Keppresitudipertegas dengan InstruksiPresiden No. 15 tahun 1974 yang mengaturrealisasinya.
BagiDepartemen agama yang mengelolapendidikan Islam, termasuk madrasah,
keoutusaninimenimbulkanmasalah. Padahal dalam Tap MPRS No. 27 tahun 1966
dinyatakanbhawa agama ialahsalah satuunsur mutlak pada pencapaiantujuanNasional.
Selainitu, pada Tap MPRS No. 27 tahun 1966 ditegaskanbahwa
madrasah adalah lembaga pendidikanotonom di bawahpengawasan Menteri agama.
KebijakanKeppres 34/1972 yang kemudian diperkuat dengan Inpres 15/1974
mendeskripsikanketegangan yang relatif keras pada hubungan madrasah dengan pendidikan
nasional. Keteganganini wajar saja timbul dan dirasakan oleh umat Islam. Betapa tidak,
pertama, semenjak diberlakunya UU No. 4 tahun 1950 dan UU No. 12 tahun1954.
persoalan madrasah dan pesantren tidak dimasukkan dan bahkan tidak disinggung
samasekali, yang ada hanya persoalan pendidikan agama di sekolah (umum). Dampaknya
madrasah dan pesantren diklaim berada di luarsistem. kedua, umat Islam pun “curiga”
bahwamulai ada perilaku diskriminatifpemerintahterhadap madrasah dan pesantren.
Munculnyareaksi dari umat Islam inidisadari oleh pemerintahOrdeBaru,
kemudianpemerintahmengambil kebijakan yang lebihoperasional dalam kaitan menggunakan ma
drasah, yaitumelakukan pembinaan mutupendidikan madrasah.
Sejalandenganupayameningkatkanmutupendidikan madrasah inilah, pada tanggal 24 Maret
1975 dikeluarkan kebijakanberupaSurat
Keputusan bersama (SKB) 3 Menteri yang ditandatangani oleh Menteri agama (Prof. Dr. Mukti
Ali), MenteriPendidikan dan Kebudayaan (Letjen. TentaraNasional Indonesia Dr.
TeukuSyarifThayeb) dan Menteri dalam Negeri (Jend. TentaraNasional Indonesia purn. Amir
Machmud) SKB
ini bisa dicermati sebagai contoh solusi yang pada satusisimemberikanpengakuan eksistensi mad
rasah, serta di sisi
lain memberikan kepastianakanberlanjutnyaperjuanganyang mengarah pada pembentukansistem
pendidikannasional yang integratif.
Sejumlahdiktum asal SKB 3 Menteriinimemangmemperkuatposisi madrasah, yaitu:
a. Madrasah mencakup 3 tingkatan: MI setingkat dengan SekolahDasar, MTs
setingkatdenganSekolahMenengahPertama, serta MA setingkat dengan SekolahMenenganAtas
b. Ijazah madrasah dinilai sama dengan ijazahsekolah umum yang sederajat.
c. Lulusan madrasah bisa melanjutkankesekolah umum yang setingkatlebihatas.
d. siswa madrasah bisa berpindahkesekolah awam yang setingkat.

B. IMPLIKASI SKB MENTRI TERHADAP PERKEMBANGAN PESANTREN

Munculnya SKB 3 Menteri tahun 1975 ini membawa dampak positif bagi pendidikan Islam
di Indonesia, khususnya madrasah. Implikasi SKB 3 menteri tersebut antara lain:

1. Aspek Lembaga
Madrasah yang dianggap sebagai lembaga pendidikan tradisional telah berubah dan
membuka peluang bagi siswa-siswa madrasah untuk memasuki wilayah pekerjaan atau dunia
industri pada sektor modern. Lebih dari itu madrasah juga telah mendapat pengakuan yang lebih
mantap dimata masyarakat. Madrasah merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional
walaupun pengelolaannya dilimpahkan kepada Departemen Agama. Secara tidak langsung hal
ini memperkuat dan memperkokoh posisi Departemen Agama dalam struktur pemerintahan
karena telah ada legitimasi politis tentang pengelolaan madrasah. 

2. Aspek Kurikulum 
Karena telah diakui sejajar dengan sekolah umum maka komposisi kurikulum madrasah
harus sama dengan sekolah-sekolah umum lainnya agar supaya kedudukan sebuah madrasah bisa
setara dengan lainnya. Kurikulum madrasah berisi mata pelajaran dengan perbandingan 70%
mata pelajaran umum dan 30% pelajaran agama. Hal ini mengakibatkan bertambahnya beban
yang harus dipikul oleh madrasah. Di satu sisi ia harus memperbaiki mutu pendidikan umumnya
agar sesuai dengan standar yang ditentukan oleh pemerintah, dalam hal ini Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan sebagaimana yang berlaku di sekolah pada umumnya. Di sisi lain,
madrasah harus menjaga agar mutu pendidikan agama bagi para siswanya tetap baik. Agar
supaya siswa ketika keluar dari lembaga madrasah dibekali 2 ilmu (agama & umum) yang
bermanfaat.

3. Aspek Siswa
Dalam SKB 3 Menteri ditetapkan bahwa:
1) Ijazah siswa madrasah mempunyai nilai sama dengan ijazah sekolah umum yang setingkat,
2) Siswa madrasah dapat berpindah ke sekolah umum yang setingkat, dan 
3) Lulusan madrasah dapat melanjutkan ke sekolah umum yang lebih atas. 
BAB II

KESIMPULAN

Dengan dikeluarkannya Keputusan Presiden No. 34 tahun 1972 dan Inpres No. 15 tahun
1974 ternyata menimbulkan reaksi keras umat Islam. Sehingga SKB 3 Menteri ini bertujuan
untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan dimadrasah. SKB 3 Menteri itu telah
direalisasikan oleh departemen agama dengan dikeluarkannya kurikulum baru pada tahun 1976.
Terlepas dari kenyataan bahwa banyak sekali madrasah yang tidak mengikuti kurikulum tersebut
dan tetap berusaha mempertahankan status madrasah sebagai lembaga pendidikan yang
mengajarkan agama Islam sebagai pengajaran pokok, SKB ini sering dipuji banyak memiliki
nilai positif antara lain :

a.    Madrasah telah sejajar kedudukannya dengan sekolah-sekolah umum.


b.    Mengakhiri reaksi keras umat Islam yang menilai pemerintah terlalu jauh mengintervensi
kependidikan Islam yang telah lama dipraktikkan umat Islam.
c.    Upaya untuk mengintegrasikan madrasah ke dalam sistem pendidikan nasional

Dengan demikian, lahirnya SKB 3 Menteri ini tampaknya telah dijadikan sumber
inspirasi. Peristiwa dan langkah pada periode itu bisa dipandang sebagai momen strategis bagi
eksistensi dan perkembangan madrasah pada masa berikutnya. Madrasah tidak saja tetap eksis
dan dikelola oleh Departemen Agama, tetapi sekaligus diposisikan secara mantap dan tegas
seperti halnya sekolah dalam sistem Pendidikan Nasional serta dipandang baik oleh masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

http://bahrululummunir.blogspot.com/2011/05/skb-3-menteri-tahun-1975-dan.html

(tanggal akses : 25.10.2021)

https://www.academia.edu/35037071/Makalah_Madrasah_SKB_Tiga_Menteri

(tanggal akses : 21.10.2021)

Anda mungkin juga menyukai