Anda di halaman 1dari 172

TUMOR JALAN LAHIR

Pendahuluan
 Kanker di Indonesia diposisikan sebagai kelima
penyebab kematian.
 Lebih dari 40% dari keganasan merupakan kanker
ginekologi.
 Tumor jinak pada vulva, meskipun relatif jarang,
sering dikonsulkan ke dermatologists untuk
evaluasi dan pengobatan lebih lanjut.
 Kanker vulva adalah jenis kanker yang terjadi pada
daerah permukaan luar dari alat kelamin wanita.

Sekitar 5% dari semua keganasan alat kelamin


wanita
 Karsinoma sel skuamosa dari vulva paling sering

terjadi pada kelompok usia yang lebih tua.


 Tingkat kejadian adalah 1:100000 pada wanita

muda dan 20:100000 pada wanita lanjut usia.


Anatomi Vulva
 Pudenda sering disebut juga vulva termasuk
diantaranya :
 mons pubis
 labia majora dan minora
 Klitoris
 selaput dara
 Vestibulum
 orificum uretra externa
 berbagai struktur kelenjar dan pembuluh darah.
 Tumor vulva

 Terbagi menjadi 2: tumor yang berasal dari epitel dan


berasal dari mesenchymal.

 Tumor yang berasal dari epitel :


 Kondiloma Akuminata

 Vulvar Intraepithelial Neoplasia  Hidradenoma

 Bowen Disease  Syringoma


 Basal cell Carsinoma  Pigmented Vulvar
Tumors
 Acrochordon
 Tumor yang berasal dari jaringan Mashencym :
 Leiomioma

 Lipoma
 Granular Cell Tumor
 Vascular Tumor
 Fibroma
 Endometriosis
 Neurofibroma
 Kista grandular

 Tumor ganas pada Vulva


 Carsinoma Vulva

 Paget’s Deasses
Tumor yang berasal dari epitel
o Kondiloma Akuminata
 Disebabkan oleh kelompok papiloma virus.

 Human papillomavirus (HPV) yang menginfeksi

vulva adalah penyebab utama dari timbulnya


kondiloma akuminata.
 Subtipe HPV yang paling sering ditemui pada

vulva adalah HPV 6 dan HPV 11.


 Beberapa infeksi HPV dapat berkembang

menjadi neoplasia intraepithelial vulva (VIN)


 Dapat juga berkembang lebih lanjut untuk terus
invasif menjadi squamous cell carsinoma vulva
 Sebagian besar lesi terbatas pada gambaran HPV
cutaneus dikenal sebagai kutil kelamin atau
kondiloma.
 Sekitar 20 juta dewasa di Amerika Serikat dan
630 juta di dunia terinfeksi HPV
 Wanita muda seksual aktif mempunyai risiko
tertinggi menderita infeksi HPV
 Patofisiologi :

Sel-sel dari lapisan Virus ini menyebabkan


basal epidermis pada
manusia diinfeksi oleh
menembus abrasimikro
papillomavirus (HPV) kulit mukosa

Sel inang tidak ada


produksi DNA
terinfeksi dan tanda-tanda
virus, capsids
mengembang atau gejala
(lapisan
kan dan dapat fase laten
pelindung
morfologi berlangsung virus dimulai
virus), dan
koilocytosis dari 1bulan
pembentukan
atipikal -beberapa
partikel
kondiloma tahun
dimulai
acuminata
 Gejala Klinis
 Pertumbuhan yang papiler, kecil pada awalnya,
cenderung untuk menyatu dan membentuk massa
seperti kembang kol yang besar yang dapat
berkembang secara cepat selama kehamilan.
 Gejala khas diantaranya tumor dengan konsistensi
lembut, berwarna merah muda sampai putih dan lesi
epitel papiler.
 Lokasi pada vulva yang biasanya timbul pada
preputium, vestibulum, bagian perineum
 Pemeriksaan Penunjang
 Meskipun tidak ada penunjang spesifik, berikut ini
adalah beberapa pemeriksaan penunjang yang bisa
dipakai untuk mengelola komplikasi yang dapat
timbul :
 Pap smear
 Biopsi
 Penatalaksanaan
 Pengobatan standar adalah melapisi kutil dengan asam
trikloroasetat bichloroacetic sampai kutil hilang.
 Terapi operasi seperti excision, Krioterapi,
elektrokauterisasi dan terapi laser

 Prognosis
 Banyak pasien gagal terhadap respon pengobatan atau
kondiloma acuminata berulang setelah pengobatan yang
dilakukan.
Vulvar Intraepithelial Neoplasia
(VIN)
 (Skuamosa) vulva atau Vulvar Intraepithelial
Neoplasia adalah lesi kulit pra-kanker dari setiap
bagian dari vulva, dan sebelumnya dikenal
sebagai penyakit Bowen pada vulva.
 Ada hubungan yang kuat antara penyakit menular
seksual dengan neoplasia intraepithelial vulva
(VIN), terutama human papillomavirus (HPV),
gonore, sifilis, Gardnerella vaginalis, trikomonas,
dan human immunodeficiency virus (HIV).
Sekitar 80 % dari lesi VIN positif untuk HPV
tipe risiko tinggi, terutama HPV-16.
 Lesi prakanker vulva terjadi pada kedua wanita
premenopause dan menopause, dengan usia rata-
rata yang sekitar 40 tahun.
 Usia rata-rata terjadi pada wanita yang lebih
muda, dengan 75 % dari lesi yang terjadi selama
periode premenopause.
 Diagnosis
 Diagnosis dibuat dengan pemeriksaan fisik dari
daerah vulva diikuti dengan biopsi dari lesi
mencurigakan.

 Gejala meliputi : Gatal pada vulva (ringan-berat),


Rasa terbakar/panas pada vulva (ringan-berat),
Satu atau lebih lesi kulit yang mungkin merah
muda, merah, coklat atau berwarna putih.
 Terapi
 Biasanya semua lesi VIN diterapi untuk mengurangi
risiko terkena kanker.
 Tujuan pengobatan adalah untuk menghapus semua
jaringan yang terkena dengan batas jaringan yang
sehat.
 Hal ini dapat dilakukan dengan eksisi bedah. Kadang-
kadang vulvectomy lengkap dilakukan karena luasnya
penyakit.
 Terapi medis : Imiquimod krim, 5-fluorouracil krim
 Prognosis
 Jika tidak diobati, VIN mungkin hilang dengan
sendirinya (terutama jenis VIN dikenal
sebagai Bowenoid papulosis) atau dapat berubah
menjadi kanker invasif dalam beberapa tahun
kemudian.

 Follow up setelah pengobatan jangka panjang penting,


karena VIN bisa kambuh pada sekitar setengah dari
wanita yang diobati selama masa hidup mereka.
Bowen Disease
 Penyakit Bowen, istilah klinis disebut juga
karsinoma in situ. Lesi ini muncul sebagai
hiperkeratotik, menonjol, dan epitel yang berpigmen
menebal.
 Biasanya terjadi pada wanita yang berada dalam
dekade keenam atau lebih tua, namun usia yang lebih
muda juga dapat ditemukan.
 Temuan biopsi menunjukkan atypia epitel full-
thickness dan aktivitas mitosis.
 Penyakit Bowen harus ditangani dengan bedah, laser,
atau eksisi listrik.
Basal cell Carsinoma

 Karsinoma sel basal terjadi sekitar 1-2 % dari


kanker vulva.
 Kebanyakan tumor adalah lesi kecil yang menonjol
dengan pusat ulserasi dan tepi yang tergulung.
 Beberapa digambarkan sebagai tumor berpigmen,
tahi lalat, atau pecahan makulopapular atau
pruritus.
 Tumor ini muncul hampir secara eksklusif pada
kulit labia majora, meskipun kadang-kadang tumor
dapat ditemukan di tempat lain di vulva.
 Tumor berasal dari sel-sel basal primordial dalam
epidermis atau folikel rambut dan ditandai oleh
pertumbuhan yang lambat, infiltrasi lokal, dan
kecenderungan untuk kambuh jika tidak benar-
benar dihilangkan.
 Jika eksisi lokal cukup luas tidak dilakukan, ada
kecenderungan untuk kekambuhan lokal,
diperkirakan sekitar 20 %.
 Jika basal sel skuamosa telah didiagnosis, terapi
yang tepat untuk kanker invasif epidermoid vulva
harus dilakukan.
Hidradenoma
 Hidradenomas adalah tumor kelenjar keringat
apokrin.
 biasanya diameter < 1 cm. Dan terdapat dimedial
dari labia majora
 Lesi yang tegas dan dapat digerakkan bebas.
 Ulserasi dan nyeri dapat berkembang.
 Histologi, hidradenoma memiliki ruang kistik
yang dilapisi dengan sel kolumnar.
 Pengobatan bedah eksisi.
Syringoma
 Tumor jinak kelenjar keringat ekrin.
 Biasanya, beberapa lesi yang hadir, dan mungkin
terjadi pada lebih dari satu tempat pada tubuh.
 Lesi tidak menunjukkan gejala, dan tidak
memerlukan pengobatan kecuali rasa sakit atau
berkembang menjadi pruritus.
 Pilihan pengobatan termasuk eksisi, cryotherapy,
elektro, dan karbon dioksida laser.
Pigmented Vulvar Tumors

 Lesi vulva berpigmen terjadi pada 10 % sampai 12


% dari semua wanita.
 2% dapat berubah karakteristik menjadi lesi
prakanker.
 Lesi berpigmen jinak diklasifikasikan sebagai
lentigines, melanosis vulva, dan Nevi.
 Lentigines kecil (1 sampai 4 mm), makula berbatas
tegas. Terjadi pada 3 % sampai 6 % wanita.
 Tidak ada terapi yang diperlukan.
 Melanosis Vulva adalah lesi yang lebih besar dari
lentigo dan memiliki batas yang tidak teratur.
 Vulva melanosis dan lentigo merupakan bagian
dari spektrum perubahan pigmentasi vulva.
 Hal ini penting untuk membedakan mereka dari
melanoma dengan melakukan biopsi dari daerah
yang terkena.
 Nevi vulva terjadi pada 2 % wanita.
 Gejala : Lesi papul yang hiperpigmentasi.
 Nevi yang infeksi atau perdarahan harus
dipotong.
 Suatu kecurigaan yang tinggi terhadap keganasan
dan dilakukan eksisi harus menjadi bagian dari
penatalaksanaan.
Tumor yang Berasal dari Jaringan Masenchymal

o Leiomioma
 Leiomioma berasal dari komponen otot polos

vulva.

 Merupakan sisa dari ligamen rotundum, jaringan


otot polos kulit, jaringan erectile, dan pembuluh
darah.

 Tumor biasanya lembut dan dapat digerakan dan


paling sering terjadi pada labia majora.
 Pengobatan eksisi lokal
Lipoma

 Lipoma, atau tumor lemak, adalah tumor padat


yang paling umum kedua yang ditemukan di daerah
vulva.
 Etiologi tumor jinak ikat lainnya di daerah ini tidak

diketahui.
 Pada labia majora, lipoma mungkin muncul sebagai
massa lunak tak bertangkai atau bertangkai bervariasi
dalam diameter dari 1 cm sampai beberapa sentimeter.
 Lesi yang besar secara bertahap dapat mengalami
ulserasi.
 Diagnosis klinis dan dikonfirmasi dengan biopsi
 tumor ini biasanya tidak memerlukan eksisi
bedah kecuali mereka menjadi nyeri atau secara
kosmetik tidak dapat diterima oleh pasien.
Fibroma
 Tumor jinak padat pada vulva yang paling sering
 Fibromas, fibromyomas, dan Dermatofibroma biasanya
muncul secara tunggal, sedikit menonjol, abu-abu-
coklat, lesi dapat digerakan (diameter 3-8 mm)
berkembang sepanjang insersi ligamen rotundum ke
dalam labia mayora.
 Fibromas dapat bertangkai dan jarang dapat mencapai
ukuran yang cukup besar.
 Dermatofibroma: Lesi ini biasanya tidak menimbulkan
gejala sampai mereka mencapai ukuran yang lebih besar
dan / atau yang terletak di dekat introitus atau uretra
 Diagnosis biasanya berdasarkan klinis dan
pemeriksaan biopsi.
 Terapi dengan menghilangkan tumor ini untuk
tujuan diagnostik terdiri dari eksisi lokal.
Neurofibroma
 Neurofibroma adalah tumor kulit yang terjadi 5% dari
semua lesi jinak pada vulva.

 Neurofibroma merupakan lesi polypoid berdaging


dan mungkin soliter, tumor padat dari vulva atau
berhubungan dengan neurofibromatosis (penyakit
Recklinghausen).

 Timbul dari selubung saraf dan biasanya lesi kecil


tidak menimbulkan gejala.
 Beberapa tumor mengubah bentuk vulva dapat
mengganggu fungsi seksual dan memerlukan
eksisi atau vulvectomy.
Granular Cell Tumor
 Didaerah vulva berukuran dari 1-4 cm.
 Lesi ini khas membentuk nodul tegas dengan
enkapsulasi yang buruk, biasanya terdapat di
labia mayora.
 Biasanya asimtomatik, tumbuh lambat, timbul
dari jaringan saraf, dan dapat terjadi di lokasi
dalam atau permukaan dari epidermis.
 Bila terdapat infiltrat jaringan di bawah tumor
mungkin dapat mengalami ulserasi jika
mencapai epidermis, yang dapat mirip dengan
kanker.
 eksisi lokal luas diperlukan dan ditambah untuk
mengeksisi sel meluas ke jaringan yang
berdekatan (sehat).
Hemangioma
 Mungkin bawaan atau diperoleh, dan biasanya
tidak menunjukkan gejala.
 Hemangioma kavernosa menunjukkan proliferasi
atipikal ruang endotel berlapis dan pembuluh
darah, besar, dilatasi pembuluh yang meluas ke
subdermis dan jaringan subkutan.
 Kebanyakan hemangioma genital melibatkan
labia majora, tapi labia minora, daerah perineum.
 Muncul sebagai makula merah yang dengan
cepat berkembang menjadi berbatas tegas,
menonjol, merah, dan lesi lembut ukuran
bervariasi.
 Karena kecenderungan ke arah kemunduran
secara spontan, tidak ada tindakan terapeutik
yang diperlukan kecuali terjadi komplikasi.
 Jika trauma penyebabnya perdarahan atau gejala
lain yang berkembang. Manajemen aktif
termasuk eksisi, terapi laser, atau cryotherapy.
Lymphangioma
 Lymphangioma adalah tumor jinak dari pembuluh
limfatik yang jarang terjadi pada vulva.
 Mungkin bawaan atau didapat.
 Kondisi ini biasanya terdeteksi secara dini pada bayi
pada labia minora atau majora gejala asimtomatik,
menonjol, lunak, massa pucat, kadang-kadang
multiple, dipermukaan, berdinding tipis, tembus, dan
terus-menerus diisi dengan cairan bening yang
mungkin semakin lama semakin tumbuh.
 Lesi biasanya subdermal. Pengobatan bedah eksisi
bila timbul gejala.
Sarkoma Kaposi
 Sarkoma Kaposi adalah tumor pembuluh darah
multifokal terkait dengan acquired
immunodeficiency syndrome, jarang terjadi pada
vulva.
 Peradangan, perdarahan, dan fibrosis
berhubungan dengan proliferasi dermal
pembuluh endotel berlapis dan sel spindle.
 Harus diuji untuk human immunodeficiency
virus.
 Lesi yang lebih kecil dapat excised. Lesi yang
lebih besar dikelola dengan terapi radiasi lokal
Kista grandular
 Tumor vulva mungkin akibat dari pembesaran kista
kelenjar vulva. Kista dari kedua saluran Bartholin
dan duktus Skene mungkin terjadi.
 Secara patofisiologis melibatkan penyumbatan
saluran kelenjar, dengan sekresi yang terus berlanjut
atau infeksi pada kelenjar itu sendiri. Tanpa jalur
jalan keluar, kelenjar membengkak dan membesar.
 Terjadi di bagian bawah dan lateral labia majora,
jika besar, kista dapat mengganggu hubungan
seksual dan berkemih.
 Manajemen adalah insisi dan drainase

 Tidak ada pengobatan yang diperlukan kecuali abses


terbentuk. Dalam hal ini, insisi dan drainase diikuti
dengan pemberian antibiotik oral diperlukan.

 Eksisi dianjurkan pada wanita menopause karena


risiko yang lebih tinggi dari Bartholin gland
carcinoma pada kelompok usia ini.
Tumor Ganas pada Vulva
 Data menunjukkan bahwa human papillomavirus
(HPV) dapat menjadi penyebab dari beberapa
keganasan vulva.
 Kanker vulva menyumbang sekitar 5% dari semua
keganasan alat kelamin perempuan.
 Hampir setengah dari pasien yang berusia 70 tahun
atau lebih.
 Dapat muncul pada pasien yang lebih muda, dan
sekitar 15% dari semua kanker vulva terjadi pada
wanita yang lebih muda dari 40 tahun
 Diagnosa
 Evaluasi histologis merupakan prasyarat sebelum

merencanakan terapi definitif untuk perubahan


epitel vulva, apakah pigmentasi, hipertrofi, atau
benjolan atau massa.

 Sebuah biopsy kulit dapat digunakan seperti yang


digunakan di tempat lain pada kulit.
 Kebanyakan kanker vulva adalah berasal dari
sel skuamosa. Karena vulva ditutupi dengan
kulit, setiap keganasan yang muncul di tempat
lain pada kulit juga dapat terjadi pada vulva
 Karsinoma skuamosa dapat muncul dalam latar
belakang perubahan atrofi (yaitu, lichen
sclerosis) atau epitel hipertrofik.
 Pruritus yang lama, benjolan, atau massa pada
vulva yang hadir pada kebanyakan pasien
dengan kanker vulva invasif.
 Penatalaksanaan
 Kanker Vulva Primer jarang terjadi, dengan

perkiraan 4300 kasus baru setiap tahun di


Amerika Serikat.
 Kanker vulva sebagian besar terdiri

dari karsinoma sel skuamosa.


 Stadium I-II :

 pembedahan dengan vulvectomy radikal ditambah


limfadenektomi inguinofemoral; batas harus ≥ 1 cm

 Reexcision dapat dipertimbangkan jika batas lesi <8


mm, terapi tambahan radiasi adjuvant dapat digunakan
daripada reexcision, terutama jika prosedur ulang akan
mengakibatkan morbiditas berlebihan.

 Radiasi adjuvan
 Stadium III-IV
 Operasi radikal (vulvectomy radikal ditambah

limfadenektomi bilateral): Jika pengangkatan


sebagian struktur yang terlibat lainnya yang
diperlukan (misalnya, uretra, vagina, anus,
kandung kemih, rektum) dan / atau eksenterasi
panggul diperlukan, pertimbangkan
kemoradiasi pra operasi

 Kemoterapi
 Stadium IV B
 Kemoterapi untuk kanker vulva metastasis

mirip dengan yang digunakan untuk metastasis


kanker serviks

 Kombinasi kemoterapi dan radiasi dapat


diterapkan
 Pengobatan kanker vulva berulang
 Kanker vulva berulang dapat dikelompokkan

menjadi lokal (regional), pangkal paha, dan


kategori metastasis jauh, dan berikut ini harus
diperhatikan

 Kekambuhan lokal : reseksi atau radiasi


 Kekambuhan di selangkangan : reseksi bedah
atau radiasi
 Kekambuhan dengan metastasis jauh diobati
dengan kemoterapi
 Prognosa
 tingkat kelangsungan hidup 5 tahun pada

pasien dengan stadium I epidermoid kanker


invasif adalah 85-90%. 

 Tingkat kelangsungan hidup berkurang dengan


bertambahnya stadium, namun, tingkat
kelangsungan hidup 5 tahun perkiraan 40%
dapat diperoleh, bahkan pada pasien dengan
metastasis kelenjar getah bening.
Melanoma Maligna

 Melanoma adalah kanker invasif yang paling


umum kedua terjadi di vulva.
 Melanoma mungkin timbul dari lesi nevus. 
 Pertimbangkan lesi berpigmen pada vulva yang
mencurigakan jika berwarna biru-hitam,
memiliki batas tidak jelas, menonjol atau
ulserasi, atau lebih besar dari kira-kira 1 cm
 Kebanyakan melanoma terletak di labia minora
atau klitoris, dan prognosis yang berkaitan
dengan ukuran lesi dan kedalaman invasi.
 Dalam beberapa tahun terakhir, pengobatan
konservatif lebih disukai, seperti telah
dipraktekkan selama lesi ini di tempat lain di
tubuh, telah menjadi lebih umum. Sebuah eksisi
lokal radikal sampai kekulit sehat sepanjang 2 cm
dapat dilakukan.
Paget Disease
 Penyakit Paget kulit adalah neoplasia
intraepithelial, atau adenokarsinoma in situ, dan
menyumbang kurang dari 1 % dari semua
keganasan vulva.

 Penyakit Paget pada vulva jarang. Hal ini terjadi


pada wanita pada dekade ketujuh kehidupan
namun dapat terjadi pada pasien muda. Gejala
pruritus dan nyeri atau identifikasi lesi vulva
yang paling sering terjadi.
 Lesi vulva biasanya hyperemis, dan dapat
berbatas tegas serta penebalan dengan fokus dari
ekskoriasi dan adanya indurasi. Kulit vulva
mungkin tebal, menyebabkan kesan leukoplakia.
Vagina
 Saluran antara cervix uteri dan vulva
 Panjang 3-4 inchi (7½ -10 cm)
 Dilapisi oleh sel epitel squamosa
 Dinding dibawah lapisan epitel
 Jaringan ikat
 Jaringan otot
 Pembuluh darah dan getah bening
 Serabut saraf
 Kelenjar  lendir dan pelembab
American Cancer Society. Vaginal Cancer. Medical Article. [Cited 2014 Jan 14]; available from :
http://www.cancer.org/acs/groups/cid/documents/webcontent/003146-pdf.pdf
American Cancer Society. Vaginal Cancer. Medical Article. [Cited 2014 Jan 14]; available from :
http://www.cancer.org/acs/groups/cid/documents/webcontent/003146-pdf.pdf
Tumor Jinak Vagina
 Tumor Kistik
 Kista Gartner
 Kista Duktus Paramesonefros
 Kista Inklusi
 Kista endometriosis
 Kista Solid
 Granuloma
 Tumor Miksoid Vagina
 Adenosis Vagina
Prawirohardjo. Ilmu Kandungan. Edisi Kedua. Jakarta : EGC, 2008.
Delmore. Benign neoplasms of the Vagina. GLOWM, 2008. [Cited 2014 Jan 14]; available from :
http://www.glowm.com/section_view/heading/Benign%20Neoplasms%20of%20the%20Vagina/item/5
Kista Gartner
 Dapat ditemukan di vulva dan vagina
 Regresi tidak sempurna mesonefrik wolfii
 Kista Gartner
 Dapat multipel
 Terletak submukosa
 Sepanjang sebelah lateral vagina bagian atas
 Sediaan histologis
 Sel nonsekretoris epitel kolumnar
 Kista kecil  keluhan jarang

Delmore. Benign neoplasms of the Vagina. GLOWM, 2008. [Cited 2014 Jan 14]; available from :
http://www.glowm.com/section_view/heading/Benign%20Neoplasms%20of%20the%20Vagina/item/5
 Gejala klinis
 Dewasa
 Dispareunia
 Kelainan bentuk
 Massa atau terasa penuh divagina
 Masa awal kehidupan
 massa genitalia eksternal
 nyeri perut
 Keputihan
 infeksi saluran kemih berulang
 Inkontinensia atau enuresis.

saleh, Saleh. Gartner Duct Cyst Simplified Treatment Approach. Medical Journal, 2006. [Cited 2014 Jan 14]; available from :
://faculty.ksu.edu.sa/binsaleh/Documents/10.pdf
Binsaleh, Saleh. Gartner Duct Cyst Simplified Treatment Approach. Medical Journal, 2006. [Cited 2014 Jan 14];
available from :
http://faculty.ksu.edu.sa/binsaleh/Documents/10.pdf
Delmore. Benign neoplasms of the Vagina. GLOWM, 2008. [Cited 2014 Jan 14]; available from :
http://www.glowm.com/section_view/heading/Benign%20Neoplasms%20of%20the%20Vagina/item/5
 Diagnosa Banding
 Bayi baru lahir
 Rabdomiosarkoma
 Uretokel
 Ureter ektopik
 Kelenjar paravagina
 Divertikulum uretra

saleh, Saleh. Gartner Duct Cyst Simplified Treatment Approach. Medical Journal, 2006. [Cited 2014 Jan 14]; available from :
://faculty.ksu.edu.sa/binsaleh/Documents/10.pdf
 Pemeriksaan Penunjang
 Penyuntikan media kontras
 Biopsi
 MRI
 Tindakan Marsupialisasi
 Tindakan sederhana
 Minimal invasif
 Jaringan parut minimal
 Follow up  tanpa komplikasi dan kekambuhan

saleh, Saleh. Gartner Duct Cyst Simplified Treatment Approach. Medical Journal, 2006. [Cited 2014 Jan 14]; available from :
://faculty.ksu.edu.sa/binsaleh/Documents/10.pdf
Kista Duktus Paramesonefros
 Dilapisi oleh sel sekretori
 Asal  duktus mullerian
 Ditemukan dimana saja di vagina
 Kista mengandung lendir
 Diagnosis ditegakkan sekaligus dengan eksisi kista
 Ukuran kista besar
 Timbul gejala
 Telah diidentifikasi

Delmore. Benign neoplasms of the Vagina. GLOWM, 2008. [Cited 2014 Jan 14]; available from :
http://www.glowm.com/section_view/heading/Benign%20Neoplasms%20of%20the%20Vagina/item/5
Kista Inklusi
 Lapisan mukosa masuk ke lapisan submukosa
 Prosedur episiotomi
 Kolporafi
 Trauma persalinan
 Semakin besar  timbul gejala
 Kista
 Dilapisi epitel skuamosa
 Mengandung keratin dan debris skuamous
 Tatalaksana
 Pengangkatan kista utuh dan aproksimasi jaringan normal

Delmore. Benign neoplasms of the Vagina. GLOWM, 2008. [Cited 2014 Jan 14]; available from :
http://www.glowm.com/section_view/heading/Benign%20Neoplasms%20of%20the%20Vagina/item/5
Delmore. Benign neoplasms of the Vagina. GLOWM, 2008. [Cited 2014 Jan 14]; available from :
http://www.glowm.com/section_view/heading/Benign%20Neoplasms%20of%20the%20Vagina/item/5
Kista Endometriosis Vagina
 Berasal dari
 Bekas operasi sebelumnya
 Implantasi primer
 Cul-de-sac endometriosis
 Kolposkopi
 Tampak biru tua atau coklat
 Fibrosis  tampak putih
 Biopsi
 Bahan berwana coklat
 Tampak fibrosis

Delmore. Benign neoplasms of the Vagina. GLOWM, 2008. [Cited 2014 Jan 14]; available from :
http://www.glowm.com/section_view/heading/Benign%20Neoplasms%20of%20the%20Vagina/item/5
 Lesi kecil simtomatik
 Eksisi atau laser vaporisasi
 Lesi besar cul-de-sac yang meluas
 Laparatomi & eksisi
 Terapi preoperatif  analog GnRH
 Pasien dengan gejala dan menolak operasi
 Analog GnRH

Delmore. Benign neoplasms of the Vagina. GLOWM, 2008. [Cited 2014 Jan 14]; available from :
http://www.glowm.com/section_view/heading/Benign%20Neoplasms%20of%20the%20Vagina/item/5
Tumor Solid
 Sifat tumor hampir sama dengan tumor vulva,
kecuali :
 Granuloma
 Bukan neoplasma yang sebenarnya
 Jaringan granulasi berbatas-batas
 Sering berbentuk polip
 Timbul dari bekas operasi
 Kolporafi
 Histerektomi

Prawirohardjo. Ilmu Kandungan. Edisi Kedua. Jakarta : EGC, 2008.


 Tumor miksoid
 Konsistensi lunak
 Berisi jaringan miksomatosa, jaringan ikat dan lemak
 Dapat kambuh dan menjadi ganas
 Adenosis Vagina
 Berasal dari duktus mullerian
 Terletak dekat serviks uteri
 Epitel thorak mensekresi mukus
 Mukosa merah bergranula
 Paparan DES in utero
 Ganas  clear cell adenocarcinoma
 Diagnosis
 Kolposkopi
 Biopsi dan pemeriksaan hisopatologi

Prawirohardjo. Ilmu Kandungan. Edisi Kedua. Jakarta : EGC, 2008.


Tumor Ganas Vagina
 Definisi
 Kanker vagina
 Tumbuh cepat tidak terkendali
 Merusak jaringan sekitar
 Epidemiologi
 1 dari 100 tumor ginekologi
 Sering pada usia ≥ 70 tahun

American Cancer Society. Vaginal Cancer. Medical Article. [Cited 2014 Jan 14]; available from :
http://www.cancer.org/acs/groups/cid/documents/webcontent/003146-pdf.pdf
 Etiologi dan Faktor Resiko
 Usia
 Infeksi HPV
 Kanker serviks
 Adenosis vagina
 DES
 Merokok
 Alkohol
 Iritasi kronik mekanik
 Infeksi HIV

American Cancer Society. Vaginal Cancer. Medical Article. [Cited 2014 Jan 14]; available from :
http://www.cancer.org/acs/groups/cid/documents/webcontent/003146-pdf.pdf
 Klasifikasi
 Squamous Cell Ca
 Adenocarcinoma
 Melanoma
 Sarcoma

American Cancer Society. Vaginal Cancer. Medical Article. [Cited 2014 Jan 14]; available from :
http://www.cancer.org/acs/groups/cid/documents/webcontent/003146-pdf.pdf
Squamous Cell Carcinoma
 ± 70% dari kanker serviks
 Berasal dari sel skuamosa
 Sering pada 1/3 atas vagina
 Perkembangan bertahun-tahun
 Normal lesi prakanker  kanker
 Lesi prakanker  VAIN
 VAIN 1, 2, 3
 Sering terjadi setelah histerektomi atau kanker serviks

American Cancer Society. Vaginal Cancer. Medical Article. [Cited 2014 Jan 14]; available from :
http://www.cancer.org/acs/groups/cid/documents/webcontent/003146-pdf.pdf
Adenocarcinoma
 Berasal dari sel kelenjar
 ±15% dari kanker vagina
 Sering terjadi pada usia > 50 tahun
 Clear cell adenocarcinoma
 Usia muda
 Riwayat terpapar DES in utero

American Cancer Society. Vaginal Cancer. Medical Article. [Cited 2014 Jan 14]; available from :
http://www.cancer.org/acs/groups/cid/documents/webcontent/003146-pdf.pdf
Melanoma
 Berkembang dari sel penghasil pigmen
 ± 9% dari kanker vagina
 Lokasi bagian bawah atau luar vagina
 Tumor ini bervariasi
 Ukuran
 Warna dan pola pertumbuhannya

American Cancer Society. Vaginal Cancer. Medical Article. [Cited 2014 Jan 14]; available from :
http://www.cancer.org/acs/groups/cid/documents/webcontent/003146-pdf.pdf
Sarcoma
 Berkembang dari
 Jaringan otot
 Jaringan ikat
 Angka kejadian sekitar 4% dari kanker vagina
 Lokasi didalam dinding vagina dibawah lapisan epitel.
 Rhabdomiosarkoma
 Paling sering
 Terjadi pada usia muda
 Leiomiosarkoma
 Terjadi pada usia tua > 50 tahun

American Cancer Society. Vaginal Cancer. Medical Article. [Cited 2014 Jan 14]; available from :
http://www.cancer.org/acs/groups/cid/documents/webcontent/003146-pdf.pdf
Manifestasi Klinis
 Stadium awal  asimtomatis
 Keluar darah setelah hubungan sexual
 Perdarahan spontan pervaginam tidak nyeri
 Nyeri pada pelvis dan vagina
 Benjolan atau massa di vagina
 Stadium lanjut
 retensi urin
 Hematuri
 Enuresis
 Tenesmus
 Konstipasi
 hematosezia

American Cancer Society. Vaginal Cancer. Medical Article. [Cited 2014 Jan 14]; available from :
http://www.cancer.org/acs/groups/cid/documents/webcontent/003146-pdf.pdf
Stadium
Stadium Kriteria
Stadium 0 Karsinoma in situ
Stadium 1 Terbatas pada dinding vagina
Stadium 2 Invasi ke jaringan sub-vagina, belum ke dinding
pelvic

Stadium 3 Invasi ke dinding panggul


Stadium IVA Invasi ke organ sekitar

Stadium IVB Metastasis ke organ jauh

Prawirohardjo. Ilmu Kandungan. Edisi Kedua. Jakarta : EGC, 2008.


Pemeriksaan Fisik dan Penunjang
 Tes Pap dan pemeriksaan pelvik
 Kolposkopi
 Biopsi
 X-ray foto thorak
 CT-scan
 MRI

American Cancer Society. Vaginal Cancer. Medical Article. [Cited 2014 Jan 14]; available from :
http://www.cancer.org/acs/groups/cid/documents/webcontent/003146-pdf.pdf
Tatalaksana
 Berdasarkan stadium :
 Stadium 1 biasanya dilakukan reseksi dengan atau
tanpa radioterapi dan kemoterapi
 Stadium 2,3 dan 4 radioterapi dengan atau tanpa
kemoterapi, terapi operatif jarang

Sloan et al. Vaginal Cancers Treatment Protocols. Medical Journal, Jan 2013. [Cited 2014 Jan 14]; available from :
http://emedicine.medscape.com/article/2156461-overview
Komplikasi
 Metastasis  paru-paru, hati dan tulang pelvis
 Pneumothorax
 Fistula rektovagina
 Obstruksi uretra  pielnefritis  gagal ginjal
 Trombosis vena subklavia
 Infeksi
 Pascaoperasi
 Sepsis pelvis (10%)
 Dehisensi (12%)

Bardawil, Tarek. Vaginal Cancer. Medical Journal, May 2012. [Cited 2014 Jan 14]; available from :
http://emedicine.medscape.com/article/269188-overview#aw2aab6c27
Cervix
Anatomi cervix
 Bagian terbawah uterus, terdiri dari pars vaginalis

(berbatasan / menembus dinding dalam vagina) dan


pars supravaginalis.
 Bagian luar di dalam rongga vagina yaitu portio

cervix uteri (dinding) dengan lubang ostium uteri


externum dan ostium uteri.
 Posisi serviks mengarah ke kaudal-posterior,

setinggi spina ischiadica.


Polip servix
 Umumnya kecil, bertangkai, tidak sering menjadi
ganas, pertumbuhannya rapuh
 Berasal dari endoserviks, kadang dari portio.
 Polip sering terjadi, terutama pada multigravida
dengan usia lebih dari 20 tahun.
 Jarang terjadi sebelum menarche, tapi kadang dapat
terjadi setelah menopause.
 Polip muncul dari endoserviks yang mengalami
fokal hyperplasia.
 Polip ektoserviks: wanita yang telah memasuki
periode paska-menopause, kadang pada wanita usia
produktif.
 Polip endoserviks: wanita premenopause (di atas
usia 20 tahun) dan telah memiliki setidaknya satu
anak, pertumbuhan polip sering berasal dari bagian
dalam serviks
 Gejalanya adalah menoragia, perdarahan vagina
abnormal seperti metroragia, pasca menopause dan
pasca coitus serta leukorea.
Penatalaksanaan ada 2 cara yaitu:
 Konservatif: bila ukuran polip kecil, tidak

mengganggu, dan tidak menimbulkan keluhan


 Agresif, yakni bila ukuran polip besar, ukuran

membesar, mengganggu aktifitas, atau


menimbulkan keluhan. Berupa tindakan curettage
atau pemotongan tangkai polip.
Leiomioma cervix
 Kasus terjadinya leiomioma serviks adalah 12:1.
 Sering tunggal dan memenuhi pelvis dan menekan
vesica urinaria, rectum dan ureter.
 Biasanya tidak ada keluhan, kadang juga ada
keluhan hipermenorea, dismenorea dan distensi
abdomen.
 Biasanya dapat diraba pada pemeriksaan bimanual.
 Penatalaksanaan, jika ukuran masih kecil tidak
dilakukan apa apa.
 Jika ukuran besar, bisa dilakukan histeroskopi
reseksi atau histerektomi tergantung dari kebutuhan
pasien.
 Kekambuhan setelah dilakukan pembedahan jarang
terjadi.
Squamous cell carcinoma
 Tipe yang paling sering terjadi dari ca serviks yaitu
80-90%.
 Hampir sebagian wanita didiagnosa dengan
karsinoma skuamosa sel dan sekitar 20% pada usia
lebih dari 65 tahun.
 Prekursor lesi mungkin ditemukan mulai aktivitas
pertama kali seksual dilakukan.
 Faktor resiko yang penting adalah HPV (human
papilloma virus) dan berkembang menjadi lesi
prekanker.
 Gejala klinisnya perdarahan vaginal abnormal,
peningkatan vaginal discharge, nyeri pelvis dan
dispareuni.
 Diagnosa: Pap smear, jika positif biasanya
dilakukan kolposcopi atau biopsi.
 Stadium 0: lesi pre kanker atau ca in situ.
Stadium 1: karsinoma skuamosa sel kecil dan
terbatas pada serviks.
Stadium 2 dan 3: diantara stadium 1 dan 4. Stadium
4: menyebar melebihi serviks.
Sel serviks normal Invasif sel karsinoma
 Penatalaksanaan dengan pembedahan, terapi radiasi
dan kemoterapi atau kombinasinya.
 Pilihannya yaitu konisasi, cryosurgery, laser
surgery atau LEEP (loop electrosurgical excision
procedure).
 Terapi radiasi terbagi dua yaitu radiasi eksternal
dan radiasi internal berasal dari implant yang
diinsersi ke dalam serviks.
 Jika telah menyebar keluar dari serviks, dipilih
kemoterapi.
Adenocarcinoma cervix
 Tipe kedua yang terjadi pada tipe ca serviks: 10-
20%.
 Gejala klinis yaitu perdarahan vagina abnormal
dengan nyeri pelvis.
 Ditemukan massa yang tumbuh abnormal pada
serviks dilihat dari kolposkopi. Namun jika
berukuran kecil akan tidak terlihat sehingga
sebaiknya dilakukan biopsy.
Sel endoserviks normal Sel endoserviks ganas
Ovarium
Fisiologi Ovarium
 Fungsi proliferatif (generatif), yaitu sebagai sumber

ovum selama masa reproduksi.


 Fungsi sekretorik (vegetatif), yaitu tempat

pembentukan dan pengeluaran hormon steroid


(estrogen, progesteron dan androgen).
 Selain itu, juga berperan dalam mengatur siklus

haid wanita.
Kista Ovarium
 Kista Ovarium adalah suatu kantung yang berisi
cairan atau materi semisolid yang tumbuh pada
atau sekitar ovarium
 Faktor resiko:
 Pengobatan infertilitas
 Tamoxifen
 Kehamilan
 Hypothyroidism
 Gonadotropin maternal
 Merokok
Patofisiologi
Folikel de Graff

Folikel rupture

Korpus luteum

Tidak terjadi fertilisasi Terjadi fertilisasi

Fibrosis dan pengerutan Membesar


Sifat kista
 Kista fisiologis: • Kista patologis:
Dialami oleh orang di Pembesaran bisa
usia reproduksi karena terjadi relatif cepat,
masih mengalami yang kadang tidak
menstruasi, tidak disadari penderita.
menimbulkan nyeri pada Karena, kista
saat haid, tidak perlu tersebut sering
operasi, tidak berbahaya muncul tanpa gejala
dan tidak menyebabkan seperti penyakit
keganasan. umumnya.
Klasifikasi
 Tumor ovarii yang Benigna
Kistik Neoplastik Solid
 
Non-neoplastik Cystadenoma mucinosum Fibroma

Folikel Cystadenoma serosum Lymphangioma

Lutein Dermoid Mesothelioma

Stein-Luventhal Osteochondroma

Endometrial Brener

Peradangan tubo ovarial

Inclusion germinal
Tumor ovarii maligna
Kistik Solid

Cystadenocarcinoma mucinosum Carcinoma

Cystadenocarcinoma serosum Endrometrioid carcinoma (adeno-acanthoma)

Epidermoid carcinoma dari kista Mesonephroma


dermoid
Tumor kistik ovarium

 Kista ovarium non-neoplastik (fungsionil)


 Kista follikel
 Berasal dari follikel yang menjadi besar semasa proses
atresia folliculi.
 Sering terjadi pada pubertas, climacterium, dan sesudah
salpingektomi.
 Tidak menunjukkan gejala. Bila sudah cukup besar akan
terasa tidak nyaman.
 Diagnosa ditentukan dengan palpasi
 Tanpa terapi, akan mengalami resorpsi. Bila kista kecil
dilakukan punksi atau eksisi saja. Bila besar di enucleasi
dengan meninggalkan jaringan ovarium yang normal
Kista lutein
 Kista ini dapat terjadi pada kehamilan, lebih jarang di luar
kehamilan.
 Sering menyerupai kehamilan ektopik.
 Haid kadang-kadang terlambat, diikuti dengan perdarahan
sedikit yang terus-menerus, disertai rasa sakit pada bagian
perut bawah. Dapat dibedakan dengan pemeriksaan test
kehamilan.
 Pada pemeriksaan klinis ditemukan benjolan yang sakit.
 Pada umumnya bersifat konservatif karena biasanya akan
mengecil dengan sendirinya. Jika ukuran besar ,harus
dilakukan ekstirpasi
Sindrom Ovarium Polikistik
 Penyakit herediter yang autosomal dominant
 Kedua ovarium membesar dan bersifat polykistik,
permukaan rata, berwarna keabu-abuan dan
berdinding tebal
 Menyebabkan 5-10% wanita usia reproduktif
menjadi infertil
 Konsesus Rotterdam 2003, kriteria diagnostik
adanya 2 dari 3 keadaan berikut: olligomenorhea,
tanda-tanda hiperandrogen dan ovarium polikistik
 Didapati 30% pasien mengalami amenorea, 75%
oligomenorea dan 90% adanya peningkatan
konsentrasi kadar luteinizing hormone (LH) dan
androgen.
 Patogenesa: adanya gangguan hubungan umpan
balik antara pusat (hipotalamus – hipofisis) dan
ovarium sehingga kadar estrogen selalu tinggi yang
mengakibatkan tidak pernah terjadi kenaikan kadar
FSH yang cukup adekuat.
 Terapi: - operatif (wedge resection)
- non operatif (Clomiphene citrate (clomide)
50 mg dan gonadotrophin 4500 i.u. )
Germinal Inclusion cyst
 Terjadi oleh karena invaginasi dari epitel germinal
dari ovarium.
 Biasanya terjadi pada wanita tua.
 Tidak pernah memberi gejala-gejala yang berarti.
Kista ovarium yang neoplastik atau proliferatif

 Kistoma ovarii simpleks


 Permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai,

seringkali bilateral, dan dapat menjadi besar.


 Dinding kista tipis dan cairan didalam kista jernih,

serous, dan berwarna kuning.


 Berhubung dengan adanya tangkai, dapat terjadi torsi

(putaran tangkai) dengan gejala-gejala mendadak.


 Terapi: pengangkatan kista dengan reseksi ovarium,

lalu pemeriksaan PA
Cystadenoma
mucinosum
 Bentuk bulat atau bentuk tidak teratur, permukaan rata
dan berwarna putih atau putih kebiru-biruan. Di beberapa
tempat dindingnya sangat tipis sehingga transparan.
 Isi kista: cairan yang jernih, kadang-kadang sangat
kental, berisi mucin. Bila disertai unsur darah dapat
berwarna kecoklat-coklatan
 Tatalaksana: pengangkatan tumor.
 Jika tumor sudah cukup besar biasanya dilakukan
pengangkatan ovarium beserta tuba (salpingo-
ooforektomi).
Cystadenoma serosum
 Dinding luarnya dapat menyerupai kista
mucinosum, tetapi pada beberapa kasus terlihat
pertumbuhan yang papillomatus yang menyerupai
gambaran bloemkool
 Isinya merupakan cairan encer, kadang-kadang
berwarna merah atau kecoklat-coklatan berisi
protein, darah.
 Terapi pada umumnya sama seperti pada
kistadenoma musinosum
Kista dermoid
 Dinding tebal berwarna keputih-putihan.
 Isi: rambut, cairan kental dan licin dan kadang-
kadang ditemukan juga gigi, tulang rawan atau
butir-butir tulang pada dindingnya.
 Patogenesa:
 Disebabkan oleh karena perkembangan yang tidak
sempurna pada akhir stadium blastomer.
 Berasal dari perkembangan sel telur yang tidak dibuahi
dalam ovarium.
 1 – 3 % dari kista dermoid dapat berubah menjadi
ganas, yaitu menjadi carcinoma epidermoid.
 Terapi pada kista dermoid terdiri atas
pengangkatan, biasanya dengan seluruh ovarium
Kista ovarium berdasarkan
lokalisasi
 Kista bebas (penduculata)
 Gerakan bebas
 Batas jelas
 Kista intraligamentair
 Letaknya diantara 2 lig. Latum
 Gerakan terbatas
 Tampak pembuluh-pembuluh darah yang bersilangan satu sama
lain
 Kista pseudo intraligamentair
 Letaknya di luar lig. Latum
 Gerakan terbatas, karena perlekatan (infeksi, metastase)
 Gamb. Pembuluh darah biasa.
Gejala klinis
 Tidak menimbulkan gejala dalam waktu yang lama.
 Pada stadium awal: gangguan haid.
 Jika menekan rektum atau kandung kemih mungkin terjadi
konstipasi atau sering berkemih.
 Terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang
menyebabkan nyeri spontan atau nyeri pada saat bersenggama.
 Pada stadium lanjut: adanya asites, penyebaran ke omentum
(lemak perut), dan organ-organ di dalam rongga perut lainnya.
 Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan,
gangguan buang air besar dan buang air kecil.
Pemeriksaan penunjang
 Laparaskopi
 Ultrasonografi
 Foto Rontgen
 Parasintesis
 Bila pada kehamilan muda ditemukan kista jinak kecil,
pengangkatannya diundur sampai setelah trimester ke-1,
setelah produksi progesterone diambil alih oleh placenta.
 Bila ada keluhan akut, operasi tidak boleh ditunda.
 Bila pada waktu kehamilan tua perlu diangkat atau tidak,
tergantung pada besarnya, posisinya, cepat/tidaknya
berkembang, dan pada tuanya kehamilan.
 Bila ukurannya sedang dan letaknya diatas, sebaiknya operasi
ditunda sampai setelah partus. Bila ada dugaan keganasan
harus segera dioperasi.
 Jika menghalangi jalan lahir, dilakukan SC dan pengangkatan
tumor sekaligus.
 Tindakan operasi pada tumor ovarium
neoplastik yang tidak ganas: pengangkatan tumor
dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium
yang mengandung tumor
 Jika tumornya besar atau ada komplikasi perlu
dilakukan pengangkatan ovarium, biasanya disertai
dengan pengangkatan tuba (salphyngoooforektomi).
 Jika terdapat keganasan operasi: histerektomi dan
salphyngoooforektomi bilateral.
Mioma uteri
 Mioma uteri suatu tumor jinak yang tumbuh dalam otot
uterus.
 Biasa juga disebut fibromioma uteri, leiomioma uteri,
fibroid.
 Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita
berumur 25 tahun mempunyai sarang mioma.
 Hanya kira-kira 10% mioma ditemukan pada wanita setelah
menopause
 Amerika Serikat : angka kejadian mioma uteri adalah 2-12,8
orang per 1000 wanita tiap tahunnya.
 Penelitian Ran Ok et-al di Pusan Saint Benedict Hospital
Korea menemukan 17% kasus mioma uteri dari 4784 kasus-
kasus bedah ginekologi yang diteliti.
 Di Indonesia : 2,39 – 11,7% dari kasus ginekologi
 Paling sering pada wanita umur 35 – 45 tahun
(±25%)
 Jarang pada wanita 20 tahun dan wanita post
menopause.
 Statistik menunjukkan 60% mioma uteri
berkembang pada wanita yang tak pernah hamil
atau hanya hamil 1 kali
 Penyebab pasti belum diketahui.
 Bentuk tumor : tunggal atau multiple
 umumnya tumbuh didalam otot rahim intramural
mioma
• keluhan : berupa perdarahan saat siklus dan diluar siklus
haid.
 Sedangkan yang tumbuh dikulit luar rahim tipe
subserosa
• tidak ada keluhan perdarahan, keluhan ada bila tumor
membesar dengan dijumpai benjolan keras, sulit digerakkan.
Etiologi
 Mioma uteri yang berasal dari sel otot polos
miometrium, menurut teori onkogenik maka
patogenesa mioma uteri dibagi menjadi 2 faktor
yaitu inisiator dan promotor
 Tidak didapat bukti bahwa hormon estrogen
berperan sebagai penyebab mioma, namun
diketahui estrogen berpengaruh dalam
pertumbuhan mioma
Patologi
 Mioma uteri umumnya bersifat multiple, berlobus yang
tidak teratur maupun berbentuk sferis.
 Berbatas jelas dengan miometrium sekitarnya, →
enukleasi mioma dapat dilepaskan dengan mudah dari
jaringan miometrium disekitarnya
 Pemeriksaan makroskopis → berwarna lebih pucat
dibanding miometrium, halus, berbentuk lingkaran dan
lebih keras dibanding jaringan sekitar, dan terdapat
pseudocapsule
 Mioma dapat tumbuh disetiap bagian dari dinding
uterus
Jenis Mioma Uteri :
Intra mural - 54 %
Subserosum - 48,2 %
Submukosum - 6,1 %
Intraligamenter - 4,4 %
( Benson & Pernolls, 2001 )
bentuk lain :
Pedunculated (bertangkai)
Wandering Mioma (parasit)

Simon H. Uterine Fibroids,2000


Gejala klinis
Gejala Klinis :
- Mungkin tanpa gejala

- Keluhan sangat tergantung dari lokasi, arah pertumbuhan, jenis,

besar dan jumlah mioma.


 20-50%  mioma menimbulkan keluhan (Hillard- Novaks – 2002)
- Rasa penuh / berat pada perut bagian bawah sampai teraba

benjolan yang padat kenyal


- Gangguan haid atau perdarahan abnormal dari uterus (klasik) :

Meno-metroraghi, Kejadian : 44%

 - Gangguan akibat penekanan mioma ( dismenore, nyeri perut


bagian bawah, nyeri pinggang (65%), disuria (14%), inkontenesia
urin, retensi urin, konstipasi (13%), edem tungkai, varises.
 Pemeriksaan dan Diagnosis :
 Anamnesa – riwayat penyakit
 Palpasi abdomen : tumor di daerah atas pubis atau
abdomen bagian bawah dengan konsistensi padat-
kenyal, berdungkul, tidak nyeri, berbatas tegas,
mobil (jika tidak ada perlekatan).
 Pmk bimanual : tumor menyatu atau berhubungan
dengan uterus.
 Pemeriksaan dengan sonde uterus (mioma
intramural menyebabkan kavum uterus menjadi
luas).
 Mioma uteri hubungannya dengan infertilitas
 Kejadian : 27-55%
 Mekanisme :
 Obstruksi mekanik dari serviks atau tuba

 Perubahan pada bentuk kavum uteri (penambahan panjang uteri)

 Iritasi pada mioma akibat perubahan degenerasi

 Kontraktilitas uteri terganggu

 Gangguan vaskularisasi endometrium dan gangguan

endokrinologi endometrium.
Tatalaksana
Tergantung pada : besar kecilnya mioma, ada
tidaknya keluhan/ komplikasi dan usia +
paritas.
Observasi : jika besarnya uterus sama atau
kurang dari ukuran uterus pada kehamilan 12
minggu tanpa disertai penyulit lain.
Pengawasan dilakukan tiap 3 bulan sekali.
Apabila terjadi pembesaran atau timbul
komplikasi dipertimbangkan tindakan operatif.
 Expectant management/Watchful Waiting
 Terapi Medikamentosa
 Antifibrinolitik
 Anti Inflamasi Non-steroid
 Kontrasepsi Oral
 Magnetic resonance-guided focused ultrasound
surgery
 Embolisasi A. Uterina
 Terapi Pembedahan
 Bila disertai keluhan/ komplikasi perdarahan :
 Koreksi anemia dengan transfusi sampai HB > 10 gr%
 Kuretase dikerjakan bila HB > 10 gr% kecuali pada perdarahan yang
profuse.
 Tujuan kuret : menghentikan perdarahan & untuk pemeriksaan patologi
anatomi guna menyingkirkan kemungkinan keganasan atau penyakit lain.
 Setelah kuretase, jika tidak ada keganasan – tindakan selanjutnya
tergantung usia dan paritas pasien :
 Usia < 35 th, pingin anak  terapi konservatif

 Usia > 35 th , cukup anak  tindakan operatif


Miomektomi (jika fungsi reproduksi diperlukan dan secara
teknis memungkinkan). Kekambuhan pasca miomektomi :
15-30% (Benson-Pernoll)
Histerektomi :
Besar tumor > uterus hamil 12 mg ( ada/ tdk keluhan)
Reproduksi tidak diperlukan
Pertumbuhan tumor sangat cepat
Perdarahan yang membahayakan penderita (hemostasis)
Miomektomi
 Abdominal Myomectomy
 Hysteroscopic Myomectomy
 Vaginal Myomectomy
 Laparoscopic/robotically assisted laparoscopic
myomectomy
Histerektomi
 Total histerektomi abdominal.
• supracervical atau histerektomi subtotal.
• Histerektomi radikal.
• Ooforektomi dan salpingo-ooforektomi:
• Vaginal histerektomi.
• Histerektomi vaginal Laparoskopi
Prognosis
 Histerektomi seluruh mioma adalah kuratif.
Miomektomi yang ekstensif dan secara signifikan
melibatkan miometrium atau menembus
endometrium maka diharuskan SC pada persalinan
berikutnya. Mioma yang kambuh kembali setelah
miomektomi terjadi 15-40% pasien dan 2/3-nya
memerlukan tindakan lebih lanjut
Endometriosis
 Endometriosis adalah satu keadaan di mana
jaringan endometrium yang masih berfungsi
terdapat di luar kavum uteri.
 Bila endometrium terdapat di dalam miometrium
disebut adenomiosis.
Pembagian stadium:
 Stadium: Stadium I (minimal): 1-5

 Stadium II (ringan): 6-15

 Stadium III (moderat): 16-40

 Stadium IV (berat): >40


Penyebab
 Terdapat beberapa teori tentang terjadinya
endometriosis:
1. Metaplasia coelom
2. Penyebaran limfatis
3. Mentruasi retrograde (Toeri Sampson)
4. Defek Imunogenetik
Diagnosis
Anamnesa
 Gejala: dismenorea, dispareuni, diskezia, gangguan

miksi/hematuria, gangguan haid, infertilitas


Pada Pemeriksaan
 Nyeri tekan pada daerah pelvic

 Ligament uterosakral dan kul-de-sac yang bernodul

 Uterus terfiksasi secara retroversi

 Nodul kebiruan dapat ditemukan pada vagina


Pemeriksaan Laboratorium
 Terdapat darah pada tinja atau urin pada waktu

haid.
Pemeriksaan Radiologi
 Rontgen dengan barium memberikan gambaran

filling defect pada rektosigmoid


 Transvaginal ultrasonografi bila kista coklat klasik

dari ovarium. Tampilannya adalah echo homogeny


internal.
Laparoskopi dengan biopsy
 Temuannya adalah lesi biru-hitam dan classic

powder burn.
 Gambaran mikroskopik pada ovarium tampak kista

biru kecil sampai besar berisi darah tua/coklat.


 Pada permukaan rectum dan sigmoid sering

dijumpai benjolan kebiruan tersebut.


 Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan ciri –

ciri khas endometrium. Disekitarnya tampak sel


radang dan jaringan ikat.
Kista Coklat Ovarium Powder Burn Lesion
Penatalaksanaan
 Terapi medik
 Terapi Operatif
 Terapi bedah konservatif dilakukan pada kasus
infertilitas, penyakit berat dengan perlekatan hebat,
usia tua.
 Terapi pembedahan dapat dilaksanakan dengan
laparoskopi untuk mengangkat kista-kista,
melepaskan adhesi dan menghilangkan implantasi
dengan sinar laser atau elektrokauter.
Komplikasi
 Bila implantasi terjadi di usus atau ureter dapat
mengakibatkan obstruksi dan gangguan fungsi
ginjal.
 Fertilitas
 Ruputur kista
Prognosis
 Endometriosis ditemukan dapat menghilang secara
spontan pada 1/3 wanita yang tidak ditatalaksana
secara aktif.
 Kombinasi estrogen progestin meredakan nyeri
hingga 80-85% dari pasien dengan endometriosis
yang berkaitan dengan nyeri pelvis.
 Setelah 6 bulan terapi danazol, sebesar 90% pasien
dengan endometriosis sedang mengalami
penurunan nyeri pelvis.
 Total abdominal hysterectomy and bilateral
salpingooophorectomy dilaporkan efektif hingga
90% dalam meredakan nyeri.
 Kehamilan masih mungkin bergantung pada
keparahan penyakit.
 Tanda dan gejala secara umum menurun dengan
adanya onset menopause dan selama kehamilan.
Karsinoma endometrium
 Karsinoma endometrium menduduki rangking
ketujuh penyebab kematian dari keganasan pada
wanita.
 Pada wanita yang berusia 50-65 tahun dengan usia
rata-rata 61 tahun
 Secara keseluruhan kira-kira 2-3% wanita akan
mengalami karsinoma endometrium
 Sebagian besar (70-80%) jenis karsinoma
endometrium adalah adenocarcinoma
Definisi
 Keganasan sel-sel epithelial pada korpus uteri
(terutama bagian endometrium), satu di antara
kanker ginekologi yang paling sering, terutama
menyerang wanita pasca menopause; gejala yang
sering terjadi adalah perdarahan per vaginam
abnormal.
Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkan morfologinya:
 Adenocarcinoma

 Mucinous carcinoma

 Papillary serous carcinoma

 Clear cell carcinoma

 Squamous carcinoma
Stadium Klinik Ca Endometrium
 Menurut FIGO
Stadium Pembedahan Ca Endometrium
 Menurut FIGO
Penyebaran
Cara penyebaran carcinoma endometrium
 Jaringan sekitarnya

 Melalui kelenjar limfe

 Melalui aliran darah


Etiologi
Penyebab carcinoma endometrium belum diketahui
secara pasti namun umumnya disebabkan oleh
perangsangan estrogen pada endometrium
 Hiperestrogenisme: diabetes melitus, hipertensi,

obesitas, estrogen eksogen


 Tamoxifen: anti estrogen, tapi memiliki efek estrogenik

 Risiko meningkat bila didapatkan keganasan

ovarium/kolon/mammae pada riwayat penyakit


terdahulu.
Gambaran Klinis
 Perdarahan yang abnormal umumnya bersifat menorrhagi
 Metrorrhagia dapat terjadi pada 80-90% wanita post
menopause
 Pembesaran abdomen dan gejala penekanan kandung
kemih dan rectum
 Keluar cairan putih yang encer atau jernih (pada wanita
pasca menopause)
 Rasa nyeri bersifat his (kolik)
 Penurunan berat badan
 Anemia
Diagnosis
1. Gejala Klinis
2. Pemeriksaan Fisik
 Pemeriksaan ginekologi

 Pembesaran uterus dan atau massa tumor di

rongga panggul
 Dilakukan pemeriksaan rektovaginal
3. Pemeriksaan Penunjang
 USG Transvaginal

 Pemeriksaan sitologi

 Dilatasi dan Kuretase (D&C)


Penatalaksanaan
Pembedahan
 Histerosalpingooforektomi bilateral pada stadium I,

II, III

Radioterapi
 Pada stadium I, II, III

 Terdapat 2 macam radioterapi: internal dan

eksternal
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai