Anda di halaman 1dari 60

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISTEM INFORMASI KESEHATAN

TERHADAP KINERJA STAF DI PUSKESMAS HUTAIMBARU KOTA


PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2019

PROPOSAL

ELISA EFELINDA SIREGAR


1702011025

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2019

1
2

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISTEM INFORMASI KESEHATAN


TERHADAP KINERJA STAF DI PUSKESMAS HUTAIMBARU KOTA
PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2019

PROPOSAL

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Masyarakat (M.KM)
Pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Kebijakan dan Manajamen Pelayanan Kesehatan
Falkutas Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Masyarakat Helvetia

Oleh :

ELISA EFELINDA SIREGAR


1702011025

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN 2019
3

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................... i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................. ii
DAFTAR ISI.............................................................................................. iii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. v
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. vi

BAB I PENDAHULUAN .................................................................. 1


1.1. Latar Belakang .............................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah .......................................................... 4
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................ 5
1.4. Manfaat Penelitian .......................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................ 6


2.1. Puskesmas....................................................................... 6
2.1.1. Pengertian ........................................................... 6
2.1.2. Prinsip Penyelenggaraan Puskesmas .................. 7
2.1.3. Tugas .................................................................. 8
2.1.4. Fungsi ................................................................. 9
2.1.5. Wewenang .......................................................... 9
2.2. Sistem Informasi ............................................................. 11
2.3. Sistem Informasi Kesehatan ........................................... 13
2.4. Sistem Informasi Manajemen ......................................... 16
2.5. Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) .... 17
2.5.1. Latar Belakang Penggunaan SIMPUS ................ 18
2.5.2. Tujuan SIMPUS ................................................. 18
2.5.3. Ruangan Lingkup SIMPUS ................................ 19
2.5.4. Fitur Unggulan SIMPUS .................................... 19
2.5.5. Langkah-langkah Dalam Pelaksanaan SIMPUS 21
2.5.6. Faktor-faktor Hambatan Penerapan SIMPUS .... 22
2.6. Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas .. 24
2.6.1. Pengertian ........................................................... 24
2.6.2. Ruang Lingkup ................................................... 24
2.6.3. Tujuan SP2TP ..................................................... 24
2.6.4. Manfaat SP2TP ................................................... 25
2.6.5. Pencatatan ........................................................... 25
2.6.6. Jenis-jenis Laporan SP2TP ................................. 28
2.6.7. Pelaporan ............................................................ 28
2.6.8. Frekuensi Pelaporan ........................................... 30
2.7. Analisis Data .................................................................. 31
2.8. Kerangka Pikir Penelitian ............................................... 32
4

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................... 34


3.1. Desain Penelitian ............................................................ 34
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................... 34
3.2.1. Lokasi Penelitian ................................................ 34
3.2.2. Waktu Penelitian ................................................ 34
3.3. Informan Penelitian ........................................................ 35
3.4. Tekhnik Pengumpulan Data ........................................... 36
3.4.1. Wawancara ........................................................ 36
3.4.2. Observasi . .......................................................... 37
3.5. Validasi Data .................................................................. 37
3.6. Analisis Data .................................................................. 38
5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi yang sangat cepat,

pemanfaatan teknologi informasi dapat ditemukan pada berbagai bidang, salah satunya

bidang kesehatan.(1) Pembangunan kesehatan memerlukan manajemen yang baik

sebagai langkah dasar pengambilan keputusan dan kebijakan di semua tingkat

administrasi pelayanan kesehatan. Oleh karena itu pencatatan dan pelaporan kegiatan

pelayanan kesehatan perlu dikelola dengan baik dalam suatu sistem informasi

kesehatan.(2)

Sistem informasi merupakan salah satu bentuk pokok Sistem Kesehatan

Nasional (SKN) yang dipergunakan sebagai dasar dan acuan dalam penyusunan

berbagai kebijakan, pedoman dan arahan penyelenggaraan pembangunan kesehatan

serta pembangunan berwawasan kesehatan. Dewasa ini, sistem informasi yang ada di

puskesmas telah dikembangkan di berbagai jajaran Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di

Indonesia dimana salah satu bentuknya adalah Sistem Informasi Manajamen Puskesmas

(SIMPUS).(3)

Seiring dengan perkembangan era komputerisasi (online) pada tahun 2012,

SIMPUS mulai diterapkan di berbagai wilayah Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Di

Sumatera Utara, SIMPUS mulai diterapkan sejak tahun 2014 di Puskesmas Teladan

Kota Medan. SIMPUS merupakan prosedur pemrosesan data berdasarkan teknologi

informasi dan diintegrasikan dengan prosedur manual dan prosedur yang lain untuk
6

menghasilkan informasi yang tepat waktu dan efektif untuk mendukung proses

pengambilan keputusan manajemen.(4) Keterkaitan antara SP2TP dengan SIMPUS

yaitu memiliki kesamaan dalam hal format laporannya. SIMPUS merupakan output

yang berupa informasi yang diperoleh dari pengolahan data-data SP2TP.(5)

Pada undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan telah

diamanatkan bahwa untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang efektif dan efisien

diperlukan informasi kesehatan yang diselenggarakan melalui sistem informasi

kesehatan yang lintas sektor. Seiring dengan adanya era desentralisasi, berbagai sistem

informasi kesehatan telah dikembangkan baik di pemerintahan pusat maupun daerah,

sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik daerah masing-masing.

Kebijakan pelaksanaan manajemen puskesmas tertuang dalam surat edaran

peraturan menteri kesehatan republik Indonesia nomor 44 tahun 2016 tentang pedoman

manajemen puskesmas yaitu adanya (1) perencanaan, (2) penggerakan dan

pelaksanaan, (3) pengawasan, pengendalian dan penilaian kerja dan (4) dukungan dinas

kesehatan kabupaten/kota dalam manajemen puskesmas. Adanya kebijakan ini bisa

menjadi pedoman bagi semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan dan monitoring

serta evaluasi SIMPUS (Sodikin, 2012).

Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No. 511 Tahun 2014 tentang

Strategi Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) di era

otonomi daerah menegaskan, bahwa sasaran pengembangan SIKNAS pada akhir tahun

2009 adalah telah tersedia dan dimanfaatkannya data dan informasi kesehatan yang

akurat, tepat, dan cepat dalam pengambilan keputusan atau kebijakan bidang kesehatan
7

di kabupaten/kota, provinsi, dan Departemen Kesehatan dengan menggunakan

teknologi informasi dan komunikasi.

Berdasarkan SK Kepala Dinas Nomor 6661/2004 tentang Kebijakan

Pengelolaan Data, di Puskesmas diperlukan internal system, LAN, Internal software

dan hardware. Sedangkan berdasarkan Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi

DKI Jakarta Nomor 7719/2004 tanggal 23 juli 2004, dalam menyelenggarakan SIK

Integrasi di Puskesmas kecamatan perlu disiapkan infrastruktur seperti computer, LAN,

internet.

Pelakasanaan SIMPUS yang berlangsung selama ini tidak terlepas dari

penggunaan kebijakan manajemen data puskesmas dari setiap instansi yang ada

didaerah dan pusat. Manajemen data yang berhubungan dengan kesehatan didaerah

semuanya terpusat pada Dinas Kesehatan Provinsi (Dinas Kesehatan Provinsi) dan

kemudian akan dilanjutkan ke pusat dalam hal ini adalah Pusat Data danInformasi

(Pusdatin). Manajemen data yang buruk akan mengakibatkan kesulitan pihak Pusdatin

dalam menyatukan seluruh data yang ada disetiap Dinas Kesehatan Provinsi.

Hal-hal yang menyebabkan masalah dalam pelaksanaan SIMPUS adalah data

yang berasal dari pelayanan luar gedung seperti puskesmas pembantu dan puskesmas

keliling masih dengan cara manual yaitu dengan bantuan buku register. Selain itu dalam

mendukung pelaksanaan SIMPUS yang menjadi kendala adalah tenaga pelaksanan

sebagai pelaksanaan harian SIMPUS, SOP yang belum dibakukan, dan sarana

prasarana dalam pelaksanaannya.(3) Kualitas jaringan komputer yang baik sangat

diperlukan agar data dapat diintegrasikan secara berkesinambungan. Hal ini


8

membutuhkan perbaikan serta pemeliharaan teknologi informasi secara terus

menerus.(5)

Keberlangsungan maupun hambatan dalam proses pengumpulan data pada

Puskesmas dapat dinilai berdasarkan kinerja dari para karyawan . Prosedur waktu

pengumpulan data yang dilakukan dari Puskesmas sampai kepada Dinas Kesehatan

Provinsi yaitu di setiap bulan, pada tanggal 1-5 Puskesmas mengumpulkan data

kesehatan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.(6)

Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Hutaimbaru

Kota Padangsidimpuan, puskesmas ini memiliki wilayah kerja paling luas di kota

padangsidimpuan dibandingkan dengan puskesmas lainnya selain itu didapatkan

informasi yaitu teknologi komputer yang tersedia berjumlah dua buah dengan

menggunakan Sistem Operasi Windows, jumlah komputer tersebut dinilai kurang

mencukupi karena sudah mulai banyak pencatatan dan pelaporan berbagai data yang

seharusnya diolah dengan menggunakan komputer oleh masing-masing bidang di

Puskesmas tersebut. Kualitas jaringan internet pada Puskesmas juga sering mengalami

gangguan konektivitas sehingga proses pengolahan data menjadi terhambat. Selain itu

ada beberapa staf yang memiliki pekerjaan lain diluar tugas pokoknya. Hal ini yang

menyebabkan Puskesmas Hutaimbaru sering terlambat memberikan laporan ke Dinas

Kesehatan.

Dilihat dari segi sumber daya manusia, banyak staf Puskesmas yang belum

maksimal dalam mengoperasikan komputer. Kemampuan operasional komputer didapat

secara belajar mandiri. Adapun petugas yang menangani masalah SP2TP disetiap

Puskesmas Kota Padangsidimpuan berjumlah satu orang. Para petugas pemegang


9

program di Puskesmas tersebut juga sering terlambat dalam pengumpulan data-data

kesehatan yang akan diinput oleh petugas SP2TP. Kondisi tersebut dapat menjadi

masalah untuk menentukan siapa yang bertanggungjawab dalam pengolahan dan data

maupun dari segi koordinasi antar program. Keterlambatan data-data yang

dikumpulkan juga menimbulkan kendala dalam proses pengolahan data.

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang “faktor yang mempengaruhi manajemen sistem informasi kesehatan di

puskesmas hutaimbaru terhadap staf di puskesmas hutaimbaru kota padangsidimpuan

tahun 2019”.

1.2. Rumusan Masalah

Sistem Informasi Kesehatan merupakan gabungan perangkat dan

prosedur yang digunakan untuk mengelola siklus informasi ( mulai dari

pengumpulan data sampai pemberian umpan balik informasi ) untuk

mendukung pelaksanaan tindakan tepat dalam perencanaan, pelaksanaan dan

pemantauan kinerja sistem kesehatan. Namun dalam upaya pelaksanaan sistem

informasi kesehatan ini masih ada masalah yang harus dihadapi antara lain

pemberdayaan, prningkatan kualitas, penyediaan sarana dan prasarana, reward,

punishment dan monitoring/evaluasi. Oleh karena itu peneliti memperoleh

rumusan masalah yaitu: “ apakah faktor yang mempengaruhi manajemen

sistem informasi kesehatan terhadap kinerja staf di puskesmas hutaimbaru kota

padangsidimpuan tahun 2019”.


10

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Faktor Yang

Mempengaruhi Manajemen Sistem Informasi Kesehatan Terhadap Kinerja

Staf di Puskesmas Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan Tahun 2019.

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh faktor pemberdayaan terhadap kinerja staf di

Puskesmas Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan.

2. Untuk mengetahui pengaruh faktor peningkatan kualitas terhadap kinerja staf di

Puskesmas Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan.

3. Untuk mengetahui pengaruh faktor penyediaan sarana dan prasarana terhadap

kinerja staf di Puskesmas Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan.

4. Untuk mengetahui pengaruh faktor reward terhadap kinerja staf di Puskesmas

Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan.

5. Untuk mengetahui pengaruh faktor punishment terhadap kinerja staf di Puskesmas

Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan.

6. Untuk mengetahui pengaruh faktor monitoring terhadap kinerja staf di Puskesmas

Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan.


11

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan di

bidang kesehatan, khususnya dibidang kesehatan masyarakat yang berkaitan

dengan Administrasi Kebijakan Kesehatan.

b. Hasil penelitian ini bermanfaat untuk dijadikan sebagai sumber referensi dan

informasi di bidang sistem informasi kesehatan mengenai perencanaan

program kesehatan dan pengembangan sistem informasi kesehatan.

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Penelitian ini bermanfaat bagi Instansi dan seluruh jajaran strukturalnya

untuk mengevaluasi pelaksanaan sistem informasi kesehatan di

Puskesmas Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan.

b. Penelitian ini dapat bermanfaat secara spesifik untuk menilai pengaruh

fakor manajemen sistem informasi kesehatan terhadap kinerja staf di

Puskesmas Hutaimbaru.

c. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran dan

informasi bagi mahasiwa yang menempuh pendidikan.

d. Penelitian ini diharapkan sebagai referensi bagi mahasiwa yang

melakukan penelitian selanjutnya dengan topik yang berhubungan

dengan judul ini.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum Hasil Penelitian Terdahulu

1. Penelitian yang dilakukan oleh Tirzanny V.M Rondo yang berjudul

analisis pelaksanaan sitem informasi kesehatan di Puskesmas Kabupaten

Minahasa Tenggara. Hasil analisis menunjukkan bahwa

pengelolaan/pelaksanaan SIK belum online, semuanya masih manual,

tidak ada pedoman dalam penyelenggaraannya. Pengumpulan data

dilakukan oleh setiap pemegang program dan bidan desa, data sebagian

sudah menggunakan computer namun ada juga yang tulis tangan. Sebagian

besar Puskesmas belum ada sumber daya manusia (SDM) di bidang SIK

dan tidak ada pelatihan khusus. Kendala pelaksanaan SIK menyangkut

keterbatasan kinerja/staf khusus bidang SIK, keterbatasan anggaran, tidak

tersedianya sarana dan prasarana, masalah listrik serta masalah

keterlambatan.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Bambang Wahyudi yang berjudul faktor-

faktor yang berhubungan dengan kinerja pelaksanaan program dalam

penyelenggaraan system informasi manajemen kesehatan puskesmas di

Kota Bengkulu Tahun 2001. Hasil penelitian melaporkan proporsi

pelaksana program dalam penyelenggaraan SIMPUS yang kinerjanya baik

sebanyak 52,8% dan yang kinerjanya tidak baik sebanyak 47,2%. Hasil

analisis menunjukan bahwa ada tiga faktor yang berhubungan dengan

12
13

kinerja pelaksana program dalam penyelenggaraan SIMPUS di Kota

Bengkulu yaitu pelatihan, pengetahuan tentang SIMPUS dan uraian tugas.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Emanuel Vensi Hasmoko yang berjudul

analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja klinis perawat

berdasarkan penerapan pengembangan manajemen kesehatan kinerja klinis

di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang Tahun

2008. Hasil analisis menunjukkan ada pengaruh pengetahuan terhadap

kinerja klinis, ada pengaruh sikap terhadap kinerja klinis, ada pengaruh

motivasi terhadap kinerja klinis, da nada pengaruh monitoring terhadap

kinerja klinis.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Agustina Dwi Utami yang berjudul

evaluasi kinerja system informasi kesehatan di Propinsi Kepulauan Bangka

Belitung Tahun 2013. Hasil analisis menunjukkan secara teknis dan

organisasi SIK masih lemah, faktor perilaku yang menjadi kekuatannya.

Proses SIK berjalan manual, kinerja SIK secara kualitas hanya dapat

dinilai kelengkapan dan ketepatan waktu pelaporan, dan sedangkan untuk

keakuratan pelaporan tidak dapat dinilai.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Budi DK yang berjudul analisis sumber

daya system informasi kesehatan Kabupaten Ketapang Dengan Pendekatan

Kerangka Health Metrics Network Tahun 2010. Hasil analisis

menunjukkan HMN sudah cukup untuk dapat diterapkan di tingkat

Kabupaten hanya perlu diuji cobakan terlebih dahulu jika ingin diterapkan

di Kabupaten. Untuk sub komponen sumber daya SIK di Kabupaten


14

Ketapang pada umumnya adalah masih banyak kelemahannya, hanya saja

infrastrukturnya yang cukup untuk dapat dikembangkan. System Informasi

Kesehatan jika akan dikembangkan untuk masa yang akan dating perlu

adanya perbaikan sumber daya SIK di Kabupaten Ketapang.

2.2. Puskesmas

2.2.1. Pengertian

Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama,

dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai

derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.(7)

Selain itu, Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang

merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran

serta masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan

terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.(8)

Menurut Alamsyah, 2011 Pusat kesehatan masyarakat (PUSKESMAS)

adalah salah satu sarana pelayanan kesehatan yang menjadi andalan atau tolak

ukur dari pembangunan kesehatan, sarana peran serta masyarakat, dan pusat

pelayanan pertama yang menyeluruh dari suatu wilayah. Fungsi puskesmas dalam

melaksanakan dapat mewujudkan empat misi pembangunan kesehatan yaitu

menggerakkan pembangunan kecamatan yang berwawasan pembangunann,

mendorong kemandirian masyarakatdan keluarga untuk hidup sehat, memelihara

dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau


15

serta memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, kelompok dan

masyarakat serta lingkungannya.(9)

2.2.2. Prinsip Penyelenggaraan Puskesmas

Berdasarkan Permenkes No. 75 Tahun 2014, prinsip penyelenggaraan

Puskesmas meliputi:

a. Paradigma sehat

Puskesmas mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk berkomitmen

dalam upaya mencegah dan mengurangi resiko kesehatan yang dihadapi

individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

b. Pertanggungjawaban wilayah

Puskesmas menggerakkan dan bertanggungjawab terhadap pembangunan

kesehatan di wilayah kerjanya.

c. Kemandirian Masyarakat

Puskesmas mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu, keluarga,

kelompok, dan masyarakat.

d. Pemerataan

Puskesmas menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang dapat diakses dan

terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya secara adil tanpa

membedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya dan kepercayaan.

e. Teknologi tepat guna

Puskesmas menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan memanfaatkan

teknologi tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan, mudah

dimanfaatkan dan tidak berdampak buruk bagi lingkungan.


16

f. Keterpaduan dan kesinambungan

Puskesmas mengintegrasikan dan mengoordinasikan menyelenggaraan UKM

(Upaya Kesehatan Masyarakat) dan UKP (Upaya Kesehatan Perorangan)

lintas program dan lintas sektor serta melaksanakan Sistem Rujukan yang

didukung dengan manajemen Puskesmas.(7)

2.2.3. Tugas

1. Puskesmas sebagai inti dari pembangunan kesehatan masyarakat di sekitar

daerah operasionalnya. Pada fungsi ini, puskesmas berguna sebagai lembaga

yang berguna membantu masyarakat yang ada di sekitar wilayah kerjanya

dalam proses membangun kehidupan yang lebih sehat lagi.

2. Puskesmas sebagai pembna masyarakat dalam membangun kehidupan yang

lebih sehat. Dalam hal ini, puskesmas memiliki fungsi sebagai lembaga yang

berperan aktif memberikan bimbingan dan binaan terhadap masyarakat yang

ada di sekitar lingkungan kerjanya dalam rangka peningkatan kesehatan

masyarakat sekitar. Para pegawai puskesmas memiliki kewajiban memiliki

kewajiban memberikan pengajaran tentang kehidupan yang lebih sehat

kepada masyarakat sekitar wilayah kerjanya.

3. Puskesmas sebagai pemberi layanan kesehatan di sekitar daerah

operasionalnya. Puskesmas ditugaskan sebagai lembaga yang melayani

masyarakat dalam hal kesehatan. Masyarakat yang memiliki keluhan

kesehatan dapat mengunjungi Puskesmas untuk dilakukan pengobatan.(7)


17

2.2.4. Fungsi

Menurut Permenkes No. 75 Tahun 2014, fungsi Puskesmas adalah

Puskesmas bertugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan

pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung

terwujudnya kecamatan sehat. Dalam melaksanakan tugas tersebut Puskesmas

berfungsi sebagai penyelenggara UKM (Upaya Kesehatan Masyarakat) dan UKP

(Upaya Kesehatan Perseorangan) tingkat pertama di wilayah kerjanya. Puskesmas

juga diharapkan menjadi motivator, fasilitator dan turut serta memantau

terselenggaranya proses pembangunan di wilayah kerjanya agar berdampak positif

terhadap kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.(7)

2.2.5. Wewenang

Dalam menyelenggarakan fungsinya sebagai penyelenggara UKM tingkat

pertama di wilayah kerjanya, Puskesmas berwenang untuk :

a. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan

masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan.

b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan.

c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi dan pemberdayaan masyarakat

dalam bidang kesehatan.

d. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan

masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang

bekerjasama dengan sektor lain terkait.

e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya

kesehatan berbasis masyarakat.


18

f. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia Puskesmas.

g. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan.

h. Melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan

cakupan Pelayanan Kesehatan dan

i. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk

dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penanggulangan

penyakit.(7)

Dalam menyelenggarakan fungsi sebagai penyelenggara UKP tingkat

pertama di wilayah kerjanya, Puskesmas berwenang untuk :

a. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dasar secara komprehensif,

berkesinambungan, dan bermutu.

b. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan upaya

promotif dan preventif.

c. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi pada individu,

keluarga, kelompok dan masyarakat; menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan

yang mengutamakan keamanan dan keselamatan pasien, petugas dan

pengunjung.

d. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan prinsip koordinatif dan kerja

sama inter dan antar profesi.

e. Melaksanakan rekam medis.

f. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan akses

pelayanan kesehatan.

g. Melaksanakan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan.


19

h. Mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan

kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya dan

i. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan sistem

rujukan.(7)

2.3. Sistem Informasi

Sistem informasi adalah sekumpulan komponen pembentuk sistem yang

mempunyai keterkaitan antara satu komponen dengan komponen lainnya yang

bertujuan menghasilkan suatu informasi dalam suatu bidang tertentu. Pada Sistem

Informasi diperlukan klasifikasi alur informasi, hal ini disebabkan

keanekaragaman kebutuhan akan suatu informasi oleh pengguna informasi.

Kriteria dari Sistem Informasi antara lain yaitu fleksibel, efektif dan efisien.

Sistem Informasi merupakan kumpulan antara sub-sub sistem yang saling

berhubungan dan membentuk suatu komponen yang di dalamnya mencakup

input-proses-output yang berhubungan dengan pengolahan data sehingga

menghasilkan informasi yang bermanfaat bagi penggunanya.(10)

Komponen yang terkait dalam Sistem Informasi dapat dilihat pada gambar

di bawah ini :
Teknologi

Masukan ˃ Proses ˃ Keluaran


Data Tujuan Pemakai

Model Pengendalian

Gambar 2.1. Komponen yang terkait dalam sistem


20

Penjelasannya menunjukkan bahwa semua komponen itu saling berkait,

bila salah maka hasilnya merupakan informasi yang salah juga. Informasi yang

canggih seperti angka statistik yang rumit, tidak ada gunanya bila pemakai tidak

bisa mengerti, maka komponen ini harus dipertimbangkan secara keseluruhan.(10)

Masukan (input) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan untuk

melaksanakan pekerjaan. Pembagian yang banyak dikenal masyarakat ialah yang

disebut dengan 4M yakni manusia (man), uang (money), sarana (material) dan

metode (method) dan 6M manusia (man), uang (money), sarana (material),

metode (method), pasar (market) serta mesin (machinery).(11)

Menurut Sutabri transformasi informasi adalah komponen proses dalam

pengelolaan Sistem Informasi yang berfungsi memproses data menjadi informasi

sehingga dapat dihasilkan produk informasi yang diperlukan bagi para pemakai

informasi. Terdiri dari :

1. Pengumpulan data

Pengumpulan data dilaksanakan sesuai dengan jenis data, objek dan sumber

data serta persiapan pengumpulan data. Cara memperoleh data ialah bisa

secara langsung ataupun tidak langsung.

2. Pengolahan Data

Pengolahan data dapat dilakukan secara manual ataupun dengan bantuan

komputer. Hasil pengolahan data berupa keterangan-keterangan.

3. Penyajian dan penyebarluasan data dan informasi

Penyajian data dan informasi dilakukan baik secara visual mapupun dalam

bentuk publikasi dengan metode komunikasi langsung atau tidak langsung.


21

4. Penataan dokumentasi

Pendokumentasian dapat dilakukan dengan cara yang lama (file) dan cara

baru (komputerisasi). Contohnya perpustakaan bertalian dengan upaya

pengumpulan, pemeliharaan, penyimpanan, pengaturan dan pendayagunaan

informasi.(12)

Kualitas suatu informasi tergantung dari 3 (tiga) hal yaitu, informasi harus

akurat (accurate), tepat waktu (timelines) dan relevan (relevance) dan nilai

informasi didasarkan atas 10 (sepuluh) sifat, salah satunya adalah luas dan

lengkap.(12) Menurut Siagian, informasi yang mampu mendukung proses

pengambilan keputusan adalah paling sedikit 5 (lima) persyaratan, yaitu : lengkap,

mutakhir, akurat, dapat dipercaya dan disimpan sedemikian rupa sehingga mudah

ditelusuri untuk digunakan sebagai alat pendukung proses pengambilan keputusan

apabila diperlukan.(13)

2.4. Sistem Informasi Kesehatan (SIK)

Sistem Informasi Kesehatan (SIK) merupakan salah satu bentuk pokok

Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang dipergunakan sebagai dasar dan acuan

dalam penyusunan berbagai kebijakan, pedoman dan arahan penyelenggaraan

pembangunan kesehatan serta pembangunan berwawasan kesehatan. Sistem

Informasi Kesehatan Nasional dikembangkan dengan memadukan Sistem

Informasi Kesehatan Daerah (SIKDA) dan sistem informasi lain yang terkait.(14)

Sistem Informasi Kesehatan (SIK) adalah kumpulan komponen dan

prosedur yang terorganisir dan bertujuan untuk menghasilkan informasi yang


22

dapat memperbaiki keputusan yang berkaitan dengan manajemen pelayanan

kesehatan di setiap tingkatnya.(15) Menurut WHO, dalam kerangka Health

Metrics Network (HMN), pengembangan Sistem Informasi Kesehatan

membutuhkan enam komponen yang saling berinteraksi untuk menghasilkan

informasi yang lebih baik. Enam komponen tersebut adalah :(16)

a. HIS (Health Information System) Resource atau sumber daya Sistem

Informasi Kesehatan) termasuk di dalamnya sistem koordinasi dan

kepemimpinan, kebijakan, sistem finansial dan sumber daya, serta

infrastruktur Sistem Informasi Kesehatan.

b. Indicators atau Indikator-indikator yang berhubungan dengan tiga domain

utama informasi kesehatan, meliputi determinan kesehatan, sistem kesehatan

dan status kesehatan.

c. Data Source atau Sumber data dapat dibagi ke dalam dua kategori,

pendekatan berbasis populasi dan berbasis institusi.

d. Management Data atau Manajemen data meliputi penyimpanan data, kualitas

data dan proses data.

e. Information Product berupa proses perubahan data menjadi informasi.

f. Dissemination and Use yaitu penyebaran dan pemanfaatan informasi yang

dapat mendukung pengambilan keputusan.

Sistem Informasi Kesehatan pada hakikatnya harus dapat mengupayakan

dihasilkannya informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan di

berbagai tingkat sistem kesehatan. Sesuai dengan pembagian wilayah di Indonesia

yang berlaku saat ini, tingkat-tingkat sistem kesehatan dibagi menjadi :


23

a. Tingkat Kecamatan, dimana terdapat Puskesmas dan Pelayanan Kesehatan

dasar lain.

b. Tingkat Kabupaten/Kotamadya, dimana terdapat Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota, Rumah Sakit Kabupaten/Kota dan rujukan primer lain.

c. Tingkat Provinsi, dimana terdapat Dinas Kesehatan Provinsi, Rumah Sakit

Provinsi dan rujukan sekunder lainnya.

d. Tingkat Pusat, dimana terdapat Departemen Kesehatan, Rumah Sakit Pusat

dan pelayan kesehatan rujukan tersier lain.(16)

Prinsipnya, Sistem Informasi Kesehatan merupakan sistem informasi yang

mendukung proses pengambilan keputusan di setiap bagian administrasi

kesehatan. Selain itu beberapa aspek penting dalam informasi kesehatan adalah

akurasi dan ketepatan penyajian informasi, pengelolaan informasi kesehatan harus

memadukan pengumpulan data melalui cara rutin dan non rutin. Aspek

kerahasiaan serta autoritas informasi harus diperhatikan.

Sistem Informasi Kesehatan di Puskesmas memiliki tanggung jawab untuk

melaksanakan kegiatan-kegiatan :

a. Mencatat dan mengumpulkan data, baik kegiatan dalam gedung maupun luar

gedung.

b. Mengolah data.

c. Membuat laporan berkala ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

d. Memelihara bank data.

e. Mengupayakan penggunaan data dan informasi untuk manajemen pasien dan

manajemen unit Puskesmas, serta


24

f. Memberikan pelayanan data dan informasi kepada masyarakat dan pihak-

pihak yang berkepentingan lainnya (stakeholders) di wilayah kerjanya.(16)

Menurut Kusumadewi, dkk (2009), secara fungsional Sistem Informasi

Kesehatan dapat dikelompokkan menjadi tiga macam Sistem Informasi, yaitu :

1. Sistem Informasi Rumah Sakit, sistem ini merupakan sistem yang mampu

melakukan integritas dan komunikasi aliran informasi baik di dalam maupun

di luar rumah sakit. Sistem informasi ini meliputi : sistem rekam medis

elektronik, sistem informasi laboratorium, dan lain sebagainya yang terdapat

pada fungsi dukung operasional dan medis di ruang lingkup rumah sakit.

2. Sistem Informasi Kesehatan Publik, jika Sistem Informasi Rumah Sakit

terbatas pada fungsi dukung operasional dan medis dilingkup rumah sakit,

Sistem Informasi Kesehatan Publik mempunyai cakupan yang lebih luas.

Kantorkantor pemerintah yang mengurusi kesehatan dan lembaga layanan

kesehatan non rumah sakit.

3. Sistem Informasi Klinis, pada sistem ini tidak hanya membantu dokter dalam

menangani masalah administratif pasien, tetapi lebih dari itu, untuk

meningkatkan kualitas layanan kepada pasien. Sistem Informasi Kesehatan

Klinis dapat didukung dengan sistem pendukung keputusan, yang diantaranya

membantu dalam diagnosa penyakit dan menentukan tindakan medis.

Sementara Menurut Kusumadewi, dkk (2009), dalam perspektif arsitektur

teknologi pada era teknologi informasi yang semakin lebih dekat ke arah mobilitas

pengguna, ada tiga pengembangan terpenting dalam Sistem Informasi Kesehatan

yaitu:
25

1. Sistem Informasi Berbasis Komponen Objek, teknologi bebasis pada

komponen objek mengubah paradigma teknologi berbasis pada perpindahan

data (data-driven technology) menjadi arsitektur berbasis pada pengetahuan

(knowledge-driven technology) yang menekankan pada proses penyelesaian

masalah.

2. Sistem Terdistribusi, dalam era keterbukaan dan era keterhubungan, maka

diperlukan mekanisme yang dapat menghubungkan antar satu sistem dengan

sistem yang lain.

3. Teknologi Mobile, saat ini teknologi mobile seperti handphone, PDA

(personal digital assistant), dan berbagai macam teknologi wireless lainnya

memungkinkan proses komputasi dan pemanfaatan Sistem Informasi

Kesehatan dipergunakan oleh pengguna yang secara fisik tidak terhubung

secara langsung dengan sistem. Sistem ini memungkinkan akses terhadap

Sistem Informasi Kesehatan secara remote maupun secara lokal baik dari sisi

administrator maupun pengguna umum (regular user).

2.4.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi Sistem Informasi Kesehatan

a. Pemberdayaan

Abdullah et al. (2015) menyatakan pemberdayaan dapat dilihat sebagai cara

untuk mendorong komitmen individu untuk organisasi karena meningkatkan

kesesuaian antara peran kerja dan kepercayaan diri dalam kemampuan individu untuk

melakukan pekerjaan dengan baik dan mendorong karyawan untuk melakukan upaya

lebih atas nama organisasi dan lebih berpartisipasi dalam pengambilan keputusan.

Fenomena rendahnya komitmen organisasional menjadi masalah serius yang dihadapi

oleh perusahaan dan industri perhotelan yang disebabkan oleh rendahnya kebijakan
26

pemberdayaan karyawan. Kuo et al. (2010) menyatakan pemberdayaan merupakan

cara untuk mendorong dan meningkatkan pengambilan keputusan karyawan di

tingkat bawah yang dapat memperkaya pengalaman kerja karyawan.

Conger dan Kanungo (1998) membagi pemberdayaan karyawan menjadi 2

perspektif, yaitu psychological empowerment dan organizational empowerment.

psychological empowerment merupakan suatu proses untuk memberi motivasi dan

organizational empowerment merupakan sebuah proses untuk berbagi kekuasan.

Greasley et al. (2004) mengidentifikasi dua aspek pemberdaayaan yang terdiri dari

Perspektif multi dimensional / struktural / organisasional dan perspektif psikologi /

kognitif.

b. Peningkatan kualitas

Keberhasilan pelaksanaan suatu sistem bergantung pada sumber daya yang

mendukung sistem tersebut. Sumber daya SIK termasuk dalam kategori ”ada tapi

tidak adekuat” (54,2%).nKualitas sumber daya manusia SIK di Provinsi Sumatera

Utara belum optimal. Hal ini disebabkan rendahnya apresiasi akan pentingnya

informasi sehingga sumber daya manusia yang ditugaskan untuk SIK belum

mempunyai kapasitas yang memadai. Berdasarkan PP 46 tentang SIK pasal 51

ayat (2) disebutkan bahwa sumber daya manusia yang mengelola SIK harus

memiliki kompetensi paling sedikit di bidang statistik, komputer dan

epidemiologi. Petugas SIK di Provinsi Sumatera Utara yang mempunyai latar

belakang pendidikan komputer dan kesehatan masyarakat sebesar 63,4%. Untuk

memenuhi kekurangan kompetensi tersebut perlu dilakukan pelatihan peningkatan

kapasitas petugas secara berkala. Upaya untuk meningkatkan kapasitas petugas


27

SIK baik di tingkat kabupaten/kota maupun di provinsi juga belum terencana

dengan baik.

Kuantitas sumber daya manusia SIK juga belum optimal, masih ada

kabupaten/kota yang petugasnya sangat kurang bahkan beberapa dari mereka juga

melaksanakan tugas sebagai pengelola program kesehatan lainnya. Kurangnya

petugas SIK yang fulltime dan tingkat mutasi yang cepat juga menambah masalah

yang ada.

c. Penyediaan sarana dan prasarana

Sarana dan prasarana dala menunjang pelaksanaan sik di puskesmas

meliputi komputer, printer, dan atk. Namun untuk komputer, tidak terdistribusi

secara merata karena tidak semua puskesmas terdapat komputer. Di akui di Dinas

Kesehatan SIK memang masih terbatas. Juga ada maslaah listrik, tidak

tersedianya sarana dan prasarana seperti computer dan internet ssehingga

pelaksanaan SIK belum dapat berjalan dengan optimal.

d. Reward

Reward berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan, artinya

apabila sistem reward semakin adil, yaitu adanya gaji dan bonus, kesejahteraan,

pengembangan karir, pengembangan psikologi dan sosial, maka kinerja karyawan

akan semakin meningkat, yaitu karyawan mampu melaksanakan pekerjannya dengan

baik secara kualitas, kuantitas, memiliki ketepatan waktu, efektivitas dan memiliki

kemandirian. Hal ini terjadi karena reward merupakan penghargaan yang menjadi

harapan setiap manusia dalam bekerja, meskipun dapat saja berbeda pada setiap

kelompok kerja diperusahaan.


28

Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan adalah

pengharapan yang dibebani konskuensi (reward atau punishment) (Dharma 1991: 17)

dalam Koencoro (2012) . Reward menjadi harapan setiap manusia dalam bekerja,

meskipun dapat saja berbeda pada setiap kelompok kerja diperusahaan. Reward yang

akan dibahas dalam penelitian ini merupakan pemberian reward secara umum yang

diberikan kepada semua karyawan.

e. Punishment

Punishment berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja, artinya

apabila punishment semakin adil, yaitu dengan memberikan hukuman ringan,

hukuman sedang, hukuman berat dan diberikan sesuai dengan kesalahan yang

dilakukan, maka kinerja karyawan akan semakin meningkat, yaitu karyawan mampu

melaksanakan pekerjannya dengan baik secara kualitas, kuantitas, memiliki ketepatan

waktu, efektivitas dan memiliki kemandirian. Hal ini terjadi karena punishment

merupakan ancaman hukuman yang bertujuan untuk memperbaiki kinerja karyawan

pelanggar, memelihara peraturan yang berlaku dan memberikan pelajaran kepada

pelanggar.

Punishment sebagai tindakan yang menyajikan konskuensi yang tidak

menyenangkan atau tidak diinginkan sebagai hasil dari dilakukannya perilaku tertentu

(Invancevich 2006: 186). Jika reward merupakan bentuk reinforcement yang positif

maka punishment merupakan bentuk reinforcement yang negatif. Oleh karena itu

punishment yang diberikan harus bersifat pedagogies, yaitu untuk memperbaiki dan

mendidik kearah yang lebih baik. Pemberian reward dan punishment yang baik dan

benar akan memberikan motivasi kepada pekerja untuk lebih meningkatkan

kinerjanya dan perusahaan dapat mencapai tujuan secara keseluruhan.


29

f. Monitoring

Dalam pelaksanannya, upaya keselamatan pasien memerlukan pemantauan

yang berkesinambungan agar pelaksanaannya sesuai dengan tujuan. Berdasarkan

penelitian Samra, R., dkk. (2016), bahwa terdapat beberapa strategi monitoring

yang dapat digunakan sebagai metode pemantauan dalam implementasi upaya

keselamatan pasien. Strategi monitoring yang digunakan dapat disesuaikan

dengan kebutuhan.

Monitoring upaya keselamatan pasien bertujuan untuk memastikan bahwa

pelaksanaan upaya keselamatan pasien telah sesuai dengan standar dan kriteria

yang telah disepakati. Sedangkan strategi monitoring merupakan sebuah metode

yang dipilih dan digunakan guna memudahkan dalam proses pemantauan dan

penemuan hambatan-hambatan selama pelaksanaan upaya keselamatan pasien.

Oleh karena itu, sebagai bentuk strategi monitoring terhadap upaya keselamatan

pasien di Puskesmas, Pemerintah Indonesia mengeluarkan sebuah kebijakan yang

mengatur terkait standar dan kriteria penilaian pelaksanaan upaya keselamatan

pasien dalam Permenkes No. 46 Tahun 2015.

Berdasarkan kebijakan tersebut, disebutkan bahwa agar menjamin

perbaikan mutu, peningkatan kerja dan penerapan manajemen risiko dilaksanakan

secara berkesinambungan di Puskesmas, maka perlu dilakukan penilaian oleh

pihak eksternal dengan menggunakan standar yang ditetapkan yaitu melalui

mekanisme akreditasi.
30

2.5. Sistem Informasi Manajemen (SIM)

Sistem Informai Manajemen (SIM) adalah kumpulan subsistem yang

saling berhubungan, berkumpul bersama-sama dan membentuk satu kesatuan,

saling berinteraksi dan bekerjasama antara bagian satu dengan yang lainnya

dengan cara-cara tertentu untuk melakukan fungsi pengelolaan data, menerima

masukan (input) berupa data-data, kemudian mengolahnya (processing) dan

menghasilkan keluaran (output) berupa informasi sebagai dasar bagi pengambilan

keputusan yang berguna dan mempunyai nilai yang yang dapat dirasakan

akibatnya baik pada saat itu juga maupun di masa mendatang, mendukung

kegiatan operasional, manajerial dan strategis organisasi dengan memanfaatkan

berbagai sumber daya yang ada dan tersedia bagi fungsi tersebut guna mencapai

tujuan.(17)

Sistem Informasi Manajemen (SIM) juga dapat diartikan sebagai suatu

sistem yang mengintegrasikan data dengan cara mengumpulkan, memproses,

melaporkan dan menggunakannya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan

melalui manajemen yang lebih baik di semua lini pelayanan kesehatan. Di dalam

organisasi, SIM digunakan sebagai penunjang pada tugas-tugas rutin, evaluasi

terhadap prestasi organisasi tahu untuk pengambilan keputusan oleh organisasi

tersebut. Bentuk sederhana suatu sistem adalah masukan, proses dan keluaran.(10)

SIM selain dimanfaatkan sebagai sarana pengendalian juga dapat dimanfaatkan

untuk perencanaan dan pelaksanaan program-program strategis dalam suatu

organisasi. Informasi yang memiliki kualitas tinggi akan menentukan efektivitas

keputusan-keputusan yang dilakukan pimpinan organisasi. Kualitas sistem


31

informasi kesehatan ditentukan oleh 3 (tiga) hal, yaitu akurasi, ketepatan waktu

dan relevansi. Kebutuhan informasi secara garis besar dapat dikelompokkan

sebagai kebutuhan operasional, kebutuhan perencanaan, dan kebutuhan

dokumentasi.(17)

2.6. Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS)

SIMPUS merupakan suatu tatanan yang menyediakan informasi untuk

membantu proses pengambilan keputusan dalam mencapai sasaran kegiatan.

Sumber informasi SIMPUS meliputi Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu

Puskesmas (SP2TP), survei lapangan, laporan lintas sektor dan laporan sarana

kesehatan swasta.(15)

Menurut Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Sistem Informasi

Puskesmas merupakan pengemasan SIMPUS ke dalam SIK yang memiliki

tanggungjawab untuk melaksanakan kegiatan pencatatan dan pengumpulan data

serta diolah agar menghasilkan informasi yang lebih akurat dan dapat diakses

dengan mudah oleh masyarakat, petugas kesehatan, manajemen Puskesmas,

bahkan sampai ke pusat yang berbasis pada teknologi informasi.(18)

2.6.1. Latar Belakang Penggunaan SIMPUS

Latar belakang penggunaan SIMPUS antara lain :(15)

1. Belum adanya kevalidan data mengenai orang sakit, penyakit, bumil dan lain-

lain dalam wilayah suatu Puskesmas.

2. Memperbaiki pengumpulan data di Puskesmas guna laporan ke Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota.
32

3. Memasuki era otonomi daerah mutlak diperlukan informasi yang tepat, akurat

dan up to date berkenaan dengan data orang sakit, ketersedian obat, jumlah ibu

hamil, masalah imunisasi dan lain-lain.

2.6.2. Tujuan SIMPUS

Adapun tujuan SIMPUS antara lain :(15)

1. Memudahkan pengoperasian suatu perangkat lunak pada kegiatan manajemen

Puskesmas dengan persyaratan seminimal mungkin dari segi perangkat keras

(hardware) maupun dari segi sumber daya manusia yang akan mengggunakan

perangkat lunak (software) tersebut.

2. Membantu dalam mengolah data Puskesmas serta pembuatan berbagai

laporan yang diperlukan seperti laporan harian dan bulanan.

3. Terciptanya suatu sistem database untuk tingkat Kabupaten/Kota dengan

memanfaatkan data-data kiriman dari Puskesmas

4. Terjaganya data informasi dari Puskesmas dan Dinas Kesehatan sehingga

dapat dilakukan analisis dan evaluasi untuk berbagai macam penelitian.

5. Terwujudnya unit informatika di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang

mendukung terselenggaranya proses administrasi yang dapat meningkatkan

kualitas pelayanan dan mendukung pengeluaran kebijakan kesehatan yang

lebih bermanfaat untuk masyarakat.

2.6.3. Ruang Lingkup SIMPUS

1. Admin Sistem (management user)

2. Modul Registrasi Loket

3. Modul Pelayanan Poli Umum/BP


33

4. Modul Pelayanan Poli Gigi

5. Modul Pelayanan Poli KIA

6. Modul Pelayanan Unit Apotek

7. Modul Pelayanan Unit Laboratorium/Radiologi

8. Modul Pelayanan UGD (untuk Puskesmas Perawatan)

9. Modul Pelayanan Rawat Inap

10. Modul Pelayanan Poli Mata

11. Modul Aset/Inventory Puskesmas

12. Modul Kepegawaian

13. Modul Administrasi (pencetakan surat Keterangan/Rujukan & Laporan

Puskesmas)

14. Modul Kegiatan Luar Gedung / UKM (Posyandu Lansia, Posyandu anak,

Imunisasi, Sanitasi Lingkungan, Pelayanan Gizi, P2P, Kesga, Promkes dan lain-

lain (15)

2.6.4. Fitur Unggulan SIMPUS

a. Tata tampilan gambar view tab yang menarik (berbasis GUI / Graphical User

Interface) dan user friendly dengan menggunakan OS Windows

b. Fasilitas input data kegiatan pelayanan Puskesmas baik dalam maupun luar

gedung (laporan/output bisa disatukan sesuai kebutuhan)

c. Fasilitas pencarian pasien, cetak buku pasien, paper pasien dan kartu pasien,

cetak surat keterangan (sakit, sehat dan kematian), cetak surat rujukan RS

(umum, ASKES, dan ASKESKIN)

d. Fasilitas pencarian pasien secara cepat, fasilitas untuk mencari data pasien

agar registrasi pasien bisa dilakukan dengan cepat (kurang dari 1 menit)
34

e. Fasilitas view dan cetak rekam medik pasien, diagnosis (dx) penyakit sudah

menggunakan ICD X

f. Fasilitas warning untuk alert

g. Database obat lengkap (bisa ditambahkan sendiri) baik obat dari Dinas

maupun swadaya

h. Fasilitas pembuatan resep obat bisa dalam bentuk puyer, fasilitas perhitungan

LB1 dan LPLPO obat/alkes dilakukan secara otomatis sesuai dengan

penggunaannya Menyediakan output laporan yang diperlukan untuk

administrasi Ke Dinas (bulanan dan tahunan, laporan bisa dalam bentuk

grafik dan peta visual (contoh: Peta Penyebaran Penyakit dan Grafik

Pemantauan Kasus)

i. Fasilitas transfer data ke Dinas (bisa melalui perangkat jaringan maupun

flashdisk)

j. Laporan bisa difilter berdasarkan kategori-kategori sesuai kebutuhan, fasilitas

laporan bisa di-convert dalam bentuk data Ms-Excel dan Pdf

k. Fasilitas Backup Data Otomatis (Auto Backup)

l. Fasilitas integrasi data seluruh Puskesmas ke Dinas Kesehatan (15)

2.6.5. Langkah-langkah dalam Pelaksanaan SIMPUS

1. Pendataan awal berbagai masalah baik dari segi perangkat keras ataupun

calon petugas data.

2. Pembentukan tim informasi baik tingkat Puskesmas atau tingkat Dinas

Kesehatan. Adapun tim untuk tingkat Puskesmas dapat terdiri dari seorang

penanggungjawab program dan disertai dengan beberapa operator. Sedangkan


35

untuk tingkat Dinas Kesehatan, mungkin diperlukan satu tim khusus untuk

mengorganisir alur data dan juga bertanggungjawab untuk manajemen data-

data kesehatan.

3. Inventarisasi data-data dasar, baik untuk tingkat Puskesmas ataupun tingkat

Dinas Kesehatan. Data-data dasar itu antara lain : data Puskesmas, data

petugas medis, data tempat pelayanan kesehatan, data obat-obatan, data

diagnosis, dan beberapa data-data dasar lainnya. Data-data ini nantinya akan

dikodekan karena SIMPUS akan banyak membutuhkan input data berupa

kode.

4. Sosialisasi data-data dasar, hal ini perlu dilakukan ke semua staf dan petugas

di Puskesmas supaya lebih mengenal sedini mungkin sistem yang akan

dipakai.

5. Pelatihan petugas SIMPUS. Dalam proses input data, tentunya dibutuhkan

petugas khusus yang benar-benar menguasai program SIMPUS. Untuk itu

perlu minimal 2 (dua) orang dari tiap Puskesmas yang harus diberi pelatihan

untuk awal pelaksanaan SIMPUS.

6. Uji coba implementasi SIMPUS. Hal ini dibutuhkan untuk menguji semua

staf dalam pengisian lembar registrasi pasien dan juga untuk mengasah

keterampilan input data dari petugas yang sudah dilatih.

7. Evaluasi, dilakukan untuk mencari dan memberi masukan kepada semua

pihak yang terkait dalam pelaksanaan SIMPUS.(15)


36

2.6.6. Faktor-faktor Hambatan Penerapan SIMPUS

Pengembangan SIMPUS di beberapa daerah masih banyak menemui

hambatan. Ada beberapa isu aktual terkait dengan integrasi data, yaitu :

1. Data

Data yang tersedia belum terintegrasi dan sulit memperoleh data yang

bermutu dan terkini. Integrasi data dan informasi dari berbagai unit pelayanan

yang ada di Puskesmas baik pelayanan dalam gedung maupun luar gedung

belum dapat dilakukan sepenuhnya karena berbagai keterbatasan. Data dan

informasi dari Puskesmas pembantu dan Puskesmas keliling belum dapat

diintegrasikan dengan cepat dan tepat waktu. Integritas data yang tersedia

secara real time merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas

data. Disamping itu proses entri data juga sangat berpengaruh terhadap

kualitas data. Petugas entri data di Puskesmas biasanya adalah staf yang juga

bertugas dalam pelayanan sehingga terjadi rangkap pekerjaan. Apabila jumlah

pasien sedikit, entri data dapat dilakukan dengan segera, tetapi apabila jumlah

pasien cukup banyak maka proses entri data masih dirasakan merepotkan.

Kedua faktor di atas sangat berpengaruh terhadap kualitas data dan informasi

yang dihasilkan. Data dan informasi perlu tersedia dengan segera, cepat dan

tepat waktu agar dapat dimanfaatkan secara optimal.

2. Pemanfaatan data belum optimal

Data dan informasi yang tersedia sebenarnya masih dapat digunakan untuk

tujuan yang lebih luas sesuai dengan peran data dan informasi sebagai health

intelligence, misalnya melihat sebaran penyakit berdasarkan peta dan waktu,


37

pemeriksaan kehamilan dan imunisasi balita, pengenalan terhadap potensi

Kejadian Luar Biasa, kenaikan pangkat bagi pegawai dan masih banyak

aplikasi yang dapat digunakan berdasarkan data dan informasi yang tersedia.

3. Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM)

Aspek SDM merupakan aspek penting yang sangat menentukan

perkembangan SIMPUS, juga terhadap kualitas data yang dihasilkan.

Pengembangan SIMPUS seringkali dihadapkan kepada keterbatasan SDM

berupa keterbatasan pemahaman staf terhadap teknologi komputer dan sistem

informasi, tidak adanya staf yang mempunyai latar belakang pendidikan

komputer dan tidak ada staf khusus untuk entri data. Keterbatasan SDM juga

akan sangat mempengaruhi kualitas data yang dihasilkan SIMPUS.

Proses pengolahan data SIMPUS memerlukan Sumber Daya Manusia (SDM)

yang mempunyai kapabilitas memadai terkait dengan sistem informasimulai

dari tahap pengumpulan data, pengiriman data, pengolahan data dan analisis

data. Idealnya pengembangan sistem informasi memerlukan operator

komputer, ahli jaringan, pengelola database, programmer, analis sistem dan

IT ProjectManager. Namun perlu dipertimbangkan juga penempatan tenaga-

tenaga tersebut, siapa yang ditempatkan di Puskesmas dan siapa yang cukup

ditempatkan di Dinas Kesehatan.(15)

2.7. Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP)

2.7.1. Pengertian

SP2TP adalah kegiatan pencatatan dan pelaporan data umum, sarana,

tenaga dan upaya pelayanan kesehatan di Puskesmas yang telah disederhanakan


38

sesuai dengan keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat

nomor 590/BM/DJ/Info/V/96 tentang penyederhanaan SP2TP.(19)

2.7.2. Ruang Lingkup

Pelaksanaan SP2TP menganut konsep wilayah kerja Puskesmas. Oleh

karena itu mencakup semua kegiatan yang dilakukan oleh Puskesmas. Jenis data

yang dikumpulkan dan dicatat dalam SP2TP adalah seluruh kegiatan di

Puskesmas yang meliputi data:

1. Umum dan demografi di wilayah kerja Puskesmas.

2. Ketenagaan di Puskesmas.

3. Sarana yang dimiliki Puskesmas.

4. Kegiatan pokok Puskesmas yang dilakukan di dalam dan di luar gedung

Puskesmas.

Laporan SP2TP menggunakan sistem tahun kalender. Periode laporan dari

Puskesmas ke Dati II adalah bulanan dan tahunan. Periode laporan dari Dati II ke

Dati I dan Pusat adalah triwulan (Modul pedoman pelaksanaan SP2TP).(19)

2.7.3. Tujuan SP2TP

Dalam Barsasella, tujuan SP2TP adalah agar semua data hasil kegiatan

Puskesmas dapat dicatat serta dilaporkan ke jenjang di atasnya sesuai kebutuhan

secara benar, berkala dan teratur, guna menunjang pengelolaan upaya kesehatan

masyarakat.(15)

1. Tujuan umum

Meningkatkan kualitas manajemen Puskesmas secara berhasil guna dan

berdaya guna melalui pemanfaatan secara optimal data SP2TP dan infomasi

lain yang menunjang.


39

2. Tujuan khusus

a. Sebagai dasar penyusunan perencaaan tingkat Puskesmas.

b. Sebagai dasar penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan pokok Puskesmas

(lokakarya mini).

c. Sebagai dasar pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pokok

Puskesmas.

d. Untuk mengatasi berbagai kegiatan hambatan pelaksanaan kegiatan.

2.7.4. Manfaat SP2TP

Manfaat pencatatan dan pelaporan antara lain:

1. Memudahkan dalam mengelola informasi kegiatan di tingkat Pusat, Provinsi

dan Kabupaten/Kota.

2. Memudahkan dalam memperoleh data untuk perencanaan dalam rangka

pengembangan tenaga kesehatan.

3. Memudahkan dalam melakukan pembinaan tenaga kesehatan.

4. Memudahkan dalam melakukan evaluasi hasil.(19)

2.7.5. Pencatatan

Kegiatan pokok Puskesmas baik yang dilakukan di dalam gedung (semua

data yang diperoleh dari pencatatan kegiatan harian program yang dilakukan

dalam gedung Puskesmas seperti tekanan darah, laboratorium, KB, dan lain-lain)

maupun di luar gedung Puskesmas (data yang dibuat berdasarkan catatan harian

yang dilaksanakan di luar gedung Puskesmas, seperti kegiatan posyandu, UKS

dan lain-lain), Puskesmas tempat tidur dan Puskesmas Pembantu serta Bidan di

desa, harus dicatat. Dengan demikian perlu adanya mekanisme pencatatan yang
40

baik, formulir yang cukup serta cara pengisian yang benar dan teliti (Modul

pedoman pelaksanaan SP2TP).(15)

Jenis formulir tersebut sebagai berikut :

4. Rekam Kesehatan Keluarga (RKK)/Family Folder

Merupakan himpunan kartu-kartu individu suatu keluarga yang memperoleh

pelayanan kesehatan di Puskesmas.

5. Kartu rawat jalan/kartu Rekam Medik Pasien

Merupakan alat untuk mencatat identitas pasien dan status pasien rawat jalan

yang berkunjung ke Puskesmas.

6. Kartu Indeks Penyakit

Alat bantu untuk mencatat identitas pasien riwayat dan perkembangan

penyakit, khusus penderita penyakit TB Paru dan Kusta.

7. Kartu Ibu

Merupakan alat bantu untuk mengetahui identitas, status kesehatan, dan

riwayat kehamilan sampai kelahiran.

8. Kartu anak

Adalah alat bantu untuk mencatat identitas, status kesehatan, pelayanan

preventif promotif-kuratif-rehabilitatif yang diberikan kepada balita dan anak

pra sekolah.

9. KMS balita, anak sekolah

Alat bantu untuk mencatat identitas, pelayanan dan pertumbuhan yang telah

diperoleh balita dan anak sekolah.

10. KMS ibu hamil


41

Alat untuk mengetahui dan mencatat perkembangan kesehatan ibu hamil dan

pelayanan kesehatan yang diterima ibu hamil.

11. KMS usia lanjut

Alat untuk mencatat kesehatan usia lanjut secara pribadi di balik fisik maupun

psikososial dan digunakan untuk memantau kesehatan, deteksi dini penyakit

dan evaluasi kemajuan kesehaan usia lanjut.

12. Register

Merupakan formulir untuk mencatat atau merekap data kegiatan di dalam dan

di luar gedung puskesmas yang telah di catat di kartu dan catatan lainnya.(15)

Ada beberapa jenis register sebagai berikut :

a. Nomor indeks pengunjung Puskesmas

b. Rawat jalan

c. Register kunjungan

d. Register rawat inap

e. Register KIA dan KB

f. Register kohort ibu dan balita

g. Register deteksi dini tumbuh kembang dan gizi

h. Register penimbangan balita

i. Register imunisasi

j. Register gizi

k. Register kapsul beryodium

l. Register anak sekoah

m. Sensus harian : kunjungan, kegiatan KIA, imunisasi dan penyakit.(15)


42

2.7.6. Jenis laporan SP2TP

Dalam Modul pedoman pelaksanaan SP2TP, ada beberapa jenis laporan

yang dibuat oleh puskesmas antara lain:

1. Laporan harian untuk melaporkan kejadian luar biasa penyakit tertentu.

2. Laporan mingguan untuk melaporkan kegiatan penyakit yang sedang

ditanggulangi.

3. Laporan bulanan untuk melaporkan kegiatan rutin program. Laporan ini

terdiri dari empat jenis yaitu: LB 1 (data morbiditas), LB 2 (data obat), LB

(data KIA, gizi, imunisasi dan penyakit menular), LB 4 (data kegiatan

Puskesmas).(15)

2.7.7. Pelaporan

Pelaporan terpadu Puskesmas menggunakan tahun kalender yaitu dari

bulan Januari sampai dengan Desember dalam tahun yang sama. Sesuai dengan

keputusan Direktur Jendral Pembinaan Kesehatan Masyarakat nomor

590/BM/DJ/Info/V/96 diberlakukan formulir laporan yang baru. Sedangkan untuk

kebutuhan Dati II dan Dati I diberikan kesempatan pengembangan variabel

laporan sesuai dengan kebutuhan dengan memperhatikan kemampuan/beban kerja

petugas di Puskesmas. Adapun Laporan dari Puskesmas ke Dati II adalah sebagai

berikut:

1. Laporan bulanan

- LB 1 (data kesakitan)

- LB 2 (data obat-obatan

- LB 3 (data gizi, KIA, pengamatan penyakit menular)


43

- LB 4 (data kegiatan puskesmas)

- Laporan sentinel

2. Laporan tahunan

- Data dasar Puskesmas (LT 1)

- Data kepegawaian (LT 2)

- Data peralatan (LT 3)

Laporan dari Dati II ke Dati I dan pusat, laporan ini terdiri dari

1. Laporan Triwulan

- Hasil entri data/rekapitulasi laporan LB 1

- Hasil entri data/rekapitulasi laporan LB 2

- Hasil entri data/rekapitulasi laporan LB 3

- Hasil entri data/rekapitulasi laporan LB 4

2. Laporan tahunan

- Hasil entri data/rekapitulasi laporan LT 1

- Hasil entri data/rekapitulasi laporan LT 2

- Hasil entri data/rekapitulasi laporan LT 3

Laporan dari Dati II ke Dati I dan pusat, laporan ini terdiri dari

1. Laporan Triwulan

- Hasil entri data/rekapitulasi laporan LB 1

- Hasil entri data/rekapitulasi laporan LB 2

- Hasil entri data/rekapitulasi laporan LB 3

- Hasil entri data/rekapitulasi laporan LB 4

2. Laporan tahunan
44

- Hasil entri data/rekapitulasi laporan LT 1

- Hasil entri data/rekapitulasi laporan LT 2

- Hasil entri data/rekapitulasi laporan LT 3

3. Laporan kejadian luar biasa (KLB) dan wabah

Laporan ini mengacu pada petunjuk laporan KLB dan wabah serta keputusan

direktur jendral PPM dan PLP nomor 451-I/PD.03.04.IS/1991 tentang pedoman

penanggulangan KLB.(19)

2.7.8. Frekuensi Pelaporan

1. Laporan dari Puskesmas ke Dati II

Laporan ini menggunakan formulir standar yang terdiri dari:

a. Laporan bulanan LB 1, LB 2, LB 3 dan LB 4 dilakukan setiap bulan dan

paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya dikirim ke Dinas Kesehatan

Dati II.

b. Khusus laporan LB 2, satu kopi laporan dikirim pula ke Gedung Farmasi

Dati II (GFK).

c. Laporan bulanan sentinel LB1 dan LB2 setiap tanggal 10 bulan berikutnya di

kirimkan ke Dinas Kesehatan Dati II, Dati I dan Pusat.

d. Laporan tahunan (LT-1, LT-2, LT-3) dikirimkan selambat-lambatnya

tanggal 31 Januari tahun berikutnya. Khusus laporan LT- 2 (data

kepegawaian hanya diisi bagi pegawai yang baru/belum pernah mengisi

fomulir data kepegawaian.

2. Laporan dari Dati II ke Dati I dan Pusat


45

a. Laporan triwulan dikirimkan paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya

dari triwulan yang dimaksud kepada Kepala Dinas Kesehatan Dati II,

Kepala kantor wilayah Depkes Provinsi, Depkes RI c,q Ditjen Binkesmas.

b. Laporan tahunan dikirimkan paling lambat akhir bulan Februari dari tahun

berukutnya kepada: Kepala Dinas Kesehatan Dati I, Kepala Kantor

Wilayah Depkes Provinsi, Depkes RI c.q Ditjen Binkesmas.(19)

2.8. Landasan Teori

Sistem Informasi Kesehatan (SIK) merupakan salah satu bentuk pokok

Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang dipergunakan sebagai dasar dan acuan

dalam penyusunan berbagai kebijakan, pedoman dan arahan penyelenggaraan

pembangunan kesehatan serta pembangunan berwawasan kesehatan. Dapat

dipengaruhi oleh pemberdayaan, maupun penyediaan sarana dan prasarana dalm

puskesmas.
46

Faktor Predisposisi
1. Pemberdayaan
2. Peningkatan kualitas
3. Reward
4. Punishment

Faktor Pemungkin Manajemen


1. Ketersediaan sarana dan Sistem Informasi
prasarana Kesehatan
2. Informasi tentang SIK (Sistem
Terhadap Kinerja
Informasi Kesehatan)
Staf

Faktor Penguat
1. Kebijakan
2. Monitoring
3. Motivasi

Gambar 2.2. Landasan Teori Penelitian Berdasarkan Teori Lawrence Green

2.9. Kerangka Konsep

Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi manajemen sistem

informasi kesehatan terhadap kinerja staf di puskesmas hutaimbaru kota

padangsidimpuan tahun 2019 disajikan dalam kerangka konsep dibawah ini :


47

Variabel Independen Variabel Dependen


\

Pemberdayaan

Peningkatan Kualitas

Penyediaan Sarana &


Prasarana Kinerja Staf di
Puskesmas
Hutaimbaru
Reward

Punishment

Monitoring

Gambar 2.3. Kerangka Konsep Penelitian

2.10. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka hipotesis yang

diajukan ini adalah :

1. Ada pengaruh faktor pemberdayaan terhadap kinerja staf di Puskesmas Kota

Padangsidimpuan.

2. Ada pengaruh faktor peningkatan kualitas terhadap kinerja staf di Puskesmas

Kota Padangsidimpuan.
48

3. Ada pengaruh faktor penyediaan sarana & prasarana terhadap kinerja staf di

Puskesmas Kota Padangsidimpuan.

4. Ada pengaruh faktor reward terhadap kinerja staf di Puskesmas Kota

Padangsidimpuan.

5. Ada pengaruh faktor punishment terhadap kinerja staf di Puskesmas Kota

Padangsidimpuan.

6. Ada pengaruh faktor monitoring terhadap kinerja staf di Puskesmas Kota

Padangsidimpuan.
49

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode kuantitatif, dengan

jenis penelitian survey dengan metode cross sectional yang bertujuan untuk

menjelaskan pengaruh hubungan antara variabel-variabel melalui pengujian

hipotesis, yaitu menjelaskan faktor yang mempengaruhi manajemen sistem

informasi kesehatan terhadap kinerja staf di puskesmas hutaimbaru kota

padangsidimpuan tahun 2019.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Hutaimbaru, Jl. Makam Harondak

Kelurahan Hutaimbaru Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan, Sumatera

Utara. Adapun alasan digunakan lokasi puskesmas ini sebagai tempat penelitian

karena, dengan alasan puskesmas dengan wilayah kerja paling luas dari puskesmas

lainnya dan juga sering terlambat dalam pengumpulan data-data kesehatan yang akan

diinput oleh petugas SP2TP.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Agustus 2019 sampai

dengan bulan Oktober 2019, dengan tahapan penelitian antara lain yang dimulai
50

dengan uji validitas dan reliabilitas, mengumpulkan data, pengolahan data,

analisis data dan penyusunan akhir tesis.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan subjek dalam

pengamatan yang dilakukan (Arikunto, 2010). Adapun yang menjadi populasi

dalam penelitian ini adalah semua staf di puskesmas hutaimbaru Kota

Padangsidimpuan yang berjumlah 93 orang.

3.3.2. Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah semua dari jumlah populasi dijadikan

sebagai sampel penelitian dengan menggunakan (total sampling), yang berjumlah

93 petugas.

3.4. Metode Pengumpulan Data

3.4.1. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah :

a. Data primer

Merupakan data dari pemberian kuesioner terhadap petugas meliputi

karakteristik responden (umur, jenis kelamin, status perkawinan,

pendidikan terakhir dan lama bekerja) dan faktor yang mempengaruhi

pelaksanaan manajemen sistem informasi kesehatan (pemberdayaan,


51

peningkatan kualitas, penyediaan sarana & prasarana, reward,

punishment, monitoring)

b. Data sekunder

Merupakan data yang diperoleh dari Puskesmas Hutaimbaru Kota

Padangsidimpuan.

c. Data tertier

Merupakan data yang diperoleh dari sumber yang dipublikasikan seperti

jurnal, majalah penelitian, buku, laporan resmi, dan media ilmiah

lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.4.2. Teknik Pengumpulan Data

1. Data Primer

Pengumpulan data penelitian dilakukan di Puskesmas Hutaimbaru Kota

Padangsidimpuan pada tahun 2019 dengan cara lembar kuesioner

diberikan kepada responden untuk diisi data meliputi karakteristik

responden (umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan terakhir

dan lama bekerja ) dan faktor yang mempengaruhi manajemen sistem

informasi kesehatan( pemberdayaan, peningkatan kualitas, peyediaan

sarana & prasarana, reward, punishment, monitoring) setelah kuesioner

diisi, dikumpulkan kembali oleh peneliti.

2. Data Sekunder

Merupakan data resmi yang dan tertulis dalam bentuk laporan dari

puskesmas hutaimbaru. Dikumpulkan peneliti dengan cara mendatangi


52

puskesmas hutaimbaru dengan membawa surat pengantar dari institusi

pendidikan.

3. Data Tersier

Merupakan data diambil dari penelitian, buku atau laporan resmi dengan

catatan ada izin dari yang bersangkutan (yang diambil dari data mentah,

bukan hasil penelitiannya).

3.5. Uji Validitas Dan Reliabilitas

3.5.1. Uji Validitas

Untuk penelitian ini validitas merupakan suatu ukuran yang dilakukan

untuk menentukan derajat ketepatan dari instrumen penelitian berbentuk

kuesioner. Untuk mengetahui apakah kuesioner dapat mengukur apa yang hendak

di ukur (valid), maka dapat di uji dengan uji Korelasi Persen Product Moment.

Dengan α=0,05. Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

sebanyak 35 butir soal dan dilakukan uji validitas terhadap 25 orang staf di

Puskesmas Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan.

3.5.2. Uji Reliabilitas

Untuk tahap kuantitatif reliabilitas merupakan suatu indeks untuk

menentukan derajat konsistensi dari instrumen penelitian berbentuk kuesioner.

Tingkat readilitas dapat dilakukan dengan menggunakan SPSS melalui test

Cronchbach’s 3,6 yang mana pada penelitian ini menggunakan butir soal

sebanyak 35 butir soal, sehingga perbandingan r table = 0,632


53

3.6. Variabel dan Defenisi Operasional

3.6.1. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini, variabel penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu :

a. Untuk variabel independen faktor manajemen sistem informasi kesehatan

meliputi hal : pemberdayaan, peningkatan kualitas, penyediaan sarana &

prasarana, reward, punishment dan moitoring

b. Sementara untuk variabel dependen adalah kinerja staf di Puskesmas

Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan

3.6.2. Defenisi Operasional

Adapun defenisi operasional dari masing-masing variabel penelitian ini

adalah sebagai berikut :

a. Pemberdayaan adalah pengembangan mentalitas agar tumbuh dari keyakinan

diri para karyawan akan kemampuannya untuk berkarya pada pekerjaannya.

b. Peningkatan kualitas adalah program yang dilaksanakan untuk pengembangan

tenaga kerja

c. Penyediaan sarana & prasarana adalah pengadaan perlengkapan yang

mendukung dan memenuhi kebutuhan sesuasi dengan pekerjaan.

d. Reward adalah adalah sebuah bentuk apresiasi kepada suatu prestasi tertentu

dan diberikan kepada karyawan yang melakukan pekerjaan dengan baik

dalam bentuk material ataupun ucapan

e. Punishment adalah sanksi ataupun peringatan yang diberikan kepada

karyawan yang kurang baik dalam bekerja guna untuk memberikan kesadaran

kepada karyawan.
54

f. Monitoring adalah aktifitas yang dilaksanakan untuk mengevaluasi pekerjaan

agar apabila terjadi kesalahan dapat segera diketahui dan dapat dilakukan

tindakan perbaikan, sehingga mengurangi risiko yang lebih besar.

g. Kinerja staf adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara

keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas.

3.7. Metode Pengukuran

Variabel yang di ukur dalam penelitian ini yaitu Variabel Independen yaitu

variabel faktor yang mempengaruhi sistem informasi kesehatan dengan jumlah

30 soal yang masing-masing responden menjawab sesuai dengan kinerja staf

di puskesmas hutaimbaru. Untuk menentukan kategori kinerja staf digunakan

rumus statistik :

1. pemberdayaan dengan 5 pernyataan 2 alternatif jawaban yaitu baik dan

kurang, untuk jawaban “baik 1” “kurang 0”. Untuk kategori baik diberi skor

≥ 3, kurang diberi skor < 3.

2. Peningkatan kualitas dengan 5 pernyataan 2 alternatif jawaban yaitu baik

dan kurang, untuk jawaban “baik 1” “kurang 0”. Untuk kategori baik diberi

skor ≥ 3, kurang diberi skor < 3.

3. Penyediaan sarana dan prasarana dengan 5 pernyataan 2 alternatif jawaban

yaitu baik dan kurang, untuk jawaban “baik 1” “kurang 0”. Untuk kategori

baik diberi skor ≥ 3, kurang diberi skor < 3.


55

4. Reward dengan 5 pernyataan 2 alternatif jawaban yaitu baik dan kurang,

untuk jawaban “baik 1” “kurang 0”. Untuk kategori baik diberi skor ≥ 3,

kurang diberi skor < 3.

5. Punishment dengan 5 pernyataan 2 alternatif jawaban yaitu baik dan kurang,

untuk jawaban “baik 1” “kurang 0”. Untuk kategori baik diberi skor ≥ 3,

kurang diberi skor < 3.

6. Monitoring dengan 5 pernyataan 2 alternatif jawaban yaitu baik dan kurang,

untuk jawaban “baik 1” “kurang 0”. Untuk kategori baik diberi skor ≥ 3,

kurang diberi skor < 3.

7. Sedangkan Variabel Dependen yaitu kinerja staf dalam pelaksanaan SIK

diberikan kepada responden 5 pernyataan dengan menjawab “YA” atau

”TIDAK” yang jika “ya” menunjukan responden kinerjanya baik dengan

skor 1 yang jika “tidak” mendapat skor 0 responden kinerjanya tidak baik.

Tabel 3.1 Metode Pengukuran Variabel Penelitian

No Nama Jumlah Cara dan Skala Value Skala


Variabel Soal Alat ukur Ukur Ukur
Variabel Independen
1 Pemberdayaan 5 Menghitung a. > 3 1. Ya Ordinal
Skor/Kuesioner b. < 3 2. Tidak
(skor max = 5 )

2 Peningkatan 5 Menghitung a. > 3 1. Ya Ordinal


Kualitas Skor/Kuesioner b. < 3 2. Tidak
(skor max = 5 )

3 Penyediaan 5 Menghitung a. > 3 1. Ya Ordinal


Sarana & Skor/Kuesioner b. < 3 2. Tidak
Prasarana (skor max = 7 )

4 Reward 5 Menghitung a. > 3 1. Ya Ordinal


Skor/Kuesioner b. < 3 2. Tidak
(skor max = 5 )
56

5 Punishment 5 Menghitung a. > 3 1. Ya Ordinal


Skor/Kuesioner b. < 3 2. Tidak
(skor max = 7
6 Monitoring 5 Menghitung 1. ≥ 3 1. Ya Ordinal
Skor/Kuesioner 2. < 3 2. Tidak
(skor max = 5 )
Variabel Dependen
7 Kinerja Staf 5 Menghitung 1. ≥ 3 1. Baik Ordinal
Skor/Kuesioner 2. < 3 2. Tidak Baik
(skor max = 5 )

3.8. Metode Pengolahan Data

Menurut Iman (28), data yang terkumpul diolah dengan cara komputerisasi

dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Editing

Memeriksa kelengkapan jawaban responden dalam kuesioner dengan tujuan

agar data yang dimaksud dapat diolah secara benar dan tepat.

2. Coding

Mengkode data dengan memberikan kode pada masing-masing jawaban

untuk mempermudah pengolahan data.

3. Skoring

Dalam hal ini peneliti melakukan perhitungan skor yang diperoleh setiap

responden atas jawaban atau pernyataan yang telah diajukan.

4. Tabulating

Memasukkan hasil perhitungan kedalam bentuk tabel distribusi frekuensi,

untuk melihat persentase dari jawaban yang telah diperoleh.


57

5. Entry

Data yang sudah diedit dan diberi kode dimasukkan kedalam suatu tempat

yang disebut dengan master tabel.

3.9. Analisa Data

Analisa data terdiri dari tiga tahap yaitu :

1. Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan terhadap seluruh variabel untuk mendapatkan

informasi mengenai distribusi frekuensi dari masing-masing variabel

bebas dan variabel terikat.

2. Analisa Bivariat

Pada tahap ini variabel independen akan diuji dengan variabel dependen.

Uji yang digunakan adalah uji Uji korelasi Spearman untuk mengetahui

kekuatan hubungan variabel independen dan variabel dependen, ukuran

kemaknaan yang digunakan α = 0.05 (95%) dengan makna stastistik yaitu

Jika probabilitas (Sig) Rank Spearman > 0,05 maka ada hubungan

signifikan Jika probabilitas (Sig) Rank Spearman < 0,05 maka tidak ada

hubungan yang signifikan dengan rumus :

Keterangan :
58

3. Analisa Multivariat

Variabel independen yang bermakna pada tahap analisa Univariat

dilanjutkan dengan menganalisis variabel yang paling berpengaruh,

menggunakan uji statistik regresi logistik. Apabila didapatkan nilai p<0,05

maka Ho ditolak yang berarti ada pengaruh antara variabel bebas dan

variabel terikat, dan apabila nilai p>0,05 maka Ho diterima berarti tidak

ada pengaruh antara variabel bebas dan variabel terikat dengan ukuran

kemaknaan sebesar 95% confidence level. Dengan rumus persamaan

regresi logistik adalah sebagai berikut :

𝑃
In ( ) = B0+ X1......
1−𝑃

Dimana :
Ln P/1-P : Variabel dependen, yaitu sikap perawat dalam penggunaan
APD
Β : Konstata
1
X : Nilai variabel bebas
59

DAFTAR PUSTAKA

1. Erawantini F, Dehardja A, Yusfitasari Y. Analisis Kesiapan Penerapan


Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (Simpus) Dengan Metode Doq-It
Di Puskesmas Wonotirto Kabupaten Blitar Tahun 2016. Kesehatan.
2016;4(1).
2. Ariesanti W, Prasetyowati A, Widaningtyas E. Evaluasi Sistem Informasi
Manajemen Kesehatan (Simkes) Terhadap Pelaporan Komunikasi Data
(Komdat) Online Kemenkes Ri. Penelit Kesehat Suara Forikes. 2018;9.
3. Putranto Tri Yudha Eko. Analisis Pengembangan Sistem Informasi
Manajemen Puskesmas Dengan Metode Framework For The Application
Of System Thingking (Fast) Di Dinas Kesehatan Kota Salatiga. 2012;
4. Sari Widya Novita. Analisis Pelaksanaan Sistem Informasi Manajemen
Puskesmas (Simpus) Di Puskesmas Sukaramai Kecamatan Medan Area
Tahun 2017. 2017.
5. Cahyaningrum N. Analisis Pelaksanaan Sistem Informasi Manajemen
Puskesmas (Simpus) Di Uptd Puskesmas Penumping Kota Surakarta.
2015;159–65.
6. Dinkes. Laporan Sp2tp. Padangsidimpuan; 2019.
7. Ri Kementerian Kesehatan. Peraturan Menteri Kesehatan No.75 Tahun
2014 Tentang Puskesmas. Jakarta; 2014.
8. Permatasari D. Perancangan Sistem Informasi Layanan Kesehatan
Puskesmas Ngemplak Kabupaten Boyolali. Stud Progr Inform Tek Dan,
Komun Univ Inform Surakarta, Muhammadiyah. 2014;
9. Alamsyah. Manajemen Pelayanan Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika;
2011.
10. Jogiyanto H. Analisis Dan Desain Sistem Informasi: Pendekatan Tekstur
Teori Dan Praktek Aplikasi Bisnis. Yogyakarta: Andi;
11. Azwar A. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Binarupa Aksara;
2006.
12. Sutabri T. Sistem Informasi Manajemen. Yogyakarta: Andi; 2005.
13. Siagian S. Sistem Informasi Manajemen. Jakarta: Sinar Grafika Offset;
2000.
14. Informasi Pusat Data Dan. Sikda Generik. Buletin Jendela Data Dan
Informasi. 2011;
15. Barsasella D. Sistem Informasi Kesehatan. Jakarta: Mitra Wacana Medika;
2012.
16. Who. Asseing The National Health Information System: An Assessment
Tool. Health (San Francisco). 2008.
17. Apriyanti E. Evaluasi Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian
Berdasarkan Metode Pieces Di Puskesmas Wilayah Kerja Dinas Kesehatan
Kabupaten Cilacap Tahun 2014. Kesmasindo. 2014;7:179–90.
18. Kemenkes R. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor;75 Tahun 2014
Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. 2014.
19. Puskesmas M. Modul Puskesmas 1. Sistem Informasi Puskesmas (Simpus)
[Internet]. Available From:
60

Https://Www.Google.Com/Amp/S/Docplayer.Info/Amp/257976-Modul-
Puskesmas-1-Sistem-Informasi-Puskesmas-Simpus.Html
20. Drs.Suharso, Retnoningsih Dan. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Semarang: Widya Karya; 2018.
21. V.Mrondo T. Analisis Pelaksanaan Sistem Informasi Kesehatan Di
Puskesmas Kabupaten Minahasa Tenggara. 2013;
22. Moleong.L.J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya;
23. Bungin P Dr. H. M. Burha. Metodologi Penelitian Kuantitatif Komunikasi,
Ekonomi Dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta:
Kencana Prenada Media; 2014.
24. Anwar S. Pemahaman Individu, Observasi, Cheklist, Interview, Kuesioner
Dan Sosiometri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2009.
25. Komariah A, Satori D. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
Alfabeta; 2010.
26. Sugiyono. Metodologi Penelitian Kualitatif Dan R & D. Bandung:
Alfabeta; 2008.
27. Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta; 2008.
28. Iman Suprayogo. Metode Pengumpulan Data Dalam Makalah. Bandung:
PT.Remaja Rosdakarya; 2017.

Anda mungkin juga menyukai