Anda di halaman 1dari 14

Emergency Response Plan

Puskesmas Mamburungan Tahun 2020


PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Indonesia yang terdiri dari gugusan kepulauan mempunyai potensi


bencana yang sangat tinggi dan juga sangat bervariasi dari aspek jenis
bencana. Kondisi alam tersebut serta adanya keanekaragaman penduduk
dan budaya di Indonesia menyebabkan timbulnya risiko terjadinya bencana
alam, bencana ulah manusia dan kedaruratan kompleks, meskipun disisi lain
juga kaya akan sumberdaya alam. Letak geografis Indonesia di daerah
Khatulistiwa dengan morfologi yang beragam dari dataran sampai
pegunungan tinggi menyebabkan Indonesia termasuk negara yang paling
rawan terhadap bencana.

Kota Tarakan merupakan kota yang terletak di pulau kalimantan


bagian dari provinsi Kalimantan Utara. Kota Tarakan merupakan salah satu
daerah yang rawan terhadap bencana antara lain, bencana kecelakaan
transportasi (laut, darat dan udara), tanah longsor, banjir, kebakaran, konflik
sosial dan bencana lainnya. Terdapat 4 kecamatan di Kota Tarakan.
Kecamatan Tarakan Timur merupakan salah satu kecamatan di Kota
Tarakan. Berdasarkan data kerawanan bencana tahun 2011, Kecamatan
Tarakan Timur memiliki resiko terjadinya bencana banjir, tanah longsor,
kecelakaan lalu lintas dan kebakaran hutan. Dampak yang ditimbulkan jika
bencana tersebut terjadi antara lain rusaknya sarana dan prasarana, korban
luka, penyakit menular tertentu, dan bahkan korban jiwa. Diperlukan upaya
penanggulangan bencana untuk meminimalisir dampak tersebut antara lain
melalui upaya kesiapsiagaan dari banyak pihak terutama puskesmas.

Terdapat 3 Puskesmas di wilayah Kecamatan Tarakan Timur. Salah


satunya Puskesmas Mamburungan yang terletak di Kelurahan Mamburungan,
RT. 05, Kecamatan Tarakan Timur, didirikan pada tahun 1975 oleh
Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten Bulungan, Puskesmas
Mamburungan secara resmi beroperasi pada Tahun 1976. Puskesmas
Mamburungan berdiri di atas lahan seluas 3000m² dilengkapi dengan
bangunan utama seluas 645 m²dan membawahi 4 (empat) Kelurahan.
Puskesmas Mamburungan memiliki Gedung baru yang dibangun tahun 2014
dan diresmikan pada tahun 2015 dengan wilayah kerja baru antara lain : Kel.
Mamburungan, Kel. Mamburungan Timur, Kel. Kampung Empat dan Kel.
Kampung Enam.

Gedung baru puskesmas mamburungan termasuk rawan bencana


karena letaknya yang berada di bawah bukit. Hal inilah yang menyebabkan
diperlukan upaya penanggulangan bencana untuk meminimalisir dampak
tersebut antara lain melalui upaya kesiapsiagaan. Kesiapsiagaan menghadapi
kondisi darurat atau bencana adalah suatu rangkaian kegiatan yang
dirancang untuk meminimalkan dampak kerugian atau kerusakan yang
mungkin terjadi akibat keadaan darurat baik internal maupun eksternal oleh
karena kegagalan teknologi, ulah manusia, atau bencana yang dapat terjadi
setiap saat di fasilitas pelayanan kesehatan.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka perlu di susun perencanaan


tanggap darurat atau bencana di Puskesmas Mamburungan. Perencanaan
tanggap darurat tersebut berupa manajemen tanggap darurat dan jalur
evakuasi. Manajemen tanggap darurat yang di bentuk harus dilengkapi
dengan sarana dan prasarana yang baik serta sistem dan prosedur yang
jelas.

B. Tujuan

Tujuan disusunnya kesiapsiagaan tanggap darurat atau bencana Puskesmas


Mamburungan adalah memberikan panduan atau acuan bagi seluruh staf
puskesmas dalam menghadapi keadaan darurat.

C. Ruang Lingkup
a. Identifikasi risiko kondisi darurat atau bencana
b. Analisis risiko kerentanan bencana
c. Pengendalian kondisi darurat atau bencana
D. Dasar Hukum
Dasar hukum penyusunan Emergency Response Plan ini adalah
a. Peraturan Menteri Kesehatan No.52 Tahun 2018 Tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
b. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana No.4 Tahun
2008 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan
Bencana.
c. Keputusan Menteri Kesejatan Republik Indonesia
No.1653/MENKES/SK/XII/2005 Tentang Pedoman Penanganan Bencana
Bidang Kesehatan.

E. Definisi Operasional
a. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan,
baik oleh faktor alam dan atau faktor nonalam maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
b. Gawat darurat adalah suatu keadaan dimana seseorang secara tiba-tiba
dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam anggota
badannya dan jiwanya (akan menjadi cacat atau mati) bila tidak
mendapatkan pertolongan dengan segera
c. Kesiapsiagaan adalah serangkaian yang dilakukan untuk mengantisipasi
bencana melalui pengorganisasian serta langkah yang tepat guna dan
berdaya guna.
d. Tanggap darurat (Emergency Response) adalah reaksi manajemen pada
tahapawal bencana atau tahap darurat berupa rescue, evakuasi (SAR)
dan Rapid Assessment.
e. Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana
pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian,
luka,sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan
atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat.
f. Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak
buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan
evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar,
perlindungan, pengurusan pengungsian, penyelamatan, serta pemulihan
prasarana dan sarana.
IDENTIFIKASI RISIKO KONDISI DARURAT ATAU BENCANA
PUSKESMAS MAMBURUNGAN
Identifikasi risiko kondisi darurat atau bencana dilakukan dengan melihat
berbagai aspek yang ada disuatu daerah, seperti lokasi, jenis kegiatan, kondisi
geografis, cuaca, alam, aktivitas manusia, dan industry, sumberdaya alam serta
sumber lainnya yang berpotensi menimbulkan bencana. Identifikasi bencana ini
dapat didasarkan pada pengalaman bencana sebelumnya dan prediksi
kemungkinan suatu bencana yang dapat terjadi. Diihat dari letak geografis
Puskesmas Mamburungan yang berada didaerah perbukitan Puskesmas
Mamburungan mempunyai potensi bahaya yang sangat tinggi dan beragam baik
berupa bencana alam, bencana ulah manusia ataupun kedaruratan komplek.
Beberapa potensi tersebut antara lain gempa bumi, banjir, tanah longsor, kebakaran
gedung dan pemukiman, tersengat listrik, dan terkena tumpahan bahan B3.

Jenis-jenis kondisi darurat atau bencana yang mungkin terjadi di Puskesmas


Mamburungan :

a. Gempa Bumi
Kota Tarakan merupakan salah satu daerah yang rawan terhadap
bencana gempa bumi. Bencana yang dapat timbul oleh gempa bumi ialah
berupa kerusakan atau kehancuran bangunan (rumah, sekolah, rumah
sakit, dan bangunan umum lainnya), dan konstruksi prasarana fisik (jalan,
jembatan, bendungan, pelabuhan laut/udara, jaringan listrik dan
telekomunikasi dll), serta bencana sekunder yaitu kebakaran dan korban
akibat timbulnya kepanikan.
b. Banjir
Berdasarkan data kerawanan bencana tahun 2011, Kecamatan Tarakan
Timur rawan akan bencana banjir. Banjir sebagai fenomena alam terkait
dengan ulah manusia terjadi sebagai akibat akumulasi beberapa faktor
yaitu hujan, kondisi sungai, kondisi daerah hulu, kondisi daerah budidaya
dan pasang surut air laut. Yang mungkin terjadi yaitu pasang surut air laut
hal ini disebabkan wilayah Kota Tarakan yang dikelilingi oleh laut.
c. Tanah Longsor
Longsoran merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan,
ataupun pencampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat dari
terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut.
Pemicu dari terjadinya gerakan tanah ini adalah curah hujan yang tinggi
serta kelerengan tebing.
d. Kebakaran Gedung dan Pemukiman
Kebakaran gedung dan pemukiman penduduk sangat marak pada musim
kemarau. Hal ini terkait dengan kecerobohan manusia diantaranya
pembangunan gedung atau rumah yang tidak mengikuti standar
keamanan bangunan serta perilaku manusia. Hubungan arus pendek
listrik, meledaknya kompor serta kobaran api akibat lilin atau lentera untuk
penerangan merupakan sebab umum kejadian kebakaran permukiman
atau gedung.
e. Tumpahan Bahan B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) adalah zat, energi, dan/atau
komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik
secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau
merusak lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain.
f. Tersengat Listrik
Tersengat listrik atau kesetrum adalah suatu kondisi gawat darurat ketika
seseorang mengalami kontak langsung dengan aliran listrik.
ANALISIS KERENTANAN BENCANA PUSKESMAS MAMBURUNGAN

Pertemuan dari faktor-faktor ancaman bencana atau bahaya dan kerentanan


masyarakat, akan dapat memposisikan masyarakat dan daerah yang bersangkutan
pada tingkatan risiko berbeda.

Hubungan antara ancaman bahaya, kerentanan dan kemampuan dapat di tuliskan


dengan persamaan berikut :

Risiko = f (Bahaya x Kerentanan/Kemampuan)

Semakin tinggi ancaman bahaya di suatu daerah, maka semakin tinggi risiko daerah
tersebut terkena bencana. Demikian pula semakin tinggi tingkat kerentanan
masyarakat atau penduduk, maka semakin tinggi pula tingkat risikonya. Tetapi
sebaliknya, semakin tinggi tingkat kemampuan masyarakat, maka semakin kecil
risiko yang dihadapinya.

Dengan mengunakan perhitungan analisis risiko dapat di tentukan tingkat besaran


risiko yang dihadapi oleh daerah yang bersangkutan. Sebagai langkah sederhana
untuk pengkajian risiko adalah pengenalan bahaya atau ancaman di daerah yang
bersangkutan. Semua bahaya atau ancaman tersebut diinventarisasi, kemudian di
perkirakan kemungkinan terjadinya (probabilitasnnya) dengan rincian :

 5 Pasti (hampir dipastikan 80-99%)


 4 kemungkinan besar ( 60-80% terjadi tahun depan, atau sekali dalam 10
tahun mendatang)
 3 Kemungkinan terjadi (40-60% terjadi tahun depan, atau sekali dalam 100
tahun)
 2 Kemungkinan kecil (20-40% dalam 100 tahun)
 1 kemungkinan sangat kecil ( hingga 20%)

Jika probabilitas di atas dilengkapi dengan perkiraan dampaknya apabila bencana


itu memang terjadi dengan pertimbangan faktor dampak antara lain :

 Jumlah korban
 Kerugian harta benda
 Kerusakan prasarana dan sarana
 Cakupan luas wilayah yang terkena bencana
 Dampak social ekonomi yang di timbulkan

Maka, jika dampak inipun diberi bobot sebagai berikut :

 5 sangat parah (80-99% wilayah hancur dan lumpuh total)


 4 parah (60-80% wilayah hancur)
 3 sedang (40-60% wilayah terkena berusak)
 2 ringan (20-40% wilayah yang rusak)
 1 sangat ringan (kurang dari 20% wilayah rusak)

Maka analisis kerentanan bencana yang mungkin terjadi di wilayah Puskesmas


Mamburungan sebagai berikut:

Tabel Analisis Kerentanan Bencana Puskesmas Mamburungan


No Jenis Ancaman Bahaya Probabilitas Dampak
1 Gempa Bumi 4 2
2 Banjir 3 2
3 Tanah Longsor 3 3
4 Kebakaran 3 2
5 Tumpahan B3 1 1
6 Tersengat Listrik 2 1
PENGENDALIAN KONDISI DARURAT DAN BENCANA
PUSKESMAS MAMBURUNGAN

A. Pembentukkan Tim Tanggap Darurat

Pembentukan tim di sepakati oleh semua staf puskesmas mamburungan dan


Kepala Puskesmas mengeluarkan SK tim tanggap darurat. Adapun
pembagian tugas berdasarkan warna helmet yang telah dirinci sebagai
berikut:

a. Helm warna merah bertugas sebagai pemadam api


b. Helm warna biru bertugas mengevakuasi pasien
c. Helm warna putih bertugas mengamankan dokumen dokumen
d. Helm warna kuning bertugas mengamankan alat alat medis

B. Sarana
a. APAR
Alat pemadam api ringan (APAR) adalah peralatan portable (umumnya
berbentuk tabung dan berwarna merah) yang dapat dibawa dan
dioperasikan dengan tangan, berisi bahan pemadam bertekanan yang
dapat disemprotkan dengan tujuan memadamkan api.
b. Ketersediaan APAR
Jumlah APAR di Puskesmas Mamburungan ada 7 buah tersebar di tiap
lantai yang terdiri dari :
 Lantai I terdiri dari 2 buah
 Lantai II terdiri dari 2 buah
 Lantai III terdiri dari 3 buah

C. Prosedur Keadaan Darurat


a. Prosedur Evakuasi Gempa bumi
 Evakuasi dilakukan mengikuti jalur evakuasi yang telah ditentukan.
Penanggungjawab lantai memberikan aba-aba kepada rekan yang
lain untuk memimpin proses evakuasi.
 Barang berharga dan alat komunikasi jika memungkinkan dibawa
pada saat gempa dengan catatan tidak menghambat proses
evakuasi.
 Evakuasi dilakukan dengan tertib dan tidak saling dorong
mendorong. Wanita yang menggunakan sepatu hak tinggi diminta
untuk dilepas guna menghindari kesulitan pada saat evakuasi.
 Penanggungjawab lantai membawa rekan-rekan ke area evakuasi
(berkumpul) untuk dilakukan absensi dan memberikan tindakan
P3K jika ada korban.
 Jika tidak memungkinkan untuk evakuasi, berlindung dibawah
peralatan furnitur yang cukup kuat dan tidak terbuat dari kaca.
Pegang kaki furnitur tersebut selama terjadinya gempa.
 Jika tidak ada furnitur, dapat berlindung pada pondasi bangunan
yang kuat dan tahan terhadap gempa. Jangan lupa untuk
melindungi kepala dan memperhatikan benda-benda yang
berjatuhan.
 Apabila gempa sudah selesai, dapat keluar menuju area evakuasi
(berkumpul). Jika terjebak didalam runtuhan bangunan, maka
cobalah untuk tetap tenang dan jika memungkinkan menghubungi
rekan lain menggunakan alat komunikasi yang dibawa.

b. Prosedur Evakuasi Kebakaran


 Bila terjadi kebakaran, tim evakuasi tanggap darurat membunyikan
alarm tanda bahaya
 Seluruh manusia dalam lokasi diinstruksikan untuk evakuasi
 Melakukan pemadaman dengan menggunakan APAR yang sesuai
dengan jenis kebakaran. Jangan panik dan tetap tenang bila api
sulit dipadamkan.
 Informasikan kepada tim penanganan keadaan darurat agar
menghubungi pemadam kebakaran
 Menutup atau menghalangi sebaran api dan melindungi jalur
evakuasi
 Matikan aliran listrik bila memungkinkan, ambil tindakan
penyelamatan jiwa. Petugas pemandu evakuasi membimbing ke
assembly point dan melaporkan siapapun yang telah terselamatkan
c. Prosedur Evakuasi Banjir
Bila terjadi bencana alam banjir yang datang secara perlahan-lahan,
semua staf harus mengamankan lingkungan sekitarnya dari kemungkinan
bahaya banjir yang lebih besar, yang dapat terjadi, disamping harus
memperhatikan keselamatan dirinya, misalnya :
 Menyingkirkan benda-benda, sampah atau apapun yang dapat
menghambat atau menyumbat jalannya air.
 Mematikan arus listrik dari kabel atau alat yang mungkin dapat
terendam air.
 Memindahkan file atau dokumen dengan jarak 30cm atau lebih
tinggi dari lantai sebelum meninggalkan ruangan.
 Bila hal tersebut tidak biasa ditangani sendiri, minta bantuan orang
lain atau yang berwenang.Untuk menunggu keadaan selanjutnya,
Kepala Bagian harus memonitor dan melakukan tindakan-tindakan
pencegahan lainnya dilapangan dengan meminta bantuan kepada
bawahannya.
 Bila keadaan bertambah buruk dan menjurus kepada keadaan
darurat maka lakukan tindakan pencegahan dan penanggulangan
keadaan darurat yang sesuai.
 Ketua Tim Tanggap Darurat bertanggung jawab membuat laporan
terjadinya banjir termasuk kerusakan bila ada kepada pihak-pihak
yang terkait.

d. Prosedur jika tersengat listrik


 Berikan pertolongan pertama pada orang yang terkena sengatan
listrik dengan cara memindahkan menggunakan alat yang tidak
menghantarkan listrik. Segera putuskan aliran listrik.
 Jika mengalami luka bakar akibat sengatan listrik, guyur dengan air
dingin yang mengalir atau rendam dalam wadah yang berisi air
dingin.
 Jangan mengolesi luka dengan krim, pasta gigi, minyak tanah atau
bahan lain yang bukan obat.
 Jangan membersihkan luka dengan bahan/kain yang tidak steril.
 Jangan menutup luka dengan kapas dan jangan memecah luka
bakar.
 Segera membawa korban ke IGD untuk mendapat pertolongan
selanjutnya.

e. Prosedur bila terjadi tumpahan B3


 Kenali jenis limbah yang dan segera hubungi petugas pengelola
limbah B3.
 Jika tumpahan, ceceran atau kebocoran terjadi dari mesin yang
beroperasi (misalnya genset), matikan terlebih dahulu mesin
tersebut, segera lokalisir area tumpahan, ceceran atau kebocoran
dengan menggunakan absorbent, pasir atau bubuk gergaji, biarkan
beberapa saat agar menyerap.
 Setelah terserap buang absorbent, pasir atau bubuk gergaji ke
kemasan atau wadah yang berlabel “BARANG TERKONTAMINASI
B3”.
 Tutup akses aliran tumpahan apabila menuju ke tanah terbuka atau
badan air di sekitar lokasi.
 Catat kejadian sebagai bahan evaluasi.
D. Jalur Evakuasi dan Titik Kumpul
Jalur evakuasi gedung puskesmas mamburungan menggunakan tangga
selasar yang berada di tengah gedung. Setiap ruangan pada tiap-tiap lantai
menuju pada tangga selasar sesuai dengan penanda yang telah di pasang.
Titik kumpul berada pada halaman depan Puskesmas Mamburungan

Jalur evakuasi Puskesmas Mamburungan

Titik Kumpul (Muster Point) Puskesmas Mamburungan


KESIMPULAN

Kesiapsiagaan menghadapi kondisi darurat atau bencana adalah suatu


rangkaian kegiatan yang dirancang untuk meminimalkan dampak kerugian atau
kerusakan yang mungkin terjadi akibat keadaan darurat baik internal maupun
eksternal oleh karena kegagalan teknologi, ulah manusia,atau bencana yang dapat
terjadi setiap saat di fasilitas pelayanan kesehatan. Kesiapsiagaan tanggap darurat
di puskesmas mamburungan merupakan salah satu upaya pengembangan program
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di fasilitas pelayanan kesehatan. Dalam
implementasi manajemen kesiapsiagaan tanggap darurat secara berkesinambungan
maka diperlukan sekali tahapan perencanaan, pengorganisasian termasuk pengisian
staff, koordinasi, pelaksanaan dan pengendalian. Selain itu untuk terselenggaranya
kegiatan ini maka diperlukan juga dukungan semua pihak yang terlibat dalam upaya
pengembangan kegiatan K3 di fasilitas pelayanan Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai