A. Latar belakang
B. Tujuan
C. Ruang Lingkup
a. Identifikasi risiko kondisi darurat atau bencana
b. Analisis risiko kerentanan bencana
c. Pengendalian kondisi darurat atau bencana
D. Dasar Hukum
Dasar hukum penyusunan Emergency Response Plan ini adalah
a. Peraturan Menteri Kesehatan No.52 Tahun 2018 Tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
b. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana No.4 Tahun
2008 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan
Bencana.
c. Keputusan Menteri Kesejatan Republik Indonesia
No.1653/MENKES/SK/XII/2005 Tentang Pedoman Penanganan Bencana
Bidang Kesehatan.
E. Definisi Operasional
a. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan,
baik oleh faktor alam dan atau faktor nonalam maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
b. Gawat darurat adalah suatu keadaan dimana seseorang secara tiba-tiba
dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam anggota
badannya dan jiwanya (akan menjadi cacat atau mati) bila tidak
mendapatkan pertolongan dengan segera
c. Kesiapsiagaan adalah serangkaian yang dilakukan untuk mengantisipasi
bencana melalui pengorganisasian serta langkah yang tepat guna dan
berdaya guna.
d. Tanggap darurat (Emergency Response) adalah reaksi manajemen pada
tahapawal bencana atau tahap darurat berupa rescue, evakuasi (SAR)
dan Rapid Assessment.
e. Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana
pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian,
luka,sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan
atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat.
f. Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak
buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan
evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar,
perlindungan, pengurusan pengungsian, penyelamatan, serta pemulihan
prasarana dan sarana.
IDENTIFIKASI RISIKO KONDISI DARURAT ATAU BENCANA
PUSKESMAS MAMBURUNGAN
Identifikasi risiko kondisi darurat atau bencana dilakukan dengan melihat
berbagai aspek yang ada disuatu daerah, seperti lokasi, jenis kegiatan, kondisi
geografis, cuaca, alam, aktivitas manusia, dan industry, sumberdaya alam serta
sumber lainnya yang berpotensi menimbulkan bencana. Identifikasi bencana ini
dapat didasarkan pada pengalaman bencana sebelumnya dan prediksi
kemungkinan suatu bencana yang dapat terjadi. Diihat dari letak geografis
Puskesmas Mamburungan yang berada didaerah perbukitan Puskesmas
Mamburungan mempunyai potensi bahaya yang sangat tinggi dan beragam baik
berupa bencana alam, bencana ulah manusia ataupun kedaruratan komplek.
Beberapa potensi tersebut antara lain gempa bumi, banjir, tanah longsor, kebakaran
gedung dan pemukiman, tersengat listrik, dan terkena tumpahan bahan B3.
a. Gempa Bumi
Kota Tarakan merupakan salah satu daerah yang rawan terhadap
bencana gempa bumi. Bencana yang dapat timbul oleh gempa bumi ialah
berupa kerusakan atau kehancuran bangunan (rumah, sekolah, rumah
sakit, dan bangunan umum lainnya), dan konstruksi prasarana fisik (jalan,
jembatan, bendungan, pelabuhan laut/udara, jaringan listrik dan
telekomunikasi dll), serta bencana sekunder yaitu kebakaran dan korban
akibat timbulnya kepanikan.
b. Banjir
Berdasarkan data kerawanan bencana tahun 2011, Kecamatan Tarakan
Timur rawan akan bencana banjir. Banjir sebagai fenomena alam terkait
dengan ulah manusia terjadi sebagai akibat akumulasi beberapa faktor
yaitu hujan, kondisi sungai, kondisi daerah hulu, kondisi daerah budidaya
dan pasang surut air laut. Yang mungkin terjadi yaitu pasang surut air laut
hal ini disebabkan wilayah Kota Tarakan yang dikelilingi oleh laut.
c. Tanah Longsor
Longsoran merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan,
ataupun pencampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat dari
terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut.
Pemicu dari terjadinya gerakan tanah ini adalah curah hujan yang tinggi
serta kelerengan tebing.
d. Kebakaran Gedung dan Pemukiman
Kebakaran gedung dan pemukiman penduduk sangat marak pada musim
kemarau. Hal ini terkait dengan kecerobohan manusia diantaranya
pembangunan gedung atau rumah yang tidak mengikuti standar
keamanan bangunan serta perilaku manusia. Hubungan arus pendek
listrik, meledaknya kompor serta kobaran api akibat lilin atau lentera untuk
penerangan merupakan sebab umum kejadian kebakaran permukiman
atau gedung.
e. Tumpahan Bahan B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) adalah zat, energi, dan/atau
komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik
secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau
merusak lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain.
f. Tersengat Listrik
Tersengat listrik atau kesetrum adalah suatu kondisi gawat darurat ketika
seseorang mengalami kontak langsung dengan aliran listrik.
ANALISIS KERENTANAN BENCANA PUSKESMAS MAMBURUNGAN
Semakin tinggi ancaman bahaya di suatu daerah, maka semakin tinggi risiko daerah
tersebut terkena bencana. Demikian pula semakin tinggi tingkat kerentanan
masyarakat atau penduduk, maka semakin tinggi pula tingkat risikonya. Tetapi
sebaliknya, semakin tinggi tingkat kemampuan masyarakat, maka semakin kecil
risiko yang dihadapinya.
Jumlah korban
Kerugian harta benda
Kerusakan prasarana dan sarana
Cakupan luas wilayah yang terkena bencana
Dampak social ekonomi yang di timbulkan
B. Sarana
a. APAR
Alat pemadam api ringan (APAR) adalah peralatan portable (umumnya
berbentuk tabung dan berwarna merah) yang dapat dibawa dan
dioperasikan dengan tangan, berisi bahan pemadam bertekanan yang
dapat disemprotkan dengan tujuan memadamkan api.
b. Ketersediaan APAR
Jumlah APAR di Puskesmas Mamburungan ada 7 buah tersebar di tiap
lantai yang terdiri dari :
Lantai I terdiri dari 2 buah
Lantai II terdiri dari 2 buah
Lantai III terdiri dari 3 buah