Anda di halaman 1dari 9

Makanan dan minuman bergizi,dan b.

Menjaga kesusilaan dan keamanan selama di tempat


kerja (pasal 76, ayat (3)). Pengusaha wajib menyediakan angkutan antar jemput bagi tenaga
kerja wanita bekerja antara puku 23.00 sampai dengan pukul 7.00 (pasal 76,ayat (4)).
Pengusaha yang memperkerjakan tenaga kerja wanita melebihi waktu kerja harus memenuhi
syarat: a. Ada persetujuan tenaga kerja yang bersangkutan, dan b. Waktu kerja lembur hanya
dapat di lakukan paling banyak 3 (tiga) jam dalam 1 (satu) hari dan 14 jam dalam 1 (satu)
minggu (pasal 78, ayat (1)).

Aspek kesehatan yang penting dan erat kaitannya dengan produktivitas kerja ialah
sering di temukannya anemia gizi pada tenaga kerja wanita perkebunan dapat mencapai lebih
dari 80% populasi tenaga kerja wanita. Selain kekurangan zat besi dalam menu makanan,
infestasi parasit yaitu cacing merpakan faktor penyebab dari anemia di maksud.

Terhadap kemungkinan kecelakaan kerja, pekerja wanita harus berhati hati terutama
mengenai pakaian, perhiasan dan rambut. Pada pekerja yang menhadapi risiko terjadinya
kecelakaan, di anjurkan dipakai celana panjang dan baju yang pas, baju berlengan pendek dan
tanpa perhiasan. Rambut sama sekali tidak boleh terurai yang memungkinkan ditarik putaran
atau gerakan mesin dengan akibat copotnya kulit kepala. Penggunaan tutup kepala atau ikat
rambut merupakan tindakan pencegahan yang cukup efektif.Sehubungan dengan pencegahan
keceakaan kerja pria dan wanita; kedua jenis kelamin wajib melaksanakan semua ketentuan
yang berlaku dalam keselamatan dan kesehatan kerja, hygiene industri serta ergonomi untuk
tetap selamat, sehat, produktif dan sejaterah.

BAB 30

STATISTIK DAN RISET DALAM HIGIENE PERUSAHAAN DAN KESEHATAN


KERJA

A. STATISTIK
Evaluasi baik-buruknya, berhasil tidaknya, dan pada tingkat apa upaya hygiene
perusahaan dan kesehatan kerja berada pada akhirnya dilakukan dengan melihat data
tentang kesehatan dan penyakit, dalam hubungan ini sangat penting angka sakit,
angka kecelakaan, angka absenteisme, dan data yang disebut dengan hasil upaya
kesehatan positif-konstruktif. Angka sakit meliputi jumlah sakit pekerja seharinya dan
jenis penyakit yang diderita oeh pekerja. Biasanya angka sakit biasanya 1-5% dari
jumah pekerja/buruh seharinya, bahkan kadang-kadang melonjok sampai 8-11% pada
perusahaan yang usahannya sedang maju pemasaran produknya sanggat baik,
kesejahteraan pekerja terjamin, dan hubungan industrianya sejuk angka tidak masuk
kerja oleh karena sakit dapat berada jauh di bawah 1 dan mendekati 0%. Dari angka
1-5% lebih-lebih 8-11% dapat dibyangkan, betapa besar jam kerja dan produktivitas
kerja yang hilang oleh karena sakit. Ditinjau dari penyebaran jenis penyakit ternyata
terdapat persentasi (dari keseluruhan penyakit) sebagai berikut
1. Penyakit kronis alat pernafasan 3-5%;
2. Flu dan penyakit akut alat pernafasan 30-50%;
3. Penyakit gastrointestinal 10-20%;
4. Kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja terutama dermatosis akibat kerja 5%;
5. Penyakit lainnya 15-30%.

Bila persentasi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, yaitu 5%, dirinci menurut jenis
penyakitnya, maka akan jelas terlihat penyakit yang khas menurutb sektor usaha dan jenis
perusahaan. Untuk industri kimia, presentasi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
terutama dikarenakan oleh penyebab faktor kimiaw; untuk sektor pertanian, perkebunan dan
kehutanann, kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang khusus adalah cermin dari
pekerjaan dan lingkungan kerja sub-sektor yang bersangkutan, dan fakta demikian tampak
pula pada sektor usaha lainnya. Kematian pada golongan pekerja biasanya rendah
dibandingkan dengan angka kematian untuk penduduk pada umumnya, sebab pekerja
biasanya berada pada usia kerja. Angka absenteisme sangat penting sebagai salah satu
indikator derajat kesehatan dan tingkat produktivitas kerja pada sektor dan perusahaan yang
bersangkutan. Walaupun angka nasional tentang absenteisme sukar atau tidak mungkin
didapat, tapi umumnya angka absenteisme cukup tinggi dengan berbagai penyebab. Waktu
kerja yang hilang oleh karena tidak masuk kerja mungkin berkisar di antara 3-10%.
Sesungguhnya sebab dari absenteisme adalah banyak, yaitu faktor kesehatan, masalah sosial,
ekonomi dan budaya. Maka dari itu terhadap angka absenteisme perlu analisis yang
mendalam, lebih-lebih bila disadari bahwa kadang-kadang penyakit hanya alasan sebagai
untuk menggantikanpenyebab lain. Adapun data kesehatan konstruktif ialah data yang
dihasilkan sebagai evaluasi derajat kesehatan tenaga kerja untuk maksud kegiatan promotif
meningkatkan kesehatan kepada tingkat yang lebih baik. Pemeriksaan kesehatan berkala yang
digunakan sebagai landasan untuk memonitor derajat kesehatan para pekerja termasuk
kepada upaya kesehatan konstruktif. Demikian pula pemeriksaan kesehatan sebelum kerja
yang merupakan basis untuk upaya memperbaiki keadaan kesehatan termasuk pula pada
upaya kesehatan konstruktif. Baik hasil pemeriksaan sebelum kerja, maupun hasil
pemeriksaan berkala selalu membuka kemungkinan untuk melakukan koreksi kepada
program kesehatan yang sedang berjalan dengan tujuan memberantas gangguan kesehatan
yang tengah dihadapi dan menyusun rencana pencegahan selanjutnya. Agar pengusaha
memaklumi betapa besar hilang waktu kerja dan tentunya produtivitas kerja, statistik
hilangnya waktu kerja dapat disajikan sebagai kerugian yang dinyatakan dengan besarnya
uang hilang yang perhitungannya berdasarkan upah tenaga kerja.

Sebagaimana statistik pada umunya, maka statistik higiene perusahaan dan kesehatan
kerja juga harus memakai sistem pelaporan, data harus dikumpul dan dianalisi. Perusahaan
biasanya melaporkan penyakit yang diusun oleh klinik di perusahaan kepada dinas kesehatan
dan kantor dinas tenaga kerja setempat, sedangkan untuk penyakit akibat kerja dilaporkan
menurut mekanisme penyelenggaraan jaminan sosial tenaga kerja khususnya jaminan
kecelakaan kerja termasuk penyakit akibat kerja. Seperti halnya kecelakaan kerja penyakit
akibat kerja wajib dilaporkan dalam jangka waktu 2 (dua) kali 24 jam sejak dibuat
diagnosisnya. Demikian pula penyakit tersebut wajib dilaporkan sesudah dinyatakan sembuh.

B. RISET DALAM HIGIENE PERUSAHAAN DAN KESEHATAN KERJA

Seperti halnya untuk lapangan lainnya, riset dalam higiene perusahaan dan kesehatan
kerja mutlak perlu. Riset selain untuk mengembangkan praktek higiene perusahaan
dan kesehatan kerja ke arah yang lebih berdaya dan berhasil guna. Kenyataan ini
dipahami dan riset banyak dilakukan oleh institusi khusus seperti lembaga yang diberi
tugas untuk melakukan pembinaan higiene perusahaan dan kesehatan kerja, oleh
perguruan tinggi dalam pendidikan tinggi akademis strata dua kesehatan kerja dan
kedokteran kerja serta pendidikan tinggi profesi strata dua kedokteran okupasi; dan
oleh perusahaan sendiri yang ingin mendapat jawaban ilmiah tentang berbagai fakta
tentang higiene industri, kesehatan kerja, ergonomi, dan keselamatan kerja.

Riset dalam higiene perusahaan dan kesehatan kerja meliputi banyak aspek
dan luas sekali cakupannya. Riset tersebut dapat dilaksanakan untuk memperbaiki
metoda diagnosis khususnya dalam hal diagnosis dini dan terapi penyakit akibat kerja,
juga dilakukan sebagai survei epidemiologis terhadap penyakit akibat kerja untuk
mendalami penyebab dan faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya dan keparahan
penyakit, juga untuk lebih memahami faal kerja manusia tropis yang bekerja dalam
lingkungan panas dan lembab, untuk mempunyai data yang lebih akurat tentang ilmu
jiwa kerja misalnya dalam rangka upaya menggerakan dinamika kelompok, untuk
menguji ketepatan penerapan nilai ambang batas berdasarkan data penelitian
toksikologi industri, untuk memajukan teknologi higiene industri dan kemampuan
membuat desain rekayasa teknis. Pendekatan lapangan higiene perusahaan dan
kesehatan kerja merupakan lapangan yang terbuka luas bagi dilakukannya riset
terpakai (applied research) maupun dasar (basic research).

Banyak di antara penyakit akibat kerja yang masih teka-teki. Teka-teki dalam
soal etiologi misalnya tabakosis atau kangker akibat kerja oleh karena menghirup
debu kayu atau hubungan antara asbestosis dan kangker paru; teka-teki dalam
diaknosis misalanya flu burung apakah penyakit akibat kerja atau bukan; teka-teki
dalam terapi misalnya terapi terbaik bagi penyakit paruh kronis obstruktif. Juga
terdapat penyakit akibat kerja yang diragukan, apakah itu penyakit atau bukan,
misalanya keracunan CO cronis, keracunan dihidroquinon kronis, dan lain-lain. Tidak
jarang pula penyakit akibat kerja baru ditemukan sesudah melakukan suatu riset atau
survei misalnya pneumonitis oleh uap logam aliage beli. Survei-survei epidemiologi
dimaksutkan untuk evaluasi besarnya persoalan suatu penyakit akibat kerja pada suatu
kelompok tenaga kerja. Dalam hubungan ini, telah banyak survei dan riset yang
dilakukan oleh berbagai pihak dan kemajuannya dapat disaksikan dari makalah yang
disajikan pada temu imiah. fisiologi kerja (work physiology) merupakan lapangan
khusus yang riset harus lebih banyak dilakukan sebagai langkah awal maju kedepan
dalam langkah implementasi rekayasa paktor manusia (human engineering). Salah
satu aspek yang sangat perlu perhatian dalam fall kerja ialah berat beban maksimum
yang diperkenankan dan beban optimum (maximum permissible and optimum
weights) serta faktor penyebab dan upaya efektif pencegahan kelelahan kerja. Dalam
ilmu juwa kerja harus digarap secara ilmiah faktor dominan dan upaya promotif untuk
penerapannya dalam sistem hubungan industrial yang berasaskan kebersamaan.
Toksikologi industry adalah lapangan luas terbuka untuk riset, terutama segi-segi
yang menyangkut bahan kimia yang terdapat didarat dan dilaut Negara kita. Mengenai
bahan kimia yang telah pernah diapakai diluar negri biasannya data toksikologinnya
telah ada dan lengkap, sehingga kita hanya tinggal memperoleh dan menggunakan
infomasi untuk menggunakannya dalam praktek hygiene perusahaan memerlukan
aneka aktifitas riset untuk mendapatkan yang lebih baik cara identifikansi,
pengukuran, analisis, evaluasi dan koreksi kepada faktor fisis, kimiawi dan biologis.

Penelitian dalam higiene perusahaan dan kesehatan kerja yang perlu dijadikan
prioritas adalah;

1. Pendekatan efektif problematic secara sektoral terutama pertanian (meliputi


perkebunan,kehutanan), pertambangan dan industri serta evaluasi mengenai hasilnya;
2. Reset terpakai yang mengevaluasi kesuaian standar terutama NAB faktor kimiawi dan
faktor fisis.
3. Penelitian untuk meningkatkan laporan penyakit akibat kerja sehingga dapat diperoleh
data statistik oprasional yang memadai.
4. Penelitian terhadap penyakit akibat kerja yang prevalensinya paling tinggi dan upaya
pencegahannya.
5. Penelitian karakteristika faktor manusiawi dalam pekerjaannya dalam meliputi
kemampuan kerja optimal sehubungan dengan zona kenyamanan kerja, nilai ambang
batas faal manusia serta reaksi fisikologis dan psikologis terhadap berbagai variable
yang terdapat dalam pekerjaan.
6. Penelitian kesehatan dan penyakit dari penerapan suatu cara kerja dan cara
pencegahan memasukkan kelainan yang disebabkan oleh cara kerja yang tidak
ergonomis tersebut kedalam rincian jenis akibat penyakit.
7. Peneitian antropometris setiap 20 tahun sekali untuk menilai perubahan ukuran tubuh
orang Indonesia data antropometri yang ada adalah dari pertengahan tahun seribu
Sembilan ratus delapan puluhan.
8. Penelitian tentang efek saraf dan efek prilaku, karsino gensinitas dan gangguan pada
sistem reproduksi dari faktor kimawi fisis dan lainnya.
BAB 31
TENAGA HIGIENE PERUSAHAAN DAN KESEHATAN KERJA DI
PERUSAHAAN

A. DOKTER PERUSAHAAN

Dokter perusahaan adalah setiap dokter yang ditunjuk atau bekerja diperusahaan memimpin
dan menjalankan pelayanan kesehatan bagi tenaga kesehatan yang bersangkutan. perusahaaan
adalah tempat berhadapannya, atau kadang-kadang pertentangannya kepentingan dua pihak,
yaitu pengusaha dan pekerja. Adannya perbedaan kepentingan terutama berlaku pada
perusahaan swasta, yang pekerja dan serikat pekerjaannya gigih memperjuangkan kesejatraan
pekerja termaksut jaminan kesehatan bagi pekerja, sedangkan pengusaha menjalankan
usahannya guna memperoleh profit aygn memadai atau bila mungkin keuntungan sebanyak-
banyaknya. Antara pekerja dan keuntungan yang menjadi tujuan dunia usaha terhadap
peluang untuk timbul konflik berkepanjangan yang tidadk mudah diselesaikan. Dokter yang
praktek melayani kesehatan pekerja berada dilingkungan seperti itu dan tidak ada alternative
lain baginya untuk menghadapi kenyataan seperti itu. Kepada siapakah ia harus memihak
jawab tegas: tidak kepada siapa-siapa dokter memihak dokter perusahaan bekerja sebagai
dokter yang mematuhi sumpah dokternya dan menjalankan prakteknya dengan objektif
sejujur-jujurnya ia memberikan surat istirahat sakit bukan karena keberpihakan kepada
pekerja, melainkan karna dasar ilmu kedokterannya yang menyebabkan ia mengambil
keputusan bahwa pekerja yang bersangkutan adalah sakit dan istrahat diperlukan untuk
menyembuhkan sakitnya. Dokter perusahaan menyatakan bahwa seorang pekerja adalah
cacat atau sakit hingga tidak mampu bekerja lagi bukan karena adannya desakan pengusaha,
melainkan karnah keadaan penderita benar-benar demikian adannya. Bila seorang dokter
perusahaan bertindak sebagai dokter sesuai dengan profesi dan profesionalitasnya, ia tidak
akan menemui kesulitan. Sebaliknya apabila ia memihak, ia akan mendapatkan kesukaran
yang merugikan dokter itu sendiri dan juga pihak lainnya.

Bahwa adannya dan berperannya dokter di perusahaan sanggat bermanfaat bagi


pengusaha, pekerja dan keluargannya serta bagi perusahaan tidak menjadi soal lagi. Hal itu
adalah pasti. Yang lebih penting untuk dijawab ialah pertannya, apakah manfaatnya ada
dokter untuk perusahaan secara keseluruhan. Jawabnya sebagai berikut: dokter dalam
perusahaan membantu perusahaan dalam seleksi pekerja untuk pekerjaan yang kesehatannya
sepenuhnya sesuai dengan kriteria persyaratan; kesehatan memelihara dan meningkatkan
kondisi kesehatan pekerja dan juga jajaran manajemen perusahaan; selain membantu
melakukan penempatan yang tepat dari seorang pekerja sesuai dengan kesehatan jasmani dan
rohaninya; lebih penting lagi dokter perusahaan mengikuti dan menilai kondisi kesehatan
pekerja serta menyarankan tindakan korektif dan preventif, agar setiap orang di perusahaan
dapat menyesuaikan kondisi kesehatannya terhadap tuntutan pekerjaan dan lingkungan kerja,
sehingga pekerja menikmati hidup sehat dan produktif optimal; dengan melaksanakan
pertolongan pertama (first aid), pengobatan dan perawatan terhadap penyakit yang sifatnya
mendadak (akut) dapat dicegah berkembangnya penyakit ke arah yang lebih parah dan juga
dihindari terjadinya kecacatan; berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya mengenai
ekologi medis, dokter membantu memperbaiki kesehatan lingkungan di tempat kerja dan juga
dalam lingkungan perusahaan,; menjalin kerja sama dengan dokter-dokter luar, serta dapat
berperan melindungi konsumen melalui pegetahuan tentang toksikologi industri. Dengan
terwujudnya kemanfaatan adanya dokter pada suatu perusahaan, maka diharapkan program
kesehatan pekerja dapat terlaksana dengan baik, sehingga angka kematian, kecacatan dan
penyakit menurun; efisiensi kerja dapat diperbaiki, produktivitas kerja menjadi lebih baik,
semakin kodusifnya moral keja, berkurangnya absenteisme karena sakit, menurunnya biaya
pengobatan, bertanbah baiknya penempatan para pekerja sesuai dengan kecocokan jasmani
dan emosi, serta bertambah baiknya hubungan kerja dan industrial. Dengan peran dokter
perusahaan seperti itu, maka upaya kesehatan perusahaan mendukung upaya perusahaan
untuk mengokohkan daya hidup dan daya guna perusahaan serta meningkatkan kemampuan
kompetetifnya.

Dokter perusahaan berlainan betul dari dokter yang praktek umum, yang hanya
memeriksa yang sakit dan mengobatinya. Dokter perusahaan juga menjalankan upaya
kedokteran kuratif sebagaimana lazimnya praktek dokter, tetapi lebih menonjol lagi tuntutan
kepada dokter perusahaan untuk melakukan pencegahan terhadap penyakit pada umumnya,
penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja; di pundak dokter perusahaan terletak tugas
menjalankan upaya kedokteran konstruktif sebagaimana tercermin dalam tujuan pemeriksaan
kesehatan sebelum kerja dan berkala atau juga pemeriksaan kesehatan lainnya; serta juga
dokter perusahaan yang kepadanya dipercayakan untuk menjalankan upaya preventif dan
promotif untuk masyarakat yang membentuk satu kesatuan yaitu perusahaan. Upaya
kesehatan promotif dan preventif bagi dunia industri merupakan kekaryaan profesi
kedokteran dan kesehatan yang luas terbuka dan banyak sekali aspeknya. Pendekatan kreatif-
inovatif sangat diharapkan dari dokter perusahaan. Untuk menjalankan profesinya dan hal ini
berbeda pula dari dokter umum, dokter perusahaan wajib mengetahui proses produksi dan
seluruh unit operasinya serta spesifikasi keja setiap pekerja pada perusahaan yang
bersangkutan, jenis mesin dan peralatan serta perkakas yang dipakai dalam proses produksi,
dan bahan yang digunakan serta diproduksi dalam perusahaan. Hanya dengan pengetahuan
yang cukup tentang hal-hal itu, dokter perusahaan dapat bekerja dengan sebaik-baiknya.
Dokter perusahaan harus pula mempunyai perhatian tentang perkembangan perusahaan,
bahkan ia harus memberikan pendapat kepada pimpinan pefrusahaan tentang prospek
kesehatan yang berkaitan dengan arah pengembangan perusahaan.

Dalam rangka menuju sasaran yaitu kesehatan dan produktivitas kerja yang optimal,
misi dari dokter perusahaan adalah sebagai berikut:

1. Melindungi tenaga kerja terhadap faktor bahaya kepada kesehatan dan efek buruk
kepada efisiensi dan produktivitas kerja yang mungkin timbul dari pekerjaan atau
kondisi tempat di lingkungan pekerjaan;
2. Membantu ke arah penyesuaian fisik dan mental tenaga kerja, khususnya penyesuaian
pekerjaan kepada tenaga kerja dan penempatan tenaga kerja yang cocok dengan
pekerjaannya, sehingga terwujud tenaga kerja yang optimal sehat dan produktif;
3. Membantu tercapainya dan terpeliharanya derajat kesehatan fisik dan mental serta
efisiensi dan produktivitas tenaga kerja yang optimal.

Atas dasar misi dimaksud, ruang lingkup tugas pokok dokter perusahaan meliputi:

1. Pelaksanaan upaya kuratif, yang menjamin keadaan penyakit umum berada pada
tingkat yang menjamin kelangsungan dan kelancaran proses produksi yang didukung
oleh derajat kesehatan tenaga kerja dan tingkat produktivitas kerja yang dijadikan
sasaran pencapaian upaya;
2. Pencegahan yang ditujukan kepada penyakit pada umumnya melalui berbagai upaya
seperti imunisasi dan vaksinasi, pendidikan kesehatan, upaya gizi kerja, penerapan
cara kerja yang kondusif untuk kesehatan dan lain-lain;
3. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, periodik, khusus, dan lainnya termasuk, bila
perlu, pemeriksaan laboratoris dan radiologis serta monitoring biologis. Pemeriksaan
kesehatan tersebut harus menjamin pengamatan khusus pada golongan atau
kelompok tenaga kerja tertentu seperti tenaga kerja wanita, orang muda atau anak-
anak (bial ada) dan tenaga kerja penyandang cacat. Maksud pemeriksaan kesehatan
ditujukan untuk memperoleh keserasian yang paling tepat antara tenaga kerja dan
pekerjaannya;
4. Penyampaian nasehat kepada pimpinan perusahaan dan pekerja pada penempatan atau
penempatan kembali pekerja sesuai dengan prinsip ‘tenaga kerja yang paling sehat
untuk pekerjaan yang paling sehat’ yang menjamin terlaksananya produtivitas kerja
optimal dan terwujudnya kualitas produk sebagaimana direncanakan;
5. Pengamatan terhadap proses penyesuaian tenaga kerja terhadap pekerjaannya,
khususnya pada tenaga kerja penyandang cacat, sesuai dengan kemmpuan fisiknya,
ikut seta dalam rehabilitasi dan latihan kembali tenaga kerja demikian serta
memberikan nasehat yang diperlukan, agar tenaga kerja dengan kecacatan berada
dalam kondisi sehat dan bekerja produktif optimal;
6. Penyampaian pandangan dan ikut serta dalam penyelenggaraan analisis jabatan
dengan melihatnya dari aspek higiene, kondisi fisik lingkungan kerja, faal
kerja/ergonomi, dan faktor mental-psikologis, yang memungkinkan tenaga kerja sehat
dan produktif dalam pekerjaannya;
7. Identifikasi semua faktor dalam perusahaan yang mungkin mempengaruhi kesehatan
dan produktivitas kerja tenaga kerja dan penyampaian nasehat yang bersangkutan
dengan hal tersebut kepada pimpinan perusahaan;
8. Ikut serta dengan bagian atau badan lain di perusahaan dalam merealisasikan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3), dalam mencegah kecelakaan
kerja, penyakit akibat kerja serta gangguan efisiensi dan produktivitas kerja, serta
dalam melakukan pengawasan alat perlindungan diri dan penggunaannya, serta
memberikan nasehat kepada pimpinan perusahaan dan juga tenaga kerja dalam hal-hal
tersebut;
9. Penyampaian nasehat kepada pekerja secara perorangan atau kelompok atas
permintaan atau inisiatif sendiri mengenai informasi tentang penyakit atau gangguan
kesehatan serta efeknya terhadap produktivitas kerja yang mungkin terjadi atau
bertambah buruk dalam mengerjakan pekerjaan;
10. Penyelenggaraan latihan pertolongan pertama kepada tenaga kerja, cara pengawasan
dan pemeliharaan peralatan dan perlengkapan pertolongan pertama bekerja sama
dengan bagian lain dari perusahaan;
11. Penyampaian nasihat tentang fasilitas yang dimaksudkan untuk kesejahteraan tenaga
kerja seperti dapur, kantin, perumahan perusahaan atau tempat tinggal tenaga kerja,
dan tentang pemberian makanan bagi tenaga kerja;
12. Penyelenggaraan program perbaikan gizi tenaga kerja melalui pendidikan serta
pembinaan tentang gizi kepada pimpinan perusahaan dan tenaga kerja;
13. Ikut serta dan menyampaikan pandangan dalam kegiatan keluarga berencana,
rekreasi, pelaksanaan higiene mental, dan lain-lain di perusahaan;
14. Pengumpulan dan analisis serta penyampaian laporan secara periodik statistik tentang
pelaksanaan dan hasil yang dicapai dari program kesehatan perusahaan;
15. Penelitian dalam berbagai aspek higiene perusahaan, kesehatan kerja, faal kerja dan
ergonomik sesuai dengan kebutuhan perusahaan atau bekerja sama dalam riset dengan
badan-badan lain.

Luas cakupan tugas pokok dokter perusahaan tergantung kepada sejauh mana
program kesehatan akan diselenggarakan oleh perusahaan. Program kesehatan sangat
ditentukan oleh besar-kecilnya perusahaan, jumlah tenaga kerja, potensi bahaya dan resiko
gangguan kesehatan dan efek buruk terhadap produktivitas. Perusahaan berskala besar
penanaman modal domestik atau perusahaan multinasional yang cabangnya terdapat di
berbagai negara biasanya menyelenggarakan program yang cakupan tugas pokok dokter
perusahaannya meliputi keseluruhan tugas sebagaimana telah diuraikan.

Dokter perusahaan bertanggung jawab mengenai soal kesehatan para pekerja kepada
pimpinan perusahaan, namun sebagai dokter ia mempunyai kewajiban pula kepada instansi
yang mempunyai otoritas yang berkaitan dengan tugas dokter perusahaan di daerah tempat
terdapatnya perusahaan tempat dokter perusahaan bekerja. Instansi demikian mungkin sektor
ketenagakerjaan atau kesehatan atau lainnya. Landasan kewajiban tersebut adalah ketentuan
perundang-undangan yang berlaku. Ketentuan perundang-undangan yang berlaku dalam
hiperkes adalah kewajiban pelatihan hiperkes; kewajiban melapor penyakit akibat kerja;
kewajiban mematuhi ketentuan tentang jenis penyakit akibat kerja; diagnosis dan pelaporan
penyakit akibat kerja; pelayanan kesehatan kerja; pemeriksaan kesehatan tenaga kerja; syarat
kesehatan; kebersihan dan penerangan di tempat kerja; nilai ambang batas faktor fisis, nilai
ambang batas faktor kimiawi; pengendalian bahan kimia berbahaya di tempat kerja;
keselamatan dan kesehatan kerja pemakaian asbes; syarat-syarat keselamatan dan kesehatan
kerja di tempat kerja yang mengelola pestisida; persyaratan tentang kantin dan ruang makan;
ketentuan mengenai alat pelindung diri, dll. Dokter perusahaan mempunyai kewajiban antara
lain membuat laporan dan melaporkan aneka ketentuan seperti penyakit akibat kerja atau
melaporkan penyakit yang tergolong kepada penyakit menular dan karantina.

Dokter perusahaan harus mempunyai hubungan baik dan kerja sama erat dengan
dokter luar. Ia harus mengatur konsuktasi ke dokter ahli, bilamana diperlukan. Ia kadang-
kadang perlu pula mengatur penggunaan fasilitas kesehatan yang terdapat di wilayah tempat
perusahaan berada atau di daerah lain untuk kepentingan pemeliharaan kesehatan atau
pengobatan penyakit pada pekerja atau unsur pimpinan perusahaan, misalnya rujukaan ke
rumah sakit. Malahan di beberapa negara dokter perusahaan hanya mengobati penyakit kibat
kerja dan kecelakaan kerja, dan sama sekali tidak mengobati penyakit-penyakit yang bukan
akibat kerja yaitu penyakit yang umum terdapat dalam masyarakat, melainkan penanganan
penyakit demikian oleh dokter umum yang biasa disebut dokter keluarga dan oleh spesialis di
luar. Namun untuk negara kita dokter perusahaan juga memeriksa dan mengobati penyakit
yang bukan akibat kerja, bahkan seringkali harus memikul pula beban kerja menangani
kesehatan masyarakat yang tinggal sekitar suatu perusahaan tempat ia bekerja.

Dokter hiperkes dan kedokteran kerja (Okupasi)

Kedokteran yang komunitas sasarannya adalah masyarakat tenaga kerja antara lain di
perusahaan telah merupakan cabang profesi kedokteran yaitukedokteran kerja atau juga
disebut kedokteran okupasi. Konsiderans Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang
Praktek Kedokteran menegaskan bahwa inti upaya kesehatan adalah praktek kedokteran.
Berdasarkan hal tersebut, inti upaya kesehatan kerja adalah praktek kedkteran kerja.
Sebagaimana spesialisasi cabang kedokteran lainnya, maka kedokteran okupasi memiliki
kelegium kedokteran okupasi sebagai institusi yang mengampu keilmuan spesialisasi cabang
kedokteran tersebut. Organisasi profesi yang menghimpun spesialis kedokteran okupasi
adalah Perhimpunan Spesialis Kedokteran Okupasi Indonesia atau disingkat PERDOKI.
Terdapat dua jalur pendidikan kedokteran kerja yaitu pendidikan strata dua akademis untuk
mendapat title magister kedokteran kerja dan pendidikan strata dua profesi untuk
memperoleh brevet spesialis kedokteran okupasi (SpOK). Sebagai langkah pertama memandu
praktek dokter ke arah visi hiperkes yaitu terwujudnya tenaga kerja yang sehat dan produktif
optimal diselenggarakan pelatihan hiperkes bagi dokter perusahaan. Tabel 52 adalah
kurikulum latihan hiperkes yang untuk pertama kalinya diselenggarakan pada tahun 1967,
pada tahun 1967 terbit ketentuan yang mewajibkan latihan hiperkes bagi dokter perusahaan
dan pada tahun 2004 kurikulum pelatihan hiperkes dokter merupakan Standar Nasional
Indonesia (SNI). Dokter perusahaan atau dokter yang praktek melayani kesehatan tenaga
kerja yang telah mengikuti latihan hiperkes adalah dokter hiperkes. Jadi dokter hiperkes
adalah setiap dokter yang telah mendapat pelatihan dan memperoleh sertifikat hiperkes.
Latihan tersebut

Anda mungkin juga menyukai