Tetapi 3 dari kitab-kitab Apocrypha ini akhirnya ditolak oleh Council of Trent,
yaitu no 1, no 2 dan no 13, dan karena itu akhirnya hanya 12 kitab Apocrypha
yang dimasukkan ke dalam Alkitab mereka.
Loraine Boettner mengatakan bahwa:
a) Kitab Esdras yang kedua ditolak karena di dalamnya ada penolakan
terhadap doa untuk orang mati (2Esdras 7:105) - ‘Roman Catholicism’, hal
80.
b) Sebetulnya ada lebih banyak lagi kitab-kitab Apocrypha yang lain, tetapi
semua ini tidak pernah dimasukkan ke dalam Kitab Suci Roma Katolik.
Mengapa? Loraine Boettner menjawab:
“The Council of Trent evidently selected only books that would help them in
their controversy with the Reformers, and none of these gave promise of doing
that” (= Sidang Gereja Trent dengan jelas menyeleksi hanya buku-buku yang
akan membantu mereka dalam pertentangan dengan para tokoh Reformasi,
dan tidak ada satupun dari buku-buku itu menjanjikan mereka untuk
melakukan hal itu) - ‘Roman Catholicism’, hal 87.
‘The Catechism of the Catholic Church’, nomer 120, berbunyi sebagai berikut:
“It was by the apostolic Tradition that the Church discerned which writings are to
be included in the list of the sacred books. This complete list is called the canon of
Scripture. It includes 46 books for the Old Testament (45 if we count Jeremiah and
Lamentations as one) and 27 for the New. The Old Testament: Genesis, Exodus,
Leviticus, Numbers, Deuteronomy, Joshua, Judges, Ruth, 1 and 2 Samuel, 1 and 2
Kings, 1 and 2 Chronicles, Ezra and Nehemiah, Tobit, Judith, Esther, 1 and 2
Maccabees, Job, Psalms, Proverbs, Ecclesiastes, the Song of Songs, the Wisdom of
Solomon, Sirach (Ecclesiasticus), Isaiah, Jeremiah, Lamentations, Baruch,
Ezekiel, Daniel, Hosea, Joel, Amos, Obadiah, Jonah, Micah, Nahum, Habakkuk,
Zephaniah, Haggai, Zachariah and Malachi” [= Oleh Tradisi rasulilah Gereja
membedakan tulisan-tulisan mana yang harus dimasukkan dalam daftar kitab-
kitab kudus. Daftar lengkap ini disebut kanon Kitab Suci. Itu mencakup 46
kitab untuk Perjanjian Lama (45 jika kita menghitung Yeremia dan Ratapan
sebagai 1 kitab) dan 27 kitab untuk Perjanjian Baru. Perjanjian Lama:
Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, Ulangan, Yosua, Hakim-Hakim, Rut, 1
dan 2Samuel, 1 dan 2 Raja-Raja, 1 dan 2 Tawarikh, Ezra dan Nehemia, Tobit,
Yudit, Ester, 1 dan 2 Makabe, Ayub, Mazmur, Amsal, Pengkhotbah, Kidung
Agung, Kebijaksanaan Salomo, Sirakh, Yesaya, Yeremia, Ratapan, Barukh,
Yehezkiel, Daniel, Hosea, Yoel, Amos, Obaja, Yunus, Mikha, Nahum, Habakuk,
Zefanya, Hagai, Zakharia, dan Maleakhi].
Catatan: yang saya garis bawahi adalah kitab-kitab yang tidak ada dalam
Kitab Suci kristen / protestan.
‘The Catechism of the Catholic Church’, nomer 138, berbunyi sebagai berikut:
“The Church accepts and venerates as inspired the 46 books of the Old Testament
and the 27 books of the New” (= Gereja menerima dan menghormati 46 kitab-
kitab Perjanjian Lama dan 27 kitab-kitab Perjanjian Baru sebagai diilhamkan).
Catatan: bandingkan dengan Perjanjian Lama yang diakui oleh gereja
kristen / protestan, yang hanya terdiri dari 39 kitab!
Halley’s Bible Handbook: “The Apocrypha. This is the name usually given to the
14 books contained in some Bibles between the Old and New Testaments. They
originated in the 1st to 3rd centuries B. C., mostly of uncertain authorship, and were
added to the Septuagint, which was Greek translation of the Old Testament made in
that period. They were not in the Hebrew Old Testament. They were written after
Old Testament prophecy, oracles and direct revelation had ceased. Josephus
rejected them as a whole. They were never recognized by the Jews as part of the
Hebrew Scriptures” (= Kitab-kitab Apocrypha. Ini merupakan nama yang
biasanya diberikan pada 14 kitab-kitab yang terdapat dalam Alkitab-Alkitab
tertentu di antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Kitab-kitab itu berasal
dari abad 1-3 S. M., kebanyakan dari pengarang yang tidak pasti, dan
ditambahkan ke dalam Septuaginta, yang merupakan terjemahan bahasa
Yunani dari Perjanjian Lama yang dibuat pada jaman itu. Kitab-kitab itu tidak
ada dalam Perjanjian Lama bahasa Ibrani. Kitab-kitab itu ditulis setelah
nubuat-nubuat, sabda-sabda dan wahyu langsung Perjanjian Lama berhenti.
Josephus menolak kitab-kitab itu secara keseluruhan. Kitab-kitab itu tidak
pernah diakui oleh orang-orang Yahudi sebagai bagian dari Kitab Suci Ibrani) -
hal 406.
Encyclopedia Britannica 2000 dengan topik ‘Bible’: “The Jewish Bible includes
only the books known to Christians as the Old Testament” (= Alkitab Yahudi
mencakup hanya kitab-kitab yang dikenal oleh orang-orang Kristen sebagai
Perjanjian Lama).
Jadi, kalau dilihat dari sudut orang-orang Yahudi, jelas bahwa bukan Gereja
Kristen / Protestan yang mengurangi Alkitab, tetapi Gereja Roma Katoliklah
yang menambahi Alkitab.
Halley’s Bible Handbook: “The Apocrypha. ... They were never quoted by
Jesus, nor anywhere in the New Testament” (= Kitab-kitab Apocrypha. ...
Kitab-kitab ini tidak pernah dikutip oleh Yesus, atau dimanapun dalam
Perjanjian Baru) - hal 406-407.
Halley’s Bible Handbook: “In the New Testament there are about 300
quotations from these ‘Scriptures’; and no book outside these ‘Scriptures’ is
thus quoted in the New Testament, with the single exception of the words of
Enoch in the book of Jude. Many of these quotations are from the Septuagint
version of the Old Testament, which was in common use in New Testament
times; and even though the Septuagint contained the ‘Apocryphal’ books there
is not one quotation from the Apocryphal books. This is evidence that neither
Jesus nor the Apostles recognized the Apocryphal books as part of ‘The
Scriptures.’” (= Dalam Perjanjian Baru ada kira-kira 300 kutipan dari ‘Kitab
Suci’ ini; dan tidak ada kitab di luar ‘Kitab Suci’ ini yang dikutip dalam
Perjanjian Baru, dengan satu perkecualian tentang kata-kata Henokh dalam
kitab Yudas. Banyak dari kutipan-kutipan ini berasal dari versi Septuaginta
dari Perjanjian Lama, yang biasa digunakan pada jaman Perjanjian Baru;
dan sekalipun Septuaginta mencakup kitab-kitab Apokripa tetapi tidak ada
satupun kutipan dari kitab-kitab Apokripa. Ini merupakan bukti bahwa baik
Yesus maupun rasul-rasul tidak mengakui kitab-kitab Apokripa sebagai
bagian dari ‘Kitab Suci’) - hal 405.
Catatan: bagian yang saya garis bawahi itu tidak saya setujui, dan akan
saya bahas di sini.
Yudas 14-15 - “(14) Juga tentang mereka Henokh, keturunan ketujuh dari
Adam, telah bernubuat, katanya: ‘Sesungguhnya Tuhan datang dengan
beribu-ribu orang kudusNya, (15) hendak menghakimi semua orang dan
menjatuhkan hukuman atas orang-orang fasik karena semua perbuatan
fasik, yang mereka lakukan dan karena semua kata-kata nista, yang
diucapkan orang-orang berdosa yang fasik itu terhadap Tuhan.’”.
Dan dalam kitab Henokh (ini tidak termasuk dalam Deuterokanonika dari
Gereja Roma Katolik), ada satu ayat yaitu Henokh 1:9, yang berbunyi
sebagai berikut:
Versi William Barclay: “And behold! He cometh with ten thousands of his
holy ones to execute judgment upon all, and to destroy all the ungodly; and
to convict all flesh of all the works of their ungodliness which they have
ungodly committed, and of all the hard things which ungodly sinners have
spoken against him” (= Dan lihatlah! Ia datang dengan sepuluh ribu
orang-orang kudusNya untuk melakukan penghakiman terhadap semua
orang, dan untuk menghancurkan orang jahat; dan untuk meyakinkan
semua daging / orang tentang semua kejahatan yang mereka lakukan
secara jahat, dan tentang semua kata-kata keras yang diucapkan oleh
orang-orang berdosa yang jahat menentang Dia) - ‘The Letters of John
and Jude’, hal 196.
Henokh 1:9 Versi William Barclay ini boleh dikatakan identik dengan
Yudas 14-15.
Versi Pulpit Commentary: “And behold, he comes with myriads of the
holy, to pass judgment upon them, and will destroy the impious, and will call
to account all flesh for everything the sinners and the impious have done
and committed against him” (= Dan lihatlah, Ia datang dengan puluhan
ribu orang kudus, untuk memberikan penghakiman terhadap mereka,
dan akan menghancurkan orang jahat, dan akan meminta pertanggung-
jawaban semua orang untuk setiap hal yang orang berdosa dan jahat
lakukan menentang Dia) - ‘The General Epistle of Jude’, hal 12.
Henokh 1:9 versi Pulpit Commentary ini sedikit berbeda dengan Yudas
14-15, karena dalam Henokh 1:9 ini tidak ada tentang ‘kata-kata keras’
dari orang-orang jahat itu. Versi Barnes’ Notes sama dengan Pulpit
Commentary.
Mengapa Yudas mengutip nubuat itu? Dalam Kitab Suci ada banyak ayat
tentang kedatangan Kristus untuk menghakimi, seperti Ul 33:5 Daniel
7:10 Zakh 14:5b. Mengapa Ia mesti mengutip dari nubuat itu dan
bukannya dari ayat-ayat Kitab Suci?
Karena biasanya makin kuno suatu kutipan, makin ia dihormati.
Karena itu Yudas memilih yang sekuno mungkin.
Karena Tuhan menghendaki nubuat itu, yang tadinya hanya ada
dalam tradisi, masuk ke dalam Kitab Suci.
Thomas Manton: “if he receives it by tradition, it is here made authentic
and put into the canon” (= jika ia menerimanya melalui tradisi, di sini itu
dijadikan otentik / berotoritas dan dimasukkan ke dalam kanon) - ‘Jude’,
hal 289.
Wah 22:18-19 berbunyi: “(18) Aku bersaksi kepada setiap orang yang
mendengar perkataan-perkataan nubuat dari kitab ini: Jika seorang
menambahkan sesuatu kepada perkataan-perkataan ini, maka Allah akan
menambahkan kepadanya malapetaka-malapetaka yang tertulis di dalam
kitab ini. (19) Dan jikalau seorang mengurangkan sesuatu dari perkataan-
perkataan dari kitab nubuat ini, maka Allah akan mengambil bagiannya dari
pohon kehidupan dan dari kota kudus seperti yang tertulis di dalam kitab
ini.”.
Dari Wah 22:18-19 ini terlihat dengan jelas otoritas dari tulisan rasul
Yohanes ini sebagai Firman Tuhan yang tidak boleh ditambahi ataupun
dikurangi.
Sekarang bandingkan dengan 2Makabe 15:37b-38 yang berbunyi sebagai
berikut: “(37b) Maka aku sendiripun mau mengakhiri kisah ini. (38) Jika
susunannya baik lagi tepat, maka itulah yang kukehendaki. Tetapi jika
susunannya hanya sedang-sedang dan setengah-setengah saja, maka hanya
itulah yang mungkin bagiku.”.
Ini sama sekali tidak menunjukkan orang yang menuliskan Firman Tuhan
di bawah pengilhaman Roh Kudus! Perhatikan kata-kata ‘kukehendaki’
dan ‘hanya itulah yang mungkin bagiku’. Bagaimana kita bisa
mempercayai otoritas tulisan seperti ini, sedangkan penulisnya sendiripun
tidak yakin akan kebenaran tulisannya!
Contoh:
a. Tobit 4:10 - “Memang sedekah melepaskan dari maut dan tidak
membiarkan orang masuk ke dalam kegelapan”.
b. Tobit 12:9 - “Memang sedekah melepaskan dari maut dan menghapus
setiap dosa”.
c. Tobit 14:10-11a - “(10) Nak, ingatlah kepada apa yang telah diperbuat
Nadab kepada bapa pengasuhnya, yaitu Ahikar. Bukankah Ahikar hidup-
hidup diturunkan ke bagian bawah bumi? Tetapi Allah telah membalas
kelaliman Nadab ke atas kepalanya sendiri. Ahikar keluar menuju
cahaya, sedangkan Nadab turun ke kegelapan kekal, oleh karena ia telah
berusaha membunuh Ahikar. Karena melakukan kebajikan maka Ahikar
luput dari jerat maut yang dipasang baginya oleh Nadab. Sedangkan
Nadab jatuh ke dalam jerat maut yang juga membinasakannya. (11a)
Makanya anak-anakku, camkanlah apa yang dihasilkan oleh sedekah dan
apa yang dihasilkan oleh kelaliman”.
d. Sirakh 3:3 - “Barangsiapa menghormati bapanya memulihkan dosa”.