KITAB SUCI menyatakan bahwa penyucian harus mencakup seluruh kehidupan—roh, jiwa dan tubuh. Inilah
maksud sebenarnya dari penyerahan sepenuhnya. Paulus mendoakan agar jemaat di Tesalonika boleh
menikmati berkat besar ini. “Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh,
jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita” (2 Tes
5:23). HD 8.1
Dalam dunia agama ada suatu teori penyucian yang tidak benar dan pengaruhnya membahayakan. Dalam
berbagai hal mereka yang mengakui penyucian tidak mempunyai kesucian sejati. Penyucian mereka termasuk
ibadah secara rupa dan basa-basi saja. Mereka yang sungguh-sungguh mencari kesempurnaan tabiat Kristen
tak akan pernah memanjakan pendapat bahwa mereka tidak berdosa. Mungkin hidup mereka tidak bercela,
sesuai dengan kebenaran yang mereka peroleh; tetapi makin mereka mendisiplin pikiran untuk tinggal dalam
tabiat Kristus, dan makin menyerupai peta Keilahian-Nya, semakin jelas mereka akan melihat kesempurnaan-
Nya yang tak bercela maka semakin dalam mereka merasakan cacat mereka. HD 8.2
Apabila orang-orang mengaku bahwa mereka disucikan, sebenarnya mereka menyatakan bahwa mereka
jauh dari kesucian. Mereka gagal melihat kelemahan dan kemiskinan mereka. Mereka memandang diri sendiri
sebagai orang yang memantulkan gambar Kristus, karena mereka tidak mempunyai pengetahuan yang benar
tentang Dia. Makin jauh jarak mereka dengan Sang Juruselamat, semakin benar mereka dalam pandangan
mereka sendiri. HD 8.3
Sementara kita dengan penyesalan dan kepercayaan yang penuh dengan kerendahan hati merenungkan
Yesus, yang telah disakiti oleh dosa-dosa kita dan dibebani oleh penderitaan kita, kita dapat belajar mengikuti
langkah-langkah kaki-Nya. Oleh memandang-Nya kita berubah menjadi serupa dengan Keilahi-an-Nya. Dan
apabila pekerjaan ini ditempa dalam diri kita, kita akan mengakui bahwa tidak ada kebenaran dalam diri kita
sendiri, tetapi akan mengagungkan Yesus Kristus, sementara kita menggantungkan jiwa kita kepada jasa-jasa-
Nya
Pembenaran Diri Dipersalahkan
Juruselamat kita selamanya mempersalahkan pembenaran diri. Ia mengajarkan kepada murid-murid-Nya
bahwa bentuk agama yang tertinggi ialah yang dinyatakan dalam cara yang tenang dan tidak menonjolkan diri. Ia
mengamarkan mereka agar menyatakan perbuatan dan kebajikan mereka secara diam-diam; bukan untuk
dipertontonkan, bukan untuk dipuji atau dihormati orang banyak, tetapi demi kemuliaan Allah, sambil
mengharapkan pahala di kemudian hari. Jika mereka harus menunjukkan kebaikan dan kebajikan agar dipuji
orang, tak ada pahala bagi mereka yang disediakan Bapa yang di surga. HD 9.2
Pengikut-pengikut Kristus tidak diajarkan berdoa untuk maksud-maksud supaya didengar oleh manusia.
“Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang
ada di tempat yang tersembunyi yang akan membalas kepadamu” (Mat 6:6). Ucapan yang keluar dari bibir
Kristus seperti ini menunjukkan bahwa Ia tidak menghormati kesalehan serupa itu, seperti yang sering berlaku di
antara, orang-orang Farisi. Pengajaran-Nya di atas bukit menunjukkan bahwa kedermawanan merupakan
tindakan yang mulia dan peribadatan akan menghasilkan bau harum yang paling berharga apabila dilakukan
dengan cara yang tidak berpura-pura, tetapi dalam penyesalan dan rendah hati. Motif yang murni menyucikan
perbuatan. HD 9.3
Penyucian yang benar adalah penyesuaian sepenuhnya kepada kehendak Allah. Pemikiran-pemikiran dan
perasaan-perasaan yang memberontak ditaklukkan dan suara Yesus membangkitkan hidup baru yang
menguatkan jiwa. Mereka yang sungguh-sungguh disucikan tidak akan beranggapan bahwa pikiran mereka
menjadi suatu standar kebenaran dan kesalahan. Mereka tidak akan fanatik atau membenarkan diri melainkan
mawas diri dan selalu berhati-hati, agar jangan kehilangan janji dan melalaikan syarat-syarat yang ke atasnya
janji-janji itu dialaskan
Menggantikan Perasaan dengan Pertimbangan
Banyak orang yang mengaku suci sama sekali tidak menyadari arti pekerjaan kasih karunia dalam hati.
Apabila diuji dan dicobai, mereka didapati seperti orang Farisi yang membenarkan diri. Mereka tidak akan bisa
dibedakan. Mereka mengabaikan kemampuan berpikir dan menimbang, lalu bergantung sepenuhnya pada
perasaan, mengalaskan tuntutan penyucian pada emosi yang telah mereka alami berulang kali. Dalam merebut
kesucian secara keras kepala dan suka menentang dengan membabi buta mereka membela diri dengan banyak
bicara, tetapi tidak menghasilkan buah-buah yang bernilai sebagai buktinya. Orang-orang yang merasa suci oleh
usaha mereka ini, bukan saja menipu diri sendiri, tetapi juga memberi suatu pengaruh untuk menuntun orang
banyak kesasar, yaitu mereka yang sungguh-sungguh ingin menyesuaikan diri dengan kehendak Allah. Mungkin
kedengaran berulangkali mereka mengatakan, “Allah tuntunlah kami! Allah ajarlah kami! Kami hidup tanpa dosa!”
Banyak orang yang berhubungan dengan roh seperti ini menghadapi suatu kegelapan dan misteri yang tak dapat
dipahami. Tetapi semua melenceng tidak sesuai dengan Kristus, satu-satunya pola yang benar itu. HD 10.2
Penyucian menurut Kitab Suci tidak termasuk emosi yang meluap-luap. Inilah yang menyebabkan orang
banyak dituntun kepada kekeliruan. Mereka menjadikan perasaan sebagai ukuran. Bila merasa senang atau
bahagia, mereka mengaku sudah suci. Perasaan senang atau tidak senang bukanlah suatu bukti bahwa seorang
telah atau belum suci. Tak ada keadaan secepat itu disebut sebagai penyucian. Penyucian yang benar ialah
pekerjaan setiap hari, dan berkelanjutan seumur hidup. Semua orang yang setiap hari bergumul melawan segala
pencobaan, mengatasi kecenderungan-kecenderungan hati yang berdosa, dan mengupayakan kesucian hati
dan hidup, tak perlu mengaku sudah mengalami penyucian yang menyombongkan diri. Mereka akan merasa
haus dan lapar akan kebenaran. Kepada mereka, dosa akan tampak sebagaimana adanya. HD 11.1
Ada orang yang mengaku mengalami penyucian membuat pengakuan kebenaran seperti saudara-saudara
mereka, sehingga sulit dibedakan; tetapi perbedaannya ada. Kesaksian orang-orang yang menuntut pengalaman
mulia seperti itu akan menyebabkan Roh Kristus menjauhi perhimpunan mereka, dan akan meninggalkan
pengaruh yang mencekam bagi para hadirin, sedangkan jika mereka benar-benar hidup tanpa dosa, kehadiran
mereka akan mengundang malaikat-malaikat suci dalam perhimpunan itu, dan percakapan mereka sudah tentu
“seperti buah apel emas di pinggan perak. (Ams 25:11).
Masa Ujian
Di musim panas, ketika kita menatap jauh pada pepohonan di hutan, semua diselimuti dengan kehijauan,
mungkin kita tidak bisa membedakan mana pohon yang selalu hijau dari pepohonan yang lain. Tetapi manakala
musim dingin tiba, dan salju membungkus mereka dalam ketebalan es, menggugurkan dedaunan dari pohon-
pohon yang lain, pepohonan yang selalu hijau akan tampak jelas. Demikianlah halnya dengan semua orang
yang berjalan dalam kerendahan hati, tidak berharap kepada diri, tetapi bergantung dengan gentar pada lengan
Kristus. Sementara mereka yang berharap pada diri dan yakin pada kesempurnaan tabiat akan kehilangan jubah
kebenaran palsu mereka. Bila dihadapkan pada badai pencobaan namun orang-orang benar yang sungguh-
sungguh mengasihi dan takut akan Allah, akan mengenakan jubah kebenaran Kristus baik dalam susah maupun
senang. HD 11.3
Penyangkalan diri, pengorbanan diri, kedermawanan, kebaikan, kasih, kesabaran, ketabahan, merupakan
buah-buah yang setiap hari dihasilkan oleh mereka yang sungguh-sungguh berhubungan dengan Allah.
Perbuatan mereka bisa jadi tidak dipublikasikan kepada dunia, tetapi mereka yang setiap hari bergumul dengan
kejahatan akan memperoleh kemenangan berharga atas pencobaan dan kesalahan. Janji hikmat yang dibarui
dipelihara dengan kekuatan melalui doa yang sungguh-sungguh dan selalu siaga. Orang yang sangat antusias
tidak memahami perjuangan pekerja yang diam ini; tetapi mata Tuhan yang melihat rahasia hati, memperhatikan
dan menyetujui setiap usaha yang dilakukan dengan kelemahlembutan dan kerendahan hati. Diperlukan satu
masa ujian untuk dapat menghasilkan emas murni iman dan kasih dalam tabiat. Bila pencobaan dan kesusahan
menimpa jemaat, maka semangat yang tak tergoyahkan dan kasih sayang yang hangat dan para pengikut
Kristus yang benar akan diperkembangkan. HD 12.1
Kita merasa sedih melihat orang-orang yang mengaku Kristen disesatkan oleh teori-teori yang
memutarbalikkan dan menyesatkan, yang menyatakan bahwa mereka sudah sempurna, karena begitu sulit
membuka kedok mereka untuk menuntun mereka ke jalan yang benar. Mereka berusaha berlaku jujur dan
berkenan secara lahiriah, tetapi perhiasan hati kelemahlembutan dan kerendahan hati Kristus tidak ada. Masa
ujian akan tiba kepada semua orang, bila pengharapan banyak orang yang bertahun-tahun merasa aman, akan
terbukti tidak berdasar. Ketika berada pada posisi yang baru, pada situasi yang berbeda, sebagian orang
yang kelihatannya seperti tiang-tiang rumah Allah ini, ternyata hanyalah besi yang dicat dan disepuh. Tetapi
orang yang rendah hati, yang setiap hari merasakan pentingnya mengabdikan jiwa mereka pada Batu Karang
yang kekal, akan berdiri tak tergoyahkan di tengah-tengah godaan dan cobaan, karena mereka tidak berharap
pada diri mereka sendiri. “Tetapi dasar yang diletakkan Allah itu teguh dan meterainya ialah: Tuhan mengenal
siapa kepunyaanNya” (2 Tim 2:19)
Selalu Menghasilkan Buah
Mereka yang berupaya keras dalam menonjolkan perbuatan baik mereka, yang selalu membicarakan
keadaan diri mereka yang tak berdosa dan berusaha keras mengunggulkan usaha keagamaan mereka,
hanyalah menipu jiwa mereka sendiri. Seorang yang sehat dan mampu melakukan kegiatan hidup,
melaksanakan pekerjaan dengan semangat sebagai hasil darahnya yang sehat melalui pembuluh darah hari
demi hari, tidak memerlukan perhatian orang yang dijumpainya untuk menyatakan kesehatan tubuhnya. Sehat
dan kuat merupakan kondisi alami dari kehidupannya, sehingga dia tidak begitu menyadari keadaanya yang
senang dan menguntungkan itu. HD 13.1
Demikianlah halnya dengan orang yang sungguh saleh. Ia tidak sadar akan kebaikan dan kesalehannya.
Prinsip rohani telah menjadi pancaran hidup dan perilakunya, dan baginya menghasilkan buah roh adalah seperti
pohon ara yang berbuah ara atau bunga mawar menghasilkan kuntum-kuntum mawar. Sifatnya begitu menyatu
dengan kasih kepada Allah dan sesama manusia sehingga ia melakukan pekerjaan Kristus dengan senang
hati. HD 13.2
Semua orang yang berada dalam lingkungannya akan merasakan dan menikmati bau harum hidup
Kekristenannya, sedang dia sendiri tidak menyadarinya, sebab sudah menjadi kecenderungan dan
kebiasaannya. Ia berdoa untuk memperoleh terang Ilahi, dan gemar berjalan dalam terang itu. Makanan dan
minumannya ialah melakukan kehendak Bapanya yang di surga. Hidupnya tersembunyi bersama Kristus dalam
Allah, namun ia tidak menyombongkannya atau menyadarinya. Allah tersenyum melihat setiap orang yang lemah
lembut dan rendah hati, yaitu mereka yang berupaya mengikut jejak Tuannya sedekat mungkin. Malaikat-
malaikat menyenangi mereka, dan suka mengelilingi langkah mereka. Mungkin mereka berlalu sebagai orang
yang tidak layak untuk diperhatikan oleh orang-orang yang suka menonjolkan pencapaian dan perbuatan baik
mereka, tetapi malaikat-malaikat surga menaungi mereka dengan kasih, bagaikan tembok api yang mengelilingi
mereka
Mengapa Kristus Ditolak
Juruselamat kita adalah terang dunia, tetapi dunia tidak mengenal Dia. Ia selalu melakukan pekerjaan-
pekerjaan kebajikan, menerangi jalan bagi semua orang; namun Ia tidak meminta orang-orang sepergaulan-Nya
untuk memandang sifat baik-Nya yang tak ada bandingannya, penyangkalan diri-Nya, pengorbananNya, serta
kedermawanan-Nya itu. Orang Yahudi tidak menyukai kehidupan seperti itu. Mereka menganggap agama-Nya
sia-sia, karena tidak sesuai dengan standar kesalehan mereka. Mereka mengira bahwa Kristus tidak religius
dalam roh atau tabiat; sebab agama mereka bersifat pamer, berdoa di depan umum, serta berbuat amal untuk
memperoleh pahala. Mereka mengumandangkan perbuatan baik seperti halnya orang-orang yang mengaku
mengalami penyucian. Mereka menghendaki agar semua orang tahu bahwa mereka tidak berdosa lagi. Tetapi
segenap kehidupan Kristus sungguh bertentangan dengan hal ini. Ia tidak mencari keuntungan atau kehormatan.
Tindakan penyembuh-an-Nya yang ajaib itu dilakukan dengan diam-diam sedapat mungkin meskipun Ia tidak
bisa menahan semangat orang-orang yang menerima berkat-berkat-Nya yang besar itu. Kelembutan dan
kerendahan hati merupakan ciri hidup-Nya. Adalah karena sikap dan jalan hidup-Nya yang sederhana ini, yang
tampak sangat berbeda dari hidup mereka, sehingga orang-orang Farisi tidak menerima Dia.
Kerendahan Hati adalah Buah Roh
Buah penyucian yang paling berharga ialah anugerah kerendahan hati. Apabila anugerah ini menguasai hati,
sifat akan dibentuk olehnya. Ada suatu penantian terus-menerus dan suatu penyerahan kemauan kepada
kehendak-Nya. Pengertian menggenggam setiap kebenaran Ilahi, dan keinginan patuh kepada setiap peraturan
Ilahi tanpa ragu atau bersungut. Kerendahan hati yang sesungguhnya melembutkan dan menguasai hati serta
melayakkan pikiran untuk mencamkan perkataan itu. Pikiran akan dibawa menurut kepada Yesus Kristus.
Membuka hati kepada firman Allah, sebagaimana Lidia membuka hatinya. Hal itu akan menempatkan kita
bersama Maria, sebagai pendengar di kaki Yesus. “Ia membimbing orang-orang yang rendah hati menurut
hukum, dan Ia mengajarkan jalan-Nya kepada orang-orang yang rendah hati” (Mzm 25:9). HD 15.1
Bahasa orang yang rendah hati tidak pernah menyombongkan diri. Seperti Samuel ketika masih kanak-
kanak, mereka berdoa, “Berbicaralah Tuhan, sebab hamba-Mu ini mendengar” (l Sam 3:9). Manakala Yosua
ditempatkan pada kedudukan yang tertinggi, sebagai seorang panglima tentara Israel, ia menantang mereka
yang memusuhi Allah. Hatinya penuh dengan pikiran yang mulia dari misinya yang agung. Namun terhadap
perintah dari surga ia menempatkan dirinya seperti seorang anak yang harus dituntun. “Apakah yang akan
dikatakan Tuanku kepada hamba ini?” (Yos 5:14), merupakan jawabnya. Kata-kata Paulus yang pertama setelah
Kristus menampakkan diri kepadanya ialah, “Apa yang harus kuperbuat?” (Kis 9:6). HD 15.2
Kerendahan hati dalam sekolah Kristus adalah salah satu tanda dari buah Roh. Itu adalah anugerah yang
ditempa oleh Roh Kudus sebagai pengudus, dan penyanggup pemiliknya sepanjang waktu untuk mengendalikan
sifat yang keras dan sembrono. Bila anugerah kerendahan hati itu digemari oleh orang yang secara alamiah
sifatnya murung dan tidak sabar, mereka akan sungguh-sungguh mengalahkan sifat mereka yang
tidak menyenangkan itu. Setiap hari mereka akan berhasil mengendalikan diri, sampai sifat yang tidak
menyenangkan dan tidak disukai Yesus itu ditaklukkan. Mereka menyatu dengan Pola Ilahi, sampai mereka
dapat menurut nasihat yang diilhamkan, “Hendaklah cepat mendengar, tetapi lambat berkata-kata, dan juga
lambat untuk marah” (Yak 1:19). HD 15.3
Apabila seorang mengaku telah suci, namun di dalam perkataan dan perbuatan ia menjadi sumber yang
kotor dan mengeluarkan air yang pahit dengan pasti dapat kita katakan, bahwa orang itu tertipu. la perlu belajar
hal-hal mendasar yang membentuk kehidupan seorang Kristen. Sebagian orang mengaku sebagai hamba-
hamba Kristus tetapi sudah lama mempraktikkan roh setan yang tidak ramah, sehingga tampaknya sudah
menyukai unsur yang tidak mulia, serta menyenangi percakapan yang kurang sopan dan menyakiti. Orang-orang
ini harus ditobatkan sebelum diakui Kristus sebagai anak-anak-Nya
Mendapatkan Hak sebagai Anak
Ada pencapaian yang tinggi untuk orang Kristen. Ia boleh terus naik untuk mencapai yang lebih tinggi.
Yohanes melihat satu kesempatan mulia menjadi orang Kristen. Dia berkata, “Lihatlah, betapa besarnya kasih
yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah” (1 Yoh 3:1). Tak ada lagi martabat
yang lebih tinggi untuk dicapai daripada yang termak-tub di sini. Kepada manusia diberi kesempatan menjadi ahli
waris Allah bersama dengan Kristus. Dengan demikian bagi mereka yang telah ditinggikan, terbukalah kekayaan
Kristus yang tak terselidik itu, yang niiainya lebih dari seribu kali ganda daripada kekayaan duniawi. Dengan
demikian melalui jasa Kristus, manusia yang terbatas itu diangkat kepada persekutuan dengan Allah dan dengan
Anak-Nya yang kekasih
Tembakau
Yakobus mengatakan bahwa hikmat yang berasal dari atas “pertama-tama murni” (Yak 3:17). Jika ia melihat
saudaranya merokok, bukankah ia akan mencela praktik itu “dari dunia, dari nafsu manusia dan dari setan-setan”
(ayat 15)? Pada zaman terang Kris-ten ini, betapa sering bibir yang menyerukan nama Kristus yang indah
dicemari oleh air liur yang berbau tembakau serta napas yang dikotori bau busuk tembakau. Tentu, jiwa yang
menyukai kekotoran seperti itu pasti akan tercemar juga. Sementara saya melihat orang-orang yang mengaku
menikmati berkat penyucian sepenuhnya, sementara dirinya sendiri diperbudak oleh tembakau, mencemari
segala sesuatu di sekelilingnya, saya berpikir, Bagaimana jadinya surga dengan para pengguna tembakau di
dalamnya? Dengan jelas firman Tuhan menyatakan bahwa “Tidak akan masuk ke dalamnya sesuatu yang najis,
atau orang yang melakukan kekejian atau dusta” (Why 21:27). Bagaimana mungkin orang yang memanjakan
kebiasaan yang rusak itu berharap masuk ke sana? HD 29.1
Orang-orang yang mengaku beribadah mempersembahkan tubuh mereka di atas mezbah Setan dan
mempersembahkan korban tembakau kepada Iblis yang mereka tinggikan. Pernyataan ini tampaknya keras,
bukan? Sesungguhnya persembahan itu diberikan kepada berhala-berhala. Karena Allah suci dan bersih, Dia tak
akan menerima sesuatu yang rusak, Ia juga pasti menolak korban yang mahal, kotor dan tidak suci ini; karena
itulah kita menyimpulkan bahwa Setanlah yang menuntut kehormatan itu. HD 29.2
Yesus mati untuk melepaskan manusia dari cengkeraman Setan. Ia datang untuk membebaskan kita oleh
darah pengorban-an-Nya. Orang yang telah menjadi milik Yesus Kristus, dan seluruh tubuhnya menjadi
kediaman Roh Kudus, tidak akan memperbudak dirinya dengan penggunaan tembakau yang merusak.
Kesanggupannya akan menjadi milik Kristus yang telah membelinya dengan harga darah. Kepunyaannya adalah
milik Tuhan. Sebab itu, bagaimana mungkin mereka tidak bersalah dengan membelanjakan setiap hari uang
yang dipercayakan kepadanya untuk memuaskan selera yang tidak alamiah itu?
Suatu jumlah uang yang besar diboroskan sepanjang tahun untuk pemanjaan ini, sementara jiwa-jiwa sedang
binasa karena kelaparan firman kehidupan. Dengan menggunakan tembakau, orang-orang yang mengaku
Kristen merampok Allah dalam persembahan dan persepuluhan dengan mempersembahkan di atas mezbah
nafsu yang menghancurkan itu, lebih banyak dari yang mereka bagikan kepada orang-orang miskin atau
memenuhi keperluan pekerjaan Allah. Mereka yang sungguh-sungguh disucikan akan mengatasi setiap
keinginan dan hawa nafsu yang merusak. Kemudian segala saluran pengeluaran yang sia-sia ini akan
dikembalikan kepada perbendaharaan Tuhan, dengan demikian orang-orang Kristen akan menyambut tuntunan
penyangkalan diri, pengorbanan diri dan pengendalian diri. Lalu mereka akan menjadi terang dunia
Standar Kesucian
Rasul itu sendiri berusaha untuk mencapai standar kesucian yang sama yang disampaikannya di hadapan
saudara-saudaranya. Ia menulis kepada jemaat di Filipi: “Tetapi apa yang dulu merupakan keuntungan bagiku,
sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus
Yesus, Tuhanku:... Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan-Nya
dalam pen-deritaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, supaya aku akhirnya
beroleh kebangkitan dari antara orang mati. Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah
sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-ka- lau aku dapat menangkapnya, karena aku pun telah ditangkap
oleh Kristus Yesus. Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini
yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang ada di
hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan surgawi dari Allah dalam
Kristus Yesus” (Flp 3:7-14). Ada suatu perbedaan mencolok antara pembenaran diri yang sombong dari mereka
yang mengaku tidak berdosa, dan bahasa yang paling sopan rasul ini. Namun itulah kesucian dan kesetiaan
hidupnya sendiri yang memberi kuasa sedemikian rupa sebagai imbauan kepada saudara-saudaranya.
Kehendak Allah
Rasul Paulus tidak ragu-ragu menekankan pentingnya penyucian menurut Alkitab dalam setiap kesempatan
yang tepat. Ia berkata: “Kamu tahu juga petunjuk-petunjuk mana yang telah kami berikan kepadamu atas nama
Tuhan Yesus. Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu” (1 Tes 4:2, 3). “Hai saudara-saudaraku yang
kekasih, kamu senantiasa taat: karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan
saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir, karena Allahlah yang
mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya. Lakukanlah segala
sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan, supaya kamu dada beraib dan tiada bernoda,
sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat
ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia” (Flp 2:12-15). HD 81.1
Ia menugaskan Titus supaya memberi petunjuk kepada jemaat agar mereka percaya pada jasa-jasa Kristus
bagi keselamatan, kasih karunia Ilahi, bertahta di hati mereka, yang akan menuntun kepada kesetiaan terhadap
segala tugas kehidupan. “Ingatkanlah mereka supaya mereka tunduk pada pemerintah dan orang-orang yang
berkuasa, taat dan siap untuk melakukan setiap pekerjaan yang baik Janganlah mereka memfitnah, janganlah
mereka bertengkar, hendaklah mereka selalu ramah dan bersikap lemah lembut terhadap semua orang....
Perkataan ini benar dan aku mau supaya engkau dengan yakin menguatkannya, agar mereka yang sudah
percaya kepada Allah sungguh-sungguh berusaha melakukan pekerjaan yang baik. Itulah yang baik dan
berguna bagi manusia” (Tit 3:1-8). HD 81.2
Paulus berupaya mengingatkan kita kepada fakta bahwa dasar segala pelayanan yang diterima Allah,
maupun puncak kasih karunia Kristen adalah kasih; dan damai Allah hanya akan bertahta pada jiwa yang di
dalamnya kasih berkuasa. “Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya,
kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran, dan ampunilah
seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah
mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian. Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai
pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan. Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam
hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah. Hendaklah perkataan
Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan
menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan Mazmur dan pujian-pujian dan nyanyian rohani, kamu
mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu. Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan
atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada
Allah, Bapa kita” (Kol 3:12-17)
Pasal 11 - Kesempatan Istimewa Orang Kristen
BANYAK ORANG yang sungguh-sungguh mencati hati yang suci dan hidup yang murni tampaknya bingung
dan kecewa. Mereka terus-menerus memandang pada diri sendiri, dan menangisi iman mereka yang kurang;
dan karena mereka tidak memiliki iman, mereka merasa bahwa mereka tidak dapat menuntut berkat Allah.
Orang-orang ini salah mengerti perasaan sebagai iman. Mereka beralih dari kesederhanaan iman yang benar,
dengan demikian menimbulkan kegelapan besar ke atas jiwa mereka. Mereka harus mengalihkan pikiran mereka
dari diri, agar tinggal dalam belas kasihan dan kebaikan Allah dan merenungkan kembali janji-janji-Nya, lalu
percaya bahwa Ia akan menggenapi perkataan-Nya. Apabila kita bertobat dari pelanggaran masa lampau
terhadap hukum-hukum-Nya, dan bertekad memperbarui penurutan pada masa mendatang, kita harus percaya
bahwa Allah demi Kristus menerima kita dan mengampuni dosa-dosa kita. HD 83.1
Kadang-kadang, kegelapan dan kekecewaan datang kepada jiwa, mengancam dan mau menghanyutkan
kita, tetapi kita tidak boleh meninggalkan keyakinan kita. Kita harus mengarahkan pandangan kita kepada Yesus,
baik dengan satu perasaan maupun tidak. Kita harus berusaha melaksanakan setiap tugas dengan setia,
kemudian dengan tenang berpegang kepada janji-janji Allah.
Kehidupan Iman
Kadang-kadang perasaan ketidaklayakan kita membuat ketakutan di dalam jiwa, tetapi ini bukanlah bukti
bahwa Allah telah berubah terhadap kita, atau kita terhadap Allah. Janganlah mengekang pikiran hingga
mempunyai satu perasaan tertentu. Bisa saja kita tidak merasakan hari ini damai sejahtera dan sukacita yang
kita rasakan kemarin; tetapi dengan iman kita harus memegang tangan Kristus, dan percaya penuh kepada-Nya
di dalam gelap maupun di dalam terang. HD 83.3
Setan bisa saja berbisik, “Engkau terlalu berdosa untuk dapat diselamatkan Kristus.” Sementara menyadari
bahwa engkau benar-benar orang berdosa dan tidak layak, namun engkau dapat menghadapi penggoda dengan
seruan, “Dengan jasa kebajikan pendamaian, aku mengklaim Kristus sebagai Juruselamatku. Aku tidak percaya
pada jasa-jasaku sendiri, tetapi kepada darah Yesus yang mahal, yang menyucikan aku. Saat ini aku
menggantungkan jiwaku yang tak berdaya kepada Kristus.” Kehidupan Kristen haruslah menjadi suatu
kehidupan iman yang hidup dan tetap. Kepercayaan yang kukuh, ketergantungan kepada Kristus akan
membawa damai dan jaminan kepada jiwa.
Melawan Pencobaan
Janganlah kecewa bila tampaknya hati begitu keras. Setiap hambatan, setiap musuh di dalam jiwa, hanyalah
menambah keperluanmu akan Kristus. Ia datang untuk mengangkat hati batu dan mengaruniakan kepadamu
hati daging. Pandanglah kepada-Nya untuk kasih karunia khusus untuk mengatasi kesalahan-kesalahanmu yang
khusus. Bila diserang oleh pencobaan, dengan teguh lawanlah anjuran-anjuran jahat itu; katakanlah kepada
jiwamu, “Bagaimana mungkin aku menghina Penebusku? Aku telah menyerahkan diriku kepada Kristus; aku
tidak ingin melakukan pekerjaan Setan.” Berserulah kepada Juruselamat terkasih untuk memperoleh bantuan
dalam menyerahkan setiap berhala dan meninggalkan setiap dosa kesayangan. Biarlah mata iman diarahkan
kepada Yesus yang sedang berdiri di hadapan takhta Bapa, mengajukan tangan-Nya yang terluka sementara Ia
memohon bagimu. Percayalah bahwa kekuatan datang kepadamu melalui Juruselamatmu yang mulia.
Memandang dengan Mata Iman
Dengan iman pandanglah mahkota yang disediakan bagi me-reka yang menang; dengarlah nyanyian
sukacita dari orang-orang yang ditebus, Layaklah, Layaklah Anak Domba, yang telah mati dan yang telah
menebus kita untuk Allah! Upayakanlah menganggap suasana ini sebagai kenyataan. Stefanus, orang Kristen
pertama yang mati syahid, dalam pergumulannya yang dahsyat dengan para pemerintah dan penguasa serta
kejahatan rohani di tempat tinggi, berseru, “Sungguh aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di
sebelah kanan Allah” (Kis 7:56). Juruselamat dunia dinyatakan kepadanya sementara menatap dia dari surga
dengan perhatian yang sangat dalam, dan terang kemuliaan dari wajah Kristus memancar ke atas Stefanus
dengan cahaya yang terang benderang sehingga musuh-musuhnya pun melihat wajahnya bercahaya seperti
wajah seorang malaikat. HD 85.1
Jika kita mengizinkan pikiran kita lebih banyak memikirkan Kristus dan hal surgawi, kita pasti mendapat
kuasa yang mendorong dan menyokong kita dalam peperangan Tuhan. Kesombongan dan kasih dunia akan
hilang kuasanya bila kita merenungkan kemuliaan negeri yang lebih baik, yang tak lama lagi akan menjadi
tempat tinggal kita. Dengan keindahan Kristus, segala penarikan dunia lainnya akan tampak tak bernilai. HD 85.2
Janganlah seorang pun menyangka bahwa tanpa upaya mereka yang sungguh-sungguh, mereka dapat
memperoleh jaminan kasih Allah. Bila pikiran telah lama dibiarkan untuk hanya memikirkan perkara-perkara
duniawi saja, sudah tentu sulit mengubah kebiasaan berpikir itu. Apa yang dilihat mata dan didengar telinga,
terlalu sering menarik perhatian dan menghilangkan minat. Tetapi jika kita mau memasuki kota Allah, dan
memandang Yesus dan kemuliaan-Nya, kita harus terbiasa memandang kepada-Nya dengan mata iman di dunia
ini. Sabda dan tabiat Kristus harus sering menjadi pokok pemikiran dan percakapan kita, dan setiap hari dalam
waktu-waktu tertentu harus digunakan untuk berdoa dan merenungkan tema-tema yang suci ini.
Mendiamkan Roh
Penyucian adalah pekerjaan setiap hari. Biarlah jangan seorang pun menipu diri dengan keyakinan bahwa
Allah akan mengampuni serta memberkati mereka sementara melanggar salah satu dari tuntutan-tuntutan-Nya.
Pelanggaran sengaja akan suatu dosa yang diketahui, mendiamkan suara kesaksian Roh itu dan memisahkan
jiwa dari Allah. Bagaimanapun kegembiraan rohani yang dialami, Yesus tidak bisa tinggal di dalam hati yang
melanggar dan merendahkan hukum Ilahi. Allah hanya akan menghormati mereka yang menghormati Dia. HD
86.1
“Kamu adalah hamba orang itu, yang harus kamu taati” (Rm 6:16). Jika kita memanjakan amarah, nafsu,
keserakahan, dengki dan kepentingan diri atau segala jenis dosa lain, kita menjadi hamba-hamba kepada dosa.
“Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan” (Mat 6:24). Jika kita melayani dosa, kita tak dapat melayani
Kristus. Orang Kristen akan merasakan dorongan dosa, karena keinginan daging bertentangan dengan Roh;
tetapi Roh berjuang melawan daging secara terus-menerus. Di sinilah pertolongan Kristus diperlukan. Manusia
yang lemah dipersatukan dengan kekuatan Ilahi, dan iman berseru. “Tetapi syukur kepada Allah, yang telah
memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita” (1 Kor 15:57).
Memperbaiki Kebiasaan Rohani
Jika kita ingin memperkembangkan suatu tabiat yang dapat diterima Allah, kita harus membentuk kebiasaan-
kebiasaan yang baik dalam kehidupan rohani kita. Doa setiap hari penting bagi pertumbuhan dalam kasih
karunia, bahkan dalam kehidupan rohani itu sendiri, seperti halnya makanan bagi kesehatan jasmani. Kita harus
membiasakan diri untuk mengangkat pikiran kita kepada Allah dalam doa. Bila pikiran mengembara, kita harus
kembalikan; dengan upaya yang tak kenal lelah, akhirnya kebiasaan akan membuatnya mudah. Sesaat pun kita
tak dapat aman bila terpisah dari Kristus. Hadirat-Nya boleh menyertai kita pada setiap langkah, tetapi hanya
dengan memenuhi syarat-syarat yang telah Dia tentukan sendiri. HD 86.3
Agama harus dibuat menjadi urusan besar kehidupan. Segala hal lain harus lebih rendah daripada itu.
Segala kesanggupan tubuh, jiwa dan roh harus digunakan dalam peperangan Kristiani. Kita harus memandang
kepada Kristus untuk kekuatan dan kasih karunia, dan kita akan memperoleh kemenangan seperti pastinya
Yesus telah mati bagi kita.
Nilai Jiwa
Kita harus datang lebih dekat ke salib Kristus. Menyesali dosa di kaki salib adalah pelajaran pertama dari
damai yang harus kita pelajari. Kasih Yesus--siapa yang dapat memahaminya? Jauh lebih lembut dan lebih
menyangkal diri daripada kasih seorang ibu! Jika kita ingin mengetahui nilai satu jiwa, kita harus memandang
dengan iman yang hidup kepada salib itu, dengan demikian kita mulai belajar sesuatu yang akan menjadi
pelajaran dan nyanyian orang-orang yang ditebus itu selama-lamanya. Nilai waktu dan talenta-talenta kita hanya
dapat diukur oleh besarnya tebusan yang dibayar untuk kita. Betapa sikap tidak berterima kasih kita nyatakan
kepada Allah bila kita merampok Dia dari milik-Nya sendiri oleh tidak memberikan kepada-Nya kasih dan
pelayanan kita! Terlalu besarkah bagi kita bila menyerahkan diri kepada Dia yang telah mengorbankan
segalanya untuk kita? Dapatkah kita memilih persahabatan dengan dunia di hadapan kemuliaan Kristus yang tak
terhingga--“duduk bersama-sama dengan Bapa-Ku di atas takhta-Nya” (Why 3:21)?
Suatu Pekerjaan yang Teras Maju
Penyucian adalah suatu pekerjaan yang progresif. Langkah maju ditempatkan di hadapan kita seperti
perkataan Rasul Petrus: “Kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu
kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, dan kepada pengetahuan penguasaan diri, dan kepada
penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, dan kepada kesalehan kasih akan saudara-
saudara, dan kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang. Sebab apabila semuanya itu ada padamu
dengan berlimpah-limpah, kamu akan dibuatnya menjadi giat dan berhasil dalam pengenalan akan Yesus
Kristus, Tuhan kita” (2 Ptr 1:5-8). “Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya
panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jika kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah terserandung.
Dengan demikian kepada kamu akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal, yaitu Kerajaan
Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus” (ayat 10, 11). HD 87.3
Inilah suatu pelajaran yang olehnya kita boleh diyakinkan bahwa kita tidak pernah akan jatuh. Dengan
demikian mereka yang sedang bekerja dalam rencana tambahan itu untuk memperoleh kasih karunia Kristus,
memperoleh juga jaminan bahwa Allah akan bekerja di atas rencana yang dilipatgandakan untuk mengumpulkan
bagi mereka karunia-karunia Roh-Nya. Petrus mengamanatkan kepada mereka yang memiliki iman yang
berharga: “Kasih karunia dan damai sejahtera meliputi kamu oleh pengenalan akan Allah dan akan Yesus,
Tuhan kita” (ayat 2). Dengan kasih karunia Ilahi, semua orang yang menaiki anak tangga bercahaya dari bumi ke
surga, dan akhirnya, “sukacita abadi meliputi mereka” (Yes 35:10), masuk melalui pintu gerbang kota Allah. HD
88.1
Juruselamat kita menuntut semua yang ada pada kita; Ia meminta pemikiran kita yang terutama dan yang
paling suci, serta kasih sayang kita yang paling murni dan kuat. Jika kita sungguh-sungguh ambil bagian dalam
sifat Ilahi, pujian kepada-Nya akan selamanya di hati dan di bibir kita. Satu-satunya keselamatan kita ialah
menyerahkan segala yang ada pada kita kepada-Nya dan terus-menerus bertumbuh di dalam kasih karunia dan
dalam pengenalan akan kebenaran.
Seruan Kemenangan Paulus
Rasul Paulus sangat dihormati Allah, sehingga dia diangkat ke langit yang ketiga dalam suatu penglihatan
yang suci, di mana ia melihat suatu pemandangan yang kemuliaannya tidak diperbolehkan dia nyatakan. Namun
ini tidak membuat dia jadi sombong atau percaya kepada diri sendiri. Ia menyadari pentingnya tetap setia dan
menyangkal diri, dan dengan jelas menyatakan, “Aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya
sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak” (1 Kor 9:27). HD 89.1
Paulus menderita demi kebenaran, namun kita tidak mendengar persungutan keluar dari bibirnya. Sementara
ia meninjau kehidupannya yang kerja keras, penuh perhatian dan pengor-banan, ia berkata, “Sebab aku yakin,
bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan
kepada kita” (Rm 8:18). Seruan kemenangan hamba Allah yang setia itu sampai kepada zaman kita ini.
“Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau
kegelapan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?... Tetapi dalam semuanya itu kita lebih daripada
orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita. Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun
hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan
datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan
dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam kasih Yesus, Tuhan kita” (Rm 8:35-39). HD 89.2
Walaupun akhirnya Paulus harus dijebloskan ke dalam penjara Roma--tertutup dari terang dan udara surga,
terputus dari tugas aktifnya menyebarkan Injil, dan sebentar lagi akan dihukum mati--namun ia tidak mau
bimbang dan murung. Dari dalam penjara yang pengap dan dingin muncullah kesaksiannya yang terakhir, penuh
dengan iman dan keberanian yang mulia, memberikan inspirasi kepada hati orang-orang saleh dan yang mati
syahid dari abad ke abad. Perkataannya yang layak melukiskan hasil-hasil penyucian yang kita dapati dalam
halaman-halaman buku ini berusaha untuk menyatakan: “Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan
sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat. Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku
telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebesaran
yang akan dikaruniai kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku,
melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya” (2 Tim 4:6-8).