1. Akulah Tuhan, Allahmu, Jangan menyembah berhala, berbaktilah kepada-Ku saja, dan
cintailah Aku lebih dari segala sesuatu.
5. Jangan membunuh.
6. Jangan berzina.
7. Jangan mencuri.
Tradisi Gereja yang setia kepada Kitab Suci dan yang mengikuti teladan Yesus, selalu
mengakui keunggulan Kesepuluh Perintah Allah serta pentingnya. Orang-orang Kristen
diwajibkan untuk mengamalkannya. (KKGK # 438). Sepuluh perintah ini dapat dibaca dalam
versi asli di dalam kitab Keluaran (20:1-17) dan kitab Ulangan (5:1-21).
2. Ikutlah perayaan ekaristi pada hari Minggu dan hari raya yang diwajibkan, dan janganlah
melakukan pekerjaan yang dilarang pada hari itu.
Supaya kita dapat hidup suci, Kristus datang kepada kita dalam tanda-tanda yang
kelihatan, yaitu dalam sakramen-sakramen kudus. Ia hadir dalam tanda-tanda itu untuk
memberi kekuatan serta rahmat.
1. Baptisan.
2. Krisma.
3. Ekaristi.
6. Tahbisan.
7. Perkawinan.
Melalui baptisan kita telah menjadi anak Allah. Jika kita kehilangan kesucian yang
diperoleh dalam sakramen baptisan, kita dapat memperolehnya kembali dengan memenuhi
syarat-syarat ini:
1. Pemeriksaan batin.
5. Penitensi.
Tujuh karunia Roh Kudus
1. Kebijaksanaan. (Sapientia)
2. Pengertian. (Intellectus)
3. Pengetahuan. (Scientia)
4. Nasihat. (Consilium)
5. Kekuatan. (Fortitudo)
6. Kesalehan. (Pietas)
7. Ketakwaan. (Timor)
1. Kasih. (Caritas)
2. Sukacita. (Gaudium)
3. Damai. (Pax)
4. Kesabaran. (Patientia)
6. Kebaikan. (Bonitas)
9. Kepercayaan. (Fides)
1. Adven.
->Dari sore menjelang hari Minggu I Adven hingga sore menjelang hari raya Natal.
2. Natal.
->Dari sore menjelang hari raya Natal hingga hari Minggu Baptisan Tuhan [antara 7-13
Januari].
3. Prapaskah.
4. Trihari Suci.
->Dari misa Perjamuan Terakhir pada malam Kamis Putih hingga sore hari raya Paskah.
5. Paskah.
6. Misa biasa.
->Dari Senin sesudah hari Minggu Baptisan Tuhan hingga hari Rabu Abu; dari Senin sesudah
hari raya Pentekosta hingga sore menjelang hari Minggu I Adven.
Tanda Salib
Anda menanyakan makna “tanda salib” orang Roma katolik. Anda jelas berpikir
kepada tanda salib yang besar. Dengan tangan kanan orang menyentuh dahi, dada, bahu kiri
dan bahu kanan, sambil mengucapkan rumus dalam/ atas/ demi nama Bapa dan Putra dan
Roh Kudus. Amin. Secara resmi tanda salib besar itu dipakai pada awal suatu upacara resmi,
misalnya ibadat harian, misa, dan sebagainya, dan juga pada akhir, berupa “berkat”.
Salib (dua garis atau tiang bersilang) cukup banyak dipakai sebagai tanda/ simbol/
juga diluar agama kristen/ katolik. Pada lain kesempatan simboliknya itu barangkali dapat
dikupas sedikit. Sekarang hanya mengenai simbolik. Tanda salib yang dipakai orang Roma
katolik saja.
Pada umat kristen katolik, tanda salib disertai ucapan yang dikutip tadi menjadi tanda/
simbol karya penyelamatan, penebusan, yang mendamaikan jagat raya, memberi hidup dan
mengalahkan yang jahat. Tanda salib itu menjadi suatu pengakuan iman, yang pendek namun
lengkap. Dengan kata amin yang mengakhiri ucapan tersebut, iman diperteguh oleh mereka
yang membuat tanda salib itu.
Memang, menurut keyakinan kristen, karya penyelamatan, penebusan berpangkal
pada dan dilaksanakan oleh Allah tegasnya oleh Allah Tritunggal, yaitu Bapa, Putra/ anak,
dan Roh Kudus. Masing-masing, meskipun tetap satu Allah, memegang perannya sendiri.
Sebab apa yang dimaksud orang Kristen dengan Allah Tritunggal itu tidak mudah
dipikirkan, bahkan oleh orang Kristen sekalipun.
Allah yang hanya satu menurut keterangan perjanjian baru adalah kasih (surat
pertama Yohanes 4:8). Karena itu Allah menawarkan diri-Nya kepada manusia. Allah itu
ialah Allah Bapa. Tawaran diri Allah itu tampil dalam sejarah dimuka bumi ini berupa Yesus
Kristus. Karena itu Yesus disebut sebagai Allah anak. Dan Yesus sebagai manusia ditengah-
tengah manusia selagi hidup di dunia sepenuh-penuhnya menerima tawaran diri Allah itu,
meskipun berarti menjadi disalibkan. Karena itu Yesus diberi gelar Anak Allah. Dan setelah
di bangkitkan dari antara orang mati, Yesus terus menerus menerima tawaran diri Allah itu.
Meskipun Yesus sudah hilang dari panggung sejarah, namun tawaran diri Allah yang di
terima manusia Yesus Kristus, tetap tinggal untuk di terima oleh manusia lain juga. Adapun
tawaran diri Allah yang tetap tinggal di dunia disebutkan Roh Kudus atau Allah Roh Kudus.
Begitulah Allah yang satu menjadi juru selamat manusia melalui Yesus Kristus dan berupa
Roh Kudus. Dan titik sambung antara manusia dan Allah penyelamat ialah Yesus Kristus
yang berkat Roh Kudus wafat di salib dan di bangkitkan.
Semuanya itu di ungkapkan dan di perteguh dengan isyarat tangan yang menyentuh
dahi dan dada (garis tegak lurus) dan bahu kiri dan kanan (garis mendatar), sehingga
berbentuk salib. Dengan menandai dirinya dengan salib dengan demikian sambil meyeruhkan
nama (= daya kekuatan) Bapa, Putra dan Roh Kudus, orang dengan imannya menempatkan
dirinya seluruhnya di bawah naungan salib Yesus yang mendapat kekuatannya untuk
mengalahkan dosa dan mengantar manusia kepada Allah dari Bapa, melalui Putra, berupa
Roh Kudus.
Meskipun nama Yesus tidak terungkap, namun diri Yesus jelas di tandakan, karena
yang menjalani kematian di salib memang Yesus, kasih Allah, Allah-Anak yang telah
menjadi manusia. Manusia Yesus, terlepas dari Allah, memang bukan juru selamat, bukan
penebus manusia melainkan paling-paling dapat menjadi pendiri agama kristen.
(Groenen,1993)
Syahadat Iman
Aku Percaya adalah Syahadat iman kepercayaan kita, bisa berupa Syahadat para rasul atau
syahadat panjang (Nicea-Konstaninopel)
Aku percaya akan Allah, Bapa yang Maha Kuasa, pencipta langit dan bumi. Dan akan
Yesus Kristus, PuteraNya yang tunggal, Tuhan kita. Yang dikandung dari Roh Kudus,
dilahirkan oleh perawan Maria. Yang menderita sengsara, dalam pemerintahan Pontius
Pilatus, disalibkan, wafat dan dimakamkan. Yang turun ketempat penantian, pada hari ketiga
bangkit dari antara orang mati. Yang naik ke surga, duduk disebelah kanan Allah Bapa yang
Maha Kuasa. Dari situ Ia akan datang mengadili orang hidup dan mati. Aku percaya akan
Roh Kudus, Gereja Katholik yang Kudus, Persekutuan para Kudus, pengampunan dosa,
kebangkitan badan, kehidupan kekal. Amin
Kepemimpinan dalam Gereja pada dasarnya diserahkan kepada hierarki yang berasal
dari Kristus sendiri.Konsili mengajarkan bahwa “atas penetapan Ilahi, para uskup
menggantikan para rasul sebagai penggembala Gereja”.[14]Konsili juga mengajarkan dan
mengatakan bahwa Yesus Kristus, Gembala kekal, telah mendirikan Gereja kudus, dengan
mengutus para rasul seperti Ia sendiri diutus oleh Bapa.[15]Para pengganti mereka yakni para
uskup dikehendakiNyamenjadi gembala dalam GerejaNya hingga akhir zaman.[16]Dengan
demikian, dasar dari kepemimpinan dalam Gereja adalah berasal dari kehendak Tuhan.
Para uskup adalah pengganti para rasul.Tugas dari dewan para uskup adalah
menggantikan dewan para rasul dan yang memimpin Gereja adalan dewan para uskup. Ketika
Kristus mengangkat dua belas rasul, Ia membentuk mereka menjadi semacam dewan atau
badan yang tetap. Sebagai ketua dewan, diangkatNya Petrus yang dipilih dari antara mereka.
Sama seperti Santo Petrus dan para rasul lainnya yang atas penetapan Tuhan
merupakan satu dewan para rasul, demikian pula Paus, pengganti Petrus, bersama para uskup,
pengganti rasul, merupakan suatu himpunan yang serupa.
a. Paus
Konsili Vatikan II menegaskan: “Adapun dewan atau badan para uskup hanyalah
berwibawa, bila bersatu dengan imam agung di Roma, pengganti Petrus, sebagai kepalanya
dan selama kekuasaan primatnya terhadap semua baik para gembala maupun kaum beriman,
tetap berlaku seutuhnya.” Sebab Imam Agung di Roma berdasarkan tugasnya, yakni sebagai
wakil Kristus dan gembala Gereja semesta, mempunyai kuasa penuh, tertinggi dan universal
terhadap Gereja dan kuasa itu selalu dapat dijalankan dengan bebas. Kristus mengangkat
Santo Petrus menjadi pemimpin para rasul.Paus, pengganti Petrus, adalah pemimpin para
uskup.
b. Uskup
Para Imam adalah wakil uskup disetiap jemaat setempat.Tugas konkret para imam
adalah pewartaan, perayaan dan pelayanan umat.Para imam ditahbiskan untuk mewartakan
Injil dan menggembalakan umat beriman.
Imam merupakan “penolong dan organ para uskup” (Lumen Gentium 28) Didalam
Gereja Katolik ada imam diosesan (sebutan yang sering dipakai imam praja) dan imam
religius (ordo atau kongregasi).Imam diosesanadalah imam keuskupan yang terikat dengan
salah satu keuskupan tertentu dan tidak termasuk ordo atau kongregasi tertentu. Imam
religius (misalnya SJ, MSF, OFM, dsb) adalah imam yang tidak terikat dengan keuskupan
tertentu, melainkan lebih terikat pada aturan ordo atau kongregasinya.
Para Diakon; tingkat hierarki yang lebih rendah terdapat para diakon yang
ditumpangi tangan bukan untuk imamat, melainkan untuk pelayanan. Diakon adalah
pembantu Uskup dan Imam dalam pelayanan terhadap umat beriman. Mereka ditahbiskan
untuk mengambil bagian dalam imamat jabatan. Karena tahbisannya ini, maka seorang
diakon masuk dalam kalangan hirarki. Di Gereja Katolik ada 2 macam Diakon, yaitu: 1)
mereka yang dipersiapkan untuk menerima tahbisan Imam. 2) mereka yang menjadi Diakon
untuk seumur hidupnya tanpa menjadi Imam.
Catatan: “Kardinal”, Kardinal bukan jabaran hirarkis dan tidak termasuk struktur
hirarkis. Kardinal adalah penasehat Paus dan membantu Paus dalam tugas reksa harian
seluruh Gereja. Mereka membentuk suatu dewan Kardinal. Jumlah dewan yang berhak
memilih Paus dibatasi 120 orang yang di bawah usia 80 tahun. Seorang Kardinal dipilih oleh
Paus secara bebas.Kardinal adalah merupakan gelar kehormatan. Kata “kardinal” berasal dari
kata Latin”cardo” yang berarti “engsel”, dimana seorang Kardinal dipilih menjadi asisten-
asisten kunci dan penasehat dalam berbagai urusan gereja. Kardinal dapat dipilih dari
kalangan Imam ataupun Uskup. Di Indonesia telah ada 2 orang Kardinal, yaitu Yustinus
Kardinal Darmojuwono Pr (alm.) dan Julius Kardinal Darmaatmaja SJ.
a. Menjalankan tugas gerejani yakni tugas-tugas yang secara langsung dan eskplisit
menyangkut kehidupan beriman Gereja seperti melayani sakramen-sakramen, mengajar
agama dan sebagainya.
a. Kepemimpinan dalam Gereja merupakan suatu panggilan khusus, dimana campur tangan
Tuhan merupakan unsur yang dominan. Oleh sebab itu, kepemimpinan dalam Gereja tidak
diangkat oleh manusia berdasarkan suatu bakat, kecakapan atau prestasi tertentu.
Kepemimpinan dalam Gereja tidak diperoleh oleh kekuatan manusia sendiri. “Bukan
kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu.” Kepemimpinan dalam
masyarakat dapat diperjuangkan oleh manusia, tetapi di dalam Gereja tidaklah demikian.
b. Kepemimpinan dalam Gereja bersifat mengabdi dan melayani dalam arti semurni-
murninya, walaupun ia sungguh mempunyai wewenang yang berasal dari Kristus sendiri.
Kepemimpinan gerejani adalah kepemimpinan untuk melayani, bukan untuk dilayani.
Kepemimpinan untuk menjadi orang yang terakhir bukan yang pertama. Kepemimpinan
untuk mencuci kaki sesama saudara.
c Kepemimpinan hierarki berasal dari Tuhan, maka tidak dapat dihapus oleh manusia.
Maksud dari “atas penetapan ilahi para uskup menggantikan para rasul sebagai
gembala Gereja” ialah bahwa dari hidup dan kegiatan Yesus timbulah keplompok orang yang
kemudian berkembang menjadi Gereja, seperti yang dikenal sekarang. Proses perkembangan
pokok itu terjadi dalam Gereja perdana atau Gereja para rasul, Yakni Gereja yang mengarang
Kitab Suci Perjanjian baru. Jadi, dalam kurun waktu antara kebangkitan Yesus dan
kemartiran St. Ignatius dari Antiokhia pada awal abad kedua, secara prinsip terbentuklah
hierarki Gereja sebagaimana dikenal dalam Gereja sekarang.
Struktur Hierarkis Gereja yang sekarang terdiri dari dewan para Uskup dengan Paus
sebagai kepalanya, dan para imam serta diakon sebagai pembantu uskup
1. Para Rasul
Sejarah awal perkembangan Hierarki adalah kelompok keduabelas rasul. Inilah
kelompok yang sudah terbentuk waktu Yesus masih hidup. Seperti Paulus juga menyebutnya
kelompok itu ” mereka yang telah menjadi rasul sebelum aku” (Gal 1:17). Demikian juga
Paulus pun seorang rasul, sebagaimana dalam Kitab Suci (1Kor 9:1, 15:9, dsb)
Pada akhir perkembangannya ada struktur dari Gereja St. Ignatius dari Antiokhia,
yang mengenal “penilik” (Episkopos), “penatua” (presbyteros), dan “pelayan” (diakonos).
Struktur ini kemudian menjadi struktur Hierarkis yang terdiri dari uskup, imam dan diakon.
Pada akhir zaman Gereja perdana, sudah diterima cukup umum bahwa para uskup
adalah pengganti para rasul, seperti juga dinyatakan dalam Konsili Vatikan II (LG 20). Tetapi
hal itu tidak berarti bahwa hanya ada dua belas uskup (karena duabelas rasul). Disini
dimaksud bukan rasul satu persatu diganti oleh orang lain, tetapi kalangan para rasul sebagai
pemimpin Gereja diganti oleh kalangan para uskup. hal tersebut juga di pertegas dalam
Konsili Vatikan II (LG 20 dan LG 22).
Tegasnya, dewan para uskup menggantikan dewan para rasul. Yang menjadi
pimpinan Gereja adalah dewan para uskup. Seseorang diterima menjadi uskup karena
diterima kedalam dewan itu. itulah Tahbisan uskup, “Seorang menjadi anggota dewan para
uskup dengan menerima tahbisan sakramental dan berdasarkan persekutuan hierarkis dengan
kepada maupun para anggota dewan” (LG 22). Sebagai sifat kolegial ini, tahbisan uskup
belalu dilakukan oleh paling sedikit tiga uskup, sebab tahbisan uskup berarti bahwa seorang
anggota baru diterima kedalam dewan para uskup (LG 21).
3. Paus
Kristus mengangkat Petrus menjadi ketua para rasul lainnya untuk menggembalakan
umat-Nya. Paus, pengganti Petrus adalah pemimpin para uskup.
Menurut kesaksian tradisi, Petrus adalah uskup Roma pertama. Karena itu Roma
selalu dipandang sebagai pusat dan pedoman seluruh Gereja. Maka menurut keyakinan
tradisi, uskup roma itu pengganti petrus, bukan hanya sebagai uskup lokal melainkan
terutama dalam fungsinya sebagai ketua dewan pimpinan Gereja. Paus adalah uskup Roma,
dan sebagai uskup Roma ia adalah pengganti Petrus dengan tugas dan kuasa yang serupa
dengan Petrus. hal ini dapat kita lihat dalam sabda Yesus sendiri :
“Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu
kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau
adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut
tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga.Apa yang
kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas
di sorga.” (Mat 16:17-19).
4. Uskup
Paus adalah juga seorang uskup. kekhususannya sebagai Paus, bahwa dia ketua dewan
para uskup. Tugas pokok uskup ditempatnya sendiri dan Paus bagi seluruh Gereja adalah
pemersatu. Tugas hierarki yang pertama dan utama adalah mempersatukan dan
mempertemukan umat. Tugas itu boleh disebut tugas kepemimpinan, dan para uskup “dalam
arti sesungguhnya disebut pembesar umat yang mereka bimbing” (LG 27).
Tugas pemersatu dibagi menjadi tiga tugas khusus menurut tiga bidang kehidupan
Gereja. Komunikasi iman Gereja terjadi dalam pewartaan, perayaan dan pelayanan. Maka
dalam tiga bidang itu para uskup, dan Paus untuk seluruh Gereja, menjalankan tugas
kepemimpinannya. “Diantara tugas-tugas utama para uskup pewartaan Injilah yang
terpenting” (LG 25). Dalam ketiga bidang kehidupan Gereja uskup bertindak sebagai
pemersatu, yang mempertemukan orang dalam komunikasi iman.
5. Imam
Pada zaman dahulu, sebuah keuskupan tidak lebih besar daripada sekarang yang
disebut paroki. Seorang uskup dapat disebut “pastor kepala” pada zaman itu. dan imam-imam
“pastor pembantu”, lama kelamaan pastor pembantu mendapat daerahnya sendiri, khususnya
di pedesaan. Makin lama daerah-daerah keuskupan makin besar. Dengan Demikian, para
uskup semakin diserap oleh tugas oraganisasi dan administrasi. Tetapi itu sebetulnya tidak
menyangkut tugasnya sendiri sebagai uskup, melainkan cara melaksanakannya. sehingga
uskup sebagai pemimpin Gereja lokal, jarang kelihatan ditengah-tengah umat.
melihat perkembangan demikian, para imam menjadi wakil uskup. “Di masing-
masing jemaat setempat dalam arti tertentu mereka menghadirkan uskup. Para imam
dipanggil melayani umat Allah sebagai pembantu arif bagi badan para uskup, sebagai
penolong dan organ mereka” (LG 28).
Tugas konkret mereka sama seperti uskup: “Mereka ditahbiskan untuk mewartakan
Injil serta menggembalakan umat beriman, dan untuk merayakan ibadat ilahi”
6. Diakon
“Pada tingkat hiererki yang lebih rendah terdapat para diakon, yang ditumpangi
tangan ‘bukan untuk imamat, melainkan untuk pelayanan'” (LG29). Mereka pembantu uskup
tetapi tidak mewakilinya.
Para uskup mempunyai 2 macam pembantu, yaitu pembantu umum (disebut imam)
dan pembantu khusus (disebut diakon). Bisa dikatakan juga diakon sebagai “pembantu
dengan tugas terbatas”. jadi diakon juga termasuk kedalam anggota hierarki
Istilah nama:
seorang kardinal adalah seorang uskup yang diberi tugas dan wewenang memilih Paus
baru, bila ada seorang Paus yang meninggal. (karena Paus adalah uskup roma, maka Paus
baru sebetulnya dipilih oleh pastor-pastor kota Roma, khususnya pastor-pastor dari gereja-
gereja “utama” (cardinalis)). Dewasa ini para kardinal dipilih dari uskup-uskup seluruh dunia.
lama kelamaan para kardinal juga berfungsi sebagai penasihat Paus, bahkan fungsi kardinal
menjadi suatu jabatan kehormatan. Para kardinal diangkat oleh Paus. Sejak abad ke 13 warna
pakaian khas adalah merah lembayung.
Daftar Pustaka