Anda di halaman 1dari 229

MINGGU, 2 JULI 2017

BULAN KELUARGA --- STOLA PUTIH

Bacaan 1 : Yeremia 28:5-9


Bacaan 2 : Roma 6:12-23
Bacaan 3 : Matius 10:40-42
Tema Liturgis : Hidup Berkeluarga yang Menyatakan Karya Allah
Tema Khotbah : Keluarga Sebagai Utusan Kristus

Keterangan Bacaan
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)
1. Yeremia 28:5-9
Pasal 26 sampai 29 memiliki tema serupa, yaitu berbicara tentang kebenaran
nubuatan Nabi Yeremia yang mesti berhadapan dengan nubuat-nubuat nabi lain
yan tidak berasal dari Allah. Di psl. 28 ini, Yeremia sang nabi sejati berhadapan
muka dengan muka dengan Hananya, sang nabi palsu. Di hadapan para imam
dan segenap rakyat, Hananya menubuatkan bahwa kuk raja Babel akan segera
dipatahkan TUHAN dan segala perkakas Bait Allah yang telah dirampas akan
dikembalikan pula (ay. 3). Dalam menyampaikan nubuat dalam versinya,
Hananya mematahkan gandar di tengkuk Nabi Yeremia agar para pendengarnya
yakin bahwa mereka akan segera bebas dari Babel (ay. 10). Ini adalah nubuatan
yang memuaskan telinga Yehuda, namun itu bukan kehendak Allah. Melalui
firman yang disampaikan-Nya melalui Yeremia, TUHAN justru meminta Yehuda
untuk menyerahkan diri di bawah kuk raja Babel agar mereka selamat (27:8).
Karena jika tidak bersedia takluk, mereka akan binasa karena pedang, kelaparan
dan penyakit sampar (27:13).
Respon Yeremia sebagai nabi sejati menarik, ia sempat meng-amin-kan nubuat
palsu Hananya (ay. 6) sebelum mengingatkan nabi palsu itu beserta dengan
seluruh pembesar dan rakyat Yehuda, bahwa telah banyak nabi yang
menubuatkan perang, malapetakan dan penyakit sampar (ay. 8). Namun, akan
datang nabi yang benar-benar diutus oleh TUHAN yang bernubuat tentang
damai sejahtera (ay. 9).

2. Roma 6:12-23

1
Dalam suratnya pada jemaat di Roma, Paulus memaparkan pandangan
teologisnya tentang hidup menjadi Kristen. Sebagai rasul yang tak memiliki
hubungan langsung dengan Jemaat di ibukota ini, Paulus menekankan bahwa
mereka tak lagi hidup di bawah kuasa dosa karena sudah tidak hidup di bawah
Hukum Taurat namun telah hidup di bawah kasih karunia (ay. 12-14). Namun,
Paulus sadar bahwa pernyataan teologisnya dapat membuat jemaat di Roma
salah paham. Melalui pernyataan itu, jemaat Roma dapat berpikir bahwa
mereka boleh melakukan apa saja (termasuk kejahatan) karena telah berada
dalam kasih karunia (ay. 15). Paulus menjelaskan bahwa setiap orang yang
menyerahkan diri kepada dosa, kebenaran tidak dapat berkuasa atasnya.
Sebaliknya jika mereka menghambakan diri pada kebenaran, maka dosa tak
mampu berkuasa (ay. 21-22). Karenanya maut tak lagi menjadi upah dosa,
namun bagi umat percaya kehidupan kekal adalah konsekuensi logis dari kasih
karunia.
Melalui surat ini, nampaknya Paulus sedang ingin menjelaskan bahwa menjadi
pengikut Kristus bukanlah perkara ketaatan yang bersumber pada ketakutan.
Namun sebaliknya, ketaatan mestilah menjadi buah dari kesadaran utuh bahwa
Tuhan sudah memberikan kasih karunia-Nya.

3. Matius 10:40-42
Teks ini adalah bagian dari narasi pemanggilan dan pengutusan para rasul. Di ay.
1-4, Yesus memilih dan memberikan kuasa kepada kedua belas muridNya agar
mereka mampu mengusir roh jahat, melenyapkan penyakit dan kelemahan.
Segera setelah pemberian kuasa, Matius menggambarkan bagaimana mereka
diutus untuk datang ke kota-kota Israel dan memberitakan Kerajaan Sorga (ay. 5-
15). Namun, tugas perutusan para murid juga mengandung resiko penganiayaan
karena Nama Kristus (ay. 16-32). Di ay. 40-42 ini, Yesus menggunakan alam pikir
Yahudi yang berkaitan dengan utusan. Pengutus biasanya adalah pihak yang
lebih berkuasa dan lebih tinggi dari yang diutus, namun saat seseorang dipilih
menjadi utusan itu berarti ia memiliki kuasa yang mengutusnya. Karena itu, jika
seseorang memperlakukan serorang utusan dengan baik, ia pun memperlakukan
pengutusnya dengan baik. Sebaliknya, jika ada utusan yang ditolak apalagi
dianiaya maka berarti penolakan dan penganiayaan itu ditujukan kepada sang
pengutus.

2
BENANG MERAH TIGA BACAAN
Seorang utusan harus taat kepada dia yang mengutusnya. Yeremia sadar
betul bahwa tugas pengutusannya adalah sebagai penyambung lidah TUHAN bagi
Yehuda. Meski berita yang mesti disampaikannya adalah berita yang tak memuaskan
telinga pendengarnya, Yeremia memilih untuk taat kepada TUHAN yang
mengutusnya. Kristus juga telah memberikan kuasa kepada para murid sebagai
utusan untuk memberitakan kasih karunia. Menjadi utusan Kristus memang tak
mudah karena ada resiko ditolak bahkan dianiaya. Namun Paulus menyatakan
bahwa ganjaran bagi umat yang bersedia taat dan setia dalam tugas pengutusannya
adalah kasih karunia. Sedang kasih karunia, memberikan jaminan kehidupan kekal.

RANCANGAN KHOTBAH: Bahasa Indonesia


(Ini hanya sebuah rancangan. . . bisa dikembangkan sendiri sesuai konteks jemaat)
Pendahuluan
Ada sebuah cerita menarik dalam buku cerita anak-anak tentang asal mula
mengapa kerbau membantu manusia menarik mata bajak. Begini kurang lebih cerita
itu:
Pada jaman dahulu, hidup manusia sangatlah sulit. Air hujan yang diturunkan
para dewa tidak mampu menembus tanah yang terlalu tandus. Akibatnya
tumbuhan pun kering, para hewan mati kehausan dan manusia kelaparan.
Saat itu, makan sekepal nasi sekali sebulan sudah sangat baik. Di semua
sudut dunia, yang dilihat hanyalah manusia-manusia kurus yang sedang
berusaha mencari makanan. Jika tak mampu mendapat makanan, para
manusia lalu menangis dan mengadu kepada para dewa. Kondisi ini
membuat para dewa di khayangan prihatin. Mereka berembug, mencari
solusi kira-kira apa saja yang dapat dilakukan untuk membantu para manusia
ini. Lalu, dicapailah beberapa opsi yang dapat dilakukan oleh para dewa
sehingga manusia dapat makan dengan lebih sering. Para dewa ini lalu
mengutus Dewa Kerbau untuk menyampaikan kepada manusia bahwa
setelah rapat para dewa, manusia dapat makan nasi sekali dalam tiga hari.
Begitu mendengar itu, dewa kerbau langsung melesat ke bumi dan segera
mengumpulkan para manusia. Kedatangan Dewa Kerbau membuat para
manusia senang bukan kepalang, telah lama mereka menunggu respon
khayangan untuk membantu mereka. Tidak heran, Dewa Kerbau disambut
dengan penuh puja dan puji yang gegap gempita. Nampaknya sambutan luar
3
biasa itu membuat Dewa Kerbau lupa diri dan membuatnya merasa menjadi
dewa yang paling penting dan berkuasa. Lalu dengan congkaknya Dewa
Kerbau memberikan pengumuman: Wahaaai para manusia. . . karena jasa-
jasaku, sebentar lagi kalian akan makan nasi sehari tiga kali! Demi
mendengar pengumuman ini, para manusia bersorak-sorai riuh penuh syukur
karena mereka tidak akan kelaparan lagi. Sementara para dewa yang
mendengar perkataan Dewa Kerbau menjadi marah, karena dia tidak
menyampaikan berita dengan benar akibat kesombongannya. Lalu karena
kesalahannya, para dewa menjatuhkan hukuman pada Dewa Kerbau untuk
membantu manusia agar dapat makan nasi sehari tiga kali. Sejak itulah Dewa
Kerbau menjelma menjadi binatang kuat berkaki empat, yang sanggup
menarik bajak untuk menggemburkan tanah yang tandus. Dan dengan
bantuan Kerbau, sampai sekarang manusia bisa makan nasi sehari tiga kali.
Cerita ini menunjukkan bahwa peran utusan sangatlah penting. Ia memang
tak memiliki kuasa yang sama dengan sang pengutus, namun dia-lah yang
bertanggung jawab terhadap pesan yang dia sampaikan. Seorang utusan harus
memahami bahwa dia mewakili sang pengutus dan karena itu dia harus bertindak
dan berucap sesuai dengan yang dipesankan sang pengutus.

Isi
Saudara-saudara yang terkasih, tiga bacaan kita hari ini juga memiliki benang
merah yang berkaitan dengan utusan dan pengutusan. Dalam bacaan yang pertama,
kita bertemu dengan Nabi Yeremia sebagai utusan TUHAN. Yeremia sadar betul
bahwa berita yang disampaikannya kepada Yehuda bukanlah berita yang disukai dan
ingin didengar oleh mereka. Sebenarnya bisa saja Yeremia setuju dengan Nabi
Hananya yang menyampaikan nubuat palsu. Nubuat palsu Hananya membuat para
pembesar Yehuda senang. Namun jelas, Yeremia lebih memilih untuk setia kepada
tugas pengutusannya sebagai penyambung lidah TUHAN. Apapun yang dikatakan
TUHAN untuk dia sampaikan kepada Yehuda, Yeremia melakukannya. Sekalipun
Firman-Nya keras dan menyakitkan untuk Yehuda, Yeremia menyampaikannya
dengan segala resiko. Banyak konsekuensi yang harus dihadapinya, namun Yeremia
memilih setia.
Saudara-saudara, kita pun dipilih untuk menjadi utusan Tuhan. Melalui Injil
Matius, kita diingatkan bahwa sama seperti Kristus mengutus dan memberikan
kuasa kepada murid-muridNya, demikian pula kita dipanggil untuk mewartakan
4
berita Injil-Nya. Sebagai utusan-Nya, tak berarti kita akan steril dari tantangan atau
kesusahan. Resiko menjadi utusan adalah penganiayaan dan penolakan (ay. 16-32).
Kondisi kehidupan kita sebagai sebuah Bangsa memang sedang tak terlalu nyaman.
Di mana-mana terjadi pengkotak-kotakan, dikotomi mayoritas-minoritas semakin
dipertajam dan di mana perbedaan dapat menimbulkan ketidakadilan. Konteks kita
sekarang memang membuat kita makin sulit menyuarakan berita Injil yang
dipercayakan kepada kita sebagai utusan. Namun, apa yang kita alami sekarang
bukanlah hal baru. Kristus pun sudah memperingatkan apa resiko dan tantangan jadi
utusanNya. Karena itu tak perlu-lah heran jika banyak tantangan menghadang, mari
belajar untuk terus setia kepada panggilan kita sebagai utusan baik atau tidak baik
waktunya. Tunaikan tugas kita sebagai utusanNya bukan hanya dengan ucapan, tapi
terutama dengan integritas pikiran dan tindakan.
Keberpihakan kita kepada Sang Sumber Kebenaran adalah kunci untuk terus
setia. Dalam suratnya ke Roma, Paulus menyatakan bahwa menghambakan diri
kepada Kebenaran Kristus membuat kita menang atas dosa. Jelas, bahwa memihak
kepada kebenaran berarti konsisten untuk jadi pengikutNya dalam tiap sendi
kehidupan kita.

Penutup
Menjadi utusan bukan perkara gampang. Kita telah diangkatNya menjadi
utusan Kristus, apa respon kita? Bersedia dan sanggupkah kita? Amin. (Rhe)

Nyanyian: KJ 422

RANCANGAN KHOTBAH: Basa Jawi


Pambuka
Wonten satunggaling cariyos ing buku crita anak-anak bab wiwit wiwitanipun
kenging punapa maesa (kebo) mbiyantu manungsa mbrujul. Kirang langkung
cariyosipun mekaten:
Jaman rumiyin, gesanging manungsa punika rekaos sanget. Toya jawah
ingkang dipun andhapaken dening para dewa boten saged nembus siti
ingkang bera (tandus). Temahan, tetuwuhan dados garing, sato kewan sami
pejah kasadan lan manungsa kaluwen. Jaman semanten, nedha sakepel
kagem sesasi sepisan punika sampun sae. Ing saindhenging jagad ingkang
5
sinawang namung manungsa ingkang kera-kera (kurus) ingkang mbudidaya
pados tedha. Menawi manungsa boten pikantuk tedhan, lajeng sami muwun
lan sesambat dhumateng para dewa. Kawontenan ing makaten punika njalari
para dewa ing kahyangan sami nandhang prihatos. Para dewa sami
rerembagan ngudi margining pangluwaran mitulungi manungsa. Lajeng para
dewa kagung sawatawis pemanggih ingkang saged katindakaken temah
manungsa saged nedha langkung asring. Para dewa lajeng ngutus Dewa
Maesa mawartosaken dhateng manungsa bilih -kados pirembaganing para
dewa- manungsa saged nedha sekul sepisan saben telung dina. Tumunten
Dewa Maesa lumesat dhateng bumi lan ngempalaken manungsa.
Tedhakipun Dewa Maesa murugaken kabingahan ageng tumrap manungsa,
karana sampun dangu manungsa ngantos-antos kawigatosanipun kahyangan
kangge mbiyantu manungsa. Pramila, Dewa Maesa dipun subya-subya kanthi
pamuji pramudhita. Rupinipun pambagya lan pangalembana agung punika
murugaken Dewa Maesa dados melik nggendhong lali (lupa dhiri) lan
rumaos dados dewa ingkang paling inggil pangrehipun. Lajeng kanthi
ngongasaken dhiri Dewa Maesa mawartosaken: Heh para manungsa...
marga saka lelabuhanku, sira kabeh bakal bisa mangan sega sedina kaping
telu. Sareng mireng pawartos punika, para manungsa sami surak
mawurahan kanthi kebak raos sokur karana boten badhe kaluwen malih.
Nanging para dewa ingkang mireng tembungipun Dewa Maesa dados duka
sanget, karana Dewa Maesa boten paring pawartos kanthi leres awit
ngongasaken dhiri. Amargi kalepatanipun, para dewa ndhawahaken pidana
dhateng Dewa Maesa kinen mbiyantu manungsa supados saged nedha
sedinten kaping tiga. Wiwit dinten samanten, Dewa Maesa manjalma dados
kewan ingkang rosa ingkang sagah mbrujul siti ingkang bera dados subur.
Klayan pambiyantunipun maesa (kebo), ngantos samangke manungsa saged
nedha sekul sedinten kaping tiga.
Sariyos punika nedahaken bilih lelabuhanipun (peran) utusan punika penting
sanget. Utusan punika pancen boten nggadhahi pangwasa ingkang sami kaliyan
ingkang ngutus, nanging piyambakipun nggadhahi tanggel jawab tumrap pawartos
ingkang dipun undhangaken. Utusan kedah mangertos bilih piyambakipun makili
ingkang ngutus lan awit saking punika kedah tumindak lan ngucap selaras kaliyan
piwelingipun ingkang ngutus.

6
Isi
Para sedherek kinasih, tigang waosan kita dinten punika ugi gegayutan
kaliyan utusan lan tiyang ingkang ngutus. Ing waosan satunggal, kita manggihaken
Nabi Yeremia minangka utusanipun Sang Yehuwah. Yeremia saestu mangertos bilih
pawartos ingkang dipun kabaraken dhateng Yahuda sanes pawartos ingkang dipun
remeni lan kepengin dipun pirengaken. Sejatosipun Nabi Yeremia saged kemawon
sarujuk kaliyan Nabi Hananya ingkang ngandharaken pawartos palsu. Pawartos
palsunipun Hananya mbingahaken para pangagenging Yahuda. Nanging cetha,
Yeremia langkung milih setya dhateng jejibahanipun minangka utusan
sesambunganing lathinipun Sang Yehuwah. Punapa kemawon ingkang dipun
dhawuhaken dening Sang Yehuwah supados kawartosaken dhateng Yahuda, dipun
tindakaken dening Yeremia. Sanadyan sabdanipun Yehuwah Allah punika keras lan
nyakitaken tumrap Yahuda, Yeremia tetep mawartosaken klayan sedaya risikonipun.
Kathah konsekwensi (pitumbasipun) ingkang kedah dipun adhepi, nanging Yeremia
milih tetep setya.
Para sedherek, kita ugi dipun piji dados utusanipun Gusti. Lumantar Injil
Mateus, kita dipun engetaken bilih kados dene Sang Kristus ngutus lan paring
pangwasa dhateng para sekabatipun, makaten ugi kita dipun timbali mawartosaken
Injilipun. Minangka utusanipun, boten ateges kita badhe uwal saking tantangan lan
kasisahan. Risiko dados utusan saged arupi panganiaya lan panampik (ay. 16-32).
Kawontenaning pigesangan kita minangka satunggaling bangsa pancen saweg boten
saestu sekeca. Ing pundi-pundi masyarakat dipun kothak-kothak, mayoritas-
minoritas saya dipun pisah-pisahaken lan benten-bentening kawontenan
nuwuhaken tumindak boten adil. Kawontenan punika pancen murugaken kita saya
ewet nyuwantenaken Injil ingkang kedah kita wartosaken minangka utusan.
Nanging, punapa ingkang kita alami punika sanes prekawis ingkang enggal. Sang
Kristus ugi sampun ngengetaken punapa risiko lan tantangan dados utusanipun.
Pramila, boten sisah nggumun menawi kathah pambengan ingkang ngadhang,
sumangga blajar tansah setya dhateng timbalan kita selaku utusan ing kawontenan
ingkang sae utawi awon. Swawi netepi jejibahan kita minangka utusan boten
namung srana pangucap, nanging mliginipun srana cundhuking penggalih lan
tumindak kita.
Pambangun turut kita dhumateng Sang Tuking Kayekten dados kunci saged
tansah setya. Ing seratipun dhateng pasamuwan Rum, Rasul Paulus mratelakaken
bilih ngabdi dhumateng Kayektenipun Sang kristus murugaken kita mimpang saking
7
dosa. Cetha, bilih memihak dhateng kayekten ateges ajeg dados pendherekipun
Gusti Yesus ing saranduning gesang kita.

Panutup
Dados utusan sanes prekawis ingkang gampil. Kita sampun dipun piji dening
Gusti dados utusanipun sang Kristus, kados pundi wangsulan kita? Punapa kita
cumadhang lan sagah? Amin. [terj. st]

Pamuji: KPK 85: 1-

8
MINGGU, 9 JULI 2017
BULAN KELUARGA --- STOLA PUTIH

Bacaan 1 : Zakharia 9:9-12


Bacaan 2 : Roma 7:15-25
Bacaan 3 : Matius 11:16-19,25-30
Tema Liturgis : Hidup Berkeluarga yang Menyatakan Karya Allah
Tema Khotbah : Sumber cinta (Tuhan) jadikan pusat kehidupan

Keterangan Bacaan
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)
1. Zakharia 9:9-12
Psl. 9-14 disebut sebagai bagian kedua dalam Kitab Zakharia. Bagian ini
didominasi oleh tema penghakiman TUHAN sebagai bagian dari restorasi bagi
Israel. Diawali dengan gambaran kekalahan kota-kota musuh Israel (9:1-8)
dengan cara mengerikan. Kebijaksanaan Tirus dan Sidon tidak ada gunanya
dihadapan murka TUHAN, kota-kota lain seperti Askelon dan Gaza juga hanya
dapat gemetar. Akhirnya, bahkan kebanggaan orang Filistin akan sekedar
menjadi sisa-sisa. Segera setelah berita kehancuran musuh, Zakharia lalu
mengabarkan nubuat tentang Mesias (ay.9-10) yang datang memasuki
Yerusalem dengan keledai muda, namun akan menebarkan damai sampai ke
ujung bumi. Subyek dan obyek kalimat dalam ay.11-12 berubah menjadi Aku
(TUHAN) dan engkau (Israel). Ini menunjukkan keterlibatan TUHAN sendiri dalam
pemulihan Israel, berdasar pada darah perjanjian yang telah diikat TUHAN
dengan Israel.

2. Roma 7:15-25
Dalam bagian ini, Paulus menggambarkan kondisi umum dirinya dan kebanyakan
manusia lainnya. Seringkali manusia tahu apa yang baik dan ingin melakukannya,
namun lalu mendapati dirinya sendiri justru melakukan apa yang diketahuinya
jahat. Ini menunjukkan bagaimana manusia seringkali terbelah dalam dirinya
sendiri, kita sering tak mampu jadi pribadi yang utuh. Secara alamiah, kita
memiliki ketidakmampuan untuk berintegritas. Namun, syukur kepada Allah!
seru Paulus. Karena kita yang secara naluriah tak mampu menyelamatkan diri
sendiri ini justru dilepaskan oleh kuasa Kristus sendiri.
9
3. Matius 11:16-19, 25-30
Ay.16-19, menarasikan bagaimana Yesus menyindir keras para pendengarNya
saat itu. Mereka diumpamakannya sebagai sekolompok anak yang selalu
memiliki alasan untuk menolak dan jadi oposisi. Yesus memberikan gambaran
tentang sekelompok anak di pasar yang mengajak kelompok lainnya untuk
menari gembira dengan meniup seruling, mereka menolak. Saat diajak untuk
menyanyikan kidung duka, mereka pun menolak. Pokoknya...diumbah ora teles,
diobong ora kobong. Bebal!
Bagian bacaan selanjutnya menggambarkan bagaimana Yesus bersyukur karena
karya BapaNya dimengerti para orang kecil dan tersembunyi dari orang bijak dan
pandai (ay.25). Tentu ini tidak berarti bahwa Yesus menolak kebijaksanaan atau
kepandaian, namun Ia menolak kesombongan intelektual. Lalu, di ay.27 Ia
menjelaskan bagaimana hubunganNya dengan Sang Bapa: tidak seorang pun
mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorang pun mengenal Bapa selain Anak
dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya. Jelas, bahwa
melalui Kristus ktia akan dapat sampai kepada pengenalan akan Bapa. Ay.28
memuat ajakan terkenal Yesus yang mengajak semua orang yang letih lesu untuk
datang, namun menariknya setelah undangan itu Ia menyataka bahwa akan
memasang kuk yag enak pada tiap orang (ay.29-30). Bahwa kuk adalah beban
yang harus dipikul itu jelas, namun Yesus menekankan bahwa kukNya enak dan
beban dariNya ringan. Hal ini menunjukkan bahwa menjadi pengikut Kristus
bukan berarti hidup tanpa tanggung jawab atau tanpa tuntutan. Sebaliknya,
hidup sebagai pengikut Kristus harus tetap setia memikul kuk dengan
kepercayaan penuh bahwa kuk itu tak akan melukai kita.

BENANG MERAH TIGA BACAAN


Pada dasarnya, manusia adalah adalah mahluk terbatas. Apa yang
diketahuinya baik tak tentu mampu dilakukannya. Israel adalah salah satu contoh
nyata, bagaimana manusia tak mampu menyelamatkan dirinya sendiri. Mereka yang
adalah bangsa terpilih, namun masih bolak-balik jatuh dan bolak-balik dosa. Yesus
pun menghardik para pendengarNya karena kebebalannya dan mengingatkan para
pendengarNya yang letih lesu untuk datang padaNya karena kuk yang diberikan
enak dan bebanNya pun ringan. Jelas, bahwa sekeras apapun manusia berusaha ia

10
tak akan mampu menyelamatkan dirinya sendiri. Karena itu, syukur kepada Allah
karena Yesus sendiri yang membebaskan kita dari keterbatasan ini.

RANCANGAN KHOTBAH: Bahasa Indonesia


(Ini hanya sebuah rancangan. . . bisa dikembangkan sendiri sesuai konteks jemaat)
Alasannya Sederhana: Cinta
Pendahuluan
Cinta, selalu mampu menjadi sumber inspirasi bagi banyak hal. Salah satunya
adalah lagu, kita tahu betapa banyaknya lagu yang bertema cinta. Salah satunya
adalah lagu ini:
(Jika memungkinkan, silahkan pengkhotbah menyanyikan bagian Reff lagunya)
Oh Tuhan, ku cinta dia.
Ku sayang dia, rindu dia, inginkan dia.
Utuhkanlah rasa cinta di hatiku.
Hanya padanya, untuk dia.
(Judul lagu: Dia, Penyanyi: Anji)
Bisa dilihat di https://www.youtube.com/watch?v=tL94s1dJTdQ
Lagu cinta ini menjadi menarik bukan hanya karena easy listening, namun
juga menunjukkan gambaran cinta yang sedang menggebu. Cinta yang penuh
dengan rasa sayang dan rindu. Bukan cinta yang diam-diam atau malu-malu, namun
cinta yang disampaikan dengan terus terang dan cinta yang ingin memiliki. Lagu ini
juga menunjukkan bahwa cintalah yang menjadikan seseorang (atau sesuatu)
menjadi pusat hidup kita.
Lagu ini mengawali perenungan kita karena membawa kita pada sebuah
pertanyaan dasar, siapakah (atau apakah) yang selama ini kita cintai dan yang
menjadi pusat hidup kita?

Isi
Cinta dari TUHAN telah diterima oleh Bangsa Israel. Sebenarnya, tak ada
alasan yang cukup baik bagi TUHAN untuk memilih Israel, karena pada awalnya
mereka hanyalah bangsa budak yang tak memiliki harapan apa-apa. Jelas, Israel
terpilih bukan karena kekuatan mereka namun semata-mata hanya karena kasih
karunia TUHAN, karena cinta TUHAN. Sebagai umat pilihan, mereka telah melihat
dan merasakan penyertaan dan mujizat TUHAN. Namun, ternyata itu semua tidak
menjadikan mereka sebagai umat milik TUHAN yang sempurna. Dalam sejarahnya,
11
kita bisa melihat ketidakmampuan Israel untuk hidup dengan benar. Mereka bolak
balik salah, bolak balik dosa da bolak balik melanggar hukum TUHAN. Karenanya,
TUHAN pun berkali-kali memberikan peringatan dan bahkan penghukuman. Namun
seberapa pun dalamnya Israel jatuh dalam dosa dan penghukuman, toh TUHAN tak
pernah benar-benar meninggalkan mereka. Dalam bacaan pertama hari ini, kita bisa
melihat bagaimana TUHAN sedang merestorasi Israel dengan cara menunjukkan
kekalahan musuh Israel. Segera setelahnya, lalu dinubuatkanlah Mesias yang datang
untuk menebarkan damai sampai seluruh bumi. Akhirnya, cinta lah yang akan
menang.
CintaNya kepada tiap kita juga digemakan kembali oleh Kristus dalam bacaan
Injil kita. Setelah menghardik pendengarNya yang selama ini berlaku bebal, Dia
membuat undangan bagi tiap orang yang letih lesu untuk datang. Banyak penafsir
yang menafsirkan keletihan dan kelesuan ini akibat lelahnya orang Yahudi untuk
menaati Hukum Taurat. Jika pun demikian, menarik jika Yesus menyatakan tetap
akan memberikan kuk, namun kuknya enak dan ringan. Kuk adalah sebuah kayu
berbentuk unik yang dipasang di punggung ternak, agar si ternak bisa menarik atau
mengangkat beban (bisa berupa kereta, mata bajak atau beban lainnya). Bagaimana
mungkin ya ada kuk (beban) yang enak atau ringan? Sebagai orang yang tumbuh di
keluarga tukang kayu, pastilah Dia tahu betul bahwa ada kuk yang melukai punggung
ternak karena kuknya tidak pas dengan bentuk tubuhnya. Karena itulah, jadi masuk
akal mengapa Yesus menyampaikan ini. MaksudNya ialah bahwa tiap orang yang
datang padaNya, yang mengikutNya tak berarti lepas dari tanggung jawab. Tanggung
jawabnya tetap, beban yang harus dipikul tetap. Namun yang membedakan adalah
kuk itu telah dirancangNya dengan mempertimbangkan kekuatan masing-masing
kita. Yang membedakan adalah kukNya tidak bermaksud untuk melukai kita.
CintaNya juga ada dalam bentuk kuk!
Nah jika telah jelas cinta TUHAN untuk kita, pertanyaannya sekarang: apa
respon kita pada pernyataan cintaNya? Paulus menyatakan, syukur kepada Allah!
Meski pada dasarnya kita adalah manusia serba terbatas dan serba berdosa,
cintaNya tak berubah. Dia tetap mengasihi kita, Dia tetap membebaskan kita dari
kuasa dosa. Karena itu, respon yang paling tepat adalah tidak membiarkan cintaNya
bertepuk sebelah tangan. Mari membalas cintaNya dengan segenap keberadaan diri
yang utuh alias tak setengah-setengah.

Penutup
12
Cinta Tuhan kepada kita semata hanyalah karena anugerah. Karena itu, mari
merespon cintaNya dengan menjadikan TUHAN sebagai pusat kehidupan kita.
Mencintai TUHAN berarti juga mencintai sesama ciptaan. Selamat merespon
cintaNya. Amin. (Rhe)

Nyanyian: KJ 353

RANCANGAN KHOTBAH: Basa Jawi


Pambuka
Cinta (dhemen), tansah saged dados sumber inspirasi (pangatag) tumrap
kathah prekawis. Salah satunggalipun nggih punika ngripta lelagon. Buktinipun
kathah sanget lelagon ingkang isi cinta, salah satunggalipun lelagon punika (menawi
saged prayogi juru khotbah mujekaken Ref lagu punika):
Oh Tuhan, ku cinta dia.
Ku sayang dia, rindu dia, inginkan dia.
Utuhkanlah rasa cinta di hatiku.
Hanya padanya, untuk dia.
(Judul lagu: Dia, Penyanyi: Anji)
Saged kapirsanan ing https://www.youtube.com/watch?v=tL94s1dJTdQ
Lagu punika dados menarik boten namung karana gampil dipun
nyanyekaken, nanging ugi nggambaraken cinta ingkang ngebet sanget. Cinta ingkang
kebak raos sayang lan kangen. Sanes cinta ingkang sesidheman utawi isin-isin,
nanging cinta ingkang kalairaken kanthi blaka suta, lan cinta ingkang ingkang milik.
Lagu punika ugi nedahaken bilih cinta ndadosaken tetiyang dados punjering
gesangipun.
Lelagon punika miwiti reraosan (khotbah) kita karana mbekta dhateng
satunggaling pitakenan: sinten ingkang kita cintai lan dados punjering gesang kita?

Isi
Cinta (sih katresnan) saking Gusti sampun dipun tampeni dening bangsa
Israel. Sejatosipun, boten wonten alesan ingkang sae menggahing Gusti supados
milih Israel, karana wiwitanipun bangsa punika namung bangsa budhak ingkang
boten nggadhahi pangajeng-ajeng punapa-punapa. Cetha, Israel kapilih boten
karana kakiyatanipun, nanging namung karana sih kanugrahanipun Gusti, karana sih
katresnanipun Gusti. Minangka bangsa pilihan, bangsa punika sampun ningali lan
13
ngraosaken panganthi lan mukjijatipun Gusti. Ewasamanten, punika ndamel bangsa
punika dados bangsa utawi umat kagunganipun Gusti ingkang sampurna. Saking
sejarahipun, kita nyumurupi bilih Israel boten kwagang (saged) gesang kanthi leres.
Bangsa punika wongsal-wangsul lepat, wongsal-wangsul damel dosa lan nerak
pepakenipun Gusti. Pramila, wongsal-wangsul Gusti paring piweleh lan paukuman.
Nadyan sepinten lebetinging Israel dhawah ing dosa lan ngalami paukuman, nanging
Gusti boten negakaken bangsa punika. Ing waosan sepisan dinten punika, kita saged
ningali kados pundi Gusti saweg merestorasi (ngewahi dados enggal) Israel kanthi
nedahaken kalahing mengsahipun Israel. Lajeng tumunten, kaweca rawuhipun Sang
Mesih ingkang nyebar tentrem rahayu ing salumahing bumi. Wusananipun, cinta
ingkang badhe mimpang.
Sih katresnanipun Gusti Allah dhateng kita sadaya dipun kumandhangaken
malih dening Sang Kristus ing waosan Injil kita. Bakda nundhung para pamiyarsa
ingkang ndableg, Gusti ngundang para tiyang ingkang kesayahan lan kamomotan
kinen sami sowan. Kathah juru tafsir Kitab Suci ingkang mastani kesayahan lan
kamomotan punika jalaran anggenipun tiyang Yahudi kedah netepi hukum Toret.
Menawi pancen makaten, estu elok dene Gusti Yesus taksih paring kuk (pasangan
= momotan), nanging momotanipun punika sekeca lan entheng. Pasangan punika
satunggaling kajeng ingkang kapasangaken ing pundhaking lembu utawi maesa
supados saged mbateg (menarik) momotan (brujul, garu, utawi cikar). Kados pundi
wonten pasangan (momotan) ingkang sekeca lan entheng? Minangka tiyang
ingkang ageng ing kulawarga tukang kayu, Gusti Yesus mesthi pirsa wonten
pasangan natoni pundhak karana boten pas kaliyan kawontenaning pundhakipun.
Pramila limrah kenging punapa Gusti Yesus paring dhawuh makaten. Karsanipun,
saben tiyang ingkang sowan dhumateng Panjenenganipun, ingkang ndherek
Panjenenganipun boten ateges uwal saking tanggel jawab. Tanggel jawabipun
panggah, momotan tetep kedah dipun pikul. Nanging ingkang benten, pasangan
utawi momotan punika sampun karancang manut kekiyatan kita piyambak-
piyambak. Ingkang mbentenaken nggih punika bilih pasangan utawi momotanipun
sampun ngantos natoni kita. Sih katresnanipun ugi wonten ing wujuding pasangan
utawi momotan punika.
Menawi sampun cetha bilih sih katresnanipun kagem kita, samangke
pitakenanipun: kados pundi wangsulan kita dhateng kalairing sih katresnanipun
Gusti? Rasul Paulus nglairaken sokur konjuk Allah. Nadyan dhasaripun kita punika
manungsa ingkang sarwi winates lan sarwi dosa, sih katresnanipun Gusti boten
14
ewah gingsir. Panjenenganipun tetep tresna dhateng kita, Panjenenganipun tetep
nguwalaken kita saking rehing dosa. Pramila saking punika, wangsulan ingkang trep
nggih punika sampun ngantos sih katresnanipun punika bertepuk sebelah tangan.
Sumangga kita males sih katresnanipun kanthi sawetahing kawontenan kita, boten
setengah-setengah.

Panutup
Sih katresnanipun Gusti dhateng kita namung karana kanugrahan. Pramila,
sumangga kita wangsuli sih katresnanipun Gusti srana mapanaken Gusti minangka
punjering gesang kita. Nresnani Gusti ateges ugi nresnani sasamining titah. Sugeng
mangsuli sih katresnanipun Gusti. Amin. [terj. st]

Pamuji: KPK 250:1,3.

15
MINGGU, 16 JULI 2017
PEKAN WANITA GKJW --- STOLA PUTIH

Bacaan 1 : Yesaya 55:10-13


Bacaan 2 : Roma 8:1-11
Bacaan 3 : Matius 13:1-23
Tema Liturgis : Meyatakan Karya Allah dengan Kekuatan Cinta Kasih
Tema Khotbah : Milih urip ing kayekten Pilih Hidup Dalam Kebenaran.

Keterangan Bacaan
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)
1. Yesaya 55:10-13
Bagian ini adalah puncak dari deutero-Yesaya yang merayakan maklumat Koresy
dari Persia yang mengijinkan Bangsa Israel yang telah lama terbuang untuk
kembali ke tanah perjanjian. Diawali dengan undangan makan dan minum
dengan penuh keriaan. Ay.10-13 menyatakan bahwa nubuat kenabian yang
telah disampaikan bukanlah perkataan sia-sia. Suara kenabian itu bagaikan salju
dan hujan yang turun dari langit yang tidak pernah kembali pada tempatnya
berasal melainkan menjadi manfaat saat ia mengairi dan membasahi bumi
(ay.10). Suara Kenabian yang berasal dari mulut Allah tidak akan kembali sia-sia,
namun akan berhasil (ay.11). Karena itu, Israel dapat berangkat dengan
sukacita dalam damai. Itu semua adalah tanda kemasyhuran TUHAN yang tidak
dapat lenyap.

2. Roma 8:1-11
Bagian surat Roma ini bisa dikatakan memuat teologi Paulus yang sangat padat.
Ada dua kata yang mendominasi yaitu daging (sarx) dan roh (pneuma).
Penggunaan kata sarx dalam bagian ini tidak bisa digeneralisir, meski kita
seringkali mengkonotasikan sarx sebagai sesuatu yang melulu negatif. Misalnya
saja di ay. 3, Paulus menggunakan kata sarx dua kali dengan dua makna yang
berbeda. Sarx yang disebut pertama dikaitkan dengan hukum Taurat yang
kehilangan daya karena keterbatasan daging manusia, sedang sarx yang kedua
berhubungan dengan Sang Bapa yang mengutus AnakNya dalam dan serupa
dengan manusia. Mulai ay. 5, Paulus lalu menjelaskan prinsip kehidupan dimana
sarx selalu menjadi lawan dari pneuma. Jika sumbernya sarx, maka pikiran dan
16
keinginan manusia akan menjadi lawan dari Allah yang adalah Sang Sumber
Pneuma. Sebaliknya jika seseorang dikuasai oleh pneuma Yesus, maka pikiran
dan keinginannya akan berkenan bagi Allah. Paulus lalu menjelaskan sebuah
prinsip mengenai sarx dan pneuma, jika seseorang memilih tidak hidup dalam
sarx maka ia akan hidup dalam kuasa pneuma Kristus. Sebaliknya, jika seseorang
memilih tetap hidup dalam sarx, pneuma Kristus tak berkuasa atasnya.

3. Matius 13:1-23
Perumpamaan yang kita temui di perikop ini bisa dikatakan sebagai salah satu
yang paling terkenal, tentang penabur yang menaburkan benih. Dalam narasi ini
kita bisa melihat bagaimana Yesus menggunakan apa yang sangat akrab bagi
pendengarnya, untuk menjelaskan sesuatu yang sangat dalam. Di ladang-ladang
Palestina saat itu, segera setelah panen para penabur akan ke luar dan
menaburkan benih baru ke ladang. Masalahnya, tak semua benih jatuh di tanah
yang telah siap. Ada yang jatuh di pinggir jalan dan dimakan burung, ada yang
jatuh di tanah berbatu dan segera mati karena tak mampu berakar dan ada pula
yang jatuh, tumbuh dan terbunuh dalam himpitan semak duri. Namun yang
jatuh di tanah yang telah siap, dapat berbuah sampai seratus kali lipat (ay.8).
Perumpamaan ini memang disampaikan Yesus kepada semua orang yang
mengerumuninya saat itu, namun arti dari perumpamaan itu hanya disampaikan
kepada para muridNya (ay.10-23). Kepada para muridNya, Yesus mengawali
penjelasanNya dengan mengatakan bahwa mereka terpilih untuk mengetahui
rahasia Kerajaan Sorga (ay.11). Lalu Ia melanjutkan dengan memberikan
penjelasan bahwa perumpamaan itu menunjukkan sikap dan respon yang
berbeda dari para pendengarNya saat diberitakan Kerajaan Sorga. Ada yang tak
mengerti sehingga dirampas si jahat, ada yang menerima dan bergembira
namun tak berakar dan ada pula yang imannya kalah terhimpit oleh ketakutan
dan kekuatiran. Sedang bagi orang-orang yang telah siap menerima firman
Kerajaan Sorga itu akan berakar, bertumbuh dan berbuah dengan lebat berkali-
kali lipat.
Perumpamaan ini menunjukkan bahwa Kristus datang untuk mengabarkan
firman Kerajaan Sorga bagi semua orang. Hasil atau buah dari firmanNya
tergantung dari respon dan kesiapan dari para pendengarNya.

17
BENANG MERAH TIGA BACAAN
Kehidupan adalah sebuah pilihan. Allah telah memilih untuk memberitakan
pembebasan dan kemenangan bagi Israel yang ada dalam penderitaan di masa
terbuang. Israel pun telah memilih untuk merespon berita pembebasan dari Allah,
sehingga mereka dapat bersukacita dalam damai. Pilihan juga harus dibuat oleh tiap
pendengar firman Kerajaan Allah. Apakah memilih untuk jadi tanah di pinggir jalan,
tanah berbatu, tanah penuh onak duri atau mau menyiapkan diri menjadi tanah
yang gembur? Paulus menyatakan bahwa pilihan itu harus diwujudkan dengan
memilih hidup dalam pneuma Kristus, sehingga pikiran dan tindakan manusia juga
dikuasai oleh Kristus sendiri.

RANCANGAN KHOTBAH: Bahasa Indonesia


(Ini hanya sebuah rancangan. . . bisa dikembangkan sendiri sesuai konteks jemaat)
Jangan Kau Salah Pilih yang Lain!
Pendahuluan
Hidup kita dipenuhi dengan berbagai macam pilihan. Mulai dari hal remeh
temeh dan sepele, seperti memilih baju yang dikenakan sampai pilihan yang jauh
lebih serius seperti memilih jurusan kuliah atau memilih pendamping hidup. Apapun
pilihan yang ada, pastilah mengandung konsekuensi. Jika kita memilih baju yang tak
menyerap keringat dengan baik saat bekerja, konsekuensinya adalah kita merasa tak
nyaman dan tak optimal dalam bekerja. Saat kita memilih jurusan kuliah yang benar-
benar cocok dengan bakat dan minat kita, konsekuensinya kita akan bersemangat
belajar dan lulus tepat waktu. Tiap pilihan yang dijatuhkan, memberikan akibat.
(Juga dapat diberikan contoh pilihan dan akibat dari pilihan lainnya yang sesuai
dengan konteks jemaat di sini)

Isi
Bukan hanya kita sebagai manusia yang membuat pilihan, Yesaya
menggambarkan bahwa TUHAN pun memilih. Dia memilih untuk membebaskan
Israel dari masa pembuangannya, TUHAN memilih untuk menyampaikan berita
keselamatan bagaikan salju dan hujan yang turun mengairi bumi, yang menyejukkan
dan yang memberi kehidupan. Jelas, TUHAN memilih apa yang baik bagi umatNya
meski kadang para umat justru tak mampu mengerti apa kehendak dan maksudNya.
Ketidakmampuan umat untuk memahami maksud TUHAN ini juga dibahas
oleh Matius. Yesus dengan sangat cerdas menggunakan peristiwa yang sangat tidak
18
asing untuk pendengarNya untuk menjelaskan hal firman Kerajaan Sorga. Ia
menggambarkan firman tentang Kerajaan Sorga itu bagaikan benih yang ditaburkan.
Jelas, kualitas dan jenis benihnya sama namun yang menentukan hasil
pertumbuhannya adalah tanah di mana benih itu tumbuh. Ada benih yang
(sayangnya) jatuh di pinggir jalan, tanah berbatu dan di tengah semak duri. Nasib
akhir dari benih itu sama, tak mampu terus tumbuh dan akhirnya mati sebelum
menghasilkan buah. Namun benih yang diterima oleh tanah subur, bernasib beda. Ia
dapat berakar dengan cukup dalam sehingga ia mampu bertumbuh dengan baik,
lalu menghasilkan buah berpuluh kali lipat. Perumpamaan ini juga merujuk pada
kemampuan kita untuk memilih jadi tanah seperti apa. Jelas, kita menerima benih
dengan kualifikasi dan kualitas yang sama. Namun bagaimana firman Kerajaan Sorga
itu bertumbuh, itu tergantung pilihan kita.
Paulus memberikan juknis (petunjuk teknis) untuk memilih: hidup dalam
pneuma (roh) Kristus. Selama kita hidup dalam pneuma, maka pikiran, tindakan dan
juga pilhan kita juga akan sesuai dengan kehendak dan rencana Allah. Hidup dalam
Roh Kristus berarti kita hidup dalam kehendak dan rencana Kristus, dan bukan
dalam kehendak atau rencana kita sendiri. Hidup dalam pneuma Kristus berarti kita
menyerahkan diri sepenuh dan seutuhnya sebagai milik Kristus. Dengan demikian,
sang pneuma sendiri yang akan memimpin hidup kita ke dalam kebenaran.

Penutup
Bapak J.B. Banawiratma (Profesor di Fakultas Teologi UKDW Yogyakarta)
pernah berujar, yang paling sulit bukanlah memilih antara yang baik dan benar atau
yang jahat dan salah. Karena tiap orang pasti mampu membedakannya dengan
sangat mudah, semudah membedakan putih dari hitam. Masalahnya adalah
memilih antara hal yang benar atau hal yang salah namun dilakukan oleh semua
orang. Kebenaran Kristus adalah patokan yang seyogyanya kita miliki sebagai orang-
orang yang mengaku sebagai pengikut Kristus. Agar pikiran, perkataan, tindakan dan
pilihan kita mencerminkan kebenaran Kristus. Selamat memilih dalam kebenaran.
Amin. (Rhe)

Nyanyian: KJ 441

RANCANGAN KHOTBAH: Basa Jawi


19
Pambuka
Gesang kita punika kebak kaliyan warni-warni pilihan. Wiwit ingkang remeh
lan sepele, kados milih rasukan ingkang kaagem ngantos pilihan ingkang langkung
wigatos kados milih jurusan kuliah utawi milih sisihan/ calon jodho. Punapaa
pilihanipun, mesthi ngandhut konsekwensi (pitumbas, temahan). Menawi kita milih
ageman ingkang boten nyesep kringet kangge nyambut damel, temahanipun kita
rumaos boten sekeca lan boten saged kanthi sengkut nyambut damel. Menawi kita
milih jurusan kuliah ingkang saestu cocok kaliyan bakat lan karemenan kita,
temahanipun kita badhe sinau kanthi sengkut lan lulus pas ing titi wancinipun.
Saben pilihan ingkang dipun pundhut, mesthi wonten temahanipun. (pengkhotbah
saged ngaturaken conto pilihan lan konsekwensi sanes cundhuk kaliyan kawontenan
pasamuwan ing ngriki)

Isi
Boten namung kita manungsa ingkang namtokaken pilihan. Yesaya
nggambaraken bilih Gusti ugi milih. Panjenenganipun milih tumindak kangge
ngluwari Israel saking pambucalan, Gusti milih ngundhangaken pawartos karahayon
pindha salju lan jawah ingkang tumurun nelesi bumi, ingkang nyegeraken lan
nuwuhaken pigesangan. Cetha, Gusti milih punapa ingkang sae kagem umatipun,
nadyan kadhang kala para umat boten kwagang nggagapi karsanipun Gusti.
Anggenipun umat boten saged mangertos karsanipun Gusti punika dipun
jlentrehaken dening Mateus. Gusti Yesus saestu wikan (cerdas) ngginakaken
lelampahan ingkang sampun kulina sanget tumrap para pamiyarsanipun kagem
nerangaken sabdaning Kraton Swarga. Panjenenganipun nggambaraken sabda bab
Kraton Swarga punika pindha wiji ingkang kasebar. Cetha, kwalitas lan jinising
wijinipun sami, nanging ingkang namtokaken tuwuhipun nggih punika siti papan
sumebaring wiji punika. Wonten wiji ingkang -emanipun- dhawah ing pinggir margi,
siti ingkang kebak sela lan ri. Nasibipun wiji punika sami, boten saged tuwuh
lestantun lan wusananipun pejah saderengipun ngedalaken woh. Nanging wiji
ingkang dhawah ing siti ingkang subur, nasibipun benten. Wiji punika ngoyot kanthi
lebet temah saged tuwuh kanthi sae lajeng ngedalaken woh matikel-tikel. Pasemon
punika ugi nantang kasagahan kita kangge milih dados siti ingkang kados pundi. Kita
mesthi nampi wiji kanthi kwalitas ingkang sami. Nanging kados pundi sabda Kraton
Swarga punika tuwuh, punika gumantung dhateng pilihan kita.

20
Rasul Paulus paring pitedah kangge milih: gesang ing pneuma (roh) Kristus.
Menawi kita gesang ing pneuma, penggalih, tumindak lan ugi pilihan kita ugi badhe
selaras kaliyan rancangan lan karsanipun Allah. Gesang ing Rohing Sang Kristus
ateges kita gesang manut rancangan lan karsanipun Sang Kristus, sanes manut
pikajeng lan rancangan kita piyambak. Gesang ing pneuma Kristus ateges kita
masrahaken dhiri sawetahipun minangka kagunganipun Sang Kristus. Kanthi
mekaten, Sang pneuma pribadi ingkang mimpin gesang kita dhateng kayekten.

Penutup
Bapak J.B. Banawiratma (Profesor ing Fakultas Teologi UKDW Yogyakarta)
nate ngandika, sing paling angel kuwi dudu milih antarane sing becik lan bener
atawa sing ala lan luput. Marga saben wong mesthi bisa kanthi gampang mbedakke,
kaya mbedakke putih saka ireng. Masalahe milih antarane bab kang bener utawa
luput nanging dilakoni dening wong kabeh. Kayektenipun Sang Kristus punika
pathokan ingkang sayogya kita ugemi -minangka tiyang-tiyang ingkang ngaken dados
pendherekipun Sang Kristus- supados penggalih, pitembungan, tumindak lan pilihan
kita mratelakaken kayektenipun Sang Kristus. Sugeng milih kayekten. Amin. [terj. st]

Pamuji: KPK 101:1,2,3.

21
MINGGU, 23 JULI 2017
MINGGU BIASA STOLA PUTIH

Bacaan 1 : Yesaya 44:6-8


Bacaan 2 : Roma 8:12-25
Bacaan 3 : Matius 13:24-30
Tema Liturgis : Tuhan Meneguhkan Orang Yang Berpengharapan
Tema Khotbah: Anak Allah yang Berkwalitas

KETERANGAN BACAAN
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah.)
1. Yesaya 44:6-8
Bacaan pertama dalam Minggu hari ini adalah deklarasi diri Allah yang ditulis
oleh Yesaya. Adapun isi deklarasi itu adalah keberadaan Allah yang digambarkan
sebagai maha ada di sepanjang waktu. Oleh sebab itulah Allah menyebut
diriNya sebagai yang ada. Keberadaan Allah ini bukan hanya dahulu ataupun
sekarang ataupun yang nanti. Keberadaan Allah adalah yang terdahulu dan yang
terkemudian. Ini berarti bahwa Allah mengatasi waktu dan ada sepanjang waktu
baik dahulu maupun yang akan datang (ayat 6). Bahkan keberadaan Allah
tersebut adalah yang mula-mula dan yang paling akhir dalam siklus waktu ini.
Kekekalan Allah yang mengatasi waktu tersebut tanpa tanding dan tiada duanya
(ayat 7).
Setelah deklarasi keberadaan Allah di sepanjang waktu dan bahkan yang mula-
mula dan yang paling akhir tersebut maka seruan kini diarahkan kepada umat
Israel. Seruan tersebut berupa peneguhan yaitu: jangan gentar dan janganlah
takut (ayat 8). Peneguhan tersebut sekaligus pengingat peran umat Israel
sebagai saksi-saksi Allah. Keberanian menjadi saksi Allah berarti keberanian
untuk terus memberitakan tentang keberadaan Allah. Dalam keberanian
memberitakan keberadaan Allah itulah janji perlindungan Allah dinyatakan
sebagai Gunung Batu yang tiada tertandingi (ayat 8).

2. Roma 8:12-15
Paulus membedakan keberadaan manusia dalam dua sisi yaitu manusia yang
hidup menurut daging dan manusia yang hidup menurut Roh. Keduanya
22
memiliki kekontrasan yang sangat jauh. Manusia yang hidup menurut daging
akan mengalami kebinasaan, sedangkan manusia yang hidup menurut Roh akan
memperoleh kehidupan (ayat 13). Hidup menurut daging atau Roh dapat dilihat
dari perilaku manusia. Jika manusia hidup menurut daging maka perilakunya
adalah mengikuti hasrat dan keinginan daging yang membawa kepada
ketakutan, kecemasan dan bahkan hawa nafsu dan keserakahan. Sebaliknya
orang yang hidup menurut Roh kehidupannya akan menanggalkan segala nafsu
kedagingan dan lebih memilih sikap yang mengarah kepada pro kehidupan.
Paulus menyebut jemaat Roma adalah manusia yang hidup menurut Roh karena
Kristus yang menebus mereka. Sehingga orang Roma kini hidupnya bukan lagi
hidup menurut daging tetapi menurut Roh. Karena penebusan Kristus itulah
Paulus menyebut bahwa jemaat Roma memiliki hutang (ayat 12). Karena hidup
menurut Roh maka jemaat Roma kini hidupnya dipimpin oleh Roh Allah. Dan
setiap orang yang dipimpin oleh Roh Allah disebut sebagai anak Allah (ayat 14).
Nampaklah di sini bahwa gelar anak Allah bukan hanya dimiliki oleh Yesus
Kristus saja tetapi juga setiap orang yang hidupnya ditebus oleh Yesus Kristus
sehingga Roh Allah ada di dalam diri manusia. Dengan sebutan anak Allah
tersebut sekaligus dinyatakan bahwa bukan karena hubungan biologis atau
hubungan darah namun karena perilaku hidupnya yang selalu dipimpin oleh
Roh Allah. Implementasi dari sebutan anak Allah tersebut adalah keberanian
dan kemerdekaan kita dalam menyebut nama Tuhan Allah yaitu: ya Abba, Ya
Bapa yang merupakan ungkapan kedekatan hubungan dan sekaligus rasa
hormat kita kepada Allah yang maha Kudus (ayat 15).

3. Matius 13:24-30
Injil Matius 13 berisikan perumpamaan-perumpamaan yang disampaikan oleh
Tuhan Yesus. Perumpamaan ini memiliki tema yang berbeda satu dengan yang
lainnya. Adapun pendengar dari perumpamaan-perumpamaan tersebut adalah
orang banyak (ayat 2). Jadi perumpaan-perumpamaan tersebut ditujukan
kepada orang-orang secara umum yang memiliki latar belakang berbeda-beda
sehingga pesan yang disampaikan adalah pesan umum sesuai tema dari
perumpaan tersebut.
Adapun perikop Matius 13:24-30 memiliki tema tentang Akhir Zaman yang
dalam ayat 24 disebut Kerajaan Sorga. Diumpamakan Kerajaan Sorga tersebut
seumpama orang yang menaburkan benih gandum yang baik di ladangnya.
23
Seiring penabur tersebut meninggalkan ladangnya dan tidur maka musuh dari
pemilik lahan tersebut juga menaburkan benih lalang di lahan yang sama. Pada
fase benih itu belum tumbuh maka tidak dapat diketahui lagi mana benih baik
yang ditabur oleh pemilik ladang dengan benih lalang yang ditaburkan
musuhnya. Namun pada saat benih tersebut sudah tumbuh maka mulailah
nampak mana yang benih baik dan mana benih lalang (ayat 26). Paling umum
bagi petani ketika melihat benih lalang di antara benih gandum adalah
membuang benih lalang tersebut supaya tidak mengganggu pertumbuhan
benih gandum. Itulah nampaknya yang disuarakan pekerja-pekerja pemilik
lahan tersebut (ayat 27). Namun rupanya, pemilik lahan tersebut tidak
mengijinkan tindakan itu dilakukan dan justru sengaja membiarkan kedua benih
tersebut tumbuh bersamaan.
Karena bersifat perumpaan maka simbolisasi dalam perumpaan tersebut
mewakili masing-masing peran. Penjelasan atas perumpamaan tersebut oleh
Matius dijelaskan dalam pasal 13:36-43. Pemilik lahan adalah Anak Manusia
yaitu Tuhan Yesus Kristus. Musuh yang menabur benih lalang adalah Iblis dan
ladang yang dimaksud adalah dunia ini. Adapun benih yang dimaksudkan dalam
perumpaan ini adalah manusia buka firman Tuhan. Jadi dapat disimpulkan
bahwa dunia ini dipenuhi oleh dua jenis manusia yaitu manusia baik yang
disebut sebagai anak-anak Kerajaan dan manusia pengganggu/ jahat yang
disebut anak si jahat (ayat 38). Pada waktu mereka hidup di dunia, keduanya
terlihat sama namun tindakannyalah yang menjadi pembeda. Namun demikian
keduanya tidak langsung dipisahkan dengan menumpas yang jahat, namun
keduanya diberi kesempatan sampai pada akhir jaman. Pembeda antara anak-
anak Allah dengan anak-anak si jahat adalah terletak pada buah yang dihasilkan
saat panen (akhir zaman).

BENANG MERAH ANTAR BACAAN


Gelar anak manusia adalah gelar yang sangat mulia dan penting. Gelar
tersebut didapatkan karena kesetiaan kepada pimpinan Roh Allah dan menjadikan
Allah sebagai pusat kehidupannya. Dalam kesetiaan kepada pimpinan Allah inilah
kita diperhadapkan kepada tantangan dunia yang semakin jahat sehingga kwalitas
diri kita sebagai anak Allah sangat teruji. Jikalau kita tetap hidup dan berbuah maka

24
buah kita haruslah sesuai dengan sumber hidup kita yaitu Allah. Dan dunia sedang
menantikan buah kita supaya iman kita mewarnai dunia.

RANCANGAN KHOTBAH: Bahasa Indonesia


(Ini hanya sebuah rancangan. . . bisa dikembangkan sendiri sesuai konteks jemaat)
Pendahuluan
Andaikan Semua Seperti Yang Kita Mau....
Sudah menjadi naluri alamiah petani ketika tanamannya terkena hama
tanaman pasti ingin segera dibuang tanaman hama tersebut. Ambillah contoh,
petani sawah ketika menanam padi dan tiba-tiba ada banyak rumput liar yang
tumbuh maka pasti petani akan bersegera mencabuti rumput-rumput yang tumbuh
di sekeliling padi yang ditanamnya tersebut. Demikian juga petani kebun, ketika
menanam bibit kopi dan ada rumput merambat yang mengganngu bibit kopi pasti
akan segera mencabut atau memotong tanaman rumput yang mengganggu bibit
kopinya. Naluri alami itu muncul karena kebutuhannya untuk melindungi tanaman
yang ditanam supaya tumbuh dengan baik seraya menaruh harapan tanaman
tersebut menghasilkan buah yang banyak dan baik. Sangat wajar kalau kemudian
ada yang merintangi tujuan petani tersebut kemudian segera membersihkannya.
Contoh di atas adalah dalam konteks petani, mari sekarang kita tarik dalam
konteks yang lebih umum. Saat kita melihat orang yang ndablegnya kelewatan yang
hobinya mengganggu ketentraman orang lain dan bahkan tidak nampak sisi
religiusnya (seakan tidak takut Tuhan), apa reaksi kita? Saya menduga kurang lebih
seperti petani juga. Dalam hati maupun terucap pasti kita akan berkata mengapa
orang kayak begitu dibiarkan hidup. Dunia ini pasti akan lebih baik dan nyaman
kalau tidak ada orang jahat seperti itu. Dunia ini akan ayem kalau semua orang
hidup baik, cinta Tuhan dan rajin beribadah. Benarkah?

Isi: Sayangnya Dunia Tidak Sewarna


Ada pertanyaan nakal yang demikian: Apakah yang terjadi kepada dunia ini
seandainya iblis itu berhenti dari pekerjaannya dan bertobat menjadi baik? (biarkah
jemaat berpendapat)
Ketika iblis itu bertobat dan tidak lagi memainkan perannya sebagai yang
jahat maka dunia ini semakin tidak jelas karena semua sewarna. Kita tidak lagi bisa
membedakan mana yang jahat dan mana yang baik karena saat iblis bertobat tidak
ada lagi figure jahatnya. Sayangnya memang kemudian semua-semua yang jahat
25
selalu kambing hitamnya adalah iblis. Manusia tidak pernah merasa punya andil
terhadap kejahatan karena ada iblis yang selalu disalah-salahkan setiap manusia
berbuat jahat. Sampai akhirnya tidak jelas lagi mana manusia dan mana iblisnya.
Memang dunia kita tak sewarna bahkan tidak dapat dengan jelas dipilah-
pilah warnanya tetapi kita bisa memilih-milih sendiri warna apa yang mau kita pakai
untuk diri kita sendiri.

Mewarnai Dunia Kita


Karena begitu banyaknya warna sampai tidak jelas lagi keberadaan dunia ini.
Kejahatan berkelendian dengan kebaikan dan bahkan yang baik pun bisa diputar jadi
jahat dan yang jahatpun bisa dijadikan baik. Yang salah bisa dianggap benar dan
yang benarpun bisa dianggap salah. Berat ya hidup di dunia ini? Susah ya hidup di
dunia ini? Ruwet ya hidup ini? Dalam titik tertentu sampailah kita kemudian
bertanya kepada Tuhan: mengapa Tuhan biarkan kejahatan merajalela di dunia ini?
Mengapa Tuhan biarkan kejahatan hidup di dunia ini?
Di sinilah tiga bacaan Alkitab kita berkumandang kepada kita semua, yaitu:
Pertama, ada massa di mana Tuhan akan memisahkan kejahatan dengan
kebaikan, antara anak-anakNya dengan anak-anak si jahat, yaitu saat akhir zaman di
mana Kerajaan Sorga dinyatakan di dunia. Tentang masanya tentu sepenuhnya
menjadi otoritas Tuhan bukan otoritas kita sebagai manusia. Bahkan tentang
masanya diungkapkan seperti pencuri yang datangnya tidak pernah dinyana. Ini
berarti kita tidak punya hak untuk menentukan waktu akhir zaman tersebut. Hak
kita adalah menjaga diri untuk dapat menghasilkan buah yang baik sebab diri kita
adalah seumpama gandum yang disebarkan oleh Tuhan di dunia ini. Saat Tuhan
menyebarkan kita tentu harapan Tuhan kita dapat hidup, tumbuh dan berbuah.
Sangat disayangkan jikalau kita ternyata tumbuh tetapi pertumbuhannya sangat
tidak baik dan tidak menghasilkan apapun pada akhirnya. Pasti Tuhan akan sangat
kecewa, sama kecewanya dengan petani yang menanam bibit padi tetapi padi
tersebut tidak berbuah (berisi). Karena itulah fokus kita bukan pada apa yang terjadi
di dunia ini tetapi apakah kita mampu bertahan menjadi gandum yang berkualitas
baik sehingga buah kita juga baik. Untuk dapat bertumbuh dan berbuah, maka tidak
ada hal lain selain tetap menaruh tujuan kehidupan kita ini kepada Tuhan yang telah
mempercayakan dunia ini kepada kita. Merawat kehidupan, memberikan
penghargaan kepada semua kehidupan dan mewarnai kehidupan dengan buah yang
menjadikan semua hidup. Itulah fokus diri kita.
26
Ke dua, di antara semua yang terjadi dalam kehidupan ini Tuhan selalu ada
sepanjang waktu. Dia adalah Allah yang ada dari permulaan, kini dan sampai pada
akhirnya nanti. Jikalau Tuhan selalu ada di sepanjang waktu kehidupan ini, maka
tugas kita saat ini adalah tetap memelihara kedekatan dan hubungan kita dengan
Tuhan supaya kita terjauhkan dari berbagai rupa pencobaan dan kejahatan. Dengan
kesadaran diri penuh kita harus senantiasa mampu mewujudkan diri dalam
ungkapan: ya Abba, ya Bapa dalam ritual dan laku kehidupan kita ini.
Ke tiga, di antara semua kondisi kehidupan dunia ini kita sedang ditantang
kembali untuk menjadi diri kita yang sejati. Kwalitas diri kita sedang diuji yaitu
apakah kita ini anak-anak Allah yang bersumber dari Allah atau anak-anak si jahat.
Sesungguhnya kita ini adalah anak-anak Allah, sebab kita bersumber dari Allah dan
akan terus menjadi anak-anak Allah jikalau kita selalu hidup dalam pimpinan Roh
Allah. Jika kita hidup dalam pimpinan Roh Allah, maka sesungguhnya kita ada di
pihak Allah dan Allah menjadi benteng perlindungan kita yang teguh.

Penutup: Dunia Menantikan Karya Kita


Meratapi carut-marut dunia tidaklah cukup. Berdoa bagi kebaikan dunia
dalam safaat setiap kebaktian hanyalah permulaan, karena setelah itu adalah
pergerakan kita mewujudkan safaat kita bagi kehidupan dunia ini. Kita memang tak
boleh serupa dengan dunia jika memang dunia ini dipandang jahat. Tetapi tidak
berarti bahwa kita antipati kepada dunia, sebab justru kondisi kehidupan dunia ini
sedang menantikan karya dan aksi nyata kita. Dari mana semua itu bermula?
Dari diri kita sendiri yaitu menyadari bahwa kita ini adalah biji gandum yang
disebarkan Allah di dunia ini. Supaya kwalitas hidup kita semakin berbuah baik, kita
harus tetap bergaul intim dengan Tuhan Allah kita. Dengan menjadikan diri kita
berkwalitas, sesungguhnya sebagai pribadi kita telah menjadi pribadi yang mandiri.
Jikalau diri pribadi sudah mandiri, kehadiran dan karya kita pasti juga menjadi berkat
bagi yang lainnya yaitu keluarga, gereja dan masyarakat serta bangsa dan negara
kita. Mari kita bersahabat dengan dunia tetapi bukan menjadi serupa dengan dunia.
Mari kita menghasilkan buah yang baik supaya dapat dinikmati oleh yang lainnya.
Akhirnya, mari kita menjadi pribadi yang berkwalitas dan mandiri serta menjadi
berkat bagi dunia ini. Amin.(to2k)

Nyanyian: Kidung Kontekstual 153

27
RANCANGAN KHOTBAH: Basa Jawi
Pambuka
Sampun dados nalurinipun para among tani menawi tanemanipun kenging
taneman ama, taneman ama punika mesthi enggal kabucal. Contonipun, menawi ing
tengahing taneman pantun wonten rumput (jawan), pramila pak tani punika enggal
mbubuti rumput (jawan) punika. Makaten ugi ing pategilan, menawi taneman kopi
dipun rambati rerumputan, rumput punika enggal dipun babat. Naluri punika tuwuh
karana kabetahan ngreksa tetaneman ingkang katanem, supados tetaneman punika
saged tuwuh kanthi sae lan kaangkah saged ngedalaken woh ingkang kathah lan sae.
Pramila limrah menawi gangguan tumrap tetanemanipun tumunten kasingkiraken,
tetanemanipun dipun resiki.
Conto ing inggil punika gegayutan kaliyan tetanen. Samangke mangga kita
cundhukaken kaliyan kawontenan ingkang langkung umum. Menawi kita ningali
tiyang ingkang ndablegipun punika kebangeten, karemanipun punika ngganggu
katentremanipun tiyang sanes tuwin boten ngetingalaken kautamanipun ing
babagan agami (boten ajrih asih dhumateng Gusti), punapa reaksi (ingkang badhe
katindkaken) kita? Kula kinten boten patos benten kaliyan petani kala wau. Kita
mbatin utawi malah ngucap kenging tiyang kados mekaten punika kok dipun
kendelaken gesang. Donya punika mesthi badhe kangkung sae lan ayem menawi
boten wonten tiyang durjana kados mekaten. Donya punika mesthi badhe ayem
menawi sedaya tiyang gesang sae, nresnani Gusti lan sregep ngibadah. Leres?

Isi
Wonten pitakenan nakal mekaten: Punapa ingkang badhe kelampahan
tumrap donya punika saupami iblis kendel saking padamelanipun lan mratobat
dados sae? (kaaturana pasamuwan paring wangsulan!)
Menawi iblis mratobat lan kendel saking piawonipun, donya badhe saya
boten cetha karana badhe dados tunggal warni. Kita boten saged malih
mbentenaken pundi ingkang awon lan pundi ingkang sae, karana iblis mratobat
saking piawonipun. Emanipun, samukawis ingkang awon kaanggep dados pokalipun
iblis. Manusa rumaos boten nate tumut-tumut ing piawon, karana iblis tansah dipun
lepataken saben-saben tumindak awon. Wusananipun boten cetha malih pundi
tumindakipun manusa lan pundi tumindakipun iblis.

28
Pancen donya kita punika tunggal warni, ewet milah-milah warninipun,
nanging kita saged milih piyambak warni punapa ingkang badhe kita agem kangge
diri kita piyambak.
Saking kathahipun warni ngantos boten cetha malih kawontenanipun donya
punika. Piawon raosipun worsuh kaliyan kasaenan, malah ingkang sae saged dipun
puter dados awon lan ingkang awon kadadosaken sae. Ingkang lepat saged
kaanggep leres lan ingkang leres saged kaanggep lepat. Raosipun repot gesang ing
donya punika? Ruwet gesang nggih gesang punika? Lajeng kita pitaken dhumateng
Gusti: Kenging punapa Gusti ngendelaken piawon saya ndadra ing donya punika?
Kenging punapa Gusti ngendelaken piawon gesang ing donya punika?
Ing ngriki 3 waosan Kita Suci kita ngumandhang kangge kita:
Sepisan, wonten titi mangsanipun Gusti misahaken piawon kaliyan kasaenan,
antawisipun putra-putranipun Gusti kaliyan anak-anaking piawon, nggih punika titi
wanci pungkasaning jaman ing wanci Kratoning Swarga kawujudaken ing donya.
Dene titi wancinipun dados wenangipun Gusti pribadi, sanes dados wenang kita
manusa. Malah titi wancinipun kasebataken kados maling ingkang boten kanyana-
nyana dhatengipun. Kita boten nggadhahi hak netepaken titi wanci pungkasaning
jaman punika. Hak kita namung njagi dhiri supados saged ngedalaken who ingkang
sae, karana dhiri kita punika saupami wiji gandum ingkang dipun sebar dening Gusti
ing donya punika. Nalika Gusti nyebar wiji (kita) punia, tamtu Panjenenganipun
ngajeng-ajeng kita punika gesang, tuwuh lan ngedalaken woh. Saestu eman menawi
jebul kita tuwuh boten sae lan boten ngedalaken who punapa-punapa. Gusti tamtu
badhe kuciwa sanget, sami kuciwanipun kaliyan petani ingkang nanem wiji pantun
nanging wohipun gabug. Pramila, focus (entering batos) kita sanes dhateng punapa
ingkang dumados ing donya punika, nanging punapakita saged dados gandum
ingkang berkwalitas temah wohing gesang kita ugi sae. Supados saged tuwuh lan
uwoh, kita kedah ngeneraken pigesangan kita dhumateng Gusti ingkang sampun
mitayakaken donya punika dhateng kita. Ngrimati pigesangan, ngajeni sedaya
pigesangan saha ngiseni pigesangan kaliyan woh ingkang murugaken sedaya dados
gesang. Punika focus dhiri kita.
Kaping kalih, ing antawisipun sedaya ingkang kelampahan ing pigesangan
punika Gusti tansah wonten ing sauruting wegdal. Panjenenganipun punika Allah ing
wonten wiwit wiwitan mila, samangke lan ngantos salaminipun. Menawi Gusti
tansah wonten ing sauruting wegdal pigesangan punika, ingkang dados jejibahan
kita nggih punika tansah njagi rumaketing sesambetan kita kaliyan Gusti supados
29
kita sampun ngantos dhawah sawernining pacoben lan piawon. Kanthi kasadharan
kita kedah tansah saged mujudaken dhiri srana pangucap, Dhuh Abba, dhuh Rama
ing salebeting pangibadah lan lakuning pigesangan kita.
Kaping tiga, in antawisipun sedaya kawontenaning pigesangn donya punika
kita dipun tantnang dados jatining dhiri kita. Ajining dhiri kita saweg kauji punapa
kita punika putra-putranipun Allah utawi anak-anaking piawon. Seyektosipun kita
punika putra-putranipun Allah, awit kita asesumber saking Allah lan badhe tansah
dados putra-putranipun Allah menawi kita tansah gesang ing pangrehipun Roh
Allah. Menawi kita gesang ing pangrehipun Roh Allah, saestunipun kita wonten ing
wewengkonipun Allah lan Allah dados betenging gesang kita ingkang bakuh.

Panutup
Nlangsani worsuhing donya punika boten cekap. Ndedonga murih
kasaenaning donya ing saben pangibadah punika nembe dados wiwitanipun, karana
bakda punika kita kedah mujudaken pambudidaya murih kasembadaning pandonga
tumrap pigesanganing donya punika. Kit apancen boten pareng madha rupa kaliyan
donya punika menawi donya pancen kaanggep awon (jahat). Nanging punika boten
ateges kita kedah antipati tumrap donya, awit kawontenaning pigesangan donya
punika saweg ngantos-antos pakaryan kita ingkang nyata. Kawiwitan saking pundi?
Punika kawiwitan saking dhiri kita, nggih punika ngrumaosi bilih kita punika
wiji gandum ingakng kasebar dening Allah ing donya punika. Supados ajining gesang
kita saya ngedalaken woh ingkang sae, kita kedah tansah rumaket kaliyan Gusti Allah
kita. kanthi ndadosaken dhiri kita dados aji (berkwalitas), sayektosipun kita
minangka pribadi sampun dados pribadi ingkang mandiri. Menawi dhiri kita sampun
mandiri, jejering gesang lan pakaryan kita tamtu dados berkah tumraping asanes,
tumrap kulawarga, greja lan bebrayan agung (masyarakat) sarta bangsa lan negari
kita. sumangga srawung kaliyan donya, nanging sanes madha rupa kaliyan donya.
Sumangga kita ngedalaken woh ingkang sae supados saged dipun raosaken dening
asanes. Wusananipun, swawi kita dados pribadi ingkang berkawalitas lan mandiri
sarta dados berkah tumrap donya punika. Amin. [terj. st]

Pamuji: KPK 300: 1, 4.

30
MINGGU, 30 JULI 2017
MINGGU BIASA STOLA PUTIH

Bacaan 1 : 1 Raja-raja 3:5-12


Bacaan 2 : Roma 8:26-39
Bacaan 3 : Matius 13:44-52
Tema Liturgis : Tuhan Meneguhkan Orang Yang Berpengharapan
Tema Khotbah: Dipilih dan Diperlengkapi

KETERANGAN BACAAN
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)
1. 1 Raja-raja 3:5 12
Nama besar Raja Daud menjadi bayang-bayang yang membebani diri Raja
Salomo. Kekuatiran diri tidak sehebat dan sebijaksana ayahnya tersebut sampai
terbawa dalam mimpinya. Oleh sebab pergumulan yang berat itulah dalam
tidurnya Raja Salomo mengalami mimpi berjumpa langsung dengan Tuhan. Jadi
Raja Salomo tidak berhadapan muka secara langsung sebagaimana Musa tetapi
hanya melihat Tuhan dalam mimpi. Dalam mimpi itu Raja Salomo mendapatkan
tawaran dari Tuhan: Mintalah apa yang hendak Kuberikan kepadamu. (ayat 5)
Patut dicatat di sini bahwa tawaran Tuhan itu tidak sebebas yang dikehendaki
oleh Raja Salomo tetapi juga dibatasi oleh apa yang hendak Kuberikan
kepadamu. Andaikan Raja Salomo meminta sesuatu yang tidak sekehendak
Tuhan apakah Tuhan akan menurutinya? Memang bacaan kita ini tidak
memberikan informasi tentang hal itu. Dan apa yang diminta oleh Raja Salomo
adalah sesuatu yang dipandang baik oleh Tuhan (ayat 10) sehingga Tuhan
mengabulkan permintaan Raja Salomo itu (ayat 12).
Adapun isi permintaan Raja Salomo adalah hati yang faham menimbang perkara
yang baik dan yang jahat (ayat 9). Permintaan ini penting bagi seorang Raja
Salomo karena dia memerintah bangsa yang besar. Apalagi ditambah raja yang
digantikannya memiliki kesan yang baik bagi rakyatnya. Permintaan tersebut
selain penting untuk kelangsungan bangsanya juga sangat penting bagi
keberlangsungan kepemimpinan Raja Salomo. Jadi dari sisi permintaan kepada
Tuhan, Salomo sangat cerdik karena permintaan tersebut tidak hanya ditujukan
bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi kepentingan bangsanya. Pengabulan

31
permohonan Raja Salomo ini juga menjadi penegasan bahwa sebagai Raja,
Salomo benar-benar dipilih oleh Tuhan karena itu disertai oleh Tuhan.

2. Roma 8:26-39
Keberpihakan Tuhan kepada umat pilihan kembali disuarakan oleh kitab Roma.
Khusus dalam Roma 8:26-30 Paulus menegaskan kembali keterpihakan Allah
kepada umatNya. Tentu bukan karena kehebatan dan kepandaian umatNya
tetapi dasar keberpihakan Allah adalah karena kasih karuniaNya yang besar
tanpa memandang bulu. Sejatinya, pada dirinya sendiri manusia tidak berdaya.
Bahkan berdoapun manusia sejatinya tidak mampu. Namun karena kasih
karunia Tuhan maka Roh Tuhan yang memimpin umatNya dan bahkan
membantu umatnya dalam kelemahannya (ayat 26). Tersirat dalam perikop ini
bahwa syarat mendapat kasih karunia Tuhan adalah kemurnian hati dan
membuka diri supaya Roh Tuhan sendiri yang memimpin kehidupannya (ay 27).
Dalam pimpinan Allah itulah maka segala kelemahan manusia, kekuatan Tuhan
yang bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi umat pilihanNya (ayat 28).
Keterpilihan manusia juga menjadi otoritas Tuhan sendiri. Dan setiap orang
yang dipilih Tuhan akan dibenarkan dan bahkan menjadi serupa dengan
gambaran anakNya (ayat 29). Secara jelas keberpihakan Tuhan kepada manusia
adalah dimulai dari kehendak Tuhan untuk menentukan pilihanNya,
keterpanggilan manusia, pembenaran manusia atas segala dosa dan kemudian
dimuliakan oleh Tuhan (ayat 29-30).
Karena keberpihakan Tuhan kepada umat pilihan inilah maka manusia memiliki
kelengkapan diri yang penuh (ayat 31-39). Segala yang dibutuhkan untuk
memenuhi panggilan Tuhan diberikan bahkan tidak ada satu kuasapun yang
dapat mengganggu dan merebut manusia dari Tuhan. Sebab Tuhan memilih
umatNya dengan harga mahal yaitu melalui pengorbanan anakNya yang Tunggal
yaitu Tuhan Yesus Kristus. Karenanya karunia yang besar jika manusia dipilih
oleh Tuhan serta tidak ada satu karuniapun yang sebanding dengan keterpilihan
tersebut.

3. Matius 13:44-52

32
Kembali perumpamaan dalam perikop ini ditujukan untuk menggambarkan
tentang Kerajaan Sorga. Ada tiga gambaran yang dipaparkan oleh Matius
tentang Kerajaan Sorga yaitu:
- Kerajaan Sorga seperti harta karun di sebuah areal ladang (ayat 44).
- Kerajaan Sorga seperti mutiara yang indah (ayat 45).
- Kerajaan Sorga seperti pukat yang dilabuhkan di laut (ayat 47)
Dari ketiga gambaran tersebut gambaran pertama dan kedua memiliki pesan
yang sama yaitu bahwa Kerajaan Sorga itu sangat berharga dan tidak
terbandingi dengan segala harta benda. Oleh sebab itulah orang rela menjual
semua harta demi mendapatkan Kerajaan Sorga.
Gambaran Kerajaan Sorga seperti pukat memiliki perbedaan dengan kedua
gambaran sebelumnya. Dalam gambaran Kerajaan Sorga sebagai pukat nampak
pemilahan dan pemilihan mana yang layak masuk ke dalam Kerajaan Sorga dan
mana yang disortir dari Kerajaan Sorga (ayat 48). Digambarkan kelayakan
tersebut seperti ikan yang baik dan ikan yang tidak baik. Tentu kembali lagi
nampak di sini standardnya adalah kualitas bukan lagi bicara kwantitas (jumlah).
Agak sulit dipahami memang jikalau kita kaitkan dengan ayat 52, sebab tiba-tiba
saja Tuhan Yesus menyinggung ahli Taurat setelah para murid meyakinkanNya
jikalau mereka mengerti arti perumpamaan tersebut. Apa maksud ayat 52
tersebut?
Rupanya dalam pengajaran tentang Kerajaan Sorga tersebut ahli Taurat juga
turut mendengarkannya. Dan apa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus sebagai
pengetahuan yang baru juga walaupun para ahli Taurat juga sudah memiliki
pegetahuan sebelumnya tentang Kerajaan Sorga. Dengan tambahan
pengetahuan baru maka ahli Taurat sesungguhnya memiliki pengetahuan yang
lebih lengkap. Dari semua pengetahuan itu ahli Taurat berupaya untuk
mendapatkan Kerajaan Sorga tersebut. Jadi harta yang baru dan harta yang
lama dikerahkan untuk mendapatkan Kerajaan Sorga. Jadi ayat 52 memberikan
sinyal kuat bahwa ada sebagian manusia yang sedang berupaya mendapatkan
Kerajaan Sorga dengan usaha dan kemampuannya. Berhasilkah usaha itu?

BENANG MERAH BACAAN


Keterpilihan dan keberpihakan Tuhan kepada umatNya ditentukan Tuhan
Allah dari semula. Keterpilihan tersebut membutuhkan jawaban manusia. Dan
jawaban terhadap keterpilihan tersebut sepenuhnya juga bergantung pada
33
kesadaran manusia dalam memandang dirinya. Jika merasa tidak berdaya dan lemah
maka jawabannya adalah penyerahan diri dalam pengharapan. Namun sikap
sebaliknya jikalau manusia memandang dirinya berkemampuan dan berkekuatan.
Jika kita menyadari ketidakberdayaan diri maka di sanalah Tuhan berkarya supaya
kita semakin dimampukan menikmati berkat dan kasih karuniaNya yang besar.

RANCANGAN KHOTBAH: Bahasa Indonesia


(Ini hanya sebuah rancangan. . . bisa dikembangkan sendiri sesuai konteks jemaat)
Pendahuluan
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering diperhadapkan pada banyaknya
pilihan. Saat hari Minggu seperti hari ini, begitu mata terbuka, otak segera bekerja
kita sudah harus memilih. Memilih tetap melanjutkan tidur ataukah beranjak dari
tempat tidur dan pergi ke gereja? Selesai mandi kita pun diminta untuk memilih lagi,
pakaian mana yang hendak kita kenakan saat pergi ke gereja. Pilihan terus berlanjut,
naik kendaraan pribadi, jalan kaki atau naik kendaraan umum? Sampai di gerejapun
juga masih tetap memilih, duduk di sebelah kiri atau kanan, depan atau belakang?
Memilihmemilih dan memilih itulah yang mewarnai seluruh kehidupan kita. Setiap
pilihan pasti mengandung resiko yang harus kita tanggung setelah menentukannya.

Isi
Sebagai orang Kristen kita adalah pilihan Tuhan. Ya, kita ini adalah pilihan
Tuhan. Betapa berharganya diri kita sebab tidak semua mendapatkan kesempatan
seperti kita. Tentu kita ingat firman Tuhan dalam Matius 22:14: Sebab banyak yang
dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih." Kita ini terkelompokkan dalam kelompok yang
sedikit itu karena kita adalah pilihanNya. Lebih lagi jikalau kita menyadari
kekhususan diri kita sebagai umat pilihan seperti yang tertulis demikian: Bukan
kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. (Yohanes 15:16).
Wow.hebat bukan diri kita ini. Kita ini dipilih langsung oleh Tuhan sendiri.
Keterpilihan kita itu diberi keistimewaan untuk dapat segambar dengan
anakNya yaitu Tuhan Yesus Kristus (Roma 8:29). Apa artinya? Segambar dengan
Tuhan Yesus berarti meneladani Tuhan Yesus baik dalam suka maupun dukanya. Di
sinilah keterpilihan kita memiliki resiko yang besar. Bagaimana tidak, karena nama
Tuhan Yesus Kristus dan keteladanNya sudah sangat dikenal bukan hanya oleh orang
Kristen tetapi juga umat beragama lain. Jika Tuhan Yesus Kristus penuh dengan
pengampunan lalu kita sebagai umat pilihan lebih banyak menyimpan dendam, pasti
34
kita tidak bisa disebut segambar dengan Tuhan Yesus Kristus. Jika Tuhan Yesus
Kristus begitu gigih berjuang bahkan saat aniaya dan derita harus ditanggungNya,
lalu kita sebagai umat pilihan gampang menyerah dan berputus asa tentu kita tidak
bisa disebut segambar dengan Tuhan Yesus. Keterpilihan kita selain istimewa juga
memiliki resiko dan tanggungjawab besar karena keterpilihan kita harus
menampakkan nilai dan sikap dari Tuhan yang memilih kita.
Lalu apa yang harus kita lakukan dalam keterpilihan kita ini?
1. Belajar dari Salomo dalam bacaan pertama, maka yang perlu kita lakukan
adalah memohon hikmat Tuhan supaya memimpin kehidupan kita. Hikmat
dalam bacaan pertama tadi adalah berkaitan dengan hati yang faham
membedakan yang baik dan yang jahat. Jikalau diri kita dipenuhi dengan
pengertian akan hal baik dan jahat pasti kita tidak mudah berbuat jahat
apalagi berbuat dosa. Kita selalu diingatkan oleh hati kita sendiri setiap kali
bertindak dan mengambil keputusan dalam hidup ini.
2. Memandang keterpilihan kita sebagai sesuatu yang berharga sehingga kita
dengan penuh perjuangan tetap menjaga keistimewaan diri kita karena
keterpilihan kita menjadikan kita tahu dan mengerti akan Kerajaan Sorga.
Jikalau kita memahami bahwa Kerajaan Sorga adalah sesuatu yang berharga,
maka sebagaimana bacaan Injil Matius hari ini kita akan mempertaruhkan
apapun termasuk harta benda kita untuk tetap memiliki Kerajaan Sorga itu.
3. Tetap rendah hati sebab segala apapun yang kita bisa dan dapat kita kerjakan
ada Tuhan yang campur tangan. Kerendahan hati ini sangat penting supaya
kita mampu menghayati penyerahan diri kita kepada Tuhan. Dalam
penyerahan diri kepada Tuhan di sanalah Roh Tuhan yang menuntun dan
memperlengkapi kita sebab Tuhan ada di pihak kita.

Penutup
Akhirnya, sebagai umat pilihan Tuhan kita diajari untuk terus menaruh
pengharapan pada Tuhan akan segala yang terjadi dan kita alami. Jika kita mampu
memelihara pengharapan kita itu, yakinlah bahwa Tuhan turut bekerja dalam segala
sesuatu yang sedang kita alami. Hingga akhirnya kita tidak mudah bergesa
melewatkan segala yang menimpa tetapi selalu bersekutu dengan Tuhan dalam
berbagai kondisi kehidupan yang kita alami. Hingga akhirnya kita bukan hanya
disebut sebagai orang yang menang tetapi kita akan dapat disebut lebih dari
pemenang karena kasih Allah yang selalu menyertai kehidupan kita. Amin.(to2k)
35
Nyanyian: KJ 413:1,2,3
RANCANGAN KHOTBAH: Basa Jawi
Pambuka
Ing pigesangan sadinten-dinten kita asring ngadhepi kathah pilihan. Menawi
dinten Minggu kados dinten punika, sareng kita melek kita tumunten mikir lan
kedah milih. Milih nglajengaken tilem utawi enggal tangi lan tindak greja. Sareng
sampun adus kita ugi kedah milih malih, rasukan pundi ingkang badhe kita agem
dhateng greja. Pilihan taksih dhateng malih, tindak greja nitih kendaraan pribadi,
punapa mlampah utawi nitih kendaraan umum. Sareng dumugi greja taksih tetep
milih, lenggah ing sisih kiwa punapa tengen, ngajeng utawi wingking. Milih....milih
lan milih punika ngebaki pigesangan kita. saben pilihan tamtu ngandhut risiko
ingkang kedah kita tanggel sasampunipun namtokaken.

Isi
Minangka tiyang Kristen kita punika dados pilihanipun Gusti. Saestu, kita
punika pilihanipun Gusti. Saiba ajinipun dhiri kita, awit boten sedaya tiyang pikantuk
wewengan kados kita. Tamtu kita enget dhateng dhawuhipun Gusti ing Mat. 22:14:
Marga akeh kang katimbalan, nanging sethithik kang pinilih. Kita kagolongaken
dhateng ingkang sekedhik punika, karana kita punika pilihanipun Gusti. Punapa
malih menawi kita ngengeti mirungganing dhiri kita minangka umat pilihanipun
Gusti kados dhawuhipun: Dudu kowe kang milih Aku, nanging Aku kang milih
kowe. (Yok. 15:16). Saestu aji dhiri kita punika, dipun pilih piyambak dening Gusti.
Langkung istimewa malih dene kita pinilih supados kita saged sagambar
kaliyan putranipun, nenggih Gusti Yesus Kristus (Rm. 8: 29). Punapa tegesipun?
Sagambar kaliyan Gusti Yesus ateges nuladhani Gusti Yesus dadosa ing bingah utawi
ing sisah. Ing ngriki anggen kita pinilih ngandhut risiko ingkang ageng. Amargi
asmanipun Gusti Yesus Kristus lan patuladhanipun sampun kondhang lan
kasumurupan boten namung dening tiyang Kristen, nanging dening umat agami
sanes. Menawi Gusti Yesus kebak sih pangapunten lajeng kita minangka umat
pilihanipun remen nyimpen kalepatanipun tiyang sanes lan manah kita ngigit-igit,
mesthi kita boten patut sinebut sagambar kaliyan Gusti Yesus. Menawi Gusti Yesus
kanthi tatag berjuang ing salebeting panganiaya lan kasangsaran, lajeng kita
minangka umat pilihan gampil semplah lan nyerah tamtu kita boten patut sinebut
sagambar kaliyan Gusti Yesus. Anggen kita pinilih kejawi istimewa lan ngandhut
36
risiko sarta tanggel jawab ageng, karana kedah nedahaken kamulyan lan
kautamanipun Gusti Yesus ingkang milih kita.
Lajeng punapa ingkang kedah kita lampahi minangka umat pilihan?
1. Sinau saking Prabu Suleman ing waosan sepisan, ingkang prelu kita
tindakaken nggih punika nyuwun kawicaksanan Gusti supados nuntun
pigesangan kita. Kawicaksanan punika gegayutan kaliyan manah ingkang
paham mbentenaken pundi ingkang sae lan ingkang awon (jahat). Menawi
dhiri kita kapenuhan kawruh bab ingkang sae lan ingkang awon, kita mesthi
boten gampil tumindak awon utawi dosa. Kita tansah dipun engetaken
dening manah kita piyambak saben kita tumindak lan netepaken putusan ing
gesang kita.
2. Ngakeni anggen kita pinilih punika satunggaling prekawis ingkang saestu aji,
temah kita kanthi pambudidaya (perjuangan) tetep njagi keistimewaan dhiri
kita, karana anggen kita pinilih punika murugaken kita mangertos bab
Kratoning Swarga. Menawi pangertosan kita bab Kratoning Swarga dados
satunggaling prekawis aji, tamtu kita badhe ngetohaken utawi ngurbanaken
punapa kemawon kalebet raja brana kita supados tetep nggadhahi Kratoning
Swarga punika.
3. Tetep andhap asor, awit samukawis ingkang kita saged lan kita tindakaken
punika karana Gusti cawe-cawe. Andhap asoring manah punika saestu
wigatos supados kita saged ngayati maknaning pasrah dhiri dhumateng
Gusti. Ing salebeting pasrah dhumateng Gusti punika Rohipun Gusti
nenuntun lan njangkepi gesang kita.

Penutup
Pungkasanipun, minangka umat pilihanipun Gusti kita dipun wulang supados
tansah mapanaken pangajeng-ajeng kita dhumateng Gusti tumrap samukawis
ingkang dumados lan kita alami. Menawi kita saged ngugemi pangajeng-ajeng kita
punika, pitadosa Gusti mesthi ndherek makarya ing sadhengah prekawis ingkang kita
alami. Ngantos wusananipun kita boten gampil nglangkungi punapa ingkang
kelampahan, nanging tansah tetunggilan kaliyan Gusti ing sadhengah
kawontenaning pigesangan ingkang kita alami. Ngantos wusananipun kita boten
namung sinebut tiyang ingkang mimpang, nanging linangkung, karana sih
katresnanipun Allah tansah lestantun nyarengi pigesangan kita. Amin. [terj. st]

37
Pamuji: KPK 69:1,3.

MINGGU, 6 AGUSTUS 2017


PERJAMUAN KUDUS PEMBANGUNAN GKJW --- STOLA MERAH

Bacaan 1 : Kejadian 32:22-31:


Bacaan 2 : Roma 9:1-5
Bacaan 3 : Matius 14:13-21.
Tema Liturgis : Tuhan meneguhkan orang yang berpengharapan
Tema Kotbah : Menyerahkan apa yang ada untuk diberkati dan dibagi.

KETERANGAN BACAAN
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)
1. Kejadian 32:22-31
Setelah semua yang mengkhawatirkan Yakub diseberangkan ke seberang sungai
Yakbok, tinggallah Yakub sendiri. Datanglah seperti seorang laki-laki yang
menggulat Yakub dan terjadilah pegulatan habis-habisan hingga menjelang fajar
menyingsing. Orang itu akan pergi, tetapi Yakub tidak membiarkan Dia pergi
sebelum Ia memberi berkat kepada Yakub. Akhirnya orang itu mengubah nama
Yakub menjadi Israel, artinya dari penipu menjadi pejuang Allah, dan
kemudian Ia memberkati Yakub. Tempat itu kemudian dinamakan Pniel, artinya
bertemu muka dengan muka dengan Allah. Sehingga sebenarnya kisah ini
menggambarkan pergumulan hati Yakub di tengah ketakutannya menjelang
bertemu Esau kakaknya. Dengan jaminan berkat Allah itu Yakub lega dan tenang
untuk menghadapi esok hari bertemu Esau.

2. Roma 9:1-5
Bangsa Israel sebenarnya telah banyak sekali mendapatkan berbagai
keistimewaan dan berkat dari Allah, seperti mereka diangkat menjadi anak,
menerima kemuliaan Allah, perjanjian-perjanjian, Hukum Taurat, janji-janji yang
akan menurunkan Mesias. Namun dalam suratnya ini Paulus prihatin bahwa
mereka tidak hidup setia kepada Allah, tidak dapat membagikan berkat
sebagaimana dikehendaki Allah. Oleh karena itu Paulus menyatakan bahwa tidak
semua yang berasal dari Israel adalah orang Israel (pejuang Allah). Tidak semua

38
keturunan Abraham adalah anak Abraham (bapa bangsa-bangsa, bapa orang
beriman).

3. Matius 14:13-21
Karena berita tentang pembunuhan Yohanes Pembabtis yang dibawa murid-
murid Yohanes Pembabtis kepadaNya, Yesus hendak menghindar dan
mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi. Tetapi ternyata di sana
sudah banyak sekali orang berkumpul untuk mengikutiNya. Yesus tegerak hatiNya
oleh belas kasihan dan menyembuhkan mereka yang sakit. Haripun makin
remang memasuki rembang petang. Orang-orang itu nampak lesu, lapar dan
lelah. Sehingga para murid meminta Yesus supaya menyuruh mereka pulang.
Tetapi Yesus malah bersabda kepada mereka: tidak perlu mereka pergi, kamu
harus memberi mereka makan. Yang ada pada kami hanya 5 ketul roti dan 2
ekor ikan kata muridNya. Bawalah kemari. Orang banyak itu diatur duduk di
rumput dengan tertib, roti dan ikan itu didoakan Yesus, diberkati lalu dipecah-
pecahkan, dibagi-bagikan kepada orang banyak, sehingga lebih dari 5000 orang
itu kenyang, malahan sisa 12 bakul.

Benang Merah Tiga Bacaan


Orang Israel diberi berbagai berkat dan karunia tetapi tidak dapat melakukan
panggilanNya kepada bangsa-bangsa. Para murid Yesus tidak bisa lepas tangan dan
masa bodoh terhadap permasalahan dan kebutuhan sesama. Dengan segala
keterbatasan kita dipanggil membawa apa yang ada kepada Tuhan dan mohon
berkatNya lalu membagikannya kepada sesama.

RANCANGAN KOTBAH Bahasa Indonesia


(Ini hanya sebuah rancangan. . . bisa dikembangkan sendiri sesuai konteks jemaat)
Pendahuluan
Saudaraku yang dikasihi dan mengasihi Tuhan, dalam kehidupan suku-suku,
bangsa-bangsa dan masyarakat betapa pentingnya berkat. Oleh karena itu ketika
orang akan melakukan sesuatu, memohon berkat itu sangat penting: apakah berkat
dari Tuhan, yang dipandang yang ilahi, leluhur ataupun orang tua, sehingga mereka
dapat melakukan kegiatannya dengan tenang dan berhasil dengan baik.
Tetapi masalahnya: selanjutnya untuk apa berkat itu, hanya untuk diri sendiri
atau juga untuk dibagi dengan orang lain atau untuk kebaikan bersama? Hal itu akan
39
ikut menentukan tindakan selanjutnya. Berkat dapat menjadi laknat ketika diri
sendiri menjadi pusat dan orang lain dijadikan korban. Berkat akan berlipat ganda
melimpah ketika juga menjadi berkat bagi lingkungannya. Itulah yang menjadi
kehendak Tuhan dengan memberkati Abraham, Yakub dan para leluhur Israel,
supaya mereka menjadi berkat bagi bangsa-bangsa.

Isi: Pergumulan Yakub dalam mendapatkan berkat Tuhan


Yakub telah menipu kakaknya Esau untuk mendapatkan berkat kesulungan
dari Ishak bapaknya. Peristiwa itu menjadikan ia lari dari rumahnya dan bekerja
pada Laban 14 tahun lamanya. Kerinduan untuk pulang membawanya lari dari
Laban. Ada dua masalah besar yang harus dipertanggung jawabkan dan diselesaikan
oleh Yakub. Ia tidak bisa terus-menerus melarikan diri. Ketika masalahnya dengan
Laban telah dapat diselesaikan, masih ada permasalahan yang jauh lebih besar lagi,
yakni masalah penipuannya tentang hak kesulungan terhadap Ishak ayahnya dan
Esau kakaknya. Esau masih menyimpan dendam membara. Yakub takut
membayangkan apa yang akan terjadi.
Bacaan kita menggambarkan pergumulan Yakub itu. Ia menyusun strategi:
pertama, diutusnya orang untuk menemui Esau lebih dahulu. Kedua, dibaginya
orang-orangnya menjadi dua pasukan, sehingga jikalau pasukan yang satu dipukul
kalah, pasukan yang lain dapat luput. Ketiga, disiapkan persembahan untuk
melunakkan hati Esau: 200 kambing betina, 20 kambing jantan, 200 domba betina
dan 20 domba jantan, 30 unta yang sedang menyusui bersama anaknya, 40 lembu
betina dan 10 lembu jantan serta 10 keledai untuk dibawa budak-budaknya
mendahuluinya. Namun hatinya belum tenteram.
Ketika semua isteri dan anak-anaknya telah diseberangkan ke seberang
Sungai Yabok, Yakub tinggal sendiri, datanglah laki-laki yang menggulat dia, mereka
bergulat habis-habisan hingga fajar menjelang menyingsing. Yakub tidak mau
melepaskan laki-laki yang tidak lain Malaekat Tuhan tersebut sebelum dia
memberikan berkat. Kemudian Malaekat Tuhan itu mengganti nama Yakub menjadi
Israel, artinya dari penipu menjadi pejuang Allah, kemudian dia memberkati
Yakub. Tempat itu dinamai Pniel, artinya bertemu muka dengan muka dengan Allah.
Yakub kini lega, seperti samudra yang bergolak kini tenang, tidak ada ketakutan akan
apapun, termasuk bertemu dengan Esau, karena yakin Tuhan dan berkatNya benar-
benar menyertai dia dan rombongannya. Ia telah menang melawan diri sendiri,
ketakutannya dan sikap ingin melarikan diri terus.
40
Keprihatinan Paulus terhadap orang-orang Israel
Karena pemilihan Abraham, keturunannya diberkati akan menjadi bangsa-
bangsa besar dan memasuki Tanah Perjanjian. Karena Yakub yang menjadi Israel,
orang-orang Israel diberkati. Begitu gigih Yakub berjuang untuk mendapatkan
berkat. Namun dalam suratnya ini Paulus sungguh prihatin terhadap orang-orang
Israel. Karena leluhur mereka, orang-orang Israel ini telah mendapatkan banyak
berkat dan berbagai keistimewaan, seperti: diangkat menjadi anak, menerima
kemuliaan Allah, perjanjian-perjanjian, Hukum Taurat, janji-janji Allah, sehingga
beribadah dalam persekutuan dengan Allah, bahkan akan menurunkan Mesias.
Namun mereka tidak setia dalam melakukan Firman dan kehendak Allah. Semua
keistimewaannya yang mestinya menjadi misi dan penugasannya di tengah bangsa-
bangsa ternyata hanya menjadikan kesombongan diri yang malah menjauhkan dari
bangsa-bangsa. Mereka ingin menikmati status istimewanya sebagai umat pilihan,
tetapi melepaskan tanggung jawabnya dan misinya sebagai umat pilihan.
Hal itulah yang menjadikan penilaian Paulus: tidak semua keturunan
Abraham adalah anak Abraham, tidak semua keturunan Israel adalah orang Israel.
Keturunan Abraham dan Israel yang sejati adalah mereka yang melakukan misinya
dan tugasnya untuk menjadi berkat bagi bangsa-bangsa.
Menikmati status istimewa tetapi melepaskan tanggung jawabnya, bukankah
banyak kita lihat? Banyak orang berburu menjadi pemimpin, pejabat, anggota DPR
dan penguasa hanya ingin status dan berkatnya saja. Akibatnya korupsi dan berbagai
kehidupan bobrok yang menyalahgunakan kekuasaan dan memeras rakyat terjadi.

Menerima berkat dan membagi berkat


Para murid dipanggil oleh Tuhan Yesus supaya menjadi terang dan berkat
bagi bangsa-bangsa. Mereka disebut bangsa yang terpilih, imamat yang rajani atau
persekutuan para pelayan supaya memberitakan perbuatan-perbuatan Allah yang
besar (1 Petrus 2:9).
Maka ketika hari rembang petang, lebih dari 5000 orang yang mengikuti
Yesus itu kelihatan letih, kelaparan dan para muridNya meminta Dia untuk
mempersilahkan orang-orang tersebut membeli makanan di desa-desa yang tidak
dekat, Tuhan Yesus bersabda: tidak perlu mereka pergi, kamu harus memberi
mereka makan. Kami hanya mempunyai 5 ketul roti dan 2 ekor ikan, bagaimana
mungkin dapat mencukupi mereka semua. Bawalah kemari kepadaKu! Lalu orang
41
banyak itu duduk di rumput secara teratur. Yesus mengambil roti dan ikan itu,
menengadah ke langit, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan
memberikannya kepada para murid. Selanjutnya murid-murid itu membagikannya
kepada orang banyak itu hingga kenyang semua dan masih tersisa 12 bakul.

Penutup
Inilah seharusnya menjadi prinsip hidup kristiani dalam kehidupan pribadi,
berkeluarga, berjemaat dan bermasyarakat. Banyak sekali berkat yang kita terima:
menjadi anak Allah, bangsa terpilih, menerima keselamatan dari Tuhan Yesus,
menjadi umat perjanjian, menerima janji-janji Allah yang pasti dan seterusnya.
Semua itu karena misi dan tugas kita untuk menjadi terang dan berkat bagi bangsa-
bangsa. Oleh karena itu harus kita bagi. Tidak menunggu sampai kita mempunyai
segalanya. Kita tata kehidupan ini, apa yang ada pada kita kita serahkan kepada
Tuhan Yesus dalam doa untuk diberkati, dibagi-bagi untuk memenuhi kebutuhan diri
sendiri dan sesama. Lebih-lebih bagi sesama yang lapar, haus, lelah dan putus asa.
Masih adakah rasa terharu melihat penderitaan sesama? Amin. (BRU)

Nyanyian: KJ 424:1,2; 433:1-

RANCANGAN KOTBAH Basa Jawi


Pambuka
Sadherek kinasih, ing gesanging suku-suku lan bebrayan iba pentingipun
berkah. Mila saderengipun tiyang nindakaken jejibahan lan pendamelan ageng
piyambakipun nyuwun berkah dhumateng Allah, tiyang sepuh miwah para sepuh,
malahan leluhur ingkang sampun pejah. Tujuanipun tiyang punika saged nindakaken
jejibahan lan pendamelanipun kanthi tentrem lan kasil kanthi sae.
Nanging pitakenanipun, kangge punapa saestunipun berkah punika?
Namung tumuju kangge kepentinganipun diri pribadi, punapa ugi sumrambah
kangge kepentingan lan kasaenanipun tiyang kathah? Punika badhe namtokaken
tumindak salajengipun. Asring berkah malah dados laknat karana namung mbujeng
kepentinganipun diri pribadi kanthi ngorbanaken tiyang sanes. Suwalikipun, berkah
sumrambah dados kathah, nalika berkah punika ugi dados berkahing kiwa tengen
lan sesami. Inggih berkah ingkang mekaten punika saestunipun ingkang dados
kersanipun Allah mberkahi Bapa Abraham, Yakub miwah para leluhuring Israel,
supados tiyang-tiyang punika dados berkah tumrap bangsa-bangsa.
42
Isi: Pergumulanipun Yakub ing salebeting ngalap berkahing Allah
Karana ngalap berkahing Rama Iskak minangka putra pambayun, Yakub
ngapusi Esap kangmasipun kanthi sup kacang abrit lan Iskak ramanipun kanthi
memba-memba Esap. Temahanipun, Yakub kesah nilaraken griyanipun kanthi raos
ajrih, suwita dhateng Laban 14 taun laminipun. Karana raos kapangipun, Yakub
mlajar saing Paman Laban, kepengin wangsul dhateng tanah leluhuripun. Laban
duka sanget, mila mbujeng Yakub. Masalahipun kaliyan Paman laban saged kaatasi,
ananging piayambakipun kedah ngadhepi masalah ingkang langkung ageng malih,
ingih punika piyambakipun taksih kedah ngadhepi Esap ingkang tamtu taksih tatu
manahipun. Yakub mboten saged mbayangaken punapa ingkang badhe kedadosan.
Waosan kita nggambaraken kanthi gamblang pergumulanipun Yakub punika.
Yakub sampun ngrancang cara kangge ngadhepi Esap. Sepisan, abdinipun kautus
sowan Esap langkung rumiyin. Kaping kalih, Yakub mantha wadya balanipun dados
kalih panthan supados menawi ingkang sapantha dipun gebag, panthan sanesipun
saged oncat, luput saking panggebagipun Esap. Kaping tiga, Yakub nyawisaken
pisungsung kagem Esap awujud wedhus wadon 200, wedhus berok lanang 20,
wedhus gembel wadon 200, wedhus gembel lanang 20, unta wadon 30, sapi wadon
40, lanang 10, kuldi wadon 20, kang lanang 10 kagiring dening abdi-abdinipun
kaaturaken Esap. Ewasemanten manahipun taksih dereng tentrem.
Nalika sadaya semah miwah anakipun sampun kasabrangaken Lepen Yabok,
Yakub kantun piyambakan, manahipun sangsaya goreh. Dumadakan wonten priya
nggelut Yakub. Tiyang kalih gelut geget silih ungkih ngantos gagat raina. Lajeng priya
punika celathu: wis eculna aku, awit wis bangun raina. Ananging Yakub tetep
mboten purun ngeculaken saderengipun priya punika paring berkah. Priya ingkang
mboten sanes Malaekating Allah punika lajeng nggantos asmanipun Yakub dados
Israel, awit Yakub sampun gelut kaliyan Allah lan mimpang, mila papan punika
kasebut Pniel, awit Yakub sampun aben ajeng kaliyan Allah lan nyawanipun
kapitulungan. Yakub sapunika lega, kadosdene samodra ingkang suwaunipun molak-
malik sapunika dados lerem. Mboten wonten raos ajrih malih, sanajanta badhe
kepanggih Esap. Karana piyambakipun yakin bilih Gusti Allah miwah berkahipun
nunggil lan nyarengi piyambakipun kaliyan rombonganipun. Piyambakipun sampun
mimpang ngatasi dhirinipun, ngatasi raos ajrihipun miwah raos kepengin mlajar
terus.

43
Kaprihatosanipun Paulus dhumateng tiyang-tiyang Israel.
Karana Bapa Abraham, tedhak turunipun binerkahan dening Allah badhe
dados bangsa ageng lan lumebet Tanah Perjanjian. Karana Yakub tiyang-tiyang Israel
binerkahan. Karana leluhuripun tiyang-tiyang Israel nampi mawarni-warni berkah,
kadosta: kaangkat anak, nampi kamulyaning Allah, prajanjian-prajanjianipun, Hukum
Toret, janji-janjinipun Allah matemah saged ngibadah ing patunggilan kaliyan Allah,
malahan nedhakaken Sang Mesih. Paulus prihatos bilih sadaya berkah punika
mboten ndadosaen tiyang-tiyang Israel punika mbangun turut lan setya tuhu,
ananging malah nyombongake dhiri ingkang nebihaken kaliyan bangsa-bangsa
sanes. Tiyang-tiyang Israel kepengin ngregem keistimewaanipun minangka umat
pilihan, nanging mboten tanggel jawab nindakaken misi lan jejibahanipun dados
berkah kangge para bangsa.
Karana punika Paulus ngendika: mboten sadaya tedhak turunipun Bapa
Abraham minangka anakipun Abraham, mboten sadaya tedhak turunipun Israel
punika tiyang Israel. Tedhak turunipun Bapa Abraham lan Israel ingkang sejatos
inggih ingkang nindakaken misi lan jejibahanipun dados berkah tumrap bangsa-
bangsa.
Sipat kadosdene tiyang Israel punika pranyata kathah sanget kedadosan ing
jaman samangke. Tiyang kepengin nggayuh status lan pangkatipun, ananging
mboten purun nindakaken tanggel jawabipun. Kathah tiyang kepengin dados
pemimpin, panguwasa, pejabat, wakil rakyat namung kepengin status lan berkah
kangge dhirinipun piyambak, nilaraken tanggel jawabipun. Temahanipun korupsi,
nindhes lan nindakaken tumindak ingkang bobrok, mitunani negari lan bangsa.

Nampi berkah lan dados berkah


Para muridipun Gusti Yesus ugi katimbalan dados pepadhang miwah berkah
tumrap bangsa-bangsa. Murid-muridipun Gusti kasebat bangsa kang pinilih,
kaimaman keprabon utawi patunggilanipun para pelados supados martosaen
kautamenipun Gusti (1Pt 2:9).
Mila nalika candikala langkung saking 5000 tiyang ingkang sami ngetutaken
Gusti Yesus ketingal sayah lan luwe, para murid nyuwun dhumateng Gusti supados
Gusti ngutus tiyang-tiyang wau kesah tumbas tetedhan ing dhusun-dhusun ingkang
tebih, Gusti Yesus ngendika: ora susah padha lunga, kowe bae menehana mangan!
Punika namung wonten roti gangsal kaliyan ulam loh kalih, unjukipun para murid.
Kadospundi saged nyekapi tiyang semanten kathahipun? Gawanen mrene,
44
wenehna Aku! Tiyang kathah kalawau lajeng katata kadhawuhan lenggah ing
pasuketan kanthi tata. Gusti lajeng tumenga dhateng langit, ndedonga nyuwun
berkah, lajeng rotinipun kacuwil-cuwil ngantos nyekapi tiyang-tiyang kathah punika.
Sadaya sami nedha kanthi tuwuk, malah taksih tirah 12 wakul.

Panutup
Cariyos punika saged dados wewaton (prinsip) gesang Kristen wiwit saking
pribadi mbaka pribadi, ing tengahing brayat, pasamuan lan bebrayan. Kathah sanget
berkahipun Gusti ingkang sampun kaparingaken dhateng kita: Ing Sang Kristus kita
kaangkat minangka putranipun Allah, bangsa pinilih, kaimaman kaprabon, nampi
kawilujengan saking Sang Mesih, dados umat prajanjian ingkang nampi kathah
sanget janji-janjinipun Allah lan salajengipun. Sadaya punika karana misi lan
jejibahan ingkang kita emban, inggih punika dados pepadhang miwah berkah
tumrap bangsa-bangsa. Mila gesang punika ugi kedah kita edum, mboten sisah
nengga ngantos kita gadhah sadayanipun. Kita tata gesang kita, kita andum berkah
ingkang kita tampi lan kita aturaken dhumateng Gusti Yesus supados dipun berkahi,
lajeng kita edum-dum kangge kabetahan kita, kabetahan rohani-jasmani anak-putu
kita, miwah kiwa tengen kita. Langkung-langkung ing satengahing sesami ingkang
keluwen, ngelak ngorong, semplah miwah sangsara. Punapa taksih wonten raos
trenyuh ningali kasangsaraning sesami? Amin. (BRU)

Pamuji: KPK 106: 1,4,5.

45
MINGGU, 13 AGUSTUS 2017
BULAN PEMBANGUNAN GKJW --- STOLA PUTIH

Bacaan 1 : 1 Raja-raja 19:9-18


Bacaan 2 : Roma 10:5-15
Bacaan3 : Matius 14:22-33
Tema Liturgis : Kekuatan Iman, Menguatkan Kita Membangun GKJW
Tema Kotbah : Tetap Memandang Yesus

KETERANGAN BACAAN
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)
1. 1 Raja-raja 19:9-18: Panggilan di tengah titik nadir kehidupan
Pertandingan Nabi Elia melawan para imam Baal untuk membakar korban dengan
api Tuhan berakhir dengan pembantaian para imam Dewa Baal dan Asyera.
Mendengar berita itu Izebel isteri Raja Achab sangat marah, sehingga ia
mengancam akan membunuh Nabi Elia. Elia sangat takut dan lari menjauhinya
melewati Betsyeba dan memasuki wilayah Yehuda. Bahkan ia terus berlari
sepanjang hari di padang pasir. Ia duduk di bawah pohon Arar, ingin mati rasanya.
Cukuplah itu, Tuhan sekarang ambil nyawaku, sebab aku tidak lebih baik dari
nenek moyangku, serunya. Bangunlah, makanlah! Dua kali seorang malaekat
Tuhan memerintahkan Elia, dan di samping kepalanya telah tersedia roti dan
kendi berisi air. Ketika kuat kembali, 40 hari 40 malam ia berjalan ke Gunung
Horeb. Ia masuk ke goa, dan firmanNya: apa kerjamu di sini Elia? Aku bekerja
segiat-giatnya bagi Tuhan Keluarlah dan berdirilah di atas gunung itu di
hadapan Tuhan! Tuhan lalu, setelah angin besar, gempa dahsyat dan api
bernyala-nyala, dalam angin sepoi-sepoi basa Tuhan datang dan bertanya lagi:
apa kerjamu di sini Elia, dan Eliapun menjawab dengan jawaban yang sama
seperti sebelumnya. Kemudian Tuhan memberikan tugas baru untuk mengurapi
Hazael menjadi Raja Aram, Yehu cucu Nimsi untuk menjadi Raja Israel Utara dan
Elisa menggantikan dia.

2. Roma 10:5-15: Tetap berdiri dan bermegah dalam kasih karunia


Paulus menandaskan bahwa dalam Kristus kita telah mendapatkan damai
sejahtera Allah dan hidup dalam kasih karunia. Oleh karena itu dalam kasih
46
karunia itu hendaknya kita berdiri dan bermegah dalam pengharapan akan
kemuliaan Allah, bahkan dalam sengsara. Ketika dalam dosa saja Kristus telah
mati untuk kita, lebih-lebih sekarang dalam kasih karuniaNya, tentu kita akan
diselamatkanNya.

3. Matius 14:22-33: Yesus berjalan di atas air


Tuhan Yesus memerintahkan para muridnya mendahului ke seberang Danau
Galilea dengan naik perahu. Orang banyak disuruh pulang dan Dia sendiri
menyepi untuk berdoa. Hari sudah malam, beberapa mil di tengah danau, tiba-
tiba perahu para murid dihantam angin sakal. Angin Sakal atau angin haluan,
artinya angin yang melawan perjalanan perahu itu. Angin sakal itu demikian
kerasnya, sehingga para murid yang berasal dari nelayan-nelayan berpengalaman
itupun kesulitan untuk mendayung, bahkan terombang-ambing, perahunya
hampir tenggelam. Hingga jam 3 pagi datanglah Yesus berjalan di atas air. Itu
hantu pekik mereka dan mereka tambah ketakutan. Tetapi sabdaNya kepada
mereka, Tenanglah! Aku ini, jangan takut! Ketika Petrus meminta Tuhan Yesus
menyuruh dia datang kepadaNya dengan berjalan di atas air juga, ya datanglah!
sabdaNya. Mula-mula Petruspun berjalan di atas air, tetapi ketika terasa tiupan
angin yang kuat, Petrus mulai tenggelam dan berseru: Tuhan, tolonglah Aku!
Yesuspun mengulurkan tanganNya menolong Petrus sambil bersabda: Hai orang
yang kurang percaya, mengapakah engkau bimbang? Merekapun naik perahu
dan anginpun redalah. Merekapun menyembahNya dan berseru: Sesungguhnya
Engkau adalah Anak Allah!

Benang Merah Tiga Bacaan


Hidup adalah naik-turun penuh gejolak, termasuk yang dialami oleh seorang
nabi besar dan gagah berani sekaliber Nabi Elia. Hanya dengan memandang Kristus
terus-menerus, kita mampu berjalan mengatasi padang kehidupan yang penuh
gelombang dan mengerti panggilanNya.

RANCANGAN KOTBAH: Bahasa Indonesia


(Ini hanya sebuah rancangan. . . bisa dikembangkan sendiri sesuai konteks jemaat)
Pendahuluan
Orang Jawa mengatakan bahwa hidup manusia seperti roda pedati. Ada
kalanya di atas, ada kalanya di bawah. Ketika di atas berhati-hatilah, dan ketika di
47
bawah jangan berputus asa, karena tentu akan naik ke atas lagi. Tetapi dalam
kenyataan naik-turunnya atau up and downNya sering sangat cepat dan drastis
sekali. Tidak seperti roda pedati yang pelan-pelan naik dan pelan-pelan turun.
Begitulah dinamika hidup penuh naik-turun!
Sering ketika di atas, hati, pikiran, perasaan penuh semangat, optimisme,
seolah tidak ada yang menggelisahkan. Tetapi ketika di bawah, lebih-lebih di titik
nadir yang begitu dalam, semuanya menjadi menakutkan, frustrasi dan putus asa.
Itulah yang dialami oleh Nabi Elia dan para murid.

Isi: Pergumulan Elia


Dalam Perjanjian Lama Elia adalah tokoh besar, dia disejajarkan dengan
Musa dalam kesetiaannya mengemban Firman Allah dan gagah beraninya
memimpin Israel. Jikalau Musa memimpin Israel keluar dari Tanah Mesir,
mengarungi padang gurun hingga perbatasan Tanah Kenaan, Elia melawan Baalisme
di Israel Utara pada zaman Raja Akhab dengan isterinya Izebel. Dengan gagah berani
Elia menantang para imam Baal dan Asyera membakar korban tanpa menyalakan
api. Ketika para imam itu gagal dan Elia berhasil menyalakannya dengan api dari
Tuhan. Elia memimpin orang-orang Israel untuk membunuh 850 imam Baal dan
Asyera itu.
Namun ketika Elia mendengar kemarahan dan ancaman Izebel yang akan
membunuh Elia, seketika semangatnya redup, hatinya kecut dan ia berlari sejauh-
jauhnya menjauhi laskar Izebel. Seharian ia mengarungi padang pasir, melewati
Betsyeba memasuki tanah Kerajaan Yehuda, wilayah di luar kekuasaan Akhab dan
Izebel. Di bawah pohon Arar dengan letih, kelaparan dan tanpa daya ia terduduk:
Cukuplah itu Tuhan, sekarang ambil nyawaku, sebab aku tidak lebih baik dari nenek
moyangku. Ia merasa berjuang sendiri, gagal dan putus asa. Namun tiba-tiba
malaekat bereru. Bangunlah, makanlah!, diulangi lagi memerintahkan Elia, dan di
samping kepalanya telah tersedia roti dan kendi berisi air. Ketika kuat kembali, 40
hari 40 malam ia berjalan ke Gunung Horeb. Ia masuk ke goa, dan firmanNya: apa
kerjamu di sini Elia? Aku bekerja segiat-giatnya bagi Tuhan Keluarlah dan
berdirilah di atas gunung itu di hadapan Tuhan! Di atas gunung, pertanyaan Tuhan
itu diulangi lagi dan jawaban Elia sama Aku bekerja segiat-giatnya bagi Tuhan.
Semua orang Israel telah meninggalkan perjanjianMu, meruntuhkan mezbah-
mezbahMu dan membunuh nabi-nabiMu, hanya akulah yang masih hidup dan
mereka ingin mencabut nyawaku. Elia merasa berjuang sendiri, tidak ada orang lain
48
yang mendukung. Tuhan menyadarkan Elia bahwa tugasnya belum selesai, ia harus
kembali kejalannya karena tugasnya belum selesai. Elia diperintahkan mengurapi
Hazael untuk menjadi Raja atas Aram, Yehu cucu Nimsi untuk menjadi raja atas
Israel dan Elisa untuk menggantikan dan meneruskan tugas Elia. Elia tidak berjuang
sendiri, selain Tuhan senantiasa menyertainya, di sana masih ada 7000 orang Israel
yang masih setia kepada Tuhan dan dalam pemeliharaan Tuhan.
Pengalaman Elia bukanlah pengalaman yang asing bagi kita. Betapa
kehidupan penuh dinamika naik-turun seperti perahu di lautan yang naik turun
dihantam gelombang, dilanda badai, termasuk pelayanan kita kepada Tuhan. Kita
bisa kehilangan semangat, kekuatan dan harapan. Kita merasa berjuang sendiri,
menderita sendiri dan sia-sia semuanya. Demikianlah jikalau kita mengandalkan
kekuatan kita, hanya didorong dan melihat kepentingan kita sendiri. Tuhan
memanggil: Bangunlah! Tugas belum selesai! Kembali ke jalanmu, berfokuslah!
Selama kita masih hidup kita masih mengemban tugas!

Berfokus dan hanya memandang Yesus


Begitu jugalah yang dialami oleh para murid dalam kisah Matius 14:22-33 ini.
Mereka berlayar mendahului Yesus menuju ke seberang. Namun di tengah danau,
tiba-tiba angin Sakal atau angin haluan, artinya angin yang berembus dari depan
melawan laju perahu datang, menjadi badai yang cepat dan keras sekali
menimbulkan gelombang tinggi menghantam perahu murid-murid. Mereka adalah
nelayan-nelayan yang berpengalaman, mereka mendayung kuat-kuat, air yang
masuk dikeluarkan cepat-cepat, namun sepertinya semua sia-sia. Mereka kalang
kabut dan ketakutan.
Di tengah situasi itulah mereka melihat orang berjalan di atas air, di atas
gelombang dan menerobos badai. Mereka tambah ketakutan dan panik. Itu
hantu! seru mereka dan berteriak-teriak karena takut. Karena pikirnya siapakah
yang dapat melakukan itu semua? Tetapi kemudian orang itu -yang tidak lain Yesus-
berkata: Tenanglah, Aku ini, jangan takut! Segera mereka sadar, lalu Petrus ingin
meyakinkan: Tuhan apabila itu Engkau, suruhlah aku datang kepadaMu berjalan di
atas air! Datanglah! Petruspun turun dari perahu dan berjalan di atas air. Tetapi
ketika melihat tiupan angin, amukan gelombang, ia takut dan hampir tenggelam,
Tuhan tolonglah aku! serunya. Yesuspun mengulurkan tanganNya memegang dia
sambal kataNya Hai orang yang kurang percaya, mengapakah engkau bimbang?

49
Mereka naik perahu dan anginpun redalah. Murid-murid menyembah Dia:
Sesungguhnya Engakau Anak Allah.
Bukankah kehidupan ini sering digambarkan seperti samodra? Kita berlayar
seperti perahu-perahu kecil di tengah samodra? Betapa sering air yang tenang
berubah menjadi gelombang ganas karena badai yang menderu? Seperti datangnya
bencana, sakit serius, malapetaka yang tidak pernah terbayangkan, badai rumah
tangga yang tidak pernah terpikirkan. Tidak beda dengan murid-murid, kita sering
ketakutan, bahkan panik. Dalam kepanikan itulah kita salah melihat realitas,
kehilangan arah. Betapa mudahnya, Tuhan disangka hantu, hantu disangka Tuhan.

Penutup
Tuhan Yesus menguasai alam dan kehidupan. Dia mengatasi badai,
gelombang, bahkan kuasa apapun yang ingin merusak kehidupan. Bahkan kuasa
yang paling dahsyat dalam kehidupan, yaitu maut, kematianpun telah dikalahkan.
Tandas Paulus (Rm 5:5-15), jika kita percaya Yesus itu Tuhan, artinya yang menguasai
hidup mati kita ini, kita akan diselamatkan. Dia itu tidak jauh, juga berada di tengah
kita dan di dalam hidup kita. Oleh karena itu kepadaNyalah kita minta tolong.
Berbahagialah yang beriman kepadaNya. Iman adalah selalu berserah kepadaNya,
selalu memandangNya dalam semua aspek kehidupan ini. Lihatlah Petrus, ketika
melihat badai dan gelombang justru dia tenggelam. Bukan gelombang, kadang kita
melihat dan terlalu berbangga dengan diri sendiri, status diri, kehebatan pelayanan
diri, sehingga kita kehilangan focus, itupun akan membuat kita tenggelam. Hanya
yang selalu memandang Dia, menjadikan Dia dasar dan tujuan kehidupan, maka kita
akan dapat berjalan di atas samodra kehidupan, bahkan mengatasi gelombang dan
badai. Gelombang dan badai itupun menjadi berharga untuk menguatkan,
mendewasakan dan menjadikan kehidupan kita makin berbuah melimpah. Amin.
(BRU)

Nyanyian: KJ 440:1,2,3; 439:1-

RANCANGAN KOTBAH: Basa Jawi


Pambuka
Tiyang Jawi nyatakaken bilih gesanging manungsa punika kadosdene
rodhaning cikar. Wonten wekdalipun ing nginggil, wonten wekdalipun ing ngandhap.
50
Nalika ing nginggil supados angatos-atos, sampun ngantos gumunggung lan nalika
wonten ngandhap sampun ngantos semplah, tetepa nggadhahi pangajeng-ajeng,
tamtu badhe wonten nginggil malih. Nanging wonten ing kanyatan gesang asring
sanget manginggil lan mangandhapipun punika sarwa cepet sanget lan drastis
sanget, benten sanget kaliyan lampahing rodha cikar ingkang alon-alon minggah lan
alon-alon mandhap. Mila kathah tiyang ingkang mboten siaga.
Nalika ing nginggil manahipun, pikiranipun, perasaanipun kebak semangat,
optimisme, mboten wonten ingkang nguwatosaken. Ananging nalika wonten
ngandhap, langkung-langkung ing titik nadir ingkang paling ngandhap, sadaya dados
peteng ndhedhet lelimengan, sarwi nggegirisi, semplah lan frustrasi. Mekaten
saestunipun ingkang dipun alami dening Nabi Elia lan para murid.

Isi: Pergumulanipun Nabi Elia


Nabi Elia punika tokoh ageng Prajanjian Lami. Piyambakipun asring
kajejeraken kaliyan Nabi Musa ing kasetyanipun ngemban pangandikanipun Gusti
Allah miwah kendel prakosanipun mimpin bangsa Israel. Menawi Musa mimpin
Israel medal saking Tanah Mesir, njelajahi pasamunan ngantos dumugi tepis
wiringing Tanah Kanaan, Elia nglawan Baalisme ing Israel Ler kala jamanipun Sang
Prabu Akhab lan prameswarinipun Izebel. Kanthi kendel Nabi Elia nantang para
imaming Baal lan Asyera ingkang cacahipun 850 ngobong korban obaran tanpa
nguripaken latu. Nalika para imam punika gagal, Elia kasil nguripaken latu ingkang
tedhak saking Gusti Allah piyambak ngobong korban punika ngantos telas,
kalajengaken Elia mimpin tiyang-tiyang Israel mejahi 850 imam-imam Baal lan
Asyera punika.
Ananging nalika mireng dukanipun Izebel lan pangancamipun ingkang badhe
mejahi Elia, sakala manahipun dados alit, gregetipun ical lan piyambakipun mlajeng
saking prajuritipun Izebel. Sedinten muput nglangkungi ara-ara samun, nglangkungi
Betsyeba lumebet ing tlatah Kraton Yehuda, tlatah sajawining panguwaosipun Sang
Prabu Akhab. Ing sangandhaping wit Rotem piyambakipun sayah sanget, luwe,
tanpa daya, ndhoprok, unjukipun: Sampun semanten kemawon! Sapunika dhuh
Yehuwah, Paduka mugi kersaa mulung nyawa kawula sabab kawula punika mboten
langkung sae katimbang para leluhur kawula! Elia rumaos sampun berjuang
piyambak, gagal lan semplah. Piyambakipun lajeng ngglethak wonten ing
sangandhaping wit rotem punika. Dumadakan wonten malaekating Allah njawil
piyambakipun kanthi ngendika: Tangia, mangana! Dipun ambali malih: Tangia,
51
mangana! Lakunira isih adoh. Wonten ngriku sampun cumawis roti panggang lan
kendhi isi toya. Elia lajeng dhahar tuwin ngunjuk ngantos tuwuk. Kekiyatanipun pulih
malih, Elia lajeng tindak malih 40 dinten 40 dalu tumuju Redi Horeb, lumebet ing
guwa. Pangandikanipun Yehuwah: Ana apa sira ana ing kene iki Elia?
Wangsulanipun Elia: Sanget-sanget anggen kawula ngudi tumindak ing damel
kagem Pangeran Yehuwah, amargi tiyang Israel sami nilar prajanjian Paduka, sami
mbibrahi misbyah-misbyah Paduka saha sami mejahi nabi-nabi Paduka, namung
kawula piyambak ingkang taksih gesang, lan tiyang-tiyang wau inggih kepengin
nyabut nyawa kawula. Wonten ngriku Gusti Allah lajeng tumindak langkung
nedahaken panguwaosipun lumantar angin, lindhu lan geni ingkang nggegirisi,
lajeng sasampunipun angin sumilir, ndangu Elia malih kanthi pitakenan ingkang
sami: Ana apa sira ana ing kene iki Elia?, lan wangsulanipun Elia ugi sami kaliyan
saderengipun.
Nyata, wonten ngriki Gusti mirsani kawontenanipun abdinipun, mila Gusti
maringi kekiyatan malih, nangekaken semangat ingkang musna, manah ingkang
semplah miwah pangajeng-ajeng ingkang pupus. Gusti nyadharaken bilih lampahing
abdinipun taksih tebih, jejibahanipun dereng rampung. Elia taksih kedah njebati
Hazael jumeneng ratu ing Aram, Yehu putunipun Nimsi dados ratu Ing Israel tuwin
Elisa anakipun Safat nggantos Elia minangka nabining Allah. Elia mboten berjuang
piyambak. Taksih wonten 7000 tiyang ingkang setya tuhu dhumateng Yehuwah.
Gusti nganthi para kagunganipun punika.
Pengalamanipun Elia punika saestu mboten tebih saking pengalamanipun
tiyang pitados, kalebet kita. Iba gesang punika kebak dinamika, kalebet ing
pengalaman pakaryan, pandamelan lan peladosan kita. Kaumbulaken muluk,
kabanting dhawah ing ngandhap kadosdene prahu ingkang kaumbulaken,
kaombang-ambingaken lan kakeplekaken denging ombaking samodra. Kita rumaos
berjuang piyambak, nandhang sangsara lan rumaos sadaya nglaha, matemah lajeng
semplah. Mekaten menawi kita namung ningali bilih sadaya pendamelan punika
namung pakaryan kita piyambak, ngendelaken dhiri kita piyambak langkung-
langkung namung kabereg lan ningali kabetahan kita tuwin kepentingan kita
piyambak. Gusti ngendika: tangia, mangana! Lampah kita taksih tebih, jejibahan kita
dereng rampung, wangsula ing margi nindakaken timbalanipun Gusti. Salaminipun
kita taksih gesang, kita taksih ngembam timbalanipun. Gusti kanthi panguwaosipun
ingkang nganthi.

52
Ngeneraken dhiri namung mandeng Gusti Yesus
Mekaten ugi ingkang dipun alami dening para muridipun Gusti Yesus rikala
lelayaran ngrumiyini Gusti nyabrang seganten Genesaret ing Mateus 14:22-33. Ing
tengahing seganten dumadakan katempuah Angin Sakal, inggih angin ingkang
nempuh saking ngajeng nglawan lajuning baita. Sangsaya dangu angin punika
sangsaya santer ngombang-ngambingaken baita ngantos meh kerem. Sanajan para
murid saestunipun para nelayan ingkang peng-pengan ingkang kathah
pengalamanipun, nanging tetep ajrih sanget. Ing satengahing kepanikan punika
dumadakan ketingal tiyang ingkang lumampah nrobos angin lan nrajang ombak
gumuruh. Mesthi kemawon para murid sangsaya kalang kabut pating jlerit. Ana
memedi! Ananging tiyang punika lajeng ngendika: padha dienak atimu, iki Aku!
Aja wedi! Petrus lajeng mbengok: Gusti, menawi saestu Paduka kawula
kadhawuhana murugi Paduka kaliyan lumampah ing nginggil toya! Mrenea!
dhawuhipun Gusti Yesus. Petrus lajeng mandhap saking baita lan lumampah
tumapak ing sanginggiling toya, nanging sareng angin ageng nempuh, piyambakipun
ajrih, lajeng ambles, Gusti nyuwun tulung! Gusti enggal mulungaken astanipun
sarta nyepeng Petrus, pangandikanipun Heh wong kang cupet ing pangandel
yagene kok mangu-mangu?
Mekaten ing satengahing samodraning gesang, saged marupi-rupi angin
sakal ingkang nampek baitaning gesang kita, ndadosaken prahara ngrabasa, ombak
molak-malik nggegirisi lan kita ajrih sanget lan panik. Kadosdene musibah ingkang
dhateng, pisakit, masalah anak, semah, brayat, pendamelan, karier ingkang mboten
nate kabayangaken. Ing kawontenan punika mboten aneh menawi sadaya ingkang
ketingal dados sarwi nggegirisi. Asring kita lepat ningali kanyatan, saged ugi Gusti
kaanggep memedi, memedi lan roh awon kaanggep Gusti.

Panutup
Ing kawontenan kados mekaten saestunipun Gusti Yesus mboten nate tebih
saking kita, tansah migatosaken kita. Gusti Yesus nguwaosi alam, kuwaos tindak
napaki molak-maliking kawontenan. Gusti Yesus nguwaosi alam lan panguwaos
ingkang kados menapa kemawon, malahan pepejah pisan dipun kawonaken.
Pangandikaning Rasul Paulus, menawi kita pitados Yesus punika Gusti, artosipun
ingkang nguwaosi pejah gesang kita lan ingkang murbeng dumadi sarta pasrah
dhumateng Panjenenganipun tamtu kawilujengaken (Rum 5:5-15). Mila kadosdene
Petrus, namung dhumateng Panjenenganipun kita nyuwun tulung. Saestu rahajeng
53
ingkang pitados. Pitados ateges masrahaken gesang dhumateng Panjenenganipun
kemawon, namung mandeng, manther dhumateng Panjenenganipun. Nalika Petrus
namung mandeng dhumateng Gusti Yesus, piyambakipun ugi saged napak toyaning
seganten. Mekaten ugi kita. Ananging rikala nginggati Gusti lajeng ningali molak-
maliking ombak seganten gesang, tuwuh raos ajrih, kita lajeng ambles. Utawi
nginggati mandeng Gusti lajeng ningali dhiri kita piyambak, langkung-langkung
nyombongaken dhiri, malah kepengin pamer dhumateng tiyang sanes, tamtu kita
badhe ambles. Namung kanthi mandeng dhumateng Gusti, ndadosaken
Panjenenganipun dhasar miwah tujuaning gesang, kita badhe saged napak ing toya
segantening gesang tuwin ngatasi ombak prahara ingkang nampek. Malahan ombak
lan prahara dados prekawis ingkang aji kangge ngiyataken, ndewasakaken miwah
ndadosaken gesang kita sangsaya ngwedalaken who kathah. Amin. (BRU)

Pamuji: KPK 264:1,2.

54
17 AGUSTUS 2017
HUT REPUBLIK INDONESIA --- STOLA MERAH

Bacaan 1 : Yesaya 45:20-25


Bacaan 2 : Wahyu 15:1-4
Bacaan 3 : ---
Tema Liturgis : Kekuatan Iman, Menguatkan Kita Membangun GKJW
Tema Kotbah : Bersama-sama menampilkan kebenaran dan keadilan Allah

KETERANGAN BACAAN
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)
1. Yesaya 45:20-25: Panggilan Nabi Yesaya kepada bangsa-bangsa
Bacaan kita ini adalah bagian kedua dari Kitab Yesaya atau yang disebut Deutero
Yesaya dengan latar belakang sejarah ketika orang-orang Israel dalam
pembuangan Babil, penguasa raksasa pada waktu itu. Mereka mengalami krisis
multi dimensi: sosial, politik, ekonomi dan yang lebih parah krisis rohani.
Keselamatan Tuhan melalui Koresy (Cyrus) Raja Persia akan segera datang (Yes
45:1-8). Oleh karena itu Yesaya memanggil bangsa-bangsa, termasuk Israel di
dalamnya untuk berhimpun, datang dan tampil bersama-sama. Supaya berpaling
hanya kepada Tuhan saja, satu-satunya Allah, yang dari mulutNya keluar
kebenaran dan tindakanNya penuh kekuatan dan keadilan. Tentu mereka akan
diselamatkan. Pada akhirnya semua bangsa akan bertekuk lutut sujud kepadaNya
dan keturunan Israel akan nyata benar dan bermegah dalam Tuhan.

2. Wahyu 15:1-4: Kenyataan akhir dari segala sesuatu:Nyanyian kemenangan


Dalam penglihatan Yohanes di Pulau Patmos, setelah tujuh malapetaka terakhir
dan redanya murka Allah, sesuatu yang baru muncul. Bagaikan lautan kaca
bercampur dengan api yang begitu indah gemerlap dan di tepinya berdiri orang-
orang yang telah mengalahkan binatang dan patungnya. Mereka menyanyikan
nyanyian kemenangan Musa dan Anak domba Allah, yakni nyanyian yang
mengagungkan kemuliaan pekerjaan Tuhan: Besar dan ajaib segala
pekerjaanMu, adil dan benar segala jalanMu, ya Raja segala Bangsa. Semua
bangsa akan datang bersembah sujud kepadaMu.

55
Benang Merah Dua Bacaan
Allah adalah Tuhan segala bangsa, sekarang sedang bekerja dan di akhir
zaman ketika semuanya sudah usai semua bangsa memuliakan Allah karena
pekerjaanNya yang ajaib, adil dan benar itu. Di tanah pembuangan yang penuh
penindasan, ketidak benaran dan ketidak adilan itu Nabi Yesaya menubuatkan akan
kedatangan pembebasan melalui Raja Koresy dan memanggil bangsa-bangsa untuk
datang, berhimpun dan menampilkan kebenaran dan keadilan Allah.

RANCANGAN KOTBAH Bahasa Indonesia


(Ini hanya sebuah rancangan. . . bisa dikembangkan sendiri sesuai konteks jemaat)
Pendahuluan
Telah 72 tahun bangsa Indonesia merdeka. Merdeka! Tetapi sepertinya cita-
cita masyarakat yang adil dan makmur apalagi sejahtera itu masih jauh dari
kenyataan. Justru ketika penjajah secara politik telah hengkang, penindas, pemeras
dan penipu itu datang dari orang-orang sebangsa sendiri. Korupsi makin merajalela
dari pusat hingga ke pelosok-pelosok di kalangan birokrasi, parlemen, hukum,
pengadilan, hingga masyarakat luas. Semuanya menjadi masalah besar yang
meruntuhkan sendi-sendi bernegara, berbangsa dan bermasyarakat. Masing-masing
orang dan kelompok berjuang untuk dirinya atau kelompoknya sendiri, saling
menghujat dan saling menyingkirkan antara satu dengan yang lain. Lebih-lebih
ketika Pilkada dan Pemilu tiba, issu-issu SARA digunakan untuk mengunggulkan diri
sendiri dan menghancurkan calon yang lain dan menyingkirkan pengikut-
pengikutnya. Sehingga masyarakat dibuat gaduh terus, kebinekaan dan kesatuan
bangsa terancam. Banyak orang skeptis dan bingung mau membangun dari mana,
karena masalah pokoknya adalah masalah mental. Yaitu mental korup yang lebih
mencintai kehancuran atau maut (nekropilia) daripada kehidupan (biopilia).

Isi: Panggilan Yesaya kepada bangsa-bangsa


Yes 45:20-25 ini merupakan bagian kedua dari Kitab Yesaya. 1) Yes 1-39; 2)
Yes 40-55 dan 3) Yes 56-66. Bagian kedua ini dinubuatkan ketika orang-orang Israel
berada di pembuangan Babil. Mereka mengalami penindasan, ketidakadilan dan
kesengsaraan, hingga mereka mengalami krisis multi dimensi seperti krisis sosial,
ekonomi, politik, budaya dan terutama krisis rohani. Mereka mengalami shock
rohani: mengapa Tuhan menyerahkan umat pilihanNya kepada bangsa Babil yang

56
tidak percaya kepada Tuhan? Shock rohani menjadikan mereka skeptis, apatis,
kecewa dan frustrasi.
Di tengah keadaan umat Tuhan inilah Yesaya memberitakan bahwa waktunya
sudah dekat, Tuhan akan bertindak memberikan pembebasan melalui Raja Koresy
(Cyrus), Bangsa Persia. Untuk menyongsong itu maka bangsa-bangsa, termasuk
orang-orang Israel di dalamnya hendaknya mempersiapkan diri dengan berhimpun,
datang dan tampil bersama-sama. Tampil bersama untuk melakukan apa? Hanya
supaya kelihatan?
Tampil! Kata ini akhir-akhir ini menjadi keren dan popular, terutama di
kalangan remaja dan pemuda. Yang penting penampilan. Tampil keren, tampil
smart, tampil kaya, tampil sopan, tampil sok religious. Pokoknya penampilan adalah
segalanya. Lalu mereka berhimpun dalam bermacam-macam hobi atau kegiatan
bersama dan merasa distinctive (berbeda) dan eksklusif (khas) daripada orang lain!
Bahkan tidak jarang mereka bersama melakukan kriminalitas atau menakutkan
orang lain. Dalam Yesaya ini bukan asal berhimpun, bukan asal datang dan tampil.
Bukan tampil sembarang tampil. Untuk memahami tampil melakukan apa, marilah
kita simak bacaan dari Wahyu.

Bersama tampil melakukan keadilan dan kebenaran


Tuhan telah bekerja menumbuhkan keadilan di tengah bangsa-bangsa (Yes
45:8) dan memanggil umatNya untuk menjadi saksi akan karyaNya yang hebat itu.
Dalam penglihatan Yohanes, setelah 7 malapetaka terakhir dan peperangan selesai
serta kemenangan Allah melalui Sang Anak Domba dicapai, Yohanes melihat tentang
sesuatu bagaikan lautan kaca bercampur api. Di tepi lautan kaca itu ia melihat
orang-orang yang telah mengalahkan binatang dan berhala-berhalanya itu dengan
sukacita menyanyikan nyanyian Musa dan nyanyian Anak Domba yang memuji karya
Tuhan yang mewujudkan keadilan dan kebenaran: Besar dan ajaib segala
pekerjaanMu ya Allah, Yang Mahakuasa! Adil dan benar segala jalanMu, ya Raja
segala bangsa!
Israel dipanggil menjadi saksi di tengah bangsa-bangsa yang dipanggil untuk
berhimpun, datang dan tampil mewujudkan keadilan dan kebenaran. Pekerjaan ini
sungguh berat, karena bangsa-bangsa itu sangat beraneka ragam latar belakang
asal, suku bangsa, adat, budaya, agama/ kepercayaan, sikap politik dan lain-lainnya.
Bagaimana mereka dapat berhimpun? Bagaimana umat Tuhan dapat menjadi saksi
yang dapat mendorong mereka untuk berhimpun dan tampil bersama-sama? Ya, itu
57
dapat terjadi ketika mulai dari keadilan dan kebenaran. Adil itu memperlakukan diri
sendiri dengan orang lain sama. Adil itu ingin memperlakukan orang lain
sebagaimana diri sendiri ingin diperlakukan oleh orang lain. Adil itu tidak double
standard, artinya memandang diri sendiri selalu yang terbaik, dan orang lain yang
buruk. Adil itu setiap orang mendapat haknya. Benar itu berkata ya atas yang ya
dan tidak atas yang tidak. Dasar kebenaran bagi orang percaya tentu kehendak
Tuhan sendiri.
Indonesia adalah masyarakat majemuk yang mengikrarkan Bhineka Tunggal
Ika yang berdasarkan Pancasila. Walaupun berbeda-beda tetapi satu. Perbedaan
bukan untuk saling menyingkirkan, tetapi untuk saling mengkayakan. Sekarang ini
penghargaan atas keanekaragaman tersebut benar-benar terancam oleh sikap mau
menang sendiri, pemaksaan kehendak oleh sekelompok golongan atas golongan-
golongan yang lain, ketidakadilan, keserakahan dan korupsi. Panggilan untuk
berhimpun, datang dan menampilkan keadilan dan kebenaran justru sangat relevan.
Kita hidup di tengah berbagai kesulitan dan peperangan rohani yang hebat
tidak hanya di Nusantara saja, tetapi juga di seluruh alam semesta. Namun melalui
penglihatan Yohanes kita juga diajak melihat akhir dari segalanya dan bahwa Allah
sedang bekerja keras di dalamnya. Di tengah situasi ini umat Kristen yang
dikehendaki Tuhan untuk menjadi saksi yang mendorong, terlibat dalam
menghimpun dan bekerja sama dengan orang lain untuk menampilkan keadilan dan
kebenaran Allah di bidang hukum, ekonomi, sosial politik, mulai dari diri sendiri,
keluarga, jemaat dan masyarakat sesuai dengan kapasitas kita masing-masing.
Syukur, bahwa di tengah ketidakadilan, ketidakbenaran dan korupsi yang merajalela,
sekarang ini telah muncul sosok-sosok yang berjuang untuk keadilan dan kebenaran.
Bersama mereka orang-orang Kristen dipanggil untuk terlibat dalam perjuangan
mereka.

Penutup
Menampilkan berarti menunjukkan, memperjuangkan dan mewujudkannya
dalam kehidupan nyata. Betapa tidak mudahnya! Karena mungkin kita merasa
sendiri, terkucil dan tersingkir. Namun tetap tabahlah dan berbahagialah, sebab kita
bekerja di jalan dan bersama Tuhan sendiri. Amin. (BRU)

Nyanyian: KJ 249:1,3.

58
RANCANGAN KOTBAH Basa Jawi
Pambuka
Kita asung pamuji syukur, sampun 72 taun bangsa Indonesia mardika.
Ananging ing wekdal punika kita ugi ngadhepi kanyatan bilih taksih tebih saking
gegayuhan (cita-cita) masyarakat adil, makmur lan sejahtera punika. Malahan
menawi ing jaman penjajah ingkang nindhes bangsa sanes, ing jaman kamardikan
punika ingkang meres lan ngapusi saking bangsa kita piyambak. Korupsi sangsaya
wradin wiwit saking pusat dumugi pelosok-pelosok ing kalangan birokrasi, parlemen,
pangadilan lan tengahing masyarakat. Karana punika tiyang sami rebutan
panguwaos kanthi marupi-rupi cara hallal utawi haram, kalebet mboten wigah-wigih
ngginakaken issu SARA singkir-siningkiraken antawisipun satunggal lan
satunggalipun. Langkung-langkung ing wekdal PILKADA lan PEMILU. Bab punika
saestu mbebayani sanget tumrap lestantuning NKRI ingkang majemuk lan nggadhahi
moto Bineka Tunggal Ika punika.
Masyarakat gadhuh terus, kebinekaan lan kesatuan bangsa kaancam. Kathah
tiyang ingkang skeptis lan bingung kadospundi saged mbangun masyarakat ingkang
kados mekaten. Sabab masalah pokokipun inggih masalah mental, inggih punika
mental ingkang korup, ingkang langkung remen karisakan utawi pepejah
(necrophilia), katimbang gesang (biophilia). Kawontenan ingkang dipun adhepi
umating Allah ing Tanah Babil langkung nyedhihaken malih. Ing tengahing bangsa-
bangsa ingkang mekaten punika Nabi Yesaya ngundhangaken timbalanipun Gusti
kadosdene ing nas kita punika.

Isi: Timbalanipun Nabi Yesaya tumrap bangsa-bangsa


Yes 45:20-25 punika minangka perangan Kitab Yesaya kaping kalih. Kitab
Yesaya saged kapara dados tiga: 1) Yes 1-39; 2) Yes 40-55; 3) Yes 56-66. Yesaya
perangan kalih punika kaweca rikala Israel taksih wonten ing Tanah Pambuangan
Babil. Tiyang-tiyang wau katindhes, kaperes, kapatrapan kanthi mboten adil,
saengga ngalami krisis multi dimensi kadosta: krisis sosial, ekonomi, politik lan
utaminipun krisis mental lan karohanen. Kenging punapa Yehuwah Allah negakaken
umat pilihanipun katindhes dening bangsa liyan ingkang mboten pitados?
Temahanipun kathah ingkang semplah, frustrasi, mopo lan apatis.
Ing satengahing kawontenan ingkang mekaten punika Nabi Yesaya
katimbalan martosaken bilih wekdalipun sampun dumugi, Yehuwah Allah badhe
tumindak ngluwari umatipun lumantar Sang Prabu Koresy (Cyrus). Kangge mapag
59
pangluwaranipun Gusti punika mila bangsa-bangsa, kalebet bangsa Israel supados
cecawis kanthi sami makempal, marek miwah majeng sesarengan. Majeng
sesarengan nindakaken punapa? Punapa namung supados ketingal?
Majeng utawi basa Indonesiapun tampil ateges medal saking sesingidanipun,
nindakaken prakawis ingkang ndadosaken tiyang ningali lan sumerep. Jaman punika
tembung tampil dados tembung ingkang moncer, istilahipun nem-neman
samangke keren, lan dados semboyanipun nem-neman samangke. Sing penting
penampilan. Tampil sugih, tampil cakep, tampil smart, tampil pinter. Demi
penampilan mila lajeng tumbas rasukan ingkang nggadhahi merek (branded),
dhateng pundi-pundi ngesai HP lan nyangking computer, gayanipun benten, sok
saleh, lsp. Lajeng makempal, thongkrong-thongkrongan kaliyan grupipun, kanca
sahobi, utawi nindakaken ingkang benten lan khas (eksklusif lan distinctive).
Malahan asring nindakaken ingkang aneh-aneh, kriminalitas ingkang ndadosaken
tiyang sanes sami ajrih lan nebih. Tamtu sanes penampilan ingkang kados mekaten
punika ingkang kakarsakaken ing waosan kita. Sanes asal tampil, utawi tampil
sembarang tampil.

Sesarengan majeng/tampil nindakaken kaadilan lan kaleresan


Yehuwah Allah samangke makarya nindakaken kaadilan lan kaleresanipun,
sarta ngersakaken langit bumi saisinipun nuwuhaken lan ngwedalaken kaadilan lan
kaleresanipun (Yes 45:8,19). Gusti Allah ugi ngersakaken umatipun dados seksi
kaadilan lan kaleresanipun punika. Ing seserepanipun Yokanan ing Pulo Patmos,
sasampunipun wewelak 7 ingkang pungkasan, paprangan rampung kamenangaken
dening Gusti Allah lumantar Sang Cempening Allah, Yokanan lajeng ningali rerupan
kados seganten kaca campur geni. Tiyang-tiyang ingkang sampun unggul perangipun
lumawan si Kewan lan recanipun sami ngadeg ing pinggiring seganten wau kanthi
memuji ngangge kidunging Nabi Musa tuwin Sang
Cempe: Agung saha elok pakaryan Paduka dhuh Pangeran ingkang Mahakwaos!
Adil saha leres margi Paduka punika, dhuh Ratuning sadaya bangsa.
Israel katimbalan ngajak para bangsa makempal, majeng lan tampil dados
seksining kaadilan lan kaleresaning Pangeran. Dados seksi ateges dados inisiator
(ingkang miwiti), inspirator (ingkang ngilhami), motivator (ingkang maringi motivasi),
lan mobilisator (ingkang nggerakaken). Bab punika saestu sanes prekawis ingkang
entheng, langkung-langkung karana bangsa-bangsa punika sanget maneka warni
asal, adat, kapitadosan, sikap politik, lsp, dereng katambahan raos prasangka lan
60
curiga. Ananging kaadilan lan kaleresan saestunipun saged nunggilaken tiyang tiyang
wau. Adil punika nandukaken tumindak dhumateng dhiri pribadi lan tiyang sanes
kanthi sami. Adil punika nandukaken tumindak dhumateng tiyang sanes kadosdene
ingkang dipun pengini tiyang sanes nandukaken tumindak dhumateng dhirinipun.
Adil punika mboten mban cindhe-mban siladan utawi pilih kasih. Adil punika
mboten double standard, artosipun ngangge standard ingkang benten, ningali
dhiri pribadi minangka ingkang paling sae lan tiyang sanes paling awon. Adil punika
saben tiyang nampi hakipun. Dene leres punika kandha iya yen iya, ora yen ora.
Langkung saking punika asalipun saking pangawak dursila. Dhasaring kaleresan
punika namung saking Gusti piyambak.
Minangka masyarakat majemuk ingkang nggadhahi sesanti Bhineka tunggal
ika, benten punika sanes dhadhakan kangge singkir-siningkiraken ananging malah
kangge sampurna-sinampurnakaken. Sapunika Bhineka Tunggal Ika punika saestu
kaancam dening sikap kepengin menang piyambak, meksa ngasanes. Ing tengahing
kawontenan punika kita umatipun Gusti ing ngriki ugi katimbalan nyatunggil lan
majeng sesarengan suku-suku ingkang maneka warni kangge nindakaken kaadilan
miwah kaleresan. Inggih kaadilan lan kaleresan punika ingkang saged nunggilaken
kita lan berjuang sesarengan. Wontena pundi kemawon makarya lan ing salebeting
ngemban tugas, jabatan, panguwaos punapa kemawon sumangga kita tindakaken
kanthi adil lan leres, ing babagan hukum, ekonomi, sosial politik, miwiti saking dhiri
pribadi, brayat lan masyarakat. Syukur ing tengahing kebobrokan lan marakipun
korupsi taksih kathah paraga-paraga ingkang berjuang mujudaken kaadilan lan
kaleresan. Sesarengan kaliyan para pejuang kaadilan lan kaleresan punika kita saged
berjuang sesarengan. Awit samangke Yehuwah Allah saweg makarya nindakaken
kaadilan lan kaleresanipun lan sinten ingkang nindakaken kaadilan miwah
kaleresanipun ateges minangka rowang ing pakaryanipun Allah piyambak.

Penutup
Nampilaken ateges nedahaken, ngupayakaken, mujudaken ing salebeting
gesang nyata saben dinten. Seestu mboten gampil! Saged ugi kita rumaos
piyambakan, tanpa kanthi, malahan kesingkir kinucilaken. Ananging rahajeng, awit
kita makarya sesarengan kaliyan Yehuwah Allah lan tansah tininunggil dening Allah
piyambak. Amin. (BRU)

Pamuji: KPK 104: 1,3,4.


61
MINGGU, 20 AGUSTUS 2017
BULAN PEMBANGUNAN GKJW --- STOLA PUTIH

Bacaan 1 : Kejadian 45:1-15


Bacaan 2 : Roma 11:29-32
Bacaan 3 : Matius 15:21-28
Tema Liturgis : Kekuatan Iman, Menguatkan Kita Membangun GKJW
Tema Khotbah : Membangun dengan Penerimaan dan Pemaafan

Keterangan Bacaan
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)
4. Kejadian 45:1-15
a. Tergugah oleh ucapan Yehuda (Kejadian 44: 18-34) tentang betapa akan
sedihnya Yakub kehilangan Benyamin (setelah dulu pernah kehilangan Yusuf),
hingga Yehuda sendiri bersedia menggantikan posisi Benyamin menjadi
budak Yusuf, maka Yusuf tidak dapat lagi menahan emosinya. Dia
mengungkapkan siapakah dirinya. Keterkejutan lantas beralih pada para
saudaranya. Dan tak lama berselang rasa terkejut itu digantikan oleh
ketakutan atas dosa masa lalu mereka kepada Yusuf. Maka sesudahnya
sebuah episode mengharukan terjadi antar saudara itu, yang mengingatkan
kita pada perjumpaan tak direncanakan Yakub dengan Esau dahulu. Sebuah
kisah menyentuh hati terjadi: sebuah pemaafan dan perdamaian.
b. Ada beberapa perubahan yang terjadi pada diri anak-anak Yakub setelah
sekian tahun:
- Anak-anak Lea yang dulu dipenuhi rasa iri dan kesal kepada perlakuan
Yakub atas Yusuf berubah menjadi orang yang memerhatikan bapanya,
hingga mereka rela mengorbankan dirinya agar bapanya bersukacita dan
merasakan hari tuanya. Mereka bukan lagi anak-anak muda penuh
kemarahan dan kedengkian. Keadaan kritis dalam kehidupan dan
pengalaman buruk menjadikan mereka memaknai hidup mereka
kembali.
- Yusuf yang setia kepada Tuhan dalam penderitaan akhirnya bisa menjadi
penolong bagi saudaranya. Pengalaman buruk tidak membuatnya

62
menjadi pembenci, tetapi sebaliknya keadaan kritis membuatnya
menjadi pribadi yang tangguh dan penuh belas kasihan.
c. Di dalam Tuhan, hal paling buruk pun bisa berubah menjadi sebuah
kebaikan. Para saudara dulu pernah berbuat jahat kepada Yusuf, namun
tanpa itu, Yusuf tidak akan di tempatnya saat itu. Tanpa peristiwa Yusuf yang
melukai hati bapanya, anak-anak Lea tidak akan berubah menjadi pribadi
yang lebih memerhatikan orang lain lebih dari diri mereka sendiri. Tuhan
mengubah kecelakaan menjadi berkat.
d. Pemaafan dan Perdamaian memutus rantai permusuhan.

5. Roma 11:29-32
Hubungan manusia dengan Tuhan mempunyai pola:
A : Tuhan mengasihi manusia
B : Manusia memberontak dan tidak taat kepada Tuhan
C : Manusia mengalami kesulitan dan masa kritis, menengok
kepada Tuhan
B: Manusia kembali kepada Tuhan memohon pertolongan
A : Tuhan mengampuni dan menerima kembali manusia
Dari pola tersebut kita menemukan bahwa kesulitan dan masa kritis dalam hidup
manusia mempunyai peran penting dalam hidup seseorang. Pertobatan tidak
terjadi dengan begitu saja, pertobatan membutuhkan suatu keadaan
tersadarkan. Dan kesadaran itu tidak lahir dari keadaan baik, tetapi dalam
keterpurukan. Pertobatan membutuhkan masa kritis dan menengok ke belakang.
Hal tersebut terjadi pula dalam hubungan manusia yang telah menerima
anugerah Tuhan dengan mereka yang masih tidak taat.
A : Manusia telah dikasihi oleh Tuhan dan menjadi taat
B : Manusia melihat saudaranya yang masih tidak taat
C : Terjadi pertentangan antara yang sudah taat dan tidak taat, yang
sudah taat diingatkan bahwa mereka pun pernah menjadi orang
yang tidak taat
B: Manusia menerima saudaranya yang tidak taat
A: Saudara yang tidak taat dikasihi oleh manusia, sebagaimana Tuhan
mengasihi mereka

63
Jika dalam hubungan manusia dengan Tuhan, krisis terjadi dalam iman mereka;
dalam perjumpaan manusia dengan saudaranya krisis itu terjadi dalam
hubungannya dengan sesamanya.
Dengan demikian pertobatan itu mempunyai sebuah pola: (1) krisis dan (2)
melihat kepada kasih Tuhan.

6. Matius 15:21-28
a. Kisah ini merupakan salah satu kisah menarik dalam karya Yesus. Yesus
agaknya pernah membatasi diriNya dan karyaNya pada kelompok umat
pilihan (Yahudi), tetapi perempuan Kanaan (bukan Yahudi) yang rela
menyamakan dirinya dengan anjing yang rela memakan remah sisa makanan
tuannya mengingatkan Yesus pribadi bahwa iman bukan hanya dimiliki oleh
umat pilihan. Iman kepada Yesus dimiliki oleh
b. Iman dan penyelamatan lahir dari: keadaan krisis (anak yang kerasukan
setan) dan harapan ketika melihat kepada Tuhan (karya mujizat Yesus).
c. Karya mukjizat dan kesembuhan Yesus selalu menyeluruh: menyembuhkan
fisik dan menyembuhkan hati/ menyelamatkan jiwa. Anak sang perempuan
Kanaan sembuh (fisik), sekaligus peniadaan batas Yahudi bukan Yahudi,
ketidaknyamanan bahkan permusuhan antara Yahudi dan bukan Yahudi
patah. Hbungan antar sesama pulih (hati/ jiwa).

BENANG MERAH TIGA BACAAN


Pertobatan terjadi ketika terjadi 2 hal: (1) masa krisis (baik pribadi maupun
krisis relasi/ krisis kepercayaan/ permusuhan) dan (2) melihat kasih Tuhan. Jalan
pertobatannya adalah penerimaan dan pemaafan.

RANCANGAN KHOTBAH: Bahasa Indonesia


(Ini hanya sebuah rancangan. . . bisa dikembangkan sendiri sesuai konteks jemaat)
Pendahuluan
Seorang anak mencuri uang orang tuanya. Karena terjadi beberapa kali,
akhirnya orang tuanya pun tahu. Anak itu dipanggil dan ditanyai, Apakah kamu
mencuri uang bapak? Awalnya anak itu tidak mengaku, tetapi setelah sang bapak
menunjukkan bukti-bukti, anak itu tidak bisa mengelak lagi. Dia merasa ketakutan.
Bapaknya mengambil sebuah tongkat kayu. Ketakutannya semakin menjadi-jadi.

64
Sang bapak melihat anak itu, anak itu tidak berani membalas tatapan bapaknya. Lalu
hening di antara mereka.
Sang bapak lalu mengulurkan tongkat itu kepada anaknya. Ambillah ini.
Lalu kembali hening. Beberapa saat kemudian sang bapak melanjutkan, Pukulkan
tongkat itu ke tangan bapak sepuluh kali. Setiap kali kamu mengambil uang bapak
atau ibuk, kamu boleh memukul tangan kami sepuluh kali. Mendengar itu, sang
anak tidak berdaya, tidak bisa melakukan apa-apa selain menangis dan meminta
maaf. Dan sang bapak memeluknya, Jangan diulang lagi ya!

Isi
Orang kadang berpikir bahwa orang bisa berubah menjadi baik dengan
hukuman, sanksi, atau pemberian efek jera -bisa jadi itu benar- tapi lebih banyak
orang menjadi baik justru karena menerima kebaikan dari orang lain.
Hukuman, sanksi, dan pemberian efek jera akan menimbulkan ketakutan.
Banyak orang yang menjadi patuh dan taat karena takut. Tapi banyak dari antara
mereka lalu meneruskan tradisi ketakutan itu kepada orang yang lebih kecil daripada
mereka. Kita tentu mengingat tradisi masa orientasi di kampus-kampus atau
sekolah-sekolah jaman dulu (mungkin jaman sekarang masih ada), ketika siswa/
mahasiswa baru diperlakukan dengan sok disiplin (sebenarnya menuju tidak
manusiawi), dengan alasan sederhana: bahwa sang kakak tingkat mengalami hal
yang sama ketika mereka dulu siswa/ mahasiswa baru. Mereka meneruskan tradisi
kematian yang diajarkan oleh generasi sebelumnya. Kita melihat bahwa di balik
hukuman, diam-diam selalu tersimpan dendam yang tidak selesai. Hukuman tidak
pernah mengajarkan kebaikan dengan tuntas.
Yusuf bisa menghukum saudara-saudaranya atas apa yang mereka lakukan
dulu pada masa mudanya. Paulus bisa mengajarkan orang-orang Roma untuk
menolak saudara-saudara yang tidak taat. Namun mereka melihat sesuatu yang
lebih besar: Mereka melihat kesulitan hidup yang pernah mereka alami, krisis yang
terjadi dalam hidup mereka (Yusuf menjadi budak bahkan tahanan di Mesir, Paulus
buta dalam perjalanan ke Damaskus). Dalam masa krisis itu, Tuhan tidak
menghukum dan meninggalkan mereka, tetapi Tuhan menerima dan menolong
mereka. Kebaikan Tuhan mengubah mereka. Dari sana, mereka tidak menjadi orang
yang melanjutkan dendam dan hukuman, mereka melanjutkan penerimaan dan
pemaafan, melanjutkan kebaikan Tuhan.

65
Perubahan hidup menjadi baik, atau yang biasa kita kenal dengan bahasa:
pertobatan, biasanya tidak terjadi dalam keadaan baik-baik saja. Orang bertobat
karena orang tersebut sudah jatuh. Bahkan jatuh yang sangat dalam. Dia menyesal,
bersedih, dan merasa dihukum oleh perbuatannya sendiri atau keadaan hidupnya
yang berat. Pertobatan terjadi ketika seseorang berada dalam masa kritis tetapi
pada masa itu ... dia diampuni. Jika dalam masa kritis seseorang tidak diampuni,
tetapi dihukum, bisa jadi yang lahir malah kepahitan.
Menengok sejarah GKJW pada masa Jepang, atau bahkan GKJW pada saat ini
dengan segala keterbatasannya dalam pelayanan, kita mungkin bisa melihatnya
dengan sinis. Tapi ada cara lain yang diajarkan oleh Yusuf dan Paulus: lihatlah
melampaui kesulitan dan lukanya, maka kita akan menemukan pengampunan dan
pertolongan Tuhan di sana.
Begitu juga dengan hidup kita sehari-hari, kita bisa menilai orang dengan
negatif atas perbuatan buruk yang telah atau pernah dilakukannya, atas perbedaan
antara kita dengan orang itu. Namun, lihatlah melampaui itu, lihatlah bahwa kita,
pun dia, adalah orang-orang yang dikasihi Tuhan, diterima dan diampuni apa
adanya. Jika kita melihat hidup dengan mata dendam, maka dendam dan
ketidakpercayaan yang terus-menerus lahir dan diperanakkan. Tapi jika kita melihat
dengan mata penerimaan dan pemaafan, sebagaimana Tuhan yang merangkul dan
mengasihi semuanya, maka semuanya adalah saudara. Seperti Tuhan Yesus yang
menerima perempuan Kanaan dalam bacaan Injil kita, perempuan itu berbeda
dengan Tuhan Yesus, namun Tuhan Yesus tidak melihat perbedaan itu, Dia melihat
ketulusan iman sang perempuan. Dia rela menerima bahkan jika pun dia dianggap
sama seperti anjing. Dan itu menggugah hati Tuhan Yesus untuk menolong anaknya
yang kerasukan. Dan lahirlah persaudaraan melampaui batas perbedaan di sana.

Penutup
Orang tidak bertobat dan berubah dengan tuntas karena dihukum, namun
karena diterima, dimaafkan, dan dikasihi. Maka kita yang telah dikasihi Tuhan,
marilah meneruskan tradisi penerimaan dan pemaafan ini dalam hidup kita sehari-
hari. Apakah itu berarti kita harus mengasihi dan mengampuni tetangga yang rajin
ngrasani kita? Apakah kita harus mengasihi orang yang telah meninggalkan kita
dengan luka batin? Apakah kita harus memaafkan pengkhotbah culas di televisi yang
menimbulkan perpecahan? Apakah kita harus memaafkan orang yang selalu
memutar balik kata-kata untuk membenarkan dirinya sendiri dan menyalahkan kita?
66
Apakah kita tetap harus menerima orang yang kita tolong tetapi malah
memanfaatkan kebaikan kita? Apakah kita tetap harus merangkul orang yang senang
membuat masalah di gereja? Dengan orang yang menggunakan dana gereja untuk
kepentingannya sendiri? Jawabannya, ya.
Tanpa penerimaan dan pemaafan, upaya untuk membangun keadilan dan
kesejahteraan, upaya membangun GKJW menjadi lebih baik, bahkan membangun
bangsa, bahkan yang bertujuan paling mulia sekalipun, hanya akan menyisakan
sebuah cerita yang tidak tuntas. Dengan penerimaan dan pemaafan, sebuah jalan
yang baik, jalan harapan terbuka. Amin. [Gide]

Nyanyian: KJ 249, KJ 462, NKB 188, Melayani/ Mengasihi Lebih Sungguh

RANCANGAN KHOTBAH: Basa Jawi


Pembuka
Wonten salah satunggal putra alit ingkang nyolong artanipun tiyang
sepuhipun. Awit prekawis punika sampun kedadosan ngantos makaping-kaping,
tiyang sepuhipun lajeng mangertos. Putra punika dipun timbali, dipun lenggahaken,
Apa kowe njupuk dhuwite bapak? Wiwitanipun kang putra punika boten purun
ngakeni, nanging sasampunipan sang bapak nedahaken bukti-bukti, lare punika
boten saged selak malih. Lare punika rumaos ajrih sanget. Bapakipun mundhut pang
kayu radi ageng, ajrihipun kang putra tansaya ndadi. Sang bapak mandeng kang
putra, piyambakipun boten wantun ndhangak. Lajeng sepi ing antawisipun tiyang
kekalih punika.
Sang bapak lajeng ngangkat pang kayu punika, lan maringaken dhateng
putranipun. Iki jupuken, saben kowe njupuk dhuwite bapak, bapak ora bakal
ngukum kowe. Kowe sing ngukum bapak. Gepukna pang kayu iki ping sepuluh
menyang tangane bapak saben kowe njupuk dhuwit maneh. Kowe ora digepuk,
nanging kowe sing nggepuk bapak. Kang putra lajeng mular, ngrumaosi lepatipun.
Piyambakipun lajeng nyuwun pangapunten kanthi sanget. Lan sang bapak ngrangkul
kang putra, Aja dibaleni maneh ya!

Isi
Tiyang kadhang nggadhahi pamanggih bilih tiyang saged dados sae nalika
dipun ukum, dipun paringi sanksi, utawi dipun paringi efek jera. Punika saged
67
kemawon leres. Nanging langkung kathah tiyang ingkang dados sae malah awit
nampi kasaenan saking tiyang sanes.
Paukuman, sanksi, efek jera punika ndadosaken tiyang ajrih. Kathah tiyang
ingkang lajeng dados manut awit raos ajrih. Nanging kathah ing antawisipun tiyang
punika lajeng nerusaken tradisi paukuman lan dadosaken tiyang sanes ingkang
langkung alit tinimbang piyambakipun. Kita tamtu emut tradisi masa orientasi ing
sekolah utawi ing kampus-kampus rikala jaman rumiyin (mbokbilih jaman samangke
ugi taksih wonten), nalika siswa/ mahasiswa enggal lumebet ing papan pawiyatan
enggal, awit alesan kadhisiplinan, piyambakipun dipun sentak, dipun dukani,
kengingi aturan utawi paukuman ingkang boten umum. Ingkang menawi dipun
runut sejatosipun awit kakak tingkatipun ngalami lelampahan ingkang sami. Tradisi
punika lajeng dipun terusaken dhateng adhik tingkatipun. Saking ngriku kita saged
ningali, bilih tradisi ukuman punika sejatosipun boten rampung. Paukuman punika
boten mucal kasaenan kanthi tuntas.
Yusup saged kemawon males para sedherekipun awit punapa ingkang nalika
rumiyin dipun tindakaken dening para sedherekipun nalika taksih nem-neman.
Paulus saged kemawon mucal tiyang ing kitha Rum supados boten nampi para
seherek ingkang boten gesang kanthi sae. Nanging Yusup lan Paulus mirsani
prekawis ingkang langkung ageng: rumiyin piyambakipun nate ngalami krisis lan
masalah ngantos awrat sanget (Yusuf dipun kunjara, Paulus ngantos wuta ing margi
dhateng Damasyik) nanging Gusti boten ngukum lan nilar, Gusti malah paring
pitulungan. Katresnan lan kasaenan saking Gusti punika ngewahi gesangipun. Saking
ngriku Yusup lan Paulus boten nglajengaken tradisi dendam lan paukuman, nanging
mujudaken gesang ingkang kebak panampi lan pangapunten, kados ingkang dipun
tindakaken dening Gusti tumrap gesangipun.
Tiyang saged dados sae utawi saged mratobat biasanipun boten awit
gesangipun biasa-biasa kemawon. Tiyang mratobat nalika tiyang punika sampun
dhawah, lan dhawahipun sanget. Piyambakipun keduwung (menyesal), sedhih, lan
rumaos kaukum dening tumindakipun piyambak utawi dening kawontenan gesang
ingkang awrat. Pamratobat dumados nalika tiyang punika ngalami krisis; nanging ing
wekdal krisis punika, piyambakipun boten dipun ukum, malah dipun paringi
pangapunten. Menawi tiyang ingkang krisis kaukum, biasanipun ingkang lair malah
kepaitan.
Menawi kita mengo, ningali sejarahipun GKJW ing mangsa Jepang, utawi
mbokbilih kita niti priksa kawontenanipun GKJW ing mangsa samangke, kita
68
mbokbilih saged rumaos sinis. Nanging wonten cara sanes ingkang dipun wucalaken
dening Yusup lan Paulus: Mangga sami ningali nglangkungi laranipun, nglakungi
sakitipun, lan kita badhe ningali pangapunten lan pitulangipun Gusti ing ngriku.
Mekaten ugi kaliyan gesang padintenan kita. Kita saged kemawon ningali
tiyang sanes negatip awit tumindak lepat ingkang dipun tindakaken utawi saking
sejarah awon gesangipun, awit kita kaliyan tiyang punika benten ing panggalih.
Nanging menawi kita saged ningali nglangkungi punika, kita badhe saged ningali
kanthi cetha kados pundi kita ugi tiyang punika boten sanes kejawi tiyang ingkang
dipun tresnani, dipun tampi, lan dipun paringi pangapunten dening Gusti. Menawi
kita ningali kanthi dhendham, ingkang lair nggih dhendham lan boten pitados
setunggal kaliyan sanes. Menawi kita ningali kanthi panampi lan pangapunten,
kados Gusti ingkang ngrangkul saha nresnani kita, ingkang lair ugi prekawis punika.
Kados Gusti Yesus ingkang mirsani tiyang estri saking Kanaan ing waosan Injil kita
kala wau. Gusti boten mirsani bilih Panjenenganipun benten kaliyan tiyang estri
punika, ingkang dipun pirsani tulusing manahipun ngantos purun dipun sebut
segawon. Saking ngriku lair pasedherekan ingkang nglangkuni perbedaan.

Panutup
Tiyang mratobat kanthi tuntas sanes awit paukuman, nanging awit dipun
tampi, dipun apunten, lan dipun tresnani. Pramila mangga nindakaken prekawis
punika lan ndadosaken punika tradisi ing gesang kita padintenan. Punapa punika
ateges kita kedah nresnani lan paring pangapunten dhateng tiyang ingkang saben
dinten ngrasani kita, malah mitnah kita? Punapa kita kedah paring pangapunten
dhateng pengkotbah-pengkhotbah culas ing tivi ingkang malah ndadosaken tiyang
dados crah? Kados pundi kangge tiyang ingkang ndadosaken batin kita tatu? Kados
pundi dhateng tiyang ingkang memutar balik kasunyatan kangge mbeneraken
dhirinipin piyambak? Punapa kita kedah nampi tiyang ingkang kita tulung malah
menthung kita? Tiyang ingkang asring damel masalah ing greja? Tiyang ingkang
ngginakaken dana greja kangge kabetahanipun piyambak? Wangsulanipun: Inggih,
kita kedah nresnani lan paring pangapunten kanthi tulus.
Tanpa panampi lan pangapunten, usaha mangun kaadilan saha
kesejahteraan, pangupadi mangun GKJW supados langkung sae, malah ugi mangun
nagari, pangupadi ingkang ngemu tujuan paling mulya menawi boten dipun landhesi
panampi lan pangapunten, namung badhe nilar masalah ingkang boten tuntas.

69
Kanthi panampi lan pangapunten, wonten margi ingkang kabikak. Margi sae, margi
pangajeng-ajeng. Amin. [Gide]

Pamuji: KPJ 357, Kidung Kontekstual 148


MINGGU, 27 AGUSTUS 2017
BULAN PEMBANGUNAN GKJW --- STOLA PUTIH

Bacaan 1 : Keluaran 1:1-10


Bacaan 2 : Roma 12:1-8
Bacaan 3 : Matius 16:13-20
Tema Liturgis : Kekuatan Iman, Menguatkan Kita Membangun GKJW
Tema Khotbah : Bersatu membangun Kerajaan Allah yang Penuh Damai Sejahtera

Keterangan Bacaan
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)
1. Keluaran 1:1-10
a. Orang Israel bertambah berlipat ganda di Mesir. Hal itu dibarengi perjalanan
sejarah Mesir yang terus bergulir seiring waktu. Setelah mereka melupakan
sejarah Yusuf, hubungan Israel-Mesir yang dahulu merupakan hubungan
saling membantu berubah menjadi hubungan politis.
b. Kondisi Israel: Jumlah Israel yang bertambah sedemikian rupa nampaknya
didasari oleh semangat kemapanan hidup. Alih-alih pulang ke negerinya dan
membangun negeri mereka memilih untuk tetap tinggal di Mesir, di mana
semuanya tersedia. Kecenderungan oportunis (mengambil dan
menggunakan kesempatan selagi kesempatan itu masih ada) tanpa
mempertimbangkan tujuan jangka panjang untuk bersama menunjukkan
pola hidup yang pragmatis (yang benar adalah yang bisa membuktikan diri
sendiri secara praktis) dan materialistis.
c. Kondisi Mesir: Kebijakan politis yang didasarkan pada rasa takut, terutama
hasrat berkuasan dan ketakutan kehilangan kekuasaan telah terjadi sejak
jaman dulu. Kebijakan politis yang demikian menunjukkan dua hal, yang
pertama adalah semangat nasionalisme didasarkan pada kepentingan ras
dan golongannya; yang kedua adalah semangat kontestasi (beradu unggul)
untuk menjadi pemenang, bukan upaya kesejahteraan bersama yang
merangkul semua perbedaan dalam persatuan.
70
d. Ketika kondisi Israel bertemu dengan kondisi Mesir di atas, maka pihak yang
berkuasa (Mesir) segera bisa mengambil langkah untuk menjajah kelompok
tidak berkuasa (Israel). Bangsa yang sebenarnya bisa hidup bersama
akhirnya memilih untuk menjadi penguasa dan dikuasai.
2. Roma 12:1-8
a. Ibadah yang sejati adalah mempersembahkan diri yang hidup, kudus, dan
berkenan kepada Allah. Hal ini ditunjukkan dari sebuah indikasi awal: dapat
membedakan mana yang merupakan kehendak Allah.
b. Kesadaran pertama dalam membedakan manakah yang kehendak Allah
adalah dengan menyadari dan menerima kenyataan dirinya sebagai milik
Allah, sehingga dia tidak mencari hal-hal yang tidak lebih tinggi daripada apa
yang telah dikaruniakan Allah kepada dirinya. Dan kunci dari hal ini adalah
mampu menguasai diri.
c. Kesadaran kedua dalam menmbedakan adaperbedaan. Allah adalah pemberi
pembeda bagi masing-masing orang. Perbedaan adalah karunia supaya
setiap orang mengerjakan bagian masing-masing untuk tugas mulia bagi
Allah. Hal ini menunjukkan bahwa satu orang tidak akan bisa mengerjakan
terlalu semua hal tanpa bantuan yang lain. Bahwa satu dengan yang lain
saling membutuhkan untuk terwujudnya kebaikan.

3. Matius 16:13-20
a. Pertanyaan Yesus kepada para murid tentang siapakah diriNya adalah
tentang bagaimana para murid mengenal Yesus setelah selama ini mereka
bergaul bersama Yesus selama sekian waktu dibandingkan dengan orang lain
yang mengenal Yesus dari karya pelayanannya tetapi tidak selalu bersama
Yesus.
b. Mereka yang tidak bergaul dengan Yesus mengenal Yesus sebagai salah satu
orang besar dalam sejarah iman dan sejarah bangsa mereka. Pembawa suara
kenabian di tengah penderitaan bangsa. Yang menarik adalah mereka yang
bergaul dekat dengan Yesus menunjukkan pengenalan yang berbeda: bahwa
Yesus adalah Mesias, yang telah dijanjikan Tuhan kepada bangsa itu untuk
menolong bangsa itu di depan. Namun bukan sekadar Mesias, namun Yesus
adalah Anak Allah yang hidup. Ini adalah sebuah kenyataan yang menarik,
ada orang-orang yang dikenal di luar begitu luar biasa, tetapi di lingkungan
terdekatnya orang tersebut malah tidak terlalu dihargai. Yesus malah dikenal
71
dengan sangat baik oleh orang-orang terdekatNya lebih baik daripada orang-
orang di luar mengenal dirinya.
c. Bagi dia yang mengenal Yesus dengan sedemikian baik inilah gereja didirikan.
Gereja didirikan di atas dasar iman bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah
yang hidup; bukan sekadar nabi atau pembawa suara kenabian. Dia adalah
benar-benar juru selamat. Namun hal yang menarik adalah para murid
terdekat diminta olehNya untuk tidak menceritakan hal ini keluar, mereka
dimintanya untuk menjaga hal itu tetap di antara mereka. Hal ini menarik
dalam beberapa hal: (1) Kerendahhatian (2) Yesus tidak tidak ingin
kehadiranNya mendatangkan perpecahan. Karena menyatakan seseorang
sebagai Mesias, Anak Allah akan menantang pemahaman dan harapan besar
bangsa di tengah penindasan itu, pemahaman dan harapan yang sedemikian
besar ini tentu akan dipahami dengan berlain-lainan oleh setiap orang. Tidak
semua orang bisa menerima kehadiran Yesus sebagai Mesias, Anak Allah
yang hidup sekalipun mereka bisa menerima Dia sebagai nabi (3) Ada
indikasi bahwa mungkin sekali Mesias dipahami oleh banyak orang berbeda
dengan yang dipahami oleh Yesus. Orang berharap bahwa Mesias akan
membebaskan mereka dari penderitaan, pembebasan yang bersifat
pertama-tama bersifat politis, religius, sekaligus nasional, karena bagi orang
Yahudi, keyahudian bukan sekadar identitas agama tetapi juga identitas
iman, bahkan identitas diri. Nampaknya bukan Mesias demikian yang
disadari oleh Yesus dan diwujudkan dalam karyaNya: Kerajaan Allah itu
bukan tentang bebas dari penderitaan dan menjadi pemenang, tetapi
menjadikan semua bangsa mengenal karya kebaikan Allah yang penuh damai
sejahtera, yang bahkan untuk terwujudnya itu perlu keberanian hingga
mengorbankan diri. Kerajaan Allah adalah kerajaan kebaikan yang penuh
kasih, kebaikan, keadilan, dan damai sejahtera bahkan di tengah yang
disebut dunia penderitaan.

BENANG MERAH TIGA BACAAN


Gereja berdiri bukan atas dasar unggul-unggulan, tetapi atas dasar kesadaran
iman bahwa Yesus yang mereka ikuti adalah panggilan untuk mewujudkan Kerajaan
Allah yang bahkan dalam penderitaan tetap menunjukkan sikap kasih, kebaikan,
keadilan dan damai sejahtera. Dan untuk itu kesadaran bahwa Gereja milik Allah dan

72
masing-masing anggotanya tidak bisa mengerjakan semua tugas kecuali dengan
bekerja bersama-sama menurut karunia masing-masing adalah penting.

RANCANGAN KHOTBAH: Bahasa Indonesia


(Ini hanya sebuah rancangan. . . bisa dikembangkan sendiri sesuai konteks jemaat)
Pendahuluan
Melihat keadaan bangsa kita Indonesia yang semakin dikenal di dunia luar
karena kekayaan alam, kekayaan budaya, destinasi wisata, segala pertumbuhan
ekonomi, yang kita alami sekarang tentu sangat membahagiakan hati. Namun
bersama dengan itu, kenyataan yang menyedihkan di tengah bangsa ini bahwa
intoleransi dari beberapa kelompok sangat tinggi, ketidakadilan bahkan hingga di
pimpinan tertingginya, kekuasaan politis yang diperebutkan demi keuntungan diri
dan kelompoknya jelas membuat kita sekaligus bersedih dengan sangat mendalam.
Di tengah semua kenyataan demikian, di manakah posisi gereja? Pertanyaan
tentang posisi gereja ini perlu dijawab untuk menemukan jawab bagi dua
pertanyaan terpenting dalam kehidupan: Siapakah aku? dan Mengapa aku di sini?
Dalam hal ini: Siapakah Gereja? Dan Mengapa gereja ada di dunia?

Isi
Semua orang memiliki cara pandang yang bisa jadi sangat berbeda-beda
tentang bagaimanakah keadaan damai sejahtera itu. Dan itu sah. Perbedaan itu
membuat orang mengupayakan damai sejahtera dengan cara yang mereka kenal.
Maka bisa dimengerti untuk tujuan mulia demikian dengan cara yang bahkan sangat
bertentangan. Jalan yang berbeda untuk tujuan yang sama. Tidak jarang di tengah
upaya untuk mengupayakan damai sejahtera sesuai dengan yang mereka pahami,
satu dengan yang lain akhirnya malah menjadi bertentangan, bahkan sempat
berkonflik.
Bacaan kita hari ini menunjukkan beberapa hal tentang itu, bahkan jika boleh
disangkutpautkan dengan keadaan bangsa kita, yang akhirnya juga kait-mengait
dengan keadaan gereja kita. Beberapa hal tersebut adalah:
1. Damai sejahtera bukan untuk sekelompok orang saja, tetapi untuk semuanya,
bahkan untuk mereka yang sangat berbeda dengan kita. Ketika seseorang hanya
mengupayakan damai sejahtara untuk dirinya sendiri atau kelompoknya saja,
bisa saja yang terjadi adalah saling menjadi lebih unggul daripada yang lain.
Damai sejahtera bukan kontes atau perlombaan adu hebat. Damai sejahtera
73
justru adalah kesadaran untuk menjadi lebih rendah, bahkan kerelaan
menderita, demi kebaikan bersama tanpa kehilangan tujuan mulianya.
2. Upaya awal mengupayakan damai sejahtera adalah dengan menyadari siapakah
diriNya. Bagi orang Kristen, hal ini jelas: mereka adalah milik Kristus, sang juru
selamat. Mereka yakin bahwa Yesus adalah jalan menuju damai sejahtera.
3. Dengan kesadaran tentang siapakah dirinya tersebut membawa kesadaran
berikutnya: Untuk apa saya hadir di dunia ini? Karena mereka adalah milik
Kristus, maka yang harus mereka upayakan pertama kali bukan kenyamanan diri,
tetapi terwujudnya kehendak Kristus. Bukan apa yang aku dapat, karena mereka
sudah mendapatkan kehidupan ketika mereka mengenal Kristus. Dan Kristus
menjamin semuanya. Damai sejahtera bagi semua orang selalu lebih besar
daripada dirinya sendiri. Hal ini termasuk kemungkinan bahwa dirinya akan
dianggap mungkin sebagai bukan siapa-siapa, tetapi kehadiran dirinya membuat
damai sejahtera. Dan dengan itu pun dia tidak merasa lebih rendah, tetapi dia
justru bahagia, karena tujuan hidupnya tercapai. Kehadirannya mendatangkan
berkat. Kristus yang hadir di dunia bahkan hingga disalibkan dan dianggap lebih
rendah daripada penjahat, bahkan mati. Namun dengan itu orang akhirnya
mengenal Allah lebih baik. Bahwa Allah adalah kasih. Segala upaya perjuangan
keadilan penting didasari semangat karena aku mengasihimu bukan semata-
mata supaya perjuanganku berhasil.
4. Dari dua kesadaran besar tersebut, maka akan lahir kesadaran berikutnya:
Apakah yang harus saya lakukan dalam waktu yang saya miliki? Jawabannya
sederhana: wujudkan ekumene dengan segenap ciptaan. Ekumene bukan
sekadar tentang gereja dengan gereja, tetapi juga gereja dengan umat beragama
lain, dengan alam, dengan semua yang tinggal beratap langit. Masing-masing
mempunyai kelebihan, gunakan kelebihan itu bukan hanya untuk hidupnya
sendiri, tetapi gunakan kelebihan itu untuk kebaikan bersama. Jalan pertama
kali: duduklah bersama membicarakan apa yang baik untuk semua dan
wujudkan itu dengan cara melibatkan semuanya sesuai dengan bagiannya
masing-masing. Tidak ada yang menguasai dan dikuasai, semua berjalan untuk
tujuan mulia: Damai sejahtera bagi semua.

Penutup
Di tengah keadaan bangsa kita yang demikian, di sinilah peran gereja. Gereja
perlu bersatu di dalam dirinya. Selama gereja terus bertentangan untuk hal-hal kecil,
74
maka tujuan yang lebih besar itu tidak akan terwujud. Gereja juga perlu bersatu
dengan yang ada di luar dirinya. Batas antara gereja dan dunia melebur untuk tujuan
kehidupan. Bukan melebur untuk memberikan keuntungan bagi dirinya sendiri,
tetapi melebur supaya setiap orang bisa merasakan damai sejahtera, lahir dan batin
di tanah Indonesia tercinta ini. Setelah duduk bersama, caranya bisa dilakukan
sesuai kekuatan masing-masing dan selalu dimulai dari: karena aku telah dikasihi
Tuhan, maka aku pun mengasihimu. Amin. [Gide]

Nyanyian: KJ 362, Kidung Kontekstual 162, Kidung Kontekstual 165

RANCANGAN KHOTBAH: Basa Jawi


Pembuka
Ningali kawontenan bangsa kita ingkang tan saya dipun tepangi dening
bangsa sanes awit kakayaan alam, budaya, wisata, saha tuwuhing ekonomi kita
samangke, tamtu manah kita lajeng mongkog. Nanging sesarengan kaliyan punika,
kita ugi rumaos sedhih awit kawontenan bangsa ingkang ing ngrika ngriki kita ningali
intoleransi saking kelompok-kelompok tartamtu, ketidakadilan malah ing para
pimpinaning bangsa, kekuasaan politik ingkang dipun rayah kanthi cara-cara boten
leres namung kangge keuntungan kepompokipun piyambak.
Ing tengah kawontenan kados mekaten, wonten ing pundi posisi greja? Kita
saged manggihi wangsulan prekawis posisi greja punika wonten ing kalih pitakenan
ingkang paling penting wonten ing pigesangan: Sapa aku? lan Geneya aku ana ing
kene? Gandheng kaliyan greja pitakenan punika dados, Sinten Gereja punika? lan
Wonten punapa greja dipun papanaken ing jagad?

Isi
Sedaya tiyang saged nggadhahi pamanggih ingkang benten-benten bab
kados pundi sejatosipun tentrem rahayu punika. Benten ing pamanggih punika sah.
Tiyang lajeng ngupados tentrem rahayu kanthi cara ingkang dipun mangertosi.
Pramila tujuanipun saged sami, nanging caranipun saged benten, malah ngantos
dados konflik (pasulayan).
Waosan kita dinten punika nedahaken saperangan prekawis bab punika,
malah menawi dipun tingali saking kawontenan bangsa kita ugi dhateng
kawontenan greja kita. Prekawis-prekawis punika inggih punika:
75
1. Tentrem rahayu punika boten namung kangge sawatawis tiyang, nanging
kangge sedaya ingkang tumitah. Ingkang sami, ugi ingkang benten kaliyan
kita. Nalika wonten tiyang ingkang ngupados tentrem rahayu namung kangge
kelompokipun piyambak, ingkang saged kadadosan malah adu unggul.
Kamangka tentrem rahayu punika sanes kontes (lomba) utawi adu unggul.
Tentrem rahayu malah kesadharan dados langkung andhap, malah lila
ngalami sisah kangge kasaenanipun sedaya tumitah, tanpa kecalan tujuan
mulyanipun.
2. Pangupados ingkang wiwitan kangge mujudaken tentrem rahayu punika
mawi sadhar piyambakipun punika sinten. Kados tiyang Kristen prekawis
punika cetha. Kita punika kagunganipun Sang Kristus, sang juru wilujeng.
Pramila margi dhateng tentrem rahayu boten sanes namung Sang Kristus
Yesus kemawon.
3. Mawi pangertosan ingkang mekaten, lajeng dhumateng pitakenan kaping
kalih: Geneya aku ana ing kene? Awit ngrumaosi dhiri dados kagunganipun
Gusti, mila ingkang wiwitan dipun wujudaken sanes kenyamanan dhiri,
nanging karsanipun Gusti. Sanes kula pikantuk punapa, awit piyambakipun
sampun dipun paringi gesang enggal nalika tepang kaliyan Gusti Yesus lan
Gusti njamin sedayanipun. Tentrem rahayu kangge sedayanipun tansah
langkung ageng tinimbang dhirinipun piyambak. Prekawis punika kalebet
nampi nalika dhirinipun boten dipun anggep, ingkang langkung utami
dhirinipun gesang mbekta tentrem rahayu. Nalika boten dipun anggep nggih
tetep rumaos bingah, awit tujuan gesangipun saged kaleksanan. Dados
berkah kangge ingkang sanes. Sedaya prekawis punika dipun tindakaken awit
katresnan, boten namung supados perjuanganipun kasil.
4. Saking kalih pangertosan punika, lajeng lair kesadharan bab punapa ingkang
kedah dipun tindakaken. Wangsulanipun prasaja: mujudaken ekumene
kaliyan sedaya ingkang tumitah. Ekumene punika boten namung bab greja
kaliyan greja, nanging greja kaliyan umat agami sanes, malah kaliyan sedaya
ingkang tumitah. Sedaya nggadhahi kaluwihan lan kakiranganipun, punapa
ingkang dipun gadhahi kedah dipun ginakaken kangge kasaenan tumrap
sedaya. Ingkang wiwitan dipun tindakaken: lenggah sesarengan
ngawontenaken pirembagan bab punapa ingkang sae kangge sadaya lan
kados pundi mujudaken punika kanthi kakiyatanipun piyambak-piyambak.
Boten wonten ingkang dipun kuaosi, boten wonten ingkang nguwaosi,
76
sedaya namung kangge tujuan tentrem rahayu tumrap sedaya ingkang
katitahaken dening Gusti.

Panutup
Ing tengahing kawontenan bangsa kita ingkang mekaten, punika peran lan
posisi greja. Greja prelu manunggal, prekawis alit ingkang benten sampun ngantos
ngawonaken tujuan utami Greja ingkang dados kagunganipun Gusti punika. Greja
ugi prelu manunggal kaliyan ingkang wonten ing jawi dhirinipin. Wates antawisipun
gereja lan jagad lebur kangge tujuan GESANG kangge sedaya ingkang tumitah. Sanes
lebur malah dados awon, namung kangge tujuanipun piyambak. Nanging lebur
supados sedaya ing bumi Indonesia malah ing jagad saged ngraosaken tentrem
rahayu lair lan batos. Sasampunipun lenggah sesarengan, sedaya saged lumampah
lan ngupados mawi kakiyatanipun piyambak-piyambak. Sedaya tansah dipun wiwiti
mawi: Awit aku wis ditresnani Gusti, saiki aku uga nresnani sliramu. Amin. [Gide]

Pamuji: KPJ 338, Kidung Kontekstual 158

77
MINGGU, 03 SEPTEMBER 2017
BULAN ALKITAB --- STOLA PUTIH

Bacaan 1 : Yeremia 15:15-21


Bacaan 2 : Roma 12:9-21
Bacaan 3 : Matius 16:21-28
Tema Liturgis : Firman Allah Mendasari Sikap dan Tindakan Umat
Tema Khotbah : Sikap menyangkal diri

Keterangan Bacaan
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)
1. Yeremia 15:15-21
Penyebutan seorang ibu yang gagal melahirkan tujuh kali dalam ps. 15: 9
memaksa Yeremia memikirkan ibunya sendiri dan situasinya seperti seorang
yang menjadi buah perbantahan dan buah percederaan bagi seluruh negeri
(ay. 10). Hampir dengan putus asa ia berbantah dengan Allah untuk
membalaskan dendam kepada para penganiayanya. Mengingatkan Allah
bagaimana Yeremia menjadi pengantara musuh-musuhnya (ay. 11, 15).
Bagaimana ia senang dengan firman Allah (ay. 16), dan bagaimana ia
menyebabkan menderita kesepian yang tak tertahankan (ay. 17). Yeremia
menutup dengan mempersalahkan Allah karena mengkhianati dan
meninggalkan dia seperti sungai yang curang, air yang tidak dapat dipercaya
(ay. 18). Jawaban Allah adalah kemurahan dan tuduhan Yeremia sendiri perlu
bertobat (kembali kepada Allah) dan memperhatikan benar jawabannya sendiri
kepada Allah (ay. 19a). Jika Yeremia melakukan itu, ia akan menjadi
penyambung lidah dari Allah dan Allaqh akan bersamanya melawan para
penganiaya itu (ay. 19b-21).

2. Roma 12:9-21
Ayat-ayat ini merupakan kumpulan kata-kata mutiara yang berakar pada
pengertian kasih tanpa pamrih. Ayat 10b mengidentikkan kehormatan dan rasa
malu (hendaknya saling mendahului dalam memberi hormat). Kehormatan
harus diberikan. Rasa malu adalah sikap peka terhadap kehormatan seseorang,
78
perhatian terhadap apa yang dipikirkan, dikatakan dan dilakukan orang lain.
Nasehat Paulus itu mengarah pada kehidupan yang terhormat. Di atas semua
itu layanilah Tuhan, berbuatlah hal-hal yang terhormat: bergembira dalam
pengharapan, sabar, tekun dalam doa. Juga dengan membantu orang-orang
yang menderita: janda, anak yatim piatu, para tawanan dan yang kekurangan.
Juga dinasehatkan jangan mengutuk para penganiaya, jangan mengecilkan atau
menyerang kehormatan orang lain, bahkan yang menganiaya sekalipun. Allah
akan mengusahakan keseimbangan dalam kehormatan dan rasa malu.
Menumpukkan bara api di atas kepalanya rupanya diambil dari cara
penghukuman di Mesir, dimana pesakitan meletakkan di atas kepalanya sebuah
piring berisi bara api untuk mengungkapkan penyesalan. Pembalasan dengan
tindakan terhormat terhadap tindakan lawan yang mempermalukan
merupakan tindakan yang dapat mempengaruhi lawan untuk bertobat. Dengan
kata lain, janganlah membalas perbuatan yang mempermalukan, melainkan
balaslah kejahatan yang mempermalukan dengan jawaban yang terhormat.

3. Matius 16:21-28
Nubuat pertama tentang kesengsaraan menghilangkan setiap keraguan
mengenai Mesias macam apakah Yesus itu. Yesus mengungkapkan dengan terus
terang masa depan duniawiNya akan mencakup penderitaan dan kematian
sesuai dengan rencana BapaNya (Ia harus pergi ke Yerusalem). Sekalipun
mengakui bahwa Yesus adalah Mesias, namun Petrus membuang kemungkinan
bahwa kemesiasan Yesus itu dapat mencakup penderitaan. Sikap Petrus yang
demikian menyebabkan dia dihardik dengan keras. Keberatannya terhadap
kemungkinan penderitaan Mesias dianggap datang dari Iblis, menjadi batu
sandungan pada jalan Yesus, dan semata-mata pikiran manusia.
Ucapan-ucapan mengenai pengorbanan dan upah menjadi murid mengikuti
nubuat pertama tentang kesengsaraan. Ucapan mengenai memikul salib
menghubungkan nasib para murid dengan nasib Yesus sendiri. Dengan demikian
mereka diberitahu bahwa menjadi murid mencakup pengambilan bagian dalam
salib. Ucapan-ucapan pada ayat 25-26 berkisar sekitar tema hidup dan
mengisyaratkan bahwa hanya dengan menyangkal diri dan dengan membiarkan
Allah memimpin kitalah yang memungkinkan kita dapat menemukan kebebasan
dan kebahagiaan. Pada ayat 27, kepercayaan khas Yahudi dalam memberi
ganjaran dan hukuman, seperti ditentukan oleh kedatangan Kerajaan Allah
79
dalam penghakiman diberi interpretasi kekristenan: yaitu bahwa Yesus Anak
Manusia akan diberi kekuasaan. Ayat 28 menunjuk pada kedatangan segera
kerajaan, kematian dan kebangkitan, dan Pentakosta.

BENANG MERAH TIGA BACAAN


Penderitaan menjadi tema hidup dalam melakukan karya Allah. Itulah yang
harus dialami oleh Tuhan Yesus, para pengikutNya dan nabi Yeremia. Ditunjukkan
dalam bacaan 2 bagaimana sikap yang seharusnya dalam menanggung penderitaan.

RANCANGAN KHOTBAH: Bahasa Indonesia


(Ini hanya sebuah rancangan...bisa dikembangkan sendiri sesuai konteks jemaat)
Pendahuluan
Setiap kepala negara, Presiden atau Perdana Menteri atau Raja atau Kaisar,
selalu dijaga oleh pasukan khusus, yang di negara kita disebut PASPAMPRES
(Pasukan Pengamanan Presiden). Kemanapun dia pergi mesthi selalu dikawal dan
dilindungi oleh pasukan itu. Pengamanan ini harus diterima oleh kepala negara,
walaupun nampaknya ada yang malah merasa tidak nyaman, tidak bebas, apalagi
yang suka blusukan dan ingin dekat dengan rakyat, seperti Presiden Joko Widodo.
(Ternyata menjadi presiden itu tidak bebas dan tidak nyaman. Karena itu, saya tidak
mau jadi presiden)
Keselamatan dan keamanan pemimpin negara harus dijaga sangat ketat.
Sebab, keselamatan dan keamanannya mencerminkan dan bahkan menjadi jaminan
keselamatan dan keamanan bangsa yang dipimpinnya. Jika keselamatan dan
kemanannya terancam, berarti keselamatan dan keamanan bangsa juga terancam.
Selain itu, keselamatan, keamanan dan kenyamanan adalah hak dan kehormatan
pemimpin negara atas jabatannya yang sangat tinggi. Pemimpin negara tidak boleh
menderita. Dengan begitu, dia dapat melaksanakan kepemimpinan dengan leluasa.

Isi
Rupanya begitulah juga yang menjadi pikiran Petrus tentang Tuhan Yesus
sebagai Mesias, sebagai Raja yang diurapi Allah. Bagi Petrus, Mesias itu tidak boleh
menderita. Dia menginginkan keamanan, keselamatan dan kenyamanan Tuhan
Yesus terjamin. Rupanya Petrus dan semua murid yang lain -sebagai pengikut
Meisas- juga menginginkan keamanan, keselamatan dan kenyamanan hidup dari
keselamatan dan keamanan Tuhan dan Guru mereka. Mereka tidak menghendaki
80
adanya penderitaan dan kesulitan dalam persekutuannya dengan Tuhan Yesus.
Rupanya keinginan pribadi mereka yang seperti itu yang menjadi latar belakang
kata-kata Tuhan Yesus dalam Mat. 16:24 Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia
harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Pikiran mereka itu
bisa dikatakan wajar, karena sudah lama mereka dan bangsanya hidup menderita
dalam jajahan bangsa Romawi. Penderitaan itu begitu menyengsarakan, menghapus
kedamaian dan melenyapkan kebahagiaan.
Pikiran Petrus tentang Mesias seperti itu -dan juga pikiran semua murid
tentang diri mereka itu- oleh Tuhan Yesus dianggap sebagai pikiran manusia semata
yang bukan dan berbeda dengan pikiran Allah, bahkan dianggap sebagai pikiran
yang datang dari Iblis. Karenanya Tuhan Yesus menghardik Petrus dengan keras
Enyahlah Iblis! Pikiran itu menjadi batu sandungan di jalan Tuhan Yesus dalam
melaksanakan misi Allah di dunia. Pikiran yang nyandhungi atau mengganggu
pelaksanaan misi penyelamatan Allah itu harus disingkirkan. Mesias, dalam
melaksanakan misi penyelamatan Allah, itu harus menderita sengsara dan dibunuh,
tetapi segera bangkit hidup kembali. Itu harus dialamiNya, sekalipun Mesias itu
dipilih dan diurapi oleh Allah sendiri. Itulah pikiran Allah.
Penderitaan juga harus dialami oleh nabi Yeremia dalam melaksanakan misi
Allah kepada umat Israel pada zamannya. Nabi Yeremia pun merasakan penderitaan
itu begitu menyengsarakan. Penderitaan yang dialaminya itu rasanya seperti
penghukuman Allah sendiri. Penderitaannya dirasa begitu parah dan tak
berkesudahan. Rasanya dia tidak tahan dengan penderitaan yang dialaminya.
Penderitaan juga harus sanggup dialami oleh setiap orang yang mau
mengikut Tuhan Yesus Sang Mesias. Sebagaimana Tuhan Yesus siap
menanggungnya, para pengikutNya juga harus sanggup memikul penderitaan
sebagai salib. Itu berarti Tuhan Yesus tidak menghendaki para pengikutNya
menginginkan keselamatan, keamanan dan kenyamanan hidup. Keselamatan,
keamanan dan kenyamanan hidup itu pasti akan diberikan oleh Tuhan kepada para
pengikutNya yang mau menyangkal diri. Itu semua pasti akan diberikan tanpa perlu
diinginkan, tanpa perlu diminta-minta, cukup diyakini saja.
Penderitaan itu bukanlah takdir/ ketentuan atau kepastian bagi orang
Kristen. Itu juga bukan keniscayaan ataupun tujuan. Penderitaan itu adalah
kesanggupan orang percaya. Untuk mampu menanggung penderitaan atau memikul
salib, sikap yang harus dimiliki adalah menyangkal diri. Sikap menyangkal diri adalah
sikap membuang keinginan, keinginan untuk selalu nyaman dan aman dalam
81
mengikut Kristus. Jangan kegi atau tergoda jika ada orang yang kelihatan kristen
sekali yang mengaku beriman teguh dan rajin berdoa, lantas karena itu mengatakan
bahwa hidupnya selalu aman dan nyaman.
Orang yang mampu menyangkal diri tidak akan kuatir sekalipun keselamatan,
keamanan dan kenyamanan hidupnya terancam. Orang yang mampu menyangkal
diri bahkan akan mampu memberkati atau mendoakan orang yang mengancam atau
menganiaya dirinya, mampu memberi makan dan minum kepada orang yang
memusuhi dirinya. Dia akan mampu membalas kejahatan terhadap dirinya dengan
kebaikan. Dia akan mampu bersukacita dalam pengharapan dan sabar dalam
kesesakan.
Menyangkal diri tidak hanya dibutuhkan ketika hidup sedang dalam
penderitaan. Dalam segala keadaan, sikap menyangkal diri tetap dibutuhkan. Sikap
ini akan memampukan kita mengambil tindakan yang sebaiknya dan seharusnya kita
lakukan. Dengan menyangkal diri kita akan dapat mengasihi dan berbuat baik
kepada semua orang dengan tulus tanpa pamrih apapun, kasih kita tidak pura-pura,
tetapi nyata dan murni. Dengan menyangkal diri kita akan mampu menjauhi segala
jenis kejahatan, bisa menghormati semua orang -yang rendah dan lemah sekalipun-,
selalu semangat melayani Tuhan. Dengan menyangkal diri kita akan mampu
menerima penolakan terhadap kemauan kita sendiri dan menerima kemauan orang
lain, sehingga kita bisa bersatu dan kompak dengan semua orang. Dengan mampu
menyangkal diri kita akan bisa menjadi berkat bagi semua ciptaan Tuhan.

Penutup
Sikap menyangkal diri bukanlah perkara yang mudah untuk diwujudkan,
namun juga bukan perkara yang mustahil untuk diwujudkan. Untuk bisa menyangkal
diri, kita harus selalu mengingat bahwa menyangkal diri itu adalah sabda Tuhan
Yesus sendiri dan itu menjadi syarat untuk mengikut Dia. Untuk itu, kita perlu terus
mengingatnya, melatih diri, berusaha dan membiasakan diri serta memohon
kekuatan Roh Kudus. Kiranya Tuhan menolong kita. Amin. [st]

Nyanyian: KJ 372:1,2./ 376:2,3.

RANCANGAN KHOTBAH: Basa Jawi


Pambuka

82
Saben pimpinaning negari, menapa menika Presiden utawi Perdana Mentri
utawi Ratu utawi Kaisar, mesthi tansah dipun reksa dening prajurit mirunggan,
ingkang ing negari kita dipun sebut PASPAMPRES (Pasukan Pengamanan Presiden).
Dhateng pundia panjenenganipun tindak mesthi tansah dipun reksa dening prajurit
menika. Pangreksa menika kedah dipun tampi dening pimpinaning negari, nadyan
ketingalipun wonten pimpinaning negari ingkang malah rumaos boten sekeca, boten
merdika (bebas), menapa malih ingkang remen blusukan lan cecaketan kaliyan
rakyat, kados Presiden Joko Widodo. (Jebul dados presiden menika boten sekeca lan
boten bebas. Pramila kula boten purun dados presiden...)
Keamanan lan kawilujenganipun pimpinaning negari kedah dipun reksa
kanthi temen-temen. Awit keamanan lan kawilujenganipun mratandhani lan malah
dados jaminan keamanan lan kawilujenganing bangsa ingkang kapimpin. Menawi
keamanan lan kawilujenganipun wonten salebeting bebaya (terancam), ateges
keamanan lan kawilujenganing bangsanipun ugi saweg wonten ing bebaya. Kejawi
saking menika, keamanan, kawilujengan lan katentremanipun ugi dados hak lan
pakurmatan tumrap pimpinaning negari atas kalenggahanipun ingkang inggil sanget.
Pimpinaning negari boten pareng ngalami kasangsaran. Kanthi mekaten,
pimpinaning negari saged nindakaken ayahan lan jejibahanipun kanthi sae.

Isi
Rupinipun inggih mekaten ingkang dados penggalihipun Petrus tumrap Gusti
Yesus minangka Sang Mesih, minangka Ratu ingkang jinebadan dening Allah.
Menggahing Petrus, Sang Mesih menika boten pareng ngalami kasangsaran.
Piyambakipun ngersakaken bilih keamanan, kasugengan lan katetremanipun Gusti
Yesus menika pinesthi. Rupinipun Petrus lan sedaya muridipun -minangka
pendherekipun Sang Mesih- ugi ngersakaken keamanan, kawilujengan lan
katentremaning gesangipun saking keamanan lan kawilujenganipun Gusti lan
Gurunipun. Para murid nalika samanten kepengin boten ngalami kasangsaran lan
pakewet ing patunggilanipun kaliyan Gusti Yesus. Pepinginan pribadinipun para
murid ingkang mekaten menika rupinipun dados jalaran Gusti Yesus dhawuh ing
Matius 16:24: Saben wong kang arep ndhrk Aku, kuwi kudu nyingkur awak
dhw, manggul salib lan ngetutak Aku. Sacara kamanungsan, penggalihipun
para murid menika limrah, amargi sampun dangu tiyang-tiyang menika dan
bangsanipun gesang sangsara dipun jajah dening bangsa Rum. Kasangsaran menika
karaos nyiksa sanget, ngrisak katentreman lan nyirnakaken kabingahan.
83
Pamanggihipun Petrus bab Sang Mesih ingkang kados makaten menika -lan
ugi pepinginanipun sedaya murid kagem dhiri pribadinipun menika- dipun anggep
dening Gusti Yesus minangka pikiranipun manungsa ingkang sanes lan benten
kaliyan penggalihipun Gusti Allah, malah kaanggep minangka pemanggih ingkang
tuwuh saking Iblis. Pramila Gusti Yesus nggetak Petrus kanthi sora: Sumingkira,
Iblis! Pikiran menika nyandhungi tindakipun Gusti Yesus netepi pakaryanipun Allah
ing donya. Pikiran ingkang nyandhungi lan ngreridhu pakaryan karahayonipun Gusti
Allah menika kedah dipun singkiraken. Sang Mesih -anggenipun nindakaken
pakaryan karahayonipun Gusti Allah- menika kedah ngalami sangsara lan dipun
sedani, nanging tumunten wungu gesang malih. Menika kedah dipun alami dening
Gusti Yesus, nadyan Panjenenganipun menika Sang Mesih ingkang dipun piji lan
dipun jebadi dening Allah pribadi. Makaten menika menggah penggalihanipun Allah.
Kasangsaran ugi kedah dipun alami dening Nabi Yeremia ing salebeting
anggenipun nindakaken pakaryanipun Allah dhateng umat Israel. Nabi Yeremia ugi
ngraosaken bilih kasangsaran menika saestu nyiksa gesangipun. Kasangsaranipun
menika raosipun kados paukuman saking Gusti Allah pribadi. Kasangsaranipun kraos
ageng sanget lan kados boten wonten telasipun. Panjenenganipun rumaos semplah
awit saking kasangsaran ingkang dipun alami menika.
Kasangsaran ugi kedah sagah dipun alami dening saben tiyang ingkang nedya
ndherek Gusti Yesus Sang Mesih. Kados dene anggenipun Gusti Yesus cumadhang
nanggel kasangsaran, para pendherekipun ugi kedah sagah ngalami kasangsaran
minangka salib ingkang kedah dipun panggul. Menika ateges Gusti Yesus boten
ngersakaken para pendherekipun namung kepengin slamet, aman lan nyaman
(sekeca). Keamanan, kawilujengan lan sekecaning gesang menika mesthi badhe
dipun paringaken dening Gusti dhateng para pendherekipun ingkang purun
nyingkur awake dhewe. Menika sedaya mesthi badhe dipun paringaken tanpa
perlu dipun suwun, diinginkan, cekap dipun yakini kemawon.
Kasangsaran menika sanes takdir utawi pepesthen tumraping tiyang Kristen.
Kasangsaran ugi sanes tujuan. Kasangsaran menika kasagahanipun tiyang pitados.
Supados kwagang/ saged nanggel kasangsaran utawi manggul salib, sikep ingkang
kedah dipun gadhahi nggih menika nyingkur awake dhewe. Nyingkur awake
dhewe menika sikep lan patrap mbucal pepinginan, pepinginan tansah nyaman lan
aman ing salebeting ndherek Sang Kristus. Sampun kegi menawi wonten tiyang
ingkang ketingalipun kristen sanget lan ngaken pitados teguh sarta sregep
ndedonga, karana menika lajeng ngucap bilih gesangipun tansah aman lan nyaman.
84
Tiyang ingkang saged nyingkur awake dhewe boten badhe sumelang
(kuatir) nadyan keamanan, kawilujengan lan katentremaning gesangipun terancam.
Tiyang ingkang saged nyingkur awake dhewe malah badhe saged mberkahi utawi
ndongakaken tiyang ingkang ngancam utawi nganiaya dhirinipun, saged maringi
tedha lan ngombe dhateng tiyang ingkang sengit dhateng piyambakipun. Tiyang
mekaten menika badhe saged males piawon klayan kasaenan. Piyambakipun badhe
saged bebingah ing salebeting pangajeng-ajeng lan sabar ing salebeting panindhes.
Nyingkur awake dhewe menika dipun betahaken boten namung ing
salebeting kasangsaran. Ing sadhengah kawontenan, nyingkur awake dhewe ugi
tetep dipun betahaken. Sikep nyingkur awake dhewe (mbucal pepinginan) badhe
nyagedaken kita nindakaken menapa ingkang kedah utawi prayoginipun kita
tindakaken. Srana nyingkur awake dhewe kita badhe saged nresnani lan
nandukaken kasaenan dhateng sedaya tiyang kanthi tulus tanpa pamrih, katresnan
kita boten lamis, nanging nyata lan murni. Srana nyingkur awake dhewe kita
badhe saged nebihi sawernining piawon, ngajeni sedaya tiyang -ingkang asor lan
sekeng-, tansah nggadhahi greget (semangat) lelados dhumateng Gusti. Srana
nyingkur awake dhewe (mbucal pepinginan) kita badhe saged nrima menawi
pikajeng kita dipun tampik dening tiyang sanes lan kita saged nampi karsanipun
tiyang sanes, satemah kita sedaya saged gesang tetunggilan lan kompak kaliyan
sedaya tiyang. Srana saged nyingkur awake dhewe kita badhe saged dados berkah
tumrap sedaya titahipun Gusti.

Panutup
Sikep lan patrap nyingkur awake dhewe menika sanes prekawis ingkang
gampil dipun lampahi, nanging ugi sanes prekawis ingkang mokal dipun wujudaken.
Supados kita saged nyingkur awake dhewe, kita kedah tansah enget bilih nyingkur
awake dhewe menika sabdanipun Gusti Yesus pribadi lan menika dados sarat
ndherek Panjenenganipun. Ingkang menika, kita prelu tansah enget, nggladhi dhiri,
mbudidaya lan ngulinakaken dhiri sarta nyuwun kakiyatan saking Sang Roh Suci.
Gusti mesthi mitulungi kita. Amin. [st]

Pamuji: KPK 81:1,2,4; 54:3.

85
MINGGU, 10 SEPTEMBER 2017
BULAN ALKITAB --- STOLA PUTIH

Bacaan 1 : Yehezkiel 33: 7-11


Bacaan 2 : Roma 13:8-14
Bacaan 3 : Matius 18:15-20
Tema Liturgis : Firman Allah Mendasari Sikap dan Tindakan Umat
Tema Khotbah : Tindakan menasehati dan menegor

Keterangan Bacaan
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)
1. Yehezkiel 33: 7-11
Bagian ini merupakan bagian dari seluruh pasal 33 yang merupakan ringkasan
tentang tema mengenai nabi Yehezkiel sebagai pengawas Allah di kalangan
umat Israel. Yehezkiel mempunyai tanggung jawab untuk menjelaskan kepada
orang fasik tentang dosa-dosa mereka (ay. 8-9). Jika ia gagal melaksanakan itu,
orang fasik akan menerima hukuman akibat kejahatan mereka, dan hidup
Yehezkiel sendiri akan dituntut. Peringatan nabi dan penghakimannya
dimaksudkan untuk membimbing Israel supaya mengetahui bahwa Allah siap
memberi pengampunan kepada mereka yang telah bertobat dari jalan sesatnya.
Sebagai pengawas, Yehezkiel diandaikan mempunyai tanggung jawab besar,
lebih besar dari pada nabi-nabi lain di Israel. Tugasnya mengawasi dan
memperingatkan orang fasik dan orang beriman dituntut bertobat, terutama
karena akhir dari Yerusalem sudah mendekat.

2. Roma 13:8-14
Kata berhutang menghubungkan bagian ini dengan bagian sebelumnya. Satu-
satunya hal yang membuat kita berhutang satu sama lain adalah kasih. Hal ini
berarti memenuhi Taurat, tidak peduli aturan Taurat yang mana dari 613
peraturan yang dibebankan kepada kita. Paulus meringkas semua aturan itu
dengan mengutip Imamat 19: 18 mengenai mengasihi sesama. Dalam
pemahaman Yahudi sesama berarti orang sebangsa, saudara. Dalam tradisi

86
Yesus, sesama mempunyai cakrawala yang lebih luas. Kasih menjadi norma bagi
tingkah laku Kristen, dan ini menggantikan Taurat.

3. Matius 18:15-20
Bagian ini berbicara mengenai sikap terhadap warga jemaat yang berbuat dosa.
Bagian ini menggambarkan berbagai tahapan yang harus diambil bilamana
seorang Kristen berbuat dosa. Masing-masing tahap (pembicaraan pribadi,
pembicaraan di depan saksi, pembicaraan di depan jemaat) bertujuan untuk
mengajak orang Kristen yang berbuat dosa kembali ke dalam jemaat. Bahkan,
langkah drastis dari pengucilan barangkali dimaksudkan untuk membuat kejutan
bagi yang berbuat dosa supaya mengadakan rekonsiliasi.
Dalam kontekstnya yang sekarang, nasehat Yesus kepada jemaat yang terpecah,
ucapan-ucapan mengenai mengikat dan melepaskan, dua atau tiga orang yang
berkumpul dalam nama Yesus barangkali menunjuk kepada kekuasaan jemaat
untuk mengucilkan warga yang tersesat sebagai instansi terakhir. Para murid
diberi janji bahwa Allah akan berdiri di belakang keputusan mereka. Persetujuan
dari jemaat yang bersatu dalam doa akan diterima oleh Allah sebagai mengikat,
karena Dia hadir dalam jemaat secara khusus.

BENANG MERAH TIGA BACAAN


Ketiga bacaan di atas berisi tentang memperingatkan orang supaya bertobat
dan berbuat kebenaran. Tuhan Yesus mengajari jemaatNya untuk memperingatkan
warga yang berbuat dosa. Yehezkiel diperintahkan untuk mengingatkan orang fasik.
Paulus mengingatkan orang Kristen Roma untuk melakukan kasih.

RANCANGAN KHOTBAH: Bahasa Indonesia


(Ini hanya sebuah rancangan...bisa dikembangkan sendiri sesuai konteks jemaat)
Pendahuluan
Manusia pada umumnya mengutamakan kesenangan dan kepuasan diri
sendiri. Ketika merasa senang dan puas orang akan bisa berbuat baik untuk berbagi
kesenangan dan kepuasan dengan orang lain. Ketika ada orang lain melakukan
kesalahan, ya dibiarkan saja, asal tidak mengganggu kesenangan dan kepuasan
dirinya. Orang baru akan menegor bahkan cenderung memarahi orang lain jika
perbuatan orang lain itu dirasa merugikan atau mengganggu kesenangan dan
kepuasan dirinya, bahkan sekalipun sebenarnya perbuatan orang lain itu bukanlah
87
suatu kejahatan. Jika tidak mengganggu, ya sudah biarkan saja. Sebaliknya, jika
dirinya merasa dikecewakan apalagi dirugikan, dia akan berkata tidak puas rasanya
hatiku, jika tidak melabrak dia. Jadi, teguran yang dilakukan kepada orang lain
adalah untuk mencari kesenangan dan kepuasan dirinya.

Isi
Bacaan kita hari ini mengajarkan kita untuk menegor orang yang berbuat
dosa atau kesalahan. Kita tidak diperkenankan diam saja atau membiarkan orang
lain yang berbuat dosa atau kesalahan. Sekalipun perbuatan dosa atau kesalahan
orang lain itu tidak mengganggu atau mengecewakan atau merugikan diri kita, kita
tetap harus menegor atau memperingatkannya. Alasan teguran itu bukanlah karena
dosa dan kesalahan orang lain itu mengganggu atau merugikan kita. Karena itu, jika
kita menegor atau memperingatkannya, sangat mungkin kita dianggap turut campur
urusan orang lain. Sekalipun dosa atau kesalahan orang lain itu bukan urusan kita,
kita tetap harus menegor atau memperingatkannya. Sebab, tegoran atau peringatan
itu adalah tanggung jawab kita. Jika orang berdosa itu atau perbuatan dosa orang
lain itu mencelakakan dirinya atau diri orang lain, di hadapan Tuhan kita turut
bertanggung jawab atas akibat perbuatan dosa orang itu.
Kita ditegor, diperingatkan dan diselamatkan oleh Tuhan adalah supaya
melalui kita orang lain juga selamat. Tuhan tidak menghendaki umat ciptaanNya
celaka atau bahkan mati, Tuhan tidak menghendaki. Tuhan tidak menghendaki
manusia itu mati, bahkan sekalipun orang itu fasik, jahat (Yeh. 33:11). Tuhan Allah
menciptakan manusia itu hidup dan menghendakinya tetap hidup. Jika karena dosa
dan kefasikannya, manusia mengarah kepada kematian, Tuhan menghendaki
pertobatannya; Tuhan tidak menghendaki kematiannya. Tuhan Allah menghendaki
keselamatan semua orang, termasuk yang berbuat fasik atau jahat sekalipun.
Untuk itu, Allah turun ke dalam dunia di dalam diri Tuhan Yesus Sang
Juruselamat. Tuhan Yesus menghendaki kita, para pengikutNya, untuk menasehati
dan menegor orang yang berbuat dosa dengan tanpa putus asa. Tahap-tahap
tegoran itu (empat mata atau secara pribadi, di depan saksi, di depan jemaat dan
terakhir dikucilkan) menunjukkan bahwa usaha menasehati dan menegor orang
berdosa itu harus terus dilakukan sampai orang itu bertobat dan terbebas dari dosa.
Tahap akhir -pengucilan orang itu dari persekutuan jemaat- itupun adalah dengan
maksud supaya akhirnya dia sadar sendiri dan kembali ke persekutuan tubuh Kristus.
Tahap akhir ini bukan sebagai hukuman atas orang itu. Tahap-tahap tegoran itu juga
88
menunjukkan betapa Tuhan selalu menginginkan keselamatan semua orang, orang
berdosa.
Untuk itu pula Tuhan Allah mengutus nabi Yehezkiel untuk menasehati,
menegor dan mengingatkan umat pilihanNya yang berbuat dosa. Jika ada orang
mati dalam kesalahannya tanpa Yehezkiel memperingatkannya, Tuhan sampai
mengatakan kepada nabi Yehezkiel ...Aku akan menuntut pertanggungan jawab
atas nyawanya dari padamu. Itu menunjukkan begitu besarnya keinginan Tuhan
atas keselamatan umatNya.
Paulus yang belum pernah datang atau bertemu dengan jemaat Kristen di
Roma pun memberikan peringatan supaya umat Kristus itu senantiasa hidup di
dalam kehendak kasih Tuhan. Nasehat dan peringatan Paulus itu diberikan
mengingat banyaknya cobaan di hari-hari akhir ini (sudah jauh malam) yang
mudah membuat orang berbuat dosa dan kesalahan, dan demi keselamatan umat di
hari kedatangan Kristus yang sudah mendekat (telah hampir siang). Paulus
menasehatkan mereka dengan dasar kasihnya supaya mereka hidup di dalam kasih.
Yang harus kita pakai sebagai dasar menasehati, menegor atau
memperingatkan orang yang berbuat dosa adalah kasih, bukan untuk kepuasan diri
sendiri, dan dengan tujuan keselamatan serta kebaikan orang lain. Jika kita
mengasihi orang lain itu berarti kita harus peduli akan keselamatan mereka, kita
tidak membiarkan orang lain celaka apalagi binasa. Bukankah kita merasa kasihan
jika kita melihat orang lain celaka atau menderita, apapun sebabnya? Karena itu,
jangan diam jika kita melihat orang lain berbuat dosa atau kesalahan! Tegor dan
peringatkan mereka! Ingat, kita punya tanggung jawab memperingatkan mereka,
siapapun mereka. Jika kita biarkan, yang celaka atau menderita bukan hanya orang
yang melakukan perbuatan dosa dan kesalahan itu. Orang lain yang tidak turut
berbuat dosa dan kesalahan (mungkin keluarganya: anak-isteri atau suaminya,
tetangganya, sahabatnya, rekan kerjanya) juga sangat mungkin akan celaka dan
menderita karena dosa dan kesalahannya, persekutuan jemaat bisa rusak
karenanya, tatanan dan ketentraman masyarakat juga bisa rusak karenanya,
walaupun mungkin kita pribadi tidak mengalaminya. Ini seperti pribahasa: setitik
nila akan merusakkan susu sebelanga.
Memang menasehati, memperingatkan apalagi menegor orang yang berbuat
dosa atau kesalahan, ada risiko atau akibat yang bisa menimpa kita. Mungkin orang
itu membenci kita, atau memusuhi kita, atau dia tidak mau menerima nasehat dan

89
teguran kita, karena kita sendiri dianggap juga berbuat dosa atau kesalahan. Jika itu
terjadi, maka kita perlu:
1. Menjaga sikap dan perilaku kita.
2. Jangan takut atau enggan memberikan teguran atau nasehat karena
menyadari bahwa kita sendiri juga kadang berbuat dosa dan kesalahan.
3. Katakan kepadanya: jika anda melihat saya berbuat dosa atau kesalahan,
tolong tegor dan ingatkan saya juga; saya butuh teguran dan peringatan
anda.
4. Berikan teguran dan peringatan dengan menjaga kehormatannya (seperti
tahap-tahap di atas).
5. Berikan teguran dan peringatan dengan lemah lembut.
6. Kita sendiri harus legawa (menerima dengan terbuka) dan bersyukur jika
ada orang yang menasehati, mengingatkan atau menegor kita.
Jika semua tahap di atas sudah kita lakukan dan orang itu tetap saja tidak
mau bertobat, itu sudah menjadi urusan pribadinya dengan Tuhan sendiri; kita
doakan bersama. Tetapi dengan begitu, kita sudah melaksanakan apa yang menjadi
tanggung jawab kita, dan kita bebas dari tuntutan Tuhan.

Penutup
Mari kita bersama saling memperhatikan satu sama lain! Jika ada perbuatan
dosa, kesalahan atau bahkan ketidakbaikan, mari kita saling menasehati dan
menegor tanpa enggan, tanpa henti dan tanpa jera! Dengan begitu kita turut
menata kehidupan yang baik dan benar dari persekutuan jemaat dan masyarakat
kita. Dengan begitu berkat Tuhan akan tercurah dan lestari dalam hidup kita pribadi
dan bersama. Dengan begitu pula, kita bisa menjadi berkat Tuhan bagi semua
ciptaanNya. Amin. [st]
Nyanyian: KJ 54:1,3.

RANCANGAN KHOTBAH: Basa Jawi


Pambuka
Manungsa umumipun sami nengenaken pemarem lan kasenenganipun
pribadi. Nalika rumaos marem lan seneng lajeng saged tumindak sae kangge andum
kasenengan kaliyan tiyang sanes. Menawi wonten tiyang sanes ingkang nindakaken
kalepatan, nggih dipun kndelaken kemawon, angger boten ngganggu kemareman
lan kasenenganipun pribadi. Tiyang nembe badhe melhaken malah gampil nyenni
90
tiyang sanes menawi tumindakipun tiyang menika mitunani utawi ngganggu
kemareman lan kasenenganipun, nadyan tumindakipun tiyang sanes menika
sejatosipun sanes satunggaling piawon (kejahatan). Angger ora ngganggu, ya wis
bn. Kosokwangsulipun, menawi dhirinipun rumaos dipun kuciwani lan dirugikan,
piyambakipun badhe sanalika ngucap: Ora lega rasane atiku, yen durung nglabrak
dheweke. Dados piwelh ingkang dipun tindakaken dhateng tiyang sanes menika
sejatosipun kangge pados pemarem lan kasenenganipun pribadi.

Isi
Waosan kita dinten menika mulang kita supados melehaken tiyang ingkang
nindakaken dosa utawi kalepatan. Gusti boten ngersakaken kita mndel kemawon
menawi ningali utawi mireng tiyang sanes tumindak dosa utawi kalepatan. Nadyan
dosa utawi kalepatanipun tiyang menika boten mitunani, ngganggu utawi nguciwani
dhiri kita, kita tetep kedah melehaken tiyang menika. Ingkang dados alesan kita
melehaken tiyang menika sanes karana dosa utawi kalepatanipun tiyang menika
mitunani utawi ngganggu kita. Karana saking menika, menawi kita melehaken tiyang
menika, saged kemawon kita kaanggep melu-melu urusan pribadine liyan. Nadyan
dosa utawi kalepatanipun tiyang lintu menika sanes urusan kita, kita tetep kedah
melehaken. Awit, piweleh menika dados tanggel jawab kita. Menawi tiyang dosa
utawi tumindakipun ingkang lepat menika mbilani dhirinipun utawi tiyang sanes,
ing ngarasanipun Gusti kita ndherek tanggel jawab tumrap temahanipun (akibat)
tumindak dosanipun tiyang menika.
Kita dipun welehaken lan dipun slametaken dening Gusti nggih menika
supados lumantar kita tiyang sanes ugi slamet. Gusti boten ngersakaken umat
titahipun nemahi bilai utawi pejah; Gusti boten ngersakaken. Gusti boten
ngersakaken manungsa menika pejah, nadyan tiyang menika awon, jahat (Yeh.
33:11). Gusti Allah nitahaken manungsa menika gesang lan ngersakaken manungsa
menika tetep gesang. Menawi karana dosa lan piawonipun, manungsa ngener
dhateng pepejah, Gusti ngersakaken pitobatipun; Gusti boten ngersakaken
patinipun. Gusti ngersakaken kawilujenganipun sedaya tiyang, kalebet tiyang
ingkang tumindak dosa lan piawon.
Ingkang menika, Gusti Allah tumedhak ing donya ing sarira Gusti Yesus Sang
Juruwilujeng. Gusti Yesus ngersakaken kita, para pendherekipun, supados nuturi lan
melehaken tiyang ingkang tumindak dosa, kanthi tanpa kendhat. Trap-trapaning
piweleh (sesidheman, ing ngajenganipun seksi, ing ngarsanipun pasamuwan lan
91
pungkasan ngedalaken saking pasamuwan) nedahaken bilih pambudidaya nuturi lan
melehaken tiyang dosa menika kedah dipun tindakaken tanpa kendhat ngantos
tiyang menika mratobat lan uwal saking dosanipun. Trap ingkang pungkasan, nggih
menika ngedalaken tiyang menika saking pasamuwan, ugi klayan sedya supados
wasananipun tiyang menika sadhar piyambak lan wangsul dhateng patunggilaning
sariranipun Sang Kristus. Trap ingkang pungkasan menika sanes minangka
paukuman dhateng tiyang menika. Trap-trapaning piweleh menika ugi nedahaken
saiba Gusti tansah ngersakaken kawilujenganipun sedaya tiyang, tiyang dosa.
Ingkang menika, Gusti Allah ugi ngutus Nabi Yehezkiel kinen melehaken,
nuturi lan ngengetaken umat pilihanipun ingkang tumindak dosa. Menawi wonten
tiyang pejah ing salebeting kalepatanipun tanpa Yehezkiel paring piweleh, Gusti
ngantos dhawuh dhateng sang nabi: ...Aku bakal mundhut tanggung jawab bab
nyawane marang kowe. Menika nedahaken saiba agenging karsanipun Gusti
anggenipun milujengaken umatipun.
Rasul Paulus ingkang dereng nate tindak utawi pinanggih kaliyan warga
Kristen ing Rum ugi paring pitutur supados umatipun Sang Kristus menika tansah
gesang ing karsaning katresnanipun Gusti. Pitutur lan pangengetipun Paulus menika
dipun paringaken ngengeti kathahing pacoben in dinten-dinten pungkasan menika
(wis bengi) ingkang gampil murugaken tiyang tumindak dosa lan kalepatan, lan
murih kawilujenganing umatipun Gusti ing dinten rawuhipun Sang Kristus ingkang
sampun saya celak (meh awan). Paulus paring pitutur kanthi dhasar katresnanipun
supados umatipun Gusti menika gesang ing katresnan.
Landhesaning anggen kita melehaken lan nuturi tiyang ingkang tumindak
dosa nggih menika katresnan, sanes kebrananging raos, sanes kangge pemarem
dhiri kita, nanging murih kawilujengan lan katentremaning tiyang sanes. Menawi
kita tresna dhateng tiyang sanes, menika ateges kita kedah perduli dhateng
kawilujengan dan katentremaning tiyang sanes, kita boten ngndelaken tiyang sanes
bilai utawi sangsara. Kita rak nggih rumaos mesakaken menawi kita ningali tiyang
sanes nemahi bilai utawi sangsara, menapaa kemawon jalaranipun? Pramila saking
menika, sampun mndel kemawon menawi ningali utawi sumerep tiyang sanes
nindakaken dosa utawi kalepatan! Swawi dipun welehaken! Swawi sami enget bilih
kita nggadhahi tanggel jawab melehaken sintena kemawon. Menawi kita namung
mndel kemawon, ingkang bilai lan sangsara boten namung tiyang ingkang
nindakaken dosa utawi kalepatan menika. Tiyang sanes ingkang boten tumut damel
dosa lan kalepatan (mbokmenawi kulawarganipun: anak utawi semahipun,
92
tetangginipun, rencangipun) ugi saged bilai lan sangsara karana dosa lan
kalepatanipun; patunggilaning pasamuwan saged risak; tatanan lan katentremaning
masyarakat ugi saged risak, nadyan mbokmenawi kita pribadi boten ngalami.
Menika kados paribasan: setitik nila akan merusakkan susu sebelanga.
Pancen melehaken tiyang ingkang tumindak dosa utawi kalepatan menika
sok wonten resikonipun. Kita saged dipun sengiti. Tiyang menika saged kemawon
nampik piweleh lan pitutur kita, amargi kita piyambak kaanggep ugi sok tumindak
dosa lan kalepatan. Menawi menika ingkang kedadosan, kita prelu:
1. Njagi sikep lan patrap kita supados sampun gampil tumindak dosa.
2. Sampun ajrih utawi sungkan atur piweleh karana ngrumaosi bilih kita
piyambak ugi sok damel dosa lan kalepatan.
3. Prayogi kita ngucap: menawi panjenengan nyumurupi kula tumindak
dosa lan kalepatan, mugi kersaa panjenengan melehaken kula; kula ugi
mbetahaken piweleh panjenengan.
4. Kita melehaken klayan ngajeni piyambakipun (manut trap-trapaning
piweleh ing inggil)
5. Kita melehaken kanthi lembah manah lan alusing budi lan basa.
6. Kita piyambak kedah legawa lan saos sokur menawi wonten tiyang
ingkang melehaken kita.
Menawi sedaya trap-trapaning piweleh sampun kita tindakaken lan tiyang
menika tetep mangkotaken manah, boten purun mratobat, menika dados
urusanipun piyambak kaliyan Gusti Allah pribadi; kita dongakaken sesarengan.
Kanthi makaten kita sampun nindakaken menapa ingkang dados tanggel jawab kita,
lan kita uwal saking pamundhutipun (tuntutan) Gusti Allah.

Panutup
Mangga kita sawang-sinawang! Menawi wonten tumindak dosa utawi
kalepatan, swawi kita melehaken satunggal lan satunggalipun kanthi tanpa sungkan,
tanpa kendhat lan tanpa kapok! Klayan makaten kita ndherek mranata gesang
ingkang sae lan leres ing patunggilaning pasamuwan lan masyarakat. Klayan
makaten berkahipun Gusti lestantun tumrah dhateng gesang kita pribadi lan
sesarengan. Klayan makaten ugi, kita saged dados berkah tumrap sedaya titahipun
Gusti. Amin. [st]

Pamuji: KPK 195:2,3.


93
MINGGU, 17 SEPTEMBER 2017
BULAN ALKITAB STOLA PUTIH

Bacaan 1 : Kejadian 50: 15 21


Bacaan 2 : Roma 14: 1 12
Bacaan 3 : Matius 18: 21 35
Tema Liturgis : Firman Allah Mendasari Sikap dan Tindakan Umat
Tema Khotbah : Bagaimana mengampuni?

Keterangan Bacaan
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)
1. Kejadian 50: 15 21
Karena kejahatan yang dilakukannya, saudara-saudara Yesuf takut bertemu
dengan Yusuf. Bahkan mereka kuwatir kalau-kalau Yusuf balas dendam kepada
mereka. Tetapi apa yang mereka dikuwatirkan tidak terjadi. Yusuf melupakan
semua peristiwa yang terjadi atas dirinya (termasuk yang jahat sekalipun
menurut pandangan saudara-saudaranya), merupakan bagian peristiwa yang
harus terjadi atas perkenan Tuhan untuk memulihkan kehidupan keluarga Yakub
(Kej 45:5), untuk memelihara hidup suatu bangsa yang besar (Kej 50:20).
Atas dasar pemahaman dan iman yang seperti inilah Yusuf bersedia mengampuni
kesalahan saudara-saudaranya dan menerima serta memperlakukan mereka
dengan baik, apalagi mereka telah menunjukkan sikap rendah hati (kami datang
untuk menjadi budakmu).

2. Roma 14: 1 12
Terkait dengan dua persoalan yang sedang hangat di Korintus tentang makan
daging dan hari suci, pada bagian ini Paulus menekankan perlunya tiap orang
mempunyai keyakinan yang logis. Biarlah tiap orang menentukan sikapnya
menurut keyakinannya dengan kejujuran intelektual dan moral, dan ia harus
membiarkan orang lain berbuat demikian juga. Ia tidak hanya hidup di hadapan
orang lain tapi juga di hadapan Tuhan yang akan menghakimi kita semua. Pikiran-
pikiran yang tidak begitu penting tidak boleh menghalangi seseorang dari
anugerah sakramen. Tidak boleh menghalangi/ menjadi alasan untuk tidak
94
menerima orang Kristen lain. Itu merupakan urusan orang itu dengan Tuhan.
Harus dihindarkan sikap saling mengecam di antara satu dengan yang lainnya,
segala persoalan harus dipecahkan dalam suasana kebebasan dan toleransi.
Kewibawaan Kristus adalah yang tertinggi dan meliputi segala sesuatu dalam
soal-soal hidup dan mati dan penghakiman.

3. Matius 18: 21 35
Perumpamaan ini menggambarkan dengan terang berapa jauh (bukan seringnya)
orang harus mengampuni (6:12, 14-15), juga memberi tafsiran permohonan
untuk pengampunan dalam doa Bapa Kami. Di samping itu, juga
menggambarkan besarnya dosa manusia dan pengampunan Allah, serta hanya
kasih ilahilah dasar kasih manusia yang benar.
Tidak semua bagian dari perumpamaan ini dapat diterapkan. Tapi inti dari
perumpamaan ini jelas, bahwa orang yang tidak mengampuni tidak menerima
pengampunan dari Allah. Orang yang mendapat pengampunan dari Allah karena
apa yang telah dilakukan oleh Kristus akan membuktikan rasa terima kasihnya
dan ketergantungannya kepada Dia dalam perlakuannya terhadap orang lain.

BENANG MERAH TIGA BACAAN


Kenyataan menunjukkan bahwa hidup dan kehidupan sangat heterogen
dalam segala hal, sehingga kemungkinan perbedaan pendapat dan pendapatan
selalu ada. Dan tidak jarang hal tsb menyebabkan adanya perpecahan dan
permusuhan. Demi terwujudnya kerukunan, damai satu dengan yang lainnya, harus
ada pengampunan dan kesediaan saling mengampuni satu dengan yang lainnya,
sebagaimana Kristus telah mengampuni kita.

RANCANGAN KHOTBAH: Bahasa Indonesia


(Ini hanya sebuah rancangan...bisa dikembangkan sendiri sesuai konteks jemaat)
Pendahuluan
Setiap hari minggu kita berdoa, Doa Bapa Kami, baik diucapkan atau
dilagukan. Salah satu kalimatnya: dan ampunilah kami akan segala kesalahan kami,
seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami. Pasti dengan
penuh kesadaran dan penghayatan kita mengucapkan doa ini dan bukan hanya di
bibir saja serta bukan hanya memenuhi ketentuan liturgi. Mengampuni suatu
tindakan yang tidak gampang diwujudkan, tetapi bukan berarti tidak bisa kita
95
wujudkan/ lakukan. Sehingga pertanyaan yang relevan dan aktual adalah:
bagaimana kita mengampuni?
Isi
Melalui ketiga bacaan kita kali ini, kita mendapatkan jawaban demikian:
Dalam bacaan ke 3, Petrus menyangka bahwa ia telah melangkah cukup jauh, karena
ia mengambil ajaran rabinik yang menganjurkan pengampunan sebanyak tiga kali
itu, mengalikan dengan dua, dan ditambahkan dengan satu, sehingga diperoleh
angka tujuh, yang memberi rasa puas diri dalam memberi cukup pengampunan.
Perus tentu menantikan pujian dari Yesus. Tetapi Yesus mengatakan bahwa orang
Kristen harus mengampuni sebanyak tujuh puluh kali tujuh kali. Dengan kata lain,
tiada batas untuk pengampunan. Untuk menjelaskan ajarannya ini Yesus
menceritakan kisah hamba yang hutangnya dihapuskan, tetapi ia menagih temannya
yang berhutang kepadanya dalam jumlah yang sangat tidak berarti dibandingkan
dengan hutangnya sendiri. Atas kejahatannya hamba itu dihukum. Perumpamaan ini
meberikan pengajaran iman:
1. Bahwa seseorang harus mengampuni supaya ia diampuni. Orang yang tidak mau
mengampuni sesamanya tak dapat mengharapkan pengampunan dari Allah.
Setelah Yesus mengajarkan doa-Nya, Ia menjelaskan satu permohonan dalam doa
itu: Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di Sorga
akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalu kamu tidak mengampuni orang,
Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu (Mat 6:14-15); sepetti juga
difirmankan oleh Yesus..(Mat.5:7), juga dikatakan oleh Yakobus.. (Yak 2:13).
Pengampunan dari Allah dan dari manusia bergandengan tangan.
2. Mengapa demikian? Salah satu hal penting dalam perumpamaan ini ialah kontras
yang sangat mencolok di antara dua hutang itu. Hamba yang berhutang 10.000
talenta (kurang lebih Rp 4.500.000.000,-) dibebaskan oleh tuannya, tetapi setelah
dibebaskan, temannya yang berhutang kepada hamba itu hanya 100 dinar
(kurang lebih Rp 4.000,-), dipaksa untuk membayarnya. Artinya, tidak ada yang
dapat menandingi dosa dan kesalahan kita kepada Allah. Jika Allah telah
mengampuni dosa kita, kita pun harus bersedia mengampuni sesama kita atas
kesalahan mereka terhadap kita. Pengampunan yang kita berikan kepada orang
lain tidak dapat dibandingkan dengan pengampunan yang kita terima dari Allah.
Kita telah diampuni atas hutang yang tidak mungkin kita bayar -karena dosa
manusia telah menyebabkan kematian Anak Allah sendiri- dan, bila begitu, kita

96
pun harus mengampuni orang lain sama seperti Allah telah mengampuni kita,
atau kita sama sekali tidak akan menerima kemurahan.
Bacaan pertama, kita bisa saling mengampuni di antara kita, apabila kita
dapat melihat segala peristiwa yang terjadi dalam kehidupan ini dari sudut pandang
iman. Apapun yang terjadi dalam kehidupan ini, termasuk adanya orang-orang yang
berbuat jahat kepada kita, kita harus mengimani bahwa itu semua terjadi atas
perkenan Tuhan, ada hikmah atau maksud Allah untuk mendatangkan kebaikan bagi
orang-orang yang mengasihi Dia (Roma 8:28). Manusia boleh saja mereka-rekakan
yang jahat (sebagaimana yang dilakukan oleh saudara-saudara Yusuf kepada Yusuf),
tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan (Kej 50:20).
Bacaan kedua, adalah suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri bahwa
dalam kehidupan ini sangat heterogen dalam segala segi, sehingga pasti ada
perbedaan pemahaman, sikap dan tindakan di antara kita termasuk di bidang rohani
atau spiritual. Yang penting dalam hal ini adalah bagaimana seseorang memahami
dan menyikapi perbedaan ini dari sudut pandang iman, dengan jalan:
a. Tidak selalu mencari kesalahan atau kelemahan sesama, tidak gampang
menghakimi, tetapi saling menerima satu dengan yang lainnya, sebagaimana
Kristus telah menerima kita untuk kemuliaan Allah (Roma 15:7).
b. Tidak membesar-besarkan kesalahan atau kelemahan sesama, tetapi saling
megampuni demi kemuliaan Allah.
c. Memacahkan segala persoalan dalam suasana kebebasan dan toleransi, tidak
saling mengecam dan mengancam.
d. Kita selalu memiliki hati, pikiran dan perasaan bahwa masing-masing kita
mempertanggung jawabkan perbuatan kita masing-masing kepada Tuhan.

Penutup
Mengampuni adalah panggilan bagi kita selaku orang Kristen. Dengan kata
lain mengampuni hukumnya wajib bagi orang Kristen. Melalui perenungan kita kali
ini, kita kembali disegarkan bagaimana sesungguhnya mengampuni. Tidak ada
alasan untuk tidak mengampuni siapapun yang bersalah kepada kita. Biarlah
panggilan untuk selalu mengampuni disegarkan terus oleh pujian Kidung Ria 156: 3
Mengampuni, mengampuni lebih sungguh (2x)
Tuhan lebih dulu mengampuni kepadaku
Mengampuni, mengampuni lebih sungguh. Amin (SS)

97
Nyanyian: KJ 467:1,2

RANCANGAN KHOTBAH: Basa Jawi


Pambuka
Saben dinten minggu kita ndedonga, Donga Rama Kawula, menapa punika
kita ucapaken utawi kita pujekaken. Ing antawisipun wonten ukara: Saha Paduka
mugi ngapunten kalepatan kawula, kadosdene kawula inggih ngapunten ing tetiyang
ingkang kalepatan dhateng kawula. Sampun tamtu ing salebeting kita nglairaken
pandonga menika kanthi tulusing manah, lan boten namung kandheg ing lathi utawi
namung nuhoni liturgi ingkang wonten. Ngapunten punika salah satunggaling
tumindak ingkang boten gampil katindakaken, ewasemanten boten ateges boten
saged kita tindakaken. Pramila pitakenanipun: kadospundi ngapunten punika?

Isi
Ing waosan 3, Petrus nggadhahi panginten bilih piyambakipun sampun
ngapunten dhateng sesami ingkang kalepatan dhateng piyambakipun, langkung sae
menawi katandhing kaliyan sanesipun. Amargi piyambakipun sampun nuhoni
piwucalipun para rabi ingkang kedah paring pangapunten kaping tiga, kaliyan Petrus
dipun pingaken kalih lan katambah setunggal, matemah dados pitu; ingkang
kawawas sampun maringi raos marem ing bab paring pangapunten. Petrus ngajeng-
ajeng kaalembana dening Gsuti Yesus. Ananging Gusti Yesus dhawuh bilih tiyang
Kristen kedah paring pangapunten: Aja mung ping pitu, malah ngantia ping
pitungpuluh ping pitu. Kanthi tembung sanes miturut Gusti Yesus paring
pangapunten punika boten wonten watesipun. Kangge nerangaken piwucalipun
punika Gusti Yesus ngandharaken cariyos bab abdi ingkang kaluwaran utangipun,
ananging piyambakipun nagih kanthi rodha peksa dhateng abdi sanesipun ingkang
nggadhahi utang dhateng piyambakipun, lajeng kakunjara ngantos lunas utangipun;
kamangka utangipun punika estu-estu boten imbang cacahipun menawi katandhing
kaliyan utangipun dhateng bendaharanipun. Paribasan punika paring piwucal
dhateng kita sami:
1. Supados kita kaapunten, kita kedah ngapunten. Tiyang ingkang boten purun
ngapunten sesaminipun, boten saged ngajeng-ajeng pangapunten saking Gusti.
Sasampunipun Gusti Yesus paring piwucal bab ndedonga, lajeng dhawuh: Sebab,
manawa kowe padha ngapura kaluputaning wong, Ramamu ing swarga iya bakal
ngapura marang kowe. Nanging manawa kowe ora ngapura marang wong,
98
Ramamu iya bakal ora ngapura kaluputanmu (Mat 6:14-15). Ugi kadhawuhaken:
.(Mat 5:7); Yakobus ugi paring pepenget:(Yak 2:13)
Pangapunten saking Allah lan saking manungsa bergandengan tangan.
2. Kenging menapa makaten? Bab ingkang estu mencolok bab kathahipun utang ing
antawisipun abdi satunggal lan satunggalipun. Abdi ingkang sepisan nggadhahi
utang saleksa talenta (watawis Rp 4,5 milyar), kaluwaran utangipun; ananging
sasampunipun kaluwaran, rencangipun ingkang nggadhahi utang dhateng
piyambakipun namung satus dinar (watawis Rp 4.000,-), dipun peksa nyaur.
Bab punika paring gambaran dhateng kita bilih boten wonten ingkang saged
nandhingi agenging dosa lan kalepatan kita dhateng Gusti Allah. Menawi Gusti
Allah ngapunten dosa kita ingkang boten saged kaetang, kita kedah sumadya
ngapunten sesami kita, ingkang kalepatan dhateng kita. Pangapunten ingkang kita
paringaken dhateng sesami kita, estu boten imbang menawi katandhing kaliyan
pangapunten ingkang sampun kita tampi saking Gusti.
Kita sampun kaapunten saking utang ingkang mokal kita saur -karana dosanipun
manungsa sampun murugaken Putranipun Allah seda- lan, menawi mekaten kita
kedah ngapunten tiyang sanes kadosdene Allah sampun ngapunten kita, utawi
kita babarpisan boten badhe nampi sih kamirahanipun Gusti.
Waosan 1, kita saged apunten-ingapunten ing antawis kita, menawi kita
saged ningali kanthi iman kapitadosan. Menapa kemawon ingkang kelampahan ing
gesang kita, kalebet wontenipun tiyang-tiyang ingkang sengaja damel awon dhateng
kita, kita kedah sinau pitados bilih sedaya punika kelampahan, awit saking
keparenging Gusti. Wonten hikmah, wonten karsa ingkang adi lan sae saking Gusti
kangge gesang kita (Rum 8:28). Manungsa saged kemawon ngrantam ingkang awon
(kadosdene ingkang katindakaken dening para sedherekipun Yusuf dhateng Yusuf),
ananging iku kacipta malih dadi becik dening Gusti Allah (Pur Dum 50:20).
Waosan 2, satunggaling kasunyatan ingkang boten saged dipun selaki bilih
ing pagesangn kita punika pancen benten-benten ing sedaya prakawis utawi
babagan, pramila mesthi wonten benten-bentening pemanggih, tumindak ing
antawis kita, kalebet ing babagan karohanen. Pramila ingkang penting kadospundi
anggen kita sami ninggali kasunyatan punika tata iman, kanthi cara:
a. Boten tansah madosi kalepatan lan karingkihaning sesami, boten gampil njeksani,
ananging tampen-tinampen ing antawis kita, kadosdene Sang Kristus anggenipun
sampun nampeni kita, kagem kaluhuranipun Gusti Allah (Rum 15:7).

99
b. Boten ngageng-agengaken lan netepaken kalepatan lan karingkihanipun sesami,
ananging tansah apunten-ingapunten, kagem kaluhuranipun Gusti Allah.
c. Ngrampungaken sedaya masalah kanthi suasana kebebasan lan toleransi, boten
menang-menangan, boten ancam-ingancam satunggal lan satunggalipun.
d. Kita tansah nggadhahi pangagen-angen lan pangraos bilih kita piyambak-
piyambak badhe ngunjukaken panjawab dhumateng Gusti Allah bab prakawis kita
piyambak-piyambak (Rum 14:12).

Panutup
Gesang apunten-ingapunten mujudaken timbalan kita minangka tiyang
Kristen, kanthi tembung sanes apunten-ingapunten punika ukumipun wajib
tumraping tiyang Kristen. Lumantar reraosan kita dinten punika, kita sami
kasegeraken malih raos pangraos kita sami, kadospundi sejatosipun ngapunten
utawi apunten-ingapunten punika. Boten wonten alesan tumrap kita boten
ngapunten sinten kemawon ingkang kalepatan dhateng kita. Swawi timbalan
apunten-ingapunten punika kita antepaken kanthi pamuji Kidung Ria 156: 3. Amin
(SS)

Pamuji: KPK 165:4,5

100
MINGGU, 24 SEPTEMBER 2017
BULAN ALKITAB MINGGU BIASA ---STOLA PUTIH

Bacaan 1 : Yunus 4: 1 11
Bacaan 2 : Fillipi 1: 21 30
Bacaan 3 : Matius 20: 1 16
Tema liturgis : Firman Allah Mendasari Sikap dan Tindakan Umat.
Tema khotbah: Apakah Aku berlaku tidak adil?

Keterangan bacaan
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)
1. Yunus 4: 1 11
Yunus tidak dapat menerima sikap dan tindakan Allah yang membatalkan
hukuman-Nya kepada orang-orang Niniwe. Yunus tidak senang melihat orang-
orang Niniwe bertobat. Yunus merasa Allah telah berlaku tidak adil, oleh karena
itu dia memilih lebih baik mati. Tuhan segera menantang Yunus, dengan
pertanyaan: Apakah pada tempatnya engkau marah? Apakah engkau sangat
marah? Allah juga menyajikan tantangan-Nya secara dramatis, dalam bentuk
perumpamaan hidup tentang pohon jarak. Allah memberikan naungan kepada
Yunus, dengan memberikan pohon jarak. Kemudian keesokan harinya Tuhan
membalikan hal itu dengan membinasakan pohon jarak tsb. Yunus menjadi
sangat marah karena pohon jarak tsb binasa. Sekalipun itu bukan kepunyaannya,
namun Yunus menyayanginya, karena hal itu membawa kesenangan baginya.
Ini menunjukkan betapa eksklusifnya keagamaan Yunus telah membuat dia tidak
mempunyai kemurahan hati, malah perikemanusiaan pun tidak. Kepentingan diri
sendiri, kebutaan, ketidakadilan, semuanya ini dinyatakan secara berurutan
dengan perumpamaan tentang dosa-dosa Yunus.

2. Fillipi 1: 21 30
Bagi Paulus hidup atau mati ia tetap bersukacita. Terus hidup di dunia ini adalah
hidup dalam kegembiraan Kritus yang mantap, dan selanjutnya akan ada
pekerjaan menyenangkan dalam pelayanan kepada Tuhannya. Di lain pihak ia
tahu bahwa kematian adalah melulu keuntungan, karena di seberang kematian
adalah hadirat Kristus, dengan kematian berarti beserta dengan Kristus. Adalah
lebih menguntungkan baginya untuk pergi bersama Tuhannya; bagi orang lain
101
adalah lebih menguntungkan bahwa ia hidup terus. Dengan tetap hidup ia akan
menolong mereka memajukan kerohanian mereka, dan membuat mereka lebih
sungguh-sungguh bersukacita dan menang dalam iman mereka. Adalah suatu
kemegahan orang Kristen yang bergembira atas pekerjaan Allah dalam diri orang
Kristen lainnya.

3. Matius 20: 1 16
Dalam perumpamaan ini yang dipentingkan ialah bahwa setiap orang dalam
Kerajaan itu menerima apa yang dibutuhkannya (sedinar adalah upah sehari
seorang pekerja) dan ini adalah hidup yang kekal. Ini adalah pemberian Allah,
yang selalu memanggil manusia yang mencapai tingkat yang berbeda-beda di
bidang moral dan punya kesempatan yang berbeda-beda di bidang rohani, untuk
melayani-Nya. Dan karenanya tak seorangpun dapat menuntut dari pada-Nya
lebih dari apa yang diberikan-Nya kepada setiap orang. Tidak ada ketidakadilan
dalam apa yang dilakukan oleh Allah, sebab Ia memberikan apa yang dijanjikan-
Nya (13). Ia punya kebebasan yang berdaulat untuk melakukan apa yang
berkenan kepada-Nya sebab kemurahan hati dapat ditambahkan kepada keadilan
(14-15).

BENANG MERAH TIGA BACAAN


Pola keagamaan yang eksklusif, bisa menyebabkan orang tidak memilki
kemurahan hati, bahkan perikemanusiaan pun tidak. Selalu merasa tidak senang
melihat pekerjaan Allah dalam diri orang lain, selalu berorientasi pada diri sendiri
bahkan kesenangan dan keuntungan diri sendiri. Manakala merasa tidak
diuntungkan, dengan gampang menuduh Allah berlaku tidak adil.

RANCANGAN KHOTBAH: Bahasa Indonesia


(Ini hanya sebuah rancangan...bisa dikembangkan sendiri sesuai konteks jemaat)
Pendahuluan
Apakah Aku berlaku tidak adil? Tema ini sebuah pertanyaan yang
datangnya dari Yesus, ditujukan kepada manusia khususnya umat milikNya.
Pertanyaan ini muncul menjawab pergumulan manusia/ umat yang merasa Allah
tidak berlaku adil kepada mereka atau merasa tidak diperlakukan secara adil oleh
Allah. Benarkah demikian? Benarkah Allah berlaku tidak adil?
102
Isi
Perumpamaan ini dimaksudkan sebagai peringatan kepada para murid Yesus
dan kepada semua orang lain yang bekerja bagi Yesus dan bagi Kerjaan Allah.
1. Kepada para murid Yesus seolah-olah berkata: Kalian telah menerima hak
istimewa datang lebih dahulu dalam persekutuan Kristen/ Jemaat, sejak semula,
sejak awal. Di hari kemudian akan datang yang lain, kalian tidak boleh menuntut
hak atau perlakuan istimewa, penghormatan khusus, tempat khusus, karena
kalian menjadi orang Kristen sebelum mereka. Semua orang tak peduli kapan
datang, sama berharganya di mata Allah.
Kadang-kadang ada saja orang yang datang awal merasa bahwa gereja miliknya,
sehingga mendikte kebijakan gereja. Tidak senang melihat bangkitnya generasi
baru dengan rencana dan cara yang berbeda. Dalam Gereja, senioritas tidak
dengan sendirinya berarti kehormatan. Kekristenan tidak mengenal konsep
herrenvolk, ras tuan.
2. Di sini terdapat belas kasih Allah yang tidak terbatas, terdapat unsur
kelemahlembutan manusiawi. Dalam ukuran keadilan yang ketat, makin singkat
seseorang bekerja makin sedikit upah yang diterima. Namun tuan itu tahu benar
bahwa satu dinar per hari bukanlah upah yang besar, kalau buruh pulang ke
rumah dengan upah yang kecil, isteri dan anak-anaknya kelaparan. Karena itu dia
melangkah melampaui keadilan, memberi mereka lebih banyak dari yang
seharusnya mereka terima. Perumpamaan ini mengungkapkan dua kebenaran
yang merupakan hak pekerja, yaitu hak semua orang untuk bekerja, dan hak
semua orang untuk menerima upah yang layak atas pekerjaannya.
3. Di sini kita dapat melihat kemurahan Allah. Orang-orang itu tidak melakukan
pekerjaan yang sama, tetapi mereka menerima upah yang sama besarnya. Ada
dua pelajaran penting:
a. Semua pekerjaan sama pentingnya di hadapan Allah. Bukan jumlah pekerjaan,
tetapi buah yang dihasilkanlah yang dipentingkan. Allah tidak memandang
jumlah pekerjaan/ pelayanan kita. Semuanya sama pentingnya di hadapan
Allah, selama kita memberi semua yang harus kita berikan.
b. Semua yang Allah berikan bersumber dari anugerah. Kita tidak dapat memaksa
Allah, lebih lagi kita tidak layak untuk menerimanya; jangan bertindak dan
bersikap seperti Yunus (bacaan 1). Apa yang Allah berikan kepada kita berasal
dari kebaikan hatiNya. Yang Allah berikan bukan bayaran, melainkan hadiah;
bukan upah melainkan anugerah.
103
4. Setiap orang percaya haruslah/ wajib bekerja bagi Tuhan dan bagi Kerajaan Allah,
dan bahkan mengajak orang lain untuk bekerja bersama. Tetapi yang penting
adalah apa semangat yang melandasinya. Para pekerja dalam perumpamaan ini
ada dua kelompok:
a. Pekerja yang datang pertama, dengan membuat kesepakatan dengan tuannya,
kami bekerja kalau mendapat upah sekian -mereka ingin mendapatkan
sebanyak mungkin pekerjaan itu- upah sebanyak mungkin.
b. Pekerja yang datang kemudian, tanpa membuat kesepakatan dengan tuannya,
yang penting mendapat kesempatan untuk bekerja dan mereka dengan rela
menyerahkan jumlah besar upahnya kepada tuannya. Orang Kristen bekerja
seharusnya demi sukacita melayani Allah dan sesamanya dan minat utamanya
bukan upah (sebagaimana Palus bacaan 2).
Banyak orang dalam dunia ini, yang telah menerima upah besar, akan
menduduki tempat yang rendah dalam Kerajaan Allah, karena pekerjaannya
hanya tertuju pada upah. Sebaliknya, banyak orang yang menurut ukuran
dunia ini miskin, namun akan menjadi besar dalam Kerajaan Allah, karena ia
tidak pernah berpikir tentang upah itu dan karena senang melayani. Inilah
paradox kehidupan kristiani, bahwa orang yang menginginkan upah akan
kehilangan upahnya, dan yang melupakan upahnya akan mendapatkannya.
5. Pekerjaan bagi Tuhan dinodai apabila ada kata aku muncul dan apabila kita iri
hati kepada orang-orang lainnya, yang menerima lebih banyak karunia dan
pemberian Tuhan, sebagaimana Yunus yang iri terhadap karunia/ anugerah
pengampunan dari Alah kepada orang Niniwe. Kesombongan dan iri hati
menyebabkan kita menjadi orang terakhir dan paling rendah.

Penutup
Manusia bisa saja berlaku atau bersikap dan bertindak tidak adil. Manusia
bisa saja tebang pilih dalam memberlakukan keadilan atau menegakkan keadilan,
tetapi Tuhan tidak demikian. Apa yang Allah berikan atau lakukan kepada kita atas
dasar belas kasih-Nya yang tak terbatas, atas dasar kemurahan-Nya yang semuanya
bersumber dari kebaikan hati-Nya dan anugerah-Nya. Kita tidak dapat memaksa
Allah menuruti kemauan kita, yang sebenarnya bersumber dari kesombongan dan iri
hati kita. Yakinlah bahwa Allah selalu berlaku adil kepada kita dan terbukalah untuk
menrima pemberlakuan keadilan Allah. Amin (SS)
Nyanyian: KJ 260:2,3
104
RANCANGAN KHOTBAH: Basa Jawi
Pambuka
Apakah Aku berlaku tidak adil? Sesirah menika mujudaken pitakenanipun
Gusti Yesus ingkang katujokaken dhateng umat pepilihanipun, mliginipun dhateng
para murid. Pitakenan menika paring panjawab dhateng raos-pangraosipun
manungsa ingkang rumaos bilih Gusti Allah boten tumindak adil dhateng
piyambakipun. Menapa pancen inggih mekaten kasunyatanipun? Menapa leres
Gusti Allah menika boten adil?

Isi
Pasemon menika sejatosipun minangka pepenget dhateng para murid lan
dhateng sinten kemawon ingkang nyambut damel kagem Gusti Yesus lan kagem
kratonipun Allah.
1. Dhateng para murid kados-kados Gusti dhawuh: Kowe kabeh wus nampa
ganjaran kang maligi/ istimewa teka luwih dhisik ing patunggilaning
pasamuwan, wiwit wiwitan mula. Sabanjure arep teka wong liyane, kowe ora
oleh njaluk hak kang maligi, kaurmatan kang maligi, papan kalungguhan kang
maligi, karana kowe dadi wong Kristen sadurunge wong liya-liyane. Kabeh
wong padha ajine ana ing ngarsane Allah, ora perduli kapan tekane.
Sok-sok wonten tiyang ingkang dados warga wiwitan, rumaos greja dados
gandhahanipun, pramila asring ndhikte kebijakan greja. Boten remen
menawi ningali wonten generasi enggal ingkang tuwuh kanthi cara-cara lan
rancangan-rancangan ingkang benten kaliyan jamanipun. Wonten ing
pasamuwan, boten kanthi otomatis senioritas menika ateges kaurmatan. Ke-
Kristen-an boten tepang konsep herrenvolk, ras tuan.
2. Ing ngriki wonten sih katresnanipun Allah ingkang tanpa wates. Miturut
ukuran kaadilan ingkang kaku, saya sekedhap tiyang menika nyambut damel
saya sekedhik pituwas ingkang katampi. Ananging majikan menika
mangertos saestu bilih pituwas satunggal dinar menika pituwas ingkang alit
sanget, menawi berah menika wangsul kanthi pituwas ingkang sekedhik
sanget, semah lan anakipun badhe keluwen. Pramila, majikan menika
tumindak nglangkungi padatan ingkang wonten, nglangkungi kaadilan,
maringi pituwas dhateng berah menika langkung kathah katimbang ingkang
samesthenipun katampi. Paribasan menika kanthi samar nedahaken kalih
kaleresan ingkang mujudaken hakipun berah, inggih menika: hak tumraping
105
sedaya tiyang nyambut damel lan hak sedaya tiyang nampi pituwas ingkang
murwat kaliyan pandamelan ingkang katindakaken.
3. Ing ngriki kita saged ningali sih kamirahanipun Gusti Allah. Tiyang-tiyang
menika boten nindakaken pakaryan ingkang sami, ananging nampi pituwas
ingkang sami kathahipun. Wonten kalih piwulang ingkang wigatos:
a. Sedaya pakaryan sami ajinipun wonten ing ngarsanipun Gusti Allah.
Sanes kathahing pakaryan ingkang dipun pentingaken, ananging wohing
pakaryan menika. Sepisan malih, Gusti Allah boten mawas kathah utawi
cacahing pakaryan kita. Sedaya pakaryan/ peladosan sami wonten ing
ngarsanipun Allah, waton kita ngaturaken sedaya menapa ingkang kedah
kita aturaken.
b. Sedaya ingkang kaparingaken dening Gusti Allah asesumber saking sih
kanugrahanipun. Kita boten saged meksa Gusti Allah, langkung-langkung
sejatosipun kita boten sembada nampi sedaya menika; sampun ngantos
kita tumindak lan nggadhahi sikaping gesang kadosdene Yunus (waosan
1). Menapa ingkang kaparingaken dening Gusti Allah dhateng kita
namung awit kasaenanipun. Ingkang kaparingaken dening Gusti Allah
sanes bayaran, ananging hadiah; sanes pituwas ananging kanugrahan.
4. Saben tiyang pitados kedah makarya kagem Gusti lan kagem kratonipun
Gusti Allah, malah kedah ngajak tiyang sanes makarya sesarengan. Ananging
ingkang penting greget/ semangat menapa ingkang ndhasari. Para buruh tani
ing paribasan menika wonten kalih golongan:
a. Buruh tani ingkang dhateng wiwitan, kanthi sarujuking rembag kaliyan
majikanipun, kula nyambut damel menawi angsal pituwas semanten...
Buruh tani menika kepengin angsal pandamelan sakathah-kathahipun lan
pituwas sakathah-kathaipun.
b. Buruh tani ingkang dhateng selajengipun, tanpa damel sarujuking
rembag kaliyan majikanipun, ingkang penting angsal wewengan nyambut
damel lan piyambakipun kanthi legawa masrahaken pinten pituwas
ingkang katampi saking majikanipun. Tiyang Kristen makarya kedahipun
adhedhasar kabingahanipun ngladosi Gusti Allah lan sesami lan sanes
pituwas ingkang kadadosaken minat ingkang utami (nulada Paulus ing
salebeting makarya kagem Gusti waosan 2).
Kathah tiyang ing jagad menika, ingkang sampun nampi pituwas ingkang
ageng, nampi kalenggahan ingkang asor ing Karatoning Allah, karana
106
pakaryan ingkang katindakaken namung tumuju dhateng pituwas. Kosok
wangsulipun, kathah tiyang ingkang menawi miturut ukuran donya
miskin, ananging dados ageng ing Kratonipun Allah, karana boten nate
menggalih bab pituwas lan klangenanipun nindakaken peladosan.
Menika paradox gesang Kristen, bilih tiyang ingkang kepengin nampi
pituwas, badhe kecalan pituwasipun lan tiyang ingkang boten menggalih
pituwas badhe nampi pituwasipun.
5. Pakaryan kagem Gusti, badhe dados kucem, menawi wonten tembung aku
ingkang tuwuh lan menawi wonten manah meri dhateng tiyang sanes,
ingkang nampi talenta lan peparing langkung kathah saking Gusti, kadosdene
Yunus ingkang meri kaliyan sih rahmatipun Gusti Allah, awujud
pangapuntening dosa dhateng tiyang Ninewe. Wontenipun raos sombong lan
meri, ingkang murugaken kita dados pamburi lan paling asor.

Panutup
Manungsa saged kemawon nggadhahi sikaping gesang lan tumindak boten
adil. Manungsa saged kemawon tebang pilih ing salebeting nindakaken kaadilan
lan njejegaken kaadilan, ananging boten mekaten menggahing Gusti Allah.
Menapa ingkang kaparingaken utawi katindakaken dening Gusti Allah dhateng
kita adhedhasar sih kamirahanipun, ingkang sedaya menika asesumber saking
kasaenanipun lan kanugranipun Gusti piyambak. Kita boten saged meksa Gusti
Allah nuruti sedaya pepenginan kita, ingkang sejatosipun asesumber saking
manah kita ingkang sombong lan meri. Mangga kita sami pitados bilih Gusti
Allah tansah tumindak adil dhateng kita lan tansah binuka nampeni kanthi
legawa tumindaking kaadilanipun Allah. Amin. (SS)

Pamuji: KPK 294: 3,4

107
MINGGU, 01 OKTOBER 2017
PERJAMUAN KUDUS EKUMENE --- STOLA MERAH

Bacaan 1 : Yehezkiel 18:25-32


Bacaan 2 : Filipi 2:1-13
Bacaan 3 : Matius 21:23-32
Tema Liturgis : Ketaatan Membangun Persekutuan
Tema Khotbah : Membangun Persekutuan Untuk Kemuliaan Tuhan

Keterangan Bacaan
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)
4. Yehezkiel 18:25-32
Cukup menarik dalam bagian Alkitab ini Israel menilai bahwa tindakan Tuhan
tidak tepat. Kata tindakan menerjemahkan Ibrani derek yang secara harfiah
berarti jalan. Berarti bukan suatu tindakan Tuhan yang dipersoalkan tetapi
cara-Nya. Sebaliknya, Tuhan menilai tidak tepat jalan-jalan (jamak) Israel. Kata
tepat dipakai untuk menimbang. Jadi, Israel menilai bahwa Tuhan kurang pas:
orang fasik yang bertobat luput dari hukuman, sedangkan jasa orang benar yang
berbalik dari kebenaran ke kejahatan dilupakan atau tidak dihitung sama sekali.
Dalam kacamata Israel, semestinya, perbuatan dihitung secara rata: dosa pada
awal, pertengahan dan akhir kehidupan sama bobotnya, dan sama juga
perbuatan baik. Tetapi Tuhan mengetahui maksud atau cara pandang dari Israel.
Mereka ingin perbuatan baik (menurut mereka) tetap diperhitungkan meskipun
mereka kadang-kadang (atau mungkin sering) mereka juga berbuat jahat di
hadapan Tuhan. Seperti banyak dijelaskan dalam ayat-ayat sebelumnya, mereka
menduakan Allah. Sepertinya, Israel tetap menganggap diri sebagai orang benar
dan layak diselamatkan meskipun kadang-kadang berubah haluan hidup.

5. Filipi 2:1-13
Sebetulnya, gereja Filipi adalah gereja yang bagus/ baik. Ini terlihat dari
banyaknya pujian yang Paulus berikan kepada mereka (bdk. 1:5 4:10,14-18).
Tetapi, bagaimanapun juga, ini bukan gereja yang sempurna. Dalam gereja ini
ternyata ada perpecahan (bdk. 4:2). William Barclay memberikan komentar
sebagai berikut: Bahaya yang mengancam gereja Filipi adalah perpecahan.
Dalam arti tertentu, ini adalah bahaya bagi semua gereja yang sehat. Kalau
108
orang-orang bersungguh-sungguh dan kepercayaan mereka betul-betul penting/
berarti bagi mereka, maka mereka akan condong untuk berseteru satu dengan
yang lain. Makin besar semangat mereka, makin besar bahaya bahwa mereka
akan berseteru. Paulus bersukacita kalau gereja Filipi bisa bersatu (ay 2).
Adapun cara untuk bersatu dipaparkan oleh Paulus: Tidak mencari kepentingan
sendiri dan puji-pujian yang sia-sia (ay 3a), rendah hati dan menganggap orang
lain lebih baik dari diri kita sendiri (ay 3b), jangan hanya memperhatikan
kepentingan diri sendiri, tetapi kepenting-an orang lain juga (ay 4) dan yang
terpenting adalah meneladani Yesus Kristus (ay 5).

6. Matius 21:23-32
Para tokoh Yahudi itu mempertanyakan dengan kuasa mana Yesus melakukan
hal-hal itu. Yang dimaksud dengan hal-hal itu mencakup beberapa hal:
masuknya Yesus ke Yerusalem dengan naik keledai (21:1-11).
Ia menerima puji-pujian (21:9-10,15-16).
Ia menyembuhkan orang sakit (21:14).
Ia membersihkan Bait Allah (21:12-13).
Ia mengajar Firman Tuhan (21:23).
Menarik bahwa mereka tidak mempedulikan apakah ajaran atau tindakan Yesus
itu baik, benar, sesuai Kitab Suci atau tidak. Yang mereka persoalkan justru atas
otoritas siapa Yesus mengajar atau bertindak karena secara resmi Yesus bukan
imam atau ahli Taurat. Dari sini nampak bahwa mereka mau menjalankan
organisasi keagamaan yang ketat tanpa mempedulikan apakah sebenarnya hal
itu menghambat dinyatakannya kebenaran atau tidak.

BENANG MERAH TIGA BACAAN


Seringkali dalam kehidupan ini manusia merasa dirinyalah yang benar dan
organisasi atau kelompoknyalah yang paling baik. Tanpa disadari, cara pandang yang
seperti inilah yang sering menimbulkan kerenggangan atau bahkan perpecahan
dalam hubungan manusia dengan sesamanya bahkan juga dalam hubungannya
dengan Tuhan.

RANCANGAN KHOTBAH: Bahasa Indonesia


(Ini hanya sebuah rancangan...bisa dikembangkan sendiri sesuai konteks jemaat)

109
Pendahuluan
Jemaat kekasih Tuhan, hari ini kita merayakan sebuah hal yang nampaknya
sepele akan tetapi mengandung pesan dan kehendak Tuhan yang luar biasa besar
dan sulit untuk kita wujud nyatakan dalam kehidupan ini. Ekumene yang secara
sederhana dapat kita pahami sebagai sebuah kehidupan bersama yang menyatu. Di
dalamnya ada suasana atau sikap yang saling memahami, saling menghargai dan
saling menerima.
Mengapa hal ini menjadi sulit? Agaknya memang sudah menjadi sifat dasar
dari manusia untuk berorientasi pada diri sendiri. Hal ini tidaklah salah. Namun akan
menjadi masalah jika orientasi pada diri sendiri itu menjadi berlebih sehingga
menganggap dirinyalah segala-galanya. Inilah yang nampak dari bacaan Alkitab kita
hari ini.

Isi
Lihatlah betapa Israel sampai menilai tindakan Tuhan tidak tepat oleh
karena mereka merasa diri sebagai umat pilihan yang layak selamat meskipun dalam
hidupnya sering mendukakan hati Tuhan. Mereka tidak terima jika karena
kesalahannya kemudian menjadikan mereka tidak lagi selamat. Secara tersirat
mereka ingin Tuhan tetap memasukkan mereka dalam lingkaran keselamatan karena
mereka juga merasa punya perbuatan baik yang layak diperhitungkan.
Lihat pula para pemuka Yahudi yang mempersoalkan otoritas pengajaran dan
tindakan Yesus. Mereka seakan tidak terima jika Yesus menjalankan peran yang
selama ini merupakan kaplingan mereka. Mereka memandang bahwa merekalah
yang sah. Maka mereka mempersoalkan siapakah Yesus dan atas pengesahan dari
siapa Dia mengajar dan melakukan tindakanNya sekalipun ajaran dan tindakanNya
itu mencerminkan bahkan mewujudkan kebenaran dan keselamatan yang sejati.
Dengan berlebihnya orientasi pada diri atau kelompok, jemaat di Filipi
mengalami perpecahan. Sebuah jemaat yang luar biasa dibanggakan oleh Paulus
namun ternyata juga mengalami perpecahan oleh karena ego yang berlebih.

Penutup
Di bulan ekumene inilah kita diajak untuk melihat diri kita dan kelompok kita
secara jujur. Apakah sifat-sifat bahkan mungkin kondisi yang sama dengan bacaan
kita terjadi dalam kehidupan kita. Sebagai umat Kristen kita dipanggil Tuhan untuk
membangun persekutuan agar melalui persekutuan yang kita bangun nama Tuhan
110
dimuliakan. Apakah kehendak Tuhan itu telah terjadi? Atau kehendakNya justru
tidak akan terjadi oleh karena ego kita.
Sebagaimana Paulus memberikan kisi-kisi bagaimana membangun
persekutuan yang indah di hadapan Tuhan kepada jemaat Filipi, agaknya kisi-kisi itu
juga relevan untuk kita upayakan dalam membangun kehidupan bersama atau
kehidupan persekutuan ini. Tidak mencari kepentingan sendiri dan puji-pujian yang
sia-sia (ay 3a), rendah hati dan menganggap orang lain lebih baik dari diri kita sendiri
(ay 3b), jangan hanya memperhatikan kepentingan diri sendiri, tetapi kepenting-an
orang lain juga (ay 4) dan yang terpenting adalah meneladani Yesus Kristus (ay 5).
Selamat membangun kebersamaan, persekutuan, berekumene. Kiranya
nama Tuhan dimuliakan melalui kita para pengikutNya. [Abed]

Nyanyian: KJ 249:1-3

RANCANGAN KHOTBAH: Basa Jawi


Pambuka
Pasamuwan kekasihipun Gusti, dinten punika kita mengeti satunggaling
prekawis ingkang semunipun sepele nanging ngemu pitungkas karsanipun Gusti
ingkang agung lan ewet kita wujudaken ing pigesangan punika. Ekumene gampilipun
saged kita mangertosi minangka satunggaling pigesangan sesarengan ingkang
manunggal. Ing pigesangan ingkang makaten punika wonten swasana lan patrap
ingkang ajen-ingajenan, silih mangertosi lan anampeni satunggal lan satunggalipun.
Kenging punapa bab punika dados ewet? Ketingalipun sampun dados sipat
dhasaring manungsa sami berorientasi dhateng dhiri pribadi (nengenaken
kawontenaning dhiri pribadi). Punika boten lepat. Nanging badhe dados masalah
menawi orientasi dhateng dhiri pribadi punika dados linangkung, temah nganggep
bilih dhirinipun punika ngungkuli sadayanipun. Punika ingkang sinerat ing waosan
Kitab Suci kita dinten punika.

Isi
Mangga kapirsanana saiba Israel kumawantun nganggep bilih tumindakipun
Gusti punika boten trep karana bangsa punika rumaos minangka bangsa pinilih
dados ingkang pantes nampeni karahayon nadyan gesangipun asring nguciwani
manahipun Gusti. Bangsa Israel boten trima menawi awit kalepatanipun lajeng
boten kaparingan karahayon. Pikajengipun, Gusti kedahipun tetep nglebetaken
111
bangsa punika dhateng sengkeraning karahayon karana rumaos nggadhahi tumindak
sae ingkang patut kapetung.
Makaten ugi para pengagenging bangsa Yahudi ingkang nggugat wewenang
piwulang lan tumindakipun Gusti Yesus. Tiyang-tiyang punika boten trima yen Gusti
Yesus nindakaken ayahan lan wewenangipun tiyang-tiyang punika. Para pengageng
Yahudi punika nganggep bilih nggih namung para pangageng punika ingkang
kagungan wenang. Pramila pangageng Yahudi punika sami nggugat Gusti Yesus
punika sinten lan pikantuk wewenang saking pundi temah kumawantun paring
piwulang lan nindakaken pakaryanipun, nadyan piwulang lan pakaryanipun
nedahaken kayekten lan karahayon ingkang sejati.
Karana orientasi dhateng dhiri pribadi lan klompokipun, pasamuwan Filipi
ngalami crah lan pecah. Satunggaling pasamuwan ingkang dipun agungaken dening
Paulus punika, jebul ngalami crah lan pecah karana patrap nengenaken dhiri pribadi.

Panutup
Ing wulan ekumene punika kita kaajak niti priksa dhateng dhiri pribadi lan
klompok kita kanthi jujur. Punapa watak lan patrap tuwin kawontenan ingkang sami
kaliyan waosan kita ugi dumados ing pigesangan kita? Selaku umat Kristen kita dipun
timbali dening Gusti kinen mbangun patunggilan supados asmanipun Gusti
kaluhuraken. Punapa karsanipun Gusti punika sampun kelampahan? Utawi
karsanipun Gusti boten kelampahan awit patrap kita ingkang egois.
Kados dene Paulus paring ancer-ancer dhateng pasamuwan Filipi kados
pundi mbangun patunggilan ingkang endah, ancer-ancer punika ugi prayogi kita
agem mbangun gesang sesarengan lan patunggilan kita. Boten ngudi kepentinganing
dhiri pribadi lan pangalembana ingkang muspra (ay. 3a), andhap asor lan nganggep
tiyang sanes langkung aji tinimbang dhiri kita piyambak (ay. 3b), sampun namung
ngudi kapentinganing pribadi nanging ugi kapentinganing tiyang sanes (ay. 4), lan
ingkang langkung utami nggih punika nulad dhateng tindakipun Gusti Yesus Kristus
(ay. 5).
Sugeng mbangun patunggilan lan ekumene. Mugi asmanipun Gusti
kaluhurna lumantar kita para pendherekipun. Amin. [terj. st]

Pamuji: KPK 319:1,3.


MINGGU, 08 OKTOBER 2017
MINGGU BIASA --- STOLA PUTIH
112
Bacaan 1 : Yesaya 5:1-7
Bacaan 2 : Filipi 3:4-14
Bacaan 3 : Matius 21:33-46
Tema Liturgis : Ketaatan Membangun Persekutuan
Tema Khotbah : Saling Belajar Dalam Persekutuan

Keterangan Bacaan
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)
1. Yesaya 5:1-7
Yesaya menggambarkan bagaimana pemilik kebun anggur ini benar-benar
melakukan persiapan yang cermat supaya kebun anggur itu dapat menghasilkan
buah-buah yang baik. Ia memagar kebun anggurnya dan membangun menara
jaga serta lobang tempat memeras anggur di dalamnya, menunjukkan bahwa
dia ingin mendapatkan hasilnya untuk waktu yang lama, dia ingin memuaskan
dirinya dengan hasil usahanya terhadap kebun anggurnya itu. Namun sayang
sekali, semua karyanya itu sia-sia; anggur yang dianggap terbaik itu justru
mengecewakan Dia. Disebutkan bahwa kebun itu ternyata menghasilkan buah
anggur yang asam. Buah anggur yang asam seperti ini biasanya terdapat di
hutan belantara, tidak terurus, tidak terawat, atau dengan kata lain anggur liar.
Di ayat 7 ditegaskan bahwa kebun anggur TUHAN yang dimaksud dalam teks ini
adalah kaum Israel, dan tanaman-tanaman kegemaran-Nya adalah orang
Yehuda, sedangkan pemilik kebun anggur itu adalah TUHAN. Nyanyian
perumpamaan ini hendak menggambarkan bagaimana bangsa Israel dan
Yehuda telah dipelihara oleh TUHAN Allah, bahkan sejak zaman leluhur mereka,
sayang sekali mereka justru menghasilkan buah-buah yang mengecewakan
Allah. Ibarat pepatah air susu dibalas dengan air tuba, atau ibarat kacang
lupa akan kulitnya. Hal ini jelas terlihat misalnya di Yesaya 1:3 Lembu
mengenal pemiliknya, tetapi Israel tidak; keledai mengenal palungan yang
disediakan tuannya, tetapi umat-Ku tidak memahaminya.

Apakah anggur yang mengecewakan ini dibiarkan begitu saja dalam


keasamannya? Tidak! Dijelaskan kemudian apa yang akan dilakukan oleh sang
pemilik bagi kebun anggurnya yang mengecewakan itu. Dia akan berhenti
melindunginya dan membiarkannya serta menyerahkannya kepada musuh-
113
musuhnya. Dia tidak akan menempatkan lagi pekerja di dalamnya dan bahkan
dia akan berhenti menyediakan kebutuhan kebun itu sehingga tidak bisa lagi
berkembang. Dia malah akan mendorongnya jatuh ke dalam kehancuran. Hal ini
sejajar dengan pengamatan nabi Yehezkiel, yaitu bahwa jika pohon anggur tidak
menghasilkan buah, maka lebih baik ia dibuang karena tidak ada artinya lagi
(Yeh 15: 2-5; bnd. Yohanes 15:6). Itulah yang terjadi dengan bangsa Israel dan
Yehuda beberapa tahun kemudian, mereka dibiarkan oleh Allah jatuh ke tangan
musuh-musuhnya, hidup dalam ketidaktenteraman, kehancuran dan
perpecahan di mana-mana (3:25), sampai kejatuhan Samaria pada hingga
mereka dibuang ke Babel.
Walaupun mungkin terdengar mengejutkan bagi para pendengarnya (yaitu
bangsa Israel), namun ayat ini dengan secara terang benderang menyebutkan
apa dan siapa yang dimaksud oleh Yesaya dalam nyanyian perumpamaannya
tersebut. Kekasihnya dan pemilik kebun anggur itu adalah TUHAN semesta
alam; kebun anggur itu Israel, dan Yehuda adalah tanaman-tanaman
kegemarannya.
Buah yang baik yang dicari Tuhan adalah keadilan (meluruskan yang salah; Ibr:
mishpat) dan kebenaran (relasi yang benar; Ibr: tsedaqah), tetapi buah yang
dihasilkan justru buah yang tidak baik, yaitu kelaliman atau penindasan
(mengakibatkan kesalahan, Ibr: mispakh) dan keonaran atau kekerasan
(hubungan yang salah, Ibr: Tseaqah, lih. Yes. 60:21; 61:3). Yesaya dengan
sengaja mengkontraskan ini dengan kuat, supaya umat TUHAN langsung
membandingkannya.

2. Filipi 3:4-14
Paulus memberikan sebuah kesaksian tentang siapa dirinya sebelum dan
sesudah mengenal Kristus. Banyak hal yang bisa dia banggakan jika menilik latar
belakang dirinya dan itu semua didaftarnya pada ayat 4b-6. Namun setelah
perkenalan atau perjumpaannya dengan Kristus, semua yang dapat
dibanggakannya dianggapnya sebagai hal yang lalu, hal yang tidak ada artinya.
Dan cukup menarik jika kita simak, Paulus tidak merasa diri cukup bahkan puas
atas capaiannya dalam hal pengenalan akan Kristus. Dia merasa perlu untuk
terus berjuang mengupayakan pengenalan yang mendalam akan Kristus yang
diimaninya.

114
3. Matius 21:33-46
Bacaan ini merupakan bagian dari pengajaran Yesus dimana diantara
pendengarnya ada imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi. Melalui
perumpamaan yang disampaikanNya, Yesus mengajak para pendengarnya untuk
berefleksi bahwa:
a) Seringkali mereka menjadi orang-orang yang tak tahu terima kasih, sama
seperti para penggarap kebun anggur itu.
b) Seringkali mereka menjadi orang-orang yang tidak mau memberikan apa
yang menjadi hak dari Allah, sama seperti para penggarap kebun anggur itu
tak mau memberikan apa yang menjadi hak dari pemilik kebun anggur.
Hal yang lebih ironis juga digambarkan oleh Yesus:
a) Para penggarap kebun itu menyiksa dan membunuh hamba-hamba dari
pemilik kebun; ini menggambarkan orang-orang Yahudi yang membunuh
nabi-nabi atau hamba-hamba Tuhan (ay 35-36 bdk. Kis 7:51-52).
b) Para penggarap membunuh anak pemilik kebun; ini menggambarkan orang-
orang Yahudi akan membunuh Yesus (ay 37-38). Ay 40-41 sekaligus
memberikan peringatan kepada mereka yang akan membunuh Yesus.
Hal yang cukup menarik dari bagian ini adalah sebuah kenyataan bahwa
kesabaran dari pemilik kebun anggur itu menggambarkan kesabaran Tuhan!
Tetapi bagaimanapun perlu diingat bahwa kesabaran itu ada batasnya (ay 40-41
bdk. Ro 2:4-5).

BENANG MERAH TIGA BACAAN


Tuhan senantiasa mengusahakan yang terbaik bagi umatNya. Akan tetapi
seringkali umat Tuhan jauh dari apa yang dikehendakiNya. Sikap merasa diri baik,
sempurna, terpilih adalah sikap yang menghambat terwujudnya kehendak Tuhan
dalam hidup umatNya. Sebaliknya sikap yang rendah hati, tidak cepat berpuas diri
atas pengenalan kepada Tuhan serta kemauan untuk terus belajar dari sesama akan
membuka jalan terwujudnya kehendak Tuhan dalam hidup umatNya.

RANCANGAN KHOTBAH: Bahasa Indonesia


(Ini hanya sebuah rancangan...bisa dikembangkan sendiri sesuai konteks jemaat)
Pendahuluan
Teringat sebuah ilustrasi tentang orang kaya baru karena mendapat hadiah
sebuah kuis. Hal itu mengubah dirinya yang dahulu lugu menjadi belagu (sok).
115
Sikapnya yang belagu menjadikan dia dipermalukan saat dia berada di sebuah
restoran besar karena salah memesan makanan dari daftar menu yang semuanya
mencantumkan istilah asing. Dia salah memesan makanan karena enggan bertanya,
enggan dianggap ndeso. Akibatnya yang dia pesan dari buku menu itu hanyalah acar
dan sambal.

Isi
Dalam kehidupan ini seringkali kita menganggap diri baik dan benar.
Anggapan seperti itu seringkali membuat kita menjadi orang yang akhirnya hanya
bermain-main dengan cara pandang dan cara pikir kita sendiri. Perumpamaan
yang disampaikan Yesus sangat jelas memberikan gambaran bahwa penggarap-
penggarap kebun anggur itu hanya memikirkan diri sendiri dan berpikir tentang
bagaimana mencari untung besar dengan cara mereka sendiri.
Akibat dari cara pandang dan cara pikir yang hanya pada diri sendiri itu
membuat segala perilaku atau perbuatan orang menjadi jauh dari kehendak Tuhan.
Kehidupan orang percaya yang sedianya diharapkan membuahkan hal-hal baik justru
sebaliknya membuahkan hal-hal yang tidak baik. Ironisnya, ketika Tuhan
mengingatkan melalui berbagai peristiwa kehidupan sikap yang timbul justru keras
hati sebagaimana sikap imam-imam kepala dan orang-orang Farisi yang mendengar
pengajaran Yesus (Mat 21:45-46).
Lantas seperti apakah sikap yang seharusnya kita kembangkan? Bacaan kita
yang kedua memberikan contoh sikap yang baik bagi kita. Paulus sebenarnya sangat
bisa berbangga dengan kehidupannya yang dulu. Tetapi sejak pengenalannya akan
Kristus, apa yang dulu bisa dibanggakan dianggapnya bukan apa-apa lagi. Bahkan
kini, setelah mengenal Kristus, Paulus menjadi orang yang tidak mudah berbangga
dan berpuas diri. Dia menjadi orang yang merasa perlu untuk terus belajar dan
mendalami apa yang telah diketahuinya, terutama tentang Kristus.

Penutup
Bagi kita yang sedang dalam bulan ekumene, firman Tuhan kali ini
mengingatkan kepada kita semua untuk taat membangun persekutuan. Melalui
persekutuan yang kita bangun, kita bisa belajar dari sesama kita. Belajar dalam hal
pengenalan akan Tuhan dan belajar dalam hal mewujudkan kehendakNya. Marilah
kita mengembangkan sikap kebersamaan dan saling belajar. Sehingga kerinduan
Tuhan bahwa umatNya dapat menghasilkan buah-buah yang baik dalam kehidupan
116
yang memprihatinkan ini akan terwujud dalam kehidupan beriman, bergereja dan
berekumene kita. [Abed]

Nyanyian: KJ 400:1-4

RANCANGAN KHOTBAH: Basa Jawi


Pambuka
Enget satunggaling cariyos bab tiyang sugih dadakan karana pikantuk hadiah
kuis. Punika ngewahi lagak lagunipun tiyang punika. Swaunipun namung lugu,
samangke dados belagu (ketingal sombong). Patrapipun ingkang belagu njalari
piyambakipun kisinan nalika saweg wonten ing satunggaling resoran ageng karana
klintu mesen dhaharan ingkang wonten ing buku daftar menu ingkang sedayanipun
mawi basa Inggris. Piyambakipun boten purun pitaken -supados boten ketingal
ndesa- nanging tundhonipun klintu ingkang dipun pesen. Temahan ingkang dipun
pesen saking daftar menu namung acar kaliyan sambel.

Isi
Ing pigesangan punika kita asring nganggep dhiri kita punika sae lan leres.
Panganggep kados makaten punika asring njalari kita dados tiyang ingkang namung
dolanan srana pamawas lan penggalih kita piyambak. Pasemon ingkang dipun
wulangaken dening Gusti Yesus cetha maringi gegambaran bilih para penggarap
kebon anggur punika namung mikiraken dhiri pribadinipun lan mikir kados pundi
caranipun pados kauntungan ageng srana caranipun piyambak.
Pamawas lan penggalih ingkang namung tumuju dhateng dhiri pribadi punika
njalari patrap lan tumindak ingkang tebih saking karsanipun Gusti. Pigesanganipun
tiyang pitados ingkang dipun kersakaken ngedalaken woh ingkang sae, malah
kosokwangsulipun nuwuhaken woh ingkang boten sae. Elokipun, sareng Gusti
ngengetaken lumantar warni-warnining lelampahan, sikepipun malah mangkotaken
manah kados dene para imam lan tiyang-tiyang Farisi ingkang mirengaken
piwulangipun Gusti Yesus (Mat. 21: 45-46).
Lajeng sikep utawi sipat kados pundi ingkang kedahipun dipun tuwuhaken?
Waosan 2 paring conto sikep ingkang sae kangge kita. Paulus sejatosipun saged
rumaos bangga kaliyan gesangipun rumiyin. Nanging sareng tepang kaliyan Sang
Kristus, punapa ingkang rumiyin dipun andelaken samangke boten wonten ajinipun
malih. Malah samangke dados tiyang ingkang boten gampil berbangga dan berpuas
117
diri. Piyambakipun dados tiyang ingkang rumaos prelu terus sinau lan nggegilut
punapa ingkang sampun dipun sumurupi, mliginipun bab Sang Kristus.

Panutup
Tumrap kita ingkang saweg wonten ing wulan ekumene punika, sabdanipun
Gusti dinten punika ngengetaken kita sedaya supados kanthi pambangun turut
mbangun patunggilan. Lumantar patunggilan ingkang kita bangun, kita saged sinau
saking sesami kita. Sinau saya tepang kaliyan Gusti lan sinau mujudaken karsanipun
Gusti. Sumangga kita nuwuhaken sikep lan patrap patunggilan lan sami sinau
satunggal lan satunggalipun. Kanthi makaten, idham-idhamanipun Gusti bilih
umatipun saged ngedalaken woh ingkang sae wonten pigesangan ingkang
mrihatosaken punika badhe kasembadan ing pigesangan anggen kita pitados,
masamuwan lan ekumene. Amin. [terj. st]

Pamuji: KPK 318: 1,3.

MINGGU, 15 OKTOBER 2017


BULAN EKUMENE STOLA PUTIH

118
Bacaan 1 : Keluaran 32:1-14
Bacaan 2 : Filipi 4:1-9
Bacaan 3 : Matius 22:1-14
Ayat Introitus : I Korintus 12:27
Tema Liturgis : Ketaatan Membangun Persekutuan
Tema Khotbah : Bersikap Kritis Dalam Memberdayakan Persekutuan

Keterangan Bacaan
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)
1. Keluaran 32:1-14
Isi perikop ini sangat terkenal. Umumnya orang mengenal kisah ini sebagai kisah
kejatuhan Israel yang paling tragis selama mereka melakukan perjalanan di
padang gurun dari Mesir menuju tanah perjanjian. Terang-terangan bangsa ini
melanggar hukum pertama dan kedua dari Sepuluh Hukum Tuhan (Keluaran
20:3-6). Harun yang dimandati tanggung-jawab oleh Musa untuk mendampingi
bangsa ini (Kel. 24:14) selama ia menghadap Tuhan di puncak Sinai, ternyata
tidak mampu mengemban tugas itu dengan baik, bahkan digambarkan menjadi
bagian dari kelompok (konspirasi) jahat yang berniat menggeser kepemimpinan
oleh Tuhan melalui Musa, dengan kepemimpinan berhala. Begitu tragisnya
kejatuhan bangsa ini sampai-sampai digambarkan Tuhan begitu murka dan
berkehendak melenyapkan mereka dari muka bumi (Kel. 32:10).

2. Filipi 4:1-9
Filipi merupakan salah satu kota Romawi yang terletak di Makedonia Yunani
bagian Utara. Di sinilah Paulus mengawali pelayanannya di daratan Eropa. Wajar
kalau di kota ini juga bertumbuh komunitas Kristen mula-mula karena kota ini
dilewati Via Egnatia yaitu jalur lalu lintas militer dan perdagangan Kekaisaran
Romawi. Artinya kota ini mudah disinggahi oleh banyak orang dengan berbagai
kepentingan dan tentu saja tak ketinggalan orang-orang Kristen yang mulai
banyak jumlahnya pada waktu itu. Kepada jemaat Kristen di kota inilah surat
Paulus dikirimkan kali ini.
Nah, kalau mau lebih mengerucut lagi pada perikop kita maka segera bisa
diketahui bahwa ini adalah bagian terakhir atau penutup dari surat Paulus
tersebut. Bagian penutup ini dipadati dengan nasehat-nasehat untuk sungguh-
119
sungguh memelihara persekutuan supaya persekutuan jemaat Kristen di Filipi
tetap menjadi saksi karya kasih Allah yang mendatangkan damai sejahtera. Oleh
karena Filipi merupakan kota persinggahan, maka berbagai orang dengan
bermacam latar-belakang juga berkumpul di situ. Artinya, berragam pengaruh
saling bercampur aduk di situ. Pada situasi sosial seperti inilah jemaat Tuhan
dengan setia digembalakan Paulus supaya tetap bertahan.

3. Matius 22:1-14
Matius merupakan Injil yang paling bersifat ke-Yahudi-an di antara Injil-injil
lainnya. Kita bisa melihatnya dari terbatasnya si penulis menyebut nama Allah
secara langsung. Misalnya untuk istilah Kerajaan Allah, Injil Matius mengatakan
Kerajaan Sorga. Bagi orang Yahudi tulen, menyebut nama Allah secara langsung
itu suatu tabu. Sebab menurut mereka menyebut langsung nama Allah itu sama
dengan tidak menghormati Allah, maka mereka menggunakan sebutan
perantara, yaitu adonai (tuanku) agar tidak mengucapkan kata Allah secara
langsung (Bandingkan Injil Matius dengan Lukas 14:15-24).
Begitu juga dengan hal perkawinan. Bagi orang Yahudi, perkawinan bukan
sekedar bersatunya individu laki-laki dengan individu perempuan, melainkan
suatu simbol bersatunya keluarga-keluarga atau klan-klan. Perkawinan juga
berarti penyatuan kekuatan untuk melindungi pendukung utama kehidupan
yang ada pada mereka, seperti air dan bahan makanan. Oleh karena itu sukacita
atas bersatunya keluarga-keluarga itu harus dirayakan semeriah-meriahnya
dengan melibatkan tamu-tamu yang diundang secara khusus pula. Tidak
memenuhi undangan perkawinan itu dianggap meremehkan atau merendahkan
keluarga-keluarga yang sedang punya hajat.

BENANG MERAH TIGA BACAAN


Baik Keluaran 32:1-14, Filipi 4:1-9 dan Matius 22:1-14 membahas tentang
dinamika dari suatu komunitas atau sekelompok manusia yang hidup bersama. Yang
namanya komunitas itu bisa ditata supaya bergerak bersama ke arah tertentu. Kalau
penataannya baik, maka seluruh komunitas akan memiliki kemungkinan mengarah
kepada hal-hal yang baik. Sebaliknya kalau penataannya buruk, maka kemungkinan
komunitas itu mengarah kepada petaka bersama akan menjadi besar. Supaya suatu
komunitas mengarah kepada hal yang baik, maka dibutuhkan perjuangan keras dari

120
komponen-komponennya untuk memberi isi dan arah yang benar bagi seluruh
anggota komunitas.

RANCANGAN KHOTBAH: Bahasa Indonesia


(Ini hanya sebuah rancangan...bisa dikembangkan sendiri sesuai konteks jemaat)
Pendahuluan
Ervin Laszio dan Ken Wilber (pemikir Amerika) dalam tulisan mereka berjudul
Integral Theories of Everything (Teori Terintegrasi tentang Segala Sesuatu) di tahun
2008 menyatakan bahwa kita ini adalah bagian dari realitas holonik, yang artinya
setiap kenyataan itu merupakan bagian dari kenyataan yang lebih besar. Sebaliknya
juga demikian, setiap kenyataan itu tersusun dan terbentuk dari kenyataan-
kenyataan yang lebih kecil. Contoh: Saya adalah bagian keluarga saya. Keluarga saya
adalah bagian dari jemaat tertentu. Jemaat saya merupakan bagian dari Majelis
Daerah tertentu. Majelis Daerah saya adalah bagian dari GKJW. GKJW adalah bagian
dari Persekutuan Gereja-gereja se Indonesia (PGI). PGI adalah bagian dari Dewan
Gereja Asia dst.
Sebaliknya, saya ini tersusun dari organ-organ tubuh. Organ tubuh saya
tersusun atas jaringan-jaringan. Jaringan tubuh saya tersusun atas sel-sel. Sel tubuh
saya tersusun atas molekul-molekul. Molekul saya tersusun atas atom-atom. Atom di
tubuh saya tersusun atas proton, neutron, elektron, positron dst.
Kita bisa dipengaruhi baik oleh kenyataan yang lebih tinggi dari kita maupun
oleh kenyataan-kenyataan yang lebih sederhana yang menyusun kita. Di sisi lain, kita
juga bisa mempengaruhi kenyataan yang lebih besar maupun yang lebih rendah dari
kita. Kemungkinan terjadinya interaksi timbal balik antara kita dengan kenyataan
yang kita bentuk atau kenyataan yang membentuk kita itulah yang disebut dengan
peluang. Peluang itu dapat diisi dengan sesuatu yang buruk atau sesuatu yang baik,
misalnya menebar damai sejahtera Tuhan.

Isi
Sejak dipasarkannya berbagai jenis smartphone (telepon pintar) beserta
semua fitur aplikasinya, hubungan antar manusia menjadi semakin mudah dan
praktis. Jarak tidak lagi menjadi kendala. Orang bisa dengan mudah mengirim dan
menerima pesan baik berupa suara, teks maupun gambar, atau juga kombinasi di
antaranya. Namun yang patut disayangkan adalah bahwa semakin banyaknya
kemudahan itu tidak serta merta juga membawa perbaikan kualitas hubungan
121
antara manusia yang satu dengan yang lain.
Sebab dengan semakin canggihnya teknologi alat-alat telekomunikasi jaman
sekarang ini, maka pengaruh-pengaruh buruk juga ikut menjadi semakin mudah
tersebar ke seantero bumi. Artinya, kita juga semakin sulit membedakan antara
pesan yang betul-betul berdasar fakta nyata dengan HOAX (berita bohong).
Keduanya sama-sama membawa informasi yang bisa mempengaruhi bahkan
mengubahkan kehidupan sosial kemasyarakatan di sekeliling kita. Informasi benar
maupun informasi bohong itu bergelombang-gelombang menerpa kita setiap hari,
tanpa mendiskriminasikan usia, gender, strata sosial, jenis pekerjaan, strata
pendidikan, ras, suku, agama, dst. Asal punya smartphone yang bisa dipakai
mengakses internet, maka saat itu pula segala kemungkinan pengaruh yang dibawa
oleh berbagai informasi itu langsung bisa mendatangi kita.
Sekarang ini orang tidak perlu lagi harus punya pangkat tinggi atau kekayaan
besar untuk mempengaruhi banyak orang. Asal ia mempunyai ketrampilan
mengolah informasi dan menyampaikannya dengan bahasa komunikasi yang
meyakinkan, maka dengan bantuan segala alat canggih itu ia akan bisa menebar
pengaruh secara massal ke berbagai pihak. Dan dampaknya bisa menjadi sangat luar
biasa bagi banyak orang.
Taruhlah misal tokoh bernama Buni Yani. Orang yang semula tidak terkenal
ini tiba-tiba namanya meroket terkenal, gara-gara mengunggah potongan video
pidato Ahok ke internet yang segera direspon secara berapi-api oleh sejumlah massa
yang kemudian mengadakan beberapa gelombang demonstrasi di pusat ibukota
negara Republik Indonesia. Bayangkanlah bahwa editan potongan video Ahok yang
cuma berdurasi beberapa menit saja itu ternyata bisa mempengaruhi sekian banyak
orang. Di sinilah kekuatan teknologi telekomunikasi informasi sekarang ini. Apakah
ini lantas membuat kita ngeri dan berhenti menggunakan alat-alat telekomunikasi
canggih? Tentu saja tidak. Sebab kecanggihan alat-alat komunikasi tersebut bukan
hanya membawa ancaman, melainkan juga harapan. Bukankah kalau hal buruk saja
bisa menyebar dan mempengaruhi orang sedemikian rupa besarnya, maka itu
berarti bahwa hal baik pun punya peluang yang sama untuk menyebar dan
mempengaruhi orang banyak?
Pada titik inilah para pewujud damai sejahtera Tuhan itu harus
memanfaatkan peluang dengan sebaik-baiknya, supaya benar-benar bisa membawa
pengaruh yang memberdayakan umat manusia di muka bumi ini. Motivasi dasarnya
tidak boleh bergeser atau malah ditunggangi kepentingan-kepentingan dangkal yang
122
berpotensi memecah-belah umat manusia. Segala motivasi diskriminatif harus
segera ditanggalkan supaya tidak mencemarkan ketulusan dan keikhlasan yang akan
kita bangun bersama-sama dengan Tuhan, dalam bentuk tindakan-tindakan
kemanusiaan yang menjangkau semua lapisan masyarakat.
Masyarakat di sekeliling kita mungkin sedang mengalami kebingungan arah
hidup seperti umat Israel yang resah gelisah menunggu Musa yang tak kunjung
turun dari puncak Sinai. Namun informasi positif yang membawa sukacita harus kita
tebarkan seperti Sang Raja yang menyebarkan undangan pesta perkawinan kepada
semua penduduknya tanpa membeda-bedakan. Di mana dalam undangan tersebut
segala hal baik yang bermanfaat bagi kehidupan bersama itu didengungkan secara
terus-menerus, laksana Paulus yang membesarkan hati dan menghiburkan batin
seluruh warga jemaat Kristen di kota Filipi.

Penutup
Tentu tidak mudah mencari dan menerapkan aksi-aksi kemanusiaan yang
bisa memberdayakan seluruh warga jemaat kita. Akan tetapi usaha kearah
pewujudan damai sejahtera Tuhan bagi seluruh bumi itu tidak boleh kendor kita
lakukan. Ada begitu banyak peluang yang bisa kita manfaatkan untuk
memperjuangkan perdamaian yang tulus dengan berbagai pihak, menegakkan
keadilan dalam mencapai kesejahteraan bersama dan menyekutukan seluruh
komponen ciptaan Tuhan ini dalam ikatan kasih satu dengan yang lain.
Kita bisa memulai dari tindakan-tindakan yang sederhana tapi bisa dilakukan
oleh anak-anak kita, misalnya mulai melatihkan perasaan cinta belajar sejarah
bangsa kita, mulai dengan mempelajari sejarah gereja lokal masing-masing. Lalu
melombakannya dalam kelas-kelas Ibadah Anak/ Remaja di gereja. Level latihannya
bisa ditingkatkan misalnya dengan cara yang menarik mengajak anak-anak
menelusuri jejak sejarah desanya atau kecamatannya. Atau untuk para pemuda
gerejanya bisa mulai dilibatkan dalam persiapan ibadah umum di hari Minggu.
Kemudian ditingkatkan dengan mengajak mereka ke Puskesmas terdekat untuk
belajar tentang penyebaran virus HIV/AIDS beserta usaha-usaha pencegahannya.
Dan masih banyak lagi usaha baik yang bisa dilakukan jemaat. [cbpa]

NYANYIAN : KJ No. 252; 257; 260.


RANCANGAN KHOTBAH: Basa Jawi
Pambuka
123
Ervin Laszio lan Ken Wilber (pemikir Amerika) ing salebeting seratanipun
ingkang anggadhahi irah-irahan Integral Theories of Everything (Gegayutaning Teori
bab Samudayaning Prekawis) ing tahun 2008 anggadhahi pemanggih bilih kita
punika namung sawijining kasunyatan ingkang asipat holonik, punika ngemu suraos
bilih saben kasunyatan punika, punapa kemawon wujudipun, namung salah
setunggal perangan saking kasunyatan ingkang langkung adi. Kosokwangsulipun ugi
mekaten, saben kasunyatan punika kabangun dening kasunyatan sanes ingkang
langkung alit. Conto: Kula punika namung salah satunggal peranganing brayat kula.
Brayat kula ugi namung peranganing pasamuwan. Pasamuwan kula punika
peranganing Majelis Daerah (MD). MD kula punika peranganing Majelis Agung
GKJW. GKJW punika peranganing Patunggilaning Greja-greja ing Indonesia (PGI). PGI
punika peranganing Dewan Greja Asia, lsp. Kosokwangsulipun ugi mekaten, badan
kula punika kaperang dados gegelitan-gegelitaning wadhag. Saben gegelitaning
wadhag kula punika kaperang dados jaringan-jaringan. Saben jaringaning wadhag
kula punika kaperang dados sel-sel wadhag. Saben sel wadhag kaperang dados
molekul-molekul. Saben molekul kaperang dados atom-atom. Saben atom kaperang
dados proton, netron, elektron, positron lsp.
Kita punika saged angsal pangawruh, sae punika saking kasunyatan ingkang
langkung agung utawi ingkang langkung prasaja. Kosokwangsulipun, kita ugi saged
paring pangawruh sae punika dhateng kasunyatan ingkang langkung agung tumrap
kita, mekaten ugi dhateng ingkang langkung andhap. Wontenipun sesambetan
ingkang kados punika kalawau ingkang murugaken kesempatan. Kesempatan punika
kalawau saged kita isi mawi prekawis awon utawi tumindak ingkang kebak kasaenan
kados dene nebar winihing katentreman ingkang pinangkanipun saking Gusti.

Isi
Wiwit smartphone (telepon pinter) kapasaraken jangkep kaliyan sedaya
kelengkapanipun punika, sesambetaning priyantun setunggal lan setunggalipun
sansaya gampil lan praktis. Sianosa tebih sampun dados prekawis ingkang ngewet-
eweti malih. Sok sintena kemawon saged ngintun lan nampi pesen arupi gambar,
seratan, swanten utawi campuran saking tigang prekawis punika. Ananging
emanipun sansaya gampilipun sesambetan punika boten laras kaliyan mindhaking
mutu tumraping gesang memitran antawising setunggal lan satunggalipun.
Awit sansaya majenging teknologi piranti telekomunikasi ing jaman
samangke punika ateges pangawruh-pangawruh ala ugi saya gampil nyebar dhateng
124
pundia kemawon. Kita piyambak saya nemahi pakewet mbentenaken pundi
pawartos kayekten lan pundi ingkang nasaraken (HOAX). Kalih-kalihipun sami-sami
awujud infomasi ingkang saged nggadhahi pangawruh tumrap ewah-ewahaning
kawontenan sosial kemasyarakan ing sakiwa tengen kita. Sadaya informasi, sae
ingkang ngemu kayekten lan ugi ingkang nasaraken sami ngerobi kita ing saben
dinten, malah sampun boten dipun watesi prekawis umur, gender, strata sosial,
pendidikan, jinising pendamelan, ras, suku, agama lsp. Angger gadhah smartphone
lan saged lumebet ing internet, mesthi saged nampi imbasing pangawruh informasi.
Samangke tiyang sampun boten malih mbetahaken pangkat inggil utawi
rajabrana kathah kangge asok pangawruh dhateng tiyang kathah. Sintena kemawon,
angger prigel ngolah informasi lan saged nata mawi basa komunikasi ingkang
ngedab-edabi, menapa malih angsal pambiyantuning piranti-piranti ingkang canggih,
piyambakipun mesthi saged asok pangawruh ageng tumrap tiyang kathah. Lan saged
nguwohaken prekawis ingkang nggumunaken tumraping ngasanes.
Contonipun kados Buni Yani punika. Piyambakipun punika wiwitan boten
wonten ingkang sumerep, nggih namung tiyang biasa kemawon, ananging
dumadakan namipun punika kondhang, krana piyambakipun ngunggah video editan
saking pidatonipun Pak Ahok dhateng internet. Tamtu kemawon punika langsung
murugaken demonstrasi ing pundi-pundi panggenan, punapa malih ing Jakarta. Cobi
kita galih saestu, tugelan video ingkang dangunipun namung sawatawis menit
punika pranyata saged asok pangawruh dhateng tiyang kathah. Ing ngriki katingal
kakiyataning teknologi telekomunikasi informasi samangke punika. Punika sedaya
badhe andadosaken kita ajrih, jirih lajeng ngandhegaken kita ngginakaken piranti
ingkang canggih punika? Tamtu sampun ngantos mekaten. Awit canggihipun
pirantos-pirantos telekomunikasi punika boten namung mbekta prekawis ingkang
njalari raos kuwatir, ananging ugi mbekta pangajeng-ajeng. Menawi prekawis awon
saged kasebar lumantar piranti punika, mila punika ugi ateges prekawis ingkang
njalari karahayon saged kasebar ngginakaken piranti punika, kangge mangsulaken
kawontenan dhateng katentremaning gesang tiyang kathah.
Pramila, para pandherekipun Gusti kedah nggadhahi kasagedan ngginakaken
kesempatan ingkang sampun sumadya, sukur bage menawi ugi saged ngginakaken
kanthi wicaksana piranti-piranti punika, supados kita kanthi tumemen ndherek
mangsulaken karahayoning Gusti Allah ing salumahing bumi. Ingkang dados dhasar
tumrap kita nindakaken sedaya prekawis kalawau sampun ngantos ewah, punapa
malih menawi kita taksih remen ndhelikaken kepentingan-kepentingan saperangan
125
tiyang ingkang namung murugaken dredah, kasisahan lan kasangsaran tumraping
liyan. Kamangka ingkang saweg kita upadi punika namung sih katresnanipun Gusti
Yesus, kasetyan lan kaikhlasan kados ingkang sampun katuladhakaken dening
Panjenenganipun, ingkang kawujudaken ing tumindak nyata dhateng sesami.
Warganing masyarakat ing sakiwa tengen kita samangke saged ugi ngalami
pangraos bingung kados ingkang dipun alami dening bangsa Israel nalika nengga
Nabi Musa ingkang saweg sowan mareg dhumateng Gusti Allah ing inggiling ardi
Sinai. Kadosa pundi kawontenan ing satengah masyarakat punika, kita kedah tetep
martosaken pawartos rahayu, tanpa mbenten-mbentenaken, kados dene Sang Ratu
ingkang ngutus para abdi nimbali para undangan. Ing pundi ing salebeting uleman
punika prekawis-prekawis ingkang murugaken kasaenan lan karahayon tanpa
kendhat kedah dipun suwantenaken, kados dene Paulus ingkang boten nate kendhat
anggenipun paring panglipur dhateng pasamuwan Filipi.

Panutup
Tamtu boten gampil ngupadi tumindak ingkang nyagedaken sadaya warga
pasamuwan mujudaken tentrem rahayu ing salumahing bumi. Menawi saestu
anggen kita ngupadi, tamtu Gusti Yesus ingkang badhe paring pitedah supados kita
saged kanthi greget mujudaken karahayon punika. Wonten kathah kesempatan
kangge kita mbudidaya mujudaken karukunan, ngudi jejeging kaadilan tumuju
dhateng karahayon sarta nunggilaken sedaya peranganing titahipun Gusti srana
suhing sih katresnan satunggal lan satunggalipun.
Kita saged miwiti saking tumindak ingkang prasaja lan saged katindakaken
dening anak-anak kta. Upaminipun, nggladhi raos remen sinau sejarah bangsa kita,
srana wiwit nyinau sejarah greja/ pasamuwanipun piyambak. Lajeng dipun
wontenaken lomba punika kangge Anak/Remaja ing pasamuwan. Trap latihanipun
saged dipun tingkataken kanthi cara ingkang menarik anak-anak kaajak ndlajahi
sejarah desanipun utawi kecamatanipun. Utawi kangge para pemuda, saged
kadherekaken ing pacawisan ibadah umum ing dinten Minggu. Lajeng katingkataken
ngajak pemuda dhateng Puskesmas sinau bab sumebaring virus HIV/AIDS sarta
pambudidaya pencegahanipun. Utawi kegiatan-kegiatan sanesipun. [cbpa]

PAMUJI : KPK 310; 314; 319.


MINGGU, 22 OKTOBER 2017
BULAN EKUMENE STOLA PUTIH
126
Bacaan1 : Keluaran 33:12-23
Bacaan2 : 1 Tesalonika 1:1-10
Bacaan3 : Matius 22:15-22

Tema Liturgis : Ketaatan Membangun Persekutuan


Tema Khotbah : Mangun sesambetan raket.

Keterangan Bacaan
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)
1. Keluaran 33: 12-23
Bagian ini berkaitan dengan posisi Musa sebagai pemimpin bangsa Israel.
Karena merasa menjadi sahabat Tuhan, Musa dapat menyampaikan
pendapatnya kepada Tuhan atas nama bangsa Israel. Karena kedudukannya
sebagai pemimpin Israel, Tuhan pasti akan memberikan solusi yang baik bagi
bangsa itu. Ayat 14 menunjukkan bahwa permohonan Musa berhasil. Tetapi
karena belum merasa puas, Musa terus mendesak. Kalau Tuhan memang dekat
dengan mereka, maka seluruh bangsa itu harus merasakan kedekatan itu. Apa
yang diminta Musa dikabulkan oleh Tuhan. Makna dari seluruh perdebatan itu
adalah bahwa kesejahteraan bangsa yang terikat perjanjian itu didasarkan pada
kasih dan perjanjian antara Allah perjanjian dengan perantara perjanjian, yaitu
Musa.
Dengan berani Musa mengusahakan kepastian yang lebih jauh lagi bagi bangsa
Israel, karena penyebutan nama ilahi adalah jaminan dari kehadiran dan belas
kasih. Nama ilahi itu berkaitan dengan perjanjian. Ada bahaya yang muncul jika
berhadapan langsung dengan Allah. Karena itu Musa ditempatkan di lekukan
gunung dan dilindungi oleh tangan Allah. Kesempatan memandang belakang
Allah merupakan bukti keterbatasan dan sekaligus bukti keakraban Musa
dengan Allah. Dalam keakraban itu kesejahteraan seluruh bangsa itu terikat.

2. 1 Tesalonika 1:1-10
Surat 1 Tesalonika ini ditulis oleh Paulus atas nama dirinya, Silwanus dan
Timotius. Surat ini ditulis setelah Paulus mendapat kabar dari Timotius tentang
orang-orang Kristen di Tesalonika. Surat ini dikirim ketika Paulus dari Korintus.
127
Paulus mengungkapkan rasa syukur dan bangganya atas iman orang-orang
Kristen di Tesalonika yang begitu hidup. Dia bersyukur dan mmebanggakannya
mengingat banyaknya serangan dari orang-orang Yahudi, tetapi mereka tetap
teguh berpegang teguh dan berakar di dalam Injil yang diberitakan dan
diajarkan oleh Paulus.
Paulus meyakini bahwa mereka mendapat kekuatan dari pekerjaan Roh Kudus,
bukan sekedar usaha mereka sendiri. Sehingga, mereka mampu menjadi
penurut-penurut Paulus dan penurut-penurut Tuhan. Mereka melakukan
ajaran-ajaran Paulus dan menaati perintah-perintah Tuhan. Mereka
meninggalkan kekafiran untuk melayani Tuhan dan fokus pada penantian akan
kedatangan Kristus dari sorga. Sehingga, mereka menjadi model kekristenan
bagi orang-orang Kristen di wilayah Makedonia dan Akhaya.

3. Matius 22:15-22
Di bagian ini dipaparkan perdebatan mengenai masalah membayar pajak
kepada Kaisar. Perdebatan dimulai oleh dua kelompok orang Yahudi yang selalu
memusuhi Yesus, yaitu orang-orang Farisi dan Herodian. Farisi adalah kelompok
orang yang menjaga ketat kemurnian agama Yahudi yang menolak membayar
pajak kepada pemerintah asing (Kaisar). Sedangkan Herodian -yang diajak
orang-orang Farisi menjebak Yesus- rupanya adalah kelompok orang yang
mengurus sistem pajak di Palestina). Dua kelompok in bergabung untuk
menjebak Yesus dengan pertanyaan mereka. Jika Yesus setuju bahwa pajak
harus dibayarkan kepada Kaisar, Dia akan kehilangan penghormatan dari kaum
nasionalis religius. Tetapi jika Dia menolak pembayaran pajak kepada Kaisar, Dia
bisa ditangkap oleh pemerintahan Kaisar.
Yesus mengetahui kemunafikan mereka di balik jebakan dan pertanyaan
mereka. Karena itu, Yesus menghindari jebakan mereka dengan meminta
menunjukkan mata uang untuk pembayaran pajak itu; uang itu bergambar dan
bertuliskan Kaisar. Karena mereka menggunakan uang itu, maka mereka harus
membayar pajak kepada Kaisar. Tetapi Yesus juga membuka kemunafikan
mereka dengan menegor mereka bahwa mereka harus membayar pajak
kepada Allah.
BENANG MERAH TIGA BACAAN
Kedekatan antara umat dan Tuhan, antara umat dan umat, dibangun dari
ketaatan kepada Tuhan dan pemerintah.
128
RANCANGAN KHOTBAH: Bahasa Indonesia
(Ini hanya sebuah rancangan...bisa dikembangkan sendiri sesuai konteks jemaat)
Pendahuluan
Proses pengadilan dugaan penodaan agama oleh Gubernur DKI Jakarta
Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok mulai akhir tahun lalu sampai pertengahan tahun
2017 ini memicu bahaya terpecahnya hubungan antar umat di Indonesia, bukan
hanya di ibukota Jakarta. Pasca penetapan vonis Majelis Hakim 2 tahun penjara atas
Ahok, bahaya perpecahan itu makin tinggi. Menyadari bahaya yang makin tinggi itu,
pada bulan Mei di mana-mana marak dilakukan gerakan penyalaan 1000 lilin
perdamaian. Gerakan itu dilakukan untuk menangkal tindakan intoleransi dan
radikalisme. Harapannya dengan gerakan itu, hubungan dekat antar umat jangan
sampai terpecah. Hubungan dekat, toleransi dan kesatuan umat itu disadari sebagai
keadaan yang sangat mahal, sangat berharga.

Isi
Tuhan Yesus juga tidak menghendaki terjadinya perpecahan di antara bangsa
Yahudi antara yang pro dan yang kontra terhadap pembayaran pajak kepada Kaisar.
Tuhan Yesus tidak mau terjebak dalam sikap yang bisa mengakibatkan perpecahan
bangsa Yahudi, umat Allah. Tuhan Yesus tahu jika jawabanNya salah terhadap
pertanyaan orang-orang Farisi -yang menjebak- itu, maka umat Allah itu akan
terpecah menjadi yang pro dan yang kontra terhadap pemerintah. Jika perpecahan
itu terjadi, maka akan timbul keresahan bahkan permusuhan dan kekacauan di
antara umat Allah; mereka akan dijauhkan dari kedamaian dan kesejahteraan. Kalau
keadaan itu sampai terjadi, maka berarti jawaban dan sikap Tuhan Yesus itulah
pemicunya.
Tuhan Yesus menghendaki adanya hubungan dekat antar umat Allah itu satu
sama lain, antara mereka dengan pemerintah, antara mereka dengan Allah. Untuk
itu, Tuhan Yesus menghendaki ketaatan mereka semua kepada pemerintah (Kaisar)
dan kepada Allah (ayat 21: Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan
kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah!). Di
dalam ketaatan kepada pemerintah dan kepada Allah itulah tercipta hubungan yang
dekat di antara mereka, antara mereka dengan pemerintah dan dengan Allah.
Hubungan dekat antar umat Israel, mereka dengan Tuhan, dirasakan oleh
Musa sebagai keadaan yang sangat menyenangkan dan membanggakan. Karena itu,
129
Musa -sebagai pemimpin pilihan Tuhan- berani mengungkapkan pendapatnya
kepada Tuhan. Musa berani mendesak Tuhan untuk menunjukkan kemuliaanNya.
Dalam kedekatan Musa dengan Tuhan dan kedekatan umat Isarel dengan Tuhan,
serta kedekatan antar umat itu kesejahteraan seluruh umat terikat, terjamin,
terwujud. Kedekatan itu terbangun di atas ketaatan Musa dan umat Israel kepada
perintah-perintah Tuhan. Tanpa ketaatan kepada perintah-perintahNya tidak
mungkin tercipta kedekatan yang menyejahterakan itu.
Ketaatan orang-orang Kristen di Tesalonika kepada ajaran-ajaran Injil Tuhan
menyenangkan dan membanggakan hati Paulus dan kawan-kawan. Sehingga, Paulus
selalu bersyukur atas mereka di hadapan Tuhan. Paulus sangat bersyukur atas
aktifnya iman mereka kepada Injil mengingat banyaknya tekanan dari orang-orang
Yahudi yang menentang Injil yang diberitakan oleh Paulus. Orang-orang Kristen
Tesalonika itu menjadi penurut-penurut Paulus dan penurut-penurut Tuhan.
Memang ketaatan mereka itu bukan sekedar karena kehebatan atau kebaikan
mereka sendiri, melainkan karena kekuatan karya Roh Kudus. Namun, itu juga
menunjukkan bahwa mereka menundukkan diri di bawah pimpinan Roh Kudus.
Tunduknya mereka atas pimpinan Roh Kudus dan ketaatan mereka kepada Tuhan
juga didorong oleh fokus mereka pada kedatangan Tuhan Yesus dari sorga.
Minggu ini kita masih berada di Bulan Ekumene. Hidup berekumene berarti
hidup bersama dalam kedekatan, kerukunan dan kedamaian bahkan kerjasama.
Awalnya ekemumene dipahami hanya dalam hubungan dengan gereja-gereja lain.
Namun dalam pemahaman yang baru, ekumene itu berhubungan dengan semua
gereja dan agama. Dan dalam wawasan tema pelayanan GKJW Mandiri dan
Menjadi Berkat, ekumene berarti berhubungan dengan semua ciptaan Tuhan.
Hidup berekumene mempunyai tujuan untuk mendatangkan berkat Tuhan yang
menyejahterakan semua ciptaan Tuhan di dunia.
Dalam kehidupan bersama, selalu saja ada provokator-provokator seperti
orang-orang Farisi yang mendatangi Tuhan Yesus dan orang-orang Yahudi yang
menekan persekutuan orang-orang Kristen di Tesalonika. Mereka sengaja atau tidak,
sadar atau tidak, berusaha memecah belah kehidupan bersama, merusak kedekatan
hubungan antar umat, mengusir kesejahteraan bersama.
Penutup
Hubungan ekumene baru harus kita bangun, karena Tuhan Yesus
menghendaki hubungan dekat semua umatNya. Tuhan menghendaki kedamaian
dan kesejahteraan seluruh umat bahkan seluruh ciptaanNya melalui hubungan
130
ekumene kita. Mari kita bangun dan wujudkan persekutuan dan hubungan ekumene
yang kuat berdasar pada ketaatan kita kepada kehendak Tuhan itu. Melalui dan di
dalam hubungan ekumene itu dinyatakanlah keagungan dan kemuliaan kasih, karya,
kuasa dan kehendak Tuhan. Amin. [st]

Nyanyian: KJ 448:1-3/ 256:1-3/ 255:1,2.

RANCANGAN KHOTBAH: Basa Jawi


Pambuka
Lampahing pangadilan tumrap dugaan penodaan agama dening Gubernur
DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama aliyas Ahok wiwit pungkasaning taun kepengker
ngantos tengahaning taun 2017 punika nuwuhaken bebaya crahing sesambetanipun
umat ing Indonesia, boten namung ing ibukota Jakarta. Bakda paneteping vonis
Majelis Hakim 2 taun pakunjaran tumrap Ahok, bebaya pecahing umat punika saya
ageng. Nyadhari agenging bebaya punika, ing wulan Mei kepengker wonten gerakan
ing pundi-pundi kitha nyumet 1000 lilin kagem katentreman (perdamaian). Gerakan
punika katindakan kagem nulak patrap intoleran (boten ngajeni) lan radikalisme
(kekerasan). Pangajeng-ajenging gerakan punika nggih supados raketing sesambetan
antawisipun umat sampun ngantos pecah. Raketing sesambetan, toleransi lan
manunggaling umat dipun sadhari minangka kawontenan ingkang awis sanget, aji
sanget.

Isi
Gusti Yesus ugi boten ngersakaken crahing sesambetan antawisipun bangsa
Yahudi ingkang sarujuk lan ingkang nampik kuwajiban mbayar pajek dhateng Kaisar.
Gusti Yesus boten kersa kejiret (terjebak) ing lebeting sikep ingkang saged njalari
crahing bangsa Yahudi, umatipun Allah. Gusti Yesus pirsa menawi wangsulanipun
lepat tumrap pitakenanipun para tiyang Farisi -ingkang njiret- punika, umatipun
Allah badhe crah pecah dados ingkang nyengkuyung lan ingkang nglawan
pamarentah. Menawi ngantos crah, mesthi badhe tuwuh keresahan malah
memengsahan lan worsuh (kekacauan) ing tengahing umatipun Allah; umatipun
Allah badhe koncatan katentreman lan karaharjan (kesejahteraan). Menawi
kawontenanipun dados kados makaten, punika ateges wangsulanipun Gusti Yesus
punika ingkang dados jalaranipun.

131
Gusti Yesus ngersakaken kawanguning sesambetan raket antawisipun
umatipun Allah satunggal lan satunggalipun, antawisipun umat kaliyan pamarentah,
antawisipun umat kaliyan Gusti Allah. Ingkang punika Gusti Yesus ngersakaken
pambangun turut (ketaatan) saking sedaya umat dhateng pamarentah (Kaisar) lan
dhumateng Allah (ayat 21: ...caosna marang Kaisar apa kang dadi hake Kaisar, lan
aturna marang Gusti Allah apa kang dadi kagungane Gusti Allah!). Ing salebeting
pambangun turut dhateng pamarentah lan dhumateng Gusti Allah punika kawangun
sesambetan ingkang raket ing tengahing umat, antawisipun umat kaliyan
pamarentah lan kaliyan Gusti Allah.
Raketing sesambetanipun umat Israel, umat kaliyan Gusti, dipun raosaken
dening Nabi Musa minangka kawontenan ingkang mbingahaken lan maremaken
sanget. Pramila saking punika -minangka pimpinan pilihanipun Gusti- Nabi Musa
wantun nglairaken pamanggihipun dhumateng Gusti. Piyambakipun nyuwun kanthi
adreng supados Gusti nedahaken kamulyanipun. Ing salebeting sesambetan ingkang
raket antawisipun Nabi Musa kaliyan Gusti lan ing antawisipun umat Israel kaliyan
Gusti, sarta ing tengahing para umat sadaya, katentreman lan karaharjan
(kesejahteraan) kagem sadaya umat kaiket, terjamin, maujud. Raketing sesambetan
punika kawangun dhedhasar pambangun turutipun Nabi Musa lan umat Israel
dhumateng pepakenipun Gusti. Tanpa pambangun turut dhateng pepakenipun
punika mokal winanguning sesambetan raket ingkang nentremaken.
Pambangun turuting tiyang-tiyang Kristen Tesalonika dhateng piwulanging
Injilipun Gusti saestu mbingahaken lan maremaken manahipun Rasul Paulus
sarencang. Matemah, Paulus tansah saos sokur atas umat Kristen punika ing
ngarsanipun Gusti. Paulus saestu saos sokur atas gumregeting iman kapitadosanipun
umat punika dhateng Injil, ngengeti agenging pacoben saking tiyang-tiyang Yahudi
ingkang nglawan Injil ingkang kawartosaken dening Paulus. Umat Kristen Tesalonika
punika nulad dhateng Paulus lan mbangun turut dhumateng Gusti. Pancen
pambangun turutipun umat Tesalonika punika boten namung karana kasaenanipun
piyambak, nanging karana kakiyatan pakaryanipun Sang Roh Suci. Ewasamanten,
punika ugi nedahaken bilih umat Kristen Tesalonika punika ngasoraken dhiri ing
rehipun Sang Roh Suci. Anggenipun sami manut dhateng pangrehipun Sang Roh Suci
lan pambangun turutipun dhumateng Gusti punika ugi kabereg saking enering
batosipun (fokus) dhateng rawuhipun Gusti Yesus saking swarga.
Dinten Minggu punika kita taksih wonten ing Wulan Ekumene. Gesang
ekumene tegesipun gesang sesarengan ingkang raket lan rukun ing salebeting
132
katentreman lan malah makarya sesarengan (kerjasama). Wiwitanipun ekumene
dipun wastani namung sesambetan kaliyan greja-greja sanes. Nanging ing wawasan
ingkang enggal, ekumene punika sesambetan kaliyan sadaya greja lan agami.
Cundhuk kaliyan irah-irahan paladosan GKJW samangke Mandiri dan Menjadi
Berkat, ekumene ateges gegayutan kaliyan sadaya titahipun Allah. Enering gesang
ekumene punika sageda ndhatengaken berkahipun Gusti Allah ingkang
menyejahterakan tumrap sadaya titahipun Gusti ing donya punika.
Ing salebeting pigesangan sesarengan, mesthi wonten kemawon provokator-
provokator kados tiyang-tiyang Farisi ingkang kepengin njiret Gusti Yesus lan kados
tiyang-tiyang Yahudi ingkang mojokaken patunggilanipun umat Kristen ing
Tesalonika. Para tiyang makaten punika, sengaja utawi boten, sadhar utawi boten,
ngudi pecahing gesang sesarengan, gesang bebrayan, ngrisak raketing
sesambetanipun para umat, tuwin nundhung katentremaning bebrayan.

Penutup
Sesambetan ekumene enggal kedah kita wangun, karana Gusti Yesus
ngersakaken raketing sesambetanipun sadaya umat. Gusti ngersakaken katentreman
lan karaharjan tumrap sadaya umat malah sadaya titahipun lumantar sesambetan
ekumene kita. Sumangga kita wangun lan kita wujudaken patunggilan lan
sesambetan ekumene ingkang bakuh dhedhasar pambangun turut kita dhateng
karsanipun Gusti. Lumantar lan ing salebeting sesambetan ekumene punika
kawujudna agung lan mulyaning sih katresnan, pakaryan, pangwasa lan karsanipun
Gusti. Amin. [st]

Pamuji: KPK 319:1-3/ Kid. Kontekstual 148:1,2.

MINGGU, 29 OKTOBER 2017


PEKAN PEMUDA --- STOLA PUTIH

Bacaan 1 : Imamat 19:1-2,15-18


133
Bacaan 2 : 1 Tesalonika 2:1-8
Bacaan 3 : Matius 22:34-46
Tema Liturgis : Hidup Penuh Kasih dan Kudus
Tema Khotbah : Perilaku Kudus Mulai Dari Motifasinya

Keterangan Bacaan
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)
1. Imamat 19:1-2,15-18
Kitab Imamat ditulis sekitar tahun 1445 1405 Seb.Masehi dan merupakan Kitab
yang ke tiga yang ditulis oleh Musa setelah kitab Kejadian dan Kitab
Keluaran.Kitab ini di tulis untuk mengajar umat Israel dan para Imamnya
bagaimana caranya menghampiri Allah melalui darah dan pendamaian dan
untuk menetapkan standar kehidupan kudus yang diatur dan ditetapkan oleh
Allah bagi umat pilihanNya.
Bila pasal 18 membahas kekudusan dalam pernikahan, maka
pasal 19 membicarakan kekudusan dalam berbagai aspek lainnya: keluarga
(ayat 3a), ibadah kepada Tuhan (ayat 3b-8), pekerjaan (ayat 9-10), sikap dan
tindakan terhadap sesama (ayat 11-16), bahkan motivasi di balik tindakan
tersebut (ayat 17-18). Semua peraturan ini, khususnya yang berhubungan dengan
sesama umat, termasuk orang asing, disimpulkan dalam hukum kasih: "Kasihilah
sesamamu manusia seperti dirimu sendiri" (ayat 18b).
Betapa seriusnya peraturan ini tercermin dari penegasan Tuhan yang berulang
kali: "Akulah Tuhan" (ayat 3, 4, 10, 12, 14, 16, 18). Bila diperhatikan dengan
saksama, peraturan-peraturan ini mengulang, mempertegas, dan memperinci
beberapa peraturan yang tertuang pada Sepuluh Perintah Allah (Kel. 20:3-20).

2. 1 Tesalonika 2:1-8
Paulus menyebutkan beberapa alasan mengapa pelayanannya di Tesalonika tidak
sia-sia. Semuanya jelas karena Allah saja. Allah telah memberanikan Paulus
menanggung penganiayaan (ayat 3). Allah juga melayakkan Paulus menyaksikan
Injil (ayat 4). Karunia Allah yang begitu besar dalam diri Paulus juga membentuk
keteladanan yang indah sekali.
Paulus mewartakan Injil yang benar, bukan kesesatan (ayat 4) dengan didukung
oleh motivasi yang murni (ayat 4-6), dengan kasih sayang yang besar (ayat 7-8)
dan dengan pengorbanan yang besar (ayat 9).
134
3. Matius 22:34-46
Yesus menggiring ahli Taurat ini kepada hakikat ketaatan kepada Pemberi Hukum
Taurat. Yang penting bukan melakukan hurufiah hukum-Nya, tetapi bagaimana
hakikat menaati hukum-Nya dalam rangka menaati-Nya. Hukum-hukum yang
Allah berikan adalah mencerminkan hakikat-Nya sendiri, yakni kasih dan bukan
kewajiban. Itulah sebabnya menaati hukum-Nya karena kewajiban akan terasa
berat dan hampa. Kasih kepada Allah itulah yang menjadi dasar ketaatan kita
kepada hukum-Nya.
Yesus mengajarkan bahwa kita harus mengasihi Tuhan dengan segenap totalitas
kehidupan (37), artinya tidak sedikit pun kita mengorupsi bagi kesenangan,
kepentingan, dan keuntungan diri sendiri. Ketika kita tidak sepenuhnya
menyatakan kasih kepada Allah, sesungguhnya kita telah gagal mengasihi, karena
Allah menuntut kasih sepenuh hati. Oleh karena itu mengasihi sesama pun
sebagai wujud kasih kita kepada Tuhan, dengan sepenuh totalitas kehidupan juga
(39). Prinsipnya tidaklah dapat dipisahkan antara mengasihi Tuhan dan sesama.
Kini Yesus mengambil prakarsa membalikkan posisi dan status-Nya. Dari ditanya
dan mempertahankan diri, kini Ia berbalik menanya dan mendesak mereka
(ayat 42). Pertanyaan-Nya sederhana, yaitu siapa Mesias menurut mereka. Jawab
menurut iman ortodoks dan tradisi Farisi, Mesias adalah anak Daud. Muatan di
dalamnya bernuansa politis. Lalu Yesus makin menyudutkan mereka. Bagaimana
mungkin Daud memanggil Mesias sebagai Tuan jika Mesias hanya anaknya,
manusia biasa! Artinya, pengharapan mereka tentang siapa dan apa karya Mesias
salah, jika hanya di sekitar konsep manusia belaka. Mesias dan karyanya pastilah
ilahi sebab Daud menuankan Mesias jauh di atasnya (ayat 45).

BENANG MERAH TIGA BACAAN


Hidup kudus berarti hidup yang mewujudkan karakter kudus Allah. Beberapa
hal penting bisa kita soroti dalam perenungan nas ini.

Pertama, aspek-aspek ritual tidak terpisahkan dari aspek-aspek sosial. Ini


menunjukkan dalam hidupnya, umat Tuhan tidak membedakan antara yang sekuler
dan yang sakral. Semuanya harus dikuduskan demi Tuhan.

135
Kedua, tuntutan hidup kudus tidak cukup hanya pada tataran tindakan, tetapi harus
juga sampai ke akar motivasi. Motivasi yang kudus akan melahirkan tindakan kudus.

Ketiga, motivasi kasih pada akhirnya menjadi puncak kekudusan hidup. Tidak ada
kasih sama halnya tidak ada kekudusan.

RANCANGAN KHOTBAH: Bahasa Indonesia


(Ini hanya sebuah rancangan...bisa dikembangkan sendiri sesuai konteks jemaat)
Pendahuluan
Bicara tentang kekudusan, mungkin sebagian besar kita akan mengernyitkan
dahi dan bergumam, hemm, apakah aku bisa dan sanggup hidup kudus? Sebab
aku ini orang berdosa, setiap ibadah Minggu diajak untuk mengakui dosa-dosa.
Yakin, aku bisa? Lalu kita menjadi frustasi dengan kata kudus itu sendiri. Terlebih
lagi jika di antara kita ada yang masih punya kebiasaan merokok, nginang, ngopi,
kebiasaan minum soft drink atau minuman berenergi sering terkena sindiran ayat:
tidak tahukah kamu bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam
kamu, karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu (1 Korintus 6:19-20),
waduh, semakin kecil-hati bagi kita untuk membahas kekudusan.
Mengapa? sebab rasanya non-sense (tidak mungkin), kita dapat hidup kudus.
Rasa-rasanya yang bisa hidup kudus hanya berlaku bagi mereka yang tidak
merokok (mengandung nikotin), tidak nginang (mengandung kapur), tidak minum
kopi (mengandung caffeine), tidak minum soft drink dan minuman berenergi
(mengandung sakarine). Lalu apakah kita dapat menjamin seluruh makanan dan
minuman yang masuk ke dalam tubuh kita, itu memang tidak mengotori kita?
Lantas, apakah dengan demikian ketika kita hendak makan harus kita periksa
laboratoriumkah, bahwa makanan dan minuman yang akan kita nikmati harus steril
dari zat-zat, racun, bakteri yang dapat mengotori tubuh kita. Ah, jadi rumit kita
berpikir tentang kekudusan. Atau kita harus tidak makan dan tidak minum supaya
tubuh kita tidak kena bakteri. Ah, bisa cepat masuk peti kita, alias mati.
Sementara, pengakuan iman yang kita ucapkan setiap minggunya menegaskan
bahwa: Gereja adalah persekutuan orang kudus. Lalu?
Isi
Sebagian kita seringkali berpikir kudus berarti: tidak bercacat, tidak berdosa.
Kamus besar bahasa Indonesia mengartikan kudus berarti: suci, murni. Mari kita
berpikir tentang makna kekudusan dari sudut pandang terang Firman Tuhan hari ini:
136
Pertama, aspek-aspek ritual tidak terpisahkan dari aspek-aspek sosial. Ini
menunjukkan dalam hidupnya, umat Tuhan tidak membedakan antara yang sekuler
(kebendaan) dan yang sakral. Semuanya harus dikuduskan demi Tuhan. Hal ini
menegaskan bahwa yang disebut kudus itu bukan dalam pengertian (definisi)
tunggal. Kudus juga tidak dikaitkan dengan ketidakcacatan atau kesalehan pribadi
(unsich) untuk diri sendiri, tetapi kekudusan hidup juga ada korelasi (hubungan)
yang tidak terpisahkan dengan kehidupan sosial. Misalnya: Bukan berarti bahwa
orang yang banyak berdoa pasti gaya hidupnya melimpah dengan ucapan syukur dan
berbagi, jika: doanya hanya berisi segudang tuntutan kepada Tuhan untuk
memberikan apa yang diinginkannya, menurut cara pandangnya sendiri, bukan
kehendak Tuhan.
Kitab Ulangan pasal 19 membicarakan kekudusan dalam berbagai aspek
lainnya: keluarga (ayat 3a), ibadah kepada Tuhan (ayat 3b-8), pekerjaan (ayat 9-10),
sikap dan tindakan terhadap sesama (ayat 11-16), bahkan motivasi di balik tindakan
tersebut (ayat 17-18). Semua peraturan ini, khususnya yang berhubungan dengan
sesama umat, termasuk orang asing, disimpulkan dalam hukum kasih: "Kasihilah
sesamamu manusia seperti dirimu sendiri" (ayat 18b).
Kedua, Kekudusan tidak hanya berlaku pada dari apa yang kita lakukan
tetapi juga dari motivasi di balik tindakan tersebut. Maka Patutlah kita mengikuti
teladan pelayanan Paulus ini bila kita sungguh ingin menjadi hamba Tuhan yang
layak bagi-Nya. Dari Paulus kita dapat belajar bagaimana Paulus mewartakan Injil
yang benar, bukan kesesatan (ayat 4) dengan didukung oleh motivasi yang murni
(ayat 4-6), dengan kasih sayang yang besar (ayat 7-8) dan dengan pengorbanan yang
besar (ayat 9).
Ilustrasi: Bayangkan ada dua gelas di hadapan Anda. Yang satu terbuat dari
kristal dengan ukiran cantik. Mahal, tetapi bagian dalamnya kotor dan berdebu. Yang
satu lagi gelas plastik murahan, tetapi dicuci bersih. Jika Anda ingin minum, mana
yang akan Anda pakai? Saya yakin Anda memilih gelas yang murah, tetapi bersih!
Gelas semewah apa pun, jika dalamnya kotor dan berdebu, menjadi tidak berguna.
Setiap anak Tuhan adalah "gelas kristal". Kristus telah menebus kita dengan
darah yang mahal, sehingga kita menjadi milik-Nya yang sangat berharga. Itu
sebabnya Tuhan ingin memakai kita menjadi alat-Nya, untuk menyalurkan "air
hidup" kepada orang-orang di sekitar kita. Namun, itu akan terhalang jika kita tidak
rajin membersihkan "debu" yang mengotori hati dan hidup kita.

137
Ketiga,Prinsip kekudusan tidaklah dapat dipisahkan antara mengasihi Tuhan
dan sesama. Kita tidak dapat memilih, aku mengasihi Tuhan saja, atau aku mengasihi
sesama saja. Tidak bisa. Kekudusan bercirikan kasih kepada Tuhan dan sesama
menjadi satu kesatuan. Tidak berdiri sendiri-sendiri sehingga kita dapat memilih
salah satu. Maka, mengimani Tuhan, mengimani kekudusannya tidak bisa hanya
pada tataran konsepsi, tetapi semua itu perlu diterjemahkan ke dalam hidup sehari-
hari. Sehingga kekudusan juga bukan sebuah konsepsi kosong tanpa isi, tetapi
kekudusan merupakan bagian melekat dalam kekristenan.
Yesus mengajarkan bahwa kita harus mengasihi Tuhan dengan segenap
totalitas kehidupan (37), artinya tidak sedikit pun kita mengorupsi bagi kesenangan,
kepentingan, dan keuntungan diri sendiri. Ketika kita tidak sepenuhnya menyatakan
kasih kepada Allah, sesungguhnya kita telah gagal mengasihi, karena Allah menuntut
kasih sepenuh hati. Oleh karena itu mengasihi sesama pun sebagai wujud kasih kita
kepada Tuhan, dengan sepenuh totalitas kehidupan juga (39).

Penutup
Agar dapat dipakai Tuhan, kita harus hidup dalam kekudusan. Tak
membiarkan hawa nafsu mencemari dan menguasai hati. Tuhan meminta kita
menjadi kudus dalam seluruh aspek hidup. Bukan hanya di gereja, melainkan juga di
tempat kerja dan dalam keluarga. Hidup kudus adalah keharusan, bukan pilihan.
Tuhan berfirman, "Kuduslah kamu, sebab Aku, Tuhan Allahmu, kudus" (Imamat
19:2b).
Adakah "kotoran" yang masih menempel di hati Anda? Bentuknya bisa
berupa dendam, amarah, nafsu yang merusak, niat jahat, atau kebiasaan dosa yang
terus dipelihara. Kita harus sering membersihkan hati. Membuatnya tetap murni,
agar Tuhan dapat terus memakai kita menjadi saluran berkat-Nya. Sayang, jika kita
hanya menjadi gelas kristal kotor, indah namun tak berguna. Pekan pemuda kali ini,
mari kita perbaharui komitmen kita untuk hidup kudus, dalam pelayanan kita
kepada Tuhan dan sesama. Amin. (pong)
Nyanyian: KJ 424
RANCANGAN KHOTBAH: Basa Jawi
Pembuka
Ngrembag bab suci, mbokmenawi kita badhe cilik ati lan mbatin: hemm . . .
apa aku bisa urip suci? Amarga aku dosa, saben minggu diundang kanggo ngakoni
dosa-dosaku. Yakin, aku bisa? Banjur kita judheg karepe dhewe kaliyan tembung
138
'suci' wau. Menapa malih, yen wonten ing antawis kita ingkang taksih gadhah
pakulinan udud, nginang, ngombe kopi, ngomb ombenan energi asring kapapag
ayat sindhiran: . . . apa kowe padha ora sumurup, yn badanmu iku dadi
padaleman Roh Suci kang ana ing kow . . . Mulane padha ngluhurna Gusti Allah
srana badanmu (1 Korinta 6: 19-20), waduh, sangsaya ngatos-atos kita ngrembag
bab kasucen.
Kenging menapa? Amargi kita ngraosaken mokal kita saged gesang suci.
Kadosipun ingkang saged gesang suci namung para tiyang ingkang boten ngudud
(ngadhut nikotin), boten nginang (ngandhut kapur), boten ngunjuk kopi (ngandhut
caffeine), boten ngunjuk omben-omben berenergi (ngandhut sakarine).
Pitakenanipun, menapa kita saged njamin bilih tedhan lan omben ingkang mlebet
ing raga kita punika steril (saestu resik)? Menapa kita kedah tindak dhateng
laboratorium, bilih tedhan lan omben ingkang lumebet raga kita punika boten
mbebayani?

Isi
Saperangan kita asring menggalih bab tembung suci ateges boten cidra,
boten dosa. Kamus ageng basa Indonesia negesaken, suci punika murni. Sumangga
kita raosaken bab tegesipun suci saking pangandikanipun Gusti dinten punika:
Sepisan, aspek sembahyang punika boten uwal saking aspek sosial. Punika
nedahaken bilih umatipun Gusti mesthinipun boten misahaken prekawis ingkang
bab urusan donya kaliyan karohanen. Sedaya menika kedah kasucekaken dening
Gusti. Bab menika negesaken bilih ingkang kasebat suci punika sanes pangertosan
ingkang tunggal. Suci ugi boten kagandhengaken kaliyan boten cacat, kaluhuran
pribadi kangge awake dhewe, nanging wonten gegayutipun kaliyan gesanging
manungsa saben ari.
Kaping kalih, kasucen boten namung kelampahan saking menapa ingkang
badhe kita tindakaken nanging ugi dhedhasar saking kita nglampahi tumindak
kalawau. Mila pantes menawi kita nuladhani Paulus menawi kita badhe saestu
badhe dados abdinipunn Gusti. Saking Paulus kita saged sinau kados pundi
martosaken Injil ingkang yekti, sanes mblasaraken, kanthi gumolonging manah,
srana katresnan lan pangorbanan adi. Kalajengaken ilustrasi.
Kaping tiga, kasucen boten saged kapisahaken antawisipun nresnani Gusti
lan sesami. Kita boten saged milih, kula tresna Gusti kemawon utawi kula tresna
sesami kemawon. Boten saged! Awit kasucen punika cirinipun kanthi nresnani Gusti
139
lan sesami dados satunggil tanpa kenging kapisah. Mila, pitados dhumateng Gusti
boten kenging namung wonten ing lathi, nanging mangejawantah ing gesang saben
dinten. Satemah kasucen boten namung pamanggih ingkang kosong tanpa isi,
nanging kasucen inggih perangan ingkang gandheng ing salebeting kekristenan.
Gusti Yesus mucal bilih kita kedah nresnani Gusti kanthi gumolonging manah,
ateges boten kenging kita nggugoni kasenengan, kapentingan lan kasenengan
pribadi. Nalika kita boten sawetahipun nresnani Gusti klayan gumolonging manah,
sejatosipun kita sampun gagal nresnani, krana Gusti Allah menika ngersakaken kita
nresnani kanthi gumolonging manah.

Panutup
Supados saged kaagem dening Gusti, kita kedah gesang suci. Boten ngumbar
hawa napsu ingkang nguwaosi ati. Gusti ngersakaken gesang suci ing salebeting
gesang. Boten anamung ing pasamuwan, ananging ing salebeting pakaryan ugi ing
brayat. Gesang suci punika pepesthen sanes pilihan. Gusti dhawuh: sira padha
disuci, awitdene Ingsun Yehuwah Allahira iku suci (Kaimaman 19:16).
Menapa wonten rereged ingkang taksih nggandholi manah kita? Wujudipun
saged sengit, nepsu, niyat cidra, laku bedhang ingkang terus nggandholi gesang kita.
Kita kedah asring ngresiki manah kita, dados suci, murni supados Gusti terus
ngagem kita dados talanging berkahipun. Eman menawi kita namung dados gelas
Kristal ingkang rusuh, endah tanpa guna. Ing pekan pemuda samangke, sumangga
kita ngenggalaken manah kita, gesang suci, ing salebeting peladosan dhateng Gusti
wah sesami. Amin. [pong]

Pamuji: KPK. 85

MINGGU, 05 NOPEMBER 2017


BULAN BUDAYA --- STOLA PUTIH

Bacaan 1 : Mikha 3:5-12


Bacaan 2 : 1 Tesalonika 2:9-13
140
Bacaan 3 : Matius 23:1-12
Tema Liturgis : Budaya Luhur Sarana Melakukan Panggilan Tuhan
Tema Khotbah : Keluhuran Memimpin Karena Sikap Melayani

Keterangan Bacaan
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)
1. Mikha 3:5-12
Pemimpin bangsa seharusnya berpikir dan berkarya bagi kesejahteraan rakyat
yang dipimpin. Pemimpin umat seharusnya mengarahkan umat di jalan yang
benar. Namun tidak demikian dengan para pemimpin Yehuda. Mereka memutar
balikkan kebenaran (ayat 9b) dengan mengabaikan keadilan dan melakukan
kejahatan (ayat 1-3).
Tindakan ini membingungkan rakyat, karena tidak jelas lagi mana yang benar dan
mana yang salah. Mereka juga tidak melindungi rakyat, melainkan menyiksa
rakyat (ayat 2-3, 10). Semua itu terjadi karena ketamakan mereka. Para pemimpin
politik maupun pemimpin rohani bekerja atas motivasi cari duit (ayat 5, 11).
Seolah telah berbuat benar, dengan pongah mereka berkata bahwa Tuhan pun
tidak akan menghukum mereka (ayat 11). Ini benar-benar munafik! Di satu sisi,
mereka menolak keadilan Allah, tetapi di sisi lain mereka mengharapkan
perlindungan-Nya. Namun Tuhan selalu berdiri di atas kebenaran. Semua
pemimpin bangsa yang korup akan dihukum Allah (ayat 4, 6-7, 12)!

2. 1 Tesalonika 2:9-13
Paulus menunjukkan dirinya layak dengan melayani jemaat Tesalonika sungguh-
sungguh. Ia benar-benar menyampaikan firman Tuhan bukan untuk menyukakan
mereka, melainkan Allah (ayat 4-6). Ia menyampaikannya dengan ramah bagaikan
seorang ibu yang membagi hidupnya untuk anak-anaknya (ayat 7-8). Ia menjaga
hidupnya sedemikian sehingga menjadi saksi Injil yang tiada bercacat (ayat 9-10).
Dengan sikap seorang bapa ia menasihati mereka untuk setia hidup sesuai
dengan kehendak Allah (ayat 11-12). Sungguh hidup Paulus menunjukkan
kelayakannya untuk menjadi saksi Kristus.

3. Matius 23:1-12
Banyak kelebihan orang Farisi dan ahli Taurat. Tuhan Yesus tak segan mengakui
bahwa ajaran mereka tentang Taurat harus didengar oleh para pengikut-Nya.
141
Ketekunan dan kesetiaan mereka mengajarkan hukum-hukum Tuhan itu
sedemikian cermat sampai dijuluki menduduki kursi Musa. Sayangnya mereka
sendiri tidak melakukan yang mereka ajarkan. Mereka tepat disebut sebagai
aktor rohani (ayat 5-10). Mereka tidak patut disebut rabbi sebab tidak
memberlakukan kebenaran yang mereka ketahui dan ajarkan kepada orang lain
lebih dulu pada diri sendiri.

BENANG MERAH TIGA BACAAN


Ketiga bacaan kita pada kali ini berbicara mengenai kepemimpinan yang
melayani. Kepemimpinan yang melayani dilakukan dengan penuh ketekunan juga
kesetiaan dengan motivasi dari dalam hati.

RANCANGAN KHOTBAH: Bahasa Indonesia


(Ini hanya sebuah rancangan...bisa dikembangkan sendiri sesuai konteks jemaat)
Pendahuluan
Sering orang beranggapan ataupun menganggap budaya berarti adat
istiadat. Ketika ngomong tentang istiadat itu berarti kuno, sudah jadul (jaman dulu).
Sekarang jaman modern, terlalu memegang budaya atau adat istiadat identik
dengan kurang pergaulan (kuper), yang gaul itu yang keren, trendy, mengikuti
jaman. Apakah benar demikian? Apakah memang kalaupun disebut kuno atau sudah
jadul itu lalu menjadi tidak berarti atau tidak bisa mengikuti jaman, sehingga budaya
sering kali dibenturkan dengan jaman/ era yang sudah dan sedang berubah. Oh
jangan salah, sekarang ini yang kuno itu bernilai tinggi, yang jadul itu mahal sebab
semakin terbatas, semakin langka, dan perlu usaha keras untuk bisa melanggengkan
dan melestarikannya.
Tetapi dari pada kita salah menilai tentang budaya mari kita cermati kata
budaya. Tema Liturgi kita hari ini adalah Budaya Luhur Sarana Melakukan
Panggilan Tuhan. Ada kata kunci Budaya dan Luhur.

Isi
Apa itu budaya?
Budaya berarti 1 pikiran; akal budi; 2 adat istiadat: ; 3 sesuatu mengenai
kebudayaan yg sudah berkembang (beradab, maju); 4 sesuatu yg sudah menjadi
kebiasaan yg sudah sukar diubah; sedangkan luhur berarti tinggi; mulia:
terhormat, penuh keagungan, megah sekali. Maka, Budaya Luhur dapat kita artikan:
142
pikiran, akal budi, adat istiadat, peradaban, kebiasaan yang mulia, terhormat penuh
keagungan dan kemegahan.
Salah satu fungsi keluhuran budaya atau budaya yang luhur sangat berguna
untuk fungsi kepemimpinan.

Siapa yang disebut pemimpin?


Anda adalah seorang pemimpin. Ya, Anda! Anda mungkin bukan presiden
atau manajer suatu organisasi, namun Anda diminta memimpin orang lain. Apakah
Anda mengajar di Sekolah Minggu? Jika ya, berarti Anda seorang pemimpin. Apakah
Anda punya anak? Berarti Anda seorang pemimpin. Apakah Anda punya pekerjaan?
Berarti Anda seorang pemimpin. Apakah Anda punya teman-teman? Berarti Anda
seorang pemimpin.
Siapa pun Anda, yang jelas orang-orang sedang memperhatikan Anda dan
dipengaruhi oleh teladan Anda. Saat memikirkan tanggung jawab yang menakjubkan
ini, apakah yang sebaiknya Anda lakukan? Ki Hajar Dewantara menegaskan: Ing
Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani artinya Di
Depan Menjadi Panutan atau Contoh, Di Tengah menjadi Penjalar atau Penyeimbang
sepantara, dan di Belakang melakukan Dorongan.

Firman Tuhan hari ini berbicara mengenai kepemimpinan.


Bacaan pertama menununjukkan kepemimpinan bangsa dan umat.
Pemimpin bangsa seharusnya berpikir dan berkarya bagi kesejahteraan rakyat yang
dipimpin. Pemimpin umat seharusnya mengarahkan umat di jalan yang benar.
Namun tidak demikian dengan para pemimpin Yehuda. Mereka memutar balikkan
kebenaran (ayat 9b) dengan mengabaikan keadilan dan melakukan kejahatan
(ayat 1-3).
Tindakan ini membingungkan rakyat, karena tidak jelas lagi mana yang benar
dan mana yang salah. Mereka juga tidak melindungi rakyat, melainkan menyiksa
rakyat (ayat 2-3, 10). Semua itu terjadi karena ketamakan mereka. Para pemimpin
politik maupun pemimpin rohani bekerja atas motivasi cari duit (ayat 5, 11). Seolah
telah berbuat benar, dengan pongah mereka berkata bahwa Tuhan pun tidak akan
menghukum mereka (ayat 11). Inilah kepemimpinan yang sak karepe dhewe, sak
penak udele dhewe. Kebenaran disederhanakan menjadi pembenaran atas dirinya
(truth claim). Pusat kepemimpinan adalah dirinya sendiri, bukan Tuhan.

143
Berbeda dengan kepemimpinan Yehuda, dalam bacaan kedua, Paulus
meneladankan sebuah sikap kepemimpinan yang tidak berpusat pada dirinya sendiri
tetapi kepemimpinan yang berpusat pada Tuhan, pemimpin, guru sejati, yang
diimaninya. Kepemimpinan yang berpusat pada Tuhan membutuhkan ketekunan
dan kesetiaan pada tugas dan tanggungjawab. Sebab kepemimpinan yang berpusat
pada Tuhan pada dasarnya orang yang memimpin tersebut juga tetap punya
kesediaan diri/ kerendahan hati untuk dipimpin oleh Tuhan sendiri.
Seperti halnya Paulus, ketekunan dan kesetiaan rupanya juga dimiliki oleh
ahli Taurat dan orang Farisi. Hanya saja, mereka mengajarkan dan menafsirkan
hukum-hukum Tuhan itu sedemikian cermat sampai dijuluki menduduki kursi Musa,
seolah kehormatan dan kebenaran hanya milik mereka sendiri. Sayangnya mereka
sendiri tidak melakukan yang mereka ajarkan. Mereka tepat disebut sebagai aktor
rohani (ayat 5-10). Mereka tidak patut disebut rabbi sebab tidak memberlakukan
kebenaran yang mereka ketahui dan ajarkan kepada orang lain lebih dulu pada diri
sendiri. Mereka lebih tepat disebut gajah diblangkoni, isa kojah (kotbah) ora isa
nglakoni. Lalu model kepemimpinan yang mana yang ideal?
Sabda Tuhan hari ini, Yesus menawarkan sebuah kepemimpinan alternatif.
Kepemimpinan yang barangkali tidak tebersit dalam pikiran orang/pemimpin pada
umumnya. Kepemimpinan yang melayani. Barangsiapa terbesar di antara kamu,
hendaklah ia menjadi pelayanmu. Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan
direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan. (Matius 23:11-
12).
Kepemimpinan menurut teladan Kristus berarti lebih mempedulikan
kebutuhan sesama daripada kebutuhannya sendiri, menyenangkan mereka,
menyemangati pertumbuhan rohani dan kedekatan mereka dengan Allah. Itu
artinya, memperlakukan sesama sama seperti Allah memperlakukan kita. Ia tidak
mendikte atau menuntut, tetapi sadar dengan penuh kerendahan hati bahwa di
hadapan Allah ia hanyalah pelayan yang melaksanakan tugas.

Penutup
Bagaimanapun indahnya bahasa kepemimpinan, ternyata kepemimpinan
pun bisa menjadi bumerang bagi kita, sebab kepemimpinan ternyata dapat
disalahgunakan. Mereka yang berlomba-lomba mengejar martabat, kekuasaan, dan
keangkuhan, suatu hari nanti harus memberi pertanggungjawaban kepada Allah.

144
Yesus menawarkan sikap luhur dan mulia, bukan karena duduk di kursi
Musa tetapi justru kesediaan diri menjadi pelayan. Bukan dengan meninggikan diri,
tetapi rendah hati. Entah apa pun posisi kepemimpinan kita, kita tidak akan
kehilangan harga diri kita apabila kita memberi diri kepada orang lain. Pelayanan
yang lebih mementingkan orang lain adalah dasar dari kebesaran sejati, seperti
tembang di bawah ini:
MIJIL
Dedalane guna lawan sekti
kudu andhap asor
wani ngalah luhur wekasane
tumungkula yen dipun dukani
bapang den simpangi
ana catur mungkur

Keterangan:
Dedalane guna lawan sekti.
Sesuai posisinya sebagai kalimat pertama, kalimat ini merupakan pembuka dan
memberi tahu kita bahwa ini adalah tentang jalan (dalan) kita untuk (guna) menuju
kemuliaan (sekti).

Kudu andhap asor.


Bahwasanya kita harus (kudu) menempatkan diri kita di bawah (asor). Bukan berarti
kita merendahkan diri sendiri, namun maknanya adalah menempatkan orang lain
lebih tinggi dari kita, sehingga kita harus selalu menghormati dan menghargai orang
lain.

Wani ngalah luhur wekasane.


Kurang lebih artinya mengalah untuk menang. Mengalah di sini sebagai ajaran untuk
sabar dan tidak egois. Sedangkan untuk menang di sini menang atas musuh terbesar
manusia, yakni dirinya sendiri.

Tumungkula yen dipun dukani.


Menunduklah (tumungkula) jika dimarahi (dipun dukani). Bahwa kita harus mau
menerima setiap masukan kepada kita. Tidak peduli apa isi masukannya dan dari

145
siapa. Semakin kita banyak masukan, logikanya akan semakin baik pula kita dalam
mengendalikan diri.

Bapang den simpangi.


Bapang (Blabag Jepapang). Jauhilah hal buruk yang mengancam.

Ana catur mungkur.


Tidak perlu mengikuti perkataan (negatif) orang lain. Amin (pong)

Nyanyian: KJ. 246

RANCANGAN KHOTBAH: Basa Jawi


Pembuka
Asring tiyang nggadhahi panganggep bilih ingkang kasebut budaya punika
inggih adat-istiadat. Nalika ngrembug bab adat istiadat punika kaangep kuno, jaman
biyen. Samangke jaman modern, menawi sanget anggenipun nggondheli adat
punika asring kasebut kurang pergaulan (kuper), ingkang keren lan beken punika
ingkang ndherek owah-owahaning jaman. Punapa leres mekaten? Punapa menawi
sampun kasebut kuno punika lajeng boten saged ndherek owah-owahaning jaman,
satemah budaya asring karudhapeksa benthik kaliyan jaman ingkang sarwa kathah
ewah-ewahanipun. Sumangga kita titi priksa tembung budaya. Awit tema Liturgi kita
dinten punika: Budaya adiluhung sarana nindakaken timbalanipun Gusti.

Isi
Tegesipun budaya?
Budaya ateges budi, nalar, panemu, angen-angen; babaring nalar
pambudining manungsa maujud kagunan, kapinteran, kawruh, lsp. Adiluhung: luhur,
linuwih, becik. Mila Budaya adiluhung wosipun: budi, nalar, panemu, angen-angen;
babaring nalar pambudining manungsa maujud kagunan, kapinteran, kawruh
ingkang luhur, linuwih, becik. Satunggiling kaluhuran budaya utawi budaya ingkang
adi luhung migunani kangge kepemimpinan.

Sinten ingkang kasebut pemimpin?


Panjenengan pemimpin! Panjenengan mbokbilih sanes presiden, sanes
manajer organisasi, nanging panjenengan kasuwun mimpin liyan. Panjenengan
146
mbokbilih pamong anak remaja? Punapa panjenengan gadhah putra? Gadhah
pedamelan? Menawi inggih, wosipun panjenengan punika minangka pemimpin.
Sintena kita, ingkang cetha tiyang sanes ing sakiwa tengen panjenengan
dipun pengaruhi dening patuladhan kita. Nalika menggalih tanggeljawab ingkang adi
punika, kados pundi saenipun kita nglampahi? Ki Hajar Dewantara negesaken: Ing
Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani

Dhawuhipun Gusti dinten punika nuduhaken bab kepemimpinan.


Waosan sepisan nedahaken kepemimpinanipun bangsa lan umat. Pemimpin
bangsa ingkang kedahipun menggalih lan makarya kangge rahuyunipun bangsa
ingkang kapimpin lan pemimpin umat ingkang kedahipun nedahaken umat dhateng
margining kayekten. Ananging boten kados mekaten tumraping para pemimpin ing
Yehuda. Malah, para pemimpin Yehuda punika ngenggokaken kayekten (ayat 9b)
srana nyingkur kaadilan lan nindakaken kadurakan. (ayat 1-3).
Tumindak punika ndadosaken kawula bingung, krana boten cetha malih
pundi ingkang leres lan klintu. Para pemimpin punika boten ngayomi kawula,
nanging malah nyiksa kawula (ayat 2-3,10). Sedaya punika kelampahan karana
srakah lan lobanipun para pemimpin punika. Para pemimpin politik ugi pemimpin
rohani tumindak srana motivasi arta (ayat 5,11). Kados-kados sampun nindakaken
kayekten, kanthi gumunggung para pemimpin punika celathu bilih Gusti boten
badhe paring paukuman (ayat 11). Punika para pemimpin ingkang sak karepe
dhewe, sak penak udele dhewe. Kayekten dados mlenceng. Pancering
kepemimpinanipun sanes Gusti, nanging dhiri pribadi.
Benten kaliyan kepemimpinan Yehuda, ing waosan kalih, Paulus paring
tuladha sikep kepemimpinan ingkang panceripun sanes dhiri pribadi, ananging
Gusti, minangka Guru sejati. Kepemimpinan ingkang panceripun dhateng Gusti
mbetahaken katekunan lan kasetyan tumraping jejibahan lan tanggel jawab, awit
kepemimpinan ingkang ndadosaken Gusti minangka panceripun/ Kristus kedah
nggadhahi sedyaning dhiri kapimpin dening Gusti.
Kados dene Paulus, ketekunan lan kasetyan ugi dipun lampahi dening para
ahli Toret lan Farisi. Emanipun ingkang dipun wucalaken punika pranatanipun Gusti
kanthi kaku, kados-kados kayekten lan kaurmatan punika dados kagunganipun
piyambak ngantos-ngantos kasebut nglenggahi kursinipun Musa. Emanipun para
Farisi lan ahli Toret punika boten nindakaken punapa ingkang dados piwucalipun.

147
Kados unen-unen: gajah diblangkoni, isa kojah (kotbah) ora isa nglakoni. Lajeng
model kepemimpinan ingkang pundi ingkang sae sanget?
Sabdanipun Gusti dinten punika, Gusti Yesus nedahaken kepemimpinan
alternatif. Sing sapa gedh dhw ana ing satengahmu iku dadia paladnmu. Lan
sing sapa ngluhurak awak dhw, bakal kaasorak, dn kang ngasorak awak
dhw bakal kaluhurak." (Matius 23:11-12). Nulad Sang Kristus, kepemimpinan
miturut Sang Kristus langkung migatosaken kabetahanipun sesami nglangkungi
kabetahanipun piyambak, nentremaken ingkang kapimpin, paring semangat sarta
tuwuhing karohanen saha sesambetan kaliyan Gusti Allah. Kepemimpinan ingkang
dipun lampahi sarana tulus ing batos, andhap asor bilih ing ngarsanipun Gusti
ngrumaosi bilih kita punika kadhapuk abdi.

Panutup
Kadosa pundi endahipun tembung kepemimpinan, pranyata bilih
kepemimpinan saged dados boomerang kangge kita, awit kepemimpinan saged
dipun salah ginakaken. Para pemimpin ingkang nguja hawa nguber drajat, pangkat
lan kwasa kanthi cara ingkang boten prayoga. Gusti inggih nyuwun
tanggeljawabipun.
Gusti Yesus nedahaken sikep ing luru minulya, boten krana nglenggahi kursi
Musa, nanging sarana sumadya dados abdi. Boten nggunggungaken diri, nanging
andhap asor. Punapa kemawon pangkat kwaos kita, kita boten kecalan ajining diri
menawi kita maringaken diri dhateng liyan. Peladosan ingkang nengenaken liyan
inggih wujuding peladosan sejati, kaluhuran sejati, kados tembang macapat ing
ngandhap punika:
MIJIL
Dedalane guna lawan sekti
kudu andhap asor
wani ngalah luhur wekasane
tumungkula yen dipun dukani
bapang den simpangi
ana catur mungkur

Pamuji: KPK 175


MINGGU, 12 NOPEMBER 2017
BULAN BUDAYA GKJW --- STOLA PUTIH
148
Bacaan 1 : Amos 5:18-24
Bacaan 2 : 1 Tesalonika 4:13-18
Bacaan 3 : Matius 25:1-13
Tema Liturgis : Budaya Luhur Sarana Melakukan Panggilan Tuhan
Tema Khotbah : Penggunaan tradisi budaya lokal

Keterangan Bacaan
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)
1. Amos 5:18-24
Pidato celaka yang kedua mengulangi lagi gagasan religius yang tradisional,
yakni janji-janji Allah bagi masa depan sebagai inti keluaran zaman Musa dari
Mesir, dan kemudian membalikkan apa yang biasa diharapkan orang dari itu.
Sementara jawaban yang biasa adalah kegembiraan, Amos menjelaskan bahwa
hari Tuhan berarti kegelapan dan bukan terang (ay. 18). Ungkapan hari
Tuhan mempunyai sejarah yang panjang dalam karya-karya di luar Alkitab.
Dalam sastra Akkad, selatan Mesopotamia (Irak modern) ratusan tahun
sebelum Amos, hari dewa adalah pesta istimewa untuk menghormati dewa
dengan upacara ibadah yang meriah. Bagi Israel pada zaman Amos, hari
Yahwe ditandai dengan perayaan yang meriah akan kehadiran Tuhan sewaktu
tindakan penyelamatan di masa lalu diperbarui secara liturgis (ay. 23-25).
Namun Amos mewartakan yang sebaliknya. Sesudah zamannya, hari Tuhan
berarti hari kemurkaan Tuhan melawan Israel, atau kelak -selama pembuangan-
melawan musuh-musuh Israel; kemudian kembali kepada ide yang lama, hari
keselamatan bagi Israel, dan kadang-kadang juga hari penghakiman terakhir.
Amos memberikan tempatnya yang tetap dari pengertian ini. Ia berdasar pada
tradisi yang sangat tua, yang secara kreatif menantang salah tafsir dari orang-
orang sezamannya, dan mencoba mengembalikan kepercayaan Israel yang asli,
pembebasan orang tertindas dan penghakiman bagi para penindas.

2. 1 Tesalonika 4:13-18
Pada tempat ini Paulus memperkenalkan sebuah unsur yang tidak ditemukan
dalam surat kafir pada zaman itu, yaitu ajaran mengenai akhir zaman. Dalam
menghadapi kematian, dunia kafir sama sekali tidak mempunyai pengharapan.

149
Dalam bagian ini dia menjelaskan apa yang akan terjadi bagi anggota yang
kematiannya terjadi sebelum kedatangan Tuhan. Paulus meyakinkan
pembacanya bahwa orang Kristen yang meninggal ini tidak kehilangan
penebusan yang diperoleh pada saat kedatangan Tuhan. Karena itu, kedukaan
orang Kristen atau seseorang yang meninggal dalam iman, tidak sama dengan
kedukaan mereka yang tidak mempunyai pengharapan.
Untuk menunjukkan mengapa orang Kristen berpengharapan, juga sekalipun
dalam keadaan berduka, Paulus mengutip sebuah sahadat yang telah dikenal
oleh jemaatnya: kita percaya juga bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit.
Kepercayaan ini penting, karena apa yang terjadi pada Yesus, juga akan terjadi
pada mereka yang meninggal dalam iman kepada Yesus. Allah akan mengambil
mereka sama seperti Dia membangkitkan Yesus. Paulus bernubuat bahwa
mereka yang masih hidup saat kedatangan Tuhan, tidak akan menjadi lebih baik
keadaannya dari orang beriman yang telah meninggal. Dengan suara yang
mengagumkan dan dengan kemuliaan, Tuhan akan turun dari sorga, dan mereka
yang sudah meninggal akan bangkit sebagai kelompok pertama yang
menyongsong Dia; kemudian yang hidup akan diangkat dan semua kaum
beriman akan menyongsong Tuhan di tengah-tengah awan untuk memulai
keberadaan eksternal dalam kemuliaan bersamaNya.

3. Matius 25:1-13
Perumpamaan sepuluh gadis berisikan banyak gambaran yang sudah diketahui
dari perumpamaan sebelumnya. Gadis-gadis bodoh dan gadis-gadis bijak ini
mangandaikan kebiasaan di Palestina mengenai kepergian pengantin pria ke
rumah pengantin wanita untuk melakukan perjanjian perkawinan dengan ayah
mertuanya. Ketika pengantin pria kembali dengan pengantin wanita ke
rumahnya sendiri, pesta perkawinan segera dimulai. Para pengiring diharapkan
menyongsong pengantin pria dan pengantin wanita ketika mereka mendekati
rumah. Pengiring yang bodoh yakin bahwa pengantin pria tidak akan datang
pada waktu malam. Tetapi pengiring yang bijak yakin bahwa dia dapat datang
sewaktu-waktu (ay 2-4). Pengantin pria terlambat (ay. 5), tetapi akhirnya dia
datang pada waktu yang sama sekali tidak diharapkan (ay. 60). Pengiring yang
bodoh sangat terkejut dan tidak mampu mendapat minyak pada waktunya
untuk memulai pesta perkawinan (ay. 7-10). Pintu tertutup, dan mereka ditolak

150
untuk masuk. Sekali lagi pesan dari perumpamaan ini merupakan ajaran untuk
selalu berjaga-jaga setiap saat (ay. 13).

BENANG MERAH TIGA BACAAN


Bacaan 1 dan 3 berdasar pada tradisi yang berlaku di luar tradisi umat Tuhan.
Tetapi Paulus dalam suratnya memperkenalkan sesuatu yang baru yang tidak ada di
tradisi kafir tentang hari akhir.

RANCANGAN KHOTBAH: Bahasa Indonesia


(Ini hanya sebuah rancangan...bisa dikembangkan sendiri sesuai konteks jemaat)
Pendahuluan
Manusia berbudaya. Artinya, manusia membuat suatu karya atau tatanan
yang diberlakukan -dipegangi dan dilakukan/ digunakan- secara terus-menerus
sehingga menjadi suatu tradisi. Setiap budaya atau tradisi mempunyai estetika
(keindahan), makna dan ajaran. Manusia berbudaya menurut suku atau bangsanya
masing-masing. Sehingga, di mana suku atau bangsa itu tinggal tentu mempunyai
budaya dan tradisinya yang khas dan berbeda dengan suku atau bangsa di tempat
yang berbeda. Dari situ muncullah tradisi budaya lokal. Dari ajaran atau pesan tradisi
budaya lokal itu dikenallah yang disebut local wisdom atau kearifan lokal.

Isi
Tuhan Yesus dalam menyampaikan ajaran-ajaranNya juga menggunakan
tradisi budaya lokal. Dalam menyampaikan ajaran supaya umatNya selalu berjaga-
jaga, Tuhan Yesus menggunakan perumpamaan tentang Gadis-gadis yang bijaksana
dan gadis-gadis yang bodoh.
Gadis-gadis yang menyongsong mempelai pria yang diceritakan dalam
perumpamaan ini adalah tradisi perkawinan di tanah Palestina. Menurut tradisi di
sana: di awal rangkaian pesta perkawinan ini adalah mempelai pria pergi ke rumah
mertuanya untuk mengambil mempelai wanitanya. Kepergiannya ke rumah
mempelai wanita, dia diuntapake (dilepas kepergiannya) oleh gadis-gadis. Ketika di
rumah mempelai wanita, dia beserta rombongannya melakukan percakapan dengan
pihak mertuanya. Setelah selesai percakapan itu, kemudian mempelai pria kembali
ke rumahnya sendiri bersama mempelai wanitanya. Kedatangannya kembali ke
rumahnya, dia disambut oleh gadis-gadis tadi. Kedatangannya kembali ke rumah

151
tidak bisa diprediksi dan tidak diketahui oleh gadis-gadis itu. Kedatangannya kembali
bisa terjadi sewaktu-waktu.
Dalam perumpamaan ini, diceritakan oleh Tuhan Yesus bahwa mempelai pria
itu rupanya datang pada hari sudah larut malam. Gadis-gadis itu sudah cukup lama
menanti-nantikan kedatangan mempelai itu, sehingga pelita mereka hampir
kehabisan minyak. Gadis-gadis yang bodoh tidak membawa persediaan minyak, lalu
meminta minyak kepada gadis-gadis bijaksana yang membawa persediaan minyak.
Karena permintaan mereka ditolak, mereka pergi membeli minyak. Ketika mereka ini
pergi, mempelai pria dan rombongannya tiba, dan segera masuk ke rumah dan
menutup pintunya untuk memulai pesta. Ketika mereka kembali, mereka tidak bisa
masuk rumah pesta itu.
Berita tentang hari Tuhan dalam bacaan 1 hari ini, Kitab Amos, tadi pun
ternyata -menurut penilitian para ahli- juga berasal dari tradisi yang sudah ada di
Mesopotamia ratusan tahun sebelum Amos, yaitu tentang hari dewa. Makna hari
dewa diubah sedikit oleh Amos dalam pemahaman tentang hari Tuhan. Hari
dewa adalah pesta istimewa untuk menghormati dewa dengan upacara ibadah
yang meriah. Bagi Israel pada zaman Amos, hari Tuhan ditandai dengan perayaan
yang meriah akan kehadiran Tuhan sewaktu tindakan penyelamatan di masa lalu
diperbarui secara liturgis (ay. 23-25). Tetapi Amos memberitakan bahwa hari
Tuhan berarti hari kemurkaan Tuhan melawan Israel karena dosa-dosa dan
kejahatannya. Tetapi pada masa pembuangan hari Tuhan adalah kemenangan
Tuhan melawan musuh-musuh Israel. Jadi, makna hari Tuhan kembali kepada ide
yang lama, taitu keselamatan bagi Israel.
Di sisi lain, Paulus -dalam suratnya kepada jemaat Tesalonika-
memperkenalkan sesuatu yang baru yang tidak terdapat dalam tradisi dunia kafir.
Dalam menghadapi kematian, dunia kafir sama sekali tidak mempunyai
pengharapan; tidak ada sesuatupun yang dapat diharapkan setelah kematian. Dalam
bagian suratnya ini, bacaan kita yang ke 2, Paulus menuliskan tentang orang yang
sudah meninggal dan yang masih hidup di saat akhir zaman, saat kedatangan Tuhan
Yesus kembali. Dengan suratnya ini Paulus meneguhkan iman orang-orang
Tesalonika bahwa orang-orang yang meninggal dan yang hidup dalam iman,
mempunyai pengharapan hidup yang kekal bersama Tuhan di sorga. Semuanya akan
mengalaminya saat kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali.
Tuhan Yesus menceritakan tradisi lokal untuk mengajar para pengikutNya
supaya berjaga-jaga menghadapi akhir zaman. Dia tidak menghendaki pengikutNya
152
bertindak bodoh. Dia menghendaki kita semua bijaksana dan selalu waspada supaya
kita bisa menyambut kedatanganNya yang kedua kali.
Nabi Amos juga menggunakan tradisi yang sudah berlaku bertahun-tahun
untuk mengingatkan umat Tuhan supaya bertobat dari kemunafikan dan segala
macam dosa, supaya mereka tidak tertimpa hukuman. Mereka dikehendaki untuk
setia melakukan keadilan dan kebenaran. Dengan bertindak begitu, mereka akan
mendapat keselamatan pada hari Tuhan.
Gereja kita, GKJW, hidup di tengah masyarakat yang kaya dengan kebudayaan
dan tradisi. Ada budaya dan tradisi Jawa, Madura dan Osing (Banyuwangi). Ada seni
budaya lokal: seni musik (karawitan, kendang kempul Banyuwangi, Srunen Madura,
dsb), seni tari, seni drama (wayang, ludruk, janger), ada juga tradisi kepercayaan
(slametan, pethik, bersih desa, dsb). Budaya dan tradisi itu indah, walaupun tentu
tidak semua maknanya sesuai dengan ajaran Tuhan kita. Karena itu, kita boleh
bahkan baik menggunakan budaya dan tradisi lokal itu untuk melakukan dan
memberitakan karya Tuhan. Namun demikian, kita juga harus kritis terhadapnya.
Semua budaya dan tradisi lokal yang kita pakai, praktek dan maknanya harus sesuai
dengan kehendak dan perintah Tuhan. Semua budaya dan tradisi lokal yang kita
pakai harus dalam rangka melakukan dan memberitakan kasih, karya, kuasa dan
kehendak Tuhan. Semua budaya dan tradisi lokal yang kita pakai tidak boleh
menyesatkan, tetapi sebaliknya harus justru menguatkan iman dan spiritualitas
(kerohanian) kita. Dengan begitu, semua umat Tuhan diingatkan untuk selalu
berjaga-jaga, bertindak bijaksana dan selalu layak menyambut kedatangan Tuhan
Yesus yang kedua kali.

Penutup
Mari kita mantapkan iman dan spiritualitas kita bersama dengan
menggunakan juga budaya dan tradisi lokal kita. Mari kita beritakan keagungan
Tuhan: keagungan kasih, karya, kuasa dan kehendakNya, dengan menggunakan
budaya dan tradisi lokal kita, dengan membubuhkan makna kristiani dalam budaya
dan tradisi lokal yang kita pakai. Dimasyhurkan dan dimuliakanlah nama Tuhan!
Amin. [st]

Nyanyian: KJ 14:1(2x); 14:292x)/ 23:1(2x); 50a:1,4; 244:1-3; 433:1-/ KK 46:1-


RANCANGAN KHOTBAH: Basa Jawi
Pambuka
153
Manungsa menika nggadhahi kabudayan. Tegesipun, manungsa nindakaken
utawi ngripta pakaryan utawi pranatan ingkang dipun ugemi lan dipun tindakaken/
ginakaken kanthi ajeg wongsal-wangsul temah dados tradisi (adat). Saben
kabudayan nggadhahi kaendahan, pangaji lan piwulang/ pitutur. Manungsa
nggadhahi kabudayan manut golongan utawi suku lan bangsanipun piyambak-
piyambak. Temahan, ing pundi suku utawi bangsa menika mapan mesthi nggadhahi
kabudayan ingkang mirunggan lan adatipun benten kaliyan suku utawi bangsa sanes
ing papan sanesipun. Saking ngriku lajeng tuwuh kabudayan lokal. Saking piwulang
utawi pitutur kabudayan lokal menika lajeng wonten sebatan local wisdom utawi
kearifan lokal.

Isi
Gusti Yesus anggenipun paring piwulang ugi migunakaken kabudayan lokal.
Anggenipun paring piwulang supados umatipun tansah jumaga-jaga, Gusti Yesus
ngginakaken pasemon bab prawan sedasa ingkang wicaksana lan ingkang bodho.
Para prawan ingkang methuk pangantyan kakung ingkang kacariyosaken ing
pasemon menika satunggaling kabudayan bab neningkahan ing tanah Palestina. Ing
wiwitaning pesta neningkahan menika, pangantyan kakung tindak dhateng
dalemipun marasepuh saperlu mundhut pangantyan putri. Anggenipun tindak
dhateng dalemipun marasepuh, piyambakipun dipun untapaken dening para
prawan. Nalika wonten ing dalemipun marasepuh, pangantyan kakung lan
rombonganipun nindakaken wawan pangandikan kaliyan marasepuhipun. Sareng
sampun rampung pirembaganipun, pangantyan kakung tumunten kondur dhateng
dalemipun piyambak sesarengan kaliyan pangantyan putri. Rawuhipun pangantyan
sarimbit dhateng dalemipun dipun pethuk dening para prawan kalawau. Konduripun
pangantyan dhateng dalemipun piyambak menika boten saged dipun titeni
wancinipun dening para prawan menika. Konduripun saged sawanci-wanci.
Ing pasemon menika dipun cariyosaken dening Gusti Yesus bilih rawuhipun
pangantyan kakung ketingalipun sampun dalu sanget. Para prawan menika sampun
dangu anggenipun ngrantos rawuhipun, ngantos lisah oncoripun sampun meh telas.
Para prawan ingkang bodho boten cecawis lisah, lajeng nyuwun dhateng para
prawan wicaksana ingkang mbekta lisah linangkung. Karana panyuwunipun dipun
tampik, lajeng para prawan menika sami kesah saperlu tumbas lisah. Nalika sami
kesah menika, pangantyan kakung lan rombonganipun sami rawuh lan tumunten
lumebet ing griya sarta nginep korinipun nunten miwiti pesta. Sareng para prawan
154
bodho kalawau wangsul, sami boten saged mlebet griya pesta menika. Menika
kabudayan lokal tanah Palestina.
Tembung dinane Pangeran ing waosan 1, Kitab Amos, swaunipun -miturut
penilitan para ahli- jebul ugi kabudayan saking Mesopotamia ingkang sampun
wonten atusan taun saderengipun Nabi Amos, nggih menika ingkang kasebat
dinane dewa. Maknaning dinane dewa menika dipun owahi sekedhik dening
nabi Amos ing pemanggihipun bab dinane Pangeran. Dinane dewa menika pesta
ageng kangge ngurmati dewa klayan upacara pangibadah ingkang gumebyar.
Menggahing bangsa Israel ing jamanipun nabi Amos, dinane Pangeran dipun
tandhani mawi pahargyan ageng tumrap rawuhipun Gusti nalika nindakaken
pakaryan karahayon ing waktu ingkang sampun kawuri. Nanging Nabi Amos
mawartosaken bilih dinane Pangeran menika ateges dinten pageblug saking Gusti
ingkang nempuh bangsa Israel awit dosa-dosa lan piawonipun. Nanging ing mangsa
pambucalan ing Babil dinane Pangeran menika ateges dinten kaunggulanipun
Gusti lumawan mengsah-mengsahipun bangsa Israel. Dados, maknaning dinane
Pangeran wangsul dhateng pemanggih ingkang sampun kawuri, nggih menika bab
karahayon kagem bangsa Israel.
Ing sisih sanesipun, Rasul Paulus -ing seratipun dhateng pasamuwan
Tesalonika- nepangaken wawasan enggal ingkang boten wonten ing kabudayan
kapir. Salebeting ngadhepi pepejah, kabudayan kapir boten nggadhahi pangajeng-
ajeng babar pisan; boten wonten prekawis satunggal menapa ingkang saged dipun
ajeng-ajeng sasampunipun pejah. Ing peranganing seratipun menika, waosan 2,
Paulus nyerat bab nasibipun tiyang ingkang sampun seda lan ingkang gesang ing
iman ing jaman wekasan, nalika Gusti Yesus rawuh malih. Klayan seratipun menika
Paulus ngukuhaken kapitadosanipun tiyang-tiyang Tesalonika bilih tiyang-tiyang
ingkang seda lan gesang ing salebeting kapitadosan dhumateng Gusti Yesus,
nggadhahi pangajeng-ajeng gesang langgeng tetunggilan kaliyan Gusti ing swarga.
Gusti Yesus nyariyosaken kabudayan lokal kangge mulang para
pendherekipun supados tansah jumaga-jaga ngadhepi pungkasaning jaman.
Panjenenganipun boten ngersakaken para pendherekipun tumindak lena.
Panjenenganipun ngersakaken kita sedaya wicaksana lan tansah waspada supados
kita saged lan pantes methuk rawuhipun Gusti Yesus ingkang kaping kalih.
Bani Amos ugi migunakaken kabudayan ingkang sampun lami sanget kangge
ngengetaken umatipun Gusti supados mratobat saking tumindakipun ingkang
lelamisan lan kebak dosa, supados sampun ngantos katempuh ing pageblug.
155
Umatipun Gusti dipun kersakaken kanthi setya tuhu nindakaken kaadilan lan
kayekten. Kanthi mekaten, para umat menika pikantuk karahayon ing dinane
Pangeran.
Greja kita, GKJW, gesang ing tengahing masyarakat ingkang sugih kabudayan.
Wonten kabudayan Jawi, Medunten (Madura) lan Osing (Banyuwangi). Wonten seni
kabudayan lokal: seni musik (karawitan, kendang kempul Banyuwangi, Srunen
Medura, lsp), wonten seni tari, seni drama (wayang, ludruk, kethoprak, janger),
wonten ugi kabudayan bab kapitadosan (slametan, pethik, bersih desa, lsp).
Kabudayan menika endah, nadyan boten sedaya maknanipun condhong kaliyan
piwulangipun Gusti kita. Pramila saking menika, kita pareng lan malah prayogi
migunakaken kabudayan lokal kagem nindakaken lan mawartosaken pakaryanipun
Gusti. Ewasamanten, kita kedah kritis (taliti). Sedaya kabudayan lokal ingkang kita
agem, cak-cakan lan maknanipun kedah selaras kaliyan pepaken lan karsanipun
Gusti. Sedaya kabudayan lokal ingkang kita agem kedah kanthi pangangkah
nindakaken lan mawartosaken sih katresnan, pakaryan, pangwasa lan karsanipun
Gusti. Kabudayan lokal ingkang kita agem boten pareng nasaraken, nanging
kosokwangsulipun malah kedah nyantosakaken iman kapitadosan lan karohanen
kita. Klayan makaten, sedaya umatipun Gusti dipun engetaken supados tansah
jumaga-jaga, tumindak wicaksana temah pantes methuk rawuhipun Gusti Yesus
ingkang kaping kalih.

Panutup
Mangga kita antepaken iman kapitadosan lan karohanen kita sesarengan
srana migunakaken ugi kabudayan lokal kita. Mangga kita undhangaken
kaagunganipun Gusti: kaagunganing katresnan, pakaryan, pangwasa lan karsanipun
Gusti, srana migunakaken kabudayan lokal kita, srana muwuhaken maknaning
kekristenan ing kabudayan lokal ingkang kita agem. Kasuwurna lan kamulyakna
asmanipun Gusti. Amin. [st]

Pamuji: Kid. Kontekstual 2:1,2; 20:1-3; 47:1-; KPK 195:1,2,3.; 343:1.

MINGGU, 19 NOPEMBER 2017


BULAN BUDAYA GKJW --- STOLA PUTIH

156
Bacaan 1 : Hakim-Hakim 4:1-7
Bacaan 2 : 1 Tesalonika 5:1-11
Bacaan 3 : Matius 25:14-30
Tema Liturgis : Budaya Luhur Sarana Melakukan Panggilan Tuhan
Tema Khotbah : Mengembangkan talenta seni budaya

Keterangan Bacaan
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)
1. Hakim-Hakim 4:1-7
Bagian ini memberikan tekanan pada peran Debora sebagai seorang hakim
bangsa Israel. Banyak orang Israel yang mempunyai masalah atau perselisihan
datang meminta keadilan kepada Debora. Dia bekerja melakukan penghakiman
atas orang-orang Israel yang berselisih atau bermasalah. Dari sini nampak
bahwa Debora adalah seorang yang berkharisma. Kharisma Debora sebagai
hakim adalah untuk menyelesaikan masalah keadilan, untuk menentukan siapa
yang benar dan siapa yang salah, bukan kharisma untuk memimpin perang
seperti hakim-hakim Israel yang lain.
Karena itu, ketika bangsa Israel dijajah oleh raja Yabin, Debora meminta Barak
untuk memerangi dan mengalahkan panglima Yabin yang bernama Sisera.
Sebagai seorang nabi (perempuan) juga, Debora mengingatkan dan
memberitahukan perintah Tuhan kepada Barak bahwa Tuhan akan
menyerahkan Sisera kepada 70 ribu tentara Israel yang dipimpin oleh Barak.

2. 1 Tesalonika 5:1-11
Karena Hari Tuhan pertama-tama adalah peristiwa penyelamatan, orang-orang
Kristen yang masih hidup tidak perlu takut mengenai kedatanganNya, atau
bagaimana dan kapan hal itu akan terjadi. Orang Tesalonika sudah tahu bahwa
Tuhan akan datang pada saat Ia tidak diharapkan, seperti pencuri di waktu
malam, dan bahwa tak seorang mampu lepas dari penghakiman yang akan
dilaksanakan pada saat itu. Bagi beberapa orang, hari itu akan menjadi hari
kemurkaan Allah, saat mereka akan mengalami kehancuran yang tiba-tiba.
Tetapi bagi orang Kristen akan menjadi saat pembebasan dan keselamatan.
Sekalipun Tuhan digambarkan seperti pencuri yang datang, orang Kristen tidak
perlu takut akan kegelapan ini, karena mereka adalah anak-anak terang dan
157
anak-anak siang (ay. 5). Melalui baptis, yang rupanya disinggung di sini, mereka
telah menjadi orang-orang yang diterangi dan tidak mempunyai bagian dalam
kegelapan atau malam. Mereka tidak sama dengan tetangga mereka yang bukan
Kristen, yang waktu malam tanpa persiapan bagi kedatangan Tuhan atau yang
menyia-nyiakan waktu mereka dengan berjalan dalam kegelapan yang tidak
diharapkan. Orang Kristen harus waspada, berbajuzirahkan iman dan kasih,
dan berketopongkan pengharapan yang merupakan senjata keselamatan.
Alasan dari optimisme Kristen ini adalah karya keselamatan Allah; Allah tidak
menentukan orang Kristen bagi kemurkaan, tetapi bagi keselamatan masa
depan yang datang pada hari Tuhan. Sekalipun masih merupakan pengharapan,
keselamatan sudah dimulai melalui Tuhan Yesus yang telah mati untuk kita.
Melalui baptis, kematian yang menyelamatkan ini mendatangkan akibat di
antara orang Kristen yang kemudian menjadi anak-anak terang. Dengan
kepercayaan penuh terhadap pengharapan keselamatan mereka ini, orang-
orang Tesalonika didorong untuk saling menghibur satu sama lain, sekalipun hal
itu sudah menjadi kebiasaan dalam hidup mereka.

3. Matius 25:14-30
Perumpamaan mengenai talenta mempunyai banyak unsur yang ditemukan
dalam perumpamaan sebelumnya, tetapi perumpamaan ini terpusat pada
adegan penghakiman (ay. 19-30). Majikan (Anak Manusia) akan pergi jauh.
Karena itu, ia membagikan sejumlah uang kepada tiga hambanya. Kata Yunani
yang melukiskan jumlah ini adalah talenta. Di sini talenta berarti bakat alam
yang dapat dikembangkan dengan praktek yang tekun. Meskipun disebut 3
hamba dalam perumpamaan, tetapi mereka sebenarnya terbagi dalam 2
kelompok: 2 orang yang menginvestasikan dan menggandakan jumlah uangnya,
dan seorang yang menanam uangnya di tanah. Majikan, yang semula pergi jauh
untuk waktu yang lama, tiba-tiba kembali untuk melakukan perhitungan dengan
hamba-hambanya (ay. 19). Perhitungan itu jelas menunjuk pada penghakiman
terakhir. Hal ini mencakup hadiah bagi kedua hamba yang menggandakan
jumlah uang yang diberikan kepada mereka (ay. 20-23) dan hukuman bagi
hamba yang tidak melakukan apa-apa (ay. 24-30). Kesiapsediaan menuntut
terus-menerus tindakan yang menghasilkan buah.

158
BENANG MERAH TIGA BACAAN
Bacaan 3 dan 1 berbicara tentang penghakiman: bacaan 3 berbicara
tentang penghakiman terakhir, sedangkan bacaan 1 bicara tentang penghakiman di
dunia. Menurut bacaan 2, orang Kristen tidak perlu takut pada penghakiman itu,
sebab mereka hidup di dalam terang (kebenaran).

RANCANGAN KHOTBAH: Bahasa Indonesia


(Ini hanya sebuah rancangan...bisa dikembangkan sendiri sesuai konteks jemaat)
Pendahuluan
Menjadi seorang hakim tentu bukanlah pekerjaan yang mudah. Dia harus
melakukan keadilan, menetapkan seseorang bersalah atau tidak bersalah dan
memutuskan vonis atau hukuman yang setimpal dengan perbuatannya.
Memutuskan suatu perkara atau kejadian yang tidak dilihat secara langsung tentu
pekerjaan yang sangat sulit. Apalagi ditambah adanya pihak yang menuntut (Jaksa)
pelaku dan pihak yang membela (Pengacara) pelaku. Penghakiman menjadi tugas
yang sangat membutuhkan ketelitian dan kecermatan yang sangat tinggi. Sebab, jika
tidak demikian, justru hakimlah -sengaja atau tidak, sadar atau tidak- yang
melakukan ketidakadilan. Artinya, yang sebenarnya tidak berbuat kesalahan justru
dipenjarakan, sedangkan yang melakukan kejahatan akan bebas dari hukuman.
Karena itu, menjadi seorang hakim membutuhkan kharisma atau karunia ilahi.
Untuk itu, seorang hakim harus selalu dekat dan memohon bimbingan hikmat
Tuhan.

Isi
Rupanya kharisma yang demikianlah yang ada pada Debora sebagai hakim
umat Israel. Debora adalah seorang hakim yang berbeda atau khas dibanding
dengan hakim-hakim Israel yang lain. Kekhasannya bukan sekedar karena dia adalah
seorang wanita, tetapi dia bukanlah hakim yang memimpin pasukan Israel untuk
berperang. Dia juga adalah seorang nabi.
Debora adalah seorang hakim yang memutuskan perkara-perkara
perselisihan orang-orang Israel. Banyak orang Israel yang datang berhakim atau
meminta keadilan kepada Debora atas perkara mereka. Tentu tidak sedikit perkara
rumit -yang tidak dilihatnya secara langsung- yang diperhadapkan kepadanya.
Nampak cukup jelas bahwa Debora adalah orang yang mempunyai hubungan
yang dekat dengan Tuhan. Hal ini dapat dilihat pada 4:6-7 (Bukankah...) bahwa dia
159
tahu Tuhan memerintahkan Barak untuk maju berperang bersama 10 ribu orang
bani Naftali dan Zebulon. Berkat kedekatannya dengan Tuhan serta hikmatNya,
Debora dapat menjadi hakim yang baik. Jika tidak demikian, tentu dia akan
mengalami kesulitan atau bahkan kesalahan melakukan penghakiman perkara.
Lain perkara jika yang menjadi hakim adalah Tuhan sendiri. Dia yang maha
tahu, pasti dapat melihat dengan tepat siapa yang benar dan siapa yang salah.
Tuhan tidak akan salah dalam memutuskan perkara setiap orang. Karena itu, Dia
tidak hanya membebaskan yang tidak bersalah dan menghukum yang melakukan
kajahatan. Dia memberikan hadiah/ upah/ anugerah kepada yang melakukan
kebenaran. Karena itu, Rasul Paulus meyakinkan orang-orang Kristen Tesalonika
bahwa mereka tidak perlu takut menghadapi hari penghakiman terakhir itu. Sebab,
mereka -dengan baptisan dalam Kristus- digolongkan pada orang-orang yang telah
dibenarkan oleh Tuhan Yesus, Sang Hakim itu sendiri. Mereka adalah anak-anak
terang, anak-anak siang.
Dalam bacaan ke 3 Perumpamaan tentang talenta, penghakiman itu
berkaitan dengan pertanggungan jawab atas talenta yang diberikan oleh majikan
kepada hamba-hambanya. Majikan itu memberikan apresiasi terhadap hamba-
hamba yang mengembangkan talenta pemberiannya. Sebaliknya, dia memberikan
hukuman kepada hamba yang tidak melakukan apa-apa terhadap talenta yang
diterimanya. Jadi, pengembangan talenta atau tidak mengembangkannya di sini
perkaranya bukan sekedar untuk menguntungkan diri sendiri atau tidak.
Mengembangkan atau tidak mengembangkan talenta itu urusannya sampai pada
penghakiman Tuhan. Siapa yang berusaha mengembangkannya akan mendapat
hadiah/ upah/ anugerah, dan siapa tidak melakukan apa-apa terhadap talentanya
akan mendapat hukuman. Karena itu, siapa yang tidak ingin mendapat hukuman,
dia harus berusaha mengembangkan talenta yang diberikan Tuhan kepadanya.
Ada berbagai talenta atau bakat yang diberikan oleh Tuhan kepada umatNya.
Ada yang berbakat di bidang olah raga: olah raga game atau permainan (sepak bola,
bulutangkis, dsb), olah raga senam (senam adiyuswa), dsb. Ada yang berbakat di
bidang teknologi: mesin, listrik, eletronik, dsb. Ada yang berbakat di bidang
ekonomi: mencari uang dan (menghabiskan) membelanjakan uang... dengan
hemat. Ada yang berbakat di bidang bahasa: cepat belajar menguasai beberapa
bahasa, menjadi presenter (MC), menulis atau membaca puisi, dsb. Dan tentu ada
yang berbakat di bidang seni budaya. Semua itu adalah pemberian Tuhan supaya
dikembangkan dan dipertanggungjawabkan.
160
Ada berbagai jenis seni budaya lokal dan populer. Tidak sedikit warga GKJW
yang mempunyai bakat/ talenta bermain musik karawitan atau musik yang lain, baik
yang tua maupun muda, dewasa maupun anak-anak. Untuk mengetahuinya, perlu
dicari atau mencoba diri memainkannya. Juga tidak sedikit warga GKJW yang
berbakat bermain seni drama: ndalang wayang kulit, komedi (melawak), teater,
ludruk, dsb. Tentu juga tidak sedikit yang berbakat menari: tarian tradisional, tarian
kontemporer. Begitu juga dengan seni lukis.
Untuk mengembangkan berbagai talenta itu, gereja dan warga perlu:
1. Mendata talenta/ bakat setiap warga jemaat, warga seharusnya mengisi
data itu dengan detail dan konkrit.
2. Memberikan pelatihan rutin, warga dengan rajin berlatih.
3. Memberikan kesempatan kepada mereka untuk terlibat dalam pelayanan
ibadah minggu atau perayaan-perayaan. Misalnya, seorang peniup
suling/ harmonika atau pemain biola ikut mengiringi nyanyian ibadah
bersama organis. Warga mau mengambil kesempatan itu.
4. Menyediakan sarana yang dibutuhkan.

Penutup
Mari kita masing-masing dan sendiri-sendiri mencari, mengenali dan
mengembangkan talenta/ bakat yang diberikan Tuhan kepada kita. Mari kita
bersama-sama dan bekerjasama mengembangkan talenta pemberian Tuhan kepada
kita masing-masing. Mari kita gunakan segala talenta pemberian Tuhan
menunjukkan keagungan dan kemuliaan Tuhan, kemuliaan karya, kasih, kuasa dan
kehendak Tuhan yang agung. Dengan begitulah, kita mempertanggungjawabkan
talenta yang diberikan Tuhan kepada kita. Dengan begitu, kita siap setiap saat
menghadapi penghakiman Tuhan tanpa takut dan ragu. Dimuliakan dan
dimasyhurkanlah Tuhan melalui pengembangan dan penggunaan talenta kita. [st]

Nyanyian: KJ 309:1,2,4; Kid. Kontekstual 171 (2x)

RANCANGAN KHOTBAH: Basa Jawi


Pambuka
Dados hakim tamtu pedamelan ingkang boten gampil. Hakim kedah
nindakaken kaadilan, kedah netepaken tetiyang menika lepat utawi boten lepat lan
netepaken vonis utawi pidana utawi paukuman ingkang setimbang kaliyan
161
tumindakipun. Mutusi satunggaling prekawis ingkang boten dipun pirsani piyambak
tamtu dados satunggaling pedamelan ingkang ewet. Menapa malih dipun tambahi
wontenipun panutuh saking Jaksa Penuntut Umum lan ugi wonten ingkang mbelani
(Pengacara) tiyang ingkang kadakwa lepat. Dados hakim menika satunggaling
pedamelan ingkang mbetahaken panaliti lan titi ingkang temen-temen. Awit menawi
boten mekaten, saged kelampahan bilih malah kepara hakimipun piyambak ingkang
tumindak boten adil -sengaja utawi boten, sadhar utawi boten. Tegesipun, tiyang
ingkang sejatosipun boten tumindak lepat malah kinunjara, dene ingkang
nindakaken kalepatan malah merdika (bebas) saking paukuman. Karana saking
menika, dados hakim menika mbetahaken kharisma (kanugrahan mirunggan) saking
Gusti. Ingkang menika, satunggaling hakim kedah tansah cecaketan kaliyan Gusti lan
nyuwun kawicaksananipun.

Isi
Rupinipun kharisma makaten menika ingkang dipun gadhahi dening Debora
minangka hakim Israel. Debora satunggaling hakim ingkang nyel (benten) piyambak
kabandhing kaliyan hakim-hakim Israel sanesipun. Anggenipun nyel menika boten
namung karana piyambakipun menika priyantun wanita, nanging ugi karana
piyambakipun menika sanes hakim ingkang mimpin prajurit Israel kangge maju
prang. Piyambakipun ugi satunggaling nabi.
Debora satunggaling hakim ingkang mutusi prekawis-prekawis cecongkrahan
ing antawisipun tiyang-tiyang Israel. Kathah tiyang Israel ingkang sowan nyuwun
kaadilan dhateng Debora tumrap prekawisipun. Tamtu kemawon boten sekedhik
prekawis ruwet ingkang boten kasumurupan piyambak denoing Debora- ingkang
dipun ajengaken dhateng piyambakipun.
Ketingal cetha bilih Debora menika priyantun ingkang kagungan sesambetan
raket kaliyan Gusti. Menika saged dipun pirsani saking 4:6-7 (Gusti rak wus
dhawuh...), piyambakipun pirsa bilih Gusti ngutus Barak supados majeng prang
nganthi 10 ewu tiyang bani Naftali lan Zebulon. Srana rumaketing sesambetanipun
kaliyan Gusti sarta kawicaksananipun, Debora saged dados hakim ingkang sae.
Menawi boten mekaten, piyambakipun mesthi ngalami pakewet utawi malah
kalepatan mutusi prekawis-prekawisipun tiyang-tiyang Israel.
Benten malih menawi ingkang dados hakim menika Gusti pribadi.
Panjenenganipun ingkang maha mirsa, mesthi saged nguningani kanthi yektos
menggah sinten ingkang leres lan sinten ingkang lepat. Gusti boten badhe lepat
162
mutusi prekawisipun saben tiyang. Karana saking menika, Panjenenganipun boten
namung ngluwari tiyang ingkang boten lepat lan midana tiyang ingkang nindakaken
piawon. Panjenenganipun ugi paring kanugrahan dhateng tiyang ingkang nindakaken
kayekten (kaleresan). Pramila saking menika, Paulus nandhesaken kapitadosanipun
tiyang-tiyang Kristen Tesalonika bilih tiyang-tiyang menika boten prelu ajrih
ngadhepi pangadilan ingkang pungkasan. Awit, tiyang-tiyang Kristen menika -srana
baptis suci ing Sang Kristus- kagolongaken dhateng tiyang-tiyang ingkang sampun
kaleresaken dening Gusti Yesus, Sang Hakim menika piyambak. Tiyang-tiyang menika
anak-anaking pepadhang.
Ing waosan 3 bab Pasemon Talenta, pangadilan menika gegayutan kaliyan
tanggel jawab atas talenta ingkang dipun paringaken dening bendara (Majikan)
dhateng para abdinipun. Bendara saestu ngajeni abdi ingkang ngginakaken
artanipun temah pikantuk bathi. Kosokwangsulipun, sang bendara malah maringi
pidana dhateng abdi ingkang boten tumindak menapa-menapa tumrap talenta
ingkang dipun tampeni. Ngginakaken utawi boten ngginakan talenta menika
urusanipun boten namung kangge pados bathi, nanging urusanipun ngantos ing
pangadilanipun Gusti. Sinten ingkang mbudidaya ngginakaken talentanipun badhe
pikantuk kanugrahan, dene ingkang boten tumindak menapa-menapa badhe nampi
pidana/ paukuman. Pramila, sinten ingkang boten purun kenging pidana,
piyambakipun kedah mbudidaya ngginakaken talenta peparingipun Gusti.
Wonten warni-warni talenta (bakat) ingkang dipun paringaken dening Gusti
dhateng umatipun. Wonten ingkang bakat ing babagan olah raga: balbalan,
badminton, senam (adiyuswa), lsp. Wonten ingkang bakat ing babagan teknologi:
mesin, listrik, elektronik, lsp. Wonten ugi ingkang bakat ing babagan ekonomi:
golek dhuwit lan (ngentekne...) mblanjakne dhuwit... kanthi gemi. Wonten ugi
ingkang bakat ing babagan basa: cepet sinau basa, dados MC (pranata cara), nyerat
utawi maos puisi, lsp. Tamtu ugi boten sekedhik ingkang nggadhahi bakat ing
babagan seni kabudayan. Sedaya menika peparingipun Gusti ingkang kedah dipun
ginakaken (dikembangkan) lan kedah dipun tanggel jawabi.
Wonten warni-warni jinis seni kabudayan lokal lan umum. Boten sekedhik
warga GKJW ingkang nggadhahi bakat ing seni karawitan utawi seni musik
sanesipun, dadosa ingkang sepuh mekaten ugi ingkang anem, dadosa ingkang
sampun dewasa mekaten ugi ingkang taksih anak-anak. Kangge nyumurupi talenta
(bakat) menika, kedah dipun taliti lan dipun cobi. Ugi boten sekedhik warga
pasamuwan ingkang bakat main drama: ndhalang wayang kulit, dhagelan, teater,
163
ludruk, lsp. Mekaten ugi ingkang nggadhahi bakat seni tari: tarian tradisional, tari
kontemporer. Mekaten ugi babagan seni lukis.
Kangge mengembangkan warni-warni talenta menika, greja lan kita prelu:
1. Niteni (mendata) bakatipun saben warga pasamuwan, warga ngisi data
dhiri kanthi cetha.
2. Nindakaken gladhen (latihan) ajeg, warga kanthi sregep latian.
3. Ngaturi wewengan (kesempatan) dhateng warga miturut talentanipun
dherek (cawe-cawe) lelados ing pangidabah-pangibadah lan pahargyan-
pahargyan. Upaminipun, ingkang pinter main suling utawi harmonika
utawi biola ndherek ngiringi pamujining pasamuwan sesarengan kaliyan
organis. Warga kanthi bingah ndherek lelados.
4. Nyawisaken sarana (alat) ingkang dipun betahaken.

Panutup
Sumangga piyambak-piyambak lan sesarengan naliti (madosi), ngrumaosi lan
ngginakaken (mengembangkan) talenta utawi bakat ingkang dipun paringaken
dening Gusti dhateng kita piyambak-piyambak! Sumangga sareng-sareng
ngginakaken talenta peparingipun Gusti dhateng kita piyambak-piyambak!
Sumangga kita ginakaken kangge nedahaken kaagungan lan kamulyanipun Gusti,
kamulyaning pakaryan, sih katresnan, pangwasa lan karsanipun Gusti ingkang
agung! Srana makaten kita nanggel jawabi talenta peparingipun Gusti dhateng kita.
Kanthi makaten, kita siaga saben wekdal ngadhepi pangadilanipun Gusti kanthi
tanpa ajrih lan mangu-mangu. Kanthi mekaten kita saged dados berkah tumrap
sedaya titahipun Gutsi. Kamulyakna lan kasuwurna asmanipun Gusti klayan
tumanjaning talenta kita. Amin. [st]

Pamuji: KPK 155:2,3.

MINGGU, 26 NOPEMBER 2017


MINGGU KRISTUS RAJA STOLA PUTIH

Bacaan 1 : Yehezkiel 34:11-16,20-24


Bacaan 2 : Efesus 1:15-23
Bacaan 3 : Matius 25:31-46
164
Tema Liturgis : Budaya Luhur Sarana Melakukan Panggilan Tuhan
Tema Khotbah: Yesus Kristus adalah Tuhan dan Raja

KETERANGAN BACAAN
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)
1. Yehezkiel 34:11-16,20-24
Carut-marut kehidupan umat Israel semakin mengkhawatirkan. Mereka tidak
memiliki figure pemimpin yang mampu mengayomi dan bertindak adil. Para
nabi yang disebut sebagai gembala, yang diharapkan menjadi pemimpin umat
pada zaman Yehezkiel ini justru hanya mementingkan diri mereka sendiri.
Mereka bersikap egois dan bahkan tega mengorbankan umat Tuhan untuk
mengeruk keuntungan diri sendiri. Umat Tuhan dibiarkan terancam dan binasa.
Di dalam kawanan domba yaitu umat Israel pun terdapat perilaku jahat dimana
yang kuat menindas umat yang lemah dan bahkan tidak segan membinasakan
umat lainnya. Perpecahan terjadi baik antara pemimpin dengan umat yang
dipimpin dan juga perpecahan yang terjadi di dalam sesama umat itu sendiri.
Dalam kondisi yang sebegitu kacau inilah nubuatan nabi Yehezkiel disampaikan
sehingga menjadi pengharapan bagi umat Israel yang digambarkan sebagai
kawanan domba Allah. Secara garis besar isi nubuat dalam perikop kita ini
adalah akan datangnya kembali seorang pemimpin yang mampu menyatukan
dan melindungi umat pilihan Tuhan. Pemimpin tersebut bukan lagi nabi atau
raja tetapi Tuhan Allah sendiri yang akan mengambil alih kepemimpinan
umatNya. Dengan demikian tokoh utama yang menjadi pemersatu dan yang
memimpin umat adalah Allah sendiri.
Adapun Daud yang disebut dalam ayat 23 dan 24 tidak menjadi pengganti
Tuhan dalam memimpin umat Israel tetapi Daud diberi peran sebagai domba
yaitu orang yang mewakili peran Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam
ayat 24 lebih tegas disebutkan kembali bahwa Tuhan adalah Allah Israel dan
Daud menjadi Raja di tengah-tengah umat. Ini berarti bahwa Raja yang
sebenarnya adalah tetap diri Tuhan itu sendiri.

2. Efesus 1: 15-23
Paulus terkagum-kagum dengan iman dan kehidupan umat Tuhan di kota
Efesus. Kekaguman itu sangat beralasan karena sebagai jemaat yang baru
165
mereka telah berupaya untuk tetap berdiri teguh dalam iman seraya
mewujdukan kasih dalam kehidupan bersamanya (ayat 15-16). Dalam
kekaguman yang demikian besar tersebut juga tebersit harapan yang besar dari
Paulus untuk jemaat Efesus yaitu harapan supaya jemaat semakin mengalami
pengenalan dan pemahaman yang benar tentang Tuhan Yesus (ayat 17).
Pemahaman yang benar menurut Paulus adalah bahwa Tuhan Yesus itu yang
utama. Keutamaan Tuhan Yesus terletak kepada kuasa yang mengatasi segala
kuasa baik politik maupun sosial. Karena itulah Tuhan Yesus berada di atas
segala-galanya (ayat 21). Bersamaan dengan kemahakuasaan Tuhan Yesus
tersebut, Paulus juga menggambarkan Tuhan Yesus sebagai bagian dari diri
jemaat yaitu dengan digambarkan hubungan antara kepala dan tubuh. Tuhan
Yesus adalah kepala dan jemaat adalah tubuhNya (ayat 22-23).

3. Matius 25:31-46
Perikop ini adalah pengandaian kedatangan Tuhan Yesus untuk kali yang kedua.
Kedatangan yang kedua ini berbeda dengan kedatanganNya yang pertama
karena dalam kedatangan yang kedua Ia datang dalam kemuliaan (ayat 31).
Demikian juga peran dari kedatangan yang kedua ini memiliki tugas yang khusus
yaitu sebagai juri yang memilih dan memilah antara domba dan kambing (ayat
32-33). Domba adalah orang-orang yang hidup benar (ayat 37) sedangkan
kambing adalah kelompok orang-orang terkutuk (ayat 41).
Pembeda antara kelompok orang benar dan orang terkutuk terletak pada
kepedulian dan kasih sayang yang dilakukannya sebelum Tuhan Yesus datang
kedua kalinya. Orang benar selalu menaruh kepedulian dan welas asih kepada
setiap orang yang mengalami penderitaan. Bahkan kepeduliannya itu
diwujudkan dengan tindakan nyata yaitu memberi pertolongan dan bantuan.
Semua tindakan tersebut dilakukan dengan tulus tanpa iming-iming apapun
selain memang karena digerakkan oleh welah asihnya. Dalam ketulusan itulah
justru Tuhan Yesus memandang perbuatan orang-orang tersebut benar dan
mengganjar berkah yaitu masuk dalam Kerajaan Sorga.
Demikian juga dengan kelompok orang yang disebut sebagai terkutuk. Mereka
dalam kesehariannya mungkin saja melakukan pertolongan namun pertolongan
itu penuh pamrih dan malah mungkin juga tidak didasari welas asih dan

166
ketulusan diri sehingga setiap yang diperbuat selalu memiliki motif terselubung.
Hal ini tidak baik dan karena itulah Tuhan Yesus mengganjar kelompok orang
demikian itu dengan api yang kekal. (ayat 41-46).

BENANG MERAH TIGA BACAAN


Pemerintahan yang sejati di mana kebenaran, keadilan dan kemakmuran
dirasakan oleh semua orang hanya akan terjadi jika Tuhan Allah sendiri yang menjadi
Raja. Kekuasaan yang tak tertandingi itu dinyatakan dalam diri Tuhan Yesus Kristus,
sebab Dialah Raja di atas segala raja. Itu semua akan tergenapi saat Dia datang
kembali ke dunia ini. Selama menunggu kedatanganNya tersebut kita memiliki tugas
untuk menjaga dan mewujudkan keadilan, kebanaran dan kemakmuran bagi semua
orang. Hal itu dapat diwujudnyatakan dengan kepedulian dan welas asih kita kepada
semua ciptaan.

RANCANGAN KHOTBAH: Bahasa Indonesia


(Ini hanya sebuah rancangan. . . bisa dikembangkan sendiri sesuai konteks jemaat)
Pendahuluan
Minggu hari ini bersama-sama dengan seluruh gereja di muka bumi, kita
sedang memasuki perayaan khusus yaitu Minggu Kristus Raja. Tentu istilah ini sedikit
asing di GKJW karena kalah popular dengan Jumat Agung, Paskah, Pentakosta
apalagi Natal. Seluruh peristiwa-peristiwa penting dalam perayaan Kristen ini
sesungguhnya terjadi secara alamiah karena berangkat dari kesadaran diri di seputar
peristiwa dan karya Tuhan Yesus. Tentu saja di seputar peristiwa dan karya Tuhan
Yesus Kristus, sebab pusat dari seluruh ibadah baik bersama atau dalam doa harian
kita yang menjadi pusat adalah Tuhan Yesus Kristus. Peristiwa-peristiwa penting
seputar karya Tuhan Yesus itulah yang kemudian ditata menjadi kalender gerejawi.
Jika melihat sejarah, gereja perdana pun baru merayakan sengsara,kematian,
kebangkitan dan kenaikan Tuhan Yesus baru sejak abad ke-2 dan berangsur-angsur
sampai abad ke-3. Jadi sesungguhnya kalender gerejawi yang berisi rangkaian
perayaan Kristen seputar karya Kristus tidak pernah mandeg tetapi terus
berkembang seiring kesadaran umat percaya.
Demikian juga dengan Minggu Kristus Raja yang kita peringati hari ini, adalah
berangkat dari kesadaran diri sebelum kita mamasuki masa advent atau masa
penantian selama empat minggu dimulai sejak hari Minggu depan itu. Apa yang
perlu kita pahami dalam Minggu Kristus Raja? Sesungguhnya sebelum kita
167
memasuki masa adven kita diajak kembali untuk menyadari dan mengakui bahwa
Tuhan Yesus adalah Raja di atas segala raja. Ini bukan sekadar bermakna politis
sebagai penguasa tetapi kita diingatkan kembali bahwa Tuhan Yesus adalah Raja
alam semesta yang kekuasaanNya mengatasi segala kuasa dan juga ruang dan
waktu. Karena itulah minggu hari ini saya mengajak kita sekalian kembali bertanya
pada diri sendiri: siapakah yang berkuasa dalam hidupku?
Jika aku menjawab yang berkuasa atas hidupku adalah Tuhan Yesus maka
apakah aku tidak sering mengambil alih kekuasaan Tuhan Yesus Kristus dan tanpa
sengaja menjadikan diriku sebagai penguasa? Apa aku tidak sering merasa yang
paling memiliki hak atas segala yang aku dapat? paling berkuasa dan menganggap
diri penting di antara anggota keluarga, tetangga dan rekan kerja?

Isi
Pertanyaan-pertanyaan reflektif tersebut akan menghantar kita untuk
kembali memahami Tuhan Yesus dan peranNya dalam kehidupan kita. Paulus dalam
suratnya kepada jemaat Efesus 1:17 memberikan penekanan pentingnya pengenalan
yang benar kepada Kristus. Pengenalan yang benar ini tentu tidak serta-merta
karena kemampuan kita sendiri tetapi karena pimpinan Roh Allah. Dan kebenaran
tentang Kristus oleh Paulus dituliskan sebagaimana dalam ayat 19-22. Dari bacaan
ini kita bisa belajar bahwa: Tuhan Yesus adalah Sang Penguasa jauh lebih tinggi dari
segala kekuasaan politik (pemerintah dan kerajaan) dan kekuasaanNya itu mengatasi
semua dimensi ruang dan waktu, karena bukan hanya saat di dunia ini tetapi juga di
dunia yang akan datang. Karena kemahakuasaan Tuhan Yesus inilah maka segala
sesuatu telah diletakkan di bawah kakiNya.
Gambaran Allah yang berkuasa di atas segala kuasa itu juga yang
dikumandangkan oleh Injil Matius 25: 31 -46. Lebih khusus di dalam Injil Matius itu
kekuasaan Kristus penuh dengan kemuliaan sehingga dengan penuh wibawa
menjadi hakim yang memilih dan memilah semua manusia (Matius 25:32-33).
Demikian juga dengan bacaan pertama kita dalam Yehezkiel 34:11-16, Tuhan Allah
Israel digambarkan sebagai Tuhan yang merajai seluruh umat. Bahkan Tuhan itulah
yang akan bertindak sendiri menjadi pemulih, pemimpin dan pengayoman umatNya.
Saat Tuhan bertindak maka segala sesuatu pasti terjadi dan kebenaran, keadilan dan
kemakmuran yang akan terlaksana di antara umatNya.

Penutup
168
Kini kita diundang oleh Tuhan yang Maha Kuasa itu untuk meletakkan diri
kita juga dalam kekuasaanNya. Seluruh kehidupan kita baik suka maupun duka, baik
sehat maupun sakit. Kalau kita percaya bahwa Tuhan Yesus Maha Kuasa maka tugas
kita kini adalah menaruh iman kepadaNya. Biarkan kuasaNya yang bekerja dan
menyelesaikan seluruh pergumulan dan tantangan kehidupan kita. Menurut dan
seturut pada kekuasaanNya itulah yang menjadi tugas kita. Dan yakinilah dalam
ketertundukan kita itulah kuasa Tuhan dinyatakan dalam kehidupan kita ini.
Wujud dari ketertundukan kita adalah dengan semakin setia meneladani
kasih dan perbuatannya. Melakukan segala sesuatu dalam hidup atas dasar rasa
peduli dan welas asih sehingga segala perbuatan kita adalah berangkat karena
ketulusan diri kita bukan karena motif apalagi motivasi tertentu. Saat kita bekerja,
berkeluarga, berpelayanan haruslah didasari ketulusan hati dan penuh dengan
kepedulian kepada semua ciptaan. Sebab kita memang diundang oleh Raja
Kehidupan kita untuk melakukan semua itu. Dengan perilaku yang demikian maka
kita akan disebut layak bagiNya karena kita melakukan semuanya untuk kemuliaan
namaNya. Amin (to2k)

Nyanyian: KJ 341:1,2,3

RANCANGAN KHOTBAH: Basa Jawi


Pambuka
Minggu dinten punika sesarengan kaliyan sedaya greja ing salumahing bumi,
kita lumebet ing pahargyan Minggu Kristus Raja. Kita GKJW dereng kulina kaliyan
istilah punika, karana kawon kondhang kaliyan Jumat Agung, Paskah, Pentekosta
punapa malih Natal. Sedaya lelampahan adi ing pahargyan Kristen saestunipun
dumados saking lelampahan lan pakaryanipun Gusti Yesus. Tamtu kemawon ing
lelampahan-lelampahan lan pakaryanipun Gusti Yesus Kristus, awit punjering sedaya
pangibadah dadosa ingkang sesarengan mekaten ugi donga padintenan kita ingkang
dados punjeripun inggih Gusti Yesus Kristus. Lelampahan-lelampahan adi gegayutan
kaliyan pakaryanipun Sang Kristus punika ingkang salajengipun katata dados
kalender gerejawi. Menawi kita ningali sejarah, greja ingkang wiwitan ugi nembe
ngriyadinaken pengetan kasangsaran, seda, wungu lan sumengkanipun Gusti Yesus
wiwit abad 2 lan saya tumemen ing abad 3. Dados, sejatosipun kalender gerejawi
ingkang isi rerangkening pahargyan Kristen gegayutan kaliyan pakaryanipun Sang

169
Kristus boten nate mandheg, nanging saya tumemen lan reja selaras kaliyan
kesadharaning umat pitados.
Mekaten ugi Minggu Kristus Raja ingkang pengeti dinten punika, tuwuh
saking kesadharan dhiri saderengipun lumebet ing mangsa Adven utawi mangsa
pangantos-antos dangunipun 4 minggu kawiwitan minggu ngaeng punika. Punapa
ingkang prelu kita mangertos baba Minggu Kristus Raja? Saderengipun lumebet ing
mangsa Adven kita kaajak malih ngrumaosi lan ngakeni bilih Gusti Yesus punika Raja
sainggiling sedaya raja. Punika boten namung ing tata politik minangka Pangwasa,
nanging kita kaengetaken bilih Gusti Yesus punika Ratuning jagad raya ingkang
pangwasanipun nglangkungi sedaya pangwasa lan ugi papan lan wegdal. Pramila,
minggu dinten punika kita kaajak apitaken dhateng dhiri kita: Sapa kang kwasa ing
jroning uripku?
Menawi kita mangsuli ingkang kwaos ing gesang kita punika Gusti Yesus,
punapa boten ateges bilih kita asring ngrebut pangwasanipun Gusti Yesus lan tanpa
sengaja ndadosaken dhiri kita penguasa? Punapa kita boten asring rumaos
ingkang paling nggadhahi hak tumrap sedaya ingkang kita tampeni? Rumaos paling
kwaos lan nganggep dhiri paling penting ing antawisipun brayat, tetanggi lan
rencang damel?

Isi
Pitakenan-pitakenan reflektif ing inggil badhe nuntun kita kangge mangertos
Gusti Yesus lan pangrehipun ing pigesangan kita. rasul Paulus ing serat Ef. 1:17
nandhesaken wigatosing kawruh ingkang leres dhumateng Sang Kristus. Kawruh
ingkang leres punika boten karana pangertosan kita piyambak, nanging karana
pimpinaning Roh Allah. Kayekten bab Sang Kristus kaserat dening Paulus ing ayat 19-
22. Saking waosan punika kita sinau bilih Gusti Yesus Sang Penguasa ingkang
nglangkungi sedaya pangwaos politik (pamarentah lan kraton) lan pangwaosipun
punika nglangkungi seday tataning papan lan wegdal, karana boten namung wegdal
ing donya punika nanging ugi wegdal ingkang badhe dhateng. Karana pangwaosipun
ingkang linangkung punika pramila sedaya samukawis kapapanaken ing
ampeyanipun.
Gegambaran bab Allah ingkang pangwaosipun nglangkungi sedaya pangwaos
punika ugi kaundhangaken dening Injil Mat 25: 31-46. Ingkang mirunggan ing Injil
Mateus punika pangwaosipun Sang Kristus kebak kamulyan temah kanthi kebak
kawibawan Panjenenganipun jumeneng Hakim ingkang milih lan milah sedaya
170
manusa (Mat. 25:32-33). Mekaten ugi waosan sepisan kita ing Yehezkiel 34:11-16,
Gusti Allah kagambaraken minangka Gusti ingkang ngereh sedaya umat. Malah
inggih Gusti pribadi punika ingkang tumindak mulihaken, mimpin lan ngayomi
umatipun. Sawanci Gusti tumindak, sedaya prekawis mesthi dumados, kayekten,
kaadilan lan kemakmuran badhe kaleksanan tumrap umatipun.

Penutup
Samangke kita katimbalan dening Gusti ingkang maha kawasa punika kinen
masrahaken dhiri kita dhateng pangrehipun, saranduning gesang kita, bingah utawi
sisah, santosa utawi sakit. Menawi kita pitados bilih Gusti Yesus punika maha
kawasa, timbalan kita nggih punika pitados dhumateng Panjenenganipun. Kersane
pangwaosipun Gusti kemawon ingkang makarya lan ngrampungi sedaya sesanggen
lan ruwet rentenging gesang kita. Manut miturut kemawon dhateng pangrehipun.
Pitados kemawon bilih srana anggen kita sumeleh, pangwaosipun Gusti
kawujudaken ing pigesangan kita punika.
Wujuding anggen kita manut lan sumeleh nggih punika srana saya setya
nulad sih katresnan lan pakaryanipun Gusti. Nindakaken samukawis dhedhasar raos
perduli lan welas asih, temah sedaya tumindak kita tuwuh saking tulusing manah
tanpa pamrih punapa-punapa. Sedaya padamelan kita, bebrayatan, tuwin paladosan
kedahipun kadhasaran manah ingkang tulus lan gemati dhateng sedaya titah.
Amargi kita pancen katimbalan dening Ratuning Pigesangan kita supados
nindakaken sedaya punika. Srana patrap mekaten kita kasebat pantes tumrap
Gusti, karana kita nindakaken sedaya punika kagem kamulyaning asmanipun Gusti
pribadi. Amin. [terj. st]

Pamuji: KPK 116: 1,2,3.

MINGGU, 3 DESEMBER 2017


ADVENT 1/ PERJAMUAN KUDUS --- STOLA HIJAU

Bacaan 1 : Yesaya 64:1-9


Bacaan 2 : 1 Korintus 1:3-9
Bacaan 3 : Markus 13:24-37
171
Tema Liturgis : Menyiapkan Jalan Menyambut Kedatangan Tuhan
Tema Khotbah : Menyambut KedatanganNya Dengan Baik

KETERANGAN BACAAN
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)
1. Yesaya 64:1-9
Umat Israel telah jatuh dalam dosa. Mereka telah melakukan pemberontakan
sejak dulu kala. Sehingga keadaan mereka digambarkan seperti orang najis.
Kesalehan mereka seperti kain kotor, menjadi layu seperti daun, lenyap oleh
kejahatan, dan seperti seperti daun yang dilenyapkan oleh angin. Yesaya sebagai
wakil umat Israel mengakui dosa di hadapan Allah yang Maha Dahsyat, yang tidak
dapat disamakan dengan Allah manapun. Di hadapan Allah yang dahsyat itu
manusia tidak berarti apa-apa. Apalagi jika Allah menunjukkan kekuasaanNya
yang dahsyat itu. Ketika Ia mengoyakkan langit dan turun, gunung-gunung akan
goyang, seperti api membuat ranggas menyala-nyala, seperti air mendidih.
Dengan keberadaan umat Israel yang demikian, Allah menjadi murka. Oleh
karena itulah melalui nabi Yesaya, umat Israel mengakui dosa dan
pemberontakannya. Mereka melakukan pertobatan. Hal tersebut nampak dari
pengakuan yang demikian, Tetapi sekarang, ya TUHAN, Engkaulah Bapa kami!
Kamilah tanah liat dan Engkaulah yang membentuk kami, dan kami sekalian
adalah buatan tangan-Mu. Ya TUHAN, janganlah murka amat sangat dan
janganlah mengingat-ingat dosa untuk seterusnya! Sesungguhnya, pandanglah
kiranya, kami sekalian adalah umat-Mu (ayat 8-9).

2. 1 Korintus 1:3-9
Kasih karunia yang diberikan Allah dalam Kristus adalah pengampunan dosa.
Orang yang percaya kepada Kristus akan mendapatkan pengampunan itu,
sehingga damai sejahterapun akan dirasakan. Orang-orang berdosa tidak akan
dapat berdamai dengan Allah, dan juga tidak akan dapat memperoleh apa yang
baik dari-Nya, selain melalui Kristus. Kristus adalah pengantara yang
mendatangkan semua kemurahan Allah. Orang-orang yang dipersatukan dengan
Dia oleh iman mendapat kebaikan-Nya. Allah mengasihi mereka, berkenan
melimpahkan kepada mereka berkat, yaitu karunia rohani. Jemaat Korintus
sangat terkenal dengan karunia-karunia ini. Mereka tidak kekurangan suatu
karunia pun dibandingkan dengan jemaat-jemaat lainnya (ay. 7). Paulus
172
merincikan segala macam perkataan dan segala macam pengetahuan mereka (ay.
5). Jemaat Korintus juga tidak kekurangan suatu karuniapun, sambil menantikan
penyataan Tuhan Yesus Kristus. Tidak hanya itu, Ia juga akan meneguhkan mereka
sampai kepada kesudahannya, sehingga mereka tak bercacat pada hari Tuhan
Yesus Kristus. Oleh karena itu, jemaat Korintus dipanggil untuk bersekutu dengan
Yesus Kristus, karena Allah adalah setia.

3. Markus 13:24-37
Ayat-ayat ini menunjuk kepada kedatangan Kristus yang kedua kali untuk
menghakimi dunia. Hari kedatangan Kristus dan hari penghakiman. Tanda-tanda
yang ditunjukkan adalah matahari akan menjadi gelap dan bulan tidak bercahaya.
Bintang-bintang di langit, yang dari semula menjaga tempat dan geraknya secara
teratur, akan berjatuhan dari langit, dan kuasa-kuasa langit akan goncang. Orang
akan melihat Anak Manusia datang dalam awan-awan dengan segala kekuasaan
dan kemuliaan-Nya. Ia akan menyuruh keluar malaikat-malaikat-Nya dan akan
mengumpulkan orang-orang pilihan-Nya dari keempat penjuru bumi, dari ujung
bumi sampai ke ujung langit. Mereka akan dijemput dari satu ujung bumi ke
ujung bumi lain, sehingga tidak ada yang dibiarkan terlewat. Mereka akan
dijemput dari ujung bumi, yang paling terpencil dari tempat-tempat di mana
penghakiman Kristus akan diadakan. Begitu pasti, begitu cepat, dan begitu
mudahnya perjalanan mereka nanti sehingga tidak akan ada yang terlewat,
walaupun mereka dibawa dari bagian paling ujung dari bumi ke bagian yang
paling ujung lainnya di langit sana. Kapan kedatangan Kristus yang kedua itu
terjadi? Misteri. Tetapi tentang hari atau saat itu tidak seorang pun yang tahu,
malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anak pun tidak, hanya Bapa saja." Hal yang
dapat dilakukan adalah: "Hati-hatilah dan berjaga-jagalah, dengan tetap
melaksanakan tanggung jawab sebagai orang percaya.

BENANG MERAH TIGA BACAAN


Umat yang membrontak kepada Allah digambarkan seperti orang najis.
Kesalehan mereka seperti kain kotor, menjadi layu seperti daun, lenyap oleh
kejahatan, dan seperti seperti daun yang dilenyapkan oleh angin. Pembrontakan
umat dapat membuat Allah murka. Di hadapan Allah yang maha dahsyat itu,
manusia tidak berarti apa-apa. Kristus berperan untuk lelakukan pendamaian
173
dengan Allah. Orang-orang berdosa tidak akan dapat berdamai dengan Allah, dan
juga tidak akan dapat memperoleh apa yang baik dari-Nya, selain melalui Kristus.
Kristus adalah pengantara yang mendatangkan semua kemurahan Allah. Umat diajak
untuk tetap setia kepada Allah, sampai kedangan Kristus yang kedua, yaitu dengan
tetap berati-hati dan berjaga-jaga, dengan tetap melaksanakan tanggung jawab
sebagai orang percaya.

RANCANGAN KHOTBAH: Bahasa Indonesia


(Ini hanya sebuah rancangan...bisa dikembangkan sendiri sesuai konteks jemaat)
Pendahuluan
Siapakah orang yang istimewa bagi bapak ibu dan saudara? Kedatangan
seseorang yang Istimewa tentu akan disambut dengan sangat baik. Fasilitas yang
digunakan disiapkan sesempurna mungkin. Masih ingatkah ketika Raja Salman
datang ke Indonesia? Penyambutan yang diberikan sangatlah luar biasa. Seperti
dilansir oleh sebuah media online, guna menyambut kunjungan bersejarah ini,
pemerintah menyiapkan sambutan khusus kepada Raja Arab Saudi, Salman bin
Abdulaziz Al Saud dan rombongan. Persiapan menyambut Raja Salman dilakukan
dengan sangat matang. Tangga pesawat khusus disiapkan untuk menyambut Raja
Salman. Karpet hijau juga digelar dari arah tangga khusus tersebut ke mobil Raja
Salman. Marching band juga dipersiapkan untuk menyambut kedatangannya. Selain
itu, sederetan mobil mewah juga dipersiapkan untuk menghatar Raja Salman dan
rombongan. Persiapan pengaman VVIP juga dilakukan. Gelar pasukan dilakukan
dalam rangka operasi pengamanan VVIP untuk Raja Salman. Apel ini diikuti oleh
pasukan komando di jajaran TNI, seperti Kostrad, Kopassus, Paskhas, dan Marinir.
Ada 6.116 anggota pasukan yang disiapkan untuk pengamanan Raja Salman.
Pasukan ini akan terbagi dalam 3 ring yang berbeda. Bahkan aktivitas penerbangan
bandarapun sengaja dihentikan selama 30 menit untuk menyambut kedatangan
sang raja. Persiapan yang istimewa dan luar biasa, bukan? Tentunya bangsa
Indonesia tidak ingin merasa malu di hadapan para tamu. Bagaimana persiapan
bapak, ibu dan saudara ketika menyambut kedatangan tamu istimewa? (pelayan
dapat menceritakan persiapan penyambutan orang istimewa lainnya).

Isi
Jadwal kedatangan Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz Al Saud dan
rombongan sangat jelas dan dapat dipastikan yakni Rabu 1 Maret 2017 yang lalu.
174
Persiapan pun dapat dilakukan dengan sangat maksimal. Bagaimana dengan
kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kalinya, yang waktu kedatangan-Nya masih
misteri? Tentang hari atau saat itu tidak seorang pun yang tahu, malaikat-malaikat
di sorga tidak, dan Anak pun tidak, hanya Bapa saja. Apakah persiapan kita juga
sudah maksimal? Melalui Injil Markus kita mendapatkan sebuah pemahaman dalam
menyambut kedatangan Tuhan Yesus, yakni dengan berhati-hati dan berjaga-jaga
dan tetap melaksanakan tanggung jawab sebagai orang percaya. Hal ini berarti
bahwa dalam menjalani kehidupan sebagai orang percaya jangan sampai sembrono
dan bertindak semaunya sendiri. Jika sikap sembrono ini terjadi, maka akan
berdampak pada lepasnya iman percaya kita kepada Tuhan Yesus. Dalam situasi
menunggu kedatangan Tuhan Yesus ada kecenderungan orang untuk tidak fokus
pada Dia yang dinantikan. Hal ini terjadi karena Ia yang dinantikan tidak kunjung
datang. Oleh karena itu, sebagai orang yang percaya kepada Tuhan Yesus, kita diajak
untuk tetap setia kepadaNya dan tidak tergoyahkan meskipun berbagai godaan
berat datang silih berganti. Meski alam berubah menjadi kacau, seperti yang
digambarkan Markus: Matahari akan menjadi gelap dan bulan tidak bercahaya,
bintang-bintang di langit yang dari semula menjaga tempat dan geraknya secara
teratur, akan berjatuhan dari langit, dan kuasa-kuasa langit akan goncang. Namun
iman tetap pada Tuhan Yesus, Sang Raja Agung itu. Itulah cara kita dalam
mempersiapkan kedatangan-Nya.
Kita harus menyadari bahwa Tuhan Yesus sangat berperan penting dalam
memberikan pengampuan atas dosa, keselamatan dan damai sejahtera bagi
manusia. Rasul Paulus menjelaskan bahwa orang-orang berdosa tidak akan dapat
berdamai dengan Allah, dan juga tidak akan dapat memperoleh apa yang baik dari-
Nya, selain melalui Kristus. Kristus adalah pengantara yang mendatangkan semua
kemurahan Allah. Orang-orang yang dipersatukan dengan Dia oleh iman mendapat
kebaikan-Nya. Allah mengasihi mereka, berkenan melimpahkan kepada mereka
berkat, yaitu karunia rohani. Seperti halnya jemaat Korintus, bukankah selama hidup
kita juga merasakan kebaikanNya? Ia juga meneguhkan kita. Sampai dengan
kedatangan-Nya jangan sampai ada cacad cela. Ia setia, kitapun juga harus setia
kepadaNya.
Apakah dampak jika kita tidak setia kepada-Nya? Murka-Nya. Mengerikan
bukan! Pengalaman bangsa Israel, seperti yang dituliskan nabi Yesaya cukuplah bagi
kita. Keadaan iman mereka yang lemah membuat mereka melakukan
pemberontakan. Sehingga keadaan mereka digambarkan seperti orang najis.
175
Kesalehan mereka seperti kain kotor, menjadi layu seperti daun, lenyap oleh
kejahatan, dan seperti daun yang dilenyapkan oleh angin. Ingatlah siapa Dia, Allah
Israel, yang juga Allah kita. Ia adalah Allah yang maha dahsyat. Ketika Ia
mengoyakkan langit dan turun, gunung-gunung akan goyang, seperti api membuat
ranggas menyala-nyala, seperti air mendidih. Di hadapan-Nya, kita tidak berarti apa-
apa. Jangan sampai kita mendapatkan murka-Nya. Kita hanyalah tanah liat dan Ia
yang membentuk kita, dan kita adalah buatan tangan-Nya.

Penutup
Hari ini kita masuk pada masa advent. Kita diajak untuk menghayati kebaikan
yang sudah dinyatakan-Nya melalui kelahiran-Nya di dunia. Persiapan perayaan
Natal, untuk memperingati kelahiran-Nya, biasanya dilakukan secara maksimal. Jika
kita dapat mempersiapkan Natal dengan maksimal, kita pun diajak untuk
mempersiapakan kedatangan-Nya yang kedua dengan maksimal juga. Dalam
mempersiapkan diri menyambut kedatangan-Nya itu, yang harus kita lakukan adalah
berhati-hati dan berjaga-jaga, tetap melaksanakan tanggung jawab sebagai orang
percaya dan tetap setia kepada-Nya, dan tetap bertahan dalam iman percaya kepada
Tuhan Yesus Kristus. Sepanjang perjalanan kehidupan yang kita lalui, itulah masa kita
mempersiapkan diri. Terus dan terus, dan tiada henti. Kita berupaya untuk tetap
dalam keadaan segar dalam iman, tidak layu, apalagi berguguran. Itulah persiapan
maksimal dan terbaik yang dapat kita lakukan. Amin. [SWT]

Nyanyian: KJ 76

RANCANGAN KHOTBAH: Basa Jawi


Pembuka
Sinten tiyang ingkang istimewa kangge bapak, ibu lan para sedherek?
Rawuhipun tiyang ingkang istimewa, tamtunipun badhe dipun tampi kanthi sae.
Sarana ingkang kaagem dipun cawisaken kanthi sampurna. Punapa panjenengan
taksih enget rikala Raja Salman rawuh ing Indonesia? Ngeram-eramaken sanget
anggenipun pamarentah nampi rawuhipun. Kados ingkang dipun wartosaken salah
satunggaling media online, kangge nampi rawuhipun ingkang saged kawastanan
bersejarah punika, pamarentah nyawisaken sadayanipun kanthi mirunggan kagem
Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz Al Saud sarombongan. Pacawisan dipun
176
lampahi kanthi sae, inggih punika nyawisaken tangga pesawat khusus, ugi karpet
ijem saking tangga pesawat tumuju dhateng mobilipun Raja Salman. Marching
band dipun cawisaken kangge nampi rawuhipun. Salintunipun punika, mobil-mobil
mewah ugi dipun cawisaken kangge ndherekaken Raja Salman sarombongan.
Pacawisan pengaman VVIP ugi dilampahi. Gelar pasukan dipun tindakaken kangge
operasi pengamanan VVIP Raja Salman. Pasukan komando ing TNI, kados Kostrad,
Kopassus, Paskhas, lan Marinir, sami ndherek apel pengamanan. Wonten 6.116
cacahipun pasukan ingkang dipun cawisaken kangge pengaman Raja Salman.
Pasukan punika kapara dados 3 ring ingkang benten. Mboten namung punika,
penerbangan ing bandara mandheg 30 menit kangge nampi rawuhipun Raja Salman.
Saestu panampi ingkang istimewa. Tamtunipun bangsa Indonesia mboten kepingin
isin kaliyan para tamu. Kados pundi pacawisan bapak, ibu lan sedherek kangge
nampi tamu istimewa? (palados saged nyariyosaken pacawisan nampi tiyang
istimewa lintunipun)

Isi
Titi wanci kangge rawuhipun Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz Al Saud
lan rombongan cetha lan seged kapesthekaken, inggih punika Rabu 1 Maret 2017
kepengker. Pacawisan saged dipun lampahi kanthi sae. Kados pundi kaliyan
rawuhipun Gusti Yesus ingkang kaping kalih? Kamangka wegdal rawuhipun taksih
dereng cetha? Ngingingi dinten lan wegdalipun mboten wonten priyantun ingkang
mangertosi, malaekat-malaekat ing swarga mboten, Sang Putra ugi mboten, namung
Sang Rama ingkang mangertosi. Punapa pacawisan ingkang kita lampahi sampun
sae? Lantaran Injil Markus kita pikantuk pemanggih kados pundi anggen kita nampi
rawuhipun Gusti Yesus, inggih punika kanthi nindakaken jagi lan melek, lan ngayahi
tanggel jawab minangka tiyang pitados. Punika ateges bilih ing salebeting nglampahi
gesang minangka tiyang pitados sampun ngatos sembrana lan tumindak
sapikajengipun piyambak. Menawi tumindak sembrana punika taksih kelampahan,
punika badhe ndadosaken uwal saking iman kapitadosan dhumateng Gusti Yesus.
Ing salebeting ngrantos rawuhipun Gusti Yesus wonten pakulinan mboten ngener
dhateng Panjenenganipun ingkang kita rantos. Punika kelampahan awit
Panjenenganipun ingkang kita rantos punika mboten enggal rawuh. Mila saking
punika, minangka tiyang pitados dhumateng Gusti Yesus, kita sami kaajak
mujudaken kasetyan dhumateng Panjenenganipun lan mboten obah senaosa
panggoda ingkang nempuh gilir gumantos. Senaosa alam ngalami ewah-ewahan
177
dados worsuh, kados kagambaraken dening Markus: Srengng bakal dadi peteng,
lan rembulan ilang padhang, lintang-lintang bakal padha tiba saka ing langit, lan
kaanan ing sakurebing langit bakal kisruh ora karuwan. Nanging iman kapitadosan
kedah tetep wonten ing Gusti Yesus, Sang Ratu Agung punika. Punika perkawis
ingkang kita lampahi kangge nyawisken rawuhipun.
Gusti Yesus punika ingkang ndadosaken manungsa pikantuk pangapuntening
dosa, kawilujengan lan tentrem rahayu. Rasul Paulus nerangaken bilih tiyang dosa
mboten badhe karukunaken kaliyan Gusti Allah, lan mboten badhe pikantuk punapa
ingkang sae saking Panjenenganipun, kejawi lumantar Sang Kristus. Sang Kristus
minangka pantara ingkang ndhatengaken sedaya kamirahanipun Gusti Allah. Para
tiyang ingkang katunggilaken kaliyan Panjenengaipun ing iman kapitadosan pikantuk
kasaenanipun. Gusti Allah ngasihi kita, ngluberaken berkah, inggih punika berkah
karohanen. Kados dene pasamuwan Korintus, punapa kita ugi ngraosaken
kasaenanipun? Ngantos ing wegdal rawuhipun, sampun ngantos kita cacad.
Panjenenganipun setya, kita ugi kedah setya dhumateng Panjenenganipun.
Punapa ingkang kedadosan menawi kita mboten setya? Panjenenganipun
badhe duka. Saestu nggegirisi menawi Panjenenganipun duka. Pengalamanipun
bangsa Israel, kados ingkang dipun serat dening nabi Yesaya sampun cekap kangge
kita. Iman kapitadosan ingkang ringkih ndadosaken bangsa Israel mbalela.
Kawontenanipun najis, sakathahing kamursidan kados sinjang ingkang knging
sesuker rah, kados klaras garing, ingkang kabur ing angin. Sumangga kita sami enget
sinten Panjenenganipun! Panjenenganipun punika Allah ingkang nindakaken
kaelokan ingkang nggengirisi. Menawi Gusti Allah kersa nyuwek langit lan tumedhak,
redi-redi sami gonjing, kados latu ingkang mbesmi kajeng rencekan, kados latu
ingkang ngumobaken toya. Ing ngarsanipun Gusti kita mboten wonten napa-
napanipun. Sampun ngantos Panjenenganipun punika duka kaliyan kita. Kita
namung lempung lan Panjenenganipun ingkang nitahaken lan mangun kita.

Panutup
Ing dinten punika kita lumebet ing mangsa Advent. Kita kaajak ngraosaken
kasaenan ingkang sampun kawujudaken lantaran wiyosipun ing donya. Pacawisan
Natal, kangge mengeti wiyosipun, adatipun dipun lampahi kanthi sae. Menawi kita
saged nyawisaken Natal kanthi sae, kita ugi kaajak nyawisaken rawuhipun ingkang
kaping kalih, kathi sae ugi. Ing salebeting nyawisaken dhiri nampi rawuhipun,
perkawis ingkang kedah kita lampahi inggih punika nindakaken jagi lan melek, lan
178
ngayahi tanggel jawab minangka tiyang pitados, setya tuhu dhumateng
Panjenenganipun, lan tetep manteb ing iman kapitadosan dhumateng Gusti Yesus
Kristus. Ing sauruting margi kita nglampahi gesang, punika wegdal kita nyawisaken
dhiri. Terus lan terus, mboten mandheg. Kita sami mbudidaya gesang supados iman
kapitadosan kita tansah seger, mboten alum, punapa malih gogrog. Punika
pacawisan kita ingkang sae, ingkang saged kita lampahi. Amin. (SWT)

Pamuji: KPK 210

MINGGU, 10 DESEMBER 2017


MINGGU ADVENT 2 --- STOLA HIJAU

Bacaan 1 : Yesaya 40:1-11


Bacaan 2 : 2 Petrus 3:8-15
Bacaan 3 : Markus 1:1-8
179
Tema Liturgis : Menyiapkan Jalan Menyambut Kedatangan Tuhan
Tema Khotbah : Jangan Takut Kotor?

KETERANGAN BACAAN
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)
1. Yesaya 40:1-11
Keadaan bangsa Israel tak ubahnya seperti narapidana dalam penghukuman yang
membutuhkan pembebasan. Hukuman yang dialaminya sangatlah menyiksa. 70
tahun mereka mengalami masa pembuangan di Babel (Bandingkan Yer. 25).
Melalui nabi Yesaya Tuhan Allah menyampaikan kabar sukacita. Kata-kata yang
menyemangati bangsa Israel untuk kembali bangkit, yakni hiburkanlah dan
tenangkanlah hati mereka. Berita itu disampaikan agar mereka segera merespon
berita sukacita itu. Inti dari berita sukacita itu adalah pembebasan.
Perhambaannya sudah berakhir, kesalahannya telah diampuni, sebab ia telah
menerima hukuman dari tangan TUHAN dua kali lipat karena segala dosanya. Ini
adalah nubuat yang disampaikan melalui nabi Yesaya untuk bangsa Israel. Ada
orang yang secara khusus diutus untuk Allah untuk menandai dimulainya
pembebasan, yaitu tampilnya orang yang berseru-seru. Orang tersebut berseru
agar semua orang mempersiapkan jalan untuk TUHAN. Untuk menyambut
kedatangan-Nya, semua jalan harus menjadi rata. Kabar baik in harus
disampaikan, karena Allah akan datang dengan kekuatan dan dengan tangan-Nya
yang berkuasa. Manusia harus merespon berita ini, karena mereka lemah. Umat
manusia digambarkan seperti rumput dan semua semaraknya seperti bunga di
padang. Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, apabila TUHAN
menghembusnya dengan nafas-Nya.

2. 2 Petrus 3:8-15
Tuhan masih memberi kesempatan manusia untuk senantiasa memperbaiki
hidupnya. Tuhan akan datang yang kedua kalinya. Jika Dia tidak segera datang, itu
bukan suatu kelalaian. Ia sabar, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang
binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat. Tuhan akan tiba
seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat
dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang
ada di atasnya akan hilang lenyap. Dalam kehancuran yang akan terjadi manusia
harus dapat menampilkan hidup suci dan saleh. Oleh karena itu dalam masa
180
penantian, Rasul Petrus menasehatkan agar dalam menjalani hidup manusia
kedapatan tak bercacat dan tak bernoda di hadapan-Nya, tetap dalam
perdamaian dengan Dia dan menganggap kesabaran Tuhan sebagai kesempatan
untuk beroleh selamat.

3. Markus 1:1-8
Nubuat yang di sampaikan nabi Yesaya nyata dalam diri Yohanes Pembaptis. Ialah
orang yang berseru-seru seperti yang telah dinubuatkan nabi Yesaya. Yohanes
Pembaptis tampil di padang gurun dan menyerukan: "Bertobatlah dan berilah
dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu." Banyak orang yang
merespon seruan Yohanes Pembabtis. Baptis berarti memandikan atau
membasuh. Dalam Perjanjian Lama berbahasa Yunani (Septuaginta) baptis berarti
menenggelamkan atau menyelamatkan. Maka datanglah kepadanya orang-orang
dari seluruh daerah Yudea dan semua penduduk Yerusalem, dan sambil mengaku
dosanya mereka dibaptis di sungai Yordan. Yohanes pembabtis memberitakan
bahwa Ia yang lebih berkuasa dari padanya akan datang setelah ia datang. Ia yang
lebih berkuasa itu menunjuk pada diri Tuhan Yesus. Yesus akan membaptis
dengan Roh Kudus. Orang yang percaya kepada Tuhan Yesus akan menerima Roh
Kudus. Dengan Roh Kudus orang percaya akan dibimbing dalam menjalani
kehidupan, dan tidak dikacaukan dengan roh kegelapan.

BENANG MERAH TIGA BACAAN


Sudah terlalu lama bangsa Israel hidup dalam kesalahan dan dosa. Oleh
karena itulah melalui Nabi Yesaya, Tuhan memberikan harapan, kabar sukacita,
nubuat pembebasan. Perhambaannya sudah berakhir, kesalahannya telah
diampuni. Nubuat yang disampaikan nabi Yesaya tergenapi ketika Yohanes
Pembaptis tampil di padang gurun dan menyerukan ajakan pertobatan dan
pembaptisan. Yohanes pembabtis memberitakan bahwa Ia yang lebih berkuasa dari
padanya akan datang setelah ia datang. Ia yang lebih berkuasa itu adalah Tuhan
Yesus, yang akan membaptis dengan Roh Kudus. Mereka yang bertobat dan dibaptis
menjadi tak bercacad dan tak bernoda. Menjalani hidup tak bercacad dan bernoda,
itulah yang harus dipertahankan sampai dengan kedatangan Yesus yang kedua.

RANCANGAN KHOTBAH: Bahasa Indonesia


181
(Ini hanya sebuah rancangan...bisa dikembangkan sendiri sesuai konteks jemaat)
Pendahuluan
Apakah bapak, ibu dan saudara suka memakai pakaian warna putih? Kalau
mengingat warna putih itu cepat kotor, pasti jarang yang mau memakai baju
ataupun celana dengan warna tersebut di musim hujan. Apalagi celana putih, jika
kita duduk di sembarang tempat, pasti kotoran itu menempel, sehingga kita malas
memakainya lagi. Harus diakui, bahwa bukan hal yang mudah untuk dapat
mempertahankan pakaian putih kita tetap bersih. Pakaian kita cepat kotor dapat
dipengaruhi dua faktor, yakni internal dan eksternal. Faktor internal adalah dalam
diri kita. Jika kita punya gaya hidup kemproh (jorok) selamanya pakaian putih kita
akan selalu kotor. Faktor eksternal adalah dari luar diri kita. Faktor alam yang kotor
dan tidak dapat dihindari, yakni hujan, debu, terkena oli tumpah dan lain-lain. Tetapi
jika diperhatikan, memakai celana putih itu jika mengetahui cara memadukan
pakaiannya, dapat terlihat sangat fashionable. Apalagi memakai celana putih ini
membuat kita terkesan bersih. Hal yang harus dilakukan adalah melawan kotor.
Dengan memakai celana putih, akan lebih baik. Cobalah style dengan memakai
celana putih agar penampilan lebih stylish. (Jika memungkinkan pelayan
menampilkan gambar orang yang memakai pakaian putih, misalnya dengan
mengunduh gambar-gambar di: http://www.vemale.com/fashion/tips-and-
tricks/78126-tips-cantik-dan-modis-dengan-celana-warna-putih.html)

Isi
Bersedia untuk berpakaian warna putih menjadi gambaran kehidupan kita
untuk senantiasa hidup tanpa noda. Tuhan Allah menghendaki kehidupan manusia
tanpa noda, dalam arti hidup kudus sesuai dengan kehendak-Nya. Inilah yang terjadi
dalam kehidupan bangsa Israel. Sudah terlalu lama mereka hidup dalam noda, yakni
kesalahan dan dosa. Oleh karena itulah melalui Nabi Yesaya Tuhan memberikan
sebuah harapan berupa nubuat, yakni kabar sukacita. Kata-kata yang menyemangati
bangsa Israel untuk kembali bangkit, yakni hiburkanlah dan tenangkanlah hati
mereka. Berita itu disampaikan agar mereka segera merespon berita sukacita itu.
Berita pembebasan pun mereka dengar. Inti dari berita sukacita itu adalah
pembebasan. Perhambaannya sudah berakhir, kesalahannya telah diampuni, sebab
ia telah menerima hukuman dari tangan TUHAN dua kali lipat karena segala
dosanya. Dengan berita sukacita itu, bangsa Israel diharapkan untuk merespon dan
menyambut dengan mempersiapkan jalan bagi-Nya. Ada orang yang secara khusus
182
diutus oleh Allah untuk menandai dimulainya pembebasan, yaitu tampilnya orang
yang berseru-seru. Orang tersebut berseru agar semua orang mempersiapkan jalan
untuk TUHAN. Untuk menyambut kedatangan-Nya, semua jalan harus menjadi rata.
Tidak dapat tidak, manusia harus merespon kebaikan Allah itu, karena manusia
lemah yang digambarkan seperti rumput dan semua semaraknya seperti bunga di
padang. Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, apabila TUHAN
menghembusnya dengan nafas-Nya.
Tuhan Allah berinisiatif untuk membuat kehidupan manusia menjadi lebih
baik dan tak bernoda. Nubuat yang disampaikan nabi Yesaya tergenapi. Nubuat yang
di sampaikan nabi Yesaya nyata dalam diri Yohanes Pembaptis. Ialah orang yang
berseru-seru seperti yang telah dinubuatkan nabi Yesaya. Yohanes Pembaptis tampil
di padang gurun dan menyerukan: "Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan
Allah akan mengampuni dosamu." Banyak orang yang merespon seruan Yohanes
Pembaptis, yakni orang-orang dari seluruh daerah Yudea dan semua penduduk
Yerusalem, dan sambil mengaku dosanya mereka dibaptis di sungai Yordan. Baptis
berarti memandikan atau membasuh. Juga dapat diartikan menenggelamkan atau
menyelamkan. Dengan dibaptis berarti orang yang datang kepada Yohanes
dibersihkan dan menjadi tak bernoda. Tetapi ia lebih menekankan baptisan yang
akan dilakukan Tuhan Yesus, yaitu baptisan Roh Kudus. Orang yang percaya kepada
Tuhan Yesus akan menerima Roh Kudus. Dengan Roh Kudus orang percaya akan
dibimbing dalam menjalani kehidupan, dan tidak dikacaukan dengan roh kegelapan.
Dengan Roh Kudus inilah orang percaya semakin dikuduskan, sehingga tidak ternoda
oleh dosa.
Hidup kudus dan tak bernoda harus dipertahankan. Hal ini secara tegas
dituliskan oleh Rasul Petrus. Dalam suratnya ia menjelaskan, Sebab itu, saudara-
saudaraku yang kekasih, sambil menantikan semuanya ini, kamu harus berusaha,
supaya kamu kedapatan tak bercacat dan tak bernoda di hadapan-Nya, dalam
perdamaian dengan Dia. Rasul Petrus mengingatkan bahwa Tuhan Yesus akan
datang yang kedua kalinya. KedatanganNya digambarkan seperti pencuri. Tidak ada
satupun yang tahu kapan Tuhan Yesus datang yang kedua kalinya. Jika Ia tidak segera
datang bukan berarti iDa lalai, tetapi Dia sabar. Ia masih memberi kesempatan bagi
kita untuk senantiasa memperbaiki diri.

Penutup

183
Jangan takut kotor. Itu adalah slogan iklan salah satu sabun cuci, yang dapat
membersihkan noda walau membandel. Meski pakaian harus terkena noda
berulang-ulang tidak akan jadi masalah. Ya, itu sah-sah saja. Tetapi jika hal itu
diterapkan dalam kehidupan kita sebagai orang percaya, sangatlah tidak tepat. Kita
harus takut kotor dan takut ternoda. Kita tidak bisa seenaknya ternoda lalu cuci,
ternoda lalu cuci. Cuci lagi dan cuci lagi. Kita yang sudah dibaptis dan mengaku
percaya kepada Tuhan Yesus, sudah disucikan dan dikuduskan. Itulah yang harus kita
pertahankan. Jangan ternodai dosa lagi. Pertahanan diri kita harus kuat. Godaan itu
bisa datang dari dalam diri maupun luar diri kita. Mari kita tetap modis dan staylist
dengan warna putih. Hidup tanpa noda. Amin. (SWT).

Nyanyian: KJ 79

RANCANGAN KHOTBAH: Basa Jawi


Pembuka
Punapa bapa, ibu lan para sedherek remen ngagem rasukan warni pethak?
Menawi enget bilih warni pethak punika gampil reget, tamtu mboten kathah tiyang
ingkang kersa ngagem rasukan utawi celana warni kasebat, langkung-langkung ing
mangsa jawah. Punapa malih celana warni pethak, menawi kita lenggah ing papan
ingkang reget, tamtu rereget badhe nemplek, lan kita mboten purun ngagem malih.
Kedah dipun akeni bilih mboten gampil kita saged njagi rasukan warni pethak tetep
ketingal resik. Rasukan warni pethak ingkang kita agem gampil reget awit saking diri
pribadi kita ingkang mbokmenawi nggadhahi pakulinan kemproh. Menawi punika
dados pakulinan kita, salamining gesang rasukan kita warni pethak tetep reget.
Nanging saged ugi saking njawi. Pancen kita mboten saged uwal saking kawontenan,
upaminipun jawah, lebu, oli ingkang numplek, lan perkawis sanesipun. Menawi kita
gatosaken, ngagem celana warni pethak, menawi mangertos setelanipun, saged
ketingal pantes. Punapa malih celana pethak saged ketingal resik. Kita kedah saged
ngelawan perkawis ingkang saged ndadosaken reget. Kanthi ngagem celana pethak,
badhe ketingal sae. Mangga sami nyobi ngagem rasukan warni pethak. (Menawi
saged pelados paring gambar tiyang ingkang ngagem ageman warni pethak,
upaminipun mirsani ing: http://www.vemale.com/fashion/tips-and-tricks/78126-
tips-cantik-dan-modis-dengan-celana-warna putih.html)

184
Isi
Kersa ngagem rasukan warni pethak, dados gambaraning gesang kita
supados gesang tanpa blentong (mboten reget). Gusti Allah ngersakaken gesanging
manungsa tanpa blentong, ingkang ateges gesang suci miturut karsanipun. Punika
ingkang kelampahan wonten ing gesangipun bangsa Israel. Sampun kedangon
anggenipun gesang ing salebeting dosa lan kalepatan. Mila saking punika, lantaran
nabi Yesaya Gusti kepareng paring pangajeng-ajeng minangka kabar kabingahan.
Pameca wontenipun pangluwaran. Dhawuh pangandika ingkang wosipun
panglipuran lan pangatag, supados bangsa Israel kersa nanggapi kabar kabingahan
punika. Pangawulanipun sampun rampung, kalepatanipun sampun dipun apunten,
awit sampun kaparingan paukuman dening astanipun Pangeran Yehuwah tikel ping
kalih awit saking kathahing dosanipun. Kanthi kabar kabingahan punika, bangsa
Israel sageda nanggapi kanthi nyawisaken margi kagem Panjenenganipun. Wonten
tiyang ingkang mirunggan kautus dening Allah, minangka pratandha wiwitaning
pangluwaran, inggih punika wontenipun tiyang ingkang nguwuh-uwuh. Tiyang
punika nguwuh-uwuh supados sedaya tiyang sami nyawisaken margi kagem
Pangeran Yehuwah. Kangge nampi rawuhanipun, sedaya margi kedah rata. Sedaya
umat manungsa kedah nanggapi kasaenanipun Gusti punika, awit manungsa punika
ringkih, kagambaraken kados dene suket lan kaendahanipun kados kembang ing ara-
ara. Suket dados aking, kembang dados alum, menawi Pangeran Yehuwah ndamoni
kalawan napasipun.
Gusti Allah kepareng mujudaken gesangipun manungsa dados sangsaya sae
lan tanpa blentong. Pameca ingkang kadhawuhaken lantaran nabi Yesaya saetu
kaleksanan, nalika Yohanes Pambaptis rawuh ing pasamunan lan ngandika: Kow
padha mratobata, ninggala dosa-dosamu lan nglakonana dibaptis, temah Gusti Allah
bakal ngapura dosa-dosamu. Kathah tiyang ingkang sami nanggapi panguwuhipun
Yohanes Pembaptis, inggih punika tiyang saisining wilayah Yudea lan tiyang ingkang
manggen ing Yerusalem, kanthi ngakeni dosanipun. Sedaya ingkang sowan dipun
baptis ing lepen Yordan. Baptis ateges dipun dusi utawi dipun wisuhi. Pangertosan
sanesipun inggih punika dipun klelepaken lan dipun slametaken. Kanthi nampi
baptis ateges para tiyang ingkang sami sowan dhateng Yohanes Pembabtis sami
dipun resiki lan mboten pating blentong malih. Nanging Yohanes pembaptis ngajak
nggatosaken pambaptisan ingkang dipun tindakaken dening Gusti Yesus, inggih
punika baptisan Roh Suci. Tiyang ingkang pitados dhumateng Gusti badhe nampi
Roh Suci. Roh Suci badhe nuntun lampah gesanging tiyang pitados, nebihaken saking
185
roh pepeteng. Klayan Roh Suci tiyang pitados sangsaya dipun sucekaken, satemah
mboten pating blentong awit saking dosa.
Tiyang pitados kedah tansah saged gesang suci lan tanpa blentong. Ing
seratipun, Rasul Petrus ngengetaken, Mulane para Sadulur kinasih, sajrone kowe
padha nganti-anti marang iku mau, padha mbudidayaa supaya tinemu tanpa cacad
sarta tanpa blentong ana ing ngarsane kalawan tentrem rahayu. Gusti Yesus badhe
rawuh ingkang kaping kalih. Anggenipun Gusti Yesus rawuh punika patrapipun kados
maling, mboten wonten satunggal tiyang ingkang nyumerepi. Menawi Gusti mboten
enggal rawuh, mboten ateges, Panjenenganipun supe, nanging Gusti taksih sabar.
Panjenenganipun taksih paring wegdal kangge kita supados ndandosi dhiri, supados
sangsaya sae.

Panutup
Jangan takut kotor! Punika salah satunggaling iklan sabun, ingkang saged
ngresiki rereget ingkang ewet icalipun. Senaosa rasukan wongsal-wangsul kenging
rereget, mboten dados punapa. Awit punika iklan nggih limrah kemawon. Nanging
menawi perkawis punika kita trepaken ing gesang kita minangka tiyang pitados,
nggih mboten sae lan mboten trep. Kita kedah ajrih kaliyan rereget, gesang pating
blentong. Kita mboten saged sasekecanipun piyambak, reget lajeng dipun umbah,
reget malih lajeng dipun umbah malih. Kita ingkang sampun nampi pratandha baptis
lan pitados dhumateng Gusti Yesus sampun dipun sucekaken dening Sang Roh Suci.
Punika ingkang kedah kita cepeng. Sampun ngantos uwal. Panggodha pancen taksih
wonten, saking diri pribadi lan saking njawi. Nanging kita kedah kiyat. Mangga kita
gesang kanthi warni pethak, nggih gesang tanpa blentong, ngantos Gusti Yesus
rawuh ingkang kaping kalih! Amin. [SWT]

Pamuji: KPK 72

SENIN, 11 DESEMBER 2017


HUT ke- 86 GKJW STOLA MERAH

Bacaan 1 : Yesaya 26:7-15


Bacaan 2 : Kisah Rasul 2:37-40
186
Tema : Pemeliharaan Tuhan Bagi Seluruh Generasi GKJW

Keterangan Bacaan
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)
1. Yesaya 26:7-15
Pada bagian ini Yesaya memberikan penekanan pada dua hal. Pertama, segala
yang terjadi/ dilakukan oleh umat kepunyaanNya merupakan sesuatu yang tidak
terlepas dari karya Tuhan sendiri (ay. 7, 12, 15). Kedua, sebagai respon atas
karya Tuhan dalam kehidupan umat, umat Tuhan senantiasa merindukan dan
memuliakan Tuhan dalam kehidupannya dan tetap menaruh harap akan karya
Tuhan dalam perjalanan hidupNya (ay. 8, 9, 13).

2. Kisah Rasul 2:37-40


Dalam bacaan ini dikisahkan mengenai respon para pendengar kotbah Petrus.
Menarik untuk disimak bahwa para pendengar tersebut mula-mula terharu
mendengar kotbah Petrus dan kemudian berefleksi dan mempertanyakan
tentang apa yang harus mereka perbuat (ay. 37). Petruspun memberikan
jawaban atas refleksi atau pergumulan mereka dengan sangat jelas bahwa yang
harus dilakukan adalah pertobatan demi pengampunan dosa. Jika hal itu
dilakukan, ada sesuatu yang akan diterima bagi mereka yang melakukannya
yakni mereka akan menerima karunia Roh Kudus. Bahkan karunia Roh Kudus itu
tidak hanya bagi mereka yang melakukan apa yang disampaikan oleh Petrus
tetapi juga bagi generasi-generasi selanjutnya (ay. 38-39). Hal lain yang menarik
dari bacaan ini adalah, sekalipun pendengar kotbahnya telah merespon secara
positif atas kotbah yang dipaparkan, Petrus tetap menyampaikan banyak hal
yang merupakan kesaksiannya dan juga memberikan kecaman namun juga
nasihat bagi para pendengar kotbahnya (ay. 40)

BENANG MERAH DUA BACAAN


Menyadari bahwa segala yang dilakukan atau yang terjadi dalam perjalanan
hidup manusia merupakan bagian yang tidak terlepas dari karya Tuhan sendiri
merupakan suatu dasar iman yang penting bagi umat percaya. Maka, sepanjang
perjalanan hidupnya patutlah umat percaya senantiasa mencari kehendak Tuhan
dan melakukannya sebagai wujud syukur atas karya Tuhan dalam kehidupannya
serta tiada henti menyaksikan dan memberitakan kebaikanNya pada setiap makhluk.
187
RANCANGAN KHOTBAH: Bahasa Indonesia
(Ini hanya sebuah rancangan...bisa dikembangkan sendiri sesuai konteks jemaat)
Pendahuluan
Hari ini Greja Kristen Jawi Wetan memasuki usia ke-86 tahun. Telah banyak hal
yang terjadi dalam perjalan kehidupan GKJW. Kita patut bersyukur atas kesempatan
untuk ikut serta dalam karya besar Tuhan Allah di dunia ini. Di sisi yang lain, seiring
dengan waktu yang masih dianugerahkan Tuhan Allah bagi GKJW, GKJW perlu untuk
terus mencari kehendak Tuhan Allah dalam perjalanan hidupnya dan mewujudkan
kesaksian bagi kemuliaan nama Tuhan melalui kehidupannya.

Isi
Sebagaimana ditulis dalam bacaan kita yang pertama, umat Tuhan pada waktu
itu telah memiliki kesadaran bahwa segala yang terjadi/ dilakukan oleh umat
kepunyaanNya merupakan sesuatu yang tidak terlepas dari karya Tuhan sendiri (ay.
7, 12, 15). Tentu saja kesadaran ini tidak muncul begitu saja dan dalam waktu yang
singkat. Kesadaran ini muncul melalui suatu perenungan akan sejarah panjang
perjalanan umat percaya pada waktu itu. Umat percaya pada waktu itu pernah
merasakan pimpinan Tuhan secara langsung dan kemudian pada perjalanannya
mereka sampai pada kepemimpinan raja dan banyak lagi perubahan-perubahan dan
hal-hal baru dalam bidang yang lain di kehidupan umat percaya waktu itu.
Segala yang terjadi dalam perjalanan hidup umat percaya pada waktu itu
diimani dan diamini sebagai bagian dari karya Tuhan Allah. Oleh karena itu umat
dapat merasakan kerinduan untuk senantiasa berada dalam pimpinan Tuhan Allah.
Umat Tuhan juga senantiasa memuliakan Tuhan. Segala sesuatu dilakukan dengan
baik dan penuh syukur karena dihayati sebagai perwujudan syukur dan cara
memuliakan Tuhan yang sudah lebih dahulu bahkan senantiasa baik kepada
umatNya. Meskipun kita juga tidak menutup mata, Alkitab juga mengisahkan
bagaimana saat-saat umat Tuhan justru ingin jauh dari Tuhan dan lebih memilih
mendengar serta mengikuti kehendak/ kemauannya sendiri.
Oleh karena itu, kita perlu belajar dari para pendengar kotbah Petrus
sebagaimana dikisahkan dalam bacaan kedua kita pada hari ini. Mereka dengan
tekun dan hati yang terbuka mendengarkan setiap firman dan kehendak Tuhan yang
disampaikan oleh Petrus. Mereka juga terus membuka diri untuk siap berubah
sesuai dengan kehendak Tuhan. Hal tersebut dicerminkan melalui sebuah
188
pertanyaan yang mereka ajukan kepada Petrus tentang: Apa yang harus kami
lakukan? Sebuah sikap yang baik untuk kita kembangkan dalam perjalanan
kehidupan kita. Tidaklah cukup merasa diri bahagia dan sukacita karena sudah
ndherek Gusti Yesus, tetapi perlu untuk terus menyelaraskan maksud/ kehendak diri
dengan maksud/ kehendak Tuhan.
Lantas apa yang kemudian patut untuk kita lakukan sebagai umatNya? Sebagai
umat yang senantiasa merasakan kasih dan penyertaan Tuhan dalam kehidupan dan
yang senantiasa mau merubah diri seturut kehendak Tuhan dalam hidup kita, kita
juga dipanggil untuk berbagi sukacita itu kepada sesama ciptaan. Menjadi umat
yang bersaksi tentang kebaikan Tuhan patut untuk kita wujudkan. Memberikan
kabar bahwa Tuhan itu mengasihi seluruh ciptaanNya, sekaligus mengabarkan
bahwa wujud kasihNya kadang-kadang juga berbentuk teguran atas cara hidup yang
kurang sesuai dengan kehendakNya. Ini akan memampukan umat/ gereja Tuhan
tetap menjadi saksi sekaligus menyuarakan suara kenabian di tengah dunia yang
diwarnai berbagai keprihatinan ini.

Penutup
Marilah kita memperingati ulang tahun gereja kita ini dengan terus
meningkatkan iman kita kepada Tuhan. Tidak semata bagi kita atau generasi kita.
Tetapi terutama juga bagi generasi selanjutnya. Panggilan menjadi rekan sekerja
Tuhan Allah tidak hanya bagi kita tetapi juga bagi generasi penerus kita. Demikian
pula berkat dan karuniaNya, tidak hanya bagi kita tetapi juga bagi generasi penerus
kita (Kis 2:40). Dengan demikian gereja kita akan terus tumbuh, berkembang dan
menghasilkan buah bagi kemuliaan Tuhan. Sebagaimana visi kita untuk menjadi
gereja yang Mandiri dan Menjadi Berkat. Selamat ulang Tahun gerejaku. Tetaplah
tinggal di dalam Tuhan dan Tuhan pasti tetap beserta gerejaNya. [Abed]

Nyanyian: Kid. Kontekstual 91/ KJ 249; 426.


RANCANGAN KHOTBAH: Basa Jawi
Pambuka
Dinten punika Greja Kristen Jawi Wetan lumebet umur 86 taun. Sampun kathah
prekawis ingkang sampun kelampahan ing pigesanganing GKJW. Kita saos sokur atas
wewengan ndherek ing pakaryan agungipun Gusti Allah wonten donya punika. Ing
sisih sanesipun, selaras kaliyan wegdal ingkang kaparingaken dening Gusti Allah
dhateng GKJW, GKJW prelu mbudidaya mangertos karsanipun Gusti kagem
189
lelampahaning GKJW lan mujudaken paseksi kagem kamulyaning asmanipun Gusti
lumantar pigesanganipun.

Isi
Kados kaserat ing waosan kita ingkang sepisan, umatipun Gusti nalika semanten
sampun ngrumaosi bilih samukawis ingkang kelampahan lan dipun dipun lampahi
dening umatipun minangka prekawis ingkang boten pinisah saking pakaryanipun
Gusti pribadi (ay. 7, 12, 15). Tamtu pangaken punika boten tuwuh mekaten
kemawon lan mbetahaken wegdal ingkang boten cekak. Pangaken punika tuwuh
saking reraosan tumrap lelampahan panjang ingkang dipun alami dening umat
pitados nalika semanten. Umat pitados nalika semanten nate ngraosaken
pimpinanipun Gusti ingkang nyata lan lelampahan salajengipun ngantos ing wegdal
kapimpin dening raja sarta kathah malih ewah-ewahan saha prekawis-prekawis
enggal ing babagan sanes ing pigesanganipun umat pitados nalika semanten.
Sedaya lelampahan ingkang dipun alami dening umat pitados nalika semanten
dipun imani lan dipun amini minangka perangan pakaryanipun Gusti Allah. Awit
saking punika, umat saged nggadhahi kumrengsenging raos kangge tansah gesang
ing pimpinanipun Gusti Allah. Umatipun Gusti ugi tansah ngluhuraken Gusti. Sedaya
prekawis dipun lampahai kanthi sae lan kebak saos sokur karana pitados bilih Gusti
sampun nindakaken kasaenan dhateng umatipun. Kita ugi boten saged merem bilih
Kitab Suci nyariyosaken wegdal-wegdal umatipun Gusti malah kepengin nebih saking
Gusti lan langkung milih mirengaken sarta nuruti pikajengipun piyambak.
Pramila saking punika, kita prelu sinau saking para tiyang ingkang mirengaken
kotbahipun Petrus kados ingkang kacariyosaken ing waosan kalih dinten punika.
Tiyang-tiyang punika kanthi taberi/ tekun lan manah tinarbuka mirengaken sedaya
dhawuh lan karsanipun Gusti ingkang kawartosaken dening Petrus. Tiyang-tiyang
punika ugi tinarbuka ngalami ewah-ewahan selaras kaliyan karsanipun Gusti. Bab
punika kacetha saking pitakenanipun dhateng Petrus: Punapa ingkang kedah
kawula lampahi? Punika sikep ingkang sae ingkang prayogi kita babaraken ing
lelampahaning gesang kita. Boten cekap rumaos bingah lan sukarena karana
sampun ndherek Gusti Yesus, nanging prelu terus nyondhongaken ciptaning dhiri
kaliyan karsanipun Gusti.
Lajeng punapa ingkang prayoginipun kita lampahi selaku umatipun Gusti?
Minangka umat ingkang tansah ngraosaken sih katresnan lan patunggilanipun Gusti
sarta ingkang sumadya ngalami ewah-ewahan selaras kaliyan karsanipun Gusti, kita
190
tinimbalan ugi kinen andum kabingahan kaliyan sasamining titah. Dados umat
ingkang nekseni kasaenanipun Gusti prayogi kita wujudaken. Mawartosaken kabar
bilih Gusti punika nresnani sedaya titahipun, ugi mawartosaken bilih wujuding
katresnanipun Gusti kadhang kala arupi piweleh tumrap tata caraning gesang
ingkang kirang selaras kaliyan karsanipun Gusti. Punika badhe nyagedaken umat/
grejanipun Gusti tetep dados seksi ngundangaken suara kenabian ing tengahing
donya ingkang kebak kaprihatosan punika.

Panutup
Sumangga kita mengeti ambal warsa greja kita punika srana terus ningkataken
iman kita dhumateng Gusti. Boten namung kangge kita utawi generasi kita. Nanging
mliginipun kangge generasi candhakipun. Timbalan dados rowang damelipun Gusti
Allah boten namung kangge kita, nanging ugi kangge generasi candhakipun.
Makaten ugi berkah kanugrahanipun, boten namung kangge kita, nanging ugi kagem
generasi candhakipun (Para Rasul 2: 40). Kanthi makaten greja kita badhe terus
tuwuh ngrembaka lan ngedalaken woh kagem kamulyanipun Gusti. Punika selaras
kaliyan angen-angen kita supados dados greja ingkang Mandiri dan Menjadi Berkat.
Sugeng ambal warsa! Sami lulusa nunggil wonten ing Gusti lan Gusti yekti tetep
nunggil kaliyan grejanipun. Amin. [terj. St]

Pamuji: Kid. Kontekstual 90/ KPK 293:1,2; 311:1,2.

MINGGU, 17 DESEMBER 2017


MINGGU ADVENT 3 --- STOLA HIJAU

Bacaan 1 : Yesaya 61:1-4,8-11


Bacaan 2 : 1 Tesalonika 5:16-24
Bacaan 3 : Yohanes 1:6-8,19-28
Tema Liturgis : Menyiapkan Jalan Menyambut Kedatangan Tuhan
191
Tema Khotbah : Membangun Tradisi Baik untuk Menyambut Kedatangan Tuhan

Keterangan Bacaan
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)
1. Yesaya 61:1-4,8-11
a. Banyak yang menyebut Yesaya 61 adalah bagian dari nubuat mesianik
Yahudi.
b. Karya Mesias, sang terjanji itu hidup dengan demikian:
- Dia datang di tengah penderitaan dan pelanggaran hukum.
- Dia datang untuk menggantikan penderitaan (yang digambarkan dengan
abu, kain kabung, semangat yang pudar) dengan harapan dan sukacita
(yang digambarkan dengan perhiasan, minyak pesta, dan puji-pujian).
- Jalan hidup sang Mesias adalah jalan kebenaran.
c. Bagi orang yang mengenal Mesias akan demikian:
- Karya Mesias tidak akan hanya dirasakan oleh orang-orang yang
mengenalnya secara pribadi tetapi juga oleh anak dan cucu mereka. Hal
ini menunjukkan bahwa pengenalan akan Mesias itu harus diteruskan
dari gerenasi ke generasi berikutnya.
- Hidup orang-orang yang mengenal Mesias akan menjadi berkat dan
teladan yang dilihat oleh semua bangsa. Karya sang Mesias itu nampak
dari hidup mereka yang penuh sukacita dan damai sejahtera.

2. 1 Tesalonika 5:16-24
a. Bagian ini berisi nasihat-nasihat praktis Paulus kepada jemaat Kristen di
Tesalonika. Berbeda dengan nasihat dan penggembalaan lain yang
berpanjang-panjang, bagian ini pendek-pendek. Ini mengindikasikan bahwa
orang bersama-sama tahu bahwa hal itu baik sehingga tidak perlu
menjelaskan lebih jauh. Bagian yang bisa dimengerti oleh banyak orang
tanpa perlu mengerutkan dahi, dilakukan saja. Namun nasihat ini tentu tidak
lepas dari nasihat Paulus lain yang panjang.
b. Bagian ini juga berisi harapan dan sekaligus kepastian, bahwa di tengah
perjuangan mereka untuk setia pada iman mereka dengan cara menjaga roh,
jiwa, dan tubuh tetap sempurna sampai kedatangan Tuhan, Tuhan pun juga
setia dengan janjiNya. Damai sejahtera adalah janji Tuhan yang pasti akan
ditepatinya.
192
3. Yohanes 1:6-8,19-28
a. Yohanes dengan jujur mengakui siapakah dirinya. Bahwa dia bukan Mesias,
dia bahkan bukan Elia, bukan seorang nabi. Dia bahkan begitu rendah,
sampai-sampai membuka tali kasut Sang Mesias pun dia tidak pantas.
b. Kehadiran Yohanes mendahului seseorang yang akan datang berikutnya.
Artinya Yohanes tahu bahwa akan ada yang datang, yaitu Dia yang ditunggu-
tunggu. Maka selama menunggu persiapannya akan kehadiranNya perlu
dilakukan dengan sungguh-sungguh.
c. Persiapan itu dilakukan Yohanes dengan pembaptisan, menyiapan orang-
orang masuk dalam karya penyelamatan Sang Mesias. Bahwa sebelum
mereka bertemu dengan Sang Mesias itu, maka mereka disucikan terlebih
dahulu, diberi kartu masuk menuju karya penyelamatan itu.
d. Ketika Yesus datang, Yohanes pun menyatakan: Itulah Dia, yang ditunggu
sudah datang. Mungkin orang tidak tahu maksud Yohanes ketika itu, namun
Yohanes tahu.

BENANG MERAH TIGA BACAAN


Kedatangan Mesias akan mengubah wajah dukacita menjadi sukacita. Dan
untuk menyambut kedatangannya seseorang perlu terus bersiap-siap sampai Dia
benar-benar datang.

RANCANGAN KHOTBAH: Bahasa Indonesia


(Ini hanya sebuah rancangan. . . bisa dikembangkan sendiri sesuai konteks jemaat)
Pendahuluan
Ketika akan mengadakan kegiatan besar, sebut saja sebuah pesta
perkawinan, seseorang pasti akan mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh.
Mereka akan mencurahkan apa yang mereka miliki, mulai dari tenaga, waktu,
pikiran, uang supaya acara tersebut berjalan dengan baik. Mereka tahu bahwa
persiapan yang mereka lakukan sebanding dengan hasil luar biasa dari acara yang
akan mereka adakan. Mereka tidak akan merasa rugi karena setelah perkawinan ada
kehidupan yang membahagiakan dan penuh harapan. Pesta perkawinan itu tidak
hanya berkesan, tetapi juga mengubah hidup.
Kedatangan Kristus bisa diumpamakan dengan pesta perkawinan itu. Dan
persiapan kita untuk kedatangan Kristus bisa diumpamakan dengan persiapan kita
193
ketika akan mengadakan pesta perkawinan. Bayangkan apa yang terjadi jika sebuah
pesta perkawinan tidak disiapkan, maka ketika harinya tiba, kita akan bingung,
jangankan merasa sukacita, kita malah tidak tenang sendiri. Kita tidak mungkin bisa
membatalkan sebuah pesta perkawinan begitu saja. Kita tidak mungkin bisa
membatalkan kedatangan Tuhan. Ketika Dia datang, segala persiapan kita akan
berarti dan kita bersyukur telah bersiap-siap.

Isi
Kristus sudah pernah datang dua ribu tahun yang lalu, dan Yohanes
mempersiapkan kedatangan itu dengan mambaptiskan orang-orang yang percaya.
Supaya ketika Kristus datang, orang-orang sudah terbuka hatinya, dan siap
menerima sukacita kedatangan Kristus. Sebagai orang Kristen kita mengimani bahwa
Yesus pun akan datang untuk kedua kalinya, maka sekarang pun kita perlu bersiap-
siap menyambut kedatanganNya kembali tersebut.
Hal tersebut menunjukkan bahwa:
1. Kedatangan Kristus membawa sukacita. Sukacita adalah lepasnya seseorang dari
penderitaan. Apakah kehadiran Kristus dahulu membuat kita lepas dari
penderitaan? Jawabannya, ya. Karena kedatangan Kristus yang pertama kali
dahulu mengangkat kita dari dosa, membersihkan kita. Kita saat ini adalah
orang-orang yang telah dibenarkan dan dibersihkan Tuhan, kita mendapatkan
jaminan akan merasakan sukacita kekal di dalam Kerajaan Bapa di sorga. Tapi
mengapa kita masih mengalami masalah hari ini bahkan yang membuat kita
bersusah hati, lalu apa artinya menerima Kristus dalam hidup kita kalau
nyatanya kita sekarang masih mengalami masalah dan dukacita? Masalah dan
dukacita bagi orang percaya adalah ujian untuk kesetiaan. Mereka
mendapatkan kartu masuk (free pass), tapi apakah mereka setia menggenggam
kartu masuk itu. Dalam perumpamaan tentang pesta perkawinan di awal, kartu
undangan untuk masuk dalam pesta perkawinan itu sudah di tangan kita. Hanya
saja pesta perkawinannya masih akan datang. Kalau kita setia
menggenggamnya, maka kartu masuk itu akan begitu bernilai pada saat
kedatangan Kristus yang kedua kali. Kita mungkin sekarang mengalami
penderitaan, tapi bersama dengan itu, kita juga punya jaminan. Menderita tidak
apa-apa, karena sudah ada kartu masuk menuju sukacita sejati. Jangan
melepaskan kartu masuk kita karena penderitaan kita. Jangan menukarnya

194
dengan apa pun, kalau sudah hilang, bagaimana nanti kita bisa masuk ketika
Yesus datang kedua kalinya.
2. Ketika seseorang sudah menerima kartu masuk ini, maka dia dianggap layak di
hadapan Tuhan. Maka jangan pernah merasa kecil. Kita pantas. Juga jangan
mengecilkan orang lain, karena mereka pun pantas. Hargailah diri kita, hargailah
orang lain juga. Lihatlah diri kita dan orang lain sebagaimana Tuhan melihat kita:
sebuah citra Allah.
3. Untuk menyambut sukacita, ternyata orang perlu bersiap-siap? Benar! Sama
seperti orang bersiap-siap bahkan mencurahkan seluruh hidupnya untuk sebuah
pesta perkawinan, kita pun perlu bersiap-siap untuk kedatangan Tuhan yang
kedua kali. Maka adven itu bukan sekadar tentang mempersiapkan acara Natal
di gereja atau di tempat lain, dalam arti seremonial atau perayaan. Tetapi lebih
dari itu adven adalah persiapan kita untuk kedatangan Kristus yang kedua kali.
Yang pasti membawa sukacita bagi orang-orang yang sudah mendapatkan kartu
masuk itu.
4. Persiapan kita, kita lakukan dengan menjaga hidup kita tetap di jalan Tuhan.
Nasihat-nasihat pendek Paulus dalam bacaan kedua kita menunjukkan cara-cara
sederhana untuk mempersiapkan kedatangan Kristus yang kedua:
bersukacitalah senantiasa, tetaplah berdoa, terus bersyukur, jangan
memadamkan roh, ujilah segala sesuatu, peganglah kebaikan, jauhkan dirimu
dari kejahatan. Itulah cara sederhana untuk mempersiapkan kedatangan Kristus
yang kedua.
5. Kita tidak tahu kapan kedatangan Kristus itu akan terjadi, maka seberapa lama
kita akan menunggu. Bagaimana jika di tengah segala persiapan itu kita merasa
lelah? Yang jelas kedatangan Kristus pasti akan terjadi. Bagaimana cara kita
untuk mempersiapkan terus-menerus tanpa merasa lelah? Maka bangunlah
tradisi. Biasakan untuk hidup dengan terus bersukacita, biasakan untuk terus
berdoa, biasakan untuk bersyukur dalam segala hal, biasakan untuk terus
bersemangat, biasakan yang baik. Membangun tradisi atau kebiasaan adalah
cara kita untuk tidak merasa lelah di tengah perjalanan itu. Seperti seseorang
yang membiasakan dirinya bangun pagi, maka dia akan bangun bahkan tanpa
alarm atau jam weker. Membiasakan diri tentu tantangan sendiri, tapi apa pun
bisa dilakukan dengan membiasakan diri. Mulailah dengan meniatkannya,
lanjutkan dengan melakukannya terus-menerus. Kalau sudah terbiasa, pasti
akan mudah.
195
Penutup
Maka selamat bersiap-siap menantikan Kristus datang. Jangan sia-siakan
iman kita. Jangan sia-siakan kartu masuk yang telah kita terima. Sehingga ketika
nanti Dia datang, kita bisa mengatakan, Itulah Dia! Yang ditunggu sudah datang!
Tuhan saya sudah punya kartu masuk. Dan kita pun ikut merasakan sukacita
bersamaNya. Amin. [Gide]

Nyanyian: KJ 76, KJ 81

RANCANGAN KHOTBAH: Basa Jawi


Pambuka
Nalika tiyang badhe kagungan kersa utawi gadhah damel, upamipun badhe
krama utawi neningkahan sedaya prekawis tamtu kasiyapaken kanthi sawetah.
Sedaya daya, pikiran, wekdal, arta kasiyapaken kangge acara punika supados sedaya
saged lumampah kanthi sae. Awit tiyang pitados bilih neningkahan punika boten
namung nilasaken kabingahan nanging ugi ngewahi gesangipun tiyang.
Rawuhipin Gusti punika kados acara neningkahan punika. Rawuhipun Gusti
punika nuwuhaken raos bingah ing manah lan ngewahi gesangipun tiyang. Kita
saged mbayangaken menawi neningkahan punika boten kacawisaken kanthi sae,
ingkang saged kadadosan nalika dintenipun malah bingung. Mekaten ugi menawi
rawuhipun Gusti boten kacawisaken kanthi sae, kita saged bingung piyambak.
Nanging menawi sedaya kacawisaken kanthi leres lan sae, nalika dheng-ipun kita
estu bingah awit kita sampun cecawis.

Isi
Kristus sampun rawuh ing jagad kalih ewu taun kepengker. Yokanan
pambaptis nyawisaken rawuhipun kanthi mbaptis tiyang-tiyang ing lepen Yarden.
Supados nalika Gusti Yesus rawuh, tiyang-tiyang sampun saged kabikak manahipun
lan nampi kabingahan awit rawuhipun Gusti Yesus. Kita tiyang Kristen pitados bilih
Gusti Yesus badhe rawuh kaping kalih, pramila samangke kita ugi prelu nyawisaken
rawuhipun Gusti ingkang kaping kalih punika.
Prekawis punika nedahakeh bilih:

196
1. Rawuhipun Gusti punika mbekta kabingahan. Kabingahan ngemu teges uwal
saking kasangsaran. Punapa rawuhipun Gusti rumiyin nguwalaken kasangsaran
kita? Wangsulanipun: inggih. Awit Gusti rawuh lan kita pitados, kita kaparingan
gesang suci, sedaya dosa kita dipun apunten. Kita nampi prajanji badhe nampi
kratoning Allah. Kita pikantuk jaminan. Lah kenging punapa kok kita taksih
ngalami kasisahan wonten ing gesang? Gesang kita kok taksih nggadhahi
masalah? Masalah lan kasisahan ing gesang punika margi kita tumuju dhateng
kasetyan. Bab punika saged kaupamakaken kita nampi ulem-ulem (undangan)
kabingahan, lan ulem-ulem sampun kita tampi, nanging punapa kita saged njagi
supados ulem-ulem punika boten ical? Menawi ulem-ulem punika boten ical
kita saged ndherek wonten ing kabingahanipun kratoning swarga. Kathah tiyang
karana masalah lan kasisahan wonten ing gesang, lajeng nilar ulem-ulem
ingkang sampun dipun tampi punika. Lah menawi ical kados pundi kita saged
tumut ing kabingahanipun Gusti nalika Gusti rawuh kaping kalih. Sedaya
kasangsaran lan masalah punika ngengetaken kita punapa kita tansah njagi
gesang enggal utawi ulem-ulem ingkang sampun dipun paringaken dening Gusti
tumrap kita, punapa kita malah ngicalaken.
2. Nalika kita nampi ulem-ulem kraton swarga punika, kita sampun dipun pirsani
pantes ing ngarasanipun Gusti. Pramila sampun rumaos taksih dosa lan
nglanggengaken dosa. Mangga ngregani dhiri kita, ngajeni ulemanipun Gusti
punika, lan ngajeni tiyang sanes, awit sedaya saged nampi ulemanipun Gusti.
Mangga ningali dhiri kita lan tiyang sanes kados Gusti mirsani kita sami dados
gambaripun Gusti ingkang sae.
3. Kangge nampi kabingahan tiyang punika kedah cecawis. Kados menawi wonten
neningkahan kita cecawis, kita ugi cecawis kangge rawuhipun Gusti ingkang
mbingahaken. Awit punika, mangsa adven punika sejatosipun boten namung
mangsa kangge kita nyawisaken acara Natal ing greja utawi ing papan sanes,
punika ugi ngengetaken kita bilih kita prelu cecawis dhiri nampi rawuhipun Gusti
ingkang kaping kalih ingkang mbekta tentrem rahayu.
4. Cecawis dhiri punika dipun tindakaken mawi njagi dhiri kita supados tansah
saged lumampah ing marginipun Gusti saben dinten. Pitutur saking Paulus
ingkang cekak aos kala wau saged dados tuntunan kita nyawisaken rawuhipun
Gusti. Inggih punika mawi tansah bingah, setya ing pandonga, ngucap sokur
saben wekdal, sampun ngantos mejahi roh, nguji sedaya prekawis, nyepeng
kasaenan, lan nebihaken diri saking piawon.
197
5. Kita boten ngertos kapan Gusti badhe rawuh, ingkang kita ngertosi bilih Gusti
punika tamtu badhe rawuh. Lajeng kados pundi supados kita boten rumaos
lungkrah, lesah, lan kesel anggenipun nengga? Mangga ndadosaken prekawis
sae ingkang dipun tedahaken dening Rasul Paulus kala wau kita budayakaken
ing gesang kita, kita dadosaken tradisi/ pakulinan. Mangga ngulinakaken dhiri
tansah bingah, ngulinakaken diri tansah ndedonga, lsp. Bilih rumiyin Yokanan
nyawisaken kanthi baptisan, sampangke kita nyawisaken mawi mangun tradisi
sae wonten ing gesang. Ngulinakaken dhiri tamtu sanes prekawis gampil,
nanging mangga enget bilih kabingahan ingkang badhe kita tampi nalika Gusti
Yesus rawuh punika adi sanget, sampun ngantos kita kecalan. Mangga dipun
wiwiti kanthi niyat, lajeng dipun tindakaken saben dinten. Menawi sampun
dados pakulinan mesthi boten ewet. Kados kita ingkang biasa tangi saking tilem
enjing, boten betah alarm sampun tangi.

Panutup
Mangga sami cecawis kangge rawuhipun Gusti. Sampun ngantos iman kita
ingkang sampun ngenggalaken gesang kita lajeng dados nglaha. Sampun ngantos
ulem-ulem saking Gusti ingkang kita tampi ical. Matemah nalika mangke Gusti Yesus
estu rawuh, kados Yokanan kita saged mungel, Lah sing dienteni wis teka. Gusti
kawula gadhah ulem-ulem lan boten ical. Lan kita lajeng saged ngraosaken
kabingahan adi sesarengan Gusti. Amin. [Gide]

Pamuji: KPJ 210, KPJ 212,

MINGGU, 24 DESEMBER 2017


MALAM NATAL --- STOLA HIJAU

Bacaan 1 : 2 Samuel 7 : 1 11, 16.


Bacaan 2 : Roma 16 : 25 27.
Bacaan 3 : Lukas 1 : 26 38.
198
Tema Liturgis : Hidup Dalam Kelimpahan Anugerah Tuhan.
Tema Khotbah: Menanti kelahiran Sang Juru Selamat.

Keterangan Bacaan
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)
1. 2 Samuel 7: 1 11, 16.
Mula-mula raja Daud merasa tidak pantas menikmati segala kenyamanan
dengan tempat tinggal yang bagus, sementara tabut Tuhan berada di dalam
tenda. Tabut Tuhan bagi bangsa Israel saat itu merupakan simbol kehadiran dan
penyertaan Tuhan. Itulah sebabnya dalam setiap peperanganpun bangsa Israel
selalu berusaha menghadirkan tabut Tuhan itu. Bagi raja Daud, tabut Tuhan yang
adalah simbol kehadiran Tuhan itu sepatutnya berada di tempat yang layak,
harus dihormati melebihi tempat tinggalnya sendiri. Itulah sebabnya raja Daud
bermaksud membangun rumah permanen yang lebih bagus untuk tempat tabut
Tuhan sebagai wujud penghormatannya kepada Tuhan.
Kenyataannya Tuhan tidak menyetujui keinginan Daud itu. Tuhan menyadarkan
raja Daud bahwa menghormati Tuhan tidak tergantung pada tempat di mana
tabut itu diletakkan. Kehadiran Tuhan di tengah umatNya tidak dibatasi oleh
tenda, atau tabut yang berisi dua loh batu bertuliskan sepuluh perintah Allah.
Ayat 7 mengungkapkan bahwa keberadaan Allah juga mengembara bersama
bangsa Israel, yang artinya tidak terbatas oleh tempat dan ruang tertentu.
Keberadaan Allah tidak bisa ditentukan/ diatur oleh manusia di tempat tertentu.
Allah bebas berada di manapun dan dalam keadaan apapun. Namun demikian
Allah tetap memperhitungkan keinginan dan kebaikan hati raja Daud yang ingin
mengormati Tuhan dengan segala yang dimilikinya. Karenanya, Allah juga kembali
mengukuhkan janjiNya untuk memberkati dan mengokohkan keluarga dan
kerajaan Daud (ayat 16).

2. Roma 16: 25 27.


Rasul Paulus menegaskan bahwa segala kemuliaan hanya bagi Allah di dalam
Yesus Kristus. Di seluruh muka bumi, dalam berbagai situasi sekalipun hanya
Yesus Kristus yang layak menerima kehormatan dan kemuliaan tertinggi. Para
rasul, bahkan para nabi dengan kitab-kitabnya, tidak ada yang layak dan boleh
menerima kehormatan dan kemuliaan tertinggi. Semua yang dilakukan para rasul
dan para nabi tidak ada tujuan lain selain supaya hanya nama Allah di dalam
199
Yesus Kristus yang dimuliakan di seluruh bumi. Rasul Paulus juga menekankan
tentang keesaan Allah (ayat 27), dan itu bisa dipahami dengan hikmat Tuhan di
dalam Yesus Kristus. Hanya Allah di dalam Yesus Kristus yang layak menerima
segala hormat dan kemuliaan dari manusia.

3. Lukas 1: 26 38.
Alkitab menyebutkan bahwa malaikat Gabriel menjumpai seorang perawan
bernama Maria. Perawan adalah sebutan bagi perempuan yang belum pernah
melakukan hubungan seksual. Seorang perawan ini oleh Tuhan akan dijadikan
mengandung meski tanpa hubungan seksual dengan laki-laki. Maria yang dipilih
Allah ini disebutkan mendapat karunia Allah (ayat 28, 30). Jadi, pemilihan
terhadap Maria murni karena kasih karunia Allah, kehendak Allah. Secara duniawi
Maria bukanlah manusia istimewa, dia perempuan -masih muda- dan bukan dari
kalangan keluarga kaya. Bagi masyarakat Yahudi pada saat itu Maria bukanlah
siapa-siapa.
Dipilih dan dipercaya untuk mengandung dan melahirkan bayi Yesus adalah
sesuatu yang tidak pernah dipikirkan oleh Maria, bahkan dianggap sesuatu yang
mustahil. Terbukti dari pertanyaan Maria di ayat 34: Bagaimana mungkin hal
itu terjadi, karena aku belum bersuami? Secara manusiawi keberadaan bayi
memang tidak bisa dilepaskan dari hubungan seksual, dan pada jaman itu hanya
lazim dilakukan oleh orang-orang yang sudah resmi sebagai suami-istri. Hal yang
tidak lazim pula bahwa Maria harus menamai anaknya Yesus. Yesus adalah kata
dalam bahasa Yunani, dan sama dengan Yosua dalam bahasa Ibrani yang berarti
Allah menyelamatkan/ Juru selamat. Kebiasaan saat itu yang berhak memberikan
nama kepada bayi adalah bapaknya, bukan ibunya. Dalam hal itu Maria oleh Allah
diberi kepercayaan juga untuk memiliki kekuasaan memberi nama kepada
bayinya, atau sebagai seseorang yang juga berpengaruh pada bayinya.
Sebenarnya hal seperti ini juga tidak lazim atau mustahil bagi Maria/
perempuan untuk memberi nama pada anaknya. (Pemberi nama yang
sesungguhnya adalah Allah sendiri selaku BapaNya). Banyak hal yang mustahil
yang dipikirkan oleh Maria akhirnya dijawab oleh malaikat Gabriel di ayat 35, 37,
bahwa Roh Kudus dan kuasa Allah yang akan membuat semua yang mustahil itu
menjadi nyata, sebab tidak ada yang mustahil bagi Allah.
Dalam hal ini Maria telah diyakinkan bahwa kehamilan yang akan ia alami benar-
benar skenario Allah. Dan untuk mewujudkan rencanaNya itu, Allah mengajak
200
Maria untuk menjadi rekan kerjaNya yaitu dengan kerelaannya untuk
mengandung dan melahirkan serta merawat bayi Yesus. Semua ada dalam kuasa
dan kendali Allah, Maria hanya perlu kesediaan untuk dipakai oleh Allah. Jawaban
Maria di ayat 38 yang menyatakan dirinya adalah hamba Tuhan telah
menunjukkan sebuah ketaatan dan ketundukan yang tiada tara hanya kepada
kehendak Allah. Seorang hamba tidak mungkin menolak kehendak dan perintah
Tuannya, sebab dia yakin itulah yang terbaik dan harus dijalaninya.

Benang merah tiga bacaan


Kasih karunia Allah bisa diterima dan dinikmati oleh siapa saja yang Tuhan
kehendaki dan sedia menerimanya dengan kerelaan dan ketaatan seorang hamba.
Kasih karunia ini bisa diterima secara pribadi maupun kolektif.

RANCANGAN KHOTBAH: Bahasa Indonesia


(Ini hanya sebuah rancangan...bisa dikembangkan sendiri sesuai konteks jemaat)
SALAM YANG MEMBAHAGIAKAN.
(Nats: Lukas 1: 28b)
Pendahuluan
Biasanya, ketika seseorang mengucapkan salam kepada orang lain, maka ada
maksud baik dalam hatinya. Siapapun cenderung mengharapkan salam yang
menyenangkan, penuh keramahan, bahkan mungkin memberikan rasa aman dan
bahagia. Orang yang bermusuhan biasanya tidak menucapkan salam.
Salam yang diucapkan malaikat Gabriel kepada Maria saat memberitahukan
akan kelahiran Yesus, memang terasa tidak lazim. Maria sendiri sampai tidak paham
dengan makna dari salam itu (ayat 29). Hal itu karena malaikat Gabriel menyebut
Maria sebagai orang yang dikaruniai dan juga dikatakan bahwa Tuhan menyertai
Maria. Salam itu sungguh luar biasa. Disertai oleh Tuhan saja sudah merupakan
kebahagiaan dan berkat tak terhingga, apalagi dikatakan bahwa Maria adalah
manusia yang dikaruniai. Karunia apakah yang akan diterima oleh Maria? Hal ini
tentunya juga menjadi pertanyaan bagi Maria.

Isi
Salam dari Malaikat Gabriel itu sangat berarti bagi Maria. Memang salam seperti
itu tidak biasa didengar oleh Maria dan orang-orang pada umumnya. Ada 2 hal yang

201
merupakan isi dari salam itu, yaitu Maria menjadi orang yang menerima karunia
Allah dan sekaligus menjadi orang yang disertai Allah.
1. Maria menjadi orang yang menerima karunia Allah.
Karunia adalah pemberian cuma-cuma dari Allah. Orang yang menerima karunia
Allah itu murni karena kebaikan Allah, dan bukan karena permintaan atau upaya
manusia. Karunia itu diberikan oleh Allah secara bebas kepada siapapun yang Dia
kehendaki. Bisa terjadi menurut ukuran manusia seseorang tidak layak menerima
karunia Allah itu. Contohnya Maria. Bagi orang-orang di jaman itu tidak ada hal
istimewa dalam diri Maria. Dia perempuan (biasanya dianggap warga kelas 2),
masih muda (dianggap belum berpengalaman dalam hidup) dan bukan dari
keluarga berada.
Karena itu, merupakan hal yang mengejutkan jika Maria mengetahui bahwa
dirinya mendapat karunia Allah. Tentunya Maria merasa tidak pantas menerima
pemberian Allah itu. Pada akhirnya Maria mengerti tentang karunia yang akan
diterimanya, yaitu bahwa dia dipercaya oleh Allah untuk dipakai sebagai sarana
lahirnya Sang Juru Selamat yang telah dinantikan oleh banyak orang. Maria telah
dipilih oleh Allah untuk hamil dan melahirkan bayi Yesus. Maria tentunya tidak
mengerti mengapa dirinya yang dipilih oleh Allah. Apapun alasannya, itulah
karunia, itulah berkat tiada terhingga yang akan diterima oleh Maria.
Berikutnya, malaikat Gabriel itu juga menyampaikan kepada Maria berbagai
bentuk karunia Allah kepada dirinya. Berbagai keajaiban akan dialami oleh Maria.
Misalnya, Maria akan hamil meskipun belum bersuami. Artinya, keberadaan bayi
Yesus di dalam tubuhnya itu bukan hasil dari hubungan seksual, tetapi karena
kuasa Roh Kudus (ayat 35). Roh Kudus ini bukan hanya akan turun atas diri Maria,
tetapi juga kuasa Allah akan menaungi Maria dalam kehidupannya. Karunia ini
tentunya tidak pernah terpikirkan oleh Maria. Dia benar-benar menjadi orang
yang berbahagia. Perjumpaan Maria dengan malaikat Gabriel itu benar-benar
merupakan perjumpaan pribadi yang membahagiakan.
Selain itu, tentunya Maria juga berbahagia karena diberi tanggung jawab untuk
memberi nama pada bayi yang akan dilahirkannya (meskipun bukan anaknya
langsung secara biologis). Biasanya yang berhak memberi nama pada bayi adalah
ayahnya. Yesus yang adalah Anak Allah, semestinyalah jika BapaNya yang
memberi nama, dan itu melalui Maria. Inipun sebuah karunia. Yesus dalam
bahasa Yunani artinya sama dengan Yosua dalam bahasa Ibrani, yaitu Allah
menyelamatkan/ Juru selamat. Allah menyelamatkan umatNya melalui kelahiran
202
Sang Bayi yang akan dikandung dan dilahirkan oleh Maria. Allah memberikan
karuniaNya yang besar kepada umat manusia melalui Maria yang rela hamil
dan melahirkan bayi Yesus. Tidak ada seorangpun yang mengerti, mengapa
Maria yang dipilih. Itulah karunia yang diterima oleh Maria. Dipakai Allah untuk
ambil bagian dalam karya penyelamatan umat manusia itu merupakan karunia,
berkat, karena tidak semua orang memiliki kesempatan untuk itu.

2. Maria menjadi orang yang disertai Allah


Semua orang tentunya berharap selalu disertai Tuhan. Dalam menjalani
menerima karunia Allah itu ternyata Allah juga memberikan janji penyertaanNya.
Menjadi orang yang disertai Allah, apa yang dikhawatirkan? Tentunya itu juga
menjadi kekuatan bagi Maria ketika akhirnya dia mengatakan: Sesungguhnya
aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu (ayat 38).
Meskipun akan mengalami berbagai hal yang mustahil, tidak masuk akal, tetapi
jika ada dalam penyertaan Tuhan tentunya tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
Secara tidak langsung, malaikat Gabriel itu memberikan jaminan kepada Maria
bahwa dalam menerima karunia itu, apapun yang terjadi, Maria akan tetap
diserta oleh Allah. Maria tidak sendirian menjalani kehidupannya. Dan
penyertaan Allah tentunya akan membawanya pada keselamatan dan sukacita.
Allah memang luar biasa. Apa yang dilakukanNya terhadap Maria telah
membuktikan bahwa siapapun yang rela dan bersedia Dia pakai, ambil bagian
dalam karya penyelamatanNya, ternyata tidak dibiarkannya sendiri. Penyertaan
Allah itu menjadi modal dan jaminan bagi siapapun yang Dia pakai dalam
karyaNya. Jadi, apa yang dikhawatirkan? toh Allah telah memberikan janji
penyertaanNya. Dan melalui kisah raja Daud, meskipun janji Allah kepada Daud
telah terjadi beratus-ratus tahun sebelumnya, ternyata Allah menepatinya juga,
terbukti dengan apa yang diucapkan malaikat Gabriel kepada Maria.

Salam yang diucapkan oleh malaikat Gabriel itu tentunya benar-benar


menenteramkan Maria. Oleh karena itu, sesudah mengucapkan salam, malaikat itu
mengatakan: jangan takut! Ada banyak hal yang akan sulit dimengerti oleh Maria.
Mulai dari hal akan menerima karunia Allah, akan hamil tanpa pernikahan, akan
melahirkan Sang Juru Selamat, akan menamai anaknya nanti: Yesus, belum lagi
berita tentang kehamilan Elisabet yang sudah tua itu. Salam yang menyejukkan hati,
yang membahagiakan paling tidak akan memudahkan seseorang untuk mencerna
203
perkataan dari tamunya, mengingat apa yang akan disampaikan itu merupakan
berita penting dan sulit dipahami. Hal ini dikarenakan orang tersebut (Maria) telah
bebas dari rasa takut.
Makna salam dari malaikat Gabriel itu tentunya juga menyadarkan Maria
bahwa kehadiran Yesus Sang Juru Selamat ke dunia itu juga merupakan karunia
Allah. Bukan karena manusia yang meminta ataupun berusaha. Pada akhirnya bukan
hanya Maria secara pribadi yang menerima karunia Allah itu, tetapi juga semua
orang di dunia yang menanti dan menerima kehadiran Juru Selamat, Mesias yang
memang dinantikan oleh orang Yahudi. Kelahiran Sang Juru Selamat itu bahkan juga
sudah dinubuatkan sejak jaman Perjanjian Lama. Melalui raja Daud, Allah telah
berjanji akan mengokohkan kerajaan dan tahtanya di muka bumi. Ternyata juga
termasuk kerajaan dan tahta Allah. Melalui keturunan raja Daudlah Allah akan
mewujudkan karya keselamatan bagi manusia (lihat bacaan 1). Dan memang
kenyataannya bahwa Maria dan Yusuf adalah keturunan raja Daud.
Jadi, karunia yang diterima oleh Maria pada saat itu sekaligus merupakan
penggenapan atas karunia yang telah Allah janjikan kepada raja Daud untuk
keturunan Daud.
Maria juga menempatkan dirinya sebagai hamba Tuhan. Artinya, tidak ada
alasan baginya untuk menolak apa yang dikehendaki Tuannya untuk dilakukan.
Adalah sebuah kehormatan bagi seorang hamba apabila dia dipercaya untuk
mengemban tugas yang berat. Apalagi dalam melaksanakan tugas itu diberikan
perlindungan dan janji penyertaan. Ini merupakan karunia yang luar biasa.

Penutup
Pada saat ini, tentunya bukan hanya Maria saja yang berkesempatan
menerima karunia dan penyertaan Tuhan. Sebagaimana salam dari malaikat Gabriel
kepada Maria, tentunya juga mendorong kita semua untuk memberi salam,
mengucapkan setiap perkataan yang menyejukkan dan membahagiakan orang lain.
Salam adalah sesuatu yang harus diucapkan dengan tulus dan sungguh-sungguh.
Ada banyak wujud yang bisa kita lihat sebagai orang yang menerima karunia dan
penyertaan Allah.
Sesederhana apapun pekerjaan dan pelayanan yang kita lakukan untuk ambil
bagian dalam karya keselamatan Allah, maka kita telah menjadi orang yang
dikaruniai Allah. Sebab tidak semua orang berkesempatan untuk ambil bagian dalam
karya keselamatan Allah. Juga tidak semua orang bersedia dipakai oleh Allah untuk
204
ambil bagian dalam karya keselamatanNya. Ambil bagian dalam karya keselamatan
Allah berarti juga bekerja dan melayani Tuhan dan sesama dengan menebar kasih,
suka cita, kebenaran, kejujuran, damai sejahtera, dan apapun yang Tuhan kehendaki
untuk terwujud di muka bumi ini. Salam dari malaikat Gabriel telah membahagiakan
Maria, bahkan menguatkannya untuk menerima rencana keselamatan Allah dengan
melibatkannya. Karena itu, betapa damai dan bahagianya dunia ini jika antar
manusia juga saling menebar salam yang membahagiakan dan membawa berita
suka cita dan bukan berita kebencian. Amin. (YM)

Nyanyian : Kidung Jemaat 81: 1, 4, 5.

RANCANGAN KHOTBAH: Basa Jawi


SALAM INGKANG MBINGAHAKEN
(Jejer: Lukas 1: 28b)
Pambuka
Adatipun, menawi wonten tiyang ingkang uluk salam dhateng tiyang sanes,
lah ing ngriku wonten tujuan ingkang sae ing manahipun. Sinten kemawon
tamtunipun ngajeng-ajeng salam ingkang ngremenaken, grapyak, paring raos
tentrem lan mbingahaken. Menawi wonten tiyang ingkang memengsahan, adatipun
ugi mboten purun uluk salam.
Salam ingkang kaucapaken dening malaekat Gabriel dhateng Maryam nalika
paring pawartos bab badhe wiyosipun Gusti Yesus, nyatanipun pancen boten limrah.
Maryam ugi boten mangertos tegesipun salam punika (ayat 29). Awit malaekat
Gabriel nyebut Maryam minangka tiyang ingkang nampi sih-kanugrahan saking Gusti
lan ugi dipun kanthi dening Gusti. Salam punika saestu ngedab-edabi. Kakanthi
dening Gusti kemawon sampun mbingahaken sanget lan nampi berkah ageng,
punapa malih kasebut bilih Maryam punika dados manungsa ingkang nampi sih-
kanugrahanipun Gusti. Punapa wujuding panganthi tumrap Maryam punika?
Prekawis punika tamtunipun dados pitakenan ugi tumrap Maryam.

Isi
Salam saling malaekat Gabriel punika ageng sanget pangertosanipun tumrap
Maryam. Pancen salam ingkang kados mekaten punika boten limrah. Wonten 2
prekawis ingkang dados maknanipun salam punika, inggih punika Maryam dados
tiyang ingkang nampi sih-kanugrahan saking Allah lan ugi dipun kanthi dening Gusti.
205
1. Maryam dados tiyang ingkang nampi sih-kanugrahanipun Allah
Sih-kanugrahan punika peparingipun Gusti ingkang katampi dening manungsa
kanthi lelahanan (gratis). Manungsa ingkang nampi sih-kanugrahan namung awit
saking kasaenanipun Allah, sanes awit saking pambudi-dayanipun manungsa. Sih-
kanugrahan punika kanthi bebas kaparingaken dening Allah dhateng sinten
kemawon ingkang kakersakaken. Saged ugi kaparingaken dhateng manungsa
ingkang miturut ukuran kamanungsan punika boten sembada nampi sih-
kanugrahan punika. Contonipun Maryam. Tumrap manungsa ing jaman
semanten, boten wonten prekawis ingkang mirunggan tumrap Maryam. Maryam
punika wanita (adatipun kagolongaken warga kelas 2), taksih anem (dipun
wastani dereng gadhah pengalaman) lan ugi sanes brayat sugih.
Pramila, dados prekawis ingkang ngedab-edabi dene Maryam mangertos bilih
piyambakipun nampi sih-kanugrahanipun Allah. Tamtunipun Maryam ugi rumaos
boten sembada nampi sih-kanugrahan punika. Wusananipun, Maryam saged
mangertos ing bab sih-kanugrahan ingkang badhe katampi, inggih punika
Maryam kapitados dening Allah dados sarana wiyosipun Sang Juru Wilujeng
ingkang pancen sampun karantos dening tiyang kathah. Maryam sampun dipun
pilih dening Allah supados mbobot lan mbabaraken bayi Yesus. Maryam
tamtunipun boten mangertos kenging punapa piyambakipun ingkang kapilih
dening Allah. Punapa kemawon ingkang dados jalaranipun, punika ingkang dipun
wastani sih-kanugrahan, punika inggih berkahipun Gusti ingkang tanpa upami
ingkang katampi dening Maryam.
Salajengipun, malaekat Gabriel punika ugi paring dhawuh bab maneka-warni sih-
kanugrahan peparigipun Allah ingkang badhe katampi dening Maryam. Kathah
prekawis ngedab-edabi ingkang badhe dipun alami dening Maryam. Upaminipun,
Maryam badhe mbobot senadyan dereng sesemahan. Tegesipun, bayi ingkang
wonten ing madharanipun Maryam punika boten saking sesambetanipun tiyang
sesemahan, ananging awit saking pakaryanipun Sang Roh Suci ( ayat 35). Roh Suci
punika boten namung badhe tumedhak dhateng Maryam kemawon, ananging ugi
nganthi gesangipun Maryam. Sih-kanugrahan punika tamtunipun boten nate
kanyana dening Maryam. Maryam dados tiyang ingkang saestu bingah.
Pepanggihanipun Maryam kaliyan malaekat Gabriel punika dados pepanggihan
secara pribadi ingkang mbingahaken.
Kejawi saking punika, tamtunipun Maryam ugi bingah awit kaparingan tanggel
jawab kangge paring asma dhateng bayi ingkang badhe kalairaken (senadyan
206
estunipun sanes putranipun secara biologis). Adatipun ingkang saged paring
asma dhateng bayi inggih sang bapak. Yesus punika Putranipun Allah, kedahipun
inggih Ramanipun ingkang paring asma, lan punika katindakaken lumantar
Maryam. Punika ugi sih-kanugrahan. Yesus ing bahasa Yunani tegesipun sami
kaliyan Yosua ing bahasa Ibrani, inggih punika Allah milujengaken/ Juru Wilujeng.
Allah milujengaken umatipun lumantar wiyosipun Sang Bayi ingkang badhe dipun
kandhut lan kalairaken dening Maryam. Allah paring sih-kanugrahanipun ingkang
ageng tumrap manungsa lumantar Maryam ingkang sagah mbobot lan
mbabaraken bayi Yesus. Boten wonten tiyang ingkang mangertos, kenging
punapa Maryam ingkang dipun pilih dening Gusti. Punika sih-kanugrahan ingkang
katampi dening Maryam. Dipun agem dening Allah ndherek andum damel
wonten ing pakaryanipun Gusti milujengaken umat manungsa punika dados sih-
kanugrahan, berkah, awit boten sedaya tiyang saged nampi wewengan punika.

2. Maryam dados manungsa ingkang dipun kanthi dening Allah


Sedaya tiyang tamtunipun ngajeng-ajeng tansah dipun kanthi dening Gusti.
Wonten anggenipun nglampahi nampi sih-kanugrahan saking Allah punika
nyatanipun Allah ugi prajanji paring panganthi. Dados manungsa ingkang tansah
dipun kanthi dening Allah, punapa ingkang ndadosaken was sumelang?
Tamtunipun prekawis punika ugi dados kekiyatan tumrap Maryam nalika ngucap:
Sumangga, kawula punika abdinipun Pangeran, kadhatengana kados dene
ingkang Paduka ngandikaken (ayat 38). Senadyan badhe ngalami kawontenan
ingkang mokal, boten masuk akal, ananging ing panganthinipun Gusti boten
wonten prekawis ingkang nguwatosaken. Estunipun malaekat Gabriel punika
inggih paring jaminan dhateng Maryam bilih anggenipun nampi sih-kanugrahan
punika, punapa kemawon ingkang badhe kedadosan, Maryam badhe tansah
dipun kanthi dening Allah. Maryam boten piyambakan anggenipun nglampahi
gesang. Panganthinipun Allah tamtu badhe paring kawilujengan lan kabingahan.
Allah saestu ngedab-edabi. Punapa ingkang katindakaken tumrap Maryam
sampun mbuktekaken bilih sinten kemawon ingkang kanthi tulus sumadya
kaagem dening Gusti, ndherek andum damel ing pakaryanipun milujengaken
jagad, nyatanipun boten lumampah piyambak. Panganthinipun Allah dados
modal lan jaminan tumrap sinten kemawon ingkang kaagem dening
Panjenenganipun. Punapa ingkang kakuwatiraken? Allah sampun paring prasetya
bab panganthinipun. Lumantar cariyosipun sang prabu Dawud, senadyan
207
prajanjinipun Allah dhateng Dawud sampun katindakaken pinten-pinten atus
taun saderengipun, nyatanipun Allah inggih netepi prajanjinipun, kabukti ing
pangucapipun malaekat Gabriel dhateng Maryam.
Salam ingkang kaucapaken dening malaekat Gabriel punika tamtunipun
saestu paring katentreman tumrap Maryam. Pramila, sasampunipun uluk salam,
malaekat punika ngandika: Aja wedi! Badhe wonten kathah prekawis ewet ingkang
boten dipun mangertosi dening Maryam. Wiwit ing bab badhe nampi sih-
kanugrahanipun Allah, badhe mbobot tanpa sesemahan, badhe mbabaraken Sang
Juru Wilujeng, badhe paring asma Yesus dhateng putranipun mangke, punapa
malih ing bab anggenipun Elisabet ugi mbobot senadyan sampun sepuh lan
winastan gabuk. Salam ingkang nentremaken, ingkang paring kabingahan, punika
saged ndadosaken tiyang sanes langkung gampil mangertos ing bab punapa ingkang
kadhawuhaken dening tamunipun, awit punapa ingkang kadhawuhaken punika
pancen wigati lan ewet dipun mangertosi. Sedaya punika awit saking tiyang kalawau
(Maryam) sampun uwal saking raos ajrih.
Pangertosan bab salam saking malaekat Gabriel punika tamtunipun ugi
paring kesadharan tumrap Maryam bilih rawuhipun Sang Juru Wilujeng ing ndonya
punika ugi mujudaken sih-kanugrahanipun Allah, boten awit panyuwun utawi
pambudidayanipun manungsa. Wusananipun boten namung Maryam secara pribadi
ingkang nampeni sih-kanugrahanipun Allah punika, ananging ugi sedaya tiyang
ingkang ngrantos lan nampeni rawuhipun Juru Wilujeng, Sang Mesih. Wiyosipun
Sang Juru Wilujeng punika estunipun ugi sampun wonten pameca wiwit jaman
Prajanjian Lami. Lumantar sang prabu Dawud, Allah sampun aprajanji badhe
ngukuhaken kratonipun prabu Dawud ing lumahing bumi. Inggih lumantar turunipun
sang prabu Dawud, Allah badhe mujudaken pakaryanipun milujengaken manungsa
(waosan 1). Nyatanipun Maryam lan Yusuf punika inggih turunipun sang prabu
Dawud. Wosipun, sih-kanugrahan ingkang katampi dening Maryam punika ugi
njangkepi sih-kanugrahanipun Allah ingkang sampun kaprasetya tumrap sang prabu
Dawud saturunipun.
Maryam ugi mapanaken pribadinipun selaku abdinipun Gusti. Tegesipun,
boten wonten alesan tumrap Maryam kangge nampik kersanipun Sang Tuan/
Bendara supados katindakaken. Satunggaling kaurmatan tumrap sang abdi dene
kapitados nindakaken jejibahan ingkang awrat. Punapa malih anggenipun
nindakaken jejibahan punika kaparingan panganthi lan pangreksa. Punika saestu
dados sih-kanugrahan ingkang tanpa upami.
208
Panutup
Ing jaman samangke, tamtunipun boten namung Maryam ingkang gadhah
wekdal kangge nampeni sih-kanugrahan lan panganthinipun Gusti. Kados dene uluk
salamipun malaekat Gabriel dhateng Maryam, tamtunipun ugi ngatag-atag kita
sedaya supados uluk salam, ngucapaken prekawis ingkang nentremaken lan
mbingahaken tiyang sanes. Salam punika kedah kaucapaken kathi temen lan tulusing
manah. Kathah prekawis ingkang saged kita tindakaken minangka wujuding tiyang
ingkang nampi sih-kanugrahan lan panganthinipun Allah.
Senadyan namung prasaja, ing pedamelan lan peladosan ingkang kita
tindakaken, anggen kita andum damel ing pakaryanipun Allah, kita ugi sampun
nampi sih-kanugrahanipun Gusti. Awit boten sedaya tiyang gadhah wekdal kangge
ndherek andum damel ing pakaryanipun Allah kangge milujengaken manungsa. Ugi
boten sedaya tiyang sumadya ndherek andum damel ing pakaryanipun Gusti kala
wau. Ndherek andum damel wonten ing pakaryanipun Gusti kangge milujengaken
manungsa, ugi ateges nyambut damel lan lelados dhumateng Gusti lan sesami
kangge mujudaken kabingahan, kabecikan, kejujuran, tentrem rahayu, lan punapa
kemawon ingkang kakersakaken dening Gusti supados kita wujudaken ing
salumahing bumi. Salam ingkang saking malaekat Gabriel sampun mbingahaken
Maryam, kepara ugi paring kekiyatan anggenipun nampi rancangan kawilujengan
saking Allah, kanthi tumut andum damel ing pakaryanipun Gusti. Pramila, saiba
tentrem lan bingahipun donya punika menawi ing antawisipun manungsa ugi tansah
nyebar salam ingkang mbingahaken lan mbekta pawartos rahayu, lan boten mbekta
pawartos sesengitan. Amin. (YM).

Nyanyian: KPK 211: 1, 2.


SENIN, 25 DESEMBER 2017
HARI RAYA NATAL --- STOLA MERAH

Bacaan 1 : Yesaya 62 : 6 12.


Bacaan 2 : Titus 3 : 4 7.
Bacaan 3 : Lukas 2 : 1 7.
Tema Liturgis : Hidup Dalam Kelimpahan Anugerah Tuhan.
Tema Khotbah : Kehadiran Sang Juru Selamat.

209
Keterangan Bacaan
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)
1. Yesaya 62: 6 12.
Janji keselamatan bagi Israel telah diungkapkan oleh nabi Yesaya sejak di pasal 60
kitab Yesaya. Di Yesaya 62: 6 12 dinyatakan bahwa keselamatan itu bukan hanya
persoalan rohani saja. Allah akan menempatkan para pengintai di atas tembok-
tembok yang artinya siap memberikan perlindungan dan keamanan (ayat 6).
Demikian juga kemakmuran akan kebutuhan makanan dan minuman (gandum
dan susu) juga Allah penuhi (ayat 8, 9). Kelimpahan akan kebutuhan jasmani ini
juga akan menjadikan Israel mampu bersyukur dan memuji Allah di BaitNya
karena telah melimpahkan berkatNya. Dengan kata lain, Israel menyadari bahwa
baik keamanan dan pemenuhan kebutuhan makanan dan minuman itu adalah
berkat dan anugerah Allah.
Dalam janji keselamatan itu di ayat 10 12 disebutkan bahwa mereka juga akan
dihormati oleh berbagai bangsa. Mereka mendapat predikat yang baru sebagai
bangsa kudus; orang-orang tebusan Tuhan; yang dicari dan kota yang tidak
ditinggalkan. Artinya, mereka yang telah mendapatkan kasih karunia Allah
berupa penyelamatan itu, telah tumbuh menjadi sesuatu yang baru, bangsa
yang baru. Sebutan yang baru itu menunjukkan status ke arah keadaan yang lebih
baik, lebih kudus, yang tentunya juga lebih berkenan di hadapan Allah. Dengan
demikian, janji keselamatan bagi Israel ini akhirnya tidak hanya menyangkut
masalah batin (rasa aman), jasmani (makanan dan minuman), tetapi juga
masalah rohani (hidup kudus). Dan semua itu adalah karunia Allah, pemberian
Allah, bukan upaya manusia.

2. Titus 3: 4 7.
Ayat 4, 5 menyatakan bahwa keselamatan, hidup kekal itu benar-benar
merupakan kemurahan dan pemberian Allah semata di dalam diri Yesus Kristus
Sang Juru Selamat, sama sekali bukan karena pekerjaan manusia. Perbuatan baik
manusia tidak mampu menyelamatkan dirinya. Allah yang mengerjakan semua
itu dan manusia akan menerima pembaharuan hidup oleh Roh Kudus.
Pembaharuan hidup oleh Roh Kudus itu akan berlangsung terus-menerus dalam
hidup manusia. Pembaharuan oleh Roh Kudus ini diterima oleh setiap orang yang
telah menerima karya keselamatan Allah dalam Yesus Kristus. Sehingga, layaklah
jika Yesus Kristus itu disebut sebagai Juru Selamat kita. Manusia dibenarkan oleh
210
Allah hanya karena kasih karunia Allah. Kata dibenarkan sesungguhnya
menunjukkan bahwa sesungguhnya manusia itu tidak benar, tetapi oleh Allah
dijadikan benar. Dan setiap orang yang telah dibenarkan itulah yang berhak
menerima hidup kekal dari Allah. Dengan kata lain, bahwa hidup kekal itu adalah
pemberian, karunia dari Allah dan bukan dari hasil kerja manusia.

3. Lukas 2: 1 7.
Kaisar Agustus adalah penguasa kekaisaran Romawi tahun 27 SM 14 M. Bagi
kekaisaran Roma pada jaman itu, biasanya sensus diadakan untuk keperluan
militer atau untuk pendataan wajib pajak. Orang Yahudi memang tidak boleh
menjadi tentara Romawi, tetapi mereka tetap harus membayar pajak. Pada
sensus ini semua orang harus pulang ke kota kelahirannya untuk didata. Yusuf
dan Maria yang sama-sama keturunan Daud harus didata di kota asal (kota
Daud), di Betlehem. Perjalanan dari kota Nazaret ke Betlehem yang berjarak
sekitar 70 mil, bukanlah perjalanan yang ringan bagi Yusuf dan Maria karena
Maria dalam keadaan hamil besar. Tentunya mereka tidak bisa mengikuti langkah
perjalanan rombongan mereka karena Maria tidak bisa berjalan cepat. Dengan
kata lain, perjalanan sensus itu sungguh merupakan perjalanan yang amat berat
dan penuh tantangan karena Maria sewaktu-waktu bisa saja melahirkan di
perjalanan.
Akhirnya Maria melahirkan di Betlehem. Bayi laki-laki itu lalu dibungkus dengan
lampin dan dibaringkannya di dalam palungan (ayat 7). Disebutkan bahwa Yesus
itu adalah anak sulung Maria. Secara tidak langsung, Injil Lukas juga menjelaskan
bahwa sesudah Yesus, Maria dan Yusuf masih memiliki anak-anak lainnya. Bayi
Yesus yang dibungkus lampin menunjukkan kesederhanaan dan keterbatasan
dalam situasi yang dialami Maria dan Yusuf pada saat itu. Tidak ada kain yang
lebih bagus, hanya lampin yang mereka miliki (lampin itu bukan kain yang baru
atau bagus, bahkan bisa kita sebut mirip gombal dalam bahasa Jawa).
Kesederhanaan dan keterbatasan mereka semakin nyata dengan pernyataan
bahwa bayi itu dibaringkan di dalam palungan. Sangatlah tidak lazim jika seorang
bayi dibaringkan di dalam palungan yang adalah tempat makanan ternak. Tetapi
hanya itulah tempat/ sarana yang ada. Kelahiran Yesus benar-benar dilukiskan
dalam suasana yang penuh keprihatinan, kesederhanaan dan keterbatasan. Lebih
diperjelas lagi dengan pernyataan Injil Lukas bahwa tidak ada tempat bagi
mereka di rumah penginapan.
211
Kelahiran bayi Yesus itu benar-benar ada dalam suasana yang memprihatinkan,
dalam berbagai keterbatasan dan kesederhanaan. Semua itu diterima Maria dan
Yusuf dengan rela. Bahkan bayi Yesus (yang menurut arti namanya adalah Allah
menyelamatkan/ Juru Selamat) itu juga telah berada dalam suasana keprihatinan
dan penderitaan sejak peristiwa kelahiranNya.

Benang merah tiga bacaan


Keselamatan itu benar-benar pemberian dan anugerah Allah. Hal itu bukan
sebuah kebetulan, tetapi Allah sudah menjanjikannya sejak Perjanjian Lama dan
telah digenapi dengan peristiwa kelahiran Yesus Kristus. Yesus Kristuslah yang telah
dijanjikan sebagai Juru Selamat. Sehingga kelahiranNya amat berarti bagi seluruh
umat manusia.

RANCANGAN KHOTBAH: Bahasa Indonesia


(Ini hanya sebuah rancangan...bisa dikembangkan sendiri sesuai konteks jemaat)
TIADA TEMPAT BAGIMU!
(Nats: Lukas 2: 7c)
Pendahuluan
Pernahkah terpikirkan oleh kita, bagaimana rasanya jika dalam keadaan
terdesak, dalam sebuah perjalanan kita harus mendapatkan penginapan tapi
ternyata semua penginapan yang kita datangi sudah penuh? Tentunya bukan hanya
rasa kecewa (bahkan mungkin frustrasi), bingung, dan mungkin juga ada perasaan
ditolak. Bisa saja lalu kita berpikir: apakah di penginapan itu sudah benar-benar
penuh ataukah hanya alasan saja. Hal ini menunjukkan bahwa merasa ditolak itu
memang tidak menyenangkan, apalagi dalam situasi darurat yang memang butuh
penginapan pada saat itu juga.
Mungkin hal seperti itu juga yang pernah dialami oleh Yusuf dan Maria di
Betlehem dalam peristiwa sensus penduduk. Kebutuhan akan penginapan bukan
sekedar untuk beristirahat dan menginap, tetapi karena Maria membutuhkan
tempat untuk melahirkan. Inilah situasi darurat yang dialami Yusuf dan Maria.
Orang yang akan melahirkan tidaklah bisa ditunda. Betapa kecewa dan
menderitanya mereka ketika menghadapi kenyataan bahwa semua tempat
penginapan sudah penuh. Tentunya mereka juga sudah berkeliling kota Betlehem
untuk mendapatkan penginapan. Mereka bukan hanya ditolak, tetapi juga
kebutuhan Maria untuk melahirkan juga tidak mendapatkan tempat yang layak.
212
Isi
Melahirkan, bagi seorang perempuan adalah peristiwa luar biasa dalam
hidupnya. Sebuah keajaiban, karena melalui peristiwa kelahiran itu ada manusia
baru yang hadir di dunia ini. Sungguh merupakan peristiwa yang membahagiakan.
Namun, tidaklah jarang bahwa peristiwa melahirkan ini juga bagaikan sebuah
pertarungan antara hidup dan mati. Tentunya hal seperti itu juga dialami oleh
Maria. Ada kebahagiaan, karena menerima karunia Allah berupa seorang bayi laki-
laki, tetapi juga ada keprihatinan karena bayinya yang sulung itu harus lahir di
tempat yang tidak layak dan dalam segala keterbatasan.
Bayi Yesus yang adalah Juru Selamat dunia sebagaimana yang telah
dijanjikan Allah, ternyata harus lahir di tempat yang tidak layak. Seorang Anak Allah
yang kuasanya tiada batas, ternyata harus dilahirkan dalam segala keterbatasan dan
penderitaan orang tuanya. Yang lebih memprihatinkan adalah Dia lahir dalam
sebuah penolakan banyak orang.
Kebutuhan akan penginapan pada saat itu rupanya bisa membuat hati
manusia menjadi tumpul dan tidak peka atas penderitaan sesamanya. Tidak ada
orang yang mengulurkan tangan atau berusaha meringankan penderitaan Maria.
Maria dalam keadaan darurat pada saat itu. Dia telah lelah berjalan jauh dengan
kehamilannya, butuh tempat untuk istirahat dan melahirkan. Pada kenyataannya
banyak orang (pemilik penginapan) hanya bisa mengatakan: sudah penuh! Tidak
adakah orang yang rela berbagai kamar/ ruangan dengan Maria hanya sekedar
untuk tempat melahirkan? Tentunya jawabannya: tidak ada! Hal ini jelas sekali dari
ayat 7, bahwa Maria dan Yusuf meletakkan bayi Yesus yang baru lahir itu di dalam
palungan dan membungkusnya dengan lampin. Itulah sarana yang ada pada saat itu
untuk menghangatkan bayinya dan menidurkannya. Palungan (tempat makanan
ternak) tentunya bukanlah tempat yang bersih dan layak untuk menidurkan bayi.
Demikian juga lampin, bukanlah kain yang bagus dan hangat untuk bayi. Bahkan
lampin itu kain yang usang, yang lebih mirip gombal bagi orang Jawa.
Sang Juru Selamat hadir di dunia dalam keprihatianan dan penderitaan yang
luar biasa. Orang-orang Yahudi telah beratus-ratus tahun menantikan kehadiran
Mesias, Sang Juru Selamat. Tetapi, kenyataannya, Sang Juru Selamat itu hadir
dengan berbagai bentuk penolakan dari manusia. Mulai dari penolakan di rumah
penginapan karena dikatakan tiada tempat, penolakan dari memberikan
penghormatan dan pujian, sampai pada penolakan untuk memahami berbagai
213
penderitaan yang harus dialaminya. Orang-orang di sekitarnya pada saat itu seperti
mati rasa terhadap penderitaan sesamanya, termasuk yang dalam situasi
darurat. Injil Lukas yang menyatakan karena tiada tempat bagi mereka di rumah
penginapan menunjukkan bahwa yang ditolak oleh orang banyak bukan hanya bayi
Yesus saja, tetapi termasuk Yusuf dan Maria. Orang-orang yang setia melaksanakan
kehendak Allah di muka bumi ini.
Allah yang sejak Perjanjian Lama telah berjanji dan berusaha untuk
menyelamatkan manusia, ternyata mengalami berbagai penolakan ketika karya
keselamatan itu diwujudkan. Karya keselamatan yang Allah kerjakan itu padahal
sebuah anugerah, karunia, bukan pekerjaan manusia (lih. bacaan 1). Yang
dibutuhkan sesungguhnya hanya kesediaan menerimaNya, kerelaan untuk ambil
bagian dalam karya keselamatan itu (seperti Yusuf dan Maria). Allah tidak menuntut
apapun dari manusia untuk menyelamatkan mereka. Meskipun kehadiranNya
disambut dengan ketiadaan tempat, tetapi bukan berarti rencana Allah
menyelamatkan manusia itu menjadi gagal. Meskipun dalam berbagai katerbatasan
dan kesederhanaan yang dialami, kenyataannya bayi Yesus itu juga tetap hidup
bersama mereka. Penolakan manusia, ketiadaan tempat bagi Sang Juru Selamat
tidak menjadikan karya keselamatan Allah itu gagal.
Ketiadaan tempat yang dialami Yesus secara fisik ini bukan tidak mungkin
juga akan menggambarkan bagaimana penerimaan/ sikap manusia dalam
menyambut kedatangan Sang Juru Selamat. Hari ini semua umat kristiani seluruh
dunia merayakan peristiwa kelahiran Yesus Sang Juru Selamat itu. Ada begitu banyak
ibadah Natal sudah digelar, tentunya dengan kekhitmatan dan sukacita. Ada begitu
banyak pesta perayaan natal juga telah dilaksanakan. Pertanyaan kita adalah:
apakah semua orang yang telah merayakan Natal itu juga benar-benar memiliki
tempat di hati mereka untuk Yesus Sang Juru Selamat. Adakah tempat bagi Yesus
dalam hati kita? Adakah tempat bagi mereka yang menderita, miskin, terpinggirkan
seperti Maria dan Yusuf itu dalam kepedulian kita? Adakah kepedulian kita untuk
menolong sesama yang sedang dalam situasi darurat? Seperti halnya orang-orang
yang menolak Maria dan Yusuf di rumah penginapan, sesungguhnya mereka juga
menolak siapapun yang datang dalam keterbatasan, kemiskinan dan penderitaan.
Terbatas dalam hal apapun (bisa dalam hal kesehatan, materi, kekuatan, kasih, dsb).
Penolakan mereka juga berarti penolakan kepada Bayi Yesus. Ketidak-pekaan
terhadap penderitaan sesama, juga berarti ketidak-pekaan terhadap kehadiran
Yesus. Sebab kehadiran Sang Juru Selamat ke tengah dunia ini tidak selalu bisa
214
dilihat dari kedatanganNya yang penuh kemuliaan dan kuasa. Sebaliknya,
kedatanganNya justru lebih sering terwujud dalam pribadi yang sederhana,
menderita, dan dalam berbagai keterbatasan. Menolak mereka yang menderita
berarti juga menolak Yesus.
Untuk bisa memahami hal ini seperti yang Allah kehendaki, diperlukan
sebuah pembaharuan hidup yang terus-menerus dalam diri manusia. Roh Kudus
yang mengerjakan pembaharuan itu dengan cuma-cuma. Adapun manusia hanya
butuh kerelaan untuk tunduk pada kehendak Allah, diperbaharui oleh Allah dalam
ambil bagian dalam karya Allah itu. Pembaharuan hidup inipun sebuah karunia
Allah, supaya kita menjadi semakin berkenan di hadapanNya (lih. bacaan 2).

Penutup
Hari ini, sebagian besar orang kristiani merayakan Natal dengan gembira. Kita
semua berharap, jangan sampai hingar-bingar perayaan Natal itu secara tidak sadar
justru menjadikan kita menolak kehadiran Yesus dalam hati kita. Apapun yang
terjadi, kita harus tetap menyediakan tempat bagi Yesus dalam hati kita. Jangan
sampai kegembiraan pesta Natal itu justru menjadikan hati kita semakin tumpul
terhadap penderitaan dan keterbatasan sesama kita. Manusia bisa larut dalam
kegembiraan dan kesibukan Natal, tetapi justru menjadikannya tidak mampu
melihat penderitaan sesama di sekelilingnya. Mereka tidak peka lagi terhadap
kebutuhan sesama, akan kasih sayang, penghiburan, ataupun kebutuhan jasmani.
Bahkan juga tidak peka merasakan mereka yang sedang dalam situasidarurat.
Kita diingatkan kembali bahwa tumpulnya kepekaan kita terhadap
penderitaan sesama sesungguhnya telah menjadi tanda penolakan kita terhadap
kehadiran Sang Juru Selamat. Hati kita hanya dipenuhi oleh berbagai kebutuhan dan
keinginan pribadi. Tidak ada tempat bagi orang lain dalam hati kita, termasuk Tuhan
Yesus. Secara tidak langsung, kita telah mengatakan:maaf Tuhan Yesus, tiada
tempat bagiMu di hatiku! Amin. (YM)

Nyanyian : Kidung Jemaat 102: 1, 2, 3.

RANCANGAN KHOTBAH: Basa Jawi.


ORA ANA PANGGONAN!
(Jejer: Lukas 2: 7c)
Pambuka
215
Punapa kita nate menggalih kados pundi menawi kita ngalami kawontenan
ingkang kepepet, ing satengahing margi kedah pikantuk panginepan, nanging
nyatanipun sedaya panginepan ingkang kita dhatengi sampun kebak? Tamtunipun
kita boten namung kuciwa, bingung, lan mbokbilih ugi wonten raos katampik.
Saged kemawon kita lajeng nggagas: punapa ing penginepan kalawau pancen
sampun kebak, utawi namung alasan kemawon. Prekawis punika estunipun
nedahaken bilih raos katampik punika pancen boten mbingahaken, punapa malih
menawi wonten ing salebeting kawontenan ingkang kepepet lan saestu mbetahaken
penginepan ing wekdal punika.
Mbokbilih inggih kawontenan ingkang kados mekaten ingkang dipun alami
dening Yusuf lan Maryam ing Betlehem ing swasana cacah jiwa nalika semanten.
Kabetahan penginepan boten namung kangge ngaso lan nginep, ananging awit
Maryam mbetahaken papan kangge babaran. Kawontenanipun Yusuf lan Maryam
saestu kepepet/ darurat. Tiyang ingkang badhe babaran boten saged dipun
semayani. Lan saiba kuciwa lan nlangsanipun Yusuf lan Maryam nalika ngadhepi
kawontenan bilih sedaya penginepan sampun kebak. Tamtunipun Yusuf lan Maryam
ugi sampun mider ing Betlehem kangge pados penginepan. Yusuf lan Maryam boten
namung katampik, nanging ugi kabetahanipun Maryam kangge mbabaraken boten
saged manggihaken panggenan ingkang sembada.

Isi
Babaran, tumrap wanita dados satunggaling kawontenan ingkang ngedab-
edabi ing gesangipun. Satunggiling kaeraman, awit kanthi mbabaraken punika
wonten manungsa enggal ingkang lair ing donya. Saestu kawontenan ingkang
mbingahaken. Nanging, babaran saged ugi dados kadospeperangan antawisipun
gesang lan pejah. Tamtunipun kawontenan ingkang mekaten ugi dipun alami dening
Maryam. Wonten kabingahan awit nampi sih-kanugrahanipun Allah awujud bayi
kakung, ananging ugi wonten keprihatosan awit sang jabang bayi ingkang mbajeng
punika kedah lair ing kawontenan ingkang mboten sembada lan sarwi winates.
Sang Jabang Bayi Yesus, Sang Juru Wilujenging jagad kados dene ingkang
sampun kaprajanji dening Allah, nyatanipun kedah miyos ing panggenan ingkang
boten sembada. Putranipun Allah ingkang panguwaosipun tanpa winates,
nyatanipun kedah miyos ing kawontenan ingkang sarwi winates lan ing
panandhanging tiyang sepuhipun. Ingkang langkung mrihatosaken,
Panjenenganipun miyos wonten ing salebeting panampik dening tiyang kathah.
216
Kabetahan penginepan nalika semanten rupinipun ugi saged njalari
manahipun manungsa dados kethul lan mboten saged ngraosaken panandhangipun
sesami. Boten wonten tiyang ingkang ngulungaken asta paring pitulungan dhateng
panandhangipun Maryam. Maryam saweg kepepet/ darurat nalika semanten.
Maryam sampun sayah awit mlampah tebih ing kawontenan mbobot ageng,
mbetahaken panggenan kangge ngaso lan babaran. Nyatanipun kathah tiyang (para
tiyang ingkang gadhah penginepan) namung ujar: wis kebak! Punapa boten
wonten tiyang ingkang purun paring papan/ kamar kagem Maryam namung kangge
panggenan mbabareken? Tamtu wangsulanipun: boten wonten! Prekawis punika
cetha ing ayat 7, bilih Maryam lan Yusuf nilemaken bayi Yesus ingkang nembe miyos
kalawau ing pamakanan lan kagedhong kain lampin. Inggih namung punika sarana
ingkang wonten rikala semanten kangge ngangetaken lan nilemaken sang bayi.
Pamakanan tamtunipun sanes panggenan ingkang resik lan sembada kangge
nilemaken bayi. Mekaten ugi lampin punika sanes kain ingkang sae lan anget
kangge bayi. Lampin punika kepara kain ingkang lami, kados dene gombal.
Sang Juru Wilujeng rawuh ing donya salebeting keprihatosan lan
panandhang ingkang saestu. Para tiyang Yahudi sampun mataun-taun ngrantos
rawuhipun Sang Mesih, Juru Wilujeng. Ananging, nyatanipun Sang Juru Wilujeng
punika rawuh lan katampik dening manungsa. Katampik ing panginepan awit boten
wonten panggenan, katampik awit boten nampi kaurmatan lan pamuji, mekaten ugi
katampik kangge dipun mangertosi ing bab maneka-warni panandhang ingkang
kedah dipun alami. Tiyang-tiyang ing sakiwa-tengenipun kados dene mati rasa
tumrap panandhangipun sesami, senadyan ing kawontenan ingkang kepepet/
darurat. Injil Lukas mratelakaken sebab ana ing papan panginepan padha ora
komanan panggonan, nedahaken bilih ingkang katampik dening tiyang kathah
punika boten namung bayi Yesus kemawon, nanging ugi kalebet Yusuf lan Maryam.
Kekalihipun punika tiyang ingkang setya nindakaken kersanipun Allah ing donya.
Gusti Allah ingkang wiwit jaman Prajanjian Lami sampun aprajanji lan
ngupadi kangge milujengaken manungsa, nyatanipun katampik nalika kawilujengan
punika kawujudaken. Kawilujengan ingkang katindakaken dening Allah punika
satunggaling kanugrahan, sanes pandamelipun manungsa (mirsanana waosan 1).
Ingkang kabetahaken estunipun namung sumadya nampeni rawuhipun Gusti, lan
ndherek andum damel ing pakaryan kawilujengan punika, kados dene Yusuf lan
Maryam. Allah boten ngersakaken punapa-punapa kangge kawilujenganing
manungsa. Nadyan rawuhipun kasambut kanthi tan wonten panggenan, nanging
217
boten ateges rancanganipun Allah milujengaken manungsa punika gagal. Senadyan
wonten ing salebeting kawontenan ingkang sarwi winates lan prasaja, nyatanipun
bayi Yesus inggih tetep gesang sesarengan Yusuf lan Maryam. Panampik saking
manungsa, boten wonten panggenan kangge Sang Juru Wilujeng boten lajeng
ndadosaken rancangan kawilujengan saking Allah punika gagal.
Boten wonten panggenan ingkang dipun alami dening Gusti Yesus punika
saged ugi nggambaraken kawontenan kados pundi anggenipun manungsa nampi lan
mahargya rawuhipun Sang Juru Wilujeng. Dinten punika sedaya umat kristiani ing
saindhenging jagad mahargya dinten wiyosipun Yesus Sang Juru Wilujeng punika.
Tamtunipun kathah sanget pangibadah Natal ingkang katindakaken kanthi pakering
lan kabingahan. Ugi kathah pahargyan Natal ingkang sampun katindakaken.
Pitakenanipun: punapa sedaya tiyang ingkang mahargya Natal punika ugi saestu
gadhah panggenan ing manahipun kangge Yesus Sang Juru Wilujeng? Punapa saestu
wonten papan panggenan kagem Gusti Yesus ing manah kita? Punapa wonten
panggenan kangge sesami ingkang kacingkrangan lan wonten salebeting
panandhang, kapinggiraken kados dene Yusuf lan Maryam? Punapa kita ugi perduli
dhateng sesami ingkang wonten ing salebeting kawontenan ingkang kepepet/
darurat? Kados dene para tiyang ingkang sampun nampik Yusuf lan Maryam ing
papan panginepan, estunipun para tiyang kalawau ugi nampik sesaminipun ingkang
wonten ing salebeting kawontenan ingkang sarwi winates, kecingkrangan lan
panandhang. Winates ing samudaya prekawis (saged ing bab kesarasan, bandha,
kekiyatan, katresnan, lsp). Panampikipun tiyang kathah punika ugi ateges nampik
Sang Bayi Yesus. Awit rawuhipun Sang Juru Wilujeng ing donya punika boten tansah
katingal ing bab kamulyan lan panguwaosipun. Kosokwangsulipun, rawuhipun
langkung asring kawujudaken ing pribadi ingkang prasaja, ing salebeting
panandhang, lan ing kawontenan ingkang sarwi winates. Nampik sinten kemawon
ingkang wonten ing salebeting panandhang ateges ugi nampik Gusti Yesus.
Supados kita sami mangertos ingkang dipun kersakaken dening Allah,
kabetahaken gesang enggal tumrap manungsa. Sang Roh Suci ingkang akarya gesang
enggal punika kanthi gratis. Manungsa namung betah cumadhang kangge
tumungkul nindakaken kersanipun Allah, kaenggalaken dening Allah wonten
anggenipun ndherek andum damel ing pakaryanipun Allah punika. Gesang ingkang
kaenggalaken punika ugi sih-kanugrahanipun Allah, supados kita langkung karenan
ing ngarsanipun Gusti (mirsanana waosan 2).

218
Panutup
Dinten punika, saperangan ageng tiyang Kristen sami ngriyadinaken Natal
kanthi bingah. Kita sedaya gadhah pangajeng-ajeng sampun ngantos kabingahan
ngriyadinaken Natal punika ndamel kita sami kanthi boten sadhar malah nampik
rawuhipun Gusti Yesus ing manah kita. Punapa kemawon kawontenanipun, kita
kedah tansah nyawisaken papan kagem Gusti Yesus ing salebeting manah kita.
Sampun ngantos kabingahan ing riyadin Natal punika malah ndadosaken manah kita
kethul dhateng panandhangipun tiyang sanes lan kawontenanipun ingkang sarwi
winates. Manungsa pancen saged keli ing salebeting kabingahan lan kerepotan ing
pahargyan Natal, nanging malah ndadosaken piyambakipun boten saged ningali
panandhangipun sesami ing sakiwa-tengenipun. Tiyang-tiyang kalawau dados kethul
tumrap kabetahanipun sesami ing bab sih katresnan, panglipur, utawi kabetahan
kajasmanen sanesipun. Kepara ugi boten saged ngraosaken menawi wonten
sesaminipun ing salebeting kawontenan ingkang kepepet/ darurat.
Kita sami kaengetaken malih bilih kethuling pangraos tumrap
panandhangipun sesami punika estunipun sampun dados pratandha tumrap
panampik dhateng rawuhipun Sang Juru Wilujeng. Sampun ngantos manah kita
namung dipun kebaki dening mawarni-warni kabetahan lan pepinginan kita pribadi.
Menawi ngantos kethul, ateges sampun boten wonten panggenan kangge tiyang
sanes ing manah kita, kalebet Gusti Yesus. Kanthi boten sengaja estunipun kita
sampun ngucap: nyuwun pangapunten Gusti Yesus, boten wonten panggenan
kagem Paduka ing manah kula! Amin. (YM)

Nyanyian: KPK 240: 1, 2, 3.

MINGGU, 31 DESEMBER 2017


TUTUP TAHUN --- STOLA MERAH

Bacaan 1 : Yesaya 62 : 1 12.


Bacaan 2 : Galatia 4 : 4 7.
Bacaan 3 : Lukas 2 : 22 40.
Tema Liturgis : Hidup Dalam Kelimpahan Anugerah Tuhan.
Tema Khotbah : Menerima Kehadiran Sang Juru Selamat.

Keterangan Bacaan
219
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)
1. Yesaya 62: 1 12.
Israel yang menerima janji keselamatan akan menjadi bangsa yang benar di
hadapan bangsa-bangsa lain. Bangsa-bangsa lain akan mengenal dengan
sebutan baru sebagai bangsa kudus. Predikat baru ini adalah pemberian Allah
yang menyelamatkan mereka. Bangsa-bangsa lain akan melihat perubahan dari
bangsa yang dulunya merasa ditinggalkan oleh Allah, sekarang menjadi
bangsa yang diperhatikan oleh Allah.
Allah akan menerima Israel dengan sukacita bagaikan kegirangan seorang muda
belia menjadi suami seorang anak dara, dan seperti kegirangan seorang
mempelai melihat pengantin perempuan. Hal ini merupakan perumpamaan
Allah sebagai mempelai laki-laki dan Israel sebagai mempelai perempuan (ayat
5). Allah menerima Israel dengan kegirangan, dan itu merupakan anugerah luar
biasa bagi Israel. Janji keselamatan ini bukan hanya persoalan kegirangan
sesaat, tetapi juga sukacita berkaitan dengan rasa aman, berkat jasmani dan
juga masalah rohani. Semua itu diterima Israel dari Allah. Dia yang berprakarsa,
dan Dia pula yang mengerjakan karya keselamatan itu. Hal ini benar-benar
menjadi penghiburan dan kesuka-citaan bagi Israel.

2. Galatia 4: 4 7.
Paulus mengingatkan orang-orang di Galatia bahwa kehadiran Yesus Kristus
adalah untuk membebaskan manusia dari belenggu ketundukan pada hukum
Taurat. Termasuk orang tuanya yang saat itu juga tunduk dan melakukan
berbagai tuntutan hukum Taurat. Itulah sebabnya mereka semua disebut sebagai
hamba hukum Taurat. Dengan kata lain, mereka adalah hamba hukum Taurat.
Kehadiran Yesus Kristus adalah untuk mengubah status manusia dari status
sebagai hamba menjadi sebagai anak. Sebagai anak tentunya mereka berhak
menyebut Bapa kepada Allah dan juga berhak menjadi ahli waris. Posisi ini
hanya mungkin terjadi karena Yesus Kristus yang telah mengubah status itu
dengan segala pengorbanan yang harus Dia lakukan supaya manusia yang
percaya kepadaNya bisa menjadi ahli waris kerajaan Allah. Hamba bukanlah ahli
waris, sehingga mereka tidak berhak menempati kerajaan sorga. Tetapi seorang
anak berhak mendapatkan semua itu. Perubahan status itu murni pemberian
Allah di dalam Yesus Kristus. Itulah kasih karunia Allah. Sehingga, semua orang
percaya kepada Yesus Kristus sekarang juga disebut sebagai anak-anak Allah.
220
3. Lukas 2: 22 40.
Dalam tradisi agama Yahudi ada 3 upacara keagamaan yang harus dilakukan
setelah lahirnya bayi. Pertama, adalah sunat. Sunat diperuntukkan bagi bayi laki-
laki yang berumur 8 hari. Pada saat itulah bayi diberi nama oleh orang tuanya.
Sunat merupakan simbol keturunan Abraham yang juga menjadi umat Allah.
Kedua, adalah upacara pengudusan setelah kelahiran anak pertama. Upacara ini
dilaksanakan sebulan setelah kelahiran. Anak sulung itu dibawa ke Bait Allah
untuk diserahkan kepada Tuhan disertai dengan persembahan sepasang burung
tekukur atau dua ekor anak burung merpati. Ketiga, adalah upacara pentahiran
ibu yang habis melahirkan. Jika anaknya laki-laki, maka upacara pentahiran itu
dilakukan 40 hari setelah melahirkan. Tetapi jika anaknya perempuan, maka
upacara itu dilakukan 80 hari setelah melahirkan. Sebelum upacara itu dilakukan,
seorang perempuan dinyatakan najis dan tidak boleh beribadah ke Bait Allah.
Pada upacara itu orang tua membawa domba untuk dikorbankan oleh imam.
Tetapi jika mereka tidak mampu, bisa diganti dengan sepasang burung merpati.
Dan itulah yang dikorbankan oleh Maria dan Yusuf.
Simeon, orang benar dan saleh yang saat itu menerima Yesus untuk melakukan
upacara keagamaan Yahudi. Di ayat 27 dituliskan bahwa dia datang ke Bait Allah
karena Roh Kudus. Artinya, Allah sudah mempersiapkan segala sesuatunya
sehingga Simeonpun berkesempatan berjumpa dengan Mesias sebagaimana
yang dia rindukan. Setelah perjumpaan itu, melalui pujiannya, Simeon
menyatakan kesediaannya untuk dipanggil Tuhan. Simeon telah melihat
keselamatan dari Tuhan yang telah dijanjikan kepada umat Israel. Simeon telah
melihat kebenaran janji Tuhan itu.
Ayat 36, 37 menyatakan bahwa ada seorang janda berumur 84 tahun bernama
Hana. Dia juga orang benar dan saleh seperti Simeon. Hal itu terbukti bahwa hari-
harinya diisi dengan tinggal di Bait Allah siang dan malam untuk berdoa dan
berpuasa. Hana adalah seorang nabi perempuan (nabiah). Sebagaimana Simeon,
Hanapun juga mengharapkan kehadiran Mesias. Sebagai seorang nabiah pada
saat itu, Hana juga berbicara tentang firman Tuhan. Hanapun bersyukur atas
perjumpaannya dengan bayi Yesus (ayat 38).
Yusuf dan Maria menyelesaikan semua ketentuan hukum Taurat berkaitan
dengan upacara keagamaan yang harus mereka lakukan. Setelah itu mereka
kembali pulang ke Nazaret. Di ayat 40 disebutkan bahwa hikmat dan kasih
221
karunia Allah benar-benar dinyatakan dan nampak semenjak Yesus masih kanak-
kanak. Dia tetap berada dalam asuhan Yusuf dan Maria di Nazaret, tetapi tetap
berada dalam kasih karunia Allah.

Benang merah tiga bacaan


Status baru sebagai umat yang telah diselamatkan membawa perubahan dari
status hamba Taurat menjadi anak-anak Allah. Semua itu dikerjakan oleh Yesus
Kristus sebagai Juru Selamat.

RANCANGAN KHOTBAH: Bahasa Indonesia


(Ini hanya sebuah rancangan...bisa dikembangkan sendiri sesuai konteks jemaat)
MENERIMA KEHADIRAN SANG MESIAS
(Nats: Lukas 2: 28)
Pendahuluan
Berbagai tanggapan bisa diterima oleh seseorang yang menjadi penghuni/
pendatang baru, termasuk seorang bayi. Paling tidak, ada yang menerima dengan
gembira dan mungkin juga ada yang menerima dengan terpaksa atau kebencian.
Kehadiran bayi Yesus juga mungkin saja mengalami tanggapan (respon) seperti itu.
Paling tidak, dalam bacaan hari ini kita bisa melihat ada dua orang yang menyambut
kehadiran bayi Yesus itu dengan sukacita, dengan kegembiraan yang luar biasa.
Mereka adalah Simeon dan Hana.
Kegembiraan mereka bukanlah kegembiraan yang biasa. Kegembiraan
mereka lebih pada kesuka-citaan rohani karena mereka merasa telah menerima dan
membuktikan terpenuhinya janji Allah tentang hadirnya Mesias. Perjumpaan
Simeon dan Hana dengan bayi Yesus menjadi kesuka-citaan tersendiri bagi mereka
karena mereka bisa bersyukur setelah berjumpa dengan Sang Juru Selamat.
Perjumpaan itupun menjadikan mereka begitu iklas untuk dipanggil Tuhan/
menghadap kepada Tuhan dengan sukacita karena telah berjumpa dengan Sang
Mesias yang memang dinanti-nantikan sekian lama oleh bangsa Israel. Itulah
sebabnya perjumpaan Simeon dan Hana dengan bayi Yesus di Bait Allah itu menjadi
saat yang spesial dan benar-benar mereka syukuri.

Isi
Penerimaan yang tulus terhadap kehadiran Sang Mesias membawa dampak
positif yang luar biasa bagi mereka. Bagi Simeon dan Hana, penerimaan dan
222
perjumpaan mereka dengan Sang Mesias berdampak pada ucapan syukur, pujian
dan bahkan kepasrahan kepada Allah untuk setiap saat siap menghadapi kematian.
Ada kepuasan dan kebanggaan tersendiri setelah mereka berjumpa dan menerima
kehadiran Sang Mesias itu.
Sang Juru Selamat hadir ke dunia memang untuk semua orang. Tetapi,
kenyataannya tidak semua orang menerima kehadiranNya dengan sukacita. Simeon
dan Hana tidak hanya berjumpa secara fisik dengan bayi Yesus di Bait Allah itu,
tetapi secara rohani mereka benar-benar terbuka menerima kehadiran Sang Mesias
dan siap menerima apapun karyaNya. Termasuk karya Allah untuk berhadapan
dengan kematian. Menerima kehadiran Sang Juru Selamat ternyata juga membawa
pembaharuan hidup bagi Simeon dan Hana. Ada perubahan pemahaman, dari yang
dulunya menanti-nanti kehadiran Mesias, kini bersukacita menerima kehadiran Sang
Mesias. Dari yang dulunya tetap hidup saleh karena berpengharapan, kini menjadi
hidup saleh karena ucapan syukurnya dan kesiapannya menghadap Tuhan. Bukan
hanya itu, ternyata dengan menerima kehadiran Sang Mesias mereka juga siap
menerima dan melaksanakan kehendak Allah.
Pembaharuan hidup setelah menerima kehadiran Mesias ini tentu sesuai
dengan yang dinubuatkan oleh nabi Yesaya (lih. bacaan 1). Mereka yang telah
menerima pembaharuan itu menerima sebutan baru sebagai bangsa kudus,
bukan lagi sebagai bangsa yang ditinggalkan. Predikat baru itu juga dirasakan oleh
Simeon dan Hana. Semua merupakan anugerah Allah. Kesadaran akan anugerah
Allah yang tak terhingga itulah yang menjadikan mereka mengungkapkan rasa
syukurnya melalui pujian mereka. Dalam surat Galatia (lih. bacaan 2), Rasul Paulus
juga menekankan bahwa sebagai orang-orang yang telah ditebus dari belenggu
dosa, semua orang percaya juga menerima predikat baru sebagai anak-anak Allah,
sebagai ahli waris Allah. Dan inilah anugerah yang terbesar dalam hidup manusia.
Dengan kata lain bisa dikatakan bahwa jika seseorang bisa menerima
kehadiran Yesus Kristus Sang Mesias sebagaimana Simeon dan Hana, itupun karena
anugerah Allah yang memberi kesempatan dan membuka hatinya untuk sedia
menerima kehadiranNya. Ternyata orang-orang sederhana yang diungkapkan oleh
Alkitab yang lebih terbuka menerima kehadiran Sang Mesias. Simeon dan Hana yang
sederhana dalam keberadaan fisiknya (karena usia lanjut), kesederhanaannya dalam
menanti janji Tuhan sehingga menghabiskan hari tua mereka dengan beribadah di
Bait Allah. Selain itu, kita juga melihat kesederhanaan Yusuf dan Maria dari jenis
korban yang dibawa ke Bait Allah. Mereka tidak membawa dan mengorbankan
223
domba, tetapi sepasang burung merpati. Itu adalah salah satu tanda kesederhanaan
mereka secara materi. Kesederhanaan Yusuf dan Maria juga diikuti dengan
kesederhanaan cara berpikir mereka yang begitu berserah pada kehendak Tuhan,
apapun tantangan yang mereka hadapi. Hal ini juga diwujudkan dengan ketaatan
dan kesetiaan mereka dalam memenuhi ketentuan hukum Taurat pada saat itu
untuk menyerahkan anak sulung mereka kepada Tuhan di Bait Allah.
Apapun yang dilakukan baik oleh Simeon dan Hana maupun Yusuf dan
Maria, semua itu merupakan wujud penerimaan mereka yang tulus terhadap
kehadiran Sang Juru Selamat dalam hidup mereka. Kehadiran Juru Selamat ini
benar-benar mereka hayati dalam hidup mereka yang akhirnya membawa
perubahan juga dalam diri mereka ke arah ketaatan pada terlaksananya kehendak
Allah dalam hidup mereka. Menerima kehadiran Sang Juru Selamat tidak hanya
berhenti pada kesuka-citaan batiniah secara pribadi, tetapi juga diikuti ketundukan
pada kehendak Allah, apapun bentuknya. Bedanya, kini ketaatan itu bukan lagi
dilakukan dalam rangka penantian akan hadirnya Sang Mesias, tetapi lebih pada
wujud ucapan syukur karena telah berjumpa secara pribadi dengan Sang Mesias.
Simeon dan Hana tidak sedikitpun mengalami rasa takut untuk berhadapan
dengan kematian karena mereka telah yakin bahwa perjumpaanNya dengan bayi
Yesus Sang Juru Selamat itu telah menyelamatkan mereka. Apa yang harus
ditakutkan jika perjumpaan secara pribadi dengan Sang Mesias itu telah menjamin
keselamatan kita? Simeon dan Hana telah memberi teladan kepada kita bahwa
semua orang membutuhkan perjumpaan secara pribadi itu dengan Sang Juru
Selamat. Perjumpaan itu hanya anugerah. Kita hanya perlu membuka hati untuk bisa
dengan tulus terbuka menerima kehadiran Sang Mesias itu dalam hati dan hidup
kita. Kitapun harus mengalami perubahan pola berpikir, perilaku dan apapun yang
menunjukkan kesiapan kita memberlakukan kehendak Allah dalam hidup kita.
Sebagaimana Simeon dan Hana yang begitu legawa menerima kehendak Allah
-termasuk berjumpa dengan kematian- akan diterima dengan sukacita.

Penutup
Menerima kehadiran Mesias dalam hidup kita ternyata juga diwujudkan
dengan perubahan pola pikir, gaya hidup dan lainnya, demi terlaksananya kehendak
Allah. Menerima Yesus Kristus sebagai Juru Selamat dalam hidup kita tidak cukup
hanya kita terima sebagai kesuka-citaan rohani secara pribadi, tetapi juga diikuti
dengan ketundukan pada kehendak Allah. Ketika kita sedia diatur oleh Allah, kita
224
juga menerimanya dengan sukacita, karena kita sadar telah menerima anugerah
besar dari Allah yang berwujud keselamatan. Apapun kehendak Allah yang harus
kita hadapi, kita bisa menghadapinya dengan sukacita dan ucapan syukur (seperti
Simeon dan Hana) karena telah yakin bahwa Allah menyelamatkan kita.
Menyambut kehadiran Sang Mesias dalam hidup kita berarti juga
mewujudkan perubahan hidup yang sedia memberlakukan kehendak Allah dengan
sukacita, dan bukan memaksakan kehendak sendiri. Sudahkah kita menyambut
dengan benar kehadiran Sang Mesias dalam hidup keseharian kita? Akhir tahun
tentunya menjadi kesempatan yang tepat bagi kita untuk introspeksi berkaitan
dengan hal ini. Perayaan-perayaan Natal mungkin telah berakhir, tetapi perayaan-
perayaan itu apakah juga mampu membawa perubahan dalam hidup kita sehingga
benar-benar terbukti menerima kehadiran Sang Mesias dalam hidup kita?
Perubahan hidup seperti apakah yang telah kita alami di tahun ini sebagai wujud
penerimaan kita terhadap kehadiran Sang Mesias? Amin. (YM).

Nyanyian: Kidung Jemaat 128: 1, 2.

RANCANGAN KHOTBAH: Basa Jawi.


NAMPENI RAWUHIPUN SANG MESIH
(Jejer: Lukas 2: 28)
Pambuka
Mawarni-warni pamanggih saged katampi dening tiyang ingkang dados
warga/ tamu enggal, kalebet bayi. Paling mboten, wonten ingkang nampi kanthi
bingah lan mbokbilih ugi wonten ingkang nampi kanthi raos kepeksa utawi raos
sengit. Wiyosipun Sang Bayi Yesus saged kemawon nampeni pamanggih ingkang
kados mekaten. Ing waosan kita dinten punika kita saged niti priksa bilih wonten
tiyang kalih ingkang nampeni rawuhipun Sang Bayi Yesus punika kanthi kabingahan
ingkang ageng. Tiyang-tiyang kalawau asmanipun Simeon lan Hana.
Kabingahanipun Simeon lan Hana sanes kabingahan ingkang limrah.
Kabingahan punika langkung asipat kabingahan rohani awit rumaos sampun
nampeni lan mbuktekaken prajanjinipun Allah sampun kawujud ing rawuhipun Sang
Mesih. Pepanggihanipun Simeon lan Hana kaliyan bayi Yesus dados kabingahan.
Simeon lan Hana saged saos sukur sasampunipun pinanggih kaliyan Sang Juru
Wilujeng. Pepanggihan punika ndadosaken legawaning manah bilih katimbalan
dening Gusti lan ugi bingah awit sampun pinanggih kaliyan Sang Mesih ingkang
225
sampun mataun-taun karantos dening bangsa Israel. Pramila, pepanggihanipun
Simeon lan Hana kaliyan bayi Yesus punika dados wekdal ingkang mirunggan lan
saestu ndadosaken saos sukuripun.

Isi
Panampi ingkang tulus dhumateng rawuhipun Sang Mesih mbekta ewah-
ewahan ingkang ageng sanget tumrap Simeon lan Hana. Nampeni lan pepanggihan
kaliyan Sang Mesih nuwuhaken saos sokur, pamuji lan ugi kepasrahan dhumateng
Allah bilih sawanci-wanci katimbalan dening Gusti. Wonten raos mongkog ing
manah sasampunipun pinanggih lan nampeni rawuhipun Sang Mesih punika.
Sang Juru Wilujeng rawuh ing donya pancen kangge sedaya manungsa.
Ananging, nyatanipun boten sedaya manungsa nameni rawuhipun kanthi bingah.
Simeon lan Hana boten namung pinanggih secara fisik kaliyan bayi Yesus ing
padaleman suci punika, ananging secara rohani Simeon lan Hana saestu nampeni
rawuhipun Sang Mesih lan ugi sumadya nampeni punapa kemawon ingkang dados
karsanipun Gusti, kalebet karsanipun Gusti menawi Gusti ngersakaken nimbali.
Nampeni rawuhipun Sang Juru Wilujeng nyatanipun ugi mbekta gesang enggal
tumrap Simeon lan Hana. Wonten ewah-ewahan ing bab pangertosan. Rumiyin,
namung ngrantos rawuhipun Sang Mesih, samangke dados kabingahan awit sampun
nampeni rawuhipun Sang Mesih. Rimiyin, tansah gesang mursid awit saking
pangajeng-ajengipun, samangke gesang mursid awit saking pangucap sokur lan
anggenipun cumadhang katimbalan dening Gusti. Boten namung punika, nyatanipun
kanthi nampeni rawuhipun Sang Mesih ugi ndadosaken Simeon lan Hana
cumadhang nampeni lan nindakaken kersanipun Allah.
Gesang ingkang sampun kaenggalaken sasampunipun nampeni rawuhipun
Sang Mesih punika tamtunipun selaras kaliyan pamecanipun nabi Yesaya (mirsanana
waosan 1). Sinten kemawon ingkang sampun nampeni gesang enggal punika saestu
nampeni sebutan enggal minangka bangsa kang suci, sanes bangsa kang
katinggal. Sebutan enggal punika ugi karaosaken lan dipun alami dening Simeon lan
Hana, lan sedaya kalawau sih-kanugrahanipun Allah. Kesadharan ing bab sih-
kanugrahanipun Allah ingkang tanpa upami punika ingkang dados landhesan saos
sokuripun awujud pamuji. Ing serat Galatia (mirsanana waosan 2), Rasul Paulus ugi
paring dhawuh bilih umatipun Allah dados manungsa ingkang sampun tinebus
saking panguwaosing dosa, sedaya tiyang pitados ugi nampeni sebutan enggal

226
selaku para putraning Allah, dados ahli waris. Lan punika dados sih-kanugrahan
ingkang paling ageng ing gesanging manungsa.
Kanthi tembung sanes saged dipun wastani menawi wonten manungsa
ingkang saged nampeni rawuhipun Yesus Kristus Sang Mesih kados dene Simeon lan
Hana, punika inggih sih-kanugrahanipun Allah ingkang sampun paring wekdal lan
mbikak manah supados sumadya nampi rawuhipun. Nyatanipun para tiyang
prasaja ingkang kapratelakaken dening Kitab Suci langkung saged mbikak manah
lan nampi rawuhipun Sang Mesih. Simeon lan Hana ingkang prasaja ing kawontenan
badanipun (sampun sepuh sanget), prasaja anggenipun ngrantos prajanjinipun Gusti
kanthi tansah ngibadah lan gesang ing pedaleman suci. Kejawi saking punika, kita
ugi saged mangertosi Yusuf lan Maryam ingkang ugi prajasa inggih saking kewan
ingkang kakorbanaken ing pedaleman suci. Yusuf lan Maryam boten ngurbanaken
menda, nanging peksi sajodho. Punika salah satunggaling tandha brayat ingkang
prasaja secara materi. Yusuf lan Maryam ugi prasaja penggalihipun ingkang namung
pasrah dhumateng kersanipun Gusti, senadyan kedah ngadhepi mawarni-warni
kawontenan. Sedaya punika kawujudaken ing kasetyanipun netepi angger-anggering
Toret nalika semanten kangge masrahaken putra pembajeng dhumateng Gusti ing
pedaleman suci.
Punapa kemawon ingkang katindakaken dening Simeon lan Hana mekaten
ugi Yusuf lan Maryam, dados wujuding panampi kanthi tulus dhumateng rawuhipun
Sang Juru Wilujeng ing salebeting gesangipun. Rawuhipun Sang Juru Wilujeng
punika saestu dipun antepi ing gesangipun, lan wusananipun inggih mbekta ewah-
ewahan ing gesangipun awujud kasetyan anggenipun nindakaken kersanipun Allah
ing gesangipun. Nampeni rawuhipun Sang Juru Wilujeng boten kandheg ing
kabingahan batiniah sacara pribadi kemawon, ananging ugi kalajengaken kanthi
mbangun turut ing kersanipun Allah, senadyan punapa kemawon wujudipun.
Nanging, samangke kasetyan punika boten katindakaken wonten ing salebeting
pangajeng-ajeng bab rawuhipun Sang Mesih, nanging dados wujud pangucap sokur
awit sampun pinanggih sacara pribadi kaliyan Sang Mesih.
Simeon lan Hana boten ajrih menawi katimbalan dening Gusti awit sampun
pitados saestu bilih angenipun pepanggihan kaliyan bayi Yesus Sang Juru Wilujeng
punika sampun milujengaken gesangipun. Punapa ingkang badhe ndadosaken ajrih
menawi pepanggihanipun sacara pribadi kaliyan Sang Mesih punika sampun paring
jaminan kawilujengan? Simeon lan Hana sampun paring tuladha dhateng kita bilih
sedaya manungsa mbetahaken pepanggihan sacara pribadi kaliyan Sang Juru
227
Wilujeng. Lan punika boten ngetang umur lan wekdalipun. Pepanggihan kaliyan
Gusti punika ugi satunggaling sih-kanugrahanipun Allah. Kita namung betah mbikak
manah supados saged kanthi tulus nampeni rawuhipun Sang Mesih punika ing
manah lan gesang kita. Kita ugi kedah purun ngalami ewah-ewahan ing bab cara
menggalih, tumindak lan punapa kemawon ingkang nedahaken bilih kita sumadya
nindakaken kersanipun Allah ing salebeting gesang kita. Kados dene Simeon lan
Hana ingkang saestu legawa nampeni kersanipun Allah, kalebet menawi kedah
katimbalan dening Gusti kanthi bingah.

Panutup
Nampeni rawuhipun Sang Mesih ing gesang kita nyatanipun ugi kawujudaken
kanthi wontenipun ewah-ewahan ing bab pemikiran, tata cara gesang, amrih
tumindaking kersanipun Allah. Nampeni Gusti Yesus Kristus minangka Juru Wilujeng
ing gesang kita boten cekap menawi kita tampi namung minangka kabingahan
pribadi sacara rohani kemawon, nanging ugi kedah wonten kesagahan setya
nindakaken kersanipun Allah. Nalika kita sumadya katata dening Allah, kita ugi
nampeni prekawis punika kanthi bingah, awit kita ngraosaken sampun nampeni sih-
kanugrahanipun Allah ingkang ageng, inggih punika awujud kawilujengan. Punapa
kemawon kersanipun Allah ingkang kedah kita adhepi, kita saged ngadhepi kanthi
bingah lan saos sokur (kados dene Simeon lan Hana) awit sampun pitados saestu
bilih Allah sampun paring kawilujengan dhateng kita.
Mahargya rawuhipun Sang Mesih ing gesang kita ateges ugi mujudaken
ewah-ewahaning gesang ingkang sumadya nindakaken kersanipun Allah kanthi suka
bingah, lan boten meksa kangge nindakaken pepinginan kita piyambak. Punapa kita
sampun nampeni rawuhipun Sang Mesih kanthi leres ing gesang padintenan kita?
Pungkasaning taun temtunipun dados wekdal ingkang trep tumrap kita kangge
introspeksi (niti priksa) ing bab punika. Sedaya pahargyan Natal mbokbilih sampun
rampung, ananging, punapa pahargyan-pahargyan punika saged ngewahi gesang
kita lan saestu paring bukti bilih kita sampun nampeni rawuhipun Sang Mesih ing
gesang kita? kados pundi ewah-ewahaning gesang ingkang sampun kita alami ing
taun punika minangka wujuding panarimah kita dhumateng rawuhipun Sang Mesih?
Amin. (YM)

Nyanyian: KPK 241: 1, 3.

228
229

Anda mungkin juga menyukai