Anda di halaman 1dari 3

Pada pertemuan minggu kemarin kita sudah belajar tentang Pergumulan

Gereja. Gereja yang terbentuk di Yerusalem pada hari Pentakosta adalah buah
pekerjaan Roh Kudus, bukan manusia. Gereja perdana terdiri dari orang- orang
yang beraneka ragam suku bangsa, ras, dan bahasa. Dengan demikian, gereja
adalah komunitas yang terbuka dan inklusif, yang terpenting dari gereja bukanlah
gedungnya melainkan orangnya. Itu berarti sederhana atau mewah gedungnya
tidaklah penting.
Orang-orang di gereja perdana hidup dengan berbagi kepada sesamanya.
Gaya hidup ini masih dilakukan oleh banyak orang Kristen dan gereja yang
berbagi lewat persembahannya, lewat bantuannya kepada orang miskin, para
korban bencana alam, bea siswa pendidikan, bantuan kepada orang jompo,
keberpihakan kepada korban-korban ketidakadilan, dan lain-lain.
Pada hari ini kita akan belajar tentang Gereja yang Terpecah-Pecah

Gereja yang Terpecah-Pecah: Perpecahan Pertama

Pada perjamuan terakhir bersama murid-murid-Nya, Tuhan Yesus


berdoa agar murid-murid-Nya dan semua pengikut-Nya tetap bersatu. Dalam
doa- Nya, Tuhan mengatakan:
supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di
dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam
Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus
Aku (Yoh. 17:21).
Tampaknya sejak awal sekali Tuhan sudah menyadari bahwa murid-
murid- Nya akan terancam perpecahan. Doa-Nya menunjukkan bahwa
kesatuan murid- murid dan pengikut-Nya sangat penting karena kesatuan itu
mencerminkan kesatuan Yesus dengan Bapa-Nya di surga, dan dengan
kesatuan itu juga para murid memberikan kesaksian mereka kepada dunia.
Namun pada kenyataannya kita juga melihat bahwa perpecahan tetap
terjadi. Dalam Kisah Para Rasul pasal 15 kita menemukan bagaimana
gereja perdana diperhadapkan dengan sejumlah pertanyaan yang berat, yang
mengancam gereja untuk terpecah. Ketika itu muncul pertanyaan yang
sangat mendesak: ”Apakah orang-orang bukan Yahudi yang ingin menjadi
Kristen harus terlebih dahulu menjadi Yahudi?” Ada beberapa pemimpin
gereja saat itu yang menuntut agar orang-orang Yahudi yang ingin menjadi
Kristen, terlebih dahulu harus disunat, lalu mereka diwajibkan menjalankan
seluruh hukum Taurat. Mereka dipimpin oleh Petrus dan Yakobus. Kelompok
yang lain, yang dipimpin oleh Paulus, tidak setuju. Mereka berpendapat
bahwa untuk menjadi Kristen, menjadi pengikut Kristus, orang tidak perlu
menjadi Yahudi terlebih dahulu. Mereka dapat langsung datang kepada
Kristus dan tidak perlu lagi dibebani dengan aturan-aturan Taurat.
Karena itulah pada
sekitar tahun 50 M.
diadakan persidangan
di Ye rusalem yang
dikenal sebagai Konsili
Yerusalem atau
Konferensi Apostolik.
Pada akhir persidangan
itu dicapai kesepakatan
untuk memberlakukan
peraturan minimal
untuk orang Kristen,
yaitu:

mereka harus menjauhkan diri dari


(1) makanan yang dipersembahkan kepada berhala,
(2) darah,
(3) daging binatang yang mati dicekik, dan
(4) percabulan (Kis. 15:29).
Keempat peraturan ini sudah dianggap cukup untuk seorang Kristen, sehingga
menjadi Kristen tidak berarti menjadi Yahudi terlebih dahulu.

Anda mungkin juga menyukai