Anda di halaman 1dari 3

Gereja Sebagai Umat Allah yang Baru

A.Gereja: Gedungnya atau Orangnya?

Empat puluh hari setelah Yesus naik ke surga, murid-murid-Nya


berkumpul di sebuah rumah di Yerusalem. Tiba-tiba angin kencang bertiup
di ruangan yang terkunci itu. Lalu lidah api yang berkobar-kobar turun di
atas kepala para murid. Sebuah kejadian aneh dialami oleh para murid.
Mendadak mereka berkata-kata dalam berbagai bahasa asing.
Yerusalem saat itu penuh sesak dengan orang-orang dari berbagai
negeri. Orang banyak datang ke kota itu untuk merayakan hari Pentakosta
atau perayaan syukur untuk panen mereka di Bait Suci di kota itu. Murid-
murid keluar dari tempat mereka berkumpul. Tiba-tiba semua orang yang
mendengar mereka dan yang berasal dari berbagai tempat di dunia dapat
memahami kata-kata mereka. Orang-orang itu berasal dari Partia, Media,
Elam, Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia, Pontus dan Asia, Frigia dan
Pamfilia, Mesir, Libia, Roma, Kreta, Arab, dan lain-lain. Mereka orang-
orang Yahudi maupun bangsa-bangsa lain yang memeluk agama Yahudi.
Semua terheran-heran. “Bukankah mereka semua yang
berkata-kata itu orang Galilea?
Sebagian orang lagi bersikap sinis dan mengejek mereka. “Mereka
sedang mabuk anggur manis,” kata orang-orang ini tentang murid-murid
Yesus. Petrus, salah seorang dari murid-murid itu, bangkit dan memberikan
kesaksiannya. Ia menceritakan bahwa apa yang disaksikan oleh orang-orang
itu sudah dinubuatkan oleh Nabi Yoel.
Akan terjadi pada hari-hari terakhir -- demikianlah firman Allah -- bahwa Aku
akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia; maka anak-anakmu laki-
laki dan perempuan akan bernubuat, dan teruna- terunamu akan mendapat
penglihatan-penglihatan, dan orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi.
Juga ke atas hamba-hamba-Ku laki- laki dan perempuan akan Kucurahkan Roh-
Ku pada hari-hari itu dan mereka akan bernubuat (Kis. 2 : 17-18).

Apa yang disaksikan oleh orang banyak itu tidak lain adalah bukti bahwa
Yesus yang disalibkan dan yang telah bangkit dan naik ke surga itu, sungguh-
sungguh berkuasa. “Jadi apa yang harus kami lakukan?” tanya orang banyak itu.
Petrus menjawab, “Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing
memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan
dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus” (ay. 38). Hari itu juga
banyak orang yang meminta agar mereka dibaptiskan. Jumlah mereka sekitar
tiga ribu orang. Itulah gereja perdana.
Apa yang menarik dari bagian kisah ini? Ternyata gereja tidak pertama-
tama dibentuk oleh gedungnya. Gereja, seperti yang dikatakan dalam kata- kata
nyanyian pembukaan kita, terutama sekali adalah orangnya. Buktinya, ada
banyak gedung gereja di negara barat yang kini kosong karena orang- orang
Kristen di sana meninggalkan iman mereka atau tidak mau lagi pergi ke gereja.
Dapatkah gedung-gedung gereja itu disebut sebagai “gereja”? Sudah tentu
tidak! Gereja tanpa orangnya bukanlah gereja.

B. Makna Gereja
Apakah arti “gereja” sesungguhnya? Kata “gereja” dalam bahasa
Indonesia berasal dari sebuah kata dalam bahasa Portugis yaitu igreja (baca:
igreza). Kata igreja dalam bahasa Portugis ini dekat sekali dengan kata iglesia
dalam bahasa Spanyol yang mempunyai arti yang sama, yaitu “gereja”. Kata
iglesia ini dapat ditelusuri kembali ke kata aslinya dalam bahasa Yunani yaitu
ekklesia. Kata ekklesia berasal dari dua kata, yaitu ek dan klesia. Kata ek
berarti “keluar”. Sementara itu, kata klesia berasal dari kata kerja kalein yang
berarti “memanggil”. Dengan demikian, kata ekklesia mengandung arti
“dipanggil keluar”. Artinya, anggota-anggota gereja adalah orang-orang yang
dipanggil untuk keluar dari lingkungannya, dari sanak keluarganya, dari kaum
kerabatnya, untuk menjadi bagian dari sebuah komunitas baru yang bernama
gereja. Orang-orang ini termasuk kita semua dipanggil keluar untuk
menjalankan tugas kita untuk memberitakan kasih Allah yang dinyatakan
melalui Yesus Kristus. Kasih itu harus disampaikan dengan perkataan dan
perbuatan kita.

Anda mungkin juga menyukai