Apa yang disaksikan oleh orang banyak itu tidak lain adalah bukti bahwa Yesus yang
disalibkan dan yang telah bangkit dan naik ke surga itu, sungguh-sungguh berkuasa. “Jadi apa
yang harus kami lakukan?” tanya orang banyak itu.Para murid yang tadinya sangat ketakutan
dan selalu bersembunyi, kini berubah menjadi orang-orang yang sangat berani dan penuh rasa
percaya diri. Mereka dengan tegas memberikan kesaksian tentang pengalaman mereka
bersama Kristus yang telah bangkit itu. Melalui kesaksian mereka yang sangat meyakinkan
itu sehingga orang banyak tergerak dan bertanya lebih jauh, “Jadi apa yang harus kami
lakukan?” Petrus menjawab, “Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi
dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan
menerima karunia Roh Kudus” (ay. 38). Hari itu juga banyak orang yang meminta agar
mereka dibaptiskan. Jumlah mereka sekitar tiga ribu orang. Itulah gereja perdana. Apa yang
menarik dari bagian kisah ini? Ternyata gereja tidak pertama-tama dibentuk oleh gedungnya.
Bahkan orang-orang Kristen perdana justru berkumpul setiap hari di Bait Allah (Kis 2:46),
bukan karena mereka tidak punya tempat ibadah, melainkan karena mereka memandang diri
mereka sebagai bagian dari umat Yahudi. Di sini kita dapat melihat bahwa gereja, seperti
yang dikatakan dalam kata-kata nyanyian pembukaan kita, terutama sekali adalah orangnya.
Di negara barat ada gereja-gereja yang kini kosong karena orang-orang Kristen di sana
meninggalkan iman mereka atau tidak mau lagi pergi ke gereja. Dapatkah gedung-gedung
gereja itu disebut sebagai “gereja”? Sudah tentu tidak! Gereja tanpa orangnya bukanlah
gereja.
C. Makna Gereja
Kata “gereja” dalam bahasa Indonesia berasal dari sebuah kata dalam bahasa Portugis yaitu
igreja (baca: igreza). Kata igreja dalam bahasa Portugis ini dekat sekali dengan kata iglesia
dalam bahasa Spanyol yang mempunyai arti yang sama, yaitu “gereja”. Kata iglesia ini dapat
ditelusuri kembali ke kata aslinya dalam bahasa Yunani yaitu ekklesia. Kata ekklesia berasal
dari dua kata, yaitu ek dan klesia. Kata ek berarti “keluar”, sementara kata klesia berasal dari
kata kerja kaleo yang berarti “memanggil”. Dengan demikian, kataekklesia mengandung arti
“dipanggil keluar”. Artinya, anggota-anggota gereja adalah orang-orang yang dipanggil untuk
keluar dari lingkungannya, dari sanak keluarganya, dari kaum kerabatnya, untuk menjadi
bagian dari sebuah komunitas baru yang bernama gereja. Orang-orang ini termasuk kita
semua dipanggil keluar untuk menjalankan tugas kita untuk memberitakan kasih Allah yang
dinyatakan melalui Yesus Kristus. Kasih itu harus disampaikan dengan perkataan dan
perbuatan kita.
D. Umat Allah yang Baru
Bagaimana hubungan gereja dengan umat Israel? Atau lebih tepatnya lagi, bagaimana kaitan
antara agama Yahudi dengan agama Kristen? Apakah keduanya berbeda ataukah sama?
Dalam Yeremia 31:31-33 dikatakan
mengadakan perjanjian baru dengan kaum Israel dan kaum Yehuda,bukan seperti perjanjian
yang telah Kuadakan dengan nenek moyang mereka...
Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya dalam
hati mereka; maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi
umat-Ku.
Nabi Yeremia menubuatkan bahwa Allah akan mengadakan suatu perjanjian yang baru
dengan kaum Israel dan Yehuda, yaitu umat Allah. Perjanjian ini tidak dibuat dalam loh batu,
melainkan yang dituliskan di hati mereka. Artinya, perjanjian Allah yang lama akan
diperbarui dengan sebuah perjanjian yang baru. Mengapa Allah ingin mengadakan perjanjian
yang baru dengan umat-Nya? Pada masa Perjanjian Lama kita menemukan banyak sekali
kasus pelanggaran perjanjian oleh umat Israel. Berulang kali bangsa itu menolak dan
berpaling dari Allah. Akibatnya mereka juga berulang kali mengalami penghukuman. (Ul.
9:18; 31:29; Hak. 6:1; 10:6, dan lain-lain.). Apa sebabnya? Tampaknya umat Israel hanya
mengetahui hukum Allah apabila mereka membacanya atau mendengar hukum itu dibacakan
atau disampaikan kepada mereka. Marilah kita kembali mengingat akan panggilan Tuhan
Allah kepada Abram – yang belakangan berganti nama menjadi Abraham (Kej. 12:1-3).
Abram dipanggil Tuhan untuk meninggalkan seluruh sanak keluarganya, bahkan juga kota
kelahirannya, untuk hidup di sebuah negeri yang baru di kemudian hari dinyatakan kepadanya
oleh Tuhan. Dari keturunannyalah kemudian terbentuk bangsa Israel, umat Allah, yang
diharapkan untuk menjadi saluran berkat-Nya kepada seluruh dunia. Orang-orang Kristen
perdana memahami dirinya sebagai umat Israel yang baru. Sama seperti Abraham yang
dipanggil keluar untuk diutus menjadi berkat bagi dunia, begitu pula kita orang Kristen
dipanggil keluar untuk kemudian menyatakan kasih Allah yang telah Ia wujudkan melalui
Yesus Kristus. Kasih itulah yang harus kita sampaikan dengan perkataan dan perbuatan kita.
Namun demikian, seperti yang kita lihat di dalam Perjanjian Baru, hukum Taurat seringkali
malah dijadikan sebagai senjata untuk menghakimi orang lain. Pada masa
Perjanjian Baru, ketika Tuhan Yesus melayani orang banyak, banyak ahli Taurat yang
mengecamnya karena Tuhan Yesus dianggap melanggar aturan-aturan Taurat dengan
menyembuhkan orang pada hari Sabat (mis. Mrk. 3:1-6, bdk. Mat. 12:1-8; dan lain-lain.).
Taurat yang seharusnya digunakan untuk menjadi penuntun menuju kehidupan
yang lebih baik, malah lebih sering menghadirkan masalah dalam kehidupan bersama
karena digunakan secara keliru. Karena itulah, melalui Nabi Yeremia, Tuhan Allah
mengatakan bahwa Ia akan menaruhkan Taurat-Nya di batin mereka dan menuliskan hukum-
Nya di hati mereka. Dengan demikian, umat Allah akan selalu mengingat hukum-hukum-
Nya. Dengan menaruh hukum Taurat di dalam hati, umat Allah pun akan memberlakukan
hukum
itu dengan hati, bukan sekadar mengikuti aturan-aturan hukum dengan membabi buta (bdk. 2
Kor. 3:6). Allah membentuk gereja sebagai umat Allah yang baru. Umat Allah yang hidup
dengan hukum yang baru, yaitu hukum kasih. Karena itu pula, gereja seringkali disebut
sebagai ”Israel yang baru”. Dalam 1 Petrus 2:9-10 dikatakan:
9Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang
kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan perbuatan yang
besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari……. 10 kamu, yang dahulu bukan
umat dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan.
Gereja perdana terbentuk sebagai koreksi atas umat Israel yang menjadikan Taurat sebagai
hukum yang membelenggu diri dan sebagai alat untuk menghakimi orang lain. Bagaimana
orang sekarang menggunakan hukum-hukum agama untuk membelenggu diri sendiri dan
menghakimi orang lain? Tanyakan kepada siswa pernahkah mereka menghakimi seseorang
yang tidak pergi ke gereja pada suatu hari Minggu? Dalam buku siswa ada percakapan di
bawah ini:
Tina : ”Didi, kok kamu nggak ke gereja sih tadi pagi? Itu dosa lho!”
Santo : ”Rudi, kamu nggak boleh mendengarkan musik sejenis itu. Itu dosa, tahu!”
Sering sekali orang menilai dan menghakimi orang lain dengan cara-cara yang
dilakukan oleh Tina, Santo dan Marni. Apa yang mereka katakan mungkin ada positifnya.
Pergi ke gereja dan beribadah dengan saudara-saudara seiman sangat diharapkan dari setiap
orang Kristen (bdk. Ibr. 10:25). Musik-musik tertentu mungkin mengandung lirik yang
negatif, yang menganjurkan perbuatan-perbuatan yang buruk bahkan jahat dan merusak
masyarakat. Pakaian tertentu mungkin lebih tepat dikenakan di kolam renang dan bukan di
tempat-tempat umum lainnya. Mintalah para siswa membahas pertanyaan-pertanyaan ini
dengan teman sebangku mereka. Tanyakan, bagaimana perasaan mereka bila teman mereka
suka menghakimi mereka. Kita semua tentu mempunyai kewajiban menegur seseorang yang
kita lihat tidak berperilaku yang baik atau yang tidak menunjukkan identitasnya sebagai
seorang Kristen – apabila ia memang seorang Kristen. Namun menghakimi orang lain dan 33
menyebutnya berdosa karena hal-hal yang sebetulnya kelihatan sebagai masalah yang
remeh tampaknya sudah terlalu jauh. Banyak orang yang tidak senang ditegur dengan
cara seperti itu, dan akibatnya malah mereka akan justru melakukan apa yang orang
lain tidak sukai. Selain itu, sikap yang demikian seolah-olah menunjukkan bahwa
dialah yang paling benar dan suci. Kepada orang-orang seperti ini sebaiknya kita
menegur mereka dengan hati-hati dan lemah lembut. Dalam Efesus 4:15 dikatakan,
”tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh
di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala.” Dalam Alkitab bahasa
Inggris dikatakan, “Instead, speaking the truth in love, we will grow to become in
every respect the mature body of him who is the head, that is, Christ.” (NIV)
Ayat ini mengajarkan agar kita tetap berpegang teguh kepada kebenaran, namun
mengungkapkan teguran-teguran kita dengan kasih. Pada saat yang sama kita pun
harus berhati-hati supaya kita tidak menjadi seperti orang-orang Farisi yang dapat
melihat selumbar di mata orang lain, namun gagal melihat balok di matanya sendiri
(Mat. 7:3).