Anda di halaman 1dari 2

Materi Pertemuan Ke-3

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Kristen (PAK)


Kelas : IX (Sembilan)
Guru Mapel : Drs. Rindu Harahap

Mengenal Gerejaku
Bahan Alkitab: Yohanes 17:18-21; Kisah 15; 1 Korintus
1:10-13; 1 Korintus 12:9-27; Yeremia 29:4-7

Gereja yang Terpecah-pecah: Perpecahan Pertama

Dalam bacaan Yohanes 17:21, kita menemukan salah satu doa Tuhan Yesus
yang sangat penting. Pada perjamuan terakhir bersama murid-murid-Nya, Tuhan
Yesus berdoa agar murid-murid-Nya dan semua pengikut-Nya tetap bersatu.
Dalam doa- Nya itu, Tuhan mengatakan:

supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di


dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya
dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku (Yoh. 17:21).

Tampaknya sejak awal sekali Tuhan sudah menyadari bahwa murid-murid-


Nya akan terancam perpecahan. Doa-Nya menunjukkan bahwa kesatuan murid-
murid dan pengikut-Nya sangat penting karena kesatuan itu mencerminkan
kesatuan Yesus dengan Bapa-Nya di surga, dan dengan kesatuan itu pula para
murid memberikan kesaksian mereka kepada dunia. Masalahnya, bagaimana kita
dapat memberitakan kepada dunia bahwa Tuhan Yesus telah mendamaikan seluruh
umat manusia kepada Bapa di surga dan dengan sesamanya manusia?
Keterpecahan manusia dan terutama sekali keterpecahan gereja, adalah sebuah
skandal atau batu sandungan yang sangat mengganggu dalam kehidupan kita
sebagai manusia. Tidak mengherankan apabila ternyata sejarah dunia ternyata
penuh dengan konflik dan peperangan.
Meskipun Tuhan Yesus telah berdoa memohon kepada Allah Bapa agar
murid murid- Nya dan kita semua para pengikut-Nya tetap hidup dalam persatuan,
pada kenyataannya kita melihat bahwa perpecahan tetap terjadi. Dalam Kisah Para
Rasul pasal 15 kita menemukan bagaimana gereja perdana diperhadapkan dengan
sejumlah pertanyaan yang berat, yang mengancam gereja untuk terpecah. Ketika
itu muncul pertanyaan yang sangat mendesak: ”Apakah orang-orang bukan Yahudi
yang ingin menjadi Kristen harus terlebih dahulu menjadi Yahudi?” Ada beberapa
pemimpin gereja saat itu yang menuntut agar orang-orang Yahudi yang ingin
menjadi Kristen, terlebih dahulu harus disunat, lalu mereka diwajibkan
menjalankan seluruh hukum Taurat. Mereka dipimpin oleh Petrus dan Yakobus.
Kelompok lain, yang dipimpin oleh Paulus, tidak setuju. Mereka berpendapat
bahwa untuk menjadi Kristen, menjadi pengikut Kristus, orang tidak perlu menjadi
Yahudi terlebih dahulu. Mereka dapat langsung datang kepada Kristus dan tidak
perlu lagi dibebani dengan aturan aturan Taurat.
Bukankah selama masa pelayanan- Nya di dunia Yesus juga berulang kali
berhadapan dengan para ahli Taurat dan menantang mereka?
Karena itulah pada sekitar tahun 50 M. diadakan persidangan di Yerusalem
yang dikenal sebagai Konsili Yerusalem atau Konferensi Apostolik. Pada akhir
persidangan itu dicapai kesepakatan untuk memberlakukan peraturan minimal
untuk orang Kristen, yaitu: mereka harus menjauhkan diri dari

(1) makanan yang dipersembahkan kepada berhala,


(2) darah,
(3) daging binatang yang mati dicekik, dan
(4) percabulan (Kis. 15:29).

Keempat peraturan ini sudah dianggap cukup untuk seorang Kristen,


sehingga menjadi Kristen tidak berarti menjadi Yahudi terlebih dahulu. Setelah
Konsili di Yerusalem ini terjadi pula kesepakatan di antara para rasul, yaitu bahwa
Paulus akan pergi memberitakan Injil di kalangan orang-orang bukan Yahudi,
sementara Petrus dan Yakobus akan tetap melayani di antara orang-orang Yahudi.

Anda mungkin juga menyukai