Anda di halaman 1dari 8

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI TAWANGMANGU

Nama/Nim : Tjosh Kevin Miracle Kairupan / 391417


Mata Kuliah : Pembimbing Perjanjian Baru II
Dosen : Arif Wicaksono, M.Th
Jenis Tugas : Paper 1 Petrus
Tahun Akademik : 2017/2018

A. Latar Belakang
Surat ini dituliskan untuk “orang-orang yang dipilih” (1:1) yaitu orang-orang
pendatang yang tersebar di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia kecil dan Bitinia. Surat kiriman
Petrus yang pertama ini memberi secercah harapan dalam kesuraman penderitaan dan aniaya.
Kata “penderitaan” dipakai sepuluh kali dalm hubungan dengan kehidupan orang Kristen
(2:19,20 ; 3:14,17 ; 4:1,13,15,19 8 ; 5:9,10). Selain dari itu kata “Pencobaan” (“ujian”)
muncul dalam dua ayat yang penting, 16:6 : 4:12.apa yang harus dilakukan dan dipikirkan
orang Kristen bila menghadapi keadaan-keadaan seperti itu? Jawaba Petrus diberikan ketika
dia memakai kata “Pengharapan” yang terdapat dalam 1:3,13,21 ; 3:5,15 dan dengan jaminan
bahwa Allah mempunyai maksut tertentu ketika mengizinkan kesukaran-kesukaran itu
menimpa kehidupan kita.1
Surat ini dimulai (1:3-12) dengan suatu ungkapan Pujian kepada Allah. Melalui Dia para
pembaca telah dilahirkan kembali dalam suatu harapan yang hidup dan tak dapat dipadamkan
oleh penderitaan, juga dalam pengharapan akan keselamatan mulia yang didasarkan pada
kebangkitan Yesus Kristus dari kematian.2

B. Waktu Penulisan
Jika memang Rasul Petrus yang menulis surat ini, sudah jelas bahwa waktu
penulisannya terjadi sebelum ia meninggal, yakni pada masa penganiayaan orang-
orang Kristen yang dimulai oleh Kaisar Nero pada tahun 64 atau 65 M.
Diperkirakan bahwa surat 1 Petrus ditulis pada tahap-tahap awal penganiayaan oleh
Nero terhadap orang Kristen. Kita tidak mempunyai bukti yang pasti bahwa
penganiayaan itu akhirnya menyebar ke Asia kecil. Tetapi meskipun tidak menyabar
ke sana, penganiayaan resmi di Roma pasti akan memberi dorongan kepada orang-
orang di tempat lain untuk menganggap hina orang-orang Kristen di kota-kota mereka
tinggal. Kita tahu Petrus ada di Roma pada waktu itu. Istilah “Babel” sering dipakai
1
Walter M. Dunnet. 2001. Pengantar Perjanjian Baru. (Malang: Gandum Mas), hlm 88
2
Willi Marxsen. 1996. Pengantar Perjanjian Baru Pendekatan Kritis Terhadap Masalah-Masalahnya.
(Jakarta: BPK Gunung Mulia), hlm 288
oleh-oleh orang Kristen purba dan pihak-pihak lain sebagai semacam kata sandi pada
kota Roma (1 Petrus 5:13). Sewaktu Petrus melihat apa yang sedang terjadi di sana, ia
merasa bahwa hanya tinggal soal waktu saja sebelum kejahatan yang begitu besar itu
akan merambak ke wilayah-wilayah lain kerajaan. Ia ingin agar saudara-saudaranya
yang seiman memperoleh keyakinan bahwa jika pencobaan datang, mereka tidak
sendiri dalam penderitaan mereka. Orang-orang lain juga menderita. Tetapi yang
paling penting ialah bahwa Allah memelihara mereka semua, sebab mereka
merupakan umat perjanjian-Nya.3

A. Penulis
Surat ini merupakan yang pertama dari dua surat PB yang ditulis oleh rasul Petrus (1:1 ; 2
Ptr 1:1). Petrus mengakui bahwa surat pertama ini ditulis dengan bantuan Silas (Yun
Silvanus) sebagai juru tulisnya (5:12). Kemahiran Silas dalam bahasa Yunani dan gaya
menulis tercermin didalam surat ini, sedangkan bahasa Petrus yang kurang halus tampak
dalam 2 Petrus. Nada dan isi surat ini cocok dengan apa yang kita ketahui tentang Simon
Petrus. Persekutuannya yang akrab dengan Tuhan Yesus selama bertahun-tahun melandasi
ingatannya kembali akan kematian (1:11, 19; 2:21-24; 3:18; 5:1) dan kebangkitan Yesus (1:2,
21; 3:21); secara tidak langsung Petrus tampaknya juga menunjuk kepada penampakan diri
Yesus kepadanya di Galilea setelah kebangkitan (2:25; 5:2a; bd. Yoh 21:15-23). Tambahan
lagi, terdapat banyak persamaan diantara surat ini dengan Khotbah-khotbah Petrus yang
tercatat didalam Kisah Para Rasul.4
Simon Petrus, penulis surat ini, adalah rasul Kristus yang paling terkenal.
Seperti kebanyakan dari rekan-rekannya, ia adalah seorang Galilea, seorang nelayan, yang
dibawa kepada Yesus pada awal Pelayanan-Nya (Yoh1:41-42). Simon adalah namanya yang
sesungguhnya; Petrus (Batu Karang) adalah suatu julukan yang diberikan kepadanya oleh
Yesus, yang meramalkan bahwa sifatnya yang mudah terbawa perasaan dan mudah bimbang
akan menjadi teguh dan dapat diandalkan seperti sebuah batu karang. Ia adalah seorang
pemimpin alamiah (10:28) dan seringkali menjadi jurubicara bagi keduabelas rasul (8:29;
Yohanes 6:67-68; Matius 19:27).5 Penulis memperkenalkan diri sebagai “Petrus rasul Yesus
Kristus” (1 Ptr 1:1). Maksudnya adalah Simon Petrus yang biasa disebutkan sebagai orang
pertama dalam daftar rasul-rasul. Juga dalam 1 Petrus 5:1, penulis sekali lagi
memperkenalkan dirinya sebagai “teman penatua.” Maksutnya penatua yang setingkat dengan
3
John Drane. 2013. Memahami perjanjian baru pengantar historis-teologis. (Jakarta: BPK Gunung
Mulia), hlm 494,495
4
Donald C. Stamps. 1996. Alkitab Penuntun Hidup berkelimpahan. (Malang: Gandum Mas), hlm
2094.
5
Merrill C.Tenney. 1997 . Survei Perjanjian Baru. (Malang:Gandum Mas), hlm 430
penatua lainnya dalam jemaat. Polikarpus dari Smirna pernah mengutip surat 1 Petrus 2:2,24,
tetapi tidak menyebutkan nama penulis. Dalam kanon muratori, 1 Petrus belum disebutkan.
Irenius, dalam bukunya: “Against Heresies”. 4.9.2 ; 16.5;v5.7.2 (Tahun 200M), menyebut
Rasul Petrus sebagai penulis surat ini. 6 Surat yang oleh gereja mula-mula diberi judul “[surat]
Pertama Petrus” (Petrou A’) itu diberi nama secara tepat. “Petrus, rasul Yesus Kristus”
disebut sebagai penulisnya (1:1) dan 2 Petrus diperkenalkan sebagai “Surat yang Kedua” (2
Ptr 3:1) – mungkin sebutan untuk surat 2 Petrus. Kesaksian mula-mula tentang surat ini dan
tentang kepenulisan Petrus sangat kuat. Beberapa sarjana mengungkapkan bahwa 1 Clement,
yang ditulis dari Roma tahun 96 Masehi, mengutip dari 1 Petrus, tetapi ini tidak mungkin.
Secara umum disepakati bahwa surat Polikarpus kepada jemaat Filipi, yang ditulis sekitar
tahun 135, memperlihatkan pengenalan akan 1 Petrus.7 Nama Petrus sudah tidak asing lagi
bagi pembaca kitab-kitab sejarah di Perjanjian Baru. Dia memegang peranan penting dalam
pelayanan Tuhan kita di bumi dan menjadi pemimpin gereja Yerusalem dalam Kisah Para
Rasul fasal satu sampai dua belas. Dia seorang nelayan Betsaida, dekat danau Galilie di
Palestina Utara (Yohanes 1:44), dan kakak Andreas. Pertama kali dia dibawa menghadap
Yesus oleh adiknya (Yohanes 1:40-42), dan pada waktu itu Yesus bernubuat bahwa Simon
yang tidak tetap itu pada suatu hari akan menjadi Petrus, yaitu Batu Karang yang teguh.8

B. Tempat Penulisan
Tempat penulisan surat ini pun sulit ditentukan dengan pasti. Menurut keterangan dalam 1
Petrus 5:13, surat ini ditulis di Babilon. Pertanyaan yang timbul adalah Babilon yang mana?
Dalam Perjanjian Baru, ada dua tempat yang biasanya disebut dengan nama Babilon.
Pertama, Babel yang terletak di pinggir sungai Efrat di Mesopotamia. Akan tetapi, tidak ada
satupun informasiyang kita peroleh bahwa Petrus pernah pergi ke Babilon di Mesopotamia
itu, sehingga sulit menerima solusi ini. Kedua, kota Roma. Di kalangan orang Yahudi dan
Kristen, kota Roma dijuluki (diejek) sebagai Babilon karena menjadi lambang segala
kejahatan yang melawan Allah. Dikalangan Kristen, sindiran terhadap Roma sebagai Babilon
ini dapat kita jumpai dalam Wahyu 14:8 ; 16:19 ; 17:19, karena kebobrokan moralnya.9
Dalam 1 Petrus dinyatakan bahwa ia menulis dari “Babilon” (5:31). Ada tiga

6
Samuel Benyamin Hakh.2010. Perjanjian Baru Sejarah Pengantar dan Pokok-pokok Teologisnya.
(Bandung:Bina Media Informasi), hlm 327
7
D.A Carson & Douglas J.Moo.2016. An Introduction To The New Testament. (Malang: Gandum Mas),
hlm 753

8
Walter M. Dunnet. 2001. Pengantar Perjanjian Baru. (Malang: Gandum Mas), hlm 88
9
Samuel Benyamin Hakh.2010. Perjanjian Baru Sejarah Pengantar dan Pokok-pokok Teologisnya.
(Bandung:Bina Media Informasi), hlm 329-330
kemungkinan untuk menafsirkan lokasi ini: (1) di Babilonia di Mesopotamia, dimana ada
pemukiman Yahudi sampai dalam masa Kekristenan, dimana ada kemungkinan Paulus suda
mendirikan sebuah Gereja disana; (2) Sebuah kota di Mesir; dan (3) sebuah nama mistis bagi
Roma, yang digunakan oleh orang Kristen dalam arti segala kefasikan yang secara historis
dihubungkan dengan kota Babilonia di tepi sungai Efra, dan yang dipakai oleh mereka untuk
menyalurkan perasaannya tanpa takut ketahuan. Tidak ada kisah tradisi bahwa Petrus pernah
berada di Babilonia di mesir, atau merupakan suatu tempat yang cukup penting untuk dapat
menarik perhatian Petrus. Babilonia di tepi Sungai Efrat adalah lebih memungkinkan, karena
ia merupakan kediaman banyak orang Yahudi sejak masa pembuangan hingga Talmu.
Bagaimanapun juga tidak ada bukti bahwa Petrus pernah berada di daerah ini, dan meskipun
banyak pendapat yang mendukung keberadaannya di Babilonia, alasan yang mereka
10
kemukakan tidak terlalu kuat. Diperkirakan bahwa surat 1 Petrus ditulis pada tahap-tahap
penganiayaan oleh Nero terhadap orang Kristen. Kita tidak mempunyai bukti yang pasti
bahwa penganiayaan itu akhirnya menyebar ke Asia kecil. Tetapi meskipun tidak menyebar
kesana, penganiayaan resmi di Roma pasti akan memberi dorongan kepada orang-orang
ditempat lain untuk menganggap hina orang-orang Kristen di kota-kota mereka tinggal11

C. Tujuan Penulisan
Patut diperhatikan bahwa dalam surat kirimannya ini Petrus banyak memakai kalimat
Perintah. Dengan demikian dia hendak menanamkan kesan kepada para pembacanya bahwa
hidup bagi Allah itu banyak tuntutannya. Perintah yang positif ini akan menuntun dan
membentuk kita sehingga layak bagi hari kedatangan-Nya. Petrus menerapkan kata-kata
Kristus dalam injil Markus, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan
segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu ….
Kasihilah sesasamu manusia seperti dirimu sendiri” (Markus 12:30,31). Kita menunjukan
12
iman kita dengan menaati perintah-perintahNya (1 Petrus 1:22) Petrus mendorong agar
mereka tidak merasa malu bila mereka harus “menderita sebagai orang Kristen” (4:12-16).
Mereka tidak sendirian di dalam penderitaan ini, karena orang Kristen di seluruh dunia
mengalami penderitaan yang sama (5:9). Semuanya harus menghadapi pencobaan ini dengan
sepenuh keberanian mereka. Surat ini adalah suatu peringatan dan penghiburan sebagai
persiapan bagi keadaan darurat yang akan datang.13
10
Merrill C.Tenney. 1997. Survei Perjanjian Baru. (Malang:Gandum Mas), hlm 431
11
John Drane. 2013 . Memahami Perjanjian Baru Pengantar Historis-Teologis. (Jakarta:Gunung
Mulia), hlm, 494
12
Walter M. Dunnet. 2001. Pengantar Perjanjian Baru. (Malang: Gandum Mas), hlm 90
13
Merrill C.Tenney. 1997. Survei Perjanjian Baru. (Malang:Gandum Mas), hlm 430
D. Pendengar dan Penerima Kitab
Surat ini dituliskan untuk “orang-orang yang dipilih” (1:1) yaitu orang-orang
pendatang yang tersebar di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia kecil dan Bitinia. Surat
kiriman Petrus yang pertama ini memberi secercah harapan dalam kesuraman penderitaan dan
aniaya.14 Dalam suratnya yang pertama, Petrus menuliskan kepada orang Kristen di Asia
Kecil yang sedang menderita karena iman mereka. Ia menghibur mereka dengan
mengingatkan kembali akan pengharapan kokoh tentang keselematan tentang keselamatan
yang mereka nikmati karena kematian dan kebangkitan Kristus. Ia menantang mereka untuk
mempertahankan standar tertinggi kehidupan yang kudus, sebagai kesaksian bagi para
penganiaya mereka.15 Sebagai penerimanya “orang-orang pendatang, yang tersebar di Pontus,
Galatia, Kapadokia, Asia Kecil dan Bitinia, yaitu orang-orang yang dipilih”, dengan kata lain,
orang-orang Kristen yang hidup di Asia Kecil. Semua itu adalah nama Propinsi dan wilayah
Romawi dan Asia Kecil.16 Surat ini ditunjukan kepada “orang-orang pendatang yang tersebar,
yaitu orang-orang yang dipilih” (1 Petrus 1:1-2). Sapaan ini ditambah dengan penyebutan
tentang bangsa bangsa bukan Yahudi (2:12; 4:3); memberikan kesan bahwa “orang-orang
yang dipilih” itu adalah orang-orang yang percaya diantara bangsa Yahudi perserakan dan
bahwa kelompok ini sangat bersifat Yahudi.17

E. Masalah-Masalah didalam Kitab


Relatif kurangnya penyebutan tentang hubungan politik yang sulit untuk dapat
diterima dibawah suatu pemerintahan totaliter, dapat di terangkan dalam pelbagai cara.
Yang pertama agama Kristen bersifat rohaniah bukannya politik, “Kerajaan Ku bukan
dari dunia ini,” jawab Yesus kepada Pilatus, “Jika Kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti
hamba-hamba-Ku telah melawan (Yohanes 18:36).” Penerapan prinsip-prinsip yang
oleh diajarkan Yesus memang mempunyai konsekuensi politik, namun baik dia
maupun murid-murid-Nya bukanlah revolusionis atau agitator. Lagi pula, seperti telah
kita ketahui, agama Kristen tumbuh dari dalam Yudaisme yang merupakan suatu
Religio Licita, suatu agama yang diizinkan dan dilindungi oleh negara. Sejauh umat
Kristen tidak menimbulkan kerusuhan, mereka akan tetap dibiarkan.

14
Walter M. Dunnet. 2001. Pengantar Perjanjian Baru. (Malang: Gandum Mas), hlm 88
15
D.A Carson & Douglas J.Moo.2016. An Introduction To The New Testament. (Malang: Gandum Mas),
hlm 747
16
Willi Marxsen. 1996. Pengantar Perjanjian Baru Pendekatan Kritis Terhadap Masalah-Masalahnya.
(Jakarta: BPK Gunung Mulia), hlm 288
17
Merrill C.Tenney. 1997 . Survei Perjanjian Baru. (Malang:Gandum Mas), hlm 428
Orang-orang Kristen yang pernah menjalin hubungan dengan Roma pada permulaan
abad yang pertama telah meninggalkan kesan yang baikpada pemerintahan Romawi.
Paulus memanfaatkan hak-haknya sebagai warga negara setidak-tidaknya dalam dua
kesempatan dan menuntut pengkuan baginya (Kis : 36 – 39; 22 : 24 – 29), tetapi juga
ia dapat mengatakan bahwa ia tidak pernah melakukan gerakan subversif atau
membangkitkan suatu huru-hara (24:12). Gereja menganut kebijaksaan untuk
menyebarluaskan berita tentang Kristus kepada masyarakat secara damai.
Menjelang akhir dekade yang ketujuh, keadaan mulai berubah. Agama Kristen telah
terpisah dari Yudaisme dan diakui sebagai suatu kelompok tersendiri. Kekukuhan
mereka untuk mempercayai suatu Allah yang tidak kelihatan dan seorang Kristus yang
telah bangkit mengundang kecurigaan dan cemoohan masyarakat, sedang omongan
mereka tentang penghakiman yang akan datang dan kehancuran dunia yang sekarang
menimbulkan kesalahpahaman dan kebencian. Reaksi perlawanan terhadap mereka di
Roma di bawah Nero adalah hasil dari ketidaksenangan masyarakat ini, yang
diperhebat oleh tuduhan Nero yang keji. Penutup surat-surat penggembalaan
menunjukan bahwa kematian paulus menandai suatu perubahan dalam kebijaksanaan
pemerintah dari toleransi acuh dan tak acuh sampai menjadi kecaman yang penuh
kebencian.
Ketika gereja mulai menyadari perubahan sikap ini, mereka menjadi kuatir akan nasib
yang akan menimpa mereka. Mereka tidak dapat menyusun serangan balasan, karena
dengan demikian mereka akan meyalahi prinsip mereka untuk tunduk dengan damai
kepada pemerintah, dan hanya membuka kesempatan bagi mereka untuk dijatuhi lebih
banyak dakwaan. Apakah mereka akan segera punah? Bagaimanakah kesudahannya
kelak? Apakah kebrutalan Nero akan menjalar keseluruh prospinsi? Mereka
mengharapkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan merekadari para pemimpinnya.
Pertama Petrus ditulis sebagai jawaban atas keadaan ini sebagaimana yang dialami
gereja-gereja di bagian utara Asia Kecil di propinsi-propinsi Pontus, Galatia,
Kapadokia, Asia dan Bitinia. Dua di antaranya, Pontus dan Kapadokia, tidak
disebutkan dalam Kisah Para Rasul sebagai propinsi-proponsi yang pernah di capai
oleh pelayanan Injil Paulus; Bitinia pernah ingin dikunjunginya, namun dicegah oleh
Roh Yesus (Kisah 16:7). Galatia dan Asia pernah dicapainya, tetapi cara penyebutan
propinsi ini sangat mengesankan bahwa yang dimaksud oleh Petrus hanyalan orang-
orang Kristen yang tinggal di bagian utara.
Riwayat dan keberadaan jemat tidak diketahui. Orang-orang dari Kapadokia dan
Pontus hadir pada hari Pentakosta (Kis 2:9) dan mungkin kembali kepada kota mereka
dengan membawa berita tentang kedatangan Mesias dan pencurahan Roh Kudus.
Mungkin pula Petrus sudah mengabarkan Injil didaerah-daerah ini, karena ia juga
telah bekerja bersama jemaat di Antiokhia (Galatia 2 :11), dan telah berkelana di
negara-negara Laut Tengah ketika Paulus tengah mengabarkan Injil di Eropa (1 Kor
9 :5). Meskipun tidak ada pernyataan dalam catatan yang ada bahwa Petrus
mendirikan atau pernah mengunjungi gereja-gereja ini, tetapi tidak ada pua yang
menyangkal kemungkinannya. Mungkin Paulus sengaja tidak merencanakan
perjalanan misi ke propinsi-propinsi ini karena tahu bahwa sudah ada orang yang
melakukannya. Sebagian besar bahasa yang digunakan oleh Petrus dapat diterapkan
oleh semua pihak, tetapi sebutan tentang “berhala yang terlarang” (4:3) hanya
ditunjukan bagi latar belakang bangsa yang tadinya orang kafir. Bayangan penindasan
yang mengancam adalah tema dari surat ini. Penderitaan adalah salah satu kata kunci
dalam surat ini, yang disebutkan tidak kurang dari enam belas kali. Gereja telah
“berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan” (1:6); beberapa diantara anggotanya
“menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung” (2:19); ada kemunginan
bahwa mereka harus “menderita juga karena kebenaran” (3:14), bahkan karena
berbuat baik (3:17). Hari-hari kelabu mungkin akan segera menjelang, karena “nyala
api siksa ……. Sebagai ujian” akan datang kepada mereka di mana mereka akan
disamakan dengan pembunuh, pencuri, dan penjahat.18

F. Tema-Tema
Keselamatan Kita Sebagai Orang Percaya (1 Petrus 1:1 - 2:12)
a. Salam Petrus (1 : 1-2)
b. Keselamatan : Pengharapan kita untuk masa-masa pencobaan (1:3-12)

18
Merrill C.Tenney. 1997. Survei Perjanjian Baru. (Malang:Gandum Mas), hlm 425-428
c. Pengudusan: Mewujudkan pengharapan kita (1:13-2:12)
i. Jadilah Kudus (1:13-21)
ii. Kasihilah satu sama lain (1:22-25)
iii. Inginkanlah susu yang murni yaitu Firman (2:1-10)
iv. Jauhilah Nafsu Dosa (2:11-12)
Ketundukan Kita Sebagai Orang Percaya (1 Petrus 2:13 - 3:12)
d. Tunduk kepada otoritas yang berkuasa (2:13-17)
e. Tunduk didalam urusan bisnis (2:18-25)
f. Tunduk didalam relasi perkawinan (3:1-7)
g. Tunduk didalam segala bidang kehidupan Kristen (3:8-12)
Penderitaan kita sebagai orang percaya (1Petrus 3:13 – 5:14)
h. Cara untuk menanggung penderitaan dengan sabar (3:13-17)
i. Teladan Yesus Kristus (3:18-4:6)
j. Ajaran lebih lanjut tentang cara bertahan menghadapi penderitaan (4:7-19)
k. Bagaimana melayani melalui penderitaan
(Ajaran bagi para penatua dan orang-orang kudus) (5:1-9)
l. Kesimpulan dan berkat (5:10-14)19

19
Ray C.Stedman.2009.Petualangan Menjelajahi Perjanjian Baru.(Jakarta: Discovery House
Publishers),Hlm 317

Anda mungkin juga menyukai