Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

MATA KULIAH PAK REMAJA PEMUDA


“Cyber Bullying”

Di Susun Oleh
Kelompok 3 :
Mariska Kaensige
Friginsia I. P. Poluan
Glatia Damongilala
Bryan Tomboli

PRODI PAK
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN KRISTEN
INSTITUT AGAMA KRISTEN NEGERI
(IAKN) MANADO
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Bersyukur kepada Tuhan Yesus Kristus, karna atas tuntunan dan
penyertaan-Nya sehingga Kami kelompok bisa menyelesaikan makalah ini
dengan baik, makalah ini saya buat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah PAK
Remaja/Pemuda II. Kami Kelompok juga mengucapkan banyak terimakasih
kepada Dosen ma’am Irene Ilat. M.Pd.K Mata Kuliah yang di mana sudah
memberikan tugas ini, sebagai bahan pembelajaran bagi kami kelompok dan
juga teman-teman yang akan membaca.
Kami meminta maaf jika dalam penulisan makalah ini terdapat
kesalahan, Karna Makalah ini di buat atas dasar kemampuan kami sebagai
penulis dengan segala keterbatasan yang ada sebagai mahasiswa dan
manusia biasa. Terimakasih Tuhan Yesus Memberkati.

Kelompok 3

Manado, 21 MARET 2022


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………….....
…………i
DAFTAR ISI………………………………………………………….....……..ii
BAB I
PENDAHULUAN……………………………………………………...……….1
A. LATAR BELAKANG……………………………………………..…..1
B. RUMUSAN MASALAH………………………………………..……..1
C. TUJUAN MASALAH………………………………………..……..…1
BAB II
PEMBAHASAN………………………………………………………......……2
A. Pengertian Cyberbullying…………………………………………...….2
B. Jenis-jenis Cyberbullying………………………………………………..2
C. Pengaruh Cyberbullying di Media Sosial…………………………...…3
D. Faktor-faktor Cyberbullying Pada Remaja Pemuda………………....4
E. Dampak Cyberbullying…………………………………………….…….7
F. Tindak Pidana Cyberbullying…………………………………………...8
G. Etika Teknologi Informasi Menurut Perspektif Alkitab……………...10
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan…………………………………………………………...…..12
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….13

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Era teknologi semakin berkembang sama halnya dengan media
social. Media social atau biasa disebut medsos adalah hal yang paling
digunakan saat ini tidak hanyak kalangan orang dewasa bahkan anak-
anak juga sudah menggunakan medsos. Semakin pesatnya teknologi
saat ini memeliki dampak positif dan juga dampak negative contohnya
seperti cyberbullying. Cyberbullying biasanya dilakukan melalui media
tulisan, suara, atau gambar. Bentuk cyberbullying biasanya berupa
ejekan, fitnah, ancaman, dan menjadi objek gosip Kasus cyberbullying
akan terus meningkat seiring dengan kemajuan dalam pengguaan
perangkat teknologi informasi. Hal itu disebabkan oleh kurangnya etika
dalam berinternet.

B. RUMUSAN MASALAH
a. Apa yang dimaksud dengan Cyberbullying?
b. Apa saja Jenis-jenis Cyberbullying?
c. pengaruh cyber bullying?
d. Apa saja faktor-faktor Cyberbullying pada remaja?
e. Bagiamana Dampak bagi korban Cyberbullying?
f. Bagaimana tindak pidana terhadap kasus Cyberbullying?
g. Apa pandangan Alkitab Mengenai Etika Komunikasi?

C. TUJUAN MASALAH
a. Untuk mengetahui pengertian pengaruh Cyberbullying
b. Untuk mengetahui apa saja Jenis-jenis Cyberbullying
c. Untuk mengetahui pengaruh Cyberbullying
d. Untuk mengetahui faktor-faktor Cyberbullying pada remaja
e. Untuk mengetahui dampak Cyberbullying
f. Untuk mengetahui bagaimana tindak pidana Cyberbullying
g. Untuk mengetahui pandangan Alkitab mengenai Etika Teknologi
ii

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Cyberbullying

Menurut Patchin dan Hinduja (2010), cyberbullying adalah perilaku agresif,


interns dan dilakukan secara sengaja dan berulang oleh individu dengan
memanfaatkan tekhnologi dan media elektronik sebagai media untuk
menyerang orang tertentu.
Menurut Stutsky (dalam Bauman, 2008), cyberbullying adalah penggunaan
dari teknologi komunikasi modern yang ditujukan untuk mempermalukan,
menghina, mepermainkan atau mengintimidasi individu untuk menguasai dan
mengatur individu tersebut.
Menurut Vandebosch dan Van Cleemput, Juvonen dan Gross, (dalam Safaria
dkk, 2016), cyberbullying adalah bentuk gangguan dan penghinaan lewat
dunia virtual atau dunia maya.
Dengan kata lain cyberbullying adalah perilaku bullying melalui teknologi
elektronik, yang dilakukan untuk mempermalukan, menakut-nakuti, melukai
perasaan bahkan mental, serta menyebabkan kerugian bagi orang yang
mudah dibodohi dalam menggunakan sarana teknologi informasi.

B. Jenis-jenis Cyberbullying di Indonesia

Cyber bullying tidak hanya satu jenis saja, terbagi menjadi 6 jenis sebagai
berikut:
1. Flaming (Terbakar)
Tindakan seseorang mengirimkan pesan teks yang berisi kata-kata frontal
dan penuh amarah. Secara umum, tindakan flaming berupa provokasi,
penghinaan, mengejek, sehingga menyinggung orang lain.
1
2. Harassment (Gangguan)
Tindakan seseorang mengirim pesan-pesan berisi gangguan melalui sms, e-
mail, teks jejaring sosial dengan intensitas terus-menerus. Pelaku
harassment biasanya sering menulis komentar terhadap dengan tujuan
menimbulkan kegelisahan. Selain itu, harassment juga mengandung kata-
kata hasutan agar orang lain melakukan hal yang sama.
3. Denigration (Pencemaran Nama Baik)
Tindakan dilakukan sengaja dan sadar mengumbar keburukan orang lain
melalui internet. Hingga akhirnya merusak nama baik dan reputasi orang
yang dibicarakan pada jejaring sosial tersebut.
4. Cyberstalking
Tindakan memata-matai, mengganggu, dan pencemaran nama baik terhadap
seseorang yang dilakukan secara intens. Dampaknya, orang yang
menjadikorban merasakan ketakutan besar dan depresi.
5. Impersonation (Peniruan)
Tindakan berpura-pura atau menyamar menjadi orang lain untuk
melancarkan aksinya mengirimkan pesan-pesan dan status tidak baik.
Biasanya terjadi pada jejaring sosial seperti instagram dan twitter
menggunakan akun palsu.
6.Outing and Trickery
Outing merupakan tindakan menyebarkan rahasia orang lain. Outing berupa
foto-foto pribadi seseorang yang setelah disebarkan menimbulkan rasa malu
atau depresi. Sementara itu, trickery berupa tipu daya yang dilakukan dengan
membujuk orang lain untuk memperoleh rahasia maupun foto pribadi dari
calon korban. Dalam banyak kasus, pelaku outing biasanya juga melakukan
trickery.

2
C. Pengaruh Cyberbullying di Media Sosial

Menurut Suryani, 2014 Penggunaan media sosial yang baik dapat


memberikan banyak manfaat kepada para penggunanya seperti berinteraksi
dan menjalin pertemanan, kampanye program pendidikan, sosial, agama,
kesehatan, serta promosi dan pemasaran produk tertentu. Namun, dibalik
manfaat yang diperoleh dalam penggunaan media social, tidak jarang
ditemukan berbagai hal negative contohnya adanya komentar buruk yang
diberikan. Hal tersebut dapat dilakukan secara terang-terangan melalui akun
pribadi ataupun akun anonim. Komentar buruk yang diberikan dapat berupa
penghinaan fisik, hinaan, bahkan fitnah yang dapat merugikan seseorang.
Hal itu dapat menyakiti seseorang bahkan dapat membahayakan nyawa jika
seseorang tersebut memiliki mental yang tidak cukup kuat dikarenakan
perbuatan orang-orang yang tidak bertanggung jawab dan tidak bijak dalam
menggunakan media social.
Pengguna media sosial yang bijak perlu menghindari hal-hal yang dapat
membahayakan dirinya maupun orang lain. Idealnya, baik di dunia maya
maupun di dunia nyata, saling menghargai terhadap sesama tetaplah
diperlukan mengingat manusia merupakan makhluk sosial yang selalu
membutuhkan orang lain dalam hidupnya. Studi dari Oksanen et al. (2014)
dalam Anwar (2017) menyimpulkan bahwa peningkatan cyber-hate juga
diimbangi dengan penggunaan media sosial.
Menurut Cahyono, 2016 bahwa Di media sosial, pengguna juga dapat
memalsukan identitas dirinya dengan mudah. Hal ini terbukti dengan
banyaknya pengguna media sosial yang membuat akun khusus untuk
melakukan kegiatan seperti hate comment, stalking, pengiriman gambar yang
mengandung pornografi, mengirimkan kode jahat, dan pelanggaran privasi
lainnya (Rahayu, 2012). Dalam tingkat lanjut, pemalsuan identitas ini dapat

3
berujung pada tindak kejahatan, seperti penipuan atau pemerasan.
Kurangnya kesadaran korban pelanggaran privasi untuk melapor ke pihak
yang berwenang juga ikut mendorong terjadinya Cyberbullying di media
sosial.
Dalam penelitian syah dan Hermawati (2018), cyberbullying di Indonesia
sering terjadi pada public figure, artis, atau bahkan anak artis yang memiliki
followers banyak di instagram. Biasanya cyberbullying ini dilakukan dengan
berkomentar tentang penampilan yang menjerumus ke ejekan. Selain ejekan,
cyberbullying juga dapat terjadi berupa fitnah.
Cyberbullying di Indonesia yang terjadi pada orang biasa (bukan public
figure, artis, atau anak artis) biasanya dilakukan oleh teman sendiri. Biasanya
teman sendiri menganggap hal tersebut adalah sebuah candaan. Contoh
kasus cyberbullying yang dilakukan oleh teman sendiri yaitu cyberbullying
dalam sebuah grup, dimana di dalam grup hanya berisi korban dan orang-
orang yang merasa tidak suka dengan korban. Sehingga, terjadi pengucilan
dalam grup tersebut dan berdampak juga pada real life.

D. Faktor-Faktor Cyberbullying Pada Remaja

Perilaku cyberbullying pada remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik


faktor internal dari korban dan pelaku, maupun faktor eksternal korban dan
pelaku cyberbullying.Adapun faktorfaktornya sebagai berikut:

1. Faktor internal pelaku dan korban Faktor internal yang dimaksud


dalam penelitian ini adalah
faktor yang berasal dari diri pelaku ataupun korban cyberbullying,
misalnya:
a) Kemampuan pelaku empati. Remaja yang tidak empati serta
tidak mengerti tentang etika yang baik secara online biasanya
sulit untuk mengontrol perilaku mereka di dunia online.

4
b) Karakter korban. Remaja dengan jiwa yang rentan dapat
menjadi pelaku atau korban dari cyberbullying.
c) Koneksivitas perilaku pelaku dan korban. Semakin tinggi
intensitas perilaku bullying yang dilakukan oleh pelaku
cyberbullying, maka korban akan semakin berperilaku reaktif.
d) Pada dasarnya, pelau dan korban cyberbullying dapat terjadi
baik pada remaja perempuan ataupun remaja laki-laki. Tidak
terdapat perbedaan perilaku cyberbullying antara remaja laki-
laki dan remaja perempuan.
e) Perilaku yang seringkali dilakukan remaja dan menjadi
kebiasaan emaja saat bersosial media menjadi faktor pemicu
terjadinya cyberbullying, misalnya: membuat komentar kasar,
memperbarui instastory, mengunggah foto, dan mengomentari
foto.
2. Faktor ekternal Faktor ekternal yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah faktor yang berasal dari luar diri pelaku ataupun korban
cyberbullying, misalnya:
a) Intensitas penggunaan media sosial. Semakin tinggi intensitas
pemakaian media sosial, maka semakin besar peluang remaja
melakukan cyberbullying ataupun menjadi korbannya.
b) Faktor perkembangan media sosial yang semakin pesat
dikalangan remaja sebagai alat komunikasi yang mudah
digunakan dan diakses, membawa tren baru dalam masyarakat
sebagai media untuk melakukan penindasan secara online atau
yang dikenal dengan cyberbullying.
c) Pengaruh perangkat teknologi terhadap pemuda hari ini sering
menyebabkan mereka untuk mengatakan dan melakukan hal-
hal kejam dibandingkan dengan apa yang didapati dalam tatap
muka pelaku bullying sendiri, serta faktor eksternal yang
merupakan penyebab munculnya cyberbullying.

5
d) Perilaku internal terkait pada karakteristik kepribadian pelau
yang kurang berempati dan kurang pemahaman akan etika,
karakteristik korban yang rentan, perilaku yang terbiasa
dilakukan oleh pelku dan korban selama menggunakan sosial
media tanpa disadarai menjadi pemicu cyberbullying, intensitas
pembullyian pelaku terhadap rekais korban.
e) Adapun faktor eksternal disebabkan perkembangan pesat
teknologi, serta semakin mudahnya teknologi menyediakan
media sosial yang terbuka bagi para remaja.

Menurut Rahayu (2012), faktor-faktor yang mempengaruhi cyberbullying


Adalah:
a) Fun (kesenangan) dan sosial prestige
Beberapa individu melakukan cyberbullying untuk hiburan,
sebagai permainan untuk melukai orang lain. Individu
melakukan cyberbullying hanya untuk iseng atau hanya untuk
kesenangan saja. Pelaku juga mungkin akan mendapatkan
penghargaan dari teman-temannya ketika bercerita tentang aksi
yang dilakukannya.

b) Balas dendam
Seseorang yang menjadi korban cyberbullying akan membalas
dendam dan merasa puas jika orang lain dipermalukan.

Jika dilihat dari waktu menggunakan internet kebanyakan para remaja


menggunakan internet antara satu hingga dua jam. Sebagian besar para
remaja menggunakan internet untuk media social, game, browsing, belajar.
Media social menjadi pilihan utama dalam mencari hiburan tetapi media
social juga mempunyai sisi negatif yaitu cyberbullying. Dimana para pelaku
cyberbullying menggunakan media social untuk balas dendam karena
menggunkan akun fake sehingga identitas diri tidak diketahui. Biasanya
cyberbullying menggunakan tulisan, suara, gambar, video dalam media social
(Sartana & Afriyeni, 2017).

6
E. Dampak Cyber Bullying
Dampak cyber bullying berbeda dari kejahatan lain dan sangat berbahaya,
yakni:
a) Menarik Diri Dari Lingkungan Sosial
Kondisi psikologis korban cenderung mengalami kecemasan dan ketakutan.
Mereka tidak ragu menarik diri dari lingkungan sosial. Contohnya, banyak
kasus bullying di jejaring sosial yang dialami anak sekolah. Akhirnya
membuat sang anak depresi, mengisolasi diri karena malu, dan memilih
putus sekolah.

b) Perasaan Dikucilkan Lingkungan


Cyber bullying memang terjadi melalui internet atau jejaring sosial. Namun,
orang-orang yang berada di lingkungan nyata sekeliling korban dapat
melihatnya. Terlebih lagi berbagai komentar jahat yang ditujukan kepada
korban. Hal ini membuat orang sekitar turut menyerang korban dalam
kehidupan nyata. Akhirnya, korban cyber bullying dikucilkan oleh masyarakat
dan mendapat perlakuan kurang menyenangkan.

c) Kesehatan Fisik dan Mental Terganggu


Bullying yang dilakukan secara terus menerus melalui jejaring sosial oleh
orang dikenal maupun tidak dikenal akan mendatangkan stress. Ujung-
ujungnya perasaan memendam depresi, rasa cemas, dan kehilangan
kepercayaan diri mendatangkan gangguan post traumatic stress disorder
(PTSD).
Tentunya pengaruh PTSD tidak mengenal usia. Bahkan pada orang dewasa
efeknya stimuli sistem kekebalan tubuh menjadi terganggu.

7
F. Tindak Pidana Cyber Bulliying

Peran pemerintah juga sangat besar dalam mencegah dan menangani kasus
cyberbullying. Pemerintah harus lebih tegas dalam menegakkan hukum bagi
pelaku cyberbullying. Selain itu, pemerintah juga harus menciptakan kondisi
yang nyaman bagi para korban agar korban dapat percaya kepada
pemerintah. Sehingga, korban dapat mengungkapkan apa yang mereka
rasakan kepada pemerintah dan pemerintah juga harus menindaklanjuti
sesuai hukum yang ada.
Kebanyakan masyarakat masih tidak ingin terlibat langsung dikarenakan
tidak ingin terjerumus kedalam masalah yang serius. Selain itu, kurangnya
kesadaran masyarakat tentang bahaya cyberbullying juga turut berpengaruh.
Kebanyakan masyarakat berpikir bahwa tindakan cyberbullying bukan
merupakan tindak pidana (Syah dan Hermawati, 2018). Apabila sedang
melihat kejadian cyberbullying, sebaiknya dilaporkan kepada pihak yang
berwenang, contohnya kepada polisi. Peran polisi dalam mencegah
cyberbullying adalah dengan melakukan pembinaan terhadap pelaku
cyberbullying sehingga mereka lebih merasa bersalah dan tidak berniat untuk
mengulangi perbuatan tersebut kembali.
Hal ini tercantum secara eksplisit dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yang diubah dengan
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik. Tindakan cyberbullying termuat dalam Pasal 27 ayat (3) UU ITE
yang berbunyi “Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan
dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan
dan/atau pencemaran nama baik”. Serta ancaman pidana yang tercantum
dalam UndangUndang Nomor 19 Tahun 2016 Pasal 27 ayat (3) yaitu pidana
penjara paling lama 4 tahun dan/atau denda paling banyak Rp750.000.000
(Marsinun dan Riswanto, 2020).

8
Pengaturan Tindak Pidana Cyberbullying Berdasarkan Undang-Undang No
11 Tahun 2008Jauh sebelum Cyberbullying diatur dalam UU.No 11 Tahun
2008, pengaturannya ada dalam KUHP yaitu :Pasal 283 KUHP Dikaitkan
dengan Cyberbullying karena dalam pasal ini terdapat hal penyebaran
informasi yang melaggar kesusilaan, karena adanya pengaturan juridiksi dari
pasal 282 KUHP sehingga memnyebabkan ketentuan dari pasal ini menjadi
sulit. Pasal 310-311 KUHPDalam ketentuan pasal 310 dan Pasal 311 KUHP
memiliki keterkaitan dengan tindak pidana Cyberbullying, karena pencemaran
nama baik yang dimaksudkan dalam pasal ini dapat juga digunakan dalam
UU.RI.No 11 Tahun 2008 tentang ITE, diciptakan untuk melakukan hukuman
bagi para pelanggar atau pelaku kejahatan CyberCrime. Salah satu bentuk
spesifik dari Cyber Crime adalah Cyberbullying yang diatur dalam Pasal 27
ayat (3) UU-ITE, Pencemaran nama baik dalam KUHP masuk dalam delik
aduan, dimana pihak yang merasa dicemarkan nama baiknya harus
melakukan pengaduan agar si pelaku dapat dijerat oleh hukum yang
mengatur Seperti judicial review terhadap pasal 27 ayat (3) UU.
Berdasarkan hal tersebut diatas, Mahkamah Konstitusi menyatakan bahwa
pasal 27 ayat (3) tidak bertentangan dengan ketentuan dalam UUD 1945,
serta melihat perkembangan teknologi informasi dan komunikasi saat ini,
sangat dibutuhkan suatu peraturan khusus yang sebagai lex specialis dari
ketentuan umum yang telah ada khususnya dalam hal tindak pidana
kejahatan mayantara dan mengenai konstutisionalitasnya pasal 27 ayat (3)
tidak bisa diragukan lagi.berdasarkan hal tersebut diatas dapat disimpulakn
bahwa Cyberbullying secara tegas diatur dalam Pasal 27 ayat (3)
Dalam Undang-Undang khusus alat bukti elektronik mempunyai kekuatan
sebagai alat bukti sah, dalam UU Pidana bukti elektronik diakui ebgaia bukti
petunjuk, sedangkan UU lain mengatur bahwa bukti elektronik adalah alat
bukti yang berdiri sendiri. Undang-Undang No.11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik merupakan terobosan baru dari
perkebangan kejahatan yang berbasi teknologi inforasi (cybercrime) dan
mengakoodasi alat bukti berupa informasi elektronik dan dokumen elektronik
yang sangat diperlukan dalam pembuktian tindak pidana tersebut.
9
Alat bukti elektronik merupakan alat bukti sah yang berdiri sendiri dan bisa
dipakai dalam pembuktian dalam persidangan berdasarkan ketentuan pada
pasal 5 ayat (1).

G. Etika Teknologi Informasi Menurut Perspektif Alkitab

Dengan munculnya berbagai teknologi baru di dunia komputer dan internet


yang memudahkan manusia untuk memperoleh informasi dari berbagai
belahan dunia secara instan, era ini bisa dikatakan sebagai era dimana
manusia mengalami “ information overload” atau yang juga biasa disingkat
TMI. (Terlalu Banyak Informasi). Masalah apa yang muncul dari
melimpahnya informasi yang mengganggu kehidupan manusia saat ini?
Pertama, manusia menjadi keranjingan, dan bahkan cenderung mendewakan
informasi. Melihat fenomena dan perilaku manusia tersebut, Quentin
Schultze memperingatkan bahwa manusia telah jatuh ke dalam
informationism, yaitu keyakinan yang tidak peka, tidak bijaksana, dan kosong
terhadap pengumpulan dan penyebaran informasi sebagai cara untuk
mencapai kemajuan sosial dan kesenangan pribadi.
Informasi telah menjadi standar tertinggi yang digunakan manusia untuk
memahami diri dan kehidupannya. Masalah kedua, karena teknologi
komputer saat ini begitu melimpah, cepat dan mudah dalam menyajikan
berbagai informasi, sehingga manusia menekankan aspek “adalah” lebih
penting daripada aspek “seharusnya”, atau dengan kata lain manusia hanya
mementingkan pencarian informasi dan memperoleh informasi sebanyak-
banyaknya daripada memikirkan, menganalisis, mengolah, dan merenungkan
semua informasi itu untuk menemukan kebenaran dari melimpahnya
informasi dalam kehidupan modern saat ini tidak membuat manusia menjadi
lebih bijak dan berbudi luhur, sebaliknya manusia berpikir dangkal atau
bahkan lebih memilih untuk tidak berpikir sama sekali.

10
Masalah kedua membawa kita pada masalah ketiga, yaitu “outsourcing
memori. informasi membuat semua informasi itu sangat” Karena kecanggihan
teknologi melimpah dan mudah diakses dengan begitu cepat, manusia
berpikir bahwa mereka tidak perlu lagi mengingat, menghafal, atau
menyimpan informasi itu. dalam pikiran mereka. Hanya dengan sekali klik
semuanya mudah didapatkan dari internet melalui mesin pencari (search
engine).
Bagaimana perspektif firman Tuhan menjawab kecenderungan dan
permasalahan di atas? Tuhan ingin manusia tidak hanya menjadi pengumpul
informasi tetapi juga menjadi pemikir yang matang. Kepada jemaat Korintus,
Paulus berkata, "Jangan seperti anak-anak dalam pikiranmu. Jadilah anak-
anak dalam kejahatan, tetapi dewasalah dalam pikiranmu!" (1 Kor. 14:20).
Dan lebih dari itu, Tuhan juga ingin agar manusia mengejar dan mencintai
hikmat yang lahir dari takut akan Dia, dan bukan hanya untuk mendapatkan
banyak pengetahuan (Ams. 1, 3,4:7; 9:10; Yak. 1:5) . Untuk memperoleh
hikmat dan pengertian akan kebenaran, Tuhan juga memerintahkan manusia
untuk mengingat setiap firman-Nya dan perbuatan-Nya yang telah dilakukan-
Nya dalam hidup mereka (Ul. 6; Yosua 1; Maz 1; Maz 1; Lukas 22 : 1).
Dan terakhir, ketika pengetahuan digunakan untuk mengambil keputusan,
maka pengetahuan yang telah diterapkan pada situasi kehidupan itu berubah
menjadi kebijaksanaan. Kebijaksanaan menggabungkan beberapa
pengetahuan dengan pengalaman sehingga manusia dapat menjalani
kehidupan yang bajik. Bagaimana sikap umat Kristiani dalam menghadapi
teknologi informasi saat ini yang menawarkan segudang informasi dengan
mudah dan cepat? Kita perlu memilah informasi mana yang penting, perlu
dan berguna untuk diketahui dan mana yang bisa diabaikan. Untuk
mengatasi hal ini, kita juga perlu mengurangi dan membatasi sumber
informasi tersebut untuk mengganggu kehidupan kita dan menyita waktu kita.
Karena semakin banyak informasi juga tidak menjamin orang untuk menjalani
kehidupan yang lebih baik, kita perlu menekankan kualitas daripada
kuantitas. Alangkah baiknya jika kita memberikan lebih banyak waktu untuk
mengolah, menganalisis dan memikirkan setiap informasi tersebut menjadi
pengetahuan yang membuat kita lebih bijak dalam menjalani kehidupan
sehari-hari.
11
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Kesimpulan Dengan kemajuan teknologi informasi saat ini, manusia
menjadi lebih mudah dan cepat dalam berkomunikasi dan
berhubungan dengan siapa pun di seluruh dunia dan mencari
informasi dan pengetahuan tentang apa pun di dunia ini. Namun,
seiring dengan kemajuan tersebut, terdapat pula persoalan etika yang
penting dan berdampak pada pola pikir, budaya, dan perilaku manusia
saat ini.

Menyikapi munculnya persoalan etika dalam pembahasan makalah ini,


Alkitab sebagai firman Tuhan yang berwibawa dalam kehidupan orang
percaya memberikan beberapa pedoman bagi kita bagaimana
bersikap dan menjalani kehidupan di dunia yang penuh dengan
teknologi informasi.

Pertama, Tuhan ingin umat-Nya menghindari pendekatan instan dan


pragmatis dalam menjalin hubungan, tetapi sebaliknya, berusaha
membangun hubungan yang tulus dan sehat tatap muka dalam
komunitas.

Kedua, Tuhan ingin umat-Nya mengejar dan mencintai hikmat yang


lahir dari takut akan Dia, dan bukan sekadar memperoleh
pengetahuan berlimpah yang ditawarkan teknologi informasi.

Ketiga, Tuhan ingin umat-Nya menjadikan karakter-Nya yang tidak


berubah dan kata-kata berwibawa-Nya sebagai sumber dan standar
kebenaran yang benar untuk menilai segala jenis informasi yang
mereka terima. Keempat, Tuhan ingin umat-Nya memperlakukan
sesamanya dengan baik sebagai gambar Tuhan dan menggunakan
teknologi informasi dengan integritas.

12
DAFTAR PUSTAKA

Diakses dari: https://scholar.google.co.id/scholar?


q=kasus+cyber+bullying+di+indonesia+2021&hl=en&as_sdt=0&as_vis
=1&oi=scholart#d=gs_qabs&u=%23p%3Ddqt9QgXRoWYj
Daud Silalahi & Lawencon Associates (“DSLA”). (2020). “Cyberbullying:
Pengertian, Dampak & Kasus Cyberbullying di Indonesia”. Jurnal
DSLA. Diakses dari: https://www.dslalawfirm.com/cyberbullying/amp/
David Alinurdin. (2018). ‘Etika Kristen Dan Teknologi Informasi: Sebuah
Tinjauan Menurut Perspektif Alkitab’. Vol. 17 No. 2. Veritas Jurnal
Teologi dan Pelayanan. Diakses dari:
https://ojs.seabs.ac.id/index.php/Veritas/article/view/309/333
Fadia Tyora Yulietaa, Hilma Nur Aida Syafirab, Muhammad Hadana
Alkautsarc, Sofia Maharani d, Vanessa Audrey e. (2021) 'Pengaruh
Cyberbullying di Media Sosial Terhadap Kesehatan Mental’. Vol.1 No.
8. Teknologi Bandung, Indonesia. Diakses dari: https://journal.actual-
insight.com/index.php/decive/article/view/298/233
Ni Nyoman Ayu Pramita Dewi, I Made Minggu Widyantara, Simon Nahak.
(2021). “Pembuktian Tindak Pidana Intimidasi Melaui Media Sosial
(Cyberbullying)” Vol. 3 No. 1. Jurnal Analogi Hukum. Diakses dari:
https://ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/analogihukum/article/view/
3022

13

Anda mungkin juga menyukai