Anda di halaman 1dari 16

1

ANALISA UU NO 20 TAHUN 2003 TENTANG SISDIKNAS


DALAM PERSPEKTIF TEORI KOGINITIF JEAN PIAGET

Leonardussiby77@gmail.com
(Mahasiswa Pascasarjana IAKN Manado)

A. Pendahuluan

Jean Piaget adalah seorang filsuf, ilmuwan dan psikolog

perkembangan yang berasal dari Swiss. Piaget terkenal karena hasil

penelitiannya tentang anak-anak dan teori perkembangan kognitifnya

manusia.1 Teori perkembangan kognitif Piaget memiliki kontribusi besar

terhadap dunia pendidikan. Terutama dalam mendefenisikan dan

memaknai pendidikan bukan hanya sekedar proses menghafal dan

mengetahui (dari tidak tahu menjadi tahu), tetapi pendidikan sebagai

upaya untuk membentuk pemahaman. Pendidikan merupakan proses

membentuk insight (pemahaman). Belajar untuk mengerti, bukan untuk

menghafal. Orang dikatakan belajar, jika ia mengerti dan memahami apa

yang dipelajari, bukan saat ia menghafal. Dengan demikian tujuan akhir

pendidikan bukanlah mengisi pemikiran anak dengansegala macam

pengetahuan, melainkan untuk membantu anak tersebut untuk

berkembang dari satu tahap pemikiran ke tahap pemikiran selanjutnya,

yang bersifat hirarki.2

1
“Jean Piaget”, dalam https://id.wikipedia.org/wiki/Jean_Piaget, diakses 23
November 2020.
2
Robert W. Pazmino. Fondasi Pendidikan Kristen. (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2016), h. 282-283
2

Makalah ini akan berisikan analisa terhadap UU No. 20 tahun 2003,

tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), dilihat dari sudut

pandang teori perkembangan kognitif Piaget. Adapun hal-hal yang

dianalisa adalah bagian-bagian dari UU tersebut, yang memiliki

keterhubungan dengan teori Piaget. Dengan kata lain mencari dan

menemukan kontribusi teori perkembangan kognitif Piaget dalam UU

Sisdiknas yang berlaku di Indonesia.

B. Teori Perkembagan Kognitif Menurut Jean Piaget

1. Riwayat Hidup Piaget

Piaget dilahirkan di sebuah kota di Swiss yang bernama

Neuchâtel, tanggal 9 AGustus 1896 dan meninggal tanggal 16

September 1980 di Jenewa , Swiss. 3 Karier Piaget sebagai seorang

ilmuwan dimulai di usianya yang masih sangat muda. Pada tahun

1907, saat belum genap berusia 11 tahun, Piaget menulis suatu

artikel ilmiah di sebuah majalah yang bernama Journal af Natural

History of Neuchatel, tentang burung gereja albino.4

Piaget memperoleh gelar Ph.D. dalam bidang ilmu alam dari

Universitas Neuchâtel, dan ia juga pernah belajar sebentar di

Universitas Zürich. Pada 1923, Piaget menikah dengan Valentine

Châtenay, salah seorang mahasiswinya. 5 Mereka mempunyai tiga

orang anak (Jacqueline, Lucienne dan Laurent). Piaget dan

3
Singgih D. Gunarsa, Dasar dan Teori Perkembangan Anak. (Jakarta: Libri, 2016),
h.136
Ibid. h. 138
4

“Jean Piaget”, dalam


5
https://id.wikipedia.org/wiki/Jean_Piaget, diakses 23
November 2020.
3

isterinya melakukan observasi terhadap tingkah laku dan

perkembangan anak-anak tersebut.6

Dalam perkembangan lebih Lanjut, Piaget menjadi tokoh

besar yang berpengaruh dalam psikologi perkambangan,

khususnya perkembangan kognitif manusia. Piaget Meninggal di

Jenewa, Swiss 16 September 1980, pada usia 84 tahun.

2. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget

Istilah perkembangan merujuk pada proses seseorang

bertumbuh, menyesuaikan diri, dan berubah sepanjang perjalanan

hidupnya melalui perkembangan fisik, perkembangan kepribadian,

perkembangan sosioemosi, perkembangan kognisi (pemikiran),

dan perkembangan bahasa. Sedangkan istilah cognitive berasal

dari kata cognition yang padanannya knowing, yang berarti

mengetahui. Dalam arti yang luas cognitive (kognisi) ialah

perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan. Dalam

perkembangan selanjutnya, istilah kognitif menjadi popular sebagai

salah satu domain atau wilayah/ranah psikologis manusia yang

meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan

pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan

masalah, kesengajaan, dan keyakinan.7

6
Gunarsa, Dasar dan Teori Perkembangan Anak. h. 139
7
Ridho Agung Juwantara, Analisis Teori Perkembangan Kognitif Piaget pada
Tahap Anak Usia Operasional Konkret 7-12 Tahun dalam Pembelajaran Matematika.
Dalam Jurnal Al-adzka, Vol 9 No. 1, Juni 2019. h. 28-29
4

Piaget menjelaskan, bahwa perkembangan kognitif manusia

terbagi dalam 4 tahap perkembangan, yang secara umum dapat

dijelaskan sebagai berikut:

a. Tahap sensori motor (0-2 tahun), pengetahuan diperoleh dari

masukan sensori yang khusus dan dari tindakan-tindakan

motoriknya.8 Tahap sensor motor ini dibagi dalam beberapa sub

tahapan, yaitu:

1) Skema refleks (0-6 Minggu);

2) Reaksi sirkular primer (6 minggu – 4 bulan)

3) Reaksi sirkular sekunder (4-9 bulan)

4) Koordinasi reaksi sirkular sekunder (9-12 bulan)

5) Reaksi sirkuler tersier (12-18 bulan)

6) Representasi simbolik (18-24 bulan)9

b. Tahap pra-operasional (2-7 tahun), ditandai terutama dengan

anak mulai memiliki kecakapan motorik.

1) Transductive reasoning, yaitu cara berfikir yang bukan

induktif atau deduktif tetapi tidak logis

2) Ketidak jelasan hubungan sebab-akibat, yaitu anak

mengenal hubungan sebab- akibat secara tidak logis

3) Animisme, yaitu menganggap bahwa semua benda itu hidup

seperti dirinya, anak memiliki pikiran yang sangat imajinatif

8
Thomas H. Groome. Christian Religious Education. (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2011), h. 360
9
https://id.wikipedia.org/wiki/Teori_perkembangan_kognitif#Tahap_sensorimotor,
diakses 23 November 2020
5

di saat ini dan menganggap setiap benda yang tidak hidup

pun memiliki perasaan

4) Artificialism, yaitu kepercayaan bahwa segala sesuatu di

lingkungan itu mempunyai jiwa seperti manusia

5) Perceptually bound, yaitu anak menilai sesuatu berdasarkan

apa yang dilihat atau di dengar

6) Mental experiment yaitu anak mencoba melakukan sesuatu

untuk menemukan jawaban dari persoalan yang

dihadapinya.

7) Egosentrisme, yaitu anak melihat dunia lingkungannya

menurut kehendak dirinya. 10

c. Tahap operasional konret (7-11 tahun), ditandai terutama

dengan kemampuan anak untuk mulai berpikir secara logis

tentang kejadian-kejadian konret. Beberapa kemampuan yang

dimiliki anak dalam tahapan ini:

1) Pengurutan: kemampuan untuk mengurutkan objek menurut

ukuran, bentuk, atau ciri lainnya

2) Klasifikasi: kemampuan untuk memberi nama dan

mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya,

ukurannya, atau karakteristik lain

3) Descentering: anak mulai mempertimbangkan beberapa

aspek dari suatu permasalahan untuk bisa

memecahkannya.

10
Fatimah Ibda, Perkembangan Kognitif: Teori Jean Piaget. Dalam Jurnal
Intelektualita: Vol 3 No. 1, 2015. h. 33-34
6

4) Reversibility: anak mulai memahami bahwa jumlah atau

benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan

awal

5) Konservasi: memahami bahwa kuantitas, panjang, atau

jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan

pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda

tersebut. 

6) Penghilangan sikap egosentris: kemampuan untuk melihat

sesuatu dari sudut pandang orang lain.11

d. Tahap operasional formal (11 tahun ke atas), ditandai dengan

berkembangnya kemampuan menalar dan berpikir secara

sistematis terhadap hal-hal yang abstrak dan hipotesis.

1) Anak telah memiliki kemampuan untuk berpikir secara

abstrak serta menalar secara logis yang kemudian menjadi

dasar untuk menarik kesimpulan dari informasi yang

tersedia

2) Anak mulai dapat berpikir secara sistematis dan melakukan

berbagai sintesis.

3) Masalah tidak lagi dilihat hanya dari stu aspek saja,

melainkan bersumber dari berbagai macam aspek, yang

dapat diselesaikan sekaligus.

4) Muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan

besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa

11
https://id.wikipedia.org/wiki/Teori_perkembangan_kognitif, diakses 23 November
2020, bnd. Groome. Christian Religious Education. h. 362-365
7

secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan

psikoseksual, dan perkembangan sosial.12

Dari teori perkembangan kognitif Menurut Piaget, dapat

dilihat bahwa ada 3 hal penting dalam teori Piaget, yaitu:

a. Struktur: ada hubungan fungsional antara tindakan fisik,

tindakan mental dan perkembangan logis anak-anak. Tindakan

(action) menuju pada operasi-operasi dan operasi-operasi

menuju pada perkembangan struktur-struktur;

b. Isi: merupakan pola perilaku anak yang khas yang tercermin

pada respon yang diberikannya terhadap berbagai masalah atau

situasi yang dihadapinya.

c. Fungsi: adalah cara yang digunakan organisme untuk membuat

kemajuan intelektual, yang didasarkan pada dua fungsi, yaitu:

1) Organisasi, memberikan setiap organisme kemampuan

untuk mengestimasikan atau mengorganisasi proses-proses

fisik atau psikologis menjadi sistem-sistem yang teratur dan

berhubungan.

2) Adaptasi, terhadap lingkungan dilakukan melalui dua proses

yaitu:

a) Asimilasi, yaitu proses kognitif dimana seseorang meng-

integrasikan persepsi, konsep ataupun pengalaman baru

ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam

pikirannya. 

12
Singgih. Dasar dan Teori Perkembangan Anak. h. 159-161
8

b) Akomodasi, yaitu proses yang terjadi untuk membentuk

skema baru yang cocok dengan rangsangan yang baru

atau memodifikasi skema yang telah ada sehingga cocok

dengan rangsangan itu.13

Menurut Jean Piaget, dasar dari belajar adalah aktivitas anak

bila ia berinteraksi dengan lingkungan sosial dan lingkungan

fisiknya. Pertumbuhan anak merupakan suatu proses sosial. Anak

tidak berinteraksi dengan lingkungan fisiknya sebagai suatu individu

terikat, tetapi sebagai bagian dari kelompok sosial. Akibatnya

lingkungan sosialnya berada diantara anak dengan lingkungan

fisiknya.

Interaksi anak dengan orang lain memainkan peranan

penting dalam mengembangkan pandangannya terhadap alam.

Melalui pertukaran ide-ide dengan orang lain, seorang anak yang

tadinya memiliki pandangan subyektif terhadap sesuatu yang

diamatinya akan berubah pandangannya menjadi obyektif. Aktivitas

mental anak terorganisasi dalam suatu struktur kegiatan mental

yang disebut ”skema” atau pola tingkah laku.

Karena itu bagi Piaget, tujuan utama pendidikan di sekolah

haruslah menciptakan anak yang mampu melakukan hal-hal baru.

tidak sekedar mengulangi apa yang telah dilakukan generasi lain.

Perhatian utama seorang pendidik seharusnya pada bagaimana

anak berpikir dan bukan pada apa yang anak pikirkan. 14

13
Ibda, Perkembangan Kognitif: Teori Jean Piaget. h. 30-32
14
Pazmino. Fondasi Pendidikan Kristen. h. 283
9

C. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas

Dalam bagian ini akan dideskripsikan beberapa bagian dari

UU No 20 tahun 2003, tentang Sisdiknas, yang akan dibahas

dalam perspektif teori kognitif Jean Piaget.

1. Pengertian pendidikan (BAB I pasal 1 ayat 1):

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk


mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

2. Pengertian peserta didik (BAB I pasal 1 ayat 4): “Peserta didik

adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan

potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur,

jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.”

3. Pengertian jenjang pendidikan (BAB I pasal 1 ayat 8): “Jenjang

pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan

berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan

dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.”

4. Pengertian pendidikan anak usia dini (BAB I pasal 1 ayat 14):

Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan


yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia
enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan lebih lanjut.

5. Prinsip penyelenggaraan pendidikan (BAB III pasal 4 ayat 4):

Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan,


10

membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta

didik dalam proses pembelajaran.

6. Kewajiban tenaga pendidik (BAB XI Pasal 40 ayat2):

“menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan,

kreatif, dinamis, dan dialogis”.

7. Sarana dan prasarana pendidikan (BAB XII pasal 45 ayat 1):

Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan


sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan
sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik,
kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan
peserta didik.

D. Analisa UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas dalam Perspektif

Teori Kognitif Jean Piaget

Dalam pengertian pendidikan di UU Sisdiknas, disebutkan bahwa

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara. Dari pengertian pendidikan ini, ada 2 frasa yang digarisbawahi

sehubungan dengan teori kognitif Piaget.

1. Pendidikan merupakan upaya agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya. Pendidikan dilakukan dengan

asumsi bahwa semua peserta didik memiliki potensinya masing-

masing, dan karena itu pendidikan bertujuan untuk mengembangkan


11

potensi peserta didik tersebut. Hal ini sejalan dengan pendapat

Piaget, yaitu bahwa tujuan utama pendidikan di sekolah haruslah

menciptakan anak yang mampu melakukan hal-hal baru. tidak

sekedar mengulangi apa yang telah dilakukan generasi lain.

2. Frasa yang kedua adalah pendidikan merupakan upaya untuk

mencerdaskan peserta didik. Kemampuan berpikir peserta didik

dibentuk melalui berbagai upaya pengajaran, sehingga kecerdasan

tersebut akan membentuk sikap hidup yang positif dalam konteks

berbangsa dan bernegara.

Dalam pengertian peserta didik (BAB I pasal 1 ayat 4), dijelaskan

bahwa peserta didik adalah anggota masyarakat yang mengembangkan

potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang,

dan jenis pendidikan tertentu. Selain pengembangan potensi diri

(termasuk kecerdasan), yang telah dipaparkan di atas, maka dapat dilihat

juga bahwa potensi tersebut dikembangkan melalui proses pembelajaran

pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Karena itu jalur, jenjang

dan jenis pembelajaran harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan

peserta didik. Dengan demikian maka tugas dari negara adalah

menyiapkan jenjang pendidikan yang sesuai dengan tahap perkembangan

yang dimiliki oleh peserta didik.

Penyiapan jenjang, jalur dan jenis pendidikan ini selanjutnya

dijelaskan dalam Pengertian jenjang pendidikan (BAB I pasal 1 ayat 8),

yaitu bahwa jenjang pendidikan merupakan tahapan pendidikan yang

ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang


12

akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Tingkat

perkembangan peserta didik, serta kemampuan peserta didik yang

hendak dikembangkan menentukan tujuan pendidikan yang hendak

dicapai, dalam pelaksanaan pembelajaran di tiap-tiap jenjang.

Piaget menjelaskan bahwa kemampuan berpikir dan merespon

seorang anak telah dimulai sejak anak tersebut dilahirkan, dan tahap

pertama dari perkembangan manusia (tahap sensori motor), berlangsung

sampai anak berusia di bawah 7 tahun. Hal ini sejalan dengan

peendidikan anak usia dini (PAUD), yang diatur dalam UU Sisdiknas,

yaitu: Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang

ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang

dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki

kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Dalam prinsip penyelenggaraan pendidikan juga dijelaskan bahwa

pendidikan dilaksanakan antara lain untuk mengembangkan kreativitas

peserta didik dalam proses pembelajaran. Piaget menjelaskan bahwa

pendidikan merupakan usaha untuk membantu peserta didik untuk

berkembang sesuai dengan tahapan kognitifnya. Karena itu proses kreatif

menjadi upaya yang harus dilakukan. Pendidikan bukan bertujuan

terutama agar peserta didik menghafal, atau mengetahui, tetapi juga

membentuk peserta didik yang kreatif. Dengan demikian maka kurikulum

pendidikan harus disusun untuk membentuk dan merangsang proses

kreatifitas peserta didik. Tugas guru bukan terutama untuk memberikan


13

pengetahuan, tetapi mencari, menunjukkan atau memberikan alat-alat

atau cara-cara yang menimbulkan minat serta merangsang peserta didik

untuk memecahkan atau mengatasi masalah yang mereka hadapi. 15

membentuk daya kreatif peserta didik, maka dalam UU Sisdiknas

diatur, bahwa dalam proses pembelajaran maka tenaga pendidik

berupaya untuk menciptakan suasana pendidikan yang bermakna,

menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis”. Hal ini juga sejalan dengan

pemikiran Piaget bahwa pendidikan adalah proses untuk melatih,

membentuk dan mengembangkan kemampuan berpikir dan daya

kreatifitas peserta didik, sehingga suasana belajar akan menjadi suasana

menemukan (discovery), pemecahan masalah (problem solving) yang

berlangsung dalam suasana yang menyenangkan, kreatif, dinamis dan

dialogis. Artinya pendidikan bukan berjalan satu arah (guru kepada murid),

melainkan melalui interaksi sosial di dalam kelas.

Untuk menunjang proses kreatif tersebut, maka pihak sekolah wajib

untuk mengupayakan sarana dan prasarana penunjang kegiatan belajar

mengajar. Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan

sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai

dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan

intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik. Penyiapan

sarana dan prasarana pendidikan tersebut dilakukan dengan

memperhitungkan tingkat pertumbuhan dan perkembangan serta

kecerdasan intelektual peserta didik.

15
Gunarsa, Dasar & Teori Perkembangan Anak. h. 162
14

E. Kesimpulan dan Penutup

Dari paparan di atas, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai

berikut:

1. Teori perkembanan kognitif Jean Piaget terlihat dalam beberapa

bagian UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan nasional,

yaitu dalam:

a. pengertian pendidikan;

b. pengertian peserta didik;

c. jenjang pendidikan;

d. pendidikan anak usia dini;

e. prinsip penyenggaraan pendidikan;

f. kewajiban tenaga pendidik;

g. sarana dan prasarana pendidikan.

2. Teori Piaget dalam sistem pendidikan di Indonesia, berkontribusi

dalam membangun suasana pembelajaran yang dilakukan dengan

mempertimbangkan tingkat perkembangan masing-masing peserta

didik.

3. Pendidikan bukan hanya sekedar transfer pengetahuan, tetapi juga

proses kreatif yang membiasakan peserta didik untuk memecahkan

masalah yang mereka hadapi, melalui pengkondisian dalam

sebuah lingkungan belajar.

4. Pendidikan akan menghasilkan peserta didik yang tidak hanya

mengetahui, namun memahami serta diharapkan dapat


15

menghasilkan sesuatu yang baru, melalui proses pendidikan yang

mereka tempuh.
16

DAFTAR PUSTAKA

Fatimah Ibda, Perkembangan Kognitif: Teori Jean Piaget. Dalam Jurnal


Intelektualita: Vol 3 No. 1, 2015.

Jean Piaget”, dalam https://id.wikipedia.org/wiki/Jean_Piaget, diakses 23


November 2020.

Ridho Agung Juwantara, Analisis Teori Perkembangan Kognitif Piaget


pada Tahap Anak Usia Operasional Konkret 7-12 Tahun dalam
Pembelajaran Matematika. Dalam Jurnal Al-adzka, Vol 9 No. 1, Juni
2019.
Robert W. Pazmino. Fondasi Pendidikan Kristen. Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2016.

Singgih D. Gunarsa, Dasar dan Teori Perkembangan Anak. Jakarta: Libri,


2016.

Thomas H. Groome. Christian Religious Education. Jakarta: BPK Gunung


Mulia, 2011.

https://id.wikipedia.org/wiki/Teori_perkembangan_kognitif#Tahap_sensori
motor, diakses 23 November 2020

https://id.wikipedia.org/wiki/Teori_perkembangan_kognitif,

UU No. 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai