Anda di halaman 1dari 8

1.

THALES
a. Riwayat Hidup
Dalam tradisi Yunani terdapat beberapa berita mengenai ketujuh orang
bijaksana yang hidup dalam abad ke-6 SM. Meskipun nama-nama dalam berita-
berita itu tidak selalu sama, namun semua daftar tersebut menyebut nama Thales
dan Miletos. Tentang tokoh ini banyak beredar dongeng yang tidak daat
dipercaya kebenarannya. Hampir semua fakta yang kita ketahui tentang
hidupnya, kita dengar dari sejarawan Herodotos (abad ke-5 SM) tetapi
Herodotos tidak menyebutnya dengan nama “filsuf” dan tidak menceritakan
keaktifannya sebagai filsuf. Baru Aristoteles (abad ke-4 SM) mengenakan
kepada Thales gelar “filsuf yang pertama”
Siapakah Thales ini? Sebagaimana halnya juga pada banyak filsuf lain dari
zaman ini, kita tidak mengetahui tanggal lahir dan tanggal kematiannya. Tetapi
satu tanggal dapat ditentukan dengan kepastian cukup besar. Karena sebagai
salah satu jasanya diceritakan bahwa satu kali ia berhasil meramalkan gerhana
matahari. Para ahli astronomi modern mengatakan bahwa gerhana matahari
tersebut tidak bisa lain daripada tanggal 28 Mei 585. Itu tidak berarti bahwa
Thales membuat ramalan itu persis mengenai tanggal itu, karena mempunya
penanggalan-penanggalan dari Babylonia. Thales juga aktif dalam bidang
politik, karena ia memberi nasehat kepada dua belas kota Ionia, supaya mereka
bersatu dalam semacam negara serikat yang berpusat di Teoos, dengan maksud
menentang bangsa Parsi. Diceritakan pula bahwa Thales berhasil mengukur
jarak yang tidak diketahui (tingginya piramida;jauhnya kapal di laut). Menurut
teori lain, Thales juga mengemukakan suatu teori tentang banjir tahunan sungai
Nil di Mesir. Konon Thales berendapat bahwa naiknya sungai disebabkan angin
berkala tertentu (“the Etesian winds”:etos=tahun). Kalau memang begitu itulah
suatu contoh bagus mengenai suasana ilmiah yang mulai berkembang,
bertentangan dengan keterangan-keterangan mitologis.
b. Ajaran
Thales tidak menuliskan pikiran-pikirannya atau sekurang-kurangnya
tentang itu tidak ada kesaksian apa pun. Aristoteles adalah sumber utama untuk
pengetahuan kita mengenai ajaran Thales. Aristoteles sendiri mendapat
informasinya dari tradisi lisan saja. Dalam traktatnya Metafisika*(2) Aristoteles
mengatakan bahwa Thales termasuk filsuf yang mencari arkhê (asas atau
prinsip) alam semesta, malah bahwa ia merupakan yang pertama dari antara
mereka itu. menurut Thales, prinsip ini adalah air. Semuanya berasal dari air dan
semuanya kembali lagi menjadi air.
Pokok ajaran lain yang dilaporkan Aristoteles ialah bahwa menurut Thales
bumi terletak di atas air. Ini harus dimengerti bahwa dalam hubungan dengan
anggapannya bahwa semuanya berasal dari air. Bumi boleh dipandang sebagai
bahan yang satu kali keluar dari laut dan sekarang terapung-apung di atasnya.
Dalam bukunya psikologi, Aristoteles memberitahukan pula pendapat
Thales yang lain, yaitu “semuanya penuh dengan dewa-dewa”. Aristoteles
memperkirakan bahwa dengan perkataan itu Thales memaksudkan bahwa jagat
raya berjiwa. Kalau itu memang benar, sebutan Thales tadi mudah dapat
dikaitkan dengan pendirian Thales bahwa magnet mempunyai jiwa karena
mampu menggerakkan besi, sebagaimana juga yang diberitakan oleh Aristoteles.
Pendapat Thales, bahwa jagat raya berjiwa, sering kali disebut “hylezoisme”
(teori mengenai materi yang hidup).

2. ARISTOTELES
a. Riwayat hidup
Aristoteles lahir pada tahun 384 SM di Stageira, suatu kota di Yunani Utara.
Bapaknya adalah dokter pribadi Amyntas II, raja Makedonia. Pada usia 17 atau
18 tahun Aristoteles dikirim ke Athena, supaya ia belajar di Akademia Plato. Ia
tinggal di sana sampai Plato meninggal pada tahun 348/7; jadi, kira-kira 20
tahun lamanya. Pada waktu berada dalam Akademia, Aristoteles menerbitkan
beberapa karya. Ia juga mengajar anggota-anggota Akademia yang lebih muda,
rupanya tentang pelajaran logika dan retorika.
b. Karya-karya
1) Karya-karya yang sifatnya lebih kurang populer yang diterbitkan oleh
Aristoteles sendiri
Daftar Diogenes Laërtios menyebut 19 karya yang termasuk golongan
ini. Karya-karya ini sebagian besar ditulis ketika Aristoteles berada di
Akademia dan kebanyakan berupa dialog.
 Eudemos atau perihal jiwa
Aristoteles di sini tanpa ragu-ragu menerima beberapa ajaran pokok Plato
seperti pra-eksistensi jiwa, perpindahan jiwa, dan anggapan bahwa
pengetahuan dapat disamakan dengan pengingatan
 Proteptikos
Tujuan karya ini adalah mengajak Themison, kepala negara di pulau Kyrops
(Siprus), untuk berfilsafat. Proteptikos mempertentangkan pengetahuan
teoritis yang diutamakan dalam Akademia dengan pengetahuan pragmatis
yang dipraktekkan di sekolah Isokrates, saingan Akademia.
 Perihal Filsafat
Dalam karya ini terdapat tiga buku. Buku I menyajikan suatu uraian
menganai perkembangan umat manuia. Buku II memberikan suatu kritik
tajam atas ajaran Plato mengenai Ide-ide. Buku III memuat pendapatnya
mengenai Allah dan susunan kosmos.
2) Karya-karya yang mengumpulkan bahan-bahan yang dapat digunakan
dalam risalah-risalah ilmiah
Menurut kesaksian masa kuno, Aristoteles mengarang banyak karya yang
memuat dokumentasi ilmiah. Hampir semua karya itu sekarang sudah tidak
ada. Yang masih disimpan adalah karya yang biasanya ditunjukkan dengan
nama latin Historia animalium (=penyelidikan mengenai binatang-
binatang). Suatu karya lain yang bernama Athênaiôn politeia (= Tatanegara
Athena) ditemukan di padang pasir tahun 1890 di Mesir. Karya tersebut
merupakan satu bagian saja dari suatu karya raksasa yang mengumpulkan
undang-undang dasar dari 158 negara Yunani.
3) Karya-karya yang dikarang Aristoteles sehubungan dengan pengajarannya
Buku-buku ini terdiri dari catatan yang dibuat aristoteles untuk kuliah-
kuliahnya. Mungkin juga karya ini memuat ringkasan-ringkasan yang
disusun Aristoteles.

c. Nama dan fungsi logika menurut Aristoteles


Dalam karangan-karangan masa kuno, nama “logika” untuk pertama kali
muncul pada Cicero (abad 1 SM), tetapi dalam arti “seni berdebat”. Aristoteles
memakai istilah “analitika” untuk penyelidikan mengenai argumentasi-
argumentasi yang bertitik tolak dari putusan-putusan yang benar dan ia memakai
istilah “dialektika” untuk penyelidikan mengenai argumentasi-argumentasi yang
bertitik tolak dari hipotesis atau putusan yang tidak pasti kebenarannya. Dalam
Topica Aristoteles membahas dialektika, sedangkan nama karya-karyanya
Analtyca priora dan Analytica posteriora sudah sudah menyatakan bahwa di sini
ia membicarakan analitika. Jadi, bagi Aristoteles analitika dan dialektika
merupakan dua cabang dari ilmu yang sekarang kita namakan “logika”

3. SILOGISME
Salah satu cara bagaimana Aristoteles mempraktekkan deduksi adalah
silogisme (syllogism). Itulah penemuan terbesar Aristoteles mengenai logika dan
silogisme mempunyai peranan sentral dalam kebanyakan karyanya tentang
logika. Silogisme adalah argumentasi yang terdiri dari tiga proposisi (bahasa
Inggris; “propotitions”). Dalam setiap proposisi dapat dibedakan dua unsur : 1)
hal tentang apa sesuatu dikatakan dan 2) apa yang dikatakan. Hal tentang apa
sesuatu dikatakan disebut “subjek” dan apa yang dikatakan tentang subjek
disebut “predikat”. Kalau kita memilih sebagai contoh proposisi “Raja adalah
seorang manusia” maka dalam proposisi ini subjek adalah “Raja” dan predikat
adalah “seorang manusia”.
Argumentasi yang disebut silogisme menurunkan proposisi ketiga dari dua
proposisi yang sudah diketahui. Misalnya:
- Semua manusia akan mati
- Raja adalah seorang manusia
- Dari sebab itu raja akan mati

Kunci untuk mengerti silogisme adalah term yang dipakai baik dalam
putusan pertama maupun dalam putusan kedua. Term itu disebut “term
menengah” (“middle term”). Dalam contoh di atas, term menengah adalah
“manusia”. Aristoteles membedakan tiga macam silogisme, tergantung pada
tempat term menengah dalam proposisi pertaama dan kedua. Dengan teliti ia
melukiskan peraturan-peraturan yang harus ditaati supaya penyimpulan
boleh dianggap sah.

4. Berpikir Induktif
Induksi adalah cara mempelajari sesuatu yang bertolak dari hal-hal atau
peristiwa khusus untuk menentukan hukum yang umum. Induksi merupakan cara
berpikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus
yang bersifat individual. Penalaran secara induktif dimulai dengan
mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas
dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang
bersifat umum

Berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan


bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Hukum yang disimpulkan difenomena
yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti. Generalisasi
adalah bentuk dari metode berpikir induktif. (www.id.wikipedia.com)

Jalan induksi mengambil jalan tengah, yakni di antara jalan yang memeriksa
cuma satu bukti saja dan jalan yang menghitung lebih dari satu, tetapi boleh
dihitung semuanya satu persatu. Induksi mengandaikan, bahwa karena beberapa
(tiada semuanya) di antara bukti yang diperiksanya itu benar, maka sekalian bukti
lain yang sekawan, sekelas dengan dia benar pula. Ada 3 macam penalaran
Induktif :

      1. Generalisasi
Merupakan penarikan kesimpulan umum dari pernyataan atau data-data yang
ada. Dibagi menjadi 2 :

a. Generalisasi Sempurna / Tanpa loncatan induktif 


Fakta yang diberikan cukup banyak dan meyakinkan. Contoh :
- Sensus Penduduk.
- Jika dipanaskan, besi memuai.
Jika dipanaskan, baja memuai.
Jika dipanaskan, tembaga memuai.
Jadi, jika dipanaskan semua logam akan memuai.

b. Generalisasi Tidak Sempurna / Dengan loncatan induktif

Fakta yang digunakan belum mencerminkan seluruh fenomena yang ada. Contoh :
        Setelah kita menyelidiki sebagian bangsa Indonesia bahwa mereka adalah
manusia yang suka bergotong-royong, kemudian kita simpulkan bahwa bangsa
Indonesia adalah bangsa yang suka bergotong-royong.

2. Analogi
Merupakan penarikan kesimpulan berdasarkan kesamaan data atau fakta. Pada
analogi biasanya membandingkan 2 hal yang memiliki karakteristik berbeda
namun dicari persamaan yang ada di tiap bagiannya. Tujuan dari analogi :
- Meramalkan kesamaan.
- Mengelompokkan klasifikasi.
- Menyingkapkan kekeliruan.

Contoh :
Ronaldo adalah pesepak bola.
Ronaldo berbakat bermain bola.
Ronaldo adalah pemain real madrid.

3. Kausal
Merupakan proses penarikan kesimpulan dengan prinsip sebab-akibat. Terdiri dari
3 pola, yaitu :

a. Sebab ke akibat = Dari peristiwa yang dianggap sebagai akibat ke kesimpulan


sebagai efek.
Contoh : Karena terjatuh di tangga, Kibum harus beristirahat selama 6 bulan.

b. Akibat ke sebab = Dari peristiwa yang dianggap sebagai akibat ke kejadian


yang dianggap penyebabnya.

Contoh : Jari kelingking Leeteuk patah karena memukul papan itu.


c. Akibat ke akibat = Dari satu akibat ke akibat lainnya tanpa menyebutkan
penyebabnya.

5. Berpikir Deduktif
Deduksi berasal dari bahasa Inggris deduction yang berarti penarikan
kesimpulan dari keadaan-keadaan yang umum, menemukan yang khusus dari
yang umum. Deduksi adalah cara berpikir yang di tangkap atau di ambil dari
pernyataan yang bersifat umum lalu ditarik kesimpulan yang bersifat khusus.
Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir
yang dinamakan silogismus.

Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal


yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-
bagiannya yang khusus.

Dalam penalaran deduktif, dilakukan melalui serangkaian pernyataan yang


disebut silogisme dan terdiri atas beberapa unsur yaitu:
1. Dasar pemikiran utama (premis mayor)
2. Dasar pemikiran kedua (premis minor)
3. Kesimpulan
Contoh:
         Premis mayor : Semua siswa SMP kelas 7 wajib mengikuti kegiatan
OSPEK.
         Premis minor  : Adi adalah siswa kelas 7 SMP
         Kesimpulan    : Adi wajib mengikuti kegiatan OSPEK
Contoh di atas merupakan bentuk penalaran deduktif. proses penalaran itu
berlangsung dalam tiga tahap. Pertama, generalisasi sebagai pangkal tolak. Kedua,
penerapan atau perincian generalisasi melalui kasus tertentu. Ketiga, kesimpulan
deduktif yang berlaku bagi kasus khusus itu. Deduksi menggunakan silogisme dan
entimem.

Dapat disimpulkan secara lebih spesifik bahwa argumen berpikir deduktif


dapat dibuktikan kebenarannya. Kebenaran konklusi dalam argumen deduktif
bergantung pada dua hal, yaitu kesahihan bentuk argumen berdasarkan prinsip dan
hukumnya; dan kebenaran isi premisnya berdasarkan realitas. Sebuah argumen
deduktif tetap dapat dikatakan benar berdasarkan bentuknya, meskipun isinya
tidak sesuai dengan realitas yang ada atau isi argumen deduktif benar menurut
realitas meskipun secara bentuk ia tidak benar.
     1.      Macam-macam Penalaran Deduktif

a. Silogisme
Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif.
Silogisme disusun dari dua proposi (pernyataan) dan sebuah konklusi
(kesimpulan). Dengan fakta lain bahwa silogisme adalah rangkaian 3 buah
pendapat, yang terdiri dari 2 pendapat dan 1 kesimpulan.

b. Entimen
Entimen adalah penalaran deduksi secara langsung. Dan dapat dikatakan pula
silogisme premisnya dihilangkan atau tidak diucapkan karena sudah sama-sama
diketahui.
Daftar Pustaka

Bertens, Kees. 1975. Sejarah Filsafat Yunani: dari Thales ke Aristoteles. Kanisius

Anda mungkin juga menyukai