Arti Etimologi
Kata filsafat berasal dari kata Yunani filosofia, yang berasal dari kata kerja filosofien yang
berarti mencintai kebijaksanaan. Kata tersebut juga berasal dari kata Yunani philosophis yang
berasal dari kata kerja philein yang berarti mencintai, atau philia yang berarti cinta, dan
shopia yang berarti kearifan. Dari kata tersebut lahirlah kata inggris philosophy yang
biasanya diterjemahkan sebagai “cinta kearifan”.
Yunani Klasik
Pada periode Yunani klasik ini perkembangan filsafat menunjukkan kepesatan, dengan
semakin banyak orang yang minat terhadap filsafat. Pada Yunani klasik aliran yang
mengawali periode ini adalah sofisme. Nama aliran sofisme berasal dari kata Sophos yang
berarti cerdik pandai. Kaum sofis memiliki hubungan yang erat dengan Socrates karena
mereka memiliki pemikiran sama yaitu permasalan Socrates bukan lagi jagat raya, tetapi
manusia.
Kaum Sofis
Sofis berasal dari kata Sopishtes yang berarti seorang sarjana atau cendekiawan. Sofisme
merupakan suatu Gerakan dalam bidang intelektual yang disebabkan oleh pengaruh
kepesatan minat orang terhadap filsafat. Sofis pernah mempunyai pengertian yang kurang
baik karena Sofis diartikan sebagai orang-orang menipu dengan omongan besar, dengan
memakai alasan-alasan yang dibuatnya sehingga orang yang menjadi korbannya yakin
dengan apa yang dikatakan si-Sofis. Para Sofis tersebut pekerjaannya berkeliling kota untuk
memberikan ajarannya dengan imbalan jasa atau uang. Salah satu tokoh Sofisme adalah
Gorgisas (480-380 SM). Menurut pendapatnya, yang penting adalah bagaimana dapat
meyakinkan orang lain agar menerima pendapat kita. Dengan demikian, dalam berdebat
bukan mencari kebenaran, tetapi bagaimana memenangkan perdebatan.
Dari pendapat beberapa orang terhadap aliran Sofisme terhadap perbedaan, yaitu ada yang
menganggap bahwa aliran Sofisme sebagai aliran yang merusak dunia filsafat. juga
sebaliknya, yaitu mengajarkan kepada orang agar berpikir secara kritis, (ini tidak dapat kita
tiru) mencari kelemahan-kelemahan yang sifatnya destruktif agar kita memenangkan
perdebatan.
1. Socrates
Plato adalah pengikut Socrates yang taat di antara para pengikutnya yang mempunyai
pengaruh besar Selain dikenal sebagai ahli pikir juga dikenal sebagai sastrawan yang
terkenal. Tulisannya sangat banyak sehingga keterangan tentang dirinya dapat diperolehnya
secara cukup. Jadi, Plato, dengan ajarannya tentang ide, berhasil menjembatani pertentangan
pendapat antara Herakleltos dan Parmenides. Plato mengemukakan bahwa ajaran dan
pemikiran Herakleitos itu benar, tetapi hanya berlaku pada dunia pengalaman. Sebaliknya,
pendapat Parmenides juga benar, tetapi hanya berlaku pada dunia ide hanya dapat dipikirkan
oleh akal.
Pemikiran tentang tuhan, plato mengemukakan bahwa terdapat beberapa masalah bagi
manusia yang tidak pantas apabila tidak mengetahuinya. Masalah tersebut yaitu:
3. Aristoteles
Aristoteles lahir pada tahun 384 SM di Stageira. Ayahnya merupakan dokter
pribadi raja Macedonia Amyntas. Ia hidup di lingkungan istana dan mewarisi keahlian
ayahnya yaitu mengetahui empiris. Di usia 17 tahun ia di kirim ke Athena Untuk
belajar Akademia Plato, kira-kira selama 20 tahun. Dan ia menjadi pengajar materi
logika dan retorika di Akademia Plato.
Karya-karya Aristoteles:
a. Logika
Categoriac (Kategori-kategori)
De interpretation (perihal penafsiran)
Analytics priora (analitika logika yang lebih dahulu)
Analytica posteriora (analitika logika yang kemudian)
Topica
De sophistics elencichis (tentang cara berargumentasi kaum sofis)
b. Filsafat Alam
Phisica
De caelo (perihal langit)
De generation et corruptione (tentang timbul-hilangnya makhluk-makhluk
jasmani)
Meteorologica (ajaran tentang badan-badan jagad raya)
c. Psikologi
De anima (perihal jiwa)
Parva naturalia (karangan-karangan kecil tentang pokok-pokok alamiah)
d. Biologi
De partibus animalium (perihal bagian-bagian binatang)
De mutu animalium (perihal gerak bintang)
De incessu animalium (tentang binatang yang berjalan)
De generation animalium (perihal kejadian binatang-binatang)
e. Metafisika
f. Etika
g. Politik dan ekonomi
h. Retorika dan poetika
Mengenai realitas Aristoteles mempunyai pendapat sendiri bahwa yang ada itu
berada pada hal-hal yang khusus dan konkret, ia tidak sependapat dengan gurunya Plato
yang mengatakan realitas itu ada pada dunia ide.