Anda di halaman 1dari 5

1.

Sofis

Sofis adalah nama yang diberikan kepada sekelompok filsuf yang hidup dan


berkarya pada zaman yang sama dengan Sokrates.Mereka muncul pada pertengahan
hingga akhir abad ke-5 SM.Meskipun sezaman, kaum sofis dipandang sebagai
penutup era filsafat pra-sokratik sebab Sokrates akan membawa perubahan besar di
dalam filsafat Yunani. Golongan sofis bukanlah suatu mazhab tersendiri, sebab para
filsuf yang digolongkan sebagai sofis tidak memiliki ajaran bersama ataupun
organisasi tertentu. Karena itu, sofisme dipandang sebagai suatu gerakan dalam
bidang intelektual di Yunani saat itu yang disebabkan oleh beberapa faktor yang
timbul saat itu.
Kaum Sofis muncul pada pertengahan abad ke-5 SM. Beberapa orang filsuf sofis yang
terkenal tidak berasal dari Athena, namun semua nya pernah mengunjungi dan
berkarya di Athena. Berikut adalah beberapa faktor yang menyebabkan munculnya
kaum sofis.
Kata “Sofis” (Sophistes) tidak dipergunakan sebelum abad ke-5. Arti yang
tertua adalah “ Seseorang yang bijaksana” atau “seorang yang mempunyaikeahlian
dalam bidang tertentu”. Agak cepat kata ini dipakai dalam arti “Sarjana”atau
“Cendekiawan”. Herodotos memakai nama sophistes untuk phytagoras.Pengarang
Yunani yang bernama Androtion (abad ke-4 SM)
mempergunakan nama ini untuk menunjukan” Ketujuh orang bijaksana” dari abad
ke-6 dan Socrates. Lysias, Ahli pidato Yunani yang hidup sekitar permulaan abadke-4
memakai nama-nama ini untuk Plato. Tetapi dalam abad ke-4 nama
Philosophos menjadi nama yang biasanya dipakai dalam arti “Sarjana”
atau“Cendekiawan”, sedangkan nama Sophistes khusus dipakai untuk guru
-guru yang berkeliling dari kota ke kota dan memainkan peranan penting dalam
masyarakatYunani sekitar paruh kedua abad ke-5. Di sini kita juga mempergunakan
kata“Sofis” dalam arti terakhir ini.

Sofisme suatu aliran, suatu gerakan dalam intelek. Hal ini disebabkan oleh beberapa
faktor pada menjelaskan munculnya kaum sofistik zaman itu:a.
Sesudah perang Parsi selesai (tahun 449 SM), Athena berkembang pesatdalam bidang
politik dan ekonomi. Di bawah pimpinan Perikles, polis inilah yang menjadi pusat
seluruh dunia Yunani. Sampai saat itu Athena belummengambil bagian dalam filsafat
dan ilmu pengetahuan yang sedang berkembang sejak abad ke-6. Tetapi sering kali
dalam sejarah dapatdisaksikan bahwa negara atau kota yang mengalami zaman
keemasan dalam bidang politik dan ekonomi menjadi pusat pula dalam bidang
intelektual dankultural. Demikian juga dengan kota Athena. Kita sudah melihat
bahwaAnaxagoras adalah figure pertama yang memilih Athena sebagai tempat
tinggalnya. Para sofis tidak membatasi aktivitasnya pada polis,Athena saja.Mereka
adalah guru-guru yang bepergian berkeliling dari satu kota ke kotalain. Tetapi Athena
sebagai pusat kultural yang baru mempunyai daya tarikkhusus untuk kaum Sofis.
Protagoras misalnya, yang dari sudut filsafat boleh dianggap sebagai tokoh yang
utama antara para Sofis, sering-sering mengunjungi Athena.
Kaum Sofis untuk pertama kali dalam sejarah menggelar pendidikan untukorang
muda. Dari sebab itu
paideia
(kata Yunani untuk “pendidikan”) dapat
dianggap suatu penemuan Yunani. Itulah salah satu jasa yang besar sekali,yang
pengaruhnya masih berlangsung terus sampai dalam kebudayaan modern.

Pergaulan dengan banyak negara asing, orang-orang Yunani mulaimenyadari bahwa


kebudayaan mereka berlainan dengan negara lain.Sehingga mereka merumuskan
bahwa baik buruk dan salah benar itu bersifatrelative saja. Karena itu mereka
mendapat tanggapan besar terutama darikalangan kaum muda. Mereka selalu
cenderung membuang yangkolot/tradisi-tradisi tua dan memihak kepada yang baru.

Tokoh dan Ajarannya


Protagoras lahir di Abdera sekitar tahun 485 SM. Protagorasdidakwa sebagai seorang
atheis di Athena karena sebuah risalahnya yang berjudul
Peritheon (Prihal allah-allah)
Kemudian risalahnya dibakar, laluia melarikan diri menggunakan kapal yang naasnya
ia bersama kapaltersebut tenggelam karena kecelakaan, ia tewas pada 416
SM.Berangkat dari gagasan Heraklitos tentang segala sesuatu selalu berubah, dan
menerapkannya secara begitu saja pada subjek berpikir,
Protagoras sampai pada kesimpulan, “Manusia adalah ukuran dari segala
sesuatu, untuk segala yan
g ada, dan tiada”, yang mana melalui pernyataan ini, Protagoras menyatakan, bahwa
tidak ada standar dalam segala sesuatu,selain sang individu yang menilainya, atau
dengan kata lain, kebenaranmerupakan keyakinan yang dipegang oleh masing

masing individu,kebenaran yang sesungguhnya merupakan kebenaran subjektif. Hal
ini bisa disebut relativisme.
2. Gorgias
Gorgias adalah seorang filsuf yang termasuk sebagai kaum sofis. Di antara kaum Sofis,
hanya Protagoras yang lebih terkenal darinya. Selain sebagai filsuf, ia terkenal di
bidang retorika. Seperti kaum sofis lainnya, ia juga mengajar dan mengumpulkan murid-
murid.
Gorgias menulis sebuah buku berjudul "Tentang yang Tidak Ada atau Tentang Alam"
(On Not Being or On Nature). Selain itu, ia juga menulis beberapa buku tentang
retorika, yang mana hanya beberapa fragmen yang masih tersimpan. Dua karya yang
diketahui ditulis oleh Gorgias adalah Encomium of Hellen dan Defence of Palamedes.
Georgias lahir di Leontinoi, Sisilia. Ia lahir sekitar tahun 483 SM dan meninggal
dunia tahun 375 SM pada usia 108 tahun. Ia adalah murid dari filsuf Empedokles dan
dipengaruhi juga oleh dialektika Zeno. Pada tahun 427 SM, ia datang
ke Athena sebagai duta dari kota asalnya untuk meminta bantuan melawan kota
Syrakusa. Ia mengelilingi kota-kota Yunani, terutama Athena. Di Athena Gorgias
mengalami sukses besar sebagai orator.

Gorgias lahir pada tahun 485 SM di Leontini,Sisilia.


Gorgias adalah seorang tokoh kaum sophist yang sangat terkemuka di Yunani.
Kemampuannya dalam hal retorika membuatnya sangat dikagumi oleh masyarakat
Yunani pada masa itu. Gorgias sering kali memberikan pidato – pidato serta orasi di
publik Yunani,hal ini membuatnya sering juga bepergian mengunjungi beberapa kota
di Yunani baik sebagai guru atau sebagai orator.
Plato sering menggambarkan Gorgias sebagai sosok pria tua yang ramah yang sering
berpuas diri.
Selain itu Meno yang merupakan murid dari Gorgias mengatakan bahwa Gorgias
menyangkal ajaran kebajikan kepercayaan yunani.
Kemudian ia adalah orang yang selalu melihat permasalahan dari sudut pandang
ilmiah.
Kemudian ia meninggal pada tahun 380 SM.
Pemikiran Gorgias
Retorika
Walaupun ia bukan orang pertama yang menjadi seorang rhetorician namun ciri
khasnya ialah ia menggunakan novel dalam menyampaikan ide – idenya sehingga
membuatnya terkenal dan ia sering dianggap pendiri disiplin retorika.
Bahasa – bahasa yang ia gunakan juga tergolong berat untuk dipahami,karena
menggunakan fungsi antithesis dan aliterasi tapi disaat yang sama ia sering
melakukan improvisasi dalam menjawab pertanyaan – pertanyaan yang diajukan
kepadanya.
Gorgias tampak sangat menguasai secara penuh retorika sebagai suatu sarana yang
sangat kuat seperti seni yang dipadukan dengan Teknik – Teknik verbal yang
digunakan untuk mempengaruhi atau memanipulasi pola pikir pendengarnya.
Dalam tulisan Plato,ia menggambarkan seni persuasi dalam retorika Gorgias ini
memiliki pengaruh sangat luar biasa karena Gorgias seakan – akan bisa
‘memperbudak’ pendengarnya bukan dengan cara – cara kekerasan namun
diperbudak oleh persetujuan mereka sendiri akan retorika yang disampaikan oleh
Gorgias.
Retorika Epideixis
Dalam fragmen tulisannya yang berjudul Defense on Palamedes berisi tentang pidato
– pidato yang sering digunakan Gorgias sebagai ‘iklan’ dan digunakan bagi para
siswanya untuk mempelajari apa itu retorika epideixis.
Retorika epideixis sendiri adalah salah satu dari tiga jenis cabang retorika dan
merupakan retorika yang paling lazim digunakan oleh kaum sophist.
Retorika epideixis berisi tentang ucapan atau tulisan yang memuji atau menyalahkan
seseorang atau sesuatu hal
Retorika Playing Victim
Sementara dalam karyanya yang berjudul Encomium of Helen, Gorgias bercerita
tentang Perselingkuhan Helen dengan Pangeran Trojan Paris sehingga menyebabkan
Perang Trojan,sehingga Helen dianggap salah.
Namun Gorgias dalam buku ini terlihat berupaya membebaskan Helen dari rasa
bersalah,Gorgias merasa bahwa tindakan perselingkuhan yang dilakukan Helen
pastilah disebabkan oleh faktor diluar dirinya seperti Nasib,Kehendak
Dewa,Kekerasan,Godaan.
Sehingga Gorgias secara tidak langsung membuat suatu retorika dimana tindakan
yang dilakukan atau disebabkan oleh kekuatan dari luar dirinya tidak dapat dijadikan
alasan untuk menyalahkan atau bahkan menghukum orang yang dianggap pelaku.
On Not Being
Fragmen On Not Being berisi tentang struktur kompleks argumen – argumen yang
sering digunakan dalam orasi maupun saat ia mengajar.
Fragmen itu terdiri dari tiga bagian:
Bagian I Gorgias berpendapat mengenai tidak ada misalnya : ‘Being’ dan Eksistensi
menurutnya sama – sama mengarah pada suatu kemustahilan.
Sekalipun salah satu dari kedua itu dihasilkan atau ada tetap saja mengarah pada
kemustahilan.

Bagian II bahwa jika sesuatu memang ada kita tidak bisa tahu itu,dia mengkritik
kesalahan berpikir (Fallacy) orang saat membayangkan sesuatu yang masih ‘Being’
dan menganggapnya pasti Eksis.
Padahal menurut Gorgias sesuatu yang ‘being’ tidak selalu eksis,sekalipun eksis kita
tidak tau akan hal tersebut.
Misalnya : Kita bisa membayangkan Seorang pria yang berjalan diatas air,tapi pada
realitanya hal tersebut tidak ada,sekalipun pada realitanya ada kita tetap tidak
mengetahuinya.
Dan terakhir Bagian III bahwa bahkan jika sesuatu yang ada dan kita bisa tahu itu,
kita tidak bisa berkomunikasi antara satu sama lain.

Berkaitan dengan bahasa,menurut Gorgias penglihatan dan pendengaran memiliki


kualitas/isi mereka tersendiri (Seperti suara,warna dl).
Pada akhirnya pembacaan terhadap On not Being sendiri harus dilihat dari sudut
pandang parodi Gorgias atas pemikiran filsafat Parmenides yang ditulis gorgias secara
sarkas sekaligus kritis.

Karya Gorgias :
1. Encomium of Helen
2. Defense of Palamedes
3. On Not Being

Referensi:

Bertens, K. 1991.Sejarah Filsafat Yunani, Jogjakarta: Kanisius


https://www.academia.edu/22289567/Berkenalan dengan Kaum Sofis
https://yanamadyana07.wordpress.com/2013/01/08/filsafat-kaum-sofis-socrates-
https://www.kompasiana.com/wiliamsroja/5a030d82a4b068400c2b5ba2/dialektik a-socrates-
metode-ideal-untuk-mencapai-suatu-kebenaran plato-dan-aristoteles

Anda mungkin juga menyukai